ABSTRACT
RIZKY UNO ANANDA. Proposed Planning of Civil and Environmental
Engineering Departement Green Building Top Structure Bogor Agricultural
University. Supervised by MEISKE WIDYARTI and MUHAMMAD FAUZAN.
This study was conducted based on the needs of the Civil and
Environmental Engineering (SIL) Departement, Bogor Agricultural University.
The study aimed to design the efficient structure of reinforced concrete top
structures, and to plan the safe structural dimensions to support load. This
research used SAP2000 program, reinforced concrete building planning based on
SNI 1727: 2013, SNI 1726: 2012, SNI 2847: 2013 and the report of the basic
design of SIL Department green building. The research result showed that column
dimension was 80 x 60 cm, with the basic reinforcement 18D19. The beams were
divided into five segments with 4 cm concrete blankets and stirrups D10. Beam in
cantilever: 40 x 30 cm, D22 reinforcement. The 9 m longitudinal beam xis 35 x 25
cm D19. The 13 m longitudinal beam: 40 x 30 cm D22. Beams on stairs: 30 x 20
cm D16. Cross direction beam: 35 x 25 cm D22. Bracing cantilever 30x20 cm,
main reinforcement 6D12, reinforcement D10-100. Plat and ladder using steel
composite plate, with thickness of 12 cm and Ø8-250 reinforcement. The ladder
had a slope of 18.4o
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga tugas akhir yang berjudul “Perencanaan Struktur Atas
Green Building Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian
Bogor” dapat diselesaikan dengan baik. Tugas akhir ini merupakan salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Sipil dan
Lingkungan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih yaang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dr. Ir. Meiske Widyarti M.Eng selaku dosen pembimbing pertama yang
telah memberikan arah dan bimbingkan dalam dunia perkuliahan,
terutama dalam penyelesaian penyusunan skripsi.
2. Bapak Muhammad Fauzan S.T, M.T selaku dosen pembimbing kedua
yang telah memberikan arah dan bimbingan dalam penyusunan skripsi.
3. Bapak Sutoyo S.TP, M.Si sebagai dosen penguji skripsi yang telah
memberikan masukan dalam penelitian ini.
4. Prof. Tsutsumi Jun-Ichiro yang telah berbagi ilmu untuk menyelesaikan
penyusunan skripsi.
5. Mama dan adik Rasha yang senantiasa mendukung dan berdoa untuk
kelancaran rangkaian penelitian.
6. Adhitya Wibawa dan Achmad Hafiz Wahdah sebagai abang yang
memberikan masukan dan teman seperjuangan dalam menyelesaikan
tugas akhir.
7. Seluruh teman – teman angkatan 49 Teknik Sipil dan Lingkungan,
Institut Pertanian Bogor atas kebersamaannya selama menjalani
perkulihan bersama.
Terima kasih juga diucapkan kepada semua pihak-pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
PRAKATA i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Beton 2
Beton Bertulang 3
Pembebanan Struktur 4
Perencanaan Struktur Bangunan 7
METODE PENELITIAN 9
Waktu dan Tempat 9
Alat dan Bahan 9
Tahapan Analisis Data 10
HASIL DAN PEMBAHASAN 12
Green Building Departemen SIL, IPB 12
Pembebanan Struktur 13
Pemodelan dan Analisis Struktur 16
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 26
RIWAYAT HIDUP 55
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sifat karakteristik beton 3
Tabel 2 Perubahan spesifikasi antara laporan basic design dan penelitian 13
Tabel 3 Parameter beban angin 14
Tabel 4 Parameter spektrum gempa 15
Tabel 5 Kombinasi pembebanan 15
Tabel 6 Input beban pada plat 18
Tabel 7 Desain plat bondek 19
Tabel 8 Spesifikasi balok 20
Tabel 9 Kombinasi beban dan lendutan pada balok 20
Tabel 10 Spesifikasi kolom(K) 21
Tabel 11 Spesifikasi bracing kantilever (BCS) 21
Tabel 12 Spesifikasi tangga 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Model struktur dengan derajat kebebasan DOF 8
Gambar 2 Contoh kasus SRPMK pada gedung (BSN 2013b) 8
Gambar 3 Peta lokasi penelitian 9
Gambar 4 Denah bangunan berdasarkan laporan basic design gedung 9
Gambar 5 Ilustrasi gedung 10
Gambar 6 Tahapan Penelitian 11
Gambar 7 Denah bangunan rencana 12
Gambar 8 Penempatan beban pada bangunan 13
Gambar 9 Input beban gempa pada SAP2000 14
Gambar 10 Bentuk deformasi gedung akibat kombinasi beban 0.74D+3Q 16
Gambar 11 Model struktur gedung pada SAP2000 16
Gambar 12 Hasil olahan dari SAP2000 17
Gambar 13 Tahapan pemodelan pada SAP2000 17
Gambar 14 Plat cor deck atau plat bondek 18
Gambar 15 Potongan pelat 18
Gambar 16 Denah balok 19
Gambar 17 Balok yang memerlukan tulangan torsi 19
Gambar 18 Potongan kolom 21
Gambar 19 Potongan bracing kantilever 22
Gambar 20 Dimensi tangga 22
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Detail penentuan beban hidup 27
Lampiran 2 Spesifikasi bangunan pada laporan basic design gedung 28
Lampiran 3 Detail penentuan perubahan spesifikasi 30
Lampiran 4 Detail penentuan parameter beban angin 32
Lampiran 5 Detail penentuan parameter beban gempa 34
Lampiran 6 Tahap Pemodelan pada SAP2000 37
Lampiran 7 Detail input beban 41
Lampiran 8 Detail penentuan jumlah tulangan balok 42
Lampiran 9 Penentuan tulangan geser dan torsi pada balok 45
Lampiran 10 Pengecekan lendutan balok 47
Lampiran 11 Detail penentuan jumlah tulangan kolom 48
Lampiran 12 Data hasil analisis SAP2000 pada satu titik kolom 49
Lampiran 13 Data hasil analisis SAP2000 pada balok BYS di frame 471 50
Lampiran 14 Penentuan dimensi 51
Lampiran 15 Denah dan detail balok 54
vi
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan (SIL) berdiri pada tahun 2008
merupakan departemen terbaru di Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada saat ini
Departemen SIL melaksanakan kegiatannya di Gedung Fakultas Teknologi
Pertanian (FATETA), tetapi luas gedung dan jumlah ruangan di FATETA tidak
mencukupi untuk menunjang seluruh kegiatan yang dilakukan pada Departemen
SIL.
Green building Departemen SIL merupakan usulan bangunan baru yang
akan dibangun untuk menunjang seluruh kegiatan Departemen SIL. Gedung yang
dirancang memiliki lima lantai ini diperuntukkan untuk ruang kelas, ruang
adminitrasi, ruang dosen, laboratorium, dan lantai teratas sebagai atap. Konsep
green building diambil untuk menjadi contoh aplikasi dari bagunan untuk Bidang
Teknik Sipil dan Lingkungan. Potensi kerusakan lingkungan yang diakibatkan
oleh suatu bangunan dapat diminimalisir dengan konsep green building (Firsani
dan Utomo 2012).
Berdasarkan peruntukannya akan ada banyak kegiatan yang dilakukan di
gedung tersebut tingkat keamanan gedung perlu diperhitungkan untuk menjamin
keberlangsungan seluruh kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Keamanan
gedung dapat diperoleh melalui perhitungan perencanaan struktur gedung.
Gedung yang aman adalah gedung yang mampu menopang beban rencana. Beban
tersebut berupa beban mati, beban hidup, dan beban gempa. Beban gempa
dihitung karena Indonesia merupakan negara yang rawan gempa, terletak pada
terletak dipertemuan Cirkum Pasifik dan Trans Asiatik (Yanto 2010). Bogor
terletak pada wilayah gempa 4 sehingga kemungkinan terjadi gempa cukup besar.
Perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa sangat penting di Indonesia,
mengingat sebagian besar wilayahnya terletak dalam wilayah gempa dengan
intensitas moderat hingga tinggi (Pranata 2006). Penelitian ini dilakukan sebagai
usulan perencanaan struktur gedung baru berkonsep green building untuk
Departemen SIL IPB yang aman terhadap gempa untuk wilayah 4.
Material struktur menggunakan beton bertulang. Perhitungan perencanaan
gedung pada penelitian ini menggunakan software SAP2000 Analisis gempa
dilakukan dengan mengacu pada SNI 1726:2012 tentang Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan non Gedung (BSN 2012).
Diharapkan penelitian ini menghasilkan usulan perencanaan struktur beton
bertulang yang aman untuk pembangunan Green Building Departemen SIL yang
aman terhadap gempa dengan mengacu pada SNI 1726:2012.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Beton
Beton secara umum merupakan bahan bangunan yang terbuat dari air,
semen portland, agregat halus, dan agregat kasar, yang bersifat keras seperti
batuan (Tjokrodimuljo, 2012). Penambahan semen dan air pada pembuatan beton
guna untuk merekatkan agregat dan pasir melalui proses reaksi kimia. Untuk
mencapai nilai kekuatan dan durabilitas beton yang sesuai dengan perencanaan
dipengaruhi oleh banyak faktor yang membentuk suatu fungsi. Dalam aplikasinya,
penggunaan beton pada elemen struktur bangunan diwujudkan dalam banyak
3
komponen, antara lain, balok, kolom, plat, dan pondasi (Pratama dan Budio 2011).
Beton yang digunakan pada penelitian ini memiliki beberapa karakteristik yang
tertera pada Tabel 1.
Beton bersifat getas, sehingga mempunyai kuat tekan tinggi namun kuat
tariknya rendah. Kuat tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat lain,
maksudnya bila kuat tekannya tinggi, umumnya sifat-sifat yang lain juga baik.
Beton normal dipakai untuk struktur beton bertulang, bagian-bagian struktur
penahan beban, misalnya kolom, balok, dinding yang menahan beban, dan
sebagainya. Kuat tekan beton normal berkisar antara 15 MPa - 30 MPa. Khusus
untuk struktur beton yang berada di daerah gempa, kuat tekannya minimum 20
MPa (Tjokrodimuljo, 2012).
Tabel 1 Sifat karakteristik beton
Karakteristik Nilai
Kekuatan, beton normal K350 29.05 Mpa
Berat Jenis 2.40 kg/m3
Modulus elastis 2533.08 Mpa
Possion ratio 0.15
Modulus geser 8,865 x 109 kg/m3
Beton Bertulang
Beton memiliki kuat tekan yang relatif tinggi dibandingkan dengan bahan-
bahan lain, tetapi kuat tariknya sangat rendah, sehingga memerlukan tulangan
tarik. Tulangan tarik untuk beton bertulang menggunakan serat yang terbuat dari
baja, plastik, kaca, dan lain-lain. Baja merupakan material yang paling sering
digunakan sebagai serat tulangan. Sifatnya yang mudah terkena korosi
menyebabkan kekuatan beton bertulang berkurang, namun baja ditanam pada
beton, sehingga selimut beton akan melindungi baja dari kemungkinan korosi
(Hernowo dan Listanto 2016).
Perencanaan beton bertulang mengacu pada SNI 2847 – 2013 (BSN 2013b).
Salah satu dasar anggapan yang digunakan dalam perencanaan dan analisis
struktur beton bertulang adalah lekatan batang tulangan baja dengan beton yang
mengelilinginya berlangsung sempurna tanpa terjadi penggelinciran atau
pergeseran (Ginting dan Purnomo 2010).
Pembebanan yang direncanakan adalah beban mati dan beban hidup.
Asumsi perletakan untuk tangga pada tumpuan bawah adalah jepit, pada tumpuan
tengah adalah sendi, pada tumpuan atas adalah jepit. Asumsi perletakan untuk plat
lantai adalah jepit penuh, untuk balok adalah jepit jepit, dan untuk portal jepit
pada kaki portal dan beban pada titik yang lain. Analisis tampang akan
menggunakan persamaan yang tertera pada SNI 1727 – 2013. Jarak minimum
tulang sengkang adalah 25 mm. Jarak maksimum tulang sengkang 240 mm atau
2h (BSN 2013a).
Plat lantai pada penelitian ini direncanakan menggunakan metode bondek.
Metode bondek adalah metode dengan mengganti tulangan bawah diganti oleh
pelat bondek, dengan harapan mampu menghemat besi tulangan dan bekesting
dibawahnya. Tulangan atas bisa dibuat dalam bentuk batangan atau bisa juga
4
diganti dengan besi wiremesh agar lebih cepat dalam pemasangannya. Metode
pelaksanaan pelat lantai bondek lebih praktis jika dibandingkan dengan pelat
lantai konvensional. Hal ini dikarenakan dimensi material bondek dari fabrikasi
telah disesuaikan dengan keadaan di lapangan serta penggunaan wiremesh dapat
mempersingkat waktu karena tidak perlu dirakit seperti tulangan pada pelat
konvensional (Nadia 2017).
Pembebanan Struktur
R = 0,0098(ds + dh ) (1)
R = beban air hujan pada atap yang tidak melendut (kN/m2)
ds = kedalam air pada atap yang tidak melendut meningkat ke lubang masuk
system drainase sekunder apabila system drainase primer tertutup (tinggi
statis). (mm)
dn = tambahan kedalaman air pada atap yang tidak melendut di atas lubang
masuk system drainase sekunder pada aliran air rencana (tinggi hidrolik).
(mm)
q h = 0.613K z K zt K d V 2 (2)
struktur yang merupakan fungsi dari waktu (Muntafi 2012). Berikut adalah
persamaan – persamaan yang digunakan untuk perhitungan spektrum gempa:
FV
SM1 = (4)
S1
Fa
SMS = S (5)
S
2
SD1 = S
3 M1
(6)
2
SDS = S
3 MS
(7)
SD1
T0 = 0,2 (8)
SDS
SD1
Ts = (9)
SDS
Kombinasi Pembebanan
Struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk
memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini
mencakup faktor pembebanan (U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan
beban dan faktor reduksi, yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di
lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan
struktur yang direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam
memperhitungkan pembebanan. Kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh
variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian
dan tingkat pengawasan (Sudarmono 2010). Pada penelitian ini kombinasi beban
mengikuti kombinasi beban dasar dari SNI 1727:2013 (BSN 2013a) seperti
disampaikan pada persamaan (1) sampai persamaan (6):
U = 1.4D (10)
U = 1.2D + 1.6L + 0.5(La atau R) (11)
U = 1.2D + 1.6(La atau R) + (L atau 0.5W) (12)
U = 1.2D + 1.0W + L + 0.5(La atau R) (13)
7
Terdapat pula beberapa persamaan kombinasi beban yang diambil dari SNI
1726:2012 menjadi kombinasi terfaktor , yaitu
U = 1.36D + 3Q + L (16)
U = 0.74D + 3Q. (17)
Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja
untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah.
Fungsi struktur dapat disimpulkan untuk memberi kekuatan dan kekakuan yang
diperlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami keruntuhan. Struktur
merupakan bagian bangunan yang menyalurkan beban-beban. Beban-beban
tersebut menumpu pada elemen - elemen untuk selanjutnya disalurkan ke bagian
bawah tanah bangunan, sehingga beban-beban tersebut akhirnya dapat di tahan
(Ariestadi 2008).
Bangunan sipil harus memiliki elemen struktur (seperti pelat, balok, kolom,
tangga dan lain - lain) dengan dimensi penampang serta tulangan yang cukup agar
bangunan tersebut kuat, nyaman dan ekonomis. Struktur yang kuat berarti
tegangan yang terjadi pada setiap penampang tidak melebihi kekuatan bahan dari
struktur. Struktur yang aman berarti untuk segala kondisi pembebanan, struktur
tersebut tidak runtuh. Struktur nyaman berarti deformasi dari struktur tidak sampai
membuat pemakainya merasa tidak nyaman dalam memakainya. Maka dari itu,
pada struktur rangka beton portal terbuka dirancang menggunakan konsep kolom
yang kuat/balok yang lemah (strong column weak beam), sehingga kolom
didesain lebih kuat daripada baloknya yang dimaksudkan agar sendi plastis terjadi
pada balok (Rudiatmoko dan Wiryasa 2012).
Analisis Struktur pada penelitian ini dilakukan terhadap material beton
bertulang. Perencanaan komponen struktur beton bertulang mengikuti ketentuan
SNI 2847:2013 tetang Tatacara Perencanaan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung (BSN 2013b). Semua komponen struktur harus direncanakan cukup kuat
sesuai ketentuan yang dipersyaratkan dalam ketentuan SNI.
METODE PENELITIAN
(-6.5592, 106.7212)
U
1:5000
Gambar 3 Peta lokasi penelitian
Mulai
Pengumpulan data
Analisis pembebanan
Analisis dan
desain tidak aman
struktur
aman
Gambar Detail
Selesai
4. Gambar detail
Gambar detail dibuat dengan software AutoCAD 2017. Pengambaran detail
akan menunjukan detail penulangan dan detail dimensi hasil dari analisis
struktur.Gambar yang dibuat adalah gambar denah bangunan, denah kolom, denah
balok, detail balok, detail kolom, detail tangga, detail plat, dan potongan.
12
Green Building Departemen SIL yang disajikan pada laporan basic design
gedung mencakup kebutuhan ruangan, sistem yang akan digunakan dalam gedung,
dan spesifikasi ukuran gedung. Desain bangunan yang diajukan seperti pada
Gambar 4 dan 5 (Lampiran 2). Bangunan terdiri dari lima lantai, dengan lantai
pertama untuk ruang pertemuan dan laboratorium, lantai kedua untuk
laboratorium, lantai ketiga untuk perkantoran, lantai keempat untuk ruang
perkulihanan, dan lantai teratas sebagai roof top. Bangunan merupakan bangunan
green building yang dilengkapi dengan tanaman dan solar panel pada lantai teratas.
Secara struktur setiap lantai gedung merupakan lantai yang tipikal seperti pada
Gambar 7.
seluruhnya dibuat sendi jepit. SRPMK disarankan untuk bangunan yang dibangun
pada lokasi gempa tingkat sedang dan tinggi
Tabel 2 Perubahan spesifikasi antara laporan basic design dan penelitian
Aspek Desain Penelitian Alasan
Mempertimbangkan bila
terdapat aktivitas serentak,
Lebar koridor (m) 2.5 3
maka dibutuhkan ruang
yang leluasa pada koridor
Jarak antar kolom (m) 4.5 9
As kolom arah melintang 4 3 Mengurangi pekerjaan
As kolom arah membujur 14 struktur, waktu
tidak pembangunan, dan biaya.
Kanopi pada atap dibangun
dibangun
Kantilever 4.75 m tidak
Jarak kantilever sisi kanan
4.75 2.5 memungkinkan untuk
dan kiri (m)
dibangun
Berubah karena terjadi
Luas bangunan (m2) 1394 1428
perubahan ukuran koridor
Pembebanan Struktur
Pada penelitian ini beban yang diperhitungkan adalah beban mati (D), beban
hidup (L), beban angin (W), beban gempa (Q), beban hujan (R), dan beban hidup
pada atap (Lr). Beban mati dari berat bangunan sendiri akan dihitung otomatis
pada SAP2000, dan akan ditambahkan beban mati tambahan (SDL) dari material
tambahan. Input beban secara umum dapat dilihat pada Gambar 8.
Berdasarkan Persamaan (3), maka didapatkan beban angin sebesar 53.192 N/m2
atau 5.42 kg/m2.
Bangunan gedung kuliah ini berlokasi pada Kabupaten Bogor dengan jenis
tanah yaitu tanah sedang (SD). Berdasarkan SNI 1726:2012 dapat ditentukan
parameter perhitungan gempa seperti yang tertera pada Tabel 4. Beberapa
parameter didapat dari Persamaan (4) sampai (9). Nilai dari parameter tersebut
kemudian dimasukan ke dalam program SAP2000 seperti pada Gambar 9.
Penentuan parameter beban gempa dapat dilihat pada Lampiran 5.
(Q) hal tersebut menunjukan bahwa beban gempa memiliki faktor besar terhadap
gedung. Tipe max dan min pada kombinasi tersebut menunjukkan arah dating
gempa pada masing-masing sumbu. Beban gempa juga sangat berpengaruh
terhadap momen arah z. Bentuk bangunan apabila dikenakan kombinasi
0.74D+3Q dapat dilihat pada Gambar 10. Deformasi besar dapat dilihat pada
lorong tengah antara kantilever dan tangga.
Pemodelan Struktur
Gedung dimodelkan pada program SAP2000, seperti pada Gambar 11.
Warna biru menunjuk pada kolom dan balok serta warna merah menunjukkan plat.
Detail tahapan pemodelan struktur dapat dilihat pada Lampiran 6. Material yang
digunakan untuk beton adalah K350 dengan f’c 29.05 MPa, tulangan sengkang
BJTD37 dengan fy 240 MPa, dan tulangan utama BJTD40 dengan fy 400 MPa.
Ukuran besi tulangan pada penelitian ini mengacu pada Katalog PT. Gunung
Garuda.
keamanan struktur. Jika terdapat pesan error pada tabel tersebut maka dapat
dilakukan perubahan dimensi sampai tidak terdapat pesan error muncul.
Pemodelan pada SAP2000 ini merupakan model untuk desain kekuatan, bukan
untuk cek kekuatan. Hal tersebut mengartikan hasil akhir program merupakan
jumlah material yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan. Material tersebut
adalah luas area baja tulangan yang dibutuhkan. Tahapan pada pemodelan SAP
dapat dilihat pada Gambar 13.
Mendefisinikan material
Mendefinisikan dimensi
Analisis Struktur
Analisis Struktur
Pada penelitian ini pelat lantai dirancang untuk dibangun menggunakan
pelat bondek (plat cor deck) seperti pada Gambar 14. Hal ini dipilih karena pada
pelaksanaannya lebih mudah dibanding dengan pembetonan pelat bisa. Pelat
bondek berfungsi sebagai bekisting dan tulangan bawah pelat, sehingga pada
pelaksanaan tidak dibutuhkan pembuatan bekisting pelat dan penataan tulangan
bawah pelat. Pelat dipasang pada lantai 2 sampai 5. Pada lantai pertama plat tidak
18
Beban yang dimasukan pada pelat dapat dilihat pada Tabel 6. Detail beban
yang diperhitungkan dapat dilihat pada Lampiran 7. Pada SAP2000 tidak
dilakukan input beban mati akibat berat struktur sendiri, karena akan dihitung
otomatis oleh program. Beban mati yang dimasukan pada program merupakan
beban mati tambahan (SDL).
Tulangan atas untuk plat bondek dipilih berdasarkan Fastaria dan Putri
(2014) dalam Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 tulangan yang digunakan untuk plat
bondek adalah tulangan dengan diameter Ø8-250 (besi tulangan polos dengan
diameter 8mm dan jarak antar besi 250mm) untuk as tumpuan. As lapangan
menggunakan bondek itu sendiri karena bondek berfungsi sebagai tulangan utama.
Potongan pelat dapat dilihat pada Gambar 15.
Pada penelitian ini balok didesain dengan beberapa desain atau segmen.
Pada Balok pada sumbu x akan memiliki kode BXB dan yang terletak pada
sumbu y akan diberi kode BYL untuk bentang 13m dan BYS untuk bentang 9 m.
Balok pada tangga (BT) dan balok pada kantilever (BC). Panjang bentang balok
dapat dilihat pada denah balok di Lampiran 15. Posisi balok dapat dilihat pada
Gambar 16 , dan spesifikasi balok dapat dilihat pada Tabel 8.
Pada pembesian balok tidak dilakukan pembedaan tiap lantai, karena nilai
luas tulangan yang dibutuhkan pada masing – masing segmen ditiap lantai tidak
jauh berbeda. Meskipun dimesi balok pada umumnya sama, namun pembesian
didalamnya dapat berbeda. Penentuan jumlah tulangan balok utama dapat dilihat
pada Lampiran 8, penentuan jarak antar sengkang pada Lampiran 9, dan
penentuan dimensi efektif pada Lampiran 14. Pada beberapa bagian balok
memerlukan sengkang tambahan berupa tulangan torsi. Posisi balok tersebut dapat
dilihat pada Gambar 17. Pada balok dibagian tersebut disetiap lantai, perlu
diberikan tulangan torsi D10 disetiap 7.3 cm (Lampiran 9).
Beban yang dimasukan kedalam plat berupa beban mati tambahan sebesar
1020 kg/m (Lampiran 7). Kombinasi pembebanan yang berlaku pada balok
memiliki perbedaan pada masing-masing segmen. Kombinasi pembebanan dapat
dilihat pada Tabel 9. Kombinasi beban balok pada sumbu Y adalah 1.4D, hal ini
menunjukan beban yang berpengaruh adalah beban mati. Secara umum 1.4 D juga
menunjukan bahwa dimensi balok dapat diperkecil, namun hal tersebut tidak
dapat dilakukan karena penampang balok yang kecil mengakibatkan balok tidak
dapat menahan gaya tarik dan tekan dari kolom, apabila bangunan mengalami
guncangan. Detail pengecekan lendutan balok dapat dilihat pada Lampiran 10.
Pada perhitungan ini, seluruh kolom (K) pada bangunan memiliki dimensi
yang sama. Pada kolom tidak dilakukan input beban tambahan. Kolom langsung
menyalurkan beban yang berasal dari balok yang menahan beban pada pelat. Pada
Tabel 10 dapat dilhat spesifikasi kolom. Pembesian kolom pada seluruh gedung
sama menggunakan 18D19. Penentuan jumlah tulangan kolom dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Jarak antar sengkang didapat melalui nilai kebutuhan tulangan geser pada
program dibagi dengan Av dari D10. Kebutuhan tulangan geser sebesar 1.149
mm2/mm, dibagi 157.08 mm2 didapat jarak antar sengkang 136 mm. Gambar 18
menunjukkan potongan kolom.
21
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ariestadi D. 2008. Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK. Jakarta (ID):
Departemen Pendidikan Nasional.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. SNI 1726 – 2012 Tata Cara
Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Jakarta (ID): BSN.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013a. SNI 1727-2013 Beban Minimum
untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain. Jakarta (ID): BSN
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2013b. SNI 2847 – 2013 tentang
Persyarakatan Beton Stuktural untuk Bangunan Gedung. Jakarta (ID): BSN.
Budio SP. 2008. Dinamika. Semarang (ID): Universitas Brawijaya
Fastaria R, Putri Y E. 2014. Analisa Perbandingan Metode Halfslab dan Plat
Komposit Bondek Pekerjaan Struktur Plat Lantai Proyek Pembangunan
Apartement De Papilio Tamansari Surabaya. Surabaya (ID): Jurnal Teknik
Pomits Vol. 3 No.2 Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Fauzi I F, Sauman N. 2008. Analisis Struktur Rangka Ruang Atap Velodrome
Tanggarong, Kalimantan Timur. [skripsi]. Bandung (ID): Institut Teknolodi
Bandung
Firsani T, Utomo C. 2012. Analisa Life Cycle Cost pada Green Building Diamond
Building Malaysia. Surabaya (ID): Jurnal Teknik ITS Vol. 1, No. 1.
Ginting A, Purnomo T. 2010. Pengaruh Panjang Penyaluran Terhadap Kuat Cabut
Tulangan Baja. Bandung (ID): Jurnal Teknik Sipil Universitas Kristen
Maranatha.(6) 1: 1 – 9.
Hernowo S, Lisanto A. 2016. Retrofitting Sambungan Kolom-Balok Beton
Bertulang Ekspansi Planar Segitiga dengan Variasi Ukuran. Yogyakarta (ID):
Jurnal Forum Teknik Vol.37 No.1 Univeristas Atma Jaya Yogyakarta
Imran I, Simatupang R. 2010. Pengaruh Jenis Baja Tulangan terhadap Perilaku
Plastifikasi Elemen Struktur SRPMK. Bandung (ID): Jurnal Teknik Sipil
Universitas Kristen Maranatha. (6) 1: 32 – 45.
Muntafi Y. 2012. Evaluasi Kinerja Bangunan Gedung DPU Wilayah Kabupaten
Wonogiri dengan Analisis Pushover. Surakarta (ID): Simposium Nasional
RAPI XI FT UMS.
Nadia D. 2017. Analisis Perbandingan Biaya dan Waktu pada Pekerjaan Pelat
Lantai Konvensional dan Bondek. [skripsi]
Pranata Y. 2006. Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Tahan Gempa dengan
Pushover Analysis (Sesuai ATC-40, FEMA 356 dan FEMA 440). Bandung
(ID): Jurnal Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha. (3)1.
Pranata Y, Wijaya P. 2008. Kajian Daktilitas Struktur Gedung Beton Bertulang
Dengan Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Dorong. Bandung (ID):
Jurnal Teknik Sipil Universitas Kristen Maranatha. (8) 3: 250 – 26.
Pratama RF, Budio SP, Wijaya MN. 2011. Analisis Kekakuan Struktur Balok
Beton Bertulang dengan Lubang Hollow Core pada Tengah Balok. Semarang
(ID): Jurnal Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Putri AY. 2017. Opmalisasi Profil Baja IWF pada Bangunana Gudang Konstruksi
Gable Frame berdasarkan SNI 1729:2015 [skripsi]. Lampung (ID): Universitas
Lampung.
Rudiatmoko RS, Wiryasa NMA, Budiawati IAM. 2012. Perancangan Struktur
Gedung Beton Bertulang Menggunakan Sisten rangka Pemikul Momen Khusus
25
LAMPIRAN
27
Beban hidup yang digunakan pada penelitian ini diambil dari SNI
1727:2013 (BSN 2013a)
Lantai dasar
Lantai 1
Lantai 2, 3, dan 4
29
Lampiran 2 (lanjutan)
l
h=
18.5
2
b= ×h
3
Span h b Ʃ
V.Kolom Volume total
(mm) (mm) (mm) kolom
4500 236 157 192 5 167012428.2
9000 472 315 192 3 1336092322
13500 708 472 192 2 4509310026
18000 944 629 192 2 10688734350
Lampiran 3 (lanjutan)
yang besar pada daerah tropis akan berkurang penyerapan gelombang sinar
mataharinya, dikarenakan lama penyinaran yang diterima panel surya tidak utuh.
Pada gambar daerah yang diarsir adalah daerah panel surya yang tidak bisa
menyerap sinar matahari langsung dikarenakan posisi matahari sudah
membelakangi panel.
Lampiran 4 (lanjutan)
c. Faktor topografi (Kzt) untuk kondisi situs dan lokasi gedung dan
struktur bangunan lain yang tidak memenuhi semua kondisi yang
dipersyarakat maka nilai Kzt = 1,0.
d. Faktor efek tiupan angin (G) untuk suatu bangunan gedung dan
struktur lain yang kaku boleh diambil sebesar 0.85
e. Klasifikasi ketertutupan digunakan untuk bangunan gedung
tertutup sebagian
f. Koefisien tekanan internal (GCpi) untuk bangunan gedung tertutup
sebagian adalah ± 0.55
4. Tentukan koefisien eksposur tekanan velositas (Kz atau Kh) antara elevasi
(z) 15.2 m dengan eksposur B 0.81 dan elevasi (z) 18 m dengan eksposur
B 0.85 (BSN 2013a). Dari interpolasi untuk ketinggian 16 m, didapat nilai
sebesari 0.821
5. Tentukan tekanan velositas q atau qh
N N
q = 0.613Kz Kzt Kd V2 � 2 � =0.613 ×0.821 ×1×0.85×9.722 =40.45 2
m m
6. Tentukan koefisien tekanan eksternal (Cp atau CN) untuk dinding dan atap
rata, pelana, perisai, miring sepihak, atau mansard
Lampiran 5 (lanjutan)
Lampiran 5 (lanjutan)
Beberapa nilai parameter dalam beban gempa juga didapat dari SNI
1726:2013, yaitu:
a. Koefisien reduksi gempa (R) untuk gedung SRPMK 8
b. Koefisien gempa (Cu) sebesar 1.4
c. Ragam getar bangunan didapat dari persamaan Ta=Ct hnx
diketahui: Ct = 0.0466 ; x = 0.9; hn = 16
Ta=0.0466 × 160.9 = 0.56506
37
2. Mendefinisikan material
Definisi material beton K350 (kiri) dan Baja Tulangan BJTP 37 (kanan)
3. Mendefinisikan dimensi
Lampiran 6 (lanjutan)
Lampiran 6 (lanjutan)
Lampiran 6 (lanjutan)
Pada program Ms.Excel nilai dari luas area tersebut dimasukan pada
persamaan berikut:
Pada gambar hasil analisis program SAP2000 dapat dilihat bahwa nilai luas
tulangan yang dibutuhkan pada masing-masing balok berbeda-beda. Nilai yang
dipilih untuk dimasukan kedalam perhitungan jumlah tulangan yang dibutuhkan
diambil dari nilai yang terbesar.
Pengambilan nilai terbesar dari masing –masing kode balok dilakukan
dengan melihat pada tabel hasil analisis seperti pada Lampiran 9. Pada tabel
43
Lampiran 8 (lanjutan)
tersebut dapat dilihat FTopArea atau FBotArea terbesar, apabila nilai tersebut
dipilih program SAP akan menunjukan balok yang memiliki luas tulangan
terbesar. Diambil nilai luas tulangan yang butuhkan dari balok BYS, seperti pada
tabel berikut:
Nilai tersebut dibatasi dengan nilai Asmin sebagai batas minimum. Asmin BYS
adalah 435, sehingga nilai tulangan perlu pada kondisi lapang atas diganti dari 267
menjadi 435.
0.25√f'c
Asmin = bw d
fy
Nilai tersebut dicoba dimasukan pada berbagai diameter tulangan yang
disesuaikan dengan katalog dari PT Gunung Garuda, seperti pada tabel berikut:
Jumlah tulangan yang dibutuhkan adalah dua pada masing-masing tulangan atas
dan bawah. Jika jumlah tulangan kurang dari dua, maka diameter tulangan
tersebut tidak dipilih, jumlah tulangan juga tidak boleh terlalu banyak..
Disarankan untuk mengambil diameter 19 mm, dan nilai koma yang mendekati
dan lebih dari setengah dapat dibulatkan keatas. Pada tabel ada dua nilai pada
tulangan tumpuan, maka diambil nilai yang terbesar. Maka hasil akhir tulangan
44
Lampiran 8 (lanjutan)
BYS menggunakan D19, dengan tulangan tumpuan atas sebanyak 4 buah, bawah
2 buah, dan tulangan lapang atas sebanyak 2buah, dan bawah 2 buah
Besaran tulangan geser dapat dilihat pada nilai Av/s yang ditampilkan
pada model seperti gambar berikut
Tulangan Torsi
Kebutuhan tulangan torsi secara teoritis dapat dicek melalui persamaan
berikut:
∅√f'c A2 cp
Tu < � �
12 Pcp
bila nilai Tu kurang dari persamaan tersebut maka, tulangan torsi tidak dibutuhkan.
Nilai Tu dapat diperoleh melalui data hasil analisis program seperti gambar
berikut:
46
Lampiran 9 (lanjutan)
Kebutuhkan tulangan torsi dapat dilihat pula melalui model, dengan memilih out
put torsion reinforcement. Sama dengan tulangan geser, jarak tulangan torsi
dihitung.
157.08
s= =737mm
0.213
sehingga balok perlu ditambahkan tulangan torsi setiap jarak 737 mm.
47
Pada penelitian ini kolom berpenampang pesergi panjang (80 ×60 cm2), sehingga
terdapat jumlah tulangan pada sisi 80 cm dan sisi 60 cm. Berdasarkan nilai yang
terdapat pada tabel jumlah tulangan kolom yang disarankan dipilih d20 sebagai
tulangan utama kolom. Nilai pada tabel dibulatkan keatas, sehingga didapat
jumlah tulangan pada sisi 80 cm sebanyak 5 buah dan sisi 60 cm 4 buah. Total
tulangan yang dibutuhkan adalah 18 buah.
Lampiran 13 Data hasil analisis SAP2000 pada balok BYS di frame 471
FTopCombo FTopArea FBotCombo FBotArea Pesan error
mm2 mm2
1,36D + 3Q + L 259.598 1,36D + 3Q + L (Sp) 128.449 Aman
1,4D 259.254 1,4D (Sp) 128.28 Aman
1,2D + 1,6Lr + L 235.3 1,2D + 1,6Lr + L (Sp) 116.543 Aman
1,2D + 1,6L + 0,5Lr 235.22 1,2D + 1,6L + 0,5Lr (Sp) 116.503 Aman
1,2D + 1,6L + 0,5R 233.363 1,2D + 1,6L + 0,5R (Sp) 115.593 Aman
1,2D + L + W + 0,5Lr 230.848 1,2D + L + W + 0,5Lr (Sp) 114.359 Aman
1,2D + 1,6R + L 229.36 1,2D + 1,6R + L (Sp) 113.629 Aman
1,2D + L + W + 0,5R 228.992 1,2D + L + W + 0,5R (Sp) 113.448 Aman
1,2D + 1,6Lr + 0,5W 228.015 1,2D + 1,6Lr + 0,5W (Sp) 112.968 Aman
1,2D + 1,6R + 0,5W 222.082 1,2D + 1,6R + 0,5W (Sp) 110.056 Aman
1,4D 216.769 1,4D (Sp) 107.446 Aman
1,36D + 3Q + L 203.623 1,36D + 3Q + L (Sp) 100.984 Aman
1,2D + 1,6R + 0,5W 184.777 1,2D + 1,6R + 0,5W (Sp) 91.708 Aman
1,36D + 3Q + L 182.68 1,36D + 3Q + L (Sp) 63.897 Aman
1,4D 180.994 1,4D (Sp) 63.814 Aman
1,2D + 1,6Lr + 0,5W 178.572 1,2D + 1,6Lr + 0,5W (Sp) 88.651 Aman
1,2D + L + W + 0,5R 177.774 1,2D + L + W + 0,5R (Sp) 88.258 Aman
1,2D + 1,6R + L 177.39 1,2D + 1,6R + L (Sp) 88.068 Aman
1,2D + L + W + 0,5Lr 175.836 1,2D + L + W + 0,5Lr (Sp) 87.303 Aman
1,2D + 1,6L + 0,5R 173.345 1,2D + 1,6L + 0,5R (Sp) 86.075 Aman
1,2D + 1,6L + 0,5Lr 171.409 1,2D + 1,6L + 0,5Lr (Sp) 85.12 Aman
1,2D + 1,6Lr + L 171.192 1,2D + 1,6Lr + L (Sp) 85.013 Aman
1,2D + 1,6Lr + L 166.877 1,2D + 1,6Lr + L (Sp) 58.002 Aman
1,2D + 1,6L + 0,5Lr 166.815 1,2D + 1,6L + 0,5Lr (Sp) 57.983 Aman
0,9D + W 165.419 0,9D + W (Sp) 82.165 Aman
1,2D + 1,6L + 0,5R 165.188 1,2D + 1,6L + 0,5R (Sp) 57.532 Aman
1,2D + L + W + 0,5Lr 162.977 1,2D + L + W + 0,5Lr (Sp) 56.92 Aman
1,2D + 1,6R + L 161.673 1,2D + 1,6R + L (Sp) 56.559 Aman
1,2D + L + W + 0,5R 161.351 1,2D + L + W + 0,5R (Sp) 56.469 Aman
1,2D + 1,6Lr + 0,5W 160.482 1,2D + 1,6Lr + 0,5W (Sp) 56.231 Aman
1,2D + 1,6R + 0,5W 155.283 1,2D + 1,6R + 0,5W (Sp) 54.788 Aman
1,4D 143.69 1,4D (Sp) 63.814 Aman
0,9D + W 138.485 0,9D + W (Sp) 68.862 Aman
0,74D + 3Q 136.269 0,74D + 3Q (Sp) 67.766 Aman
1,36D + 3Q + L 133.512 1,36D + 3Q + L (Sp) 63.897 Aman
1,2D + 1,6R + 0,5W 122.466 1,2D + 1,6R + 0,5W (Sp) 54.788 Aman
1,2D + 1,6Lr + 0,5W 116.988 1,2D + 1,6Lr + 0,5W (Sp) 56.231 Aman
1,2D + L + W + 0,5R 116.295 1,2D + L + W + 0,5R (Sp) 56.469 Aman
1,2D + 1,6R + L 115.956 1,2D + 1,6R + L (Sp) 56.559 Aman
51
1. Dihitung lendutan izin maksimum yang dihitung melalui Tabel 9.5(b) dari
SNI.
Balok
1. Asumsi dimensi awal ditentukan dengan sepertigapuluh bentang
Balok BXB memiliki bentang sepanjang 9m, maka asumsi dimensi awal adalah
300 mm. Dimensi ini dimasukan pada SAP2000.
2. Setelah program melakukan analisis dapat dilihat bila:
a. Dimensi terlalu besar maka kombinasi beban yang diambil oleh
program adalah 1.4D
52
Lampiran 14 (lanjutan)
3
h= � Ao
2
Pada saat input dimensi kolom pada program, dapat dipilih atau dicentang
pilihan ‘reinforcement to be design’. Hal tersebut adalah perintah untuk program
agar mendesain tulangan untuk kolom. Pada perencanaan kolom program hanya
memberikan luas tulangan yang optimum yang dibutuhkan, untuk mengecek
struktur balok layak atau tidak, dapat dihitung melalui PPM Ratio. Bila nilai PPM
Ratio diatas 1 maka kolom gagal.
Pu Mux Muy
PPM Ratio= + +
2Pc Mcx Mcy
PPMRatio dapat juga dilihat dari warna model banguan pada program. Program
menunjukan warna orange pada kolom, menunjukan nilai PPMRatio lebih dari 0.9.
53
Lampiran 14 (lanjutan)
RIWAYAT HIDUP