Anda di halaman 1dari 181

LAPORAN PRAKTIKUM

PERANCANGAN STRUKTUR

Disusun Oleh :
Rohmat Nurcahyo 20140110202
Budi Suryo Wibowo 20140110207
Syakur Adhi Tyasmoro 20140110225
Iqbal Abdurrahman Rasyid 20140110226
Novrizal 20140110228

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM
PERANCANGAN STRUKTUR

Disusun Oleh :
Rohmat Nurcahyo 20140110202
Budi Suryo Wibowo 20140110207
Syakur Adhi Tyasmoro 20140110225
Iqbal Abdurrahman Rasyid 20140110226
Novrizal 20140110228

Telah diperiksa dan disetujui oleh :


Mengetahui :

Yogyakarta, Desember 2016 Yogyakarta, Desember 2016


Dosen Praktikum Asisten Dosen

Edi Hartono, ST. MT. Rahadian Surya Baskara

ii
LEMBAR ASISTENSI

iii
KATA PENGANTAR

Assalammu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Akhirnya Laporan Praktikum
Perancangan Struktur ini bisa terselesaikan walaupun jauh dari kesempurnaan.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh
Pendidikan Strata 1 (S1), di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan ini kami mendapatkan bimbingan dari berbagai
pihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua, yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materiil.
2. Edi Hartono, S.T., M.T. selaku dosen praktikum Perancangan Struktur.
3. Saudara Rahadian Surya Baskara selaku Assisten Praktikum Perancangan
Struktur.
4. Semua pihak yang telah membantu sehingga Laporan ini dapat terselesaikan.
Sangat kami sadari keterbatasan dalam penyusunan laporan ini, untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami berharap
semoga Laporan Praktikum ini berguna bagi kita semua para pembaca. Aamiin.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Desember 2016

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
LEMBAR ASISTENSI iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG 1
B. FUNGSI BANGUNAN 1
C. LOKASI PEMBANGUNAN 2
D. TIPE STRUKTUR 2
E. APLIKASI/SOFTWARE 3
F. TAHAP PERANCANGAN STRUKTUR 5
BAB II PEMBEBANAN
A. PEMBEBANAN STRUKTUR ATAP 6
B. PEMBEBANAN STRUKTUR PORTAL 13
BAB III PEMODELAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SAP2000

A. PEMODELAN STRUKTUR ATAP DENGAN PROGRAM


SAP2000 V14 26
B. PEMODELAN STRUKTUR PORTAL DENGAN PROGRAM
SAP2000 V14 53
BAB IV PERHITUNGAN STRUKTUR ATAP DAN PORTAL
A. TEORI UMUM 75
B. PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR ATAP 79
C. PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR PORTAL 101
D. PERHITUNGAN FONDASI 143
BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
A. TEORI UMUM 154
B. PERHITUNGAN RAB 155
C. HASIL RENCANA ANGGARAN BIAYA 166
PENUTUP vii
DAFTAR PUSTAKA viii
LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Praktikum perancangan struktur merupakan salah satu praktikum wajib di
Program Studi Strata-1 Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam praktikum ini kelompok kami mendapatkan pelajaran untuk mendesain
dan merancang sebuah struktur gedung kampus.
Secara umum kampus memiliki fungsi, yaitu:
1. pusat belajar mahasiswa, gedung kampus memiliki fungsi sebagian besar
adalah sebagai tempat belajar mahasiswa untuk mendapatkan ilmu,
2. tempat operasional, gedung kampus juga banyak memiliki kegunaan
sebagai tempat menjalankannya oprasional kegiatan kampus itu sendiri,
3. pusat penelitian, dalam gedung kampus juga sering disediakan
laboraturium yang berguna sebagai tempat penelitian atau pun sebagai
tempat praktikum bagi para mahasiswa,
4. tempat bersosialisasi, banyaknya mahasiswa yang berasal dari daerah-
daerah tertentu terkadang menimbulkan terjadinya sosialisasi antar
mahasiswa.
Bangunan yang dibuat bernama Gedung Surya Baskara. Fungsi gedung
tersebut adalah gedung untuk perkuliahan program studi teknik sipil di Institut
Teknologi Baskara (ITB). Bangunan tersbut terdiri dari enam lantai dengan
struktur atap ringan dengan tipe atap pelana dengan sudut atap (α) 30 jenis
genteng beton, dan panjang tritisan 1 m. Kuda-kuda menggunakan sistem truss
baja IWF dengan gording dari baja dengan mutu baja BJ 37.
Data geometris elevasi lantai dasar (+H1 = +0.00) berada +100 cm dari
elevasi halaman. Dalam praktikum ini menggunakan software dalam
perancangan seperti AutoCAD, SAP2000, dan Microsoft Excel . Tahapan-
tahapan perancangan struktur bangunan adalah mendesain atap kemudian
mencari beban yang bekerja di seluruh bagian, kemudian beban yang bekerja
digunakan untuk perhitungan dimensi kolom, balok, dan plat. Setelah

1
2

mendesain atap dan struktur portal maka dapat ditentukan jenis pondasi yang
tepat, apakah menggunakan pondasi tiang pancang atau menggunakan pondasi
bore pile.

B. TUJUAN PERENCANAAN
Tujuan perencanaan dibuatnya gedung kampus tersebut tidak lepas dari
fungsi kampus itu sendiri. Tujuan pokok didirikannya sebuah gedung kampus
adalah:
1. menyediakan sarana atau tempat untuk menimba ilmu sebanyak mungkin,
2. sebagai tempat bersosialisasi antar mahasiswa,
3. pusat penemuan karya baru dari pemikiran mahasiswa melalui percobaan
atau penelitian yang dilakukan.

C. LOKASI BANGUNAN

Gambar 1.1 Denah lokasi gedung kampus


Gedung kampus ini berlokasi di Jalan Batikan No.57, Kota Yogyakarta.
Pemilihan lokasi di tempat ini dikarenakan banyaknya penduduk dan dekat
dengan pusat kota diharapkan bisa menyerap pengangguran penduduk sekitar
dengan membuka usaha baru yang berguna bagi mahasiswa sekitar kampus.
3

D. DATA PERENCANAAN
Data perencanaan pembangunan gedung kampus ini adalah sebagai
berikut:
1. Spesifikasi Bahan
a. Luas Bangunan : 360 m2
b. Jumlah Lantai : 6 Lantai
c. Tinggi Antar Lantai: Lantai dasar ke lantai 1 (±4.00 m)
Lantai 1 ke lantai 2 (±3.00 m)
Lantai 2 ke lantai 3 (±3.00 m)
Lantai 3 ke lantai 4 (±3.00 m)
Lantai 4 ke lantai 5 (±3.00 m)
d. Struktur Atap : Baja
e. Penutup Atap : Genteng beton
f. Tipe Rangka Kuda-kuda : Pelana
g. Pondasi : Bore pile
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Baja Profil : BJ - 37
b. Mutu Beton : 30 Mpa
c. Mutu Baja Tulangan : 240 Mpa

E. APLIKASI / SOFTWARE
Dalam perancangan ini kami menggunakan 3 aplikasi/software
diantaranya:
1. Program SAP2000
Program SAP2000 merupakan Program yang dapat digunakan
untuk analisa struktur mulai dari struktur yang bersifat linear hingga
nonlinear. Selain itu, SAP2000 juga menyediakan fasilitas desain
bangunan yang didukung oleh berberapa standar perencaanaan
Internasional seperti ACI, AASTHO, dan EUROCODE. Untuk analisa
dinamis, disediakan jenis analisa seperti respon spectrum dan time
history yang didukung dengan penyediaan data percepatan gempa yang
4

berskala tinggi dalam file format text (*.txt). Selain beberapa analisa
desain di atas, SAP2000 juga menyediakan beberapa modul – modul
tambahan seperti Brigde Modeler, Stage Construction, dan OffShore
Analysis. Modul-modul tersebut dapat diaktifkan dengan membayar biaya
pengaktifan kepada CSI.
2. AutoCAD
AutoCAD adalah sebuah perangkat lunak CAD yang berfungsi
untuk menggambar/ mendesain sebuah objek 2 dimensi maupun 3 dimensi
dengan sistem CAD. AutoCAD adalah software desain yang paling populer
di dunia karena keunggulannya dalam mengembangkan produk-
produknya. AutoCAD dikembangkan oleh Autodesk yang memiliki banyak
versi mulai dari versi pertama yang dikeluarkannya adalah 1.0 (tahun
1982) sampai dengan versi yang sekarang. AutoCAD terus berinovasi
dengan mengeluarkan versi-versi terbarunya dan fitur-fitur yang lebih
menarik tentunya.
3. Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel
Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah program
aplikasi lembar kerja spreadsheet yang dibuat dan didistribusikan oleh
Microsoft Corporation yang dapat dijalankan pada Microsoft
Windows dan Mac OS. Aplikasi ini memiliki fitur kalkulasi dan
pembuatan grafik yang, dengan menggunakan
strategi marketing Microsoft yang agresif, menjadikan Microsoft Excel
sebagai salah satu program komputer yang populer digunakan di
dalam komputer mikro hingga saat ini. Bahkan, saat ini program ini
merupakan program spreadsheet paling banyak digunakan oleh banyak
pihak, baik di platform PC berbasis Windows maupun
platform Macintosh berbasis Mac OS, semenjak versi 5.0 diterbitkan pada
tahun 1993. Aplikasi ini merupakan bagian dari Microsoft Office System,
dan versi terakhir adalah versi Microsoft Office Excel 2013 yang di
integrasikan di dalam paket Microsoft Office System 2013.
5

F. PERATURAN DALAM PERANCANAAN


Dalam Perancanaan ini SNI yang digunakan adalah :
1. SNI-03-1727-2013 tentang beban minimum untukperancangan gedung,
2. SNI-03-1726-2012 tentang tata cara perancanaan ketahanan gempa untuk
gedung dan non gedung,
3. SNI-03-1729-2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja
struktural,
4. SNI-03-2847-2013 tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung.
6

G. TAHAP PERENCANAAN BANGUNAN

START

Pengumpulan Data :

 Karakteristik Lokasi
 Fungsi Bangunan
 Beton
 Baja
 dll (denah,dll)

Analisis beban dan perkiraan


Dimensi

Pemodelan struktur (SAP 2000)

Analisis Struktur (Run)


 Gaya Dalam
 Deformasi
 Periode dan Frekuensi

Cek Kapasitas Mn, Pn, Vn

DED & RAB

FINISH
BAB II
PEMBEBANAN

A. TEORI UMUM
Analisis pembebanan yang dihitung adalah analisis pembebanan struktur
atap dan struktur portal. Atap merupakan benda yang digunakan untuk
menutup bagian atau suatu bangunan. Struktur portal merupakan struktur
rangka kaku yang terdiri dari balok untuk bagian horizontal dan kolom untuk
bagian vertikal.
Pada pembuatan bangunan Gedung Surya Baskara digunakan baja struktur
untuk rangka atapnya. Baja struktur adalah suatu jenis baja yang berdasarkan
pertimbangan ekonomi, kekuatan dan sifatnya cocok untuk pemikul beban.
Perencanaan struktur baja memperhatikan persyaratan sebagai berikut :
1. Cukup kuat dan kaku.
2. Tidak mengganggu fungsi struktur.
3. Biaya pembuatan dan pemeliharaan harus murah.
4. Siap untuk disesuaikan dengan pengembangan dimasa akan datang.
Sedangkan untuk pembuatan struktur portal menggunakan beton
bertulang. Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 3.13 mendefinisikan beton
bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang
tidak kurang dari nilai minimum yang disyaratkan dengan atau tanpa
prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua bahan tersebut
bekerja sama dalam memikul gaya-gaya. Beton bertulang terbuat dari
gabungan antara beton dan tulangan baja. Oleh karena itu, beton bertulang
memiliki sifat yang sama seperti bahan-bahan penyusunnya yaitu sangat kuat
terhadap beban tekan dan beban tarik.

B. JENIS-JENIS PEMBEBANAN
Struktur harus diperhitungkan mampu memikul berbagai beban yang
mungkin bekerja. Berbagai kombinasi pembebanan perlu dicoba untuk
memperoleh keadaan yang paling membahayakan struktur. Pembebanan yang

7
8

dipakai dalam perencanaan gedung ini sesuai dengan SNI 03-1727-2013


tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung, antara
lain sebagai berikut:
1. Beban Mati (D)
Beban mati adalah berat dari semua bagian pada suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala bahan, finishing, mesin mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung,
sebagai contoh berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung
adalah:
a. beton bertulang,
b. muatan dinding batu bata,
c. beban tegel keramik per cm tebal,
d. beban plafon dan penggantung,
e. beban adukan semen per cm tebal,
f. penutup atap genting dengan reng dan usuk per luas dalam meter.
2. Beban Hidup (L)
Beban hidup adalah semua beban akibat pemakaian atau penghunian
suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yangberasal dari barang-
barang yang dapat berpindah, dan atau beban akibat air hujan pada atap.
Beban-beban yang termasuk beban hidup adalah:
a. beban hidup orang pada lantai,
b. beban hidup orang pada tangga,
c. beban pada tangga dan bordes,
d. beban akibat air hujan (r), rumus (40-0.8α) kg/m2
α = sudut kemiringan atap
e. beban atap yang dapat dibebani orang,
f. beban terpusat pekerja dan peralatannya.
3. Beban Angin (W)
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau
bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban
angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan
9

negatif (hisap), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau.
Besarnya tekanan positif dan tekanan negatif ini dinyatakan dalam kg/m²,
ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup yang telah ditentukan dengan
koefisien-koefisien angin yang telah ditentukan dalam peraturan ini.
Tekanan tiup diambil 25 kg/m2, sedang untuk koefisien angin diambil
untuk koefisien angin untuk gedung tertutup dan sudut kemiringan atap (a)
kurang dari 65º. Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur
akibat tekanan-tekanan dari gerakan angin.
a. tekanan tiup di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari pantai
harus diambil minimum 40 kg/m2,
b. untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain tertentu, di
mana terdapat kecepatan-kecepatan angin yang mungkin
menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar daripada yang ditentukan
dalam ayat 1 dan 2, tekanan tiup (p) harus dihitung dengan rumus :
v2
p= (kg/m2)
16

dimana v adalah kecepatan angin dalam m/det, yang harus ditentukan


oleh instansi yang berwenang,
c. pada cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan dengan
rumus (42,5 + 0,6h), di mana h adalah tinggi cerobong seluruhnya
dalam meter, diukur dari lapangan yang berbatasan.
4. Beban Gempa (E)
Semua beban statik ekwivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa
(Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung, 1987).
Analisis beban gempa yang dipakai dalam pembuatan gedung ini adalah
dengan metode respon spektrum.
5. Beban Khusus
Semua beban statik ekwivalen yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan,
penurunan fondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban
10

hidup seperti gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-
mesin, serta pengaruh-pengaruh khusus lainnya.
Berdasarkan SNI 03-1727-2013, kombinasi beban dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. 1,4D
2. 1,2D + 1,6 L + 0,5(Lr atau S atau R)
3. 1,2D + 1,6(Lr atau S atau R) + (L atau 0,5W)
4. 1,2D + 1,0W + L + 0,5(Lr atau S atau R)
5. 1,2D + 1,0E + L + 0,2S
6. 0,9D + 1,0W
7. 0,9D + 1,0E
Keterangan:
D = beban mati
L = beban hidup
Lr = beban hidup atap tereduksi
R = beban hujan
W = beban angin
E = beban gempa
S = beban salju
11

C. ANALISIS HITUNGAN
1. Analisis hitungan pada atap
a. Dimensi Atap
1) Dimensi Kuda-kuda
α = 30o

tan 30o =
𝑥
y
6
x = tan 30o x 6 x

x = 3,464 m
2,4 m 2,4 m 1,2 m
y = ඥ3,4642 + 2

6 Gambar 2.1 Dimensi


y = 6,928 m kuda kuda
2) Dimensi Tritisan
𝑥
tan 30° =
1
y
= tan 30° (1) x

= 0,577
1m
y = ඥඥ1ඥ2 +
ඥ0,577ඥ² Gambar 2.2 Dimensi
Tritisan
= 1,155 m

Gambar 2.3 Dimensi atap


12

b. Beban Mati Tambahan


1) Beban Genting Beton, Usuk, Reng (Beban= 50 kg/m2)

Gambar 2.4 Beban mati tambahan

D1 = [1,155+ (½.1,386)] x 50 kg/m2


= 92,376 kg/m
D2 = [(½.1,386)+ (½.1,386)] x 50 kg/m2
= 69,3 kg/m
2) Beban Plafon (Beban= 18 kg/m2)
P1 P5 P5 P5 P5 P1

P2 P6 P6 P6 P6 P2 3m

P3 P7 P7 P7 P7 P3
5m

P3P7 P7 P7 P7 P7 P3

P3P7 P7 P7 P7 P7 P3
5m
P4 P8 P8 P8 P8 P4

P9 P10 P10 P10 P10 P9


4m
P4 P8 P8 P8 P8 P4

P3 P7 P7 P7 P7 P3
5m
P3 P7 P7 P7 P7 P3

P3 P7 P7 P7 P7 P3
5m
P2 P6 P6 P6 P6 P2

P1 P5 P5 P5
3m
P5 P1

Gambar 2.5 Beban plafon


P1 = 18 x (½ x 2,4) x (½ x 3)
= 32,4 kg/m
13

P2 = 18 x [(½x 2,4)+(½ x 2,4)]x (½ x 3)


= 54 kg/m
P3 = 18 x (½ x 2,4) x [(½ x 3) + (½ x 2,5)]
= 59,4 kg/m
P4 = 18 x [(½ x 2,4)+ (½ x 2,4)] x [(½ x 3) + (½ x 2,5)]
= 118,8kg/m
P5 = 18 x (½ x 2,4)x [(½ x 2,5) + (½ x 2,5)]
= 54 kg/m
P6 = 18 x [(½ x 2,4)+ (½ x 2,4)] x [(½ x 2,5) + (½ x 2,5)]
= 108 kg/m
P7 = 18 x (½ x 2,4) x [(½ x 2,5) + (½ x 2)]
= 48,6 kg/m
P8 = 18 x [(½ x 2,4)+ (½ x 2,4)]x [(½ x 2,5) + (½ x 2)]
= 97,2 kg/m
c. Beban Hidup
1) Beban pekerja= 100 kg
2) Beban air hujan

Gambar 2.6 Beban air hujan

Beban = 40 - (0,8 x α)
= 40 – (0,8 x 30o)
= 16 kg/m2
R1 = 16 x (1,155 + ½ x 1,155)
= 27,72 kg/m
R2 = 16 x (½ x1,155 + ½ x 1,155)
=18,48 kg/m
14

d. Beban Angin

Gambar 2.7 Beban angin

V = 15
𝑉² 15²
P= = = 14,062
16 16

1) Desak
Koefisien tekan = 0,02 (α) – 0,4
= 0,02 (30) – 0,4
= 0,2
Wt1 = 0,2 x [(½.1,386 + 1,155)] x 14,062
= 5,197 kg/m
a) H = 5,197 x cos30° = 4,501 kg/m
b) V = 5,197 x sin 30° = 2,599 kg/m
Wt2 = 0,2 x [(½.1,386) + (½.1,386)] x 14,062
= 3,898 kg/m
a) H = 3,898 x cos30° = 3,376 kg/m
b) V = 3,898 x sin 30° = 1,949 kg/m
Wt3 = 0,2 x (½.1,386) x 14,062
= 1,949 kg/m
a) H = 1,949 x cos30° = 1,688 kg/m
b) V = 1,949 x sin 30° = 0,975 kg/m
2) Hisap
Koefisien hisap = - 0,4
Wh1 = -0,4 x [(½.1,386 + 1,155)] x 14,062
= -10,395 kg/m
a) H = -10,395 x cos30° = -9,002 kg/m
15

b) V = -10,395 x sin 30° = -5,198 kg/m


Wh2 = -0,4 x [(½.1,386) + (½.1,386)] x 14,062
= -7,796 kg/m
a) H = -7,796 x cos30° = -6,752kg/m
b) V = -7,796 x sin 30° = -3,898 kg/m
Wh3 = -0,4 x (½.2,386) x 14,062
= -3,898 kg/m
a) H = -3,898 x cos30° = -3,376kg/m
b) V = -3,898 x sin 30° = -1,949 kg/m

2. Analisis hitungan pada portal


a. Perencanaan Dimensi Portal
Ukuran Kolom : 60 cm × 60 cm
Ukuran Balok Induk : 40 cm × 50 cm
Ukuran Balok Sloof : 40 cm × 50 cm
Ukuran Balok Bordes : 15 cm × 30 cm
Ukuran Balok Ring : 24 cm × 30 cm
Tinggi lantai dasar ke lantai 1 : 400 cm = 4 m
Tinggi lantai 1 ke lantai 2, 3, 4, dan 5 : 300 cm = 3 m
b. Beban Dinding
Dinding yang digunakan merupakan dinding pasangan bata
merah (setengah bata) 250 kg/m2.
1) Balok lantai dasar (sloof) ke lantai 1
h’ = 4 – 0,5 = 3,5 m
beban dinding = 250 x 3,5 = 875 kg/m2
2) Balok lantai 1 ke lantai 2 dan seterusnya
h’ = 3 – 0,5 = 2,5 m
beban dinding = 250 x 2,5 = 625 kg/m2
3) Balok lantai dasar (sloof) ke bawah bordes
h’ = 2 – (0,5x0,5+0,5x.0,3) = 1,6 m
beban dinding = 250 x 1,6 = 400 kg/m2
16

4) Balok Balok lantai 1, 2, 3, 4, dan 5 ke bawah bordes


h’ = 1,5 – (0,5x0,5+0,5x.0,3)= 1,1 m
beban dinding = 250 x 1,1 = 272 kg/m2
c. Beban Plat Lantai
1) Beban Mati
Keramik = 24 kg/m2
Spesi = 21 x 2 = 42 kg/m2
Plafon = 18 kg/m2
Urugan Pasir = 80 kg/m2
Total beban = 164 kg/m2
2) Beban Hidup
Beban hidup pada lantai bangunan 250 kg/m2
(Gedung Kampus, PPURG 1987)
d. Beban Plat Bordes
1) Beban Mati
Keramik = 24 kg/m2
Spesi = 21 x 2 = 42 kg/m2
Total beban = 66 kg/m2
2) Beban Hidup
Beban hidup plat bordes 300 kg/m2
(Gedung Kampus, PPURG 1987)
e. Beban Angin
1) Sisi Samping
Jumlah titik = 48
Luas sisi (A) = 480 m2
Tekanan Angin = 14,062 kg/m2
A x Tekanan Angin
Sisi samping =
Jumlah titik

480 x 14.062
= 48

= 140,62 kg
17

2) Sisi Depan
Jumlah titik = 24
Luas sisi (A) = 192 m2
Tekanan Angin = 14,062 kg/m2
A x Tekanan Angin
Sisi samping =
Jumlah titik

192 x 14.062
= 24

= 112,5 kg
f. Beban Tangga
1) Perencanaan Tangga
a) Tangga lantai dasar
Panjang ruang tangga = 4,5 m
Lebar ruang tangga = 2,5 m
Panjang bordes = 1,5 m
Panjang datar tangga =3m
Tinggi antar tangga =2m
Tinggi tangga =4m
Panjang miring tangga (L) =√22 + 32
= 3,606 m → 360,6 cm
2
Sudut miring tangga (α) = arc cos
3

= 33,703o
𝑈𝑝
Tan(α) =
𝐴𝑛
𝑈𝑝
Tan(33,703) =
𝐴𝑛
𝑈𝑝
0,667 =
𝐴𝑛

Up = 0,667 x An
2 x Up + An = 64 cm
2 x 0,667An + An = 64 cm
1,334.An = 64 cm
Diambil An = 27,5 cm
Up = 0,667 x An
18

= 0,667 x 27,5
= 18,3 cm → 18 cm
Check = 2 x Up + An
= 2 x 18+ 27,5
= 63,5 cm → (59-65).... ok
Jadi,
Panjang Antrede = 27,5 cm
Tinggi Uptrede =18 cm
La = √27.52 + 182
= 32,864 cm
Jumlah anak tangga,
𝐿
Gambar 2.9 Anak tangga
n = Lantai dasar ke lantai 1
𝐿𝑎

360.6
= 32.864
= 10,972 → 11 buah
t = sin (56,297) x 11 = 9,151 cm
= 0,092 m
Beban anak tangga = 2400 x t x 0,5
= 2400 x 0,092 x 0,5
= 109.814 kg/m2
b) Tangga lantai 1, 2, 3, 4, dan 5
Panjang ruang tangga = 4,5 m
Lebar ruang tangga = 2,5 m
Panjang bordes = 1,5 m
Panjang datar tangga =3m
Tinggi antar tangga = 1,5 m
Tinggi tangga =3m
Panjang miring tangga =√1.52 + 32
= 3,354 m → 335,4 cm
1,5
Sudut miring tangga (α) = arc cos
3

= 26,505o
19

𝑈𝑝
Tan(α) =
𝐴𝑛
𝑈𝑝
Tan(26,505) =
𝐴𝑛
𝑈𝑝
0,5 =
𝐴𝑛

Up = 0,5 x An
2 x Up + An = 60 cm
2 x 0,5An + An = 60 cm
2An = 60 cm
An = 30 cm
Diambil An = 30 cm
Up = 0,5 x An
= 0,5 x 30
= 15 cm
Check = 2 x Up + An
= 2 x 15 + 30
= 60 cm → (59-65).... ok
Jadi,
Panjang Antrede = 30 cm
Tinggi Uptrede =15 cm
La = √302 + 152
= 33,54 cm
Jumlah anak tangga,
𝐿
n =
𝐿𝑎

335.4 Gambar 2.10 Anak tangga


= 33.54
Lantai 1 ke lantai selanjutnya
= 10 buah
t = sin (63,495) x 10 = 8,949 cm
= 0,089 m
Beban anak tangga = 2400 x t x 0,5
= 2400 x 0,089 x 0,5
= 107.387 kg/m2
20

2) Beban Mati pada Tangga


Beban beton bertulang 2400 kg/m3
Beban penutup lantai dari keramik 24 kg/m2
Adukan per cm tebal spesi dari semen 21 kg/m2
a) Berat total untuk tangga di lantai dasar
Beban total = beban anak tangga+keramik+(2xSpesi)
= 109,814 + 24 + (2 x 21)
= 175,814 kg/m2
b) Berat total untuk tangga di lantai 1, 2, 3, 4, dan 5
Beban total = beban anak tangga+keramik+(2xSpesi)
= 107.387 + 24 + (2 x 21)
= 173,387 kg/m2
3) Beban Hidup pada Tangga
Tangga pada bangunan 300 kg/m2 (Kampus, PPURG 1987)
g. Beban Gempa
Diketahui:
Fungsi bangunan = Gedung Kampus
Wilayah = Yogyakarta
Jenis tanah = Keras
Ss = 1,212
(peta Gambar 9. pada SNI 1726- 2012)
S1 = 0,444
(peta Gambar 10. pada SNI 17262012)
Karena memiliki jenis tanah keras maka termasuk klasifikasi situs
SC. Karena Ss = 1,212 maka nilai Fa = 1, didapat dari tabel 2.4 Karena
S1 = 0,444 maka nilai Fv = 1,356, didapat dari tabel 2.5 Menurut
pemanfaatan gedung kampus ini termasuk kategori risiko ke IV, maka
dari itu nilai factor keutamaan gempa (I) adalah 1,5. Nilai koefisien
modifikasi respon (R) dengan system penahan gaya seismic rangka
beton bertulang pemikul momen khusus adalah 8.
21

1) Sms = Fa × Ss
= 1 × 1,212
= 1,212
2) Sm1 = Fv × S1
= 1,356× 0,444
= 0,6021
2
3) SDs= ×𝑆𝑚𝑠
3
2
= ×1,212
3

= 0,808
2
4) SD1 = × Sm1
3
2
= ×0,6021
3

= 0,4014
𝑆𝐷1
5) T0 =0,2×
𝑆𝐷𝑠

0,4014
= 0,2× 0,808

= 0,0994
𝑆𝐷1
6) TE =
𝑆𝐷𝑠

0,4014
= 0,808

= 0,4968
𝐼
7) SF = 9,81 ×
𝑅
1,25
= 9,81 ×
8

= 1,53
8) Menghitung nilai spectrum respon desain (Sa) mempunyai 3
kondisi :
a) Untuk periode yang lebih kecil dari To (0 ≤ T < To)
𝑇
Sa = SDS ( 0,4 + 0,6 )
𝑇𝑜
0
= 0,808 ( 0,4 + 0,6 )
0,09935

= 0,3232
22

Tabel 2.1 Nilai spektrum respon desain Sa untuk perioda


yang lebih kecil dari To (0 ≤ T < To)
T (s) Sa
0 0.3232
0.02 0.420794
0.04 0.518388
0.06 0.615982
0.08 0.713576
0.09935 0.808
b) Untuk periode lebih besar dari atau sama dengan To dan lebih
kecil dari atau sama dengan Ts ( To ≤ T ≤ Ts )
Sa = SDS
= 0,808
Tabel 2.2 Nilai spectrum respon desain Sa untuk perioda
Ts ( To ≤ T ≤ Ts )
T (s) Sa
0.09935 0.808
0.1 0.808
0.2 0.808
0.22 0.808
0.24 0.808
0.26 0.808
0.28 0.808
0.3 0.808
0.32 0.808
0.34 0.808
0.36 0.808
0.38 0.808
0.4 0.808
0.42 0.808
0.44 0.808
0.46 0.808
0.48 0.808
0.496752 0.808
23

c) Untuk periode lebih besar dari Ts (To ≥ Ts )


𝑆𝐷1
Sa =
𝑇

0,401376
= 1

= 0,401376
Tabel 2.3 Nilai spectrum respon desain Sa untuk perioda
Ts (To ≥ Ts )
T (s) Sa 3.1 0.129476
0.496752 0.808 3.2 0.12543
0.5 0.802752 3.3 0.121629
0.6 0.66896 3.4 0.118052
0.7 0.573394 3.5 0.114679
0.8 0.50172 3.6 0.111493
0.9 0.445973 3.7 0.10848
1 0.401376 3.8 0.105625
1.1 0.364887 3.9 0.102917
1.2 0.33448 4 0.100344
1.3 0.308751
1.4 0.286697
1.5 0.267584
1.6 0.25086
1.7 0.236104
1.8 0.222987
1.9 0.211251
2 0.200688
2.1 0.191131
2.2 0.182444
2.3 0.174511
2.4 0.16724
2.5 0.16055
2.6 0.154375
2.7 0.148658
2.8 0.143349
2.9 0.138406
3 0.133792
24

Respon Spektrum Daerah Yogyakarta


0.9

0.8

0.7

0.6

0.5
SA

0.4

0.3

0.2

0.1

0
0 1 2 3 4 5
T (detik)

Tanah Keras (SC) 0 < T < T0

Tanah Keras (SC) T0 < T < Ts

Tanah Keras (SC) T0 > Ts

Gambar 2.11 Grafik respon spektrum daerah


Yogyakarta
BAB III
PEMODELAN STRUKTUR

A. TEORI UMUM
Dalam pemodelan struktur bangunan, kita perlu memahami beberapa hal
yang cukup penting oleh seorang desainer bangunan yaitu desain dan fungsi.
Dalam mendesain sebuah bangunan tentunya harus diperhatikan dari segi
fungsi bangunan tersebut, misalnya desain bangunan gedung kampus tentunya
berbeda dengan desain bangunan lainnya. Selain itu, yang harus kita ketahui
bersama adalah semakin rumit konstruksi yang akan di desain maka semakin
dekat bangunan tersebut dengan bahaya. Perhatikan desain-desain gedung
modern yang membuat mata terpukau ketika melihatnya, padalah dibalik
kemewahan tersimpan bahaya yang sangat besar, jika saja terjadi kesalahan
manusia, baik pada proses analisis struktur ataupun pembangunannya.
Kegiatan menghitung struktur bangunan membutuhkan kesabaran,
ketelitian, serta pengetahuan struktur bangunan yang baik sehingga dapat
menghasilkan sebuah produk desain struktur bangunan yang kuat namun
dengan harga semurah mungkin. Perhitungan struktur dapat dilakukan secara
manual atau dapat pula dilakukan dengan menggunakan Program SAP2000.
Manfaat Program SAP2000 di dunia konstruksi sangat besar, dengan
adanya Software penunjang ini, perhitungan yang sangat rumit bisa menjadi
mudah, akan tetapi kita tidak boleh lepas dari konsep - konsep Engineering,
karena Program SAP2000 hanya program yang butuh pengendalian dari
pemakaiannya. Banyak konstruksi bangunan yang tinggi dan rumit di hitung
dengan menggunakan Program SAP2000 dengan tepat, dan tetap oleh
Engineer.
Pada pemodelan struktur bangunan gedung kampus ini, kami
menggunakan Program SAP2000 versi 14.

25
26

B. PEMODELAN STRUKTUR ATAP DENGAN PROGRAM SAP2000 V14


1. Kriteria Perencanaan Struktur Atap
a. Spesifikasi Atap
1) Jenis Material : Material Baja
2) Bentuk Atap : Pelana
3) Penutup Atap : Genteng Beton
4) Jenis Rangka Kuda-kuda : Tipe II (Fink)
b. Spesifikasi Bahan
1) Berat Jenis Baja : 7850 kg/m3
2) Mutu Baja Profil : BJ-37 dengan Fu sebesar 370 MPa
Fy sebesar 240 MPa
3) Modulus Elastisitas Baja : 200.000 MPa
4) Poisson Ratio : 0.02
5) Profil Baja :

IWF 100.150.5.7 2L.40.40.5 C.75.40.5.7


2. Penginputan Data Dalam Program SAP 2000 Versi 14
a. Menginput Ukuran Struktur Atap
Atap yang direncanakan mempunyai lebar sebesar 12 m dan
tinggi sebesar 3.464 m, kemudian masukan data ukuran lebar dan
tinggi atap tersebut dengan cara klik Define pada menu bar 
Coordinate System / Grid System  Modify / Show System.
Kemudian akan ditampilkan Define Grid System Data. Pada sumbu X
di input ukuran lebar atap dan pada sumbu Z di input ukuran tinggi
atap.
27

Gambar 3.1 Tampilan untuk menginput ukuran lebar dan tinggi atap
b. Membuat Material
Jenis material yang diberikan pada struktur atap yaitu
menggunakan jenis material baja dengan jenis baja yaitu BJ-37. Cara
penginputannya yaitu klik Define pada menu bar  Materials 
Add New Material  kemudin akan ditampilkan Material Property
Data.
1) Pada Material Name and Display Color, di isi dengan nama dari
jenis baja yaitu BJ-37 dan untuk warnanya bisa berikan sesuai
dengan warna yang di inginkan.
2) Pada Material Type atau jenis material menggunakan Steel (Baja)
3) Pada Weight per Unit Volume diinput berat jenis material baja
yaitu sebesar 7.850 kg/m3 (SKBI.1.3.53.1987 PPPURG).
4) Pada kolom Units atau satuan, menggunakan satuan Kg, m, C.
5) Pada Modulus of Elasticity, E diinput Modulus Elastisitas pada
baja sebesar 200.000 MPa
6) Pada Poisson’s Ratio, U yaitu Poisson Ratio baja sebesar 0,02
28

7) Pada Minimum Yield Stress, Fy dan Effective Yield Stress, Fye


diinput nilai Fy dari jenis baja BJ-37 sebesar 240 MPa
8) Pada Minimum Tensile Streee, Fu dan Effective Tensile Stress, Fue
diinput nilai Fu dari jenis baja BJ-37 sebesar 370 MPa

Gambar 3.2 Tampilan membuat material


c. Membuat Penampang Baja (Profil)
Profil yang akan digunakan pada pemodelan kuda-kuda atap dan
gording yaitu Profil IWF 100.150.5.7, Profil 2L.40.40.5 dan Profil
C.75.40.5.7. Cara membuat penampang baja yaitu klik Define pada
menu bar  Section Property  Frame Sections  Add New
Property. Setelah itu kita dapat memilih bentuk profil yang akan kita
buat yaitu dengan cara :
1) Pada Add Frame Section Properties, klik I/Wide Flange untuk
membuat profil baja IWF 150.150.5.7. Kemudian untuk Profil
2L.40.40.5 klik pada Double Angle dan untuk Profil C.75.40.5.7,
klik pada Channel.
29

Gambar 3.3 Tampilan untuk membuat penampang profil baja


2) Setelah itu, input data-data setiap profil yang telah ditentukan.
Dalam hal ini, kami menginput data-data setiap profil yang telah
ditentukan sesuai dengan data-data profil yang berada di buku
Tabel Profil Konstrusi Baja oleh Ir. Rudy Gunawan.

Gambar 3.4 Tampilan untuk membuat Profil IWF 100.50.5.7


30

Gambar 3.5 Tampilan untuk membuat Profil 2L.40.40.5

Gambar 3.6 Tampilan untuk membuat Profil C.75.40.5.7


d. Menginput Jenis-Jenis Beban
Sebelum menginput kombinasi pembebanan, terlebih dahulu
membuat jenis-jenis beban yang akan bekerja pada atap, yaitu dengan
cara klik Define pada menu bar  Load Patterns. Setelah itu kita
dapat menginput jenis-jenis pembebanan yaitu dengan cara:
31
1) Pada Define Load Patterns diinput jenis-jenis beban yang akan
bekerja pada atap yaitu beban mati (DEAD), beban mati tambahan
(ADL), beban hidup (L), beban angin (W) dan beban hujan (R).

Gambar 3.7 Tampilan untuk menginput jenis-jenis beban yang


bekerja pada atap
2) Jenis-jenis beban yang sebelumnya kita input terdapat dua beban
mati yaitu beban mati (DEAD) dan beban mati tambahan (ADL).
Untuk menggambungkan kedua jenis beban mati ini menjadi
beban mati gabungan (D), dilakukan dengan cara klik Define pada
menu bar  Load Cases  Add New Load Case. Pada Load
Case Name diisi nama dari beban mati gabungan (D), kemudian
pada Load Name, di Add beban mati (DEAD) dan beban mati
tambahan (ADL).

Gambar 3.8 Tampilan untuk menggambungkan beban mati


(DEAD) dan beban mati tambahan (ADL)
e. Menginput Kombinasi Pembebanan
Pada struktur atap bangunan yang direncanakan, akan dibebani
oleh beban mati, beban hidup, beban hujan dan beban angin. Untuk
32

kombinasi pembebanan terdapat pada SNI 03-1727-2013, yaitu


sebagai berikut:
1) 1,4 D
2) 1,2 D + 1,6 L + 0,5 R
3) 1,2 D + 1,6 R + 0,5 W
4) 1,2 D + 1,0 W + L + 0,5 R
5) 1,2 D + L
6) 0,9 D + 1,0 W
7) 0,9 D
Keterangan:
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
R = Beban Hujan
W = Beban Angin
Cara menginput kombinasi pembebanan diatas kedalam program
SAP2000 versi 14, yaitu dengan cara klik Define  Load
Combinations  Add New Combos, kemudian akan ditampilkan
Load Combination Data. Setelah itu, diinput satu persatu kombinasi
pembebanan diatas.

Gambar 3.9 Tampilan untuk menginput kombinasi pembebanan


pertama
33

Gambar 3.10 Tampilan untuk menginput kombinasi


pembebanan kedua

Gambar 3.11 Tampilan untuk menginput kombinasi


pembebanan ketiga
34

Gambar 3.12 Tampilan untuk menginput kombinasi


pembebanan keempat

Gambar 3.13 Tampilan untuk menginput kombinasi


pembebanan kelima
35

Gambar 3.14 Tampilan untuk menginput kombinasi


pembebanan keenam

Gambar 3.15 Tampilan untuk menginput kombinasi


pembebanan ketujuh
f. Menginput Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan pada struktur atap bangunan ini adalah
beban mati pada pada genteng dan beban mati pada plafon. Cara
menginput beban mati pada struktur atap bangunan ini adalah sebagai
berikut:
36

1) Beban mati pada genteng


Beban mati pada genteng diasumsikan sebagai beban merata,
cara penginputannya yaitu Select semua garis Frame Section pada
gording, klik Assign pada menu bar  Frame Loads 
Distributed, kemudian akan ditampilkan Frame Distributed
Loads. Setelah itu diinput beban mati pada genteng, yaitu dengan
cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih ADL karena merupakan
beban mati tambahan.
b) Pada Options, pilih Add to Existing Loads yang berfungsi
untuk menambahkan beban.
c) Kemudian pada Uniform Load, diinput nilai beban mati pada
genteng sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB
II.

Gambar 3.16 Tampilan untuk menginput beban mati pada


genteng
2) Beban mati pada plafon
Beban mati pada plafon diasumsikan sebagai beban titik, cara
penginputannya yaitu klik titik (joint) pada pada bagian bawah
kuda-kuda atap yang akan diberikan beban, klik Assign pada
menu bar  Joint Loads  Forces, kemudian akan ditampilkan
37
Joint Forces. Setelah itu diinput beban mati pada plafon, yaitu
dengan cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih ADL karena merupakan
beban mati tambahan.
b) Pada Options, klik pada Add to Existing Loads yang
berfungsi untuk menambahkan beban.
c) Pada Force Global Z, diinput nilai beban mati pada plafon
sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB II dan
tambahkan min pada nilainya agar bebannya ke arah bawah.

Gambar 3.17 Tampilan untuk menginput beban mati pada


plafon
g. Menginput Beban Hidup
Beban hidup pada struktur atap bangunan ini adalah beban
pekerja sebesar 100 kg dan beban hujan. Cara menginput beban gidup
pada struktur atap bangunan ini adalah sebagai berikut:
1) Beban Pekerja
Beban pekerja diasumsikan sebagai beban titik pada gording,
cara penginputannya yaitu klik sembarang frame gording yang
akan dimasukkan beban sebanyak 5 frame (usahakan pilih frame
yang mempunyai panjang kritis seperti gording di bagian tepi
kuda-kuda), klik Assign pada menu bar  Frame Loads 
38

Point, kemudian akan ditampilkan Frame Point Loads. Setelah


itu diinput beban mati pada genteng, yaitu dengan cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih LL karena merupakan
beban hidup,
b) Pada Options, pilih Add to Existing Loads yang berfungsi
untuk menambahkan beban,
c) Pada Trapezoidal Loads diklik pada Relative Distance from
End-I,
d) Karena beban titik akan dimasukkan pada jarak setengah
bentang frame, maka masukkan nilai 0.5 pada Distance dan
masukkan nilai bebannya pada Load.

Gambar 3.18 Tampilan untuk menginput beban hidup


pekerja
39
2) Beban Hujan
Beban hujan diasumsikan sebagai beban merata, cara
penginputannya yaitu Select semua garis Frame Section pada
gording, klik Assign pada menu bar  Frame Loads 
Distributed, kemudian akan ditampilkan Frame Distributed
Loads. Setelah itu diinput beban mati pada genteng, yaitu dengan
cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih RL karena merupakan
beban hujan,
b) Pada Options, pilih Add to Existing Loads yang berfungsi
untuk menambahkan beban.
c) Kemudian pada Uniform Load, diinput nilai beban mati pada
genteng sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB
II.

Gambar 3.18 Tampilan untuk menginput beban hujan


40

h. Menginput Beban Angin


Beban angin diasumsikan sebagai beban merata. Beban angin
dibagi menjadi dua bagian yaitu beban angin tekan dan beban angin
hisap, beban angin tersebut arahnya tegak lurus gording sehingga pada
saat input beban terdapat dua arah yaitu arah Vertikal (Z) dana rah
Horizontal (X). Cara penginputannya yaitu pilih garis Frame Section
pada gording di salah satu sisi atap untuk input beban angin tekan, klik
Assign pada menu bar  Frame Loads  Distributed, kemudian
akan ditampilkan Frame Distributed Loads. Setelah itu diinput beban
mati pada genteng, yaitu dengan cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih WL karena merupakan beban
angin,
b) Pada Options, pilih Add to Existing Loads yang berfungsi untuk
menambahkan beban.
c) Kemudian pada Uniform Load, diinput nilai beban mati pada
genteng sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB II.
Ulangi langkah diatas namun pilih garis Frame Section pada
gording di sisi sebaliknya untuk input beban angin hisap.

Gambar 3.19 Tampilan untuk menginput beban angin tekan


arah Vertikal
41

Gambar 3.20 Tampilan untuk menginput beban angin tekan


arah Horizontal

Gambar 3.21 Tampilan untuk menginput beban angin hisap


arah Vertikal
42

Gambar 3.22 Tampilan untuk menginput beban angin hisap


arah Horizontal
3. Analisis Pembebanan
Sebelum melakukan analisis pembebanan, terdapat langah-langkah
sebagai berikut:
a. Memasukkan kombinasi pembebanan yang sudah dibuat.
Kombinasi pembebanan yang telah dibuat sebelumnya harus
dimasukkan sebelum analisis pembebanan. Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Klik Design pada menu bar  Steel Frame Design  Select
Design Combos…, kemudian akan ditampilkan Design Load
Combinations Selection,
2) Blok semua kombinasi pembebanan pada List of Load
Combinations, kemudian klik Add.
43

Gambar 3.23 Tampilan untuk memasukkan kombinasi


pembebanan
3) Klik OK
b. Atur Persyaratan Pembebanan
Persyaratan pembebanan pada tiap analisis berbeda-beda
tergantung kebutuhan. Pada analisis ini kami menggunakan
persyaratan pembebanan IBC 2016. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1) Klik Design pada menu bar  Steel Frame Design 
View/Revisee Preferences, kemudian akan ditampilkan Steel
Frame Design Preference,
44

2) Pada pilihan Design Code, pilih AISC360-05/IBC2006,

Gambar 3.24 Tampilan untuk mengatur persyaratan


pembebanan
3) Klik OK
c. Running Pembebanan
1) Klik perintah di toolbar, atau klik menu Analyze > Run
Analysis atau klik F5 pada keyboard.
2) Akan muncul jendela Set Load Case to Run.
3) Matikan case MODAL,karena modal untuk analisis dinamis,
sehingga hanya akan memperlambat kinerja komputer dengan
cara, klik case MODAL, kemudian klik Run/Do Not Run Case,
4) Kemudian Klik Run Now, tunggu sampai proses selesai. Apabila
proses analysis telah berhasil, maka akan muncul deformasi dari
pemodelan struktur tersebut.
45

Gambar 3.25 Tampilan untuk me-running pemodelan


d. Cek Keamanan Profil Baja
Dalam SAP2000 terdapat beberapa indikator warna yang
menunjukkan keamanan penggunaan profil. Jika warna batang profil
baja tersebut merah, maka tidak aman digunakan. Jika berwarna biru
maka sangat aman digunakan namun boros dalam segi ekonomi.
Usahakan agar profil yang digunakan berada direntang warna kuning
samai orange agar aman digunakan namun tetap ekonomis.

Gambar 3.26 Tampilan untuk cek keamanan profil baja


Langkah-langkah pengecekkan profil sebagai berikut:
46

1) Setelah dianalisis pembebanannya, klik Design pada menu bar 


Steel Frame Design  Start Design/Check of Structure,
2) kemudian akan ditampilkan beberapa rentang warna dan cek
profil yang sudah dibuat. Jika masih biru, ganti profil yang lebih
kecil. Jika merah, ganti profil yang lebih besar.
e. Hasil Analisis Pembebanan
Hasil analisis pembebanan dinyatakan dalam tabel yang
ditampilkan dengan cara sebagai berikut:
1) Klik Display pada menu bar  Show Tables… atau tekan
SHIFT+F12 pada keyboard,
2) Setelah muncul kotak dialog, pilih Joint Output pada ANALYSIS
RESULTS,

Gambar 3.27 Tampilan untuk mengetahui hasil analisis


pembebanan
3) Pada Load Patterns, pilih semua beban,
4) Pada Load Cases, pilih beban DEAD, ADL, L, R, W,
5) Klik OK.
6) Muncul tabel analisis pembebanan.
47

Gambar 3.28 Tampilan tabel hasil analisis pembebanan pada


SAP2000
7) Ekspor tabel tersebut ke aplikasi Microsoft Excel agar
memudahkan mengolah data angka pada tabel. Klik File pada
menu di tabel  Export Current Table  To Excel.

Gambar 3.29 Tampilan tabel hasil analisis pembebanan pada


Microsoft Excel
48

C. PEMODELAN STRUKTUR PORTAL DENGAN PROGRAM SAP2000


V14
1. Kriteria Perencanaan Struktur Portal
a. Spesifikasi Portal
1) Jenis Material : Beton Bertulang
2) Dimensi Portal
Panjang : 30 m
Lebar : 12 m
Tinggi lantai dasar ke lantai 1 :4m
Tinggi lantai 1 ke lantai 2, dst :3m
Ukuran Kolom : 60 cm x 60 cm
Ukuran Balok Induk : 45 cm x 40 cm
Ukuran Balok Sloof : 40 cm x 30 cm
Ukuran Balok Bordes : 30 cm x 15 cm
Ukuran Balok Ring : 30 cm x 25 cm
b. Spesifikasi Bahan
1) Mutu Beton : 30 MPa
2) Mutu Baja Tulangan
Diameter < 12 mm : Fy sebesar 240 MPa
Fu sebesar 370 MPa
Diameter > 12 mm : Fy sebesar 390 MPa
Fu sebesar 500 MPa
2. Penginputan Data Dalam Program SAP 2000 Versi 14
a. Menginput Ukuran Struktur Portal
Portal yang direncanakan mempunyai dimensi panjang sebesar 30
m, lebar sebesar 12 m dan tinggi sebesar 19 m, kemudian masukan
dimensi portal tersebut dengan cara klik Define pada menu bar 
Coordinate System / Grid System  Modify / Show System. Kemudian
akan ditampilkan Define Grid System Data. Pada sumbu X di input
ukuran lebar portal, pada sumbu Y di input ukuran panjang portal dan
pada sumbu Z di input ukuran tinggi portal.
49

Gambar 3.30 Tampilan untuk menginput grid/garis bantu membuat


dimensi portal
b. Membuat Material
Jenis material yang diberikan pada struktur Portal yaitu
menggunakan jenis material beton bertulang dengan mutu beton 30
MPa. Cara penginputannya yaitu klik Define pada menu bar 
Materials  Add New Material  kemudin akan ditampilkan
Material Property Data.
1) Material Beton
a) Pada Material Name and Display Color, di isi dengan nama
dari jenis baja yaitu BETON dan untuk warnanya bisa
berikan sesuai dengan warna yang di inginkan.
b) Pada Material Type atau jenis material menggunakan
Concrete (Beton)
50

c) Pada kolom Units atau satuan, menggunakan satuan Kg, m,


C.
d) Pada Modulus of Elasticity, E diinput Modulus Elastisitas
pada beton dengan menekan SHIFT+ENTER untuk
memasukkan rumus, rumusnya adalah 4700*SQR(mutu
beton).
e) Pada Poisson’s Ratio, U yaitu Poisson Ratio baja sebesar
0,02

Gambar 3.31 Tampilan membuat material BETON


2) Material Baja Tulangan
a) Pada Material Name and Display Color, di isi dengan nama
dari jenis baja yaitu Besi < 12 mm yang digunakan untuk
begel dan Besi > 12 mm untuk tulangan utama, untuk
warnanya bisa berikan sesuai dengan warna yang di
inginkan.
b) Pada Material Type atau jenis material menggunakan Rebar
(Baja Tulangan)
51

c) Pada Weight per Unit Volume diinput berat jenis material


baja yaitu sebesar 7.850 kg/m3 (SKBI.1.3.53.1987
PPPURG).
d) Pada kolom Units atau satuan, menggunakan satuan Kg, m,
C.
e) Pada Modulus of Elasticity, E diinput Modulus Elastisitas
pada baja sebesar 200.000 MPa
f) Pada Poisson’s Ratio, U yaitu Poisson Ratio baja sebesar
0,02
g) Pada Minimum Yield Stress, Fy dan Effective Yield Stress, Fye
diinput nilai Fy dari jenis baja tulangannya sebesar 240 MPa
untuk tulangan < 12 mm dan 390 MPa untuk tulangan > 12
mm
h) Pada Minimum Tensile Streee, Fu dan Effective Tensile
Stress, Fue diinput nilai Fu dari jenis baja tulangannya sebesar
370 MPa untuk tulangan < 12 mm dan 500 MPa untuk
tulangan > 12 mm

Gambar 3.31 Tampilan membuat material BAJA


TULANGAN
52

c. Membuat Penampang Beton Bertulang


Penampang yang akan digunakan pada pemodelan Portal yaitu
BALOK INDUK, BALOK RING, BALOK SLOOF, BALOK
TANGGA dan KOLOM. Cara membuat penampang baja yaitu klik
Define pada menu bar  Section Property  Frame Sections 
Add New Property. Setelah itu kita dapat memilih bentuk profil yang
akan kita buat yaitu dengan cara :
1) Pada Add Frame Section Properties, pilih Concrete pada Frame
Section Properties Type, pilih Rectangular untuk membuat
Balok dan Kolom.

Gambar 3.32 Tampilan untuk membuat penampang profil


balok
2) Setelah itu, input dimensi setiap penampang yang telah
ditentukan. Klik Concrete Reinforcement untuk memberikan
tulangan.
53

3) Untuk membuat balok, pilih Beam pada Design Type. Pilih Besi
> 12 mm pada Longitudinal Bars dan Pilih Besi < 12 mm pada
Confinement Bars.

Gambar 3.33 Tampilan untuk megatur tulangan dalam profil


balok
4) Untuk membuat kolom, pilih Column pada Design Type. Pilih
Besi > 12 mm pada Longitudinal Bars dan Pilih Besi < 12 mm
pada Confinement Bars. Pilih 12d pada Longitudinal Bars Size
dan Pilih 10d pada Confinement Bars Size.

Gambar 3.34 Tampilan untuk mengatur tulangan dalam profil


kolom
54

d. Menginput Jenis-Jenis Beban


Menginput jenis-jenis beban portal sama seperti pembebanan
pada atap tetapi ditambah dengan beban gempa dari respon spektrum,
yaitu dengan cara klik Define pada menu bar  Functions 
Response Spectrume. Setelah itu kita dapat menginput jenis-jenis
pembebanan yaitu dengan cara:
1) Pilih From File pada Choose Function Type to Add jika sudah
mempunyai data respon spektrum yang diinput ke notepad
terlebih dahulu (usahakan untuk menyimpan file notepadnya
dalam satu folder yang sama dengan file SAP2000). Klik Add New
Function

Gambar 3.35 Tampilan untuk menginput beban gempa yang


bekerja pada Portal
2) Beri nama beban, misal beban gempa (E). kemudian cari data
respon spektrumnya dengan Klik Browse. Pilih Period Vs Values
pada Values are:. Klik OK.
55

Gambar 3.36Tampilan untuk menginput beban gempa yang bekerja


pada portal dengan respon spektrum
e. Menginput Kombinasi Pembebanan
Pada struktur Portal bangunan yang direncanakan, akan dibebani
oleh beban mati, beban hidup, beban hujan dan beban angin dan beban
gempa. Untuk kombinasi pembebanan terdapat pada SNI 03-1727-
2013, yaitu sebagai berikut:
1) 1,4 D
2) 1,2 D + 1,6 L + 0,5 R
3) 1,2 D + 1,6 R + 0,5 WX
1,2 D + 1,6 R + 0,5 WY
4) 1,2 D + 1,0 WX + L + 0,5 R
1,2 D + 1,0 WY + L + 0,5 R
5) 1,2 D + 1,0 EX + L + 0.3 EY
1,2 D + 1,0 EY + L + 0.3 EX
6) 0,9 D + 1,0 WX
0,9 D + 1,0 WY
7) 0,9 D + 1,0 EX
0,9 D + 1,0 EY
56

Keterangan:
D = Beban Mati
L = Beban Hidup
R = Beban Hujan
W = Beban Angin
E = Beban Gempa
Cara menginput kombinasi pembebanan diatas ke dalam program
SAP2000 versi 14 sama dengan pembebanan pada atap.
f. Menginput Beban Mati Tambahan
Beban mati tambahan pada struktur Portal bangunan ini adalah
beban mati dinding setengah bata pada balok, beban mati pada plat,
dan beban lift. Cara menginput beban mati tambahan pada struktur
Portal bangunan ini adalah sebagai berikut:
1) Beban mati dinding setengah bata pada balok
Beban mati dinding setengah bata pada balok diasumsikan
sebagai beban merata, cara penginputannya yaitu Select
penampang yang akan diberi beban, klik Assign pada menu bar
 Frame Loads  Distributed, kemudian akan ditampilkan
Frame Distributed Loads. Setelah itu diinput beban mati dinding
setengah bata pada balok, yaitu dengan cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih ADL karena merupakan
beban mati tambahan.
b) Pada Options, pilih Add to Existing Loads yang berfungsi
untuk menambahkan beban.
57

c) Kemudian pada Uniform Load, diinput nilai beban mati pada


genteng sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB
II.

Gambar 3.37 Tampilan untuk menginput beban mati


dinding setengah bata pada balok
2) Beban mati pada plat lantai dan plat tangga (bordes)
Beban mati pada plat lantai dan plat tangga (bordes)
diasumsikan sebagai beban merata, cara penginputannya yaitu
klik plat yang akan diberikan beban, klik Assign pada menu bar
 Area Loads  Uniform to Frame (Shell), kemudian akan
ditampilkan Area Uniform Loads to Frames . Setelah itu diinput
beban mati pada plat, yaitu dengan cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih ADL karena merupakan
beban mati tambahan.
b) Pada Options, klik pada Add to Existing Loads yang
berfungsi untuk menambahkan beban.
c) Pada Force Global Z, diinput nilai beban mati pada plafon
sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB II dan
tambahkan min pada nilainya agar bebannya ke arah bawah.
58

Gambar 3.38 Tampilan untuk menginput beban mati pada


plat
3) Beban mati dari atap
Beban mati dari atap diambil dari analisis pembebanan pada
pemodelan atap sebelumnya dan diasumsikan sebagai beban titik.
Cara input bebannya adalah dengan klik joint sebagai pertemuan
antar join pada kuda-kuda dan balok ring dari portal.
4) Beban mati untuk lift
Beban mati untuk lift merupakan beban titik, terlebih
dahulu dibuat plat lantai di bagian void pada lantai 5 sebagai
liftnya, kemudian beri beban titik pada tengah bentang platnya
sebesar 5 ton (asumsi).
g. Menginput Beban Hidup
Beban hidup pada struktur Portal bangunan ini adalah beban
Beban pada plat lantai sebesar 250 kg/m3 dan plat tangga (bordes)
sebesar 300 kg/m3. Beban hidup tersebut diasumsikan sebagai beban
area pada plat, cara penginputannya yaitu klik plat yang akan diberi
beban, klik Assign pada menu bar  Area Loads  Uniform to
Frame (Shell), kemudian akan ditampilkan Area Uniform Loads to
Frames . Setelah itu diinput beban mati pada plat, yaitu dengan cara:
1) Pada Load Pattern Name, dipilih L karena merupakan beban mati
tambahan.
59

2) Pada Options, klik pada Add to Existing Loads yang berfungsi


untuk menambahkan beban.
3) Pada Force Global Z, diinput nilai beban mati pada plafon sesuai
dengan perhitungan pembebanan pada BAB II dan tambahkan
min pada nilainya agar bebannya ke arah bawah.

Gambar 3.39 Tampilan untuk menginput beban hidup


h. Menginput Beban Angin
Beban angin diasumsikan sebagai beban titik di setiap titik
perpotongan kolom dan balok induk bagian luar bangunan. Cara
penginputannya yaitu titik/joint di sisi samping portal untuk input
beban angin, klik Assign pada menu bar  Joint Loads  Force,
kemudian akan ditampilkan Joint Force Loads. Setelah itu diinput
beban mati pada genteng, yaitu dengan cara:
a) Pada Load Pattern Name, dipilih W karena merupakan beban
angin,
b) Pada Options, pilih Add to Existing Loads yang berfungsi untuk
menambahkan beban.
c) Kemudian pada Uniform Load, diinput nilai beban mati pada
genteng sesuai dengan perhitungan pembebanan pada BAB II.
60

Gambar 3.40 Tampilan untuk menginput beban angin


3. Analisis Pembebanan
Sebelum melakukan analisis pembebanan, terdapat langah-langkah
sebagai berikut:
a. Memasukkan kombinasi pembebanan yang sudah dibuat.
Kombinasi pembebanan yang telah dibuat sebelumnya harus
dimasukkan sebelum analisis pembebanan. Langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1) Klik Design pada menu bar  Concrete Frame Design  Select
Design Combos…, kemudian akan ditampilkan Design Load
Combinations Selection,
2) Blok semua kombinasi pembebanan pada List of Load
Combinations, kemudian klik Add.

Gambar 3.41 Tampilan untuk memasukkan kombinasi


pembebanan
61

3) Klik OK
b. Atur Persyaratan Pembebanan
Persyaratan pembebanan pada tiap analisis berbeda-beda
tergantung kebutuhan. Pada analisis ini kami menggunakan
persyaratan pembebanan IBC 2013. Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
1) Klik Design pada menu bar  Concrete Frame Design 
View/Revisee Preferences, kemudian akan ditampilkan Concrete
Frame Design Preference,
2) Pada pilihan Design Code, pilih AISC360-05/IBC2003,

Gambar 3.42 Tampilan untuk mengatur persyaratan


pembebanan
3) Klik OK
c. Running Pembebanan
1) Klik perintah di toolbar, atau klik menu Analyze > Run
Analysis atau klik F5 pada keyboard.
2) Akan muncul jendela Set Load Case to Run.
62

3) Matikan case MODAL,karena modal untuk analisis dinamis,


sehingga hanya akan memperlambat kinerja komputer dengan
cara, klik case MODAL, kemudian klik Run/Do Not Run Case,
4) Kemudian Klik Run Now, tunggu sampai proses selesai. Apabila
proses analysis telah berhasil, maka akan muncul deformasi dari
pemodelan struktur tersebut.

Gambar 3.43 Tampilan untuk me-running pemodelan


d. Cek Keamanan Profil Beton Bertulang
Cara cek keamanan profil sama dengan pemodelan atap
sebelumnya. Jika warna batang profil baja tersebut merah, maka tidak
aman digunakan. Jika berwarna biru maka sangat aman digunakan
namun boros dalam segi ekonomi. Usahakan agar profil yang
digunakan berada direntang warna kuning samai orange agar aman
digunakan namun tetap ekonomis.
e. Hasil Analisis Pembebanan
Hasil analisis pembebanan dinyatakan dalam tabel yang
ditampilkan dengan cara sebagai berikut:
1) Klik Display pada menu bar  Show Tables… atau tekan
SHIFT+F12 pada keyboard,
63

2) Setelah muncul kotak dialog, pilih Joint Output, Element Output,


Structure Output pada ANALYSIS RESULTS,

Gambar 3.27 Tampilan untuk mengetahui hasil analisis


pembebanan
3) Pada Load Patterns, pilih semua beban,
4) Pada Load Cases, pilih beban DEAD, ADL, L, R, W,
5) Klik OK.
6) Muncul tabel analisis pembebanan.

Gambar 3.28 Tampilan tabel hasil analisis pembebanan pada


SAP2000
64

7) Ekspor tabel tersebut ke aplikasi Microsoft Excel agar


memudahkan mengolah data angka pada tabel. Klik File pada
menu di tabel  Export Current Table  To Excel.

Gambar 3.29 Tampilan tabel hasil analisis pembebanan pada


Microsoft Excel
BAB IV
PERHITUNGAN SRUKTUR

A. TEORI UMUM
Secara umum elemen penyusun struktur baja dapat dikelompokkan atas
tiga kategori, yaitu: batang tarik, batang tekan dan elmen lentur. Masing-
masing elemen memiliki sifat dan fungsi khusus dalarn struktur baja. Suatu
struktur baja dibentuk oleh kombinasi elmen-elmen tersebut dan
disambungkan satu dengan yang lain menggunakan sambungan baut atau
sambungan las sehingga terbentuklah satu struktur utuh.
Batang tarik adalah elemen struktur baja yang hanya memikul/
mentransfer gaya aksial tarik antara dua titik pada struktur. Batang tarik
didesain untuk mencegah beberapa mode keruntuhan yang mungkin akibat
gaya yang bekerja pada batang dalam kondisi normal, keruntuhan tersebut
diantaranya, leleh di seluruh luasan penampang, fraktur di luasan efektif
penampang, blok geser, retak akibat geser sepanjang sambungan. Tetapi pada
kondisi sebenarnya, kekuatan batang tarik harus direduksi dengan adanya
lobang pada sambungan dan tidak sentrisnya gaya tarik bekerja. Sehingga
kekuatan batang tarik ditentukan oleh seberapa luas suatu penampang secara
efektif ikut serta memikul gaya aksial tarik tersebut.
Batang tekan juga hanya memikul/ mentransfer gaya aksial antara dua titik
pada struktur. Akan tetapi sifat gaya aksial yang diterima adalah gaya aksial
tekan. Sehingga pengaruh tekuk (buckling) atau lenturan tiba-tiba akibat
ketidak stabilan merupakan persoalan yang mendapat perhatian lebih pada
batang tekan. Sehingga kekuatan batang tekan tidak hanya dipengaruhi
kekuatan bahannya akan tetapi turut dipengaruhi bentuk geometris penampang
(jari-jari girasi penampang). Model keruntuhan yang mungkin terjadi pada
elemen batang tekan diantaranya: leleh (tekuk plastik) , tekuk inelastik dan
tekuk elastik.
Sambungan berfungsi untuk menyalurkan gaya-gaya dalam (momen,
lintang/geser dan aksial) antar komponen-komponen struktur yangdisambung,

65
66
sesuai dengan perilaku struktur yang direncanakan. Kendala sebuah struktur
baja untuk bekerja dengan mekanisme yang direncanakan sangat tergantung
oleh keandala sambungan. Sambungan terdiri dari komponen sambungan
(pelat pengisi, pelat buhul, pelat pendukung, dan pelat penyambung) dan alat
pengencang (baut dan las).
Pelat adalah elemen horisontal utama yang menyalurkan beban hidup
maupun beban mati ke kerangka pendukung vertikal dan suatu sistem struktur.
Elemen-elemen tersebut dapat dibuat sehingga bekerja dalam satu arah atau
bekerja dalam dua arah (Nawy, 1990).
Pelat menerima beban yang bekera tegak lurus terhadap permukaan pelat.
Berdasarkan kemampuannya untuk menyalurkan gaya akibat beban, pelat
lantai dibedakan menjadi pelat satu arah dan dua arah. Pelat satu arah adalah
pelat yang ditumpu hanya pada kedua sisi yang berlawanan, sedangkan pelat
dua arah adalah pelat yang ditumpu keempat sisinya sehingga terdapat aksi dan
pelat dua arah (Winter dan Nilson, 1993).
Balok adalah komponen struktur yang bertugas menerusakn beban yang
disangga sendiri maupun dari plat kepada kolom penyangga. Balok menahan
gaya-gaya yang bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang
mengakibatkan terjadinya lenturan (Dipohusodo, 1994).
Menurut Nawy (1990), berdasarkan jenis keruntuhan yang dialami apakah
akan terjadi leleh tulangan tank ataukah hancurnya beton balok dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok.
1. Penampang Balanced : Tulangan tank mulai leleh tepat pada saat beton
mencapai regangan batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada saat awal
terjadinya keruntuhan, regangan tekan yang diijinkan pada saat serat tepi
yang tertekan adalah 0,03 sedangkan regangan baja sarna dengan regangan
lelehnya yaitu εy = fy / Ec. Distribusi regangan pada kondisi balanced
ditunjukan garis A-c-1.
2. Penampang over-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton
yang tertekan. Pada awal keruntuhan, regangan baja εs, yang terjadi masih
lebih kecil dari pada regangan lelehnya εy. Dengan dernikian tegangan
67
baja fs juga lebih kecil dari pada tegangan lelehnya fy. Kondisi ini terjadi
apabila tulangan yang digunakan lebih banyak dari pada yang diperlukan
dalam keadaan balanced. Distribusi regangan pada kondisi over-reinforced
ditunjukan garis A-b-2.
3. Penampang under-reinforced. Keruntuhan ditandai dengan terjadinya
leleh pada tulangan baja. Kondisi penampang yang demikian dapat terjadi
apabila tulangan tarik yang dipakai pada balok kurang dari yang
diperlukan untuk kondisi balanced. Distribusi regangan pada kondisi
under-reinforced dituniukan garis A-a-3.
Kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya adalah
menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak
ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral kecil. Apabila terjadi kegagalan
pada kolom maka dapat berakibat keruntuhan komponen struktur yang lain
yang berhubungan dengannya atau bahkan terjadi keruntuhan total pada
keseluruhan struktur bangunan (Dipohusodo, 1994).
Menurut Nawy (1990), Kolom dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip
dasar sebagai berikut:
1. Distribusi tegangan linier diseluruh tebal kolom.
2. Tidak ada gelincir antara beton dengan tulangan baja (ini berarti regangan
pada baja sama dengan regangan pada beton yang mengelilinginya).
3. Regangan beton maksimum yang diizinkan pada keadaan gagal (untuk
perhitungan kekuatan) adalah 0,003, dan Kekuatan tarik beton diabaikan
dan tidak digunakan dalam perhitungan.
Setiap bangunan sipil seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan,
menara, dam/tanggul dan sebagainya harus mempunyai pondasi yang dapat
mendukungn. Istilah pondasi digunakan dalam teknik sipil untuk
mendefinisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai
penopangbangunan dan meneruskan beban bangunan diatasnya (upper
structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu,
pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan
bangunan terhadap berat sendiri, beban-beban yang bekerja, gaya-gaya luar
68
seperti tekanan angin, gempa bumi dan lain-lain. Di samping itu tidak boleh
terjadi penurunnan melebihi batas yang diijinkan.
Berdasarkan struktur beton bertulang, pondasi berfungsi untuk:
1. Mendistribusikan dan memindahkan beban-beban yang bekerja pada
struktur bangunan diatasnya kelapisan tanah dasar yang mendukung
struktur tersebut.
2. Mengatasi penurunan yang berlebihan dan penurunan tidak sama pada
struktur.
3. Memberi kestabilan pada struktur dalam memikul beban horizontal akibat
angin. gempa dan lain-lain.
Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas dua bagian yaitu pondasi
dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam (deep foundation). tergantung
dan letak tanah kerasnya dan perbandingan kedalaman dengan lebar pondasi.
Pondasi dangka kedalamanya kurang atau sama dengan lebar ( D ≤ B) dan
dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya terlekat dekat dengan permukaan
tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika lapisan tanah keras berada
jauh dari permukaan tanah.
Seperti telah dijelaskan diatas. bahwasanya pondasi dibedakan atas dan
bagian yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal dapat
dibedakan atas beberapa jenis yaitu pondasi telapak, pondasi cakar ayam,
pondasi sarang laba-laba, pondasi gasing, pondasi grid dan pondasi hypaar
(pondasi berbentuk parabola-hyperbola). Sedangkan pondasi dalam terdiri dan
pondasi sumuran, pondasi tiang dan pondasi kaison.
69
B. PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR KUDA-KUDA
1. Perhitungan Batang Tekan dan Tarik
a. Profil IWF 175.175.7,5.11
1) Data Bahan
a) Pembebanan
 Tekan
Pu- = 54212,61 N
L = 6928,2 mm
 Tarik
Pu+ = 6956.369 N
L = 12000 mm
b) Material Baja
BJ-37
fu = 370 MPa
fy = 240 MPa
E = 200000 MPa
G = 77200 MPa
c) Profil Baja
H = 175 mm
B = 175 mm
Tw = 7,5 mm
Tf = 11 mm
Ag = 5121 mm2
Ix = 28800000 mm4
Iy = 934000 mm4
K =1
Gambar 4.1 Profil IWF
Ø = 0,9
𝑑’ = 𝐻 − 0.5×𝑡𝑓 − 0.5×𝑡𝑓 = 164 𝑚𝑚
1
𝐽 = (2×𝐵×𝑡𝑓3 − 𝑑′×𝑡𝑤3) = 178345.83
3
1
𝐶𝑤 = ×𝑑′2×𝐼𝑦 = 6.28×1010
3
70
𝐼𝑥
𝑅𝑥 = √𝐴𝑔 = 74.9927

𝑅𝑦 = √ 𝐼𝑦 =42.707(𝑅𝑚𝑖𝑛)
𝐴𝑔

2) Batang Tekan
a) Cek Stabilitas Elemen
𝑏 𝐸
 Sayap,  = 87,5 = 7,9545 ≤ 0,56 √ = 16,17
𝑡𝑓 = 11 𝑓𝑦

(kompak)
ℎ 𝐸
 Badan,  = 153 = 20,4 ≤ 1,49 √ = 43,01
𝑡𝑤 = 7,5 𝑓𝑦

(kompak)
b) Cek Stabilitas Momen
𝐾.𝐿 1 . 6928,2
= = 158,05 ˂ 200 (OK)
𝑅𝑚𝑖𝑛 43,83

c) Menentukan Nilai Tegangan Tekuk Elastis (fe)


 Flexural Buckling (FB)
2 𝜋2. 200000
fe =
𝜋 . 𝐸 = = 78,94 MPa
𝐾.𝐿
( 𝑅𝑚𝑖𝑛)2 (158,05)²

 Torsion Buckling (TB)


𝜋2. 𝐸 . 𝐶𝑤 1
fe = ( (𝐾 . 𝐿)²
+ 𝐺. 𝐽). 𝐼𝑥+𝐼𝑦
𝜋2.200000 .
= 6,288216102 + 77200.178345,8333) .
(
(1 . 6928,2)²
1
28800000+𝐼9340000

= 426,67 MPa
d) Menentukan Tegangan Kritis (Fcr)
𝐾.𝐿 𝐸
= 158,05 > 4,71 √ = 135,97
𝑅𝑚𝑖𝑛 𝑓𝑦

Maka, fcr = 0,877 . fe


 Flexural Buckling (FB)
fcr = 0,877 . 𝑓𝑐𝐹𝐵 = 0,877 . 78,94 = 69,23 MPa
 Torsion Buckling (TB)
fcr = 0,877 . 𝑓𝑐𝑇𝐵 = 0,877 . 428,67 = 374,19 MPa
71
Nilai fcr dipilih yang terkecil,
maka dipilih nilai fcr = 69,23 MPa

e) Cek Kapasitas Batang Tekan


∅ Pn =∅.𝑓𝑐𝑟.𝐴𝑔
= 0,9 . 69,23 . 5121
= 319069,771 N > Pu ¯ = 54212,61 N (OK)
3) Batang Tarik
a) Cek Kapasitas Batang Tarik
 Kondisi leleh Tarik
∅ Pn =∅.𝑓𝑦.𝐴𝑔
= 0,9 . 240 . 5121
= 1106136 N
 Kondisi runtuh Tarik
𝜇 = 0,85 (factor shear log)
An = Ag ̶ n (𝑑𝑏 + 2) . 𝑡𝑓
= 5121 ̶ 1 . (12,7 + 2) . 11
= 4959,3 mm²
Ae = An . 𝜇
= 4959,3 . 0,85
= 4215,405 mm²
∅ Pn =∅.𝑓𝑢.𝐴𝑒
= 0,9 . 370 . 4215,405
= 1106136 N
Dipilih nilai ∅ Pn terkecil yaitu 1106136 N, maka
∅ Pn = 1106136 N > Pu ⁺ = 6956.369 N (OK)
b) Cek Kelangsingan
𝐿 12000
= = 273,754 < 300 (OK)
𝑅𝑚𝑖𝑛 43,835
72
b. Profil 2L 70.70.7
1) Data Bahan
a) Pembebanan
 Tekan
Pu- = 11701,56 N
L = 2444 mm
 Tarik
Pu+ = 16247,81 N
L = 3666 mm
b) Material Baja
BJ-37
fu = 370 MPa
fy = 240 MPa
E = 200000 MPa
G = 77200 MPa
J = 110000 MPa
c) Profil Baja
b = 70 mm
d = 7 mm
t = 2,5 mm
A = 5121 mm2
Ix = 4240000 mm4
Iy = 4240000 mm4 Gambar 4.2 Profil 2L
e = 19,7 mm
K =1
Ø = 0,9
2) Batang Tekan
a) Cek Stabilitas Elemen
𝑏 70 𝐸
= = 10 < 0,45 √ = 12,7 (kompak)
𝑑 7 𝑓𝑦

b) Cek Stabilitas Momen


73
𝐾.𝐿 1 . 2444
= = 115,0753 ˂ 200 (OK)
𝑅𝑚𝑖𝑛 21,238

c) Faktor Panjang Tekuk


1 . 2444
 Sumbu x, = = 115,0753
𝐾.𝐿 21,238
𝑅𝑚𝑖𝑛

𝐾.𝐿 1 . 2444
 Sumbu y, = = 81,92462
𝑅𝑦 29,8323

d) Menentukan tegangan kritis (Fcr)


 Sumbu x (kuat tekan tekuk lentur)
2 𝜋 2. 200000
Fe =
𝜋 . 𝐸 = = 148,9104 MPa
(
𝐾.𝐿 2
) (115,0753)²
𝑅
𝑚𝑖𝑛

𝐾.𝐿 𝐸
= 115,0753 < 4,71√ = 135,97
𝑅𝑚𝑖𝑛 𝑓𝑦
𝑓𝑦
⁄𝑓𝑒
Maka,Fcr = (0,658 ) . fy
240⁄
= (0,658 148,7104 ) . 240

= 122,2488 Mpa
Nilai Fcr yang terkecil dipilih = 122,2488 MPa
 Sumbu y (kuat tekan tekuktorsi dan tkuk torsi lentur)
𝜋 2. 𝐸 𝜋 2. 200000
Fe = = =293,8509 MPa
𝐾 .𝐿
( 𝑅𝑦)² (81,9246)²

𝐾.𝐿 = 81,92462 < 4,71√ 𝐸


𝐾 .𝐿 = 135,97
( )² 𝑓𝑦
𝑅𝑦
𝑓𝑦

Maka, Fcry = (0,658 𝑓𝑒 ) . fy
240
= (0,658 ⁄293,8509 ) . 240

= 170,5007 Mpa
𝐺. 𝐽
Fcrz =
𝐴𝑔 . ṝ𝑜²

77200 . 1100000
= 1880 . 1603,4702

= 2817,029 MPa

Fcr = (
𝐹𝑐𝑟𝑦+𝐹𝑐𝑟𝑧 ) . [1 − √1 − 4 . 𝐹𝑐𝑟𝑦 .𝐹𝑐𝑟𝑧 . 𝐻
]
2𝐻 (𝐹𝑐𝑟𝑦+𝐹𝑐𝑟𝑧)²
74
170,5007+2817,029 4 . 170,5007+2817,029
=( ) . [1√1 − ]
2 . 0,83633 2 . 0,83633

= 168,741 MPa
e) Cek Kapasitas Batang Tekan
∅ Pn =∅.𝑓𝑐𝑟.𝐴𝑔
= 0,9 . 122,2488 . 1880
= 206844,9 N > Pu ¯ = 11701,56 N (OK)
3) Batang Tarik
a) Cek kapasitas batang tekan
 Kondisi leleh Tarik
∅ Pn =∅.𝑓𝑦.𝐴𝑔
= 0,9 . 240 . 1880
= 406080 N
 Kondisi runtuh Tarik
𝜇 = 0,80 (factor shear log)
An = Ag ̶ n (𝑑𝑏 + 2) . 𝑑
= 1880 ̶ 1 . (12,7 + 2) . 7
= 1777,1 mm²
Ae = An . 𝜇
= 1777,1 . 0,80
= 1421,68 mm²
∅ Pn =∅.𝑓𝑢.𝐴𝑒
= 0,9 . 370 . 1421,68
= 473419,4 N
Dipilih nilai ∅ Pn terkecil yaitu 406080 N, maka
Pn = 406080 N > Pu ⁺ = 16247,81 N (OK)
b) Cek Kelangsingan
𝐿
3666
𝑅𝑚𝑖𝑛 = 21,2382 = 172,613 < 300 (OK)
75
2. Perhitungan Sambungan
a. Profil IWF 175.175.7,5.11
1) Data Bahan
a) Pembebanan
Pu = 54212,61 N
b) Material Baut
Baut mutu tinggi Grup A
 𝐷𝑏𝑎𝑢𝑡 =1⁄2𝑖𝑛𝑐ℎ=12,7mm
 BJ-37, fu = 370 MPa
fy = 240 MPa
2) Perhitungan Sambungan
a) Kondisi batas slip
∅ = 0,85
U = 0,3
Du = 1,13
hf =1
tb = 12 Kips = 53378,66 N
ns =1
∅Rn =∅.𝑈.𝐷𝑢.ℎ𝑓.𝑡𝑏.𝑛𝑠
= 0,85 . 0,3 . 1,13 . 53378,66 . 1
= 15381,06 N
b) Kondisi batas runtuh baut
∅ = 0,75
𝑓𝑛𝑣 = 457 MPa
1
𝐴𝑏 = 𝜋 12,72
4

= 126,62 mm²
∅𝑅𝑛 =∅.𝐹𝑛𝑣.𝐴𝑏
= 0,75 . 457 . 126,62
= 43396.49 N
c) Kondisi batas bearing lubang baut
76
Jarak tepi = 60 mm
Jarak antar baut = 38,1 mm
Lc = 38,1 mm
t = 5 mm
fu = 370 MPa
∅ = 0,75
∅𝑅𝑛 = ∅ . 1,5 . Lc . t .fu
= 0,75 . 1,5 . 38,1 . 5 . 370
= 79295,63 N
d) Jumlah baut
Nilai ∅𝑅𝑛 terkecil yaitu 15381,06 N, maka :
𝑃𝑢
Jumlah baut =
∅𝑅𝑛

6956,369
= 15381,06

= 0,45 ≈ 2 baut
b. Profil 2L 70.70.7
1) Data Bahan
a) Pembebanan
Pu = 16247,81 N
b) Material Baut
Baut mutu tinggi Grup A
 𝐷𝑏𝑎𝑢𝑡 =1⁄2𝑖𝑛𝑐ℎ=12,7mm
 BJ-37, fu = 370 MPa
fy = 240 MPa
2) Perhitungan Sambungan
a) Kondisi batas slip
∅ = 0,85
U = 0,3
Du = 1,13
hf =1
tb = 12 kips = 53378,66 N
77
ns =1
∅Rn =∅.𝑈.𝐷𝑢.ℎ𝑓.𝑡𝑏.𝑛𝑠
= 0,85 . 0,3 . 1,13 . 53378,66 . 1
= 15381,06 N
b) Kondisi batas runtuh baut
∅ = 0,75
𝑓𝑛𝑣 = 457 MPa
1
𝐴𝑏 = 𝜋 12,7²
4

= 126,62 mm²
∅𝑅𝑛 =∅.𝐹𝑛𝑣.𝐴𝑏
= 0,75 . 457 . 126,62
= 43396,49 N
c) Kondisi batas bearing lubang baut
Jarak tepi = 60 mm
Jarak antar baut = 38,1 mm
Lc = 38,1 mm
t = 5 mm
fu = 370 MPa
∅ = 0,75
∅𝑅𝑛 = ∅ . 1,5 . Lc . t .fu
= 0,75 . 1,5 . 38, 1 . 5 . 370
= 79295,63 N
d) Jumlah baut
Nilai ∅𝑅𝑛 terkecil yaitu 15381 N, maka :
𝑃𝑢
Jumlah baut =
∅𝑅𝑛

16247,81
= 15381

= 1,056 ≈ 2 baut
78
3. Perhitungan Gording
a. Data Bahan
1) Material Baja
fy = 240 MPa
fu = 370 MPa
fr = 70 MPa
E = 200000 MPa
u = 0.2
2) Profil Baja
Profil C 75.40.5.7

ht = 75 mm Iy = 124000 mm4
b = 40 mm Sx = 202000 mm3
a = 0 mm Sy = 454000 mm3
t1 = 5 mm rx = 29.3 mm
t2 = 7 mm ry = 11.9 mm
A = 881.8 mm2 c = 12.7 mm
Ix = 759000 mm4 w = 6.92 kg/m
65

ø = 0.75
Diameter sagrod = 10 mm
Jarak antar gording = 1155 mm
Panjang gording (L1) = 6000 mm
Jarak antara sagrod (L2) = 0 mm
a = 30°
3) Section Property
a) Modulus Geser
𝐸 200000
𝐺= = ⌊2(1+0,2)⌋ = 83333,333 𝑀𝑃𝑎
[2(1+𝑢)]

b) Konstanta Puntir Torsi


1 1 2
𝐽 = 2 . 𝑏 . 𝑡³+ (ℎ𝑡 − 2𝑡) . 𝑡³+ (𝑎 − 𝑡) . 𝑡³
3 3 3
1 1 2
𝐽 = 2 . 40 . 5³ + (75 − 2 . 5) . 5³ + (0 − 5) . 5³
3 3 3
𝐽 = 5625 𝑚𝑚4
c) Tinggi Bersih Badan
ℎ = ℎ𝑡 − 𝑡 = 75 − 5 = 70 𝑚𝑚
d) Konstanta Putir Lengkung
𝑦
𝐼.ℎ² 4 12400 . 70²
𝐼𝑤 = = = 15190000
4
e) Modulus Penampang Plastis Terhadap Sumbu X
1 2
𝑍𝑥 = ℎ𝑡 . 𝑡 + 𝑎 . 𝑡(ℎ𝑡 − 𝑎) + 𝑡 (𝑏 − 2𝑡)(ℎ𝑡−𝑡)
4
1 2
𝑍𝑥 = 75 . 5 + 0 . 5(75 − 0) + 5 (40 − 2 . 5)(75 − 5)
4
𝑍𝑥 = 10969 𝑚𝑚³
f) Modulus Penampang Plastis Terhadap Sumbu Y
𝑡 𝑡
𝑍𝑦 = ℎ𝑡 . 𝑡 (𝑐 − ) + 2𝑎 . 𝑡 (𝑏 − 𝑐 − ) + 𝑡 (𝑐 − 𝑡)2
2 2
+ 𝑡(𝑏 − 𝑡 − 𝑐)²
66
5 5
𝑍𝑦 = 75 .5 (12,7 − ) + 2 . 0 . 5 (40 − 12,7 − )
2 2
2
+ 5 (12,7 − 5) + 5(40 − 5 − 12,7)²
𝑍𝑦 = 6608 𝑚𝑚³
g) Koefisien Momen Tekuk Torsi Lateral
𝜋 𝐴
𝑋1 = √[𝐸 . 𝐺 . 𝐽 . ]
𝑆𝑥 2
𝜋 881,8
]
𝑋1 = √[200000 . 83333,333 . 5625 . 2
202000
𝑋1 = 3161,94 𝑀𝑃𝑎
h) Koefisien Momen Tekuk Torsi Lateral
2
𝑆𝑥 𝐼𝑤
.
𝑋1 = 4 [ ]
(𝐺 . 𝐽) 𝐼𝑦
2
202000 15190000 + 08
𝑋1 = 4 [ ] .
(83333,333 .5625) 124000
b. Perhitungan Gording
1) Momen dan Gaya Geser Akibat Beban Terfaktor
a) Panjang bentang gording terhadap sumbu x
𝐿𝑥 = 𝐿1 = 6000 𝑚𝑚
b) Panjang bentang gording terhadap sumbu y
𝐿𝑦 = 𝐿2 = 0 𝑚𝑚
c) Momen akibat beban terfaktor terhadap sumbu x
𝑀𝑢𝑥 =101534𝑁𝑚𝑚
 Momen pada 1/4 bentang
3 3
𝑀𝐴 = 𝑀𝑢𝑥 = . 101534 = 76150 𝑁𝑚𝑚
4 4
 Momen pada tengah bentang
𝑀𝐵 = 101534 𝑁𝑚𝑚
 Momen pada 3/4 bentang
3 3
𝑀𝐴 = 𝑀𝑢𝑥 = . 101534 = 76150 𝑁𝑚𝑚
4 4
67
d) Momen akibat beban terfaktor terhadap sumbu y
𝑀𝑢𝑦 =938915𝑁𝑚𝑚
e) Gaya geser akibat beban terfaktor terhadap sumbu x
𝑉𝑢𝑥 = 2583 𝑁
f) Gaya geser akibat beban terfaktor terhadap sumbu y
𝑉𝑢𝑦 = 106𝑁
2) Momen Nominal Pengaruh Local Buckling (Pengaruh Tekuk
Lokal)
a) Batas kelangsingan maksimum untuk penampang compact
170 170
𝑝 = = = 10,973
𝑓
√𝑦 √240
b) Batas kelangsingan maksimum untuk penampang non-
compact
370 370
𝑟 = = = 28,378
√(𝑓𝑦 − 𝑓𝑟) √(240 − 70)
c) Kelangsingan penampang sayap
𝑏 40
= = =8
𝑡 5
< p  termasuk penampang compact
d) Momen plastis terhadap sumbu x
𝑀𝑝𝑥=𝑓𝑦.𝑍𝑥=240.10969 =2632500𝑁𝑚𝑚
e) Momen plastis terhadap sumbu y
𝑀𝑝𝑦=𝑓𝑦.𝑍𝑦 =240. 6608=1585896 𝑁𝑚𝑚
f) Momen batas tekuk terhadap sumbu x
𝑀𝑟𝑥= 𝑆𝑥. (𝑓𝑦− 𝑓𝑟) = 202000 . 170 = 34340000 Nmm
g) Momen batas tekuk terhadap sumbu y
𝑀𝑟𝑦= 𝑆𝑦. (𝑓𝑦− 𝑓𝑟) = 454000 . 170 = 77180000 Nmm
h) Momen nominal terhadap sumbu x :
Penampang compact : 𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 2632500 𝑁𝑚𝑚
Momen nominal terhadap sumbu x: 𝑀𝑛𝑥 = 2632500 𝑁𝑚𝑚
i) Momen nominal terhadap sumbu y :
68
Penampang compact : 𝑀𝑛 = 𝑀𝑝 = 77180000 𝑁𝑚𝑚
Momen nominal terhadap sumbu y :
𝑀𝑛𝑦 =77180000𝑁𝑚𝑚
3) Momen Nominal Pengaruh Lateral Buckling
a) Panjang bentang maksimum balok yang mampu menahan
momen plastis (𝐿𝑝)

𝐸
𝐿𝑝 =1,76.𝑟𝑦. √ = 1,76 . 11,9√ 200000 = 605 𝑚𝑚
𝑓𝑦 240

b) Panjang bentang minimum balok yang tahanannya


ditentukan oleh momen kritis tekuk torsi lateral (𝐿𝑟)
𝑓𝐿 = 𝑓𝑦 − 𝑓𝑟 = 240 − 70 = 170 𝑀𝑃𝑎

𝑋1
𝐿𝑟=𝑟𝑦. . √[1 + √1 + 𝑋2 . 𝑓𝐿²]
𝑓𝐿
3161,94
𝐿𝑟 = 11,9 . . √[1 + √1 + 0,00091 . 170²]
170
𝐿𝑟 = 552 𝑚𝑚
c) Koefisien momen tekuk tori lateral (𝐶𝑏)
𝑀𝑢𝑥
𝐶𝑏 = 12,5 (2,5𝑀 𝑢𝑥 +3𝑀𝐴 +4𝑀𝐵 +3𝑀𝐶)
403387
= 12,5 {2,5(403387)+3(302540)+4(403387)+3(302540)}
= 1,14
d) Momen plastis terhadap sumbu x
𝑀𝑝𝑥=𝑓𝑦.𝑍𝑥=240.10969 =2632500𝑁𝑚𝑚
e) Momen plastis terhadap sumbu y
𝑀𝑝𝑦=𝑓𝑦.𝑍𝑦 =240. 6608=1585896 𝑁𝑚𝑚
f) Momen batas tekuk terhadap sumbu x
𝑀𝑟𝑥= 𝑆𝑥. (𝑓𝑦− 𝑓𝑟) = 202000 . 170 = 34340000 Nmm
g) Momen batas tekuk terhadap sumbu y
𝑀𝑟𝑦= 𝑆𝑦. (𝑓𝑦− 𝑓𝑟) = 454000 . 170 = 77180000 Nmm
h) Panjang bentang terhadap sumbu y (jarak dukungan lateral)
69
𝐿 = 𝐿2 = 0 𝑚𝑚
𝐿 < 𝐿𝑝 𝑑𝑎𝑛 𝐿 < 𝐿𝑟  termasuk kategori bentang pendek
i) Momen nominal terhadap sumbu x dihitung sebagai berikut:
𝑀𝑛𝑥 =𝑀𝑝𝑥 = 2632500𝑁𝑚𝑚
(𝐿𝑟−𝐿)
𝑀𝑛𝑥 = 𝐶𝑏 [𝑀𝑟𝑥 + (𝑀𝑝𝑥 − 𝑀𝑟𝑥 )(𝐿 −𝐿 ]
𝑟 𝑃)

= 1,14 [34340000 + (2632500 −

34340000) (552−0)
(552−605)]

𝑀𝑛𝑥 =418868759𝑁𝑚𝑚
j) Untuk penampang batang pendek, momen nominal terhadap
sumbu x yang digunakan yaitu 2632500 Nmm
k) Momen nominal terhadap sumbu x dihitung sebagai berikut:
𝑀𝑛𝑦 =𝑀𝑝𝑦 =1585896𝑁𝑚𝑚
(𝐿𝑟−𝐿)
]
𝑀𝑛𝑦=𝐶𝑏[𝑀𝑟𝑦+(𝑀𝑝𝑦−𝑀𝑟𝑦) 𝑟 −𝐿𝑃)
(𝐿
= 1,14 [77180000 + (1585896 −

77180000) (552−0)
(552−605)]

𝑀𝑛𝑥 =993298503𝑁𝑚𝑚
l) Untuk penampang batang pendek, momen nominal terhadap
sumbu y yang digunakan yaitu 1585896 Nmm
4) Tahanan Momen Lentur
a) Momen nominal terhadap sumbu x :
Berdasarkan pengaruh local buckling
𝑀𝑛𝑥 =2632500𝑁𝑚𝑚
b) Berdasarkan pengaruh lateral buckling,
𝑀𝑛𝑥 =2632500𝑁𝑚𝑚
c) Momen nominal terhadap sumbu x (terkecil) yg
menentukan,
𝑀𝑛𝑥 =2632500𝑁𝑚𝑚
d) Tahanan momen lentur terhadap sumbu x,
70
∅𝑏 . 𝑀𝑛𝑥 = 0,9 . 2632500 = 2369250 𝑁𝑚𝑚
e) Momen nominal terhadap sumbu y :
Berdasarkan pengaruh local buckling,
𝑀𝑛𝑦 =77180000𝑁𝑚𝑚
f) Berdasarkan pengaruh lateral buckling,
𝑀𝑛𝑦 =1585896𝑁𝑚𝑚
g) Momen nominal terhadap sumbu x (terkecil) yg
menentukan,
𝑀𝑛𝑦 =1585896𝑁𝑚𝑚
h) Tahanan momen lentur terhadap sumbu x,
∅𝑏 . 𝑀𝑛𝑥 = 0,9 . 1585896 = 1427306 𝑁𝑚𝑚
i) Syarat yg harus dipenuhi :
𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦(∅𝑏 .
+ ≤ 1,0
(∅𝑏.𝑀𝑛𝑥) 𝑀𝑛𝑦)
101534 938915
+ ≤ 1,0
(2369250) (1427306)
0,7007 ≤ 1,0  Aman (OK)
5) Tahanan Geser
a) Ketebalan plat badan tanpa pengaku harus memenuhi syarat:
ℎ 𝐸
≤ 6,36√
𝑡 𝑓𝑦

75 200000
≤ 6,36√
5 240

14,00 ≤ 183,60  memenuhi syarat (OK)


b) Gaya geser akibat beban terfaktor terhadap sumbu x,
𝑉𝑢𝑥 = 85𝑁
c) Luas penampang badan,
𝐴𝑤 = 𝑡 . ℎ𝑡 = 5 . 75 = 375 𝑚𝑚2
d) Tahanan gaya geser nominal terhadap sumbu x
𝑉𝑛𝑥 = 0,6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑤 = 0,6 . 240 . 375 = 54000 𝑁
71
e) Tahanan gaya geser terhadap sumbu x
∅𝑓. 𝑉𝑛𝑥 = 0,75 . 54000 = 40500 𝑁
f) Gaya geser akibat beban terfaktor terhadap sumbu y,
𝑉𝑢𝑥 = 1344 𝑁
g) Luas penampang sayap,
𝐴𝑓 = 2 . 𝑏 . 𝑡 = 2 . 40 . 5 = 400 𝑚𝑚2
h) Tahanan gaya geser nominal terhadap sumbu x
𝑉𝑛𝑦 = 0,6 . 𝑓𝑦 . 𝐴𝑓 = 0,6 . 240 . 400 = 57600 𝑁
i) Tahanan gaya geser terhadap sumbu x
∅𝑓. 𝑉𝑛𝑥 = 0,75 . 57600 = 43200 𝑁
j) Syarat yang harus dipenuhi :
𝑉𝑢𝑥 𝑉𝑢𝑦(∅𝑓 .
+ ≤ 1,0
(∅𝑓 . 𝑉𝑛𝑥 ) 𝑉𝑛𝑦)
2583 106
+ ≤ 1,0
(40500) (57600)
0,0662 ≤ 1,0  Aman (OK)
6) Kontrol Interaksi Geser dan Lentur
Syarat yang harus dipenuhi untuk interakasi geser dan lentur:
𝑀 𝑉 𝑉
𝑀𝑢𝑥 + 𝑢𝑦 )+( 𝑢𝑥 + 𝑢𝑦 )] < 1,375
(∅𝑏 .
[(
𝑀𝑛𝑥) (∅𝑏 . 𝑀𝑛𝑦) (∅𝑓 . 𝑉𝑛𝑥) (∅𝑓. 𝑉𝑛𝑦)

0,7421 < 1,375  Aman (OK)


C. PERHITUNGAN ELEMEN STRUKTUR PORTAL
1. Perhitungan Plat
a. Plat Lantai
1) Data bahan struktur
Fc’ = 30 MPa
Fy = 240 MPa
2) Data Plat Lantai
Lx = 4,50 m
Ly =5m
H = 200 mm
𝐿𝑦 5 𝐿𝑦
Koefisien momen plat = = 1.11 → < 2 (𝑑𝑢𝑎 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝐿𝑥 4.5 𝐿𝑥

∅ tulangan = 12 mm
ts = 20 mm
3) Beban plat lantai
a) Beban mati (QD) =6.410𝑘𝑁/𝑚2
b) Beban hidup (QL) =2.5𝑘𝑁/𝑚2
c) Total beban Q =11,692𝑘𝑁/𝑚𝑚
d) Mu =13.969𝐾𝑁𝑚/𝑚
4) Penulanagan Plat
a) Fc’ = 30 MPa
𝐹𝑐′−30
𝛽1 = 0,85 − 0,005 ( ) = 0,8357
7

b) Rasio tulangan pada kondisi balance


𝐹𝑐′ 600
𝜌𝑏 = 𝛽1 − 0,05 . 𝐹𝑦 . (600+𝐹𝑦)
30 600
= 𝛽1 − 0,05 . 240 . (600+240)

= 0,0634
c) Faktor tahanan maksimum
1 𝐹𝑦
𝑅𝑚𝑎𝑥=0,75. 𝜌𝑏.𝐹𝑦.(1− (0,75.𝜌𝑏. ))
2 0,85 .𝐹𝑐′

72
1 240
= 0,75 . 0,0634 . 240 (1 − . 0,75 . 0,0634 . )
2 0,85 .30

= 8,8609
d) Faktor reduksi kekuatan lentur
𝜑 = 0,8
e) Jarak tulangan terhadap sisi luar beton
𝜃 12
𝐷𝑠 = 𝑡 + = 20 + = 26 𝑚𝑚
2 2

f) Tebal plat edektif


𝑑 = ℎ − 𝑑𝑠 = 200 − 26 = 174 𝑚𝑚
g) Ditinjau plat lantai selebar 1 meter
𝑏 = 1000 𝑚𝑚
h) Momen nominal rencana
𝑀𝑢 13.969
𝑀𝑛 = = = 17.461 𝐾𝑁/𝑚
𝜃 0,8

i) Faktor tahanan momen


6
𝑀𝑛 .10 17.461 .
𝑅𝑛 = 𝑏 .𝑑2 = 1000.174 = 0.57674
j) Rasio tulangan yang diperlukan
𝐹𝑐′ 2 .𝑅𝑛
𝜌 = 0,85 . . [1 − √1 − ]
𝐹𝑦 0,85. 𝐹𝑐′

30 2 .𝑅𝑛
= 0,85 . . [1 − √1 − ] = 0,0024
240 0,85. 𝐹𝑐′

√𝐹𝑐′ √30
𝜌 𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0025
4.𝐹𝑦 4 .240

𝜌 𝑚𝑖𝑛 = =𝐹𝑦
1,4 1,4 = 0,0025
240

Rasio tulangan yang dipakai 0,0025


k) Luas tulangan yang dipakai
𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑 = 0,0025 . 1000 . 174 = 435 𝑚𝑚
l) Jarak tulangan yang diperlukan
𝜋 𝑏
𝑆 = . 𝜃2 .
4 𝐴𝑠
𝜋 2 1000
= . 1,2 .
4 435

= 260 𝑚𝑚²

73
𝑆 𝑚𝑎𝑥 = 2ℎ = 400 𝑚𝑚
Jarak sengkang yang digunakan S = 200 mm
m) Digunakan tulangan
∅12 − 200 𝑚𝑚²
n) Luas tulangan terpakai
𝜋 𝑏 𝜋 1000
𝐴𝑠 = . 𝜃2 . = . 122 . = 565 𝑚𝑚²
4 𝑠 4 200

5) Kontrol lendutan plat


a) Modulus elastis beton
𝐸𝑐 = 4700√𝐹𝑐′ = 4700√30 = 25743 𝑀𝑃𝑎
b) Modulus elastisitas baja tulangan
𝐸𝑠 = 200000 𝑀𝑃𝑎
c) Batas lendutan maksimum
𝐿𝑥 4.50
= = 4500 𝑚𝑚
240 240

d) Momen inersia brutto


1
𝐼𝑔 = . 𝑏 . ℎ3
12

1 3 3
= 12 . 𝑏 . ℎ = 666666667 𝑚𝑚
e) Modulus keruntuhan lentur beton
𝐹𝑟 = 0,7√𝐹𝑐′ = 0,7√30 = 3,834 𝑀𝑃𝑎
f) Nilai perbandingan modulus elastisitas
𝐸𝑠 200000
𝑛= 𝐸𝑐 = 25743= 8.16
g) Jarak garis netral terhadap sisi atas beton
𝐴𝑠 565
𝐶=𝑛 = 8.16 = 4.613 𝑚𝑚
𝑏 1000

h) Momen inersia penampang retak yang ditransformasikan ke


beton
1
𝐼𝑐𝑟 = . 𝑏 . 𝑐3 + 𝑛 . 𝐴𝑠(𝑑 − 𝑐)2
3
1
= . 1000. 4.6133 + 8.16 . 565(174 − 4.613)2
3

= 132388636 𝑚𝑚4
ℎ 200
𝑌𝑡 = = = 100 𝑚𝑚
2 2

74
i) Momen retak
𝐼𝑔 132388636
𝑀𝑐𝑟= 𝐹𝑟 = 3,834. =25560386𝑁𝑚𝑚
𝑦𝑡 100

j) Momen maksimum akibat beban (tanpa factor beban)


1
𝑀𝑎 = . 𝑄 . 𝐿𝑥28
1
= . 8.910 . 4500²
8

= 15370600 𝑁𝑚𝑚
k) Inersia efektif untuk perhitungan lendutan
𝑀𝑐𝑟3 𝑀𝑐𝑟3
(𝐼𝑒= ) . 𝐼𝑔 + [1
( − ) ].𝐼𝑐𝑟
𝑀𝑎 𝑀𝑎
𝑀𝑐𝑟 3 𝑀𝑐𝑟 3
=( ) . 𝐼𝑔 + [1 − ( ) ].𝐼𝑐𝑟
𝑀𝑎 𝑀𝑎

= 910123034 𝑚𝑚4
l) Lendutan elastis ketika beban mati dan beban hidup
5 𝐿𝑥 4
𝑆𝑒 = . 𝜃 .
384 𝐸𝑐.𝐼𝑒
5 4500 4
= . 7,685 .
384 𝐸𝑐.𝐼𝑒

= 2,031 𝑚𝑚
m) Rasio tulangan slab lantai
𝐴𝑠 565
𝜌 =𝑏 .𝑑 = 1000 . 174 = 0,0032
n) Faktor ketergantungan waktu untuk beban mati (jangka
waktu > 5 tahun)
ç =2
ç
 = 2
= 1+50 .0,0032 = 1,7204
1+50 .𝜌

o) Lendutan jangka panjang akibat rangka dan susut


5 𝐿𝑥
𝛿𝑔 =  . . 𝜃 .
4

384 𝐸𝑐 .𝐼𝑒
4
5 4500
= 1,7204 . . 7,685 .
384 𝐸𝑐 .𝐼𝑒

= 2,031 𝑚𝑚
p) Lendutan total
𝛿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙=𝛿𝑒+𝛿𝑔=2,031+3.493=5,524𝑚𝑚

75
𝐿𝑥
Syarat𝛿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙<  5,524 < 18,750 (Aman)
240

b. Plat Bordes
1) Data bahan struktur
Fc’ = 30 MPa
Fy = 240 MPa
2) Data Plat Lantai
Lx = 1.5 m
Ly = 3,00 m
H = 200 mm
𝐿𝑦 3,00 𝐿𝑦
Koefisien momen plat = = 2.00 → > 2 (𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑎𝑟𝑎ℎ)
𝐿𝑥 1.5 𝐿𝑥

∅ tulangan = 10 mm
ts = 20 mm
3) Beban plat lantai
a) Beban mati (QD) =5,450𝑘𝑁/𝑚2
b) Beban hidup (QL) =3𝑘𝑁/𝑚2
c) Total beban Q =11.34𝑘𝑁/𝑚𝑚
d) Mu =2.118𝐾𝑁𝑚/𝑚
4) Penulanagan Plat
a) Fc’ = 30 MPa
𝐹𝑐′−30
𝛽1 = 0,85 − 0,005 ( ) = 0,8357
7

b) Rasio tulangan pada kondisi balance


𝐹𝑐′ 600
𝜌𝑏 = 𝛽1 − 0,05 . 𝐹𝑦 . (600+𝐹𝑦)
30 600
= 𝛽1 − 0,05 . 240 . (600+240)

= 0,0634
c) Faktor tahanan maksimum
1 𝐹𝑦
𝑅𝑚𝑎𝑥=0,75. 𝜌𝑏.𝐹𝑦.(1− (0,75.𝜌𝑏. ))
2 0,85 .𝐹𝑐′
1 240
= 0,75 . 0,0634 . 240 (1 − . 0,75 . 0,0634 . )
2 0,85 .30

76
= 8,8609
d) Faktor reduksi kekuatan lentur
𝜑 = 0,8
e) Jarak tulangan terhadap sisi luar beton
𝜃 10
𝐷𝑠 = 𝑡 + = 20 + = 25 𝑚𝑚
2 2

f) Tebal plat edektif


𝑑 = ℎ − 𝑑𝑠 = 200 − 25 = 175 𝑚𝑚
g) Ditinjau plat lantai selebar 1 meter
𝑏 = 1000 𝑚𝑚
h) Momen nominal rencana
𝑀𝑢 2,118
𝑀𝑛 = = = 2.647 𝐾𝑁/𝑚
𝜃 0,8

i) Faktor tahanan momen


6
𝑀𝑛 .10 = 0,08644 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (OK)
𝑅𝑛 = 𝑏 .𝑑2

j) Rasio tulangan yang diperlukan


𝐹𝑐′ 2 .𝑅𝑛
𝜌 = 0,85 . . [1 − √1 − ]
𝐹𝑦 0,85 . 𝐹𝑐′

30 2 .7,24753
= 0,85 . . [1 − √1 − ] = 0,0004
240 0,85 . 𝐹𝑐′

√𝐹𝑐′ √30
𝜌 𝑚𝑖𝑛 = = = 0,0025
4.𝐹𝑦 4 .240

𝜌 𝑚𝑖𝑛 = =𝐹𝑦
1,4 1,4 = 0,0025
240

k) Rasio tulangan yang dipakai 0,0025 mm²


l) Luas tulangan yang dipakai
𝐴𝑠 = 𝜌 . 𝑏 . 𝑑 = 0,0025 . 1000 . 175 = 438 𝑚𝑚
m) Jarak tulangan yang diperlukan
𝜋 𝑏
𝑆 = . 𝜃2 .
4 𝐴𝑠
𝜋 1000
= . 1,02 .
4 438

= 180 𝑚𝑚
𝑆 𝑚𝑎𝑥 = 2ℎ = 400 𝑚𝑚
n) Jarak sengkang yang digunakan S = 150 mm

77
Digunakan tulangan

∅10 − 150 𝑚𝑚²


o) Luas tulangan terpakai
𝜋 𝑏 𝜋 1000
𝐴𝑠 = . 𝜃2 . = . 102 . = 524 𝑚𝑚²
4 𝑠 4 150

5) Kontrol lendutan plat


a) Modulus elastis beton
𝐸𝑐 = 4700√𝐹𝑐′ = 4700√30 = 25743 𝑀𝑃𝑎
b) Modulus elastisitas baja tulangan
𝐸𝑠 = 200000 𝑀𝑃𝑎
c) Batas lendutan maksimum
𝐿𝑥 1500
= = 6,250 𝑚𝑚
240 240

d) Momen inersia brutto


1
𝐼𝑔 = . 𝑏 . ℎ3
12

= 666666667 𝑚𝑚4
e) Modulus keruntuhan lentur beton
𝐹𝑟 = 0,7√𝐹𝑐′ = 0,7√30 = 3,834 𝑀𝑃𝑎
f) Nilai perbandingan modulus elastisitas
𝐸𝑠 20000
𝑛= = = 8.16
𝐸𝑐 25743

g) Jarak garis netral terhadap sisi atas beton


𝐴𝑠 524
𝐶=𝑛 = 8.16 = 4,271 𝑚𝑚
𝑏 1000

h) Momen inersia penampang retak yang ditransformasikan ke


beton
1
𝐼𝑐𝑟 = . 𝑏 . 𝑐3 + 𝑛 . 𝐴𝑠(𝑑 − 𝑐)2
3
1
= . 1000. 4,22713 + 8,16 . 524(175 − 4,271)2
3

= 124526887 𝑚𝑚4
ℎ 200
𝑌𝑡 = = = 100 𝑚𝑚
2 2

i) Momen retak

78
𝐼𝑔 124526887
𝑀𝑐𝑟=𝐹𝑟 =3,834. = 25560386 𝑁𝑚𝑚
𝑋𝑡 100

j) Momen maksimum akibat beban (tanpa factor beban)


1
𝑀𝑎 = . 𝑄 . 𝐿𝑥28
1
= . 8,450 . 1500²
8

= 2376563 𝑁𝑚𝑚
k) Inersia efektif untuk perhitungan lendutan
𝑀𝑐𝑟3 𝑀𝑐𝑟 3
(𝐼𝑒= ) . 𝐼𝑔 + [1 −( ) ].𝐼𝑐𝑟
𝑀𝑎 𝑀𝑎

= 674599407684 𝑚𝑚4
l) Lendutan elastis ketika beban mati dan beban hidup
5 𝐿𝑥 4
𝑆𝑒 = . 𝜃 .
384 𝐸𝑐.𝐼𝑒
4
4000
5 . 7,685 .
= 384 𝐸𝑐.𝐼𝑒

= 0 𝑚𝑚
m) Rasio tulangan slab lantai
𝐴𝑠 524
𝜌 =𝑏 .𝑑 = 1000 . 175 = 0,003
n) Faktor ketergantungan waktu untuk beban mati (jangka
waktu > 5 tahun)
ç =2
ç
 = 2
= 1+50 .0,003 = 1,7397
1+50 .𝜌

o) Lendutan jangka panjang akibat rangka dan susut


5 𝐿𝑥
𝛿𝑔 =  .
4
i. .𝜃 .
384 𝐸𝑐 .𝐼𝑒
5 40004
= 1,7397 . . 7,685 .
384 𝐸𝑐 .𝐼𝑒

= 0𝑚𝑚
p) Lendutan total
𝛿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙=𝛿𝑒+𝛿𝑔=0𝑚𝑚
𝐿𝑥
Syarat𝛿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙<  0 < 6,250 (Aman)
240

79
2. Perhitungan Balok
a. Data Material Balok
Kuat tekan beton, fc' = 30 MPa
Tegangan leleh baja, fy = 390 MPa (deform) untuk tulangan lentur,
Tegangan leleh baja, fy = 240 MPa (polos) untuk tulangan geser,
b. Balok Induk
1) Dimensi Balok
Lebar balok, b = 400 mm
Tinggi balok, h = 550 mm
Diameter tulangan, D = 19 mm (deform)
Diameter sengkang, P = 10 mm (polos)
Tebal bersih selimut beton, ts = 50 mm
2) Momen Dan Gaya Geser Rencana
a) Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu+ = 38958000 Nmm
b) Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu- = 76935000 Nmm
c) Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 1201380 N
3) Perhitungan Tulangan
a) Perhitungn faktor-faktor penulangan
 Faktor bentuk distribusi tegangan beton,
Untuk fc’ ≤ 28 MPa, 𝛽1 = 0.85
(𝑓𝑐′−28)
Untuk fc’ > 28 MPa, 𝛽1 = 0.85 − 0.05 × 7
(30−28)
karena fc’ = 30 MPa, maka 𝛽1 = 0.85 – 0.05 × 7

= 0.836
 Rasio tulangan pada kondisi balance,
𝛽1× 0.85 × 𝑓𝑐’ 600
𝜌𝑏= ×
𝑓𝑦 (600+𝑓𝑦)

0.836 × 0.85 × 390 600


= 390 × (600+390)

80
= 0,0331
 Faktor tahanan momen maksimum,
½ × 0.75 × 𝜌𝑏 × 𝑓𝑦
𝑅𝑚𝑎𝑥=0.75×𝜌𝑏×𝑓𝑦× [1 – ]
( 0.85 × 𝑓𝑐’ )

= 0.75 × 0,0331 × 390 ×


½ × 0.75 × 0,0331 × 390
[1 – (0.85 × 30 ) ]
= 7.8468
 Faktor reduksi kekuatan lentur,
untuk tulangan baja non-spiral
250
𝜙 = 0,65 + (𝜀𝑡 − 0,002) × 3
misal, 𝜀𝑡 = 0,003
250
𝜙 = 0,65 + (0,003 − 0,002) ×
3

= 0,8
 Jarak tulangan terhadap sisi luar beton,
𝐷 19
𝑑𝑠 = 𝑡𝑠 + 𝑃 + = 50 + 10 + = 69.50 𝑚𝑚
2 2

 Jumlah tulangan dalam satu baris,


400 − 2 × 69,50
𝑏 − 2 × 𝑑𝑠 = = 5.93 ≈ 5 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑛𝑠 = 25 + 𝐷 25 + 19

 Jarak horisontal pusat ke pusat antara tulangan,


𝑏−𝑛𝑠 × 𝐷−2 × 𝑑𝑠 400−3 × 19−2 × 69,5
𝑥= 𝑛𝑠−1 = 5−1 = 41.50 𝑚𝑚
 Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan,
𝑦 = 𝐷 + 25 = 19 + 25 = 44 𝑚𝑚
b) Tulangan Lapangan (Momen Positif)
 Momen positif nominal rencana,
𝑀𝑢 + 38958000
𝑀𝑛 = = = 48698000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,8

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =70𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 550 − 70 = 480 𝑚𝑚

81
 Faktor tahanan momen
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

48698000
= 400 × 4802

= 0.5284 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌 =𝑓𝑦 ×( 1 − √ [1 – 2 × 𝑅𝑛 )
0.85 × 𝑓𝑐

0.85 × 30’
= [1 – 2 × 0.5284
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00137
 Rasio tulangan minimum
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

 Rasio tulangan yang digunakan


𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 400 × 480 = 689 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 689
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 2.431 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 3D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2 = 3× × 𝜋× 192 = 851 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 2.431
𝑛𝑏 = = = 0.60 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

82
 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 3 69.50 208.50
2 0 59.50 0.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 2 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 208.5

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖 × 𝑦𝑖) 139
𝑑′ = = = 69.50 𝑚𝑚 > 50 (𝑂𝐾)
𝑛 2

Tinggi efektif balok


𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 480.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 851 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 400 = 32.522 𝑚𝑚
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
32.522
= 851 × 240 × (480.50 − )
2

= 154002000 𝑁𝑚𝑚
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 123201000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
c) Tulangan Tumpuan (Momen Negatif)
 Momen positif nominal rencana,

𝑀𝑢 76935000
𝑀𝑛 = = = 96168000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,80

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =65𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 550 − 65 = 485.00 𝑚𝑚
 Faktor tahanan momen

83
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

96168000
= 400 × 4852

= 1.0221 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌 =𝑓𝑦 ×( 1 − √ [1 – 2 × 𝑅𝑛 )
0.85 × 𝑓𝑐

0.85 × 30
= [1 – 2 × 1.0221
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00268
 Rasio tulangan minimum
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

 Rasio tulangan yang digunakan


𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 400 × 485 = 696 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 696
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 2.456 ≈ 3 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 3D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2 = 3× × 𝜋× 192 = 851 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 2.456
𝑛𝑏 = = = 0.49 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

84
 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 4 69.50 278.00
2 4 59.50 238.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 8 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 516

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖) 𝑆(516)
𝑑′= = = 64.50𝑚𝑚> 50 (𝑂𝐾)
𝑛 8

Tinggi efektif balok


𝑑 = 550 − 64.50 = 485.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 851 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 400 = 32.522 𝑚𝑚
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
32.522
= 851 × 240 × (485.5 − )
2

= 155660000 𝑁𝑚𝑚
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 124528000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
d) Tulangan Geser
 Gaya geser ultimit rencana
𝑉𝑢 = 1201380 𝑁
 Faktor reduksi kekuatan geser
𝜙 = 0.60
 Tegangan leleh tulangan geser
𝑓𝑦 = 240 𝑀𝑃𝑎
 Kuat geser beton

85
√𝑓𝑐′ √30
𝑉𝑐= = = 175271 𝑁
6 × 𝑏 ×𝑑 6 × 400 ×480

 Tahanan geser beton


𝜙 × 𝑉𝑐 = 0.60 × 175271 = 105163 𝑁 Perlu
tulangan geser
 Tahanan geser sengkang
𝜙 × 𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − 𝜙 × 𝑉𝑐
= 1201380 − 0.60 × 175271
= 1096271 𝑁
 Kuat geser sengkang
𝑉𝑠 = 1827029 𝑁
 Digunakan sengkang berpenampang 2P10
 Luas tulangan geser sengkang

𝐴𝑣 =
𝑛𝑠 × 𝜋 2 × 𝜋 = 157.08 𝑚𝑚2
4 × 𝑃=
2 4 × 102

 Jarak sengkang yang diperlukan

𝑠=
𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 × 𝑑
=
157.08 × 240 × 480 = 9.90 𝑚𝑚
𝑉𝑠 1827029

 Jarak sengkang maksimum


𝑑
𝑠𝑚𝑎𝑥= 480.50 = 190.25 𝑚𝑚
2 = 2

 Jarak sengkang maksimum


𝑠𝑚𝑎𝑥 = 250.00 𝑚𝑚
 Jarak sengkang yang harus digunakan
𝑠 = 9.90 𝑚𝑚
 Digunakan sengkang 2P19
𝑠 = 0 𝑚𝑚
c. Balok Sloof
1) Dimensi Balok
Lebar balok, b = 300 mm
Tinggi balok, h = 400 mm
Diameter tulangan, D = 19 mm (deform)
Diameter sengkang, P = 10 mm (polos)

86
Tebal bersih selimut beton, ts = 50 mm
2) Momen Dan Gaya Geser Rencana
a) Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu+ = 17658000 Nmm
b) Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu- = 38183000 Nmm
c) Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 2062180 N
3) Perhitungan Tulangan
a) Perhitungn faktor-faktor penulangan
 Faktor bentuk distribusi tegangan beton,
Untuk fc’ ≤ 28 MPa, 𝛽1 = 0.85
(𝑓𝑐′−28) 7
Untuk fc’ > 28 MPa, 𝛽1 = 0.85 − 0.05 ×
(30−28)
karena fc’ = 30 MPa, maka 𝛽1 = 0.85 – 0.05 × 7

= 0.836
 Rasio tulangan pada kondisi balance,
𝛽1× 0.85 × 𝑓𝑐’ 600
𝜌𝑏= ×
𝑓𝑦 (600+𝑓𝑦)

0.836 × 0.85 × 390 600


= 390 × (600+390)
= 0,0331
 Faktor tahanan momen maksimum,
½ × 0.75 × 𝜌𝑏 × 𝑓𝑦
𝑅𝑚𝑎𝑥=0.75×𝜌𝑏×𝑓𝑦× [1 – ]
( 0.85 × 𝑓𝑐’ )

= 0.75 × 0,0331 × 390 ×


½ × 0.75 × 0,0331 × 390
[1 – (0.85 × 30 ) ]
= 7.8468
 Faktor reduksi kekuatan lentur,
untuk tulangan baja non-spiral
250
𝜙 = 0,65 + (𝜀𝑡 − 0,002) × 3
misal, 𝜀𝑡 = 0,003

87
250
𝜙 = 0,65 + (0,003 − 0,002) ×
3

= 0,8
 Jarak tulangan terhadap sisi luar beton,
𝐷 19
𝑑𝑠 = 𝑡𝑠 + 𝑃 + = 50 + 10 + = 69.50 𝑚𝑚
2 2

 Jumlah tulangan dalam satu baris,


300 − 2 × 69,50
𝑏 − 2 × 𝑑𝑠 = = 3.66 ≈ 4 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑛𝑠 = 25 + 𝐷 25 + 19

 Jarak horisontal pusat ke pusat antara tulangan,


𝑏−𝑛𝑠 × 𝐷−2 × 𝑑𝑠 300−3 × 19−2 × 69,5
𝑥= 𝑛𝑠−1 = 3−1 = 52 𝑚𝑚
 Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan,
𝑦 = 𝐷 + 25 = 19 + 25 = 44 𝑚𝑚
b) Tulangan Lapangan (Momen Positif)
 Momen positif nominal rencana,
𝑀𝑢 + 17658000
𝑀𝑛 = = = 22072000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,8

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =70𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 400 − 70 = 330 𝑚𝑚
 Faktor tahanan momen
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

22072000
= 300 × 3302

= 0.6756 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌= [1 – 2 × 𝑅𝑛
𝑓𝑦 ×( 1 −√ 0.85 × 𝑓𝑐 )

0.85 × 30’
= [1 – 2 × 0.6756
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00176
 Rasio tulangan minimum

88
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

 Rasio tulangan yang digunakan


𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 300 × 330 = 355 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 355
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 1.253 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 2D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2= 𝑛× × 𝜋× 192= 567 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 1.253
𝑛𝑏 = = = 0.67 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 2 69.50 139.00
2 0 59.50 0.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 2 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 139

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖 × 𝑦𝑖) 139
𝑑′ = = = 69.50 𝑚𝑚 > 50 (𝑂𝐾)
𝑛 2

Tinggi efektif balok


𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 330.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 567 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 300 = 28.909 𝑚𝑚

89
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
28.909
= 567 × 240 × (330.50 − )
2

= 69894000 𝑁𝑚𝑚
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 55915000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
c) Tulangan Tumpuan (Momen Negatif)
 Momen positif nominal rencana,

𝑀𝑢 38183000
𝑀𝑛 = = = 47729000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,80

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =65𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 400 − 65 = 335.00 𝑚𝑚
 Faktor tahanan momen
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

47729000
= 300 × 3352

= 1.4177 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌= [1 – 2 × 𝑅𝑛
𝑓𝑦 ×( 1 −√ 0.85 × 𝑓𝑐 )

0.85 × 30
= [1 – 2 × 1.4177
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00374
 Rasio tulangan minimum
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

90
 Rasio tulangan yang digunakan
𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 300 × 335 = 376 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 376
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 1.326 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 2D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2 = 2× × 𝜋× 192 = 567 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 1.326
𝑛𝑏 = = = 0.44 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 4 69.50 278.00
2 4 59.50 238.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 8 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 516

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖) 𝑆(516)
𝑑′= = = 64.50𝑚𝑚> 50 (𝑂𝐾)
𝑛 8

Tinggi efektif balok


𝑑 = 400 − 64.50 = 335.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 567 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 300 = 28.909 𝑚𝑚
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
28.909
= 567 × 240 × (335.5 − )
2

= 71000000 𝑁𝑚𝑚

91
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 56800000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
d) Tulangan Geser
 Gaya geser ultimit rencana
𝑉𝑢 = 2062180 𝑁
 Faktor reduksi kekuatan geser
𝜙 = 0.60
 Tegangan leleh tulangan geser
𝑓𝑦 = 240 𝑀𝑃𝑎
 Kuat geser beton
√𝑓𝑐′ √30
𝑉𝑐= = = 90374 𝑁
6 × 𝑏 ×𝑑 6 × 300 ×330

 Tahanan geser beton


𝜙 × 𝑉𝑐 = 0.60 × 90374 = 54225 𝑁
(Perlu tulangan geser)
 Tahanan geser sengkang
𝜙 × 𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − 𝜙 × 𝑉𝑐
= 2062180 − 0.60 × 104067
= 2007955 𝑁
 Kuat geser sengkang
𝑉𝑠 = 3346592 𝑁
 Digunakan sengkang berpenampang 2P10
 Luas tulangan geser sengkang

𝐴𝑣 =
𝑛𝑠 × 𝜋 2 × 𝜋 = 157.08 𝑚𝑚2
4 × 𝑃=
2 4 × 102

 Jarak sengkang yang diperlukan

𝑠=
𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 × 𝑑
=
157.08 × 240 × 330 = 3.72 𝑚𝑚
𝑉𝑠 3346592

 Jarak sengkang maksimum


𝑑
𝑠𝑚𝑎𝑥= 330.50 = 165.25 𝑚𝑚
2 = 2

 Jarak sengkang maksimum

92
𝑠𝑚𝑎𝑥=250.00𝑚𝑚
 Jarak sengkang yang harus digunakan
𝑠 = 3.72 𝑚𝑚
 Digunakan sengkang 2P19
𝑠 = 0 𝑚𝑚
d. Balok Bordes
1) Dimensi Balok
Lebar balok, b = 250 mm
Tinggi balok, h = 400 mm
Diameter tulangan, D = 19 mm (deform)
Diameter sengkang, P = 10 mm (polos)
Tebal bersih selimut beton, ts = 50 mm
2) Momen Dan Gaya Geser Rencana
a) Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu+ = 2700000 Nmm
b) Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu- = 9150000 Nmm
c) Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 340350 N
3) Perhitungan Tulangan
a) Perhitungn faktor-faktor penulangan
 Faktor bentuk distribusi tegangan beton,
Untuk fc’ ≤ 28 MPa, 𝛽1 = 0.85
(𝑓𝑐′−28) 7
Untuk fc’ > 28 MPa, 𝛽1 = 0.85 − 0.05 ×
(30−28)
karena fc’ = 30 MPa, maka 𝛽1 = 0.85 – 0.05 ×
7

= 0.836
 Rasio tulangan pada kondisi balance,
𝛽1× 0.85 × 𝑓𝑐’ 600
𝜌𝑏= ×
𝑓𝑦 (600+𝑓𝑦)

0.836 × 0.85 × 390 600


= 390 × (600+390)

93
= 0,0331
 Faktor tahanan momen maksimum,
½ × 0.75 × 𝜌𝑏 × 𝑓𝑦
𝑅𝑚𝑎𝑥=0.75×𝜌𝑏×𝑓𝑦× [1 – ]
( 0.85 × 𝑓𝑐’ )

= 0.75 × 0,0331 × 390 ×


½ × 0.75 × 0,0331 × 390
[1 – (0.85 × 30 ) ]
= 7.8468
 Faktor reduksi kekuatan lentur,
untuk tulangan baja non-spiral
250
𝜙 = 0,65 + (𝜀𝑡 − 0,002) × 3
misal, 𝜀𝑡 = 0,003
250
𝜙 = 0,65 + (0,003 − 0,002) ×
3

= 0,8
 Jarak tulangan terhadap sisi luar beton,
𝐷 19
𝑑𝑠 = 𝑡𝑠 + 𝑃 + = 50 + 10 + = 69.50 𝑚𝑚
2 2

 Jumlah tulangan dalam satu baris,


250 − 2 × 69,50
𝑏 − 2 × 𝑑𝑠 = = 2.52 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑛𝑠 = 25 + 𝐷 25 + 19

 Jarak horisontal pusat ke pusat antara tulangan,


𝑏−𝑛𝑠 × 𝐷−2 × 𝑑𝑠 250−3 × 19−2 × 69,5
𝑥= 𝑛𝑠−1 = 2−1 = 73 𝑚𝑚
 Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan,
𝑦 = 𝐷 + 25 = 19 + 25 = 44 𝑚𝑚
b) Tulangan Lapangan (Momen Positif)
 Momen positif nominal rencana,
𝑀𝑢 + 27000000
𝑀𝑛 = = = 3375000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,73

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =70𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 400 − 70 = 330 𝑚𝑚

94
 Faktor tahanan momen
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

3375000
= 250 × 3802

= 0.1240 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌= [1 – 2 × 𝑅𝑛
𝑓𝑦 ×( 1 −√ 0.85 × 𝑓𝑐 )

0.85 × 30’
= [1 – 2 × 0.1240
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00032
 Rasio tulangan minimum
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

 Rasio tulangan yang digunakan


𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 250 × 330 = 296 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 296
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 1.045 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 2D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2 = 2× × 𝜋× 192 = 567 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 1.045
𝑛𝑏 = = = 1.00 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

95
 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 2 69.50 139.00
2 0 59.50 0.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 2 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 139

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖 × 𝑦𝑖) 139
𝑑′ = = = 69.50 𝑚𝑚 > 50 (𝑂𝐾)
𝑛 2

Tinggi efektif balok


𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 330.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 567 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 250 = 34.691 𝑚𝑚
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
34.691
= 567 × 240 × (330.50 − )
2

= 69255000 𝑁𝑚𝑚
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 55404000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
c) Tulangan Tumpuan (Momen Negatif)
 Momen positif nominal rencana,

𝑀𝑢 76935000
𝑀𝑛 = = = 11438000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,80

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =65𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 400 − 65 = 335.00 𝑚𝑚
 Faktor tahanan momen

96
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

11.438
= 250 × 3352

= 0.4077 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌= [1 – 2 × 𝑅𝑛
𝑓𝑦 ×( 1 −√ 0.85 × 𝑓𝑐 )

0.85 × 30
= [1 – 2 × 0.4077
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00105
 Rasio tulangan minimum
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

 Rasio tulangan yang digunakan


𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 250 × 335 = 301 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 301
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 1.060 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 2D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2 = 2× × 𝜋× 192 = 567 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 1.060
𝑛𝑏 = = = 0.53 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

97
 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 4 69.50 278.00
2 4 59.50 238.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 8 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 516

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖) 𝑆(516)
𝑑′= = = 64.50𝑚𝑚> 50 (𝑂𝐾)
𝑛 8

Tinggi efektif balok


𝑑 = 400 − 64.50 = 335.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 567 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 250 = 34.691 𝑚𝑚
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
28.909
= 567 × 240 × (385.5 − )
2

= 70361000 𝑁𝑚𝑚
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 56289000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
d) Tulangan Geser
 Gaya geser ultimit rencana
𝑉𝑢 = 340350000 𝑁
 Faktor reduksi kekuatan geser
𝜙 = 0.60
 Tegangan leleh tulangan geser
𝑓𝑦 = 240 𝑀𝑃𝑎
 Kuat geser beton

98
√𝑓𝑐′ √30
𝑉𝑐= = = 104067 𝑁
6 × 𝑏 ×𝑑 6 × 300 ×380

 Tahanan geser beton


𝜙 × 𝑉𝑐 = 0.60 × 75312 = 45187 𝑁
(Perlu tulangan geser)
 Tahanan geser sengkang
𝜙 × 𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − 𝜙 × 𝑉𝑐
= 340350 − 0.60 × 104067
= 295163 𝑁
 Kuat geser sengkang
𝑉𝑠 = 491938 𝑁
 Digunakan sengkang berpenampang 2P10
 Luas tulangan geser sengkang

𝐴𝑣 =
𝑛𝑠 × 𝜋 2 × 𝜋 = 157.08 𝑚𝑚2
4 × 𝑃=
2 4 × 102

 Jarak sengkang yang diperlukan

𝑠=
𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 × 𝑑
=
157.08 × 240 × 330 = 25.29 𝑚𝑚
𝑉𝑠 491938

 Jarak sengkang maksimum


𝑑
𝑠𝑚𝑎𝑥= 330.50 = 165.25 𝑚𝑚
2 = 2

 Jarak sengkang maksimum


𝑠𝑚𝑎𝑥 = 250.00 𝑚𝑚
 Jarak sengkang yang harus digunakan
𝑠 = 25.29 𝑚𝑚
 Digunakan sengkang 2P10
𝑠 = 20 𝑚𝑚
e. Balok Induk
4) Dimensi Balok
Lebar balok, b = 300 mm
Tinggi balok, h = 400 mm
Diameter tulangan, D = 19 mm (deform)
Diameter sengkang, P = 10 mm (polos)

99
Tebal bersih selimut beton, ts = 50 mm
5) Momen Dan Gaya Geser Rencana
a) Momen rencana positif akibat beban terfaktor,
Mu+ = 16628000 Nmm
b) Momen rencana negatif akibat beban terfaktor,
Mu- = 21573000 Nmm
c) Gaya geser rencana akibat beban terfaktor,
Vu = 1212110 N
6) Perhitungan Tulangan
a) Perhitungn faktor-faktor penulangan
 Faktor bentuk distribusi tegangan beton,
Untuk fc’ ≤ 28 MPa, 𝛽1 = 0.85
(𝑓𝑐′−28) 7
Untuk fc’ > 28 MPa, 𝛽1 = 0.85 − 0.05 ×
(30−28)
karena fc’ = 30 MPa, maka 𝛽1 = 0.85 – 0.05 × 7

= 0.836
 Rasio tulangan pada kondisi balance,
𝛽1× 0.85 × 𝑓𝑐’ 600
𝜌𝑏= ×
𝑓𝑦 (600+𝑓𝑦)

0.836 × 0.85 × 390 600


= 390 × (600+390)
= 0,0331
 Faktor tahanan momen maksimum,
½ × 0.75 × 𝜌𝑏 × 𝑓𝑦
𝑅𝑚𝑎𝑥=0.75×𝜌𝑏×𝑓𝑦× [1 – ]
( 0.85 × 𝑓𝑐’ )

= 0.75 × 0,0331 × 390 ×


½ × 0.75 × 0,0331 × 390
[1 – (0.85 × 30 ) ]
= 7.8468
 Faktor reduksi kekuatan lentur,
untuk tulangan baja non-spiral
250
𝜙 = 0,65 + (𝜀𝑡 − 0,002) × 3
misal, 𝜀𝑡 = 0,003

100
250
𝜙 = 0,65 + (0,003 − 0,002) ×
3

= 0,8
 Jarak tulangan terhadap sisi luar beton,
𝐷 19
𝑑𝑠 = 𝑡𝑠 + 𝑃 + = 50 + 10 + = 69.50 𝑚𝑚
2 2

 Jumlah tulangan dalam satu baris,


300 − 2 × 69,50
𝑏 − 2 × 𝑑𝑠 = = 3.66 ≈ 4 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑛𝑠 = 25 + 𝐷 25 + 19

 Jarak horisontal pusat ke pusat antara tulangan,


𝑏−𝑛𝑠 × 𝐷−2 × 𝑑𝑠 300−3 × 19−2 × 69,5
𝑥= 𝑛𝑠−1 = 3−1 = 52 𝑚𝑚
 Jarak vertikal pusat ke pusat antara tulangan,
𝑦 = 𝐷 + 25 = 19 + 25 = 44 𝑚𝑚
b) Tulangan Lapangan (Momen Positif)
 Momen positif nominal rencana,
𝑀𝑢 + 16628000
𝑀𝑛 = = = 20785000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,8

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =70𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 400 − 70 = 330 𝑚𝑚
 Faktor tahanan momen
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

20785000
= 300 × 3302

= 0.6362 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌= [1 – 2 × 𝑅𝑛
𝑓𝑦 ×( 1 −√ 0.85 × 𝑓𝑐 )

0.85 × 30’
= [1 – 2 × 0.6362
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00165
 Rasio tulangan minimum

101
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

 Rasio tulangan yang digunakan


𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 300 × 330 = 355 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 355
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 1.253 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 2D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2 = 2× × 𝜋× 192 = 567 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 1.443
𝑛𝑏 = = = 0.67 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 2 69.50 139.00
2 0 59.50 0.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 2 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 139

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖 × 𝑦𝑖) 139
𝑑′ = = = 69.50 𝑚𝑚 > 50 (𝑂𝐾)
𝑛 2

Tinggi efektif balok


𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 385.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 409 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 300 = 28.909 𝑚𝑚

102
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
28.909
= 567 × 240 × (330.50 − )
2

= 69894000 𝑁𝑚𝑚
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 55915000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
c) Tulangan Tumpuan (Momen Negatif)
 Momen positif nominal rencana,

𝑀𝑢 21573000
𝑀𝑛 = = = 26966000 𝑁𝑚𝑚
𝜙 0,80

 Diperkirakan jarak pusat tulangan lentur ke sisi beton


𝑑′ =65𝑚𝑚
 Tinggi efektif balok
𝑑 = ℎ − 𝑑′ = 400 − 65 = 355.00 𝑚𝑚
 Faktor tahanan momen
𝑀𝑛
𝑅𝑛 =
𝑏 × 𝑑2

26966000
= 300 × 3352

= 0.8010 < 𝑅𝑚𝑎𝑥 (𝑂𝐾)


 Rasio tulangan yang diperlukan
0.85×𝑓𝑐’
𝜌= [1 – 2 × 𝑅𝑛
𝑓𝑦 ×( 1 −√ 0.85 × 𝑓𝑐 )

0.85 × 30
= [1 – 2 × 0.8010
𝑓𝑦 ×( 1 − √ 0.85 × 30 )

= 0.00209
 Rasio tulangan minimum
𝑓𝑐′
𝜌𝑚𝑖𝑛=√ 30
4 × 𝑓𝑦 = √ 4 × 240 = 0.00351

 Rasio tulangan minimum


1,4 1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 = = = 0.00359
𝑓𝑦 240

103
 Rasio tulangan yang digunakan
𝜌 = 0.00359
 Luas tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 = 𝜌 × 𝑏 × 𝑑 = 0.00359 × 300 × 335 = 361 𝑚𝑚2
 Jumlah tulangan yang diperlukan
𝐴𝑠 361
𝑛= 1 = 1×𝜋×192 = 1.272 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
× 𝜋× 𝐷24
4

 Digunakan tulangan, 2D19


 Luas tulangan terpakai
1 1
𝐴𝑠 = 𝑛× × 𝜋× 𝐷2 = 2× × 𝜋× 192 = 567 𝑚𝑚2
4 4

 Jumlah baris tulangan


𝑛 1.272
𝑛𝑏 = = = 0.7 = 0.42 < 3 (𝑂𝐾)
𝑛𝑠 3

 Analisis Perhitungan
Baris Jumlah Jarak Juml. Jarak
ke (𝑛𝑖) (𝑦𝑖) (𝑛𝑖 × 𝑦𝑖)
1 4 69.50 278.00
2 4 59.50 238.00
3 0 0.00 0.00
𝑛= 8 𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖)= 516

Letak titik berat tulangan


𝑆(𝑛𝑖×𝑦𝑖) 𝑆(516)
𝑑′= = = 64.50𝑚𝑚> 50 (𝑂𝐾)
𝑛 8

Tinggi efektif balok


𝑑 = 450 − 64.50 = 385.50 𝑚𝑚
𝐴𝑠× 𝑓𝑦 567 × 240
𝑎 = 0.85 × 𝑓𝑐′× 𝑏 = 0.85 × 30 × 300 = 28.909 𝑚𝑚
Momen nominal
𝑎
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 × (𝑑 − )
2
28.909
= 567 × 240 × (335.5 − )
2

= 71000000 𝑁𝑚𝑚

104
Tahanan momen balok
𝑀𝑛 × 𝜙 = 56800000 𝑁𝑚𝑚 > 𝑀𝑢+
AMAN (OK)
d) Tulangan Geser
 Gaya geser ultimit rencana
𝑉𝑢 = 1212110 𝑁
 Faktor reduksi kekuatan geser
𝜙 = 0.60
 Tegangan leleh tulangan geser
𝑓𝑦 = 240 𝑀𝑃𝑎
 Kuat geser beton
√𝑓𝑐′ √30
𝑉𝑐= = = 90374 𝑁
6 × 𝑏 ×𝑑 6 × 300 ×330

 Tahanan geser beton


𝜙 × 𝑉𝑐 = 0.60 × 90374 = 54.225 Perlu tulangan
geser
 Tahanan geser sengkang
𝜙 × 𝑉𝑠 = 𝑉𝑢 − 𝜙 × 𝑉𝑐
= 1212110 − 0.60 × 90374
= 1157885 𝑁
 Kuat geser sengkang
𝑉𝑠 = 1929809 𝑁
 Digunakan sengkang berpenampang 2P10
 Luas tulangan geser sengkang
𝑛𝑠 × 𝑝 2×𝑝
𝐴𝑣 = = = 157.08 𝑚𝑚2
4 × 𝑃2 4 × 10

 Jarak sengkang yang diperlukan

𝑠=
𝐴𝑣 × 𝑓𝑦 × 𝑑 157.08 × 240 × 380 = 6.45 𝑚𝑚
𝑉𝑠 × 103 = 1929809

 Jarak sengkang maksimum


𝑑
𝑠𝑚𝑎𝑥= 330.50 = 165.25 𝑚𝑚
2 = 2

 Jarak sengkang maksimum

105
𝑠𝑚𝑎𝑥 = 250.00 𝑚𝑚
 Jarak sengkang yang harus digunakan
𝑠 = 6.45 𝑚𝑚
 Digunakan sengkang 2P19
𝑠 = 0 𝑚𝑚

3. Perhitungan Kolom
a. Data Material Kolom
Kuat tekan beton, fc' = 30 MPa
Tegangan leleh baja, fy = 390 MPa (deform) untuk tulangan lentur,
Tegangan leleh baja, fy = 240 MPa (polos) untuk tulangan geser,
b. Dimensi Kolom
misal, digunakan kolom:
Lebar kolom, b = 600 mm
Tinggi kolom, h = 600 mm
Jumlah tulangan, n = 8 mm
Diameter tulangan, D = 22 mm (deform)
Diameter sengkang, P = 10 mm (polos)
Tebal selimut kolom, ds = 40 mm
c. Perhitungn Faktor Penulangan
1) Modulus elastis baja, Es = 200000 MPa
2) Faktor bentuk distribusi tegangan beton,
Untuk fc’ ≤ 28 MPa, 𝛽1 = 0,85
(𝑓𝑐′−28)
Untuk fc’ > 28 MPa, 𝛽1 = 0.85 − 0.05 ×
7
(30−28)
3) karena fc’ = 30 MPa, maka 𝛽1 = 0.85 – 0.05 × 7

= 0.836
4) Luas kolom
𝐴𝑔 = 𝑏 × ℎ = 600 × 600 = 360000 𝑚𝑚2
5) Luas tulangan 8D22
1
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙𝑙𝑢𝑎𝑠:𝐴𝑠𝑡=8× ×𝜋×222=3041.062𝑚𝑚2
4

106
1
𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑎𝑡𝑎𝑠:𝐴𝑠′=3× ×𝜋×192=1140.3981𝑚𝑚2
4

d. Perhitungn Diagram Interaksi


1) Kondisi Sentris
𝜙2𝑃𝑛,𝑚𝑎𝑥=(𝜙2(0.85×𝑓𝑐′×(𝐴𝑔−𝐴𝑠𝑡)+𝑓𝑦×𝐴𝑠𝑡)
= 0.65 ×(0.85 × 30 × (360000 − 3041.062) +
390 × 3041.062)
= 6687503.541 𝑁
2) Kondisi beban tekan murni / eksentrisitAs kecil (Mn = 0)
Kolom dengan sengkang ikat
Faktor reduksi untuk kolom dengan beban sentris, 𝜙1 = 0.8
Faktor reduksi untuk beban tekan, 𝜙2 = 0.65
𝜙1𝑃𝑛=𝜙1×𝜙2𝑃𝑛,𝑚𝑎𝑥
= 0.8 × 6687503.541
= 5350002.832 𝑁
3) Keadaan seimbang
𝑑
𝑖𝑎
𝑚𝑒𝑡𝑟 𝑡𝑢
𝑙𝑎
𝑛
𝑔
𝑎
𝑛
𝑑=ℎ−𝑑𝑠−𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−
2
22
= 600 − 40 − 10 −
2

= 539 𝑚𝑚
𝑑
𝑖𝑎
𝑚𝑡𝑟
𝑒 𝑡𝑢
𝑙𝑎
𝑛
𝑔
𝑎𝑛
𝑑′=𝑑𝑠+𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔+
2
22
= 40 + 10 +
2

= 61 𝑚𝑚
𝑦 = 0.5 × ℎ = 0.5 × 600 = 300 𝑚𝑚
0.003 0.003
𝐶𝑏= ×𝑑= 0.003+
390 × 539 = 326.67 𝑚𝑚
0.003+ 200000
𝑓𝑦
𝐸𝑠

𝑐𝑏−𝑑
𝐸𝑠′= 𝑐𝑏 × 0.003
326.67−61
= 326.67 × 0.003
𝑓𝑦
= 0.00244 𝑚𝑚 > 𝐸𝑦= = = 0.00195
390
𝐸𝑠 200000

107
Jadi, 𝐸𝑠′ > 𝐸𝑦 berat baja tulangan desak sudah mencapai
tegangan lelehnya, fs’ = fy = 390 MPa
𝑎𝑏 = 𝛽1 × 𝑐𝑏 = 0.836 × 326.67 = 273 𝑚𝑚
𝑐𝑐,𝑏= 0.85×𝑓𝑐′×𝑎𝑏×𝑏
= 0.85 ×30 × 273 × 600
= 4176900 𝑁
𝑐𝑠,𝑏=(𝑓𝑦−0.85×𝑓𝑐′)×𝐴𝑠′
= (390 − 0.85 × 30) × 1140.3981
= 415675.1196 𝑁
𝑇𝑠,𝑏 = 𝑓𝑦 × 𝐴𝑠′ = 390 × 1140.3981 = 444755.272 𝑁
𝑃𝑛,𝑏 =𝑐𝑐,𝑏+𝑐𝑠,𝑏−𝑇𝑠,𝑏
= 4176900 + 415675.1196 − 444755.272
= 4147819.848 𝑁
𝑎𝑏 ′
𝑀𝑛,𝑏 = 𝑐𝑐,𝑏×(𝑦− 2
)+𝑐𝑠,𝑏×(𝑦−𝑑 )+𝑇𝑠,𝑏×(𝑑 −𝑦)
273
= 4176900 × (300 − ) + 415675.1196 × (300 −
2

61) + 444755.272 × (5439 − 300)


= 888566013.6 𝑁𝑚𝑚
888566013.6
𝑀𝑛,𝑏 = = 214.2248 𝑚𝑚
𝑒𝑏 = 𝑃𝑛,𝑏 4147819.848

Jadi, pada keadaan seimbang:


𝜙. 𝑃𝑛,𝑏 = 0.65 × 4147819.848 = 2696082.901 𝑁
𝜙. 𝑀𝑛,𝑏 = 0.65 × 888566013.6 = 577567908.8 𝑁𝑚𝑚
𝑒𝑏 = 214.2248 𝑚𝑚
4) Keadaan Momen Murni (Pn = 0)
𝐶𝑐 = (0.85 × 𝑓𝑐′)× 𝑏 × 𝑎
= (0.85 × 𝑓𝑐′)× 𝑏 × (𝛽1 × 𝑐)
= (0.85 × 30)× 600 × (0.836 × 𝑐)
= 12786.428𝑐
𝐶𝑠=𝐴𝑠′×𝑓𝑠
= 𝐴𝑠′×(𝐸𝑠×𝜀𝑠′)

108
𝑐−61
= 1140.3981 × (200000 ×(0.003 × )
𝑐
𝑐−61
= 684238.86 ×
𝑐

𝑇𝑠 = 𝐴𝑠 × 𝑓𝑦 = 1140.3981 × 390 = 444755.259
𝑗𝑖𝑘𝑎𝑃𝑛=0𝑁
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑃𝑛=𝐶𝑐+𝐶𝑠−𝑇𝑠0 = 𝐶𝑐+𝐶𝑠−
𝑇𝑠
𝑇𝑠=𝐶𝑐+𝐶𝑠
𝑐−61
444755.259 = 12786.428𝑐 + 684238.86 ×
𝑐

12786.42857𝑐2 + 239483.608𝑐 − 41738571.68 = 0


𝑐 = 48.53157749 𝑚𝑚

𝑆𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎,𝐶𝑐=12786.428×48.53157749=620545.55 𝑁
48.53157749−61
𝐶𝑠 = 912318.5066 × =
48.53157749

−175790.2771 𝑁
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜,𝑙𝑗𝑖𝑘𝑎𝑃𝑛=0 𝑁
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑃𝑛=𝐶+
𝑐 𝐶𝑠−𝑇𝑠

= 620545.55 − 175790.2771 − 444755.259


= 0 𝑁 (𝑂𝐾)
𝑎 ′
𝑀𝑛 =𝑐𝑐×(𝑦−2)+𝑐𝑠×(𝑦−𝑑)+𝑇𝑠×(𝑑−𝑦)
𝛽1 × 𝑐 ′
=𝑐𝑐×(𝑦− 2
)+𝑐𝑠×(𝑦−𝑑 )+𝑇𝑠×(𝑑−𝑦)
0.836 ×54.65746749 ) −
= 620545.55 × (300 − 2

175790.2771× (300 − 61) + 444755.259× (539 −


300)
= 237646975.4 𝑁𝑚𝑚
Untuk kolom berpengikat sengkang, 𝜙 = 0.65, sehingga:
𝜙. 𝑀𝑛 = 0.65 ×237646975.4 = 154470534 𝑁𝑚𝑚
Tetapi, jika menggunakan penulangan simetrik, fy<400 MPa
dan (h-d’-ds)/h>0.65, maka faktor reduksi 𝜙 = 0.8
𝑆𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎,𝜙.𝑀𝑛=0.8×309854226.3=190117580.3𝑁𝑚𝑚

109
5) Keadaan e > eb (e = 500 mm)

𝑑
𝑖𝑎
𝑚𝑒𝑡𝑟 𝑡𝑢
𝑙𝑎
𝑛
𝑔
𝑎
𝑛
𝑑=ℎ−𝑑𝑠−𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−
2

22
= 600 − 40 − 10 −
2

= 539 𝑚𝑚

𝑑
𝑖𝑎
𝑚𝑡𝑟
𝑒 𝑡𝑢
𝑙𝑎
𝑛
𝑔
𝑎𝑛
𝑑′=𝑑𝑠+𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔+
2

22
= 40 + 10 +
2

= 61 𝑚𝑚

𝑦 = 0.5 × ℎ = 0.5 × 600 = 300 𝑚𝑚

𝐶𝑐 = (0.85 × 𝑓𝑐′)× 𝑏 × 𝑎
= (0.85 × 𝑓𝑐′)× 𝑏 × (𝛽1 × 𝑐)
= (0.85 × 30)× 600 × (0.836 × 𝑐)
= 12786.428𝑐
𝐶𝑠 =𝐴𝑠′×(𝑓𝑠−0.85×𝑓𝑐′)
𝑐−61
= 1140.3981× (200000 ×((0.003 × ) − (0.85 ×30))
𝑐
𝑐−61
= 684238.86 × − 29080.15155
𝑐

𝑇𝑠 = 𝐴𝑠′× 𝑓𝑦 = 1140.3981 × 390 = 444755.259

𝑗𝑖𝑘𝑎∑𝑔𝑎𝑦𝑎=0𝑁
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑃𝑛(1)=𝑐𝑐+𝑐𝑠−𝑇𝑠
𝑐−61
= 12786.428𝑐 + 684238.86 × −
𝑐

29080.15155 − 444755.259
𝑐−61
= 12786.428𝑐 + 684238.86 × −
𝑐

473835.4106

110
𝑗𝑖𝑘𝑎∑𝑀𝑛=0𝑁𝑚𝑚
𝑎 ′
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑀𝑛=𝑐𝑐×(𝑦−2)+𝑐𝑠×(𝑦−𝑑)+𝑇𝑠×(𝑑−𝑦)
𝛽1 × 𝑐 ′
𝑃𝑛(2)×𝑒=𝑐𝑐×(𝑦− 2
)+𝑐𝑠×(𝑦−𝑑 )+𝑇𝑠×(𝑑 −𝑦)
0.836 × 𝑐
𝑃𝑛(2) × 500 = 12786.428𝑐 × (300 − 2
)+
𝑐−61
(684238.86 × − 29080.15155)×(300 −
𝑐

61) + 444755.259×(539 − 300)


0.836 × 𝑐
𝑃𝑛(2) = 25.573𝑐 × (300 − ) + 0.478×
2
𝑐−61
(684238.86 × − 29080.15155) +
𝑐

212593.0138

𝑃𝑛(1) = 𝑃𝑛(2)
𝑐−61 0.836 × 𝑐
12786.428𝑐 + 684238.86 × − 473835.4106 = 25.573𝑐 × (300 − )+
𝑐 2
𝑐−61
0.478×(684238.86 × −
𝑐

29080.15155) + 212593.0138
−5342.90051𝑐3 − 2876946.429𝑐2 + 157677718.1𝑐 + 12679630684 = 0
𝑐 = 89.33 𝑚𝑚
′ 𝑐−𝑑′ 106.8607525−61
×0.003 = 0.0009514
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙,𝜀𝑠= 𝑐 ×0.003
= 106.8607525
′ 𝑓𝑦 390
𝜀𝑠 = 0.0009514 < 𝜀𝑦 = 𝐸𝑠 = 200000 = 0.00195
𝑆𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎,𝐶𝑐=12786.428×89.33
= 1142211.664 𝑁
89.33−61
𝐶𝑠 = 684238.86 × − 29080.15155
89.33

= 187918.4759 𝑁
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑃𝑛=𝐶𝑐+𝐶𝑠−𝑇𝑠
= 1142211.664 + 187918.4759 − 444755.259
= 885374.87 𝑁
𝑀𝑛 = 𝑃𝑛 × 𝑒
= 885374.87 × 500

111
= 442687434.1 𝑁𝑚𝑚
Untuk kolom berpengikat sengkang, 𝜙 = 0.65, sehingga:
𝜙. 𝑃𝑛 = 0.65 × 885374.87 = 575493.7𝑁
𝜙. 𝑀𝑛 = 0.65 × 442687434.1 = 442687434.1 𝑁𝑚𝑚
𝑒 = 500
6) Keadaan e < eb (e = 150 mm)

𝑑
𝑖𝑎
𝑚𝑒𝑡𝑟 𝑡𝑢
𝑙𝑎
𝑛
𝑔
𝑎
𝑛
𝑑=ℎ−𝑑𝑠−𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔−
2

22
= 600 − 40 − 10 −
2

= 539 𝑚𝑚

𝑑
𝑖𝑎
𝑚𝑡𝑟
𝑒 𝑡𝑢
𝑙𝑎
𝑛
𝑔
𝑎𝑛
𝑑′=𝑑𝑠+𝑑𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔+
2

22
= 40 + 10 +
2

= 61 𝑚𝑚

𝑦 = 0.5 × ℎ = 0.5 × 600 = 300 𝑚𝑚

𝐶𝑐 = (0.85 × 𝑓𝑐′)× 𝑏 × 𝑎
= (0.85 × 𝑓𝑐′)× 𝑏 × (𝛽1 × 𝑐)
= (0.85 × 30)× 600 × (0.836 × 𝑐)
= 12786.428𝑐
𝐶𝑠 =𝐴𝑠′×(𝑓𝑠−0.85×𝑓𝑐′)
𝑐−61
= 1140.3981 × (200000 ×((0.003 × ) − (0.85 ×30))
𝑐
𝑐−61
= 684238.86 × − 29080.15155
𝑐

𝑇𝑠=𝐴𝑠′×𝑓𝑠
𝑐−61
= 1140.3981 ×(200000 ×((0.003 × ))
𝑐
𝑐−61
= 684238.86×
𝑐

112
𝑗𝑖𝑘𝑎∑𝑔𝑎𝑦𝑎=0𝑁
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑃𝑛(1)=𝑐𝑐+𝑐𝑠−𝑇𝑠
𝑐−61
= 12786.428𝑐 + 684238.86 × −
𝑐
𝑐−61
29080.15155 − 684238.86×
𝑐

= 12786.428𝑐 − 29080.15155

𝑗𝑖𝑘𝑎∑𝑀𝑛=0𝑁𝑚𝑚
𝑎 ′
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑀𝑛=𝑐𝑐×(𝑦−2)+𝑐𝑠×(𝑦−𝑑)+𝑇𝑠×(𝑑−𝑦)
𝛽1 × 𝑐 ′
𝑃𝑛(2)×𝑒=𝑐𝑐×(𝑦− 2
)+𝑐𝑠×(𝑦−𝑑 )+𝑇𝑠×(𝑑 −𝑦)
0.836 × 𝑐
𝑃𝑛(2) × 150 = 12786.428𝑐 × (300 − 2
)+
𝑐−61
(684238.86 × − 29080.15155 )×(300 −
𝑐
𝑐−61
61) + (684238.86× )×(539 − 300)
𝑐
0.836 × 𝑐
𝑃𝑛(2) = 85.24𝑐 × (300 − ) + 1.89×
2
𝑐−61
(684238.86× − 29080.15155) +
𝑐
𝑐−61
1.89×(684238.86× )
𝑐

𝑃𝑛(1) = 𝑃𝑛(2)
0.836 × 𝑐
12786.428𝑐 − 29080.15155 = 85.24𝑐 × (300 − )+
2
𝑐−61
1.89×(684238.86× − 29080.15155) +
𝑐
𝑐−61
1.89×(684238.86× )
𝑐

−5342.90051𝑐3 + 1598303.571𝑐2 − 229173838.7𝑐 + 127494914740.3 = 0


𝑐 = 362.448 𝑚𝑚
𝑐−𝑑′ 362.448−61
𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙, 𝜀𝑠′ = ×0.003= ×0.003 = 0.0014613
𝑐 362.448
′ 𝑓𝑦 390
𝜀𝑠 = 0.0013255 < 𝜀𝑦 = 𝐸𝑠 = 200000 = 0.00195
𝑆𝑒ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎, 𝐶𝑐 = 12786.428 ×362.448

113
= 4634415.463 𝑁
362.448−61
𝐶𝑠 = 684238.86 × − 29080.15155
362.448

= 415675.1196 𝑁
362.448−61
𝑇𝑠 = 684238.86× 362.448

= 220029.9352 𝑁
𝑀𝑎𝑘𝑎,𝑃𝑛=𝐶+
𝑐 𝐶𝑠−𝑇𝑠

= 4634415.463 + 415675.1196 − 220029.9352


= 4830060.647 𝑁
𝑀𝑛 = 𝑃𝑛 × 𝑒
= 4830060.647 × 150
= 724509097.1 𝑁𝑚𝑚
Untuk kolom berpengikat sengkang, 𝜙 = 0.65, sehingga:
𝜙. 𝑃𝑛 = 0.65 × 4830060.647 = 3139539.421 𝑁
𝜙. 𝑀𝑛 = 0.65 × 724509097.1 = 470930913.1 𝑁𝑚𝑚
𝑒 = 150

Tabel 4.2 Ringkasan Hitungan Analisis Kolom

Keadaan Pn (N) Mn (Nmm) E

Sentris 6687503.54 0 0

Eksintrisitas Kecil 5350002.83 0 0

Patah Desak 3139539.42 470930913 150

Seimbang 2696082.9 577567909 214.225

Patah Tarik 575493.664 287746832 500

Momen murni 0 190117580 -

114
Tabel 4.1 Output dari SAP2000
Pn (N) Mn (Nmm)

9402.1 3048359

1845505 3844931

954357 5057251

553214 9466258

258056 51401359

255187.9 51401359

296873.8 58522634

1052665 56781850

DIAGRAM INTERAKSI KOLOM


7000000

6000000

5000000

4000000
Pn (N)

3000000

2000000

1000000

0
0 200000000 400000000 600000000
Mn (Nmm)

115
D. PERHITUNGAN FONDASI
1. Perhitungan Daya Dukung Tanah
Tabel 4.1 hitungan daya dukung dukung tanah

Kedalaman qc ft
Qa (Kg) Qa (Ton)
(m) (kg/cm²) (kg/cm)

2 150 120 65847,936 65,84794


2.2 80 140 37028,992 37,02899
2.4 30 160 16587,648 16,58765
2.6 40 180 21279,104 21,2791
2.8 40 200 21781,76 21,78176
3 50 220 26473,216 26,47322
3.2 40 240 22787,072 22,78707
3.4 30 260 19100,928 19,10093
3.6 60 280 32169,984 32,16998
3.8 70 310 37112,768 37,11277
4 110 330 54370,624 54,37062
4.2 100 340 50433,152 50,43315
4.4 160 360 76068,608 76,06861
4.6 150 370 72131,136 72,13114
4.8 125 390 62161,792 62,16179
5 130 410 64758,848 64,75885
5.2 70 440 40380,032 40,38003
5.4 135 450 67858,56 67,85856
5.6 130 460 66015,488 66,01549
5.8 45 470 30662,016 30,66202
6 50 490 33259,072 33,25907
6.2 70 510 42139,328 42,13933
6.4 120 530 63585,984 63,58598
6.6 140 540 72214,912 72,21491

117
6.8 170 560 85283,968 85,28397
7 190 580 94164,224 94,16422
7.2 200 640 99860,992 99,86099
Contoh perhitungan daya dukung dukung untuk kedalaman 3 m
Qc = 50 kg/cm²
Ft = 220 kg/cm
Jenis tanah : tanah sedang
SF1 = 3
SF2 = 5
K =𝜋×𝐷= 𝜋×60=188,5𝑐𝑚
𝐴𝑝.𝑞𝑐 𝑘.𝑓𝑡
𝑄𝑎=( 𝑆𝐹1 + 𝑆𝐹2 )
1256,64×50
=( + 125,66×220)
3 5

= 26473,22 𝑘𝑔 = 26,5 𝑡𝑜𝑛

2. Perhitungan Daya Dukung Fondasi Tiang Bor


Dipakai diameter tiang = 40 cm
Tulangan baja 8D19, Ø = 1,9 cm
1
𝐴𝑐 = ×𝜋×𝐷2
4
1
𝐴𝑐 = ×𝜋×402 = 1256,64 𝑐𝑚²
4
1
𝐴𝑠 = ×𝜋×𝐷²×8
4
1
𝐴𝑠 = ×𝜋×1,92×8 = 22,68 𝑐𝑚2
4

𝑃𝑟= 0,85×∅×0,85×𝑓𝑐′×(𝐴𝑐−𝐴𝑠)+𝐴𝑠×𝑓𝑦
𝑃𝑟 = 0,85×0,7×0,85×305,8×(1256,64 − 22,68) + 22,68×3978,5
𝑃𝑟 = 281074,598 𝑘𝑔 = 281,07 𝑡𝑜𝑛
Daya dukung Bahan > Daya dukung Dukung Tanah

118
3. Perhitungan Kebutuhan Tiang Tiap Kolom
a. Daya dukung Dukung
Berdasarkan Bahan, Pb = 281,07 ton
Berdasarkan Tanah, Pt = 99,86 ton
Dipakai daya dukung dukung ijin tiang, Pijin = 99 ton
b. Perhitungan Kebutuhan Tiang Tiap Kolom
Jarak antar tiang minimum 2.Ø = 2.40 = 80 cm
Tabel 4.2 Jumlah tiang yang diperlukan pada masing – masing kolom
Beban Mx Jumlah Kontrol Kontrol
Kolom Frame My ton
(Ton) ton Tiang P1 P2
K1 8 72,313 2,39 2,86 2 39,7315 39,7315
K2 64 91,7 2,48 2,47 2 48,9375 48,9375
K3 169 114,98 3,51 3,35 2 61,6775 61,6775
K4 274 72,14 2,15 2,25 2 38,8825 38,8825
K5 15 110,4 2,65 2,24 2 58 58
K6 71 146,64 2,7 3,2 2 77,32 77,32
K7 176 153,62 3,24 2,83 2 80,3475 80,3475
K8 281 108,44 2,57 3,2 2 58,22 58,22
K9 16 131,32 2,13 2,14 2 68,335 68,335
K10 78 174,72 2,17 3,03 2 91,1475 91,1475
K11 183 179,24 2,55 2,76 2 93,07 93,07
K12 288 136,62 2,01 3,09 2 72,1725 72,1725
K13 17 87,36 2,32 2,6 2 46,93 46,93
K14 1 97,04 2,41 2,91 2 52,1575 52,1575
K15 134 135,35 2,25 2,79 2 71,1625 71,1625
K16 239 164,33 2,29 2,62 2 85,44 85,44
K17 344 127,1 2,2 3,06 2 67,375 67,375
K18 18 87,36 2,32 2,6 2 46,93 46,93
K19 14 97,04 2,41 2,91 2 52,1575 52,1575

119
K20 141 135,35 2,25 2,79 2 71,1625 71,1625
K21 246 164,33 2,29 2,62 2 85,44 85,44
K22 351 127,1 2,2 3,06 2 67,375 67,375
K23 29 131,32 2,13 2,14 2 68,335 68,335
K24 148 174,72 2,17 3,03 2 91,1475 91,1475
K25 253 179,24 2,55 2,76 2 93,07 93,07
K26 358 136,62 2,01 3,09 2 72,1725 72,1725
K27 36 110,4 2,65 2,24 2 58 58
K28 155 146,64 2,7 3,2 2 77,32 77,32
K29 260 153,62 3,24 2,83 2 80,3475 80,3475
K30 365 108,44 2,57 3,2 2 58,22 58,22
K31 57 72,313 2,39 2,86 2 39,7315 39,7315
K32 162 91,7 2,48 2,47 2 48,9375 48,9375
K33 267 114,98 3,51 3,35 2 61,6775 61,6775
K34 372 72,14 2,15 2,25 2 38,8825 38,8825

Gambar 4.1 Susunan Tiang


1) Perhitungan Jumlah Tiang pada K1
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 72,313
𝑛= 𝑃𝑖𝑗𝑛 = = 0,799
3 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

72,313 2,86.0,8 2,39.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 39,73 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
72,313 2,86.0,8 2,39.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 39,73 𝑡𝑜𝑛

120
2) Perhitungan Jumlah Tiang pada K2
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 91,7
𝑛 = = = 0,93 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

91,7 2,48.0,8 2,47.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 48,9375 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
91,7 2,48.0,8 2,47.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 48,9375 𝑡𝑜𝑛
3) Perhitungan Jumlah Tiang pada K3
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 114,98
𝑛= 𝑖𝑗 =
𝑃𝑛 = 1,199
6 ≈2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

114,98 3,35.0,8 3,51.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 61,6775 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
114,98 3,35.0,8 3,51.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 61,6775 𝑡𝑜𝑛
4) Perhitungan Jumlah Tiang pada K4
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 72,14
𝑛 = = = 0,73 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

72,14 2,25.0,8 2,15.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 38,8825 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
72,14 2,25.0,8 2,15.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 38,8825 𝑡𝑜𝑛
5) Perhitungan Jumlah Tiang pada K5
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 110,4
𝑛 = = = 1,12 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

110,4 2,24.0,8 2,65.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 58 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
110,4 2,24.0,8 2,65.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 58 𝑡𝑜𝑛
6) Perhitungan Jumlah Tiang pada K6
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 146,64
𝑛 = 𝑃𝑖𝑗𝑛 = 99 = 1,48 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ

121
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

146,64 3,2.0,8 2,7.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0= 77,32 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
146,64 3,2.0,8 2,7.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0= 77,32 𝑡𝑜𝑛
7) Perhitungan Jumlah Tiang pada K7
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 153,62
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,599
5 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

153,62 2,83.0,8 3,24.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 80,3475 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
153,62 2,83.0,8 3,24.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 80,3475 𝑡𝑜𝑛
8) Perhitungan Jumlah Tiang pada K8
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 108,44
𝑛 = 𝑃𝑖𝑗𝑛 = 99 = 1,1 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

108,44 3,2.0,8 2,57.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 58,22 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
108,44 3,2.0,8 2,57.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 58,22 𝑡𝑜𝑛
9) Perhitungan Jumlah Tiang pada K9
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 131,32
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,399
3 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

131,32 2,14.0,8 2,13.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 68,335 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
131,32 2,14.0,8 2,13.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 68,335 𝑡𝑜𝑛
10) Perhitungan Jumlah Tiang pada K10
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 174,72
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,799
6 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

122
174,72 3,03.0,8 2,17.0
𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 91,1475 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
174,72 3,03.0,8 2,17.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 91,1475 𝑡𝑜𝑛
11) Perhitungan Jumlah Tiang pada K11
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 179,24
𝑛 = 𝑃𝑖𝑗𝑛 = 99 = 1,81 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

179,24 2,76.0,8 2,55.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 93,07 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
179,24 2,76.0,8 2,55.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 93,07 𝑡𝑜𝑛
12) Perhitungan Jumlah Tiang pada K12
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 136,62
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,399
8 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

136,62 3,09.0,8 2,01.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 72,1725 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
136,62 3,09.0,8 2,01.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 72,1725 𝑡𝑜𝑛
13) Perhitungan Jumlah Tiang pada K13
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 87,36
𝑛 = = = 0,88 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

87,36 2,6.0,8 2,32.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 46,93 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
87,36 2,6.0,8 2,32.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 46,93 𝑡𝑜𝑛
14) Perhitungan Jumlah Tiang pada K14
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 97,04
𝑛 = = = 0,98 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

97,04 2,91.0,8 0,41.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 52,1575 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
97,04 2,91.0,8 0,41.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 52,1575 𝑡𝑜𝑛

123
15) Perhitungan Jumlah Tiang pada K15
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 135,35
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,399
7 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

135,35 2,79.0,8 2,25.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 71,1625 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
135,35 2,79.0,8 2,25.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 71,1625 𝑡𝑜𝑛
16) Perhitungan Jumlah Tiang pada K16
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 164,33
𝑛= 𝑃𝑖𝑗𝑛 = = 1,699
6 ≈2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +𝑛 +∑𝑥² ∑𝑦²

164,33 2,62.0,8 2,29.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 85,44 𝑡𝑜𝑛
164,33 2,62.0,8 2,29.0
Memenuhi
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 85,44 𝑡𝑜𝑛
17) Perhitungan Jumlah Tiang pada K17
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 127,1
𝑛 = = = 1,28 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

127,1 3,06.0,8 2,2.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0= 67,375 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
127,1 3,06.0,8 2,2.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0= 67,375 𝑡𝑜𝑛
18) Perhitungan Jumlah Tiang pada K18
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 87,36
𝑛 = = = 0,88 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

87,36 2,6.0,8 2,32.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 46,93 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
87,36 2,6.0,8 2,32.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 46,93 𝑡𝑜𝑛
19) Perhitungan Jumlah Tiang pada K19
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 97,04
𝑛 = = = 0,98 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

124
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

97,04 2,91.0,8 0,41.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 52,1575 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
97,04 2,91.0,8 0,41.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 52,1575 𝑡𝑜𝑛
20) Perhitungan Jumlah Tiang pada K20
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 135,35
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,399
7 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

135,35 2,79.0,8 2,25.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 71,1625 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
135,35 2,79.0,8 2,25.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 71,1625 𝑡𝑜𝑛
21) Perhitungan Jumlah Tiang pada K21
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 164,33
𝑛= 𝑃𝑖𝑗𝑛 = = 1,699
6 ≈2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +𝑛 +∑𝑥² ∑𝑦²

164,33 2,62.0,8 2,29.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 85,44 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
164,33 2,62.0,8 2,29.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 85,44 𝑡𝑜𝑛
22) Perhitungan Jumlah Tiang pada K22
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 127,1
𝑛 = = = 1,28 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

127,1 3,06.0,8 2,2.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0= 67,375 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
127,1 3,06.0,8 2,2.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0= 67,375 𝑡𝑜𝑛

125
23) Perhitungan Jumlah Tiang pada K23
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 131,32
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,399
3 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

131,32 2,14.0,8 2,13.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 68,335 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
131,32 2,14.0,8 2,13.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 68,335 𝑡𝑜𝑛
24) Perhitungan Jumlah Tiang pada K24
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 174,72
𝑛= 𝑃𝑖𝑗𝑛 = = 1,799
6 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

174,72 3,03.0,8 2,17.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 91,1475 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
174,72 3,03.0,8 2,17.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 91,1475 𝑡𝑜𝑛
25) Perhitungan Jumlah Tiang pada K25
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 179,24
𝑛 = 𝑃𝑖𝑗𝑛 = 99 = 1,81 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

179,24 2,76.0,8 2,55.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 93,07 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
179,24 2,76.0,8 2,55.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 93,07 𝑡𝑜𝑛
26) Perhitungan Jumlah Tiang pada K26
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 136,62
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,399
8 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

136,62 3,09.0,8 2,01.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 72,1725 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
136,62 3,09.0,8 2,01.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 72,1725 𝑡𝑜𝑛
27) Perhitungan Jumlah Tiang pada K27
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 110,4
𝑛 = = = 1,12 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

126
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

110,4 2,24.0,8 2,65.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 58 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
110,4 2,24.0,8 2,65.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 58 𝑡𝑜𝑛
28) Perhitungan Jumlah Tiang pada K28
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 146,64
𝑛 = 𝑃𝑖𝑗𝑛 = 99 = 1,48 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

146,64 3,2.0,8 2,7.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0= 77,32 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
146,64 3,2.0,8 2,7.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0= 77,32 𝑡𝑜𝑛
29) Perhitungan Jumlah Tiang pada K29
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 153,62
𝑛= 𝑃𝑗𝑖𝑛 = = 1,599
5 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

153,62 2,83.0,8 3,24.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 80,3475 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
153,62 2,83.0,8 3,24.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 80,3475 𝑡𝑜𝑛
30) Perhitungan Jumlah Tiang pada K30
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 108,44
𝑛 = 𝑃𝑖𝑗𝑛 = 99 = 1,1 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

108,44 3,2.0,8 2,57.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 58,22 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
108,44 3,2.0,8 2,57.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 58,22 𝑡𝑜𝑛
31) Perhitungan Jumlah Tiang pada K31
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 72,313
𝑛= 𝑃𝑖𝑗𝑛 = = 0,799
3 ≈ 2𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

127
72,313 2,86.0,8 2,39.0
𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 39,73 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
72,313 2,86.0,8 2,39.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 39,73 𝑡𝑜𝑛
32) Perhitungan Jumlah Tiang pada K32
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 91,7
𝑛 = = = 0,93 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

91,7 2,48.0,8 2,47.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 48,9375 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
91,7 2,48.0,8 2,47.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 48,9375 𝑡𝑜𝑛
33) Perhitungan Jumlah Tiang pada K33
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 1149,8
𝑛= 𝑃𝑖𝑗𝑛 = = 1,199
6 ≈2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

114,98 3,35.0,8 3,51.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 61,6775 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
114,98 3,35.0,8 3,51.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 61,6775 𝑡𝑜𝑛
34) Perhitungan Jumlah Tiang pada K34
𝑃(𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 72,14
𝑛 = = = 0,73 ≈ 2 𝑏𝑢𝑎ℎ
𝑃𝑖𝑗𝑛 99

𝑃 𝑀𝑦.𝑥 𝑀𝑥.𝑦
𝑃𝑖 = +
𝑛 +
∑𝑥² ∑𝑦²

72,14 2,25.0,8 2,15.0


𝑃1 = 2 + 0,64 + 0 = 38,8825 𝑡𝑜𝑛
Memenuhi
72,14 2,25.0,8 2,15.0
𝑃2 = 2 + 0,64 + 0 = 38,8825 𝑡𝑜𝑛

4. Perhitungan Pile Cap


a. Diketahui :
Data struktur
Fc’ = 30 MPa
Fy = 390 MPa

128
γ beton = 24 kN/m3
Dimensi kolom
b = 600 mm
h = 600 mm
𝑃 𝑖𝑗𝑖𝑛
data tanah σ ijin (Tagangan ijin tanah) =
𝐴𝑠

2 × 281.07 × 9.81
= 0.002268

= 2431478.57 𝑘𝑁/𝑚2
γ tanah (Kohesi Tanah) = 10 𝑘𝑁/𝑚3
dimensi pondasi
B (Panjang Pile Cap) = 1.6 m
L (Lebar Pile Cap) = 1.6 m
Df (Kedalam Pondasi dari permukaan tanah) = 7 m
h (tinggi Pile Cap ) = 0.4 m
ds = 40 mm
d (Kedalaman tanah dibawah Pilecap) = 360 mm
tulangan yang digunakan :
tulangan lentur : D22
tulangan susut : D10
hasil SAP2000, perhitungan pada kolom 25
Pu = 1758.3444 kN
Mux = 34.4331 kNm
Muy = 32.8635 kNm
b. Kontrol ukuran fondasi
𝑞=𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑓𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖+𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
=(ℎ×𝛾𝑏𝑒𝑡𝑜𝑛)+(𝐷𝑓–ℎ)×𝛾𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ
= ( 0.4 × 24 ) + (7 – 0.4 ) × 17
= 121.8 𝑘𝑁/𝑚2

129
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
𝜎= 𝐵.𝐿
+ 1 2 + 1𝐵2.𝐿+ 𝑞
𝐵.𝐿 6
6

1758.3444 34.4331 32.8635


= +1 + 1
1.62.1.6 + 121.8
1.6×1.6 1.6.1.62
6 6

=907.2322852𝑘𝑁/𝑚2<𝜎𝑖𝑗𝑖𝑛=2431478.57𝑘𝑁/𝑚2(OK)
c. Tegangan tanah di dasar fondasi
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠= 𝐵.𝐿 + 1 𝐵.𝐿2 + 1𝐵2.𝐿 + 𝑞
6 6

1758.3444 34.4331 32.8635


= 1.6×1.6
+ 11.6.1.62 + 1
1.62.1.6 + 121.8
6 6

= 907.2322852 𝑘𝑁/𝑚2
𝑃𝑢 𝑀𝑢𝑥 𝑀𝑢𝑦
𝜎𝑚𝑖𝑛= 𝐵.𝐿 − 1𝐵.𝐿2 − 1𝐵2.𝐿 − 𝑞
6 6

1758.3444 34.4331 32.8635


= 1.6×1.6
− 11.6.1.62 − 1
1.62.1.6 − 121.8
6 6

= 710.0743 𝑘𝑁/𝑚2
1) Kontrol kuat geser 1 arah

𝐿 ℎ(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚) 1.6 0.6


𝑎= − −𝑑= − − 0.36 = 0.14 𝑚
2 2 2 2
(𝐿−𝑎)(𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠−𝜎𝑚𝑖𝑛)
𝜎𝑎 = 𝜎𝑚𝑖𝑛+ 𝐿
(1.6−0.14)(907.2322852−710.0743)
= 710.0743 +
𝐿
2
= 889.981 𝑘𝑁/𝑚
𝑎.𝐵(.𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠∓𝜎𝑎)
𝑉𝑢= 2
0.14×1.6×(907.2322852∓889.981)
= 2

= 201.288 𝑘𝑁

130
√𝑓𝑐′
𝜙𝑉𝑐=0.75× ×𝐵×𝑑
6
√30
= 0.75× ×1600×360
6

= 394360.2414 𝑁
= 394.4 𝑘𝑁 < 𝑉𝑢 = 201.288 𝑘𝑁/𝑚2 (OK)
2) Kontrol kuat geser 1 arah

d/2 d/2

ℎ(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚) 600
𝛽𝑐= 𝑏(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚) = =1
600

𝑏0=2×((𝑏(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)+𝑑)+(ℎ(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)+𝑑
= 2×((600 + 360) + (600 + 360))
= 2839.394 𝑚𝑚
∝𝑠= 30 untuk kolom tepi
( 𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠 ∓ 𝜎𝑎 )
𝑉𝑢=(𝐵.𝐿−(𝑏(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)+𝑑)(𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚)+𝑑).
2

𝑉𝑢 = 1324.898 𝑘𝑁
2 √𝑓𝑐′×𝑏0 ×𝑑 6
𝜙𝑉𝑐 = 0.75× (1 + ) ×
𝛽𝑐
2
= 0.75× (1 + ) √30×2839.394×360
× 1 6

= 2839.394 𝑘𝑁
√𝑓𝑐′×𝑏0×𝑑
𝜙𝑉𝑐= 0.75× (2 + ∝𝑠×𝑑
𝑏0)× 12

30×360
= 0.75× (2 + 2839.394) × √30×2839.394×360
12

= 2277.43 𝑘𝑁
√𝑓𝑐′×𝑏0 ×𝑑
𝜙𝑉𝑐=0.75×
3

131
= 0.75× √30×2839.394×360
3

= 2019.124 𝑘𝑁
diambil nilai yang terkecil
𝜙𝑉𝑐 = 2019.124 kN > 𝑉𝑢 = 1324.898 𝑘𝑁
d. Kontrol Penulangan fondasi sisi panjang
𝐿 ℎ𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
𝑋= − = 0.5 𝑘𝑁
2 2
(𝐿−0𝑥)(𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠−𝜎𝑚𝑖𝑛)
𝜎𝑥=𝜎𝑚𝑖𝑛+ 𝐿
(1.6−0.5)(907.2322852−710.0743)
= 710.0743 +
𝐿

= 845.6204 𝑘𝑁/𝑚2
(𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠−𝜎𝑥)× 𝑋2
𝑀𝑢 = 0.5 × 𝜎𝑥 × 𝑋2+ 3
2

2 (907.2322852−845.6204)× 0.5
= 0.5 × 845.6204 × 0.5 + 3

= 110.8369 𝑘𝑁𝑚
𝑀
𝐾= 𝑢
=1.06928𝑀𝑃𝑎
𝜙.𝑏.𝑑2
382.5.𝛽1(600+𝑓𝑦−225.𝛽1).𝑓𝑐′
𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠= =7.94893𝑀𝑃𝑎
(600+𝑓𝑦)2
2.𝐾
𝑎 = (1 − √1 − 0.8 .𝑓𝑐 ′ ) . 𝑑 = 15.42251989 𝑚𝑚
0.85.𝑓𝑐 ′.𝑎.𝑏
𝐴𝑠 = = 1008.395532 𝑚𝑚2
𝑓𝑦
1.4.𝑏.𝑑
𝐴𝑠 = = 1292.31 𝑚𝑚2
𝑓𝑦

Dipilih As yang terbesar,


As = 1292.31 mm2 < As terpasang = 3081.33 mm2 (OK)
1) Kontrol Jarak antar tulangan
0.25.𝜋.𝐷 .𝑆2
𝑠= = 294.1503 𝑚𝑚
𝐴𝑠

𝑠𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔=100𝑚𝑚<𝑠=294.1503𝑚𝑚(OK)
𝐴𝑠>𝐴𝑠(𝑚𝑖𝑛)=0.0018.𝑏.ℎ(𝑓𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖)=3801.33 > 720 (OK)

132
e. Kontrol Penulangan fondasi sisi pendek
𝐿 ℎ𝑘𝑜𝑙𝑜𝑚
𝑋= − = 0.5 𝑘𝑁
2 2

𝑀𝑢 = 0.5×𝜎𝑚𝑎𝑘𝑠×𝑋2=113.404𝑘𝑁𝑚
𝑀
𝐾= 𝑢 =1.06928𝑀𝑃𝑎
𝜙.𝑏.𝑑2
382.5.𝛽1(600+𝑓𝑦−225.𝛽1).𝑓𝑐′
𝐾𝑚𝑎𝑘𝑠= =7.94893𝑀𝑃𝑎
(600+𝑓𝑦)2
2.𝐾
𝑎 = (1 − √1 − 0.8 .𝑓𝑐 ′ ) . 𝑑 = 15.42251989 𝑚𝑚
0.85.𝑓𝑐 ′.𝑎.𝑏
𝐴𝑠 = = 1032.287 𝑚𝑚2
𝑓𝑦
1.4.𝑏.𝑑
𝐴𝑠 = = 1292.3077 𝑚𝑚2
𝑓𝑦

Dipilih As yang terbesar,


As = 1292.31 mm2 < As terpasang = 3081.33 mm2 (OK)
1) Kontrol Jarak antar tulangan
0.25.𝜋.𝐷 .𝑆2
𝑠= = 294.1503 𝑚𝑚
𝐴𝑠

𝑠𝑡𝑒𝑟𝑝𝑎𝑠𝑎𝑛𝑔=100𝑚𝑚<𝑠=294.1503𝑚𝑚(OK)
𝐴𝑠>𝐴𝑠(𝑚𝑖𝑛)=0.0018.𝑏.ℎ(𝑓𝑜𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖)=3801.33 > 720 (OK)
f. Kontrol penulangan susut
digunakan tulangan P10
𝐴𝑠 = 𝑠. (0.25. 𝜋. 𝑃2) = 785.398 mm2 >360 (OK)

133
BAB V
GAMBAR PERENCANAAN

A. TEORI UMUM
Gambar teknik merupakan suatu bentuk ungkapan dari suatu gagasan atau
pemikiran mengenai suatu sistem, proses, cara kerja, konstruksi, diagram,
rangkaian, dan petunjuk yang bertujuan untuk memberikan intruksi dan
informasi yang dinyatakan dalam bentuk gambar atau lukisan teknis.
Setiap gambar memiliki maksud dan tujuan yang berbeda namun secara
garis besar fungsi gambar secara mendasar adalah sebuah alat untuk
menyatakan maksud atau pemikiran dari seseorang, penyimpanan dan
penggunaan keterangan berupa data teknis, dan cara-cara pemikiran
perencanaan data untuk penyiapan informasi. Tujuannya untuk
menerjemahkan gambar desain menjadi gambar terukur sehingga dapat
dipahami orang lain, teruatama pelaksana, bagian produksi, menghitung biaya,
dan penggunaan material.
Denah adalah tampak atas bangunan yang terpotong secara horizontal
setinggi 1m dari ketinggian 0.00 sebuah bangunan dengan bagian atas
bangunan dibuang/dihilangkan. Tampak adalah wujud bangunan secara dua
dimensi yang terlihat dari luar bangunan. Potongan adalah Gambar dari suatu
bangunan yang dipotong vertikal pada sisi yang ditentukan (tertera pada denah)
dan memperlihatkan isi atau bagian dalam bangunan tersebut.

B. PERANGKAT LUNAK
Dalam perancangan bangunan perpustakaan ini menggunakan perangkat
lunak AutoCad. AutoCad dikeluarkan oleh Autodesk, Inc, sebuah perusahaan
perangkat lunak raksasa Amerika yang mengkhususkan diri membuat
program-program komputer grafis. AutoCad telah menjadi suatu program yang
paling banyak yang digunakan. AutoCad sangat universal dipergunakan
hampir diseluruh bidang rekayasa (engineering) yang memanfaatkan
keunggulan CAD untuk menunjang pekerjaan mereka. Kemampuan AutoCad

148
149

beradaptasi untuk disesuaikan dengan kebutuhan spesifik dari suatu bidang


tertentu merupakan salah satu keunggulan yang belum dimiliki oleh program
CAD sejenis. Release pertama (versi 1.0) AutoCad dikeluarkan pada Desember
1982, hingga saat ini (tahun 2012) Autodesk, Inc, telah melakukan banyak
perilisan dan perombakan program AutoCad untuk mempermudah para drafter
dalam melakukan penggambaran, perancangan, dan perencanaan gambar di
bidang yang di kuasainya.
AutoCad berasal dari sebuah program yang disebut berinteraksi, yang
ditulis dalam bahasa berpemilik (SPL) oleh Riddle Michael penemu. Versi
awal berlari pada komputer Sistem Marinchip 9900 (Marinchip Sistem dimiliki
oleh Autodesk pendiri John Walker dan Dan Drake). Walker dibayar Riddle
US $10 juta untuk teknologi CAD. Ketika Marinchip Software Mitra
(kemudian dikenal sebagai Autodesk) terbentuk, pendiri memutuskan untuk
kembali kode berinteraksi di C dan PL / 1. Mereka memilih C karena
tampaknya menjadi bahasa mendatang terbesar. [Kutipan diperlukan] Pada
akhirnya, versi PL / 1 tidak berhasil. Versi C, pada saat itu, salah satu program
yang paling kompleks dalam bahasa tersebut. Autodesk harus bekerja dengan
pengembang compiler, Lattice, untuk memperbarui C, memungkinkan untuk
menjalankan AutoCad.
Menurut sejarah, secara sederhana dimana AutoCad dipublikasikan mulai
dari versi yang paling sederhana versi 2.0 tahun 1984 kemampuan untuk
membuat bentuk 3D Setelah itu versi AutoDesk sebagai pembuat program
AutoCad dan disempurnakan Versi 2.1X tahun 1985, versi 2.5X tahun 1986
dan sudah dapat digunakan aplikasi 3 D sehingga berkembang versi 2.6X
dimulai dari versi 10, 11, 12, 13, 14, Auto CAD 2000 dan berkembang terbaru
AutoCad 2006, 2007, 2008, dan muncul terakhir AutoCad 2011.
Bagi orang teknik dewasa ini keberadaan CAD sangat penting guna
menunjang pekerjaan mereka. Kemudahan-kemudahan yang diberikan CAD
sangat menolong mereka dalam mempercepat penyelesaian pekerjaannya.
Dulu, jauh sebelum CAD lahir, orang terbiasa menggunakan teknik manual
untuk mengerjakan gambar, hal ini sangat menyita waktu dan hasil yang
150

diberikan juga terkadang tidak seperti yang diharapkan. Gambar yang


dihasilkan sangat tergantung pada keahlian dari drafter bersangkutan; gambar–
gambar yang digambar secara manual identik dengan ketidakrapian garis,
kotornya kertas gambar akibat terlalu sering disentuh oleh drafter ketika
menggambar, dan jika terdapat kesalahan, gambar diperbaiki langsung dengan
konsekuensi kertas gambar perlu dikerik untuk mengahapus garis yang salah,
atau dapat berakibat fatal yaitu dengan menggambar ulang. Semua kelemahan
penggambaran secara manual tersebut dapat diatasi oleh CAD. Hasil yang
didapatkan dari AutoCad antara lain sebagai berikut :
1. Membuat desain bangunan atau gedung atau booth (interior atau
eksterior).
2. Menggambar berbagai macam objek seperti desain lampu, kursi, meja,
dan pipa.
3. Membuat desain mobil, pesawat, mulai dari kerangka.
4. Membuat gambar mulai dari 1–3 dimensi (3D).
5. Rancangan bangunan rumah gedung, jembatan.
6. Rancangan mendesign model model industri mobil.
7. Rancangan membuat baut, mor, kunci, palu, mesin dll.
BAB VI
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

A. TEORI UMUM
Menurut Herwansyah (2009), volume suatu pekerjaan adalah menghitung
jumlah banyaknya volume pekerjaan dalam satu satuan. Volume juga dapat
disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi volume suatu pekerjaan, bukanlah
merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume bagian
pekerjaan dalam satu kesatuan.
Dalam Khalid (2008) harga satuan pekerjaan adalah jumlah harga bahan
dan upah tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis.Harga bahan didapat
di pasaran, dikumpulkan dalam satu daftar yang dinamakan Daftar Harga
Satuan Bahan. Setiap bahan atau material mempunyai jenis dan kualitas
tersendiri. Hal ini menjadi harga material tersebut beragam untuk itu sebagai
patokan harga biasanya didasarkan pada lokasi daerah bahan tersebut berasal
dan sesuai dengan harga patokan dari pemerintah. Misalnya untuk harga semen
harus berdasarkan ke pada harga patokan semen yang ditetapkan.
Upah tenaga kerja didapatkan dilokasi, dikumpulkan dan dicatat dalam
satu daftar yang dinamakan Daftar Harga Satuan Upah. Untuk menentukan
upah pekerja dapat diambil standar harga yang berlaku di pasaran atau daerah
tempat proyek dikerjakan yang sesuai dengan spesifikasi dari dinas PU. Dari
ketiga metode yang digunakan sudah termasuk peralatan kerja atau setiap
pekerjaan harus mempunyai peralatan kerja sendiri yang mendukung keahlian
masing-masing, (Khalid, 2008).
Menurut Khalid (2008), rencana anggaran biaya (begrooting) adalah
perhitungan banyaknya biaya yang di perlakukan untuk bahan dan upah, serta
biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek
tersebut.
Anggaran biaya merupakan harga dari bangunan yang dihitung dengan
teliti, cermat dan memnuhi syarat. Anggaran biaya pada bangunan yang sama

151
152

akan berbeda-beda di masing-masing daerah, disebabkan karena perbedaan


harga bahan dan upah tenaga kerja.
Biaya (anggaran) adalah jumlah dari masing-masing hasil perkiraan
volume dengan harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Rencana anggaran
biaya merupakan perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan
dan upah, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan proyek
pembangunan.

B. PERHITUNGAN RAB
1. Perhitungan Volume Pekerjaan
Contoh perhitungan volume pekerjaan pada Kolom Lantai Dasar:
Diketahui : Dimensi Kolom = 0,6 × 0,6 m2
Keliling Kolom = 2,4 m
Luas = 0,36 m2

Ukuran tulangan = 8 D 25 mm
Ukuran Sengkang = 2 P 10 mm

Balok Sloof ha = 0,40 m H lt dasar = 4 m


hb = 0,30 m H lt atas = 3 m

Balok Induk ha = 0,55 m


hb = 0,40 m

Pengunci Besi hanya untuk lantai dasar


= 40D = 40 × (22/1000) = 0,88 m
Tinggi bersih lantai dasar = H lt dasar – (ha + hb ) + pengunci
besi
= 4 - ( 0,55 – 0,4) + 0,88 = 4,18 m
Tinggi bersih lantai atas = H lt atas – (ha + hb )
= 3 – ( 0,55 + 0,40) = 2,05 m
153

a. Pembesian
Tinggi besi lt. Dasar = tinggi bersih lt. Dasar + 0,5 × ha + 0,5 × hb
= 4,18 + 0,5 × 0,55 + 0,5 × 0,40
= 5,41 m
Panjang total = 8 ×tinggi besi lt.Dasar = 8 × 5,41
= 43,28 m
Tinggi besi lt. atas = tinggi bersih lt. Atas + 0,5 × ha + 0,5 × hb
= 2,05 + 0,5 × 0,55 + 0,5 × 0,40
= 2,525 m
Panjang total = 8 × tinggi besi lt. atas = 8 × 2,525
= 20,2 m
1 kg
Berat tulangan per meter = × π ×D2 ×7850
4 m3
1 kg
= × π ×0,0252 ×7850
4 m3

= 2,98404 kg/m’
Berat besi total seluruh kolom lt. Dasar
= Berat tulangan per meter× panjang total × total kolom
= 2,98404 × 43,28 × 34
= 4391,08 kg
Berat besi total selruh kolom tiap lt. Atas
= Berat tulangan per meter× panjang total × total kolom
= 2,98404 × 20,2 × 34
= 10247,2 kg

Pembesian sengkang :
Panjang Begel = ((( h kolom – 2 × ts) + ( b kolom – 2 × ts)) × 2) +
jarak antar sengkang
= ((( 0,6 – 2 × 0,04) + ( 0,6 – 2 × 0,04)) × 2) + 0,1
= 1,76 m
tinggi besi lt. dasar
Jumlah sengkang lt. Dasar = +2
0,1
154

5,41
= +2=56,1 pcs
0,1

P total = Panjang begel × Jumlah sengkang = 1,76 × 48


= 98,74 m’
Berat begel lt. Dasar = P total × 0,617 × jumlah besi
= 98,74 × 0,617 × 8 = 487,36 kg

tinggi besi lt. atas


Jumlah sengkang lt. Atas = +2
0,1
2,525
= +2= 27,25 pcs
0,1

P total =Panjang begel×Jumlah sengkang =1,76 × 27,25 = 47,96 m’


Berat begel lt. Dasar = P total × 0,617 × jumlah besi
= 47,96 × 0,617 × 8 = 236,73 kg
b. Bekisting
Kebutuhan lt. Dasar = K × tinggi bersih = 2,4 × 4,18 = 10,03 m2
Lt. Dasar = Kebutuhan lt. Dasar × 34 = 341,09 m2
Kebutuhan lt. Atas = K × tinggi bersih = 2,4 × 2,05 = 4,92 m2
Lt. Dasar = Kebutuhan lt. atas × 34 = 836,4 m2
c. Pengecoran
Volume Kolom Lt. Dasar = Luas Kolom × tinggi bersih
= 0,36 × 4,2 = 1,512 m3
Total Lt. Dasar = Volume Kolom Lt. Dasar × 34
= 1,512 × 34 = 51,405 m3
Volume Kolom Lt. Atas = Luas Kolom × tinggi bersih
= 0,36 × 2,1 = 0,756 m3
Total Lt. Atas = Volume Kolom Lt. Atas × 34
= 0,756 × 34 = 25,704 m3

2. Perhitungan Plat
Pada perhitungan plat digunakan excel :
Diameter besi (D) 0,010 m
155

Luas besi 0,0000785398 m2


Berat tulangan 0,616537558 kg/m'
Tebal plat lantai 0,20 m
Tebal plat bordes 0,15 m
Sloof 0,3 X 0,4 m2
Balok 0,4 X 0,55 m2

Pengikat tulangan= 2*5D = 0,10 m

Tabel 6.1 Dimensi Plat


Dimensi Lantai Dasar Lantai 1-5
Plat Keliling
X (m) Y (m) X (m) Y (m) X (m) Y(m)
5x4.5 5 4.5 19 5.4 4.9 5.5 5
5x3 5 3 16 5.4 3.4 5.5 3.5
4.5x4 4.5 4 17 4.9 4.4 5 4.5
4.5x3 4.5 3 15 4.9 3.4 5 3.5
4.5x2.5 4.5 2.5 14 4.9 2.9 5 3
4x3 4 3 14 4.4 3.4 4.5 3.5
3x3 3 3 12 3.4 3.4 3.5 3.5
Bordes 3 1.5 9 3 1.5 3 1.5

a. Pembesian
Tabel 6.2 Pembesian Plat Lantai Dasar
Lantai Dasar
Berat Besi Jumlah Banyaknya Berat Total
Plat X (Kg) Y (Kg) (Kg) Plat (Kg)
5x4.5 3.33 3.02 12.70 8 101.61
5x3 3.33 2.10 10.85 4 43.40
4.5x4 3.02 2.71 11.47 1 11.47
4.5x3 3.02 2.10 10.23 4 40.94
156

4.5x2.5 3.02 1.79 9.62 1 9.62


4x3 2.71 2.10 9.62 1 9.62
3x3 2.10 2.10 8.38 2 16.77
Bordes 0.00 0.00 0.00 0 0.00
Jumlah Total 233.42

Tabel 6.3 Pembesian Plat Lantai Atas


Lantai 1-5
Berat Besi Jumlah Banyaknya Berat Total
X (Kg) Y (Kg) (Kg) Plat (Kg)
3.39 3.08 12.95 8 103.58
3.39 2.16 11.10 4 44.39
3.08 2.77 11.71 1 11.71
3.08 2.16 10.48 4 41.92
3.08 1.85 9.86 1 9.86
2.77 2.16 9.86 1 9.86
2.16 2.16 8.63 2 17.26
1.85 0.92 5.55 2 11.10
Jumlah Total 249.70

b. Bekisting
Tabel 6.4 Bekisting Plat
Plat Luas Bekisting Yang Dibutuhkan (m2)
5x4.5 22.5
5x3 15
4.5x4 18
4.5x3 13.5
4.5x2.5 11.25
4x3 12
3x3 9
157

Bordes 4.5
Jumlah
Total 105.75

c. Pengecoran
Tabel 6.5 Pengecoran Plat
Nama Plat Jumlah Yang Di Butuhkan (m3)
5x4.5 4.5
5x3 3
4.5x4 3.6
4.5x3 2.7
4.5x2.5 2.25
4x3 2.4
3x3 1.8
Bordes 0.9
Jumlah Total 21.15

Tabel 6.6 Hasil Perhitungan Volume Pekerjaan

Vol.
Jenis Pengerjaan Sat
Satuan

1. Fondasi
A. Pilecap
Pembesian Kg 10389.24
Bekisting m2 125.12
Pengecoran m3 21.76
B. Borepile
Pembesian Kg 5751.771
Bekisting m2 299.0796
Pengecoran m3 59.81592
2. Struktur Lantai Dasar
158

A. Kolom Lt. Dasar


Pembesian Tulangan Kg 3530.718
Pembesian Sengkang m2 518.8164
Bekisting m2 108.8
Pengecoran m3 48.96

B. Balok Sloof
1) Bentang 5 M
Pembesian Tulangan Kg 398.8455
Pembesian Sengkang m2 372.55
Bekisting m2 37.33333
Pengecoran m3 8.448

2) Bentang 4.5 M
Pembesian Tulangan Kg 317.83
Pembesian Sengkang m2 294.34
Bekisting m2 29.4
Pengecoran m3 6.552

3) Bentang 4 M
Pembesian Tulangan Kg 102.3822
Pembesian Sengkang m2 93.82
Bekisting m2 9.333333
Pengecoran m3 2.04

4) Bentang 3 M
Pembesian Tulangan Kg 256.4007
Pembesian Sengkang m2 227.87
Bekisting m2 22.4
Pengecoran m3 4.608
159

5) Bentang 2.5 M
Pembesian Tulangan Kg 27.59869
Pembesian Sengkang m2 23.96276
Bekisting m2 2.333333
Pengecoran m3 0.456

6) Bentang 2 M
Pembesian Tulangan Kg 23.14729
Pembesian Sengkang m2 19.44148
Bekisting m2 1.866667
Pengecoran m3 0.336

C. Plat
1) Lantai Luasan 5 X 4.5
Pembesian Tulangan Kg 101.61
Bekisting m2 7.5
Pengecoran m3 4.5

2) Lantai Luasan 5 X 3
Pembesian Tulangan Kg 43.40
Bekisting m2 5
Pengecoran m3 3

3) Lantai Luasan 4.5 X 4


Pembesian Tulangan Kg 11.47
Bekisting m2 6
Pengecoran m3 3.60

4) Lantai Luasan 4.5 X 3


Pembesian Tulangan Kg 40.94
160

Bekisting m2 4.5
Pengecoran m3 2.70

5) Lantai Luasan 4.5 X


2.5
Pembesian Tulangan Kg 9.62
Bekisting m2 3.75
Pengecoran m3 2.25

6) Lantai Luasan 4 X 3
Pembesian Tulangan Kg 9.62
Bekisting m2 4.00
Pengecoran m3 2.40

7) Lantai Luasan 3 X 3
Pembesian Tulangan Kg 16.77
Bekisting m2 3.00
Pengecoran m3 1.80

8) Plat Bordes 3 X 1.5


Kg 11.10
Pembesian Tulangan
m2 1.50
Bekisting
m3 0.90
Pengecoran

3. Struktur Lantai 1-5

A. Kolom Lt. Atas


Pembesian Tulangan Kg 2759.642
Pembesian Sengkang Kg 377.321
Bekisting m2 81.6
Pengecoran m3 36.72
161

B. Balok Induk
1) Bentang 5 M
Pembesian Tulangan Kg 598.2683
Pembesian Sengkang Kg 541.8954
Bekisting m2 50.66667
Pengecoran m3 15.488

2) Bentang 4.5 M
Pembesian Tulangan Kg 476.7451
Pembesian Sengkang Kg 428.1237
Bekisting m2 39.9
Pengecoran m3 12.012

3) Bentang 4 M
Pembesian Tulangan Kg 153.5733
Pembesian Sengkang Kg 136.4603
Bekisting m2 12.66667
Pengecoran m3 3.74

4) Bentang 3 M
Pembesian Tulangan Kg 384.6011
Pembesian Sengkang Kg 331.4506
Bekisting m2 30.4
Pengecoran m3 8.448

5) Bentang 2.5 M
Pembesian Tulangan Kg 41.39803
Pembesian Sengkang Kg 34.85
Bekisting m2 3.166667
Pengecoran m3 0.836
162

6) Bentang 2 M
Pembesian Tulangan Kg 34.72093
Pembesian Sengkang Kg 28.28
Bekisting m2 2.533333
Pengecoran m3 0.616

C. Plat
1) Lantai Luasan 5 X 4.5
Pembesian Tulangan Kg 101.61
Bekisting m2 7.5
Pengecoran m3 4.5

2) Lantai Luasan 5 X 3
Pembesian Tulangan Kg 43.40
Bekisting m2 5
Pengecoran m3 3

3) Lantai Luasan 4.5 X 4


Pembesian Tulangan Kg 11.47
Bekisting m2 6
m3 3.60
Pengecoran

4) Lantai Luasan 4.5 X 3


Kg 40.94
Pembesian Tulangan
m2 4.5
Bekisting
m3
Pengecoran 2.70

5) Lantai Luasan 4.5 X


2.5
Kg
Pembesian Tulangan 9.62
163

Bekisting m2 3.75
Pengecoran m3 2.25

6) Lantai Luasan 4 X 3
Pembesian Tulangan Kg 9.62
Bekisting m2 4.00
Pengecoran m3 2.40

7) Lantai Luasan 3 X 3
Pembesian Tulangan Kg 16.77
Bekisting m2 3.00
Pengecoran m3 1.80

8) Plat Bordes 3 X 1.5


Pembesian Tulangan Kg 11.10
Bekisting m2 1.50
Pengecoran m3 0.90

8. Struktur Rangka Atap

A. Kuda-Kuda Baja
1) Profil Iwf Kg 14253.31
2) Profil 2l Kg 775.31
3) Profil C Kg 43402.24

3. Daftar Harga Bahan dan Upah


(Daftar terlampir)
164

4. Analisa Harga Satuan


Tabel 6.7 Analisa Harga Satuan
Jenis Harga Satuan (Rp) Total Harga
sat Vol. Satuan
Pengerjaan Bahan Upah Satuan (Rp)
1. Fondasi
A. Pilecap
Pembesian Kg 10389.24 15,000 155,838,598
Bekisting m2 125.12 69,251 23,045 11,548,076
Pengecoran m3 21.76 462,502 176,275 13,899,788
B. Borepile
Pembesian Kg 5751.771 15,000 86,276,567
Bekisting m2 299.0796 69,251 23,045 27,603,853
Pengecoran m3 59.81592 462,502 176,275 38,209,037
Total = 333,375,917
2. Struktur
Lantai dasar

A. Kolom
lt. Dasar
Pembesian
Kg 3530.718 15,000 52,960,774
tulangan
Pembesian
Kg 518.8164 15,000 7,782,245
Sengkang
Bekisting m2 108.8 61,298 23,045 9,176,518
Pengecoran m3 48.96 462,502 176,275 31,274,522

B. Balok
Sloof
1) bentang 5
M
165

Pembesian
Kg 15,000 5,982,683
tulangan 398.8455
Pembesian
Kg 15,000 5,588,296
Sengkang 372.55
Bekisting m2 37.33333 61,298 23,045 3,148,805
Pengecoran m3 8.448 462,502 176,275 5,396,388

2) bentang
4.5 m
Pembesian
Kg 317.83 15,000 4,767,451
tulangan
Pembesian
Kg 294.34 15,000 4,415,025
Sengkang
Bekisting m2 29.4 61,298 23,045 2,479,684
Pengecoran m3 6.552 462,502 176,275 4,185,267

3) bentang 4
m
Pembesian
Kg 102.3822 15,000 1,535,733
tulangan
Pembesian
Kg 93.82 15,000 1,407,247
Sengkang
Bekisting m2 9.333333 61,298 23,045 787,201
Pengecoran m3 2.04 462,502 176,275 1,303,105

4) bentang 3
m
Pembesian
Kg 256.4007 15,000 3,846,011
tulangan
Pembesian
Kg 227.87 15,000 3,418,084
Sengkang
166

Bekisting m2 22.4 61,298 23,045 1,889,283


Pengecoran m3 4.608 462,502 176,275 2,943,484

5) bentang
2.5 m
Pembesian
Kg 27.59869 15,000 413,980
tulangan
Pembesian
Kg 23.96276 15,000 359,441
Sengkang
Bekisting m2 2.333333 61,298 23,045 196,800
Pengecoran m3 0.456 462,502 176,275 291,282

6) bentang 2
m
Pembesian
Kg 23.14729 15,000 347,209
tulangan
Pembesian
Kg 19.44148 15,000 291,622
Sengkang
Bekisting m2 1.866667 61,298 23,045 157,440
Pengecoran m3 0.336 462,502 176,275 214,629

C. PLAT
1) Lantai
luasan 5 x
4.5
Pembesian
Kg 15,000 1,524,081
tulangan 101.61
Bekisting m2 7.5 69,251 23,045 692,220
Pengecoran m3 4.5 462,502 176,275 2,874,497
167

2) Lantai
luasan 5 x 3
Pembesian
Kg 15,000 651,064
tulangan 43.40
Bekisting m2 5 69,251 23,045 461,480
Pengecoran m3 3 462,502 176,275 1,916,331

3) Lantai
luasan 4.5 x
4
Pembesian
Kg 15,000 172,014
tulangan 11.47
Bekisting m2 6 69,251 23,045 553,776
Pengecoran m3 3.60 462,502 176,275 2,299,597

4) Lantai
luasan 4.5 x
3
Pembesian
Kg 15,000 614,071
tulangan 40.94
Bekisting m2 4.5 69,251 23,045 415,332
Pengecoran m3 2.70 462,502 176,275 1,724,698

5) Lantai
luasan 4.5 x
2.5
Pembesian
Kg 15,000 144,270
tulangan 9.62
Bekisting m2 3.75 69,251 23,045 346,110
Pengecoran m3 2.25 462,502 176,275 1,437,248
168

6) Lantai
luasan 4 x 3
Pembesian
Kg 15,000 144,270
tulangan 9.62
Bekisting m2 4.00 69,251 23,045 369,184
Pengecoran m3 2.40 462,502 176,275 1,533,065

7) Lantai
luasan 3 x 3
Pembesian
Kg 15,000 251,547
tulangan 16.77
Bekisting m2 3.00 69,251 23,045 276,888
Pengecoran m3 1.80 462,502 176,275 1,149,799

8) Plat
bordes 3 x
1.5
Pembesian
Kg 11.10 15,000 166,465
tulangan
Bekisting m2 1.50 69,251 23,045 138,444
Pengecoran m3 0.90 462,502 176,275 574,899

Total = 176,991,563
3. Struktur
Lantai 1-5

A. Kolom
lt. Atas
Pembesian
Kg 2759.642 15,000 41,394,628
tulangan
169

Pembesian
Kg 377.321 15,000 5,659,815
Sengkang
Bekisting m2 81.6 61,298 23,045 6,882,389
Pengecoran m3 36.72 462,502 176,275 23,455,891

B. Balok
Induk
1) bentang 5
m
Pembesian
Kg 15,000 8,974,025
tulangan 598.2683
Pembesian
Kg 15,000 8,128,431
Sengkang 541.8954
Bekisting m2 50.66667 61,298 23,045 4,273,379
Pengecoran m3 15.488 462,502 176,275 9,893,378

2) bentang
4.5 m
Pembesian
Kg 15,000 7,151,176
tulangan 476.7451
Pembesian
Kg 15,000 6,421,855
Sengkang 428.1237
Bekisting m2 39.9 61,298 23,045 3,365,286
Pengecoran m3 12.012 462,502 176,275 7,672,989

3) bentang 4
m
Pembesian
Kg 15,000 2,303,600
tulangan 153.5733
Pembesian
Kg 15,000 2,046,905
Sengkang 136.4603
170

Bekisting m2 12.66667 61,298 23,045 1,068,345


Pengecoran m3 3.74 462,502 176,275 2,389,026

4) bentang 3
m
Pembesian
Kg 15,000 5,769,016
tulangan 384.6011
Pembesian
Kg 15,000 4,971,759
Sengkang 331.4506
Bekisting m2 30.4 61,298 23,045 2,564,027
Pengecoran m3 8.448 462,502 176,275 5,396,388

5) bentang
2.5 m
Pembesian
Kg 15,000 620,970
tulangan 41.39803
Pembesian
Kg 15,000 522,824
Sengkang 34.85
Bekisting m2 3.166667 69,251 23,045 292,271
Pengecoran m3 0.836 462,502 176,275 534,018

6) bentang 2
m
Pembesian
Kg 15,000 520,814
tulangan 34.72093
Pembesian
m2 15,000 424,178
Sengkang 28.28
Bekisting m3 2.533333 69,251 23,045 233,817
Pengecoran 0.616 462,502 176,275 393,487

C. PLAT
171

1) Lantai
luasan 5 x
4.5
Pembesian
Kg 15,000 1,524,081
tulangan 101.61
Bekisting m2 7.5 69,251 23,045 692,220
Pengecoran m3 4.5 462,502 176,275 2,874,497

2) Lantai
luasan 5 x 3
Pembesian
Kg 15,000 651,064
tulangan 43.40
Bekisting m2 5 69,251 23,045 461,480
Pengecoran m3 3 462,502 176,275 1,916,331

3) Lantai
luasan 4.5 x
4
Pembesian
Kg 15,000 172,014
tulangan 11.47
Bekisting m2 6 69,251 23,045 553,776
Pengecoran m3 3.60 462,502 176,275 2,299,597

4) Lantai
luasan 4.5 x
3
Pembesian
Kg 15,000 614,071
tulangan 40.94
Bekisting m2 4.5 69,251 23,045 415,332
Pengecoran m3 2.70 462,502 176,275 1,724,698
172

5) Lantai
luasan 4.5 x
2.5
Pembesian
Kg 15,000 144,270
tulangan 9.62
Bekisting m2 3.75 69,251 23,045 346,110
Pengecoran m3 2.25 462,502 176,275 1,437,248

6) Lantai
luasan 4 x 3
Pembesian
Kg 15,000 144,270
tulangan 9.62
Bekisting m2 4.00 69,251 23,045 369,184
Pengecoran m3 2.40 462,502 176,275 1,533,065

7) Lantai
luasan 3 x 3
Pembesian
Kg 15,000 251,547
tulangan 16.77
Bekisting m2 3.00 69,251 23,045 276,888
Pengecoran m3 1.80 462,502 176,275 1,149,799

8) Plat
bordes 3 x
1.5
Pembesian
` 11.10 15,000 166,465
tulangan
Bekisting m2 1.50 69,251 23,045 138,444
Pengecoran m3 0.90 462,502 176,275 574,899
173

Total = 183,756,034
4. Struktur
Rangka
Atap

A. Kuda-
kuda Baja
1) Profil
kg
IWF 14253.31 19000 270,812,928
2) Profil 2L kg 775.31 19000 14,730,952
3) Profil C kg 43402.24 19000 824,642,560

Total = 1,110,186,440

C. HASIL RENCANA ANGGARAN BIAYA


Tabel 6.8 RAB Pekerjaan
No. Uraian Pekerjaan SUB total
1 Struktur Fondasi Rp 333,375,917
2 Struktur Lantai Dasar Rp 176,991,563
3 Struktur Lantai 1 Rp 183,756,034
4 Struktur Lantai 2 Rp 183,756,034
5 Struktur Lantai 3 Rp 183,756,034
6 Struktur Lantai 4 Rp 183,756,034
7 Struktur Lantai 5 Rp 183,756,034
8 Struktur Rangka Atap Rp 1,110,186,440
TOTAL Rp 2,539,334,091
PENUTUP

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahi Rabbil’alamin segala puji hanya milik Allah SWT, berkat
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini dengan
lancar. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita semua para
pengikutnya.
Kami berharap dengan adanya laporan ini dapat memberikan manfaat dan
pelajaran berharga bagi orang lain dan khususnya kami sendiri, dan teman-teman
serta staf pengajar fakultas teknik pada umumnya.
Sangat kami sadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan, agar kami bisa belajar
lebih baik lagi untuk kedepannya. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
seluruh pihak yang telah membantu dengan ikhlas dalam penyusunan laporan ini
hingga selesai. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua para pembaca.
Aamiin Yaa Rabbal’alamiin
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

vii
DAFTAR PUSTAKA

SNI-03-1727-2013 tentang beban minimum untukperancangan gedung.


SNI-03-1726-2012 tentang tata cara perancanaan ketahanan gempa untuk
gedung dan non gedung.
SNI-03-1729-2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural.
SNI-03-2847-2013 tentang persyaratan beton struktural untuk bangunan
gedung.

viii
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai