MATAKULIAH:
IMRIYANTI,ST., MT.
IR. SAMSUDDIN AMIN,MT.
Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas tersusunnya Buku Ajar Struktur
dan Konstruksi Bangunan 02 ini. Buku Ajar ini berisikan materi perkuliahan Struktur dan
Konstruksi Bangunan 02 pada pertemuan I sampai dengan pertemuan XVI, yaitu secara
khusus berisi tentang struktur dan konstruksi bangunan berlantai 2 – 4 yang mencakup
system sub struktur (pondasi), super struktur (kolom, tangga), up struktur (atap, listplank,
talang air) dan system RKS (Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat), perhitungan RAB (Rencana
Anggaran Biaya) yang terdiri dari perhitungan volume, analisis bahan, dan perhitungan
anggaran biaya bangunan.
Buku ini berisi tentang rancangan evaluasi proses belajar mengajar sistem learning,
rekonstruksi mata kuliah, kontrak perkuliahan dan materi perkuliahan. Buku ini diharapkan
menjadi salah satu pedoman perkuliahan mata kuliah Struktur dan Konstruksi Bangunan 02
(SKB 02) yang diterapkan pada mahasiswa Strata 1 (S1) semester 3 (tiga)/ganjil,
khususnya dalam lingkungan Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Makassar.
Dalam proses belajar – mengajar diharapkan kesiapan dalam hal bahan ajar yang
tersusun secara sistematis dan terstruktur, sehingga mampu memotivasi dan meningkatkan
kemandirian belajar mahasiswa yang searah dengan strategi pembelajaran yang terus
ditingkatkan dengan salah satu cara tersedianya bahan ajar baik secara cetak maupun non-
cetak khususnya yang berbasis internet pada LMS-Unhas, hal ini bertujuan untuk
mengembankan tanggung jawab dosen terhadap Tridharma Perguruan Tinggi.
Semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi proses belajar mengajar dalam mata
kuliah Struktur dan Konstruksi Bangunan 02 (SKB 02), dan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Kepada semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam penyususnan buku ini, diucapkan
terima kasih.
Penyusun
Hal
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DEFINISI OPERASIONAL xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Profil Lulusan Program Studi Arsitektur 1
B. Profil Lulusan Matakuliah 2 Tahun Terakhir 1
C. Kompetensi Program Studi 4
D. Analisis Kebutuhan Pembelajaran 4
E. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) 8
F. Struktur Organisasi Materi Matakuliah SKB 02 12
LAMPIRAN 193
Hal
Tabel 1. Rumusan Kompetensi Program Studi 4
Tabel 2. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) SKB 02 8
Tabel 3. Tugas Menyusun Perbedaan Sistem
Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai 19
Tabel 4. Hubungan "a" dan "o" 37
Tabel 5. Hubungan "a" - "0" – ―𝜑‖ 38
Tabel 6. Daftar ukuran lebar tangga ideal 39
Tabel 7. Jenis-jenis bahan untuk tangga 40
Tabel 8. Hubungan antara jenis bahan penutup
Hal
Gambar 1. Nilai Matakuliah SKB 02
(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014) 2
Gambar 2. Persentase Rata-rata Nilai Matakuliah SKB 02
(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014) 2
Gambar 3. Persentase Tingkat Kelulusan Matakuliah SKB 02
(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014) 3
Gambar 4. Substansi Materi Matakuliah SKB 02 12
Gambar 5. Pondasi Batu/Garis 21
Gambar 6. Pondasi Plat Kaki /Foot Plate 22
Gambar 7. Pondasi Rakit 22
Gambar 8. Pondasi Sumuran 23
Gambar 9. Pondasi Caisson 24
Gambar 10. Pondasi Sarang Laba-Laba 24
Gambar 11. Pondasi Tiang 25
Gambar 12. Bentuk Kolom 26
Gambar 13. Plat Slab Floor 28
Gambar 14. Plat Lantai Rib Floor 28
Gambar 15. Plat Lantai Grid Floor/Waffle Floor 29
Gambar 16. Posisi tangga, aantrade & optrade, well-wellat-stootboard 33
Gambar 17. Ibu tangga/boom 33
Gambar 18. Bordes 34
Gambar 19. Tiang & sandaran pada pelengkap tangga 35
Gambar 20. Ruji pada tangga 35
Gambar 21. Tiang sandaran, ruji, pegangan, boom pada tangga 36
0
Gambar 22. Posisi optrade & aantrade pada kemiringan 30 38
Gambar 23. Posisi lebar dan bordes tangga 39
Gambar 24. Lebar tangga dan panjang bordes 40
Gambar 25. Tangga tusuk (biasa) lurus 41
Gambar 26. Tangga tusuk (biasa) miring 41
Gambar 27. Tangga baling (membilut) tunggal 42
Gambar 28. Tangga baling (membilut) dobel 42
Gambar 29. Tangga seperempatan awal 43
A. Tahap Pemahaman
1. Pemahaman Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai 2 – 4
Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai 2 – 4 adalah bentuk bangunan yang
dibuat bersusun secara vertical, dimana system strktur adalah merupakan elemen
utama yang menopang bangunan sedangkan konstruksi adalah elemen –elemen
yang mengikat pada system
2. Teori Sistem Sub Struktur, Super Struktur dan Up Struktur
Sub struktur merupakan bagian struktur bangunan yang menjadi landasan seperti
pondasi, super struktur alah bagian dari badan bangunan seperti kolom, plat lantai,
tangga, sedangkan up struktur merupakan bagian kepala bangunan atau penutup
bangunan seperti atap, kuda-kuda, listplank dan talang air.
3. Bentuk-Bentuk Sistem Sub Struktur, Super Struktur dan Up Struktur
Bentuk system struktur yang dimaksud adalah contoh-contoh penerapan gambar
yang merlihatkan jenis-jenis pondasi, kolom, plat lantai, tangga, atap, kuda-kuda,
listplank, talang air
B. Tahap Desain
1. Sketsa Bentuk Sub Struktur
Upaya menyusun bentuk sub struktur berupa jenis-jenis pondasi pada banunan
berlantai 2 – 4.
2. Sketsa Bentuk Super Struktur
Upaya merangkai bentuk dan jenis super struktur bangunan berlantai yang terdiri
dari kolom, plat lantai dan tangga
3. Sketsa Bentuk Up Struktur
Upaya merangkai bentuk dan jenis atap, kuda-kuda, listplank dan talang air sesuai
model bangunan berlantai.
4. Sketsa Detail Struktur
Upaya dalam menyesuaikan bentuk sub struktur, super struktur dan up struktur
dalam desain bangunan berlantai.
5. Sketsa dituangkan dalam bentuk grafis freehand dengan format penyajian pada
kertas A2 dengan menggunakan teknik tinta.
D. Tahap Perhitungan
1. Bahan/Material Bangunan
Penentuan bahan/material bangunan yang diterapkan adalah berupa pemilihan
material yang sesuai dengan hasil desain, yang di ungkapkan dalam bentuk RKS
(Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
2. Perhitungan Volume Pekerjaan Bangunan
Penentuan volume pekerjaan di mana system analisis tiap bagian desain di tuangkan
dalam bentuk perhitungan volume pekerjaan.
3. Analisis Bahan dan Upah Pekerja
Tahap ini merupakan penyatuan pemakaian material bangunan dengan system
perhitungan volume pekerjaan yang di tuangkan dalam bentuk perhitungan analisis
berupa harga bahan dan upah pekerja.
4. Perhitungan Anggaran Bangunan
Penyatuan system perhitungan volume pekerjaan dengan analisis bahan dan upah
pekerja yang dirangkum dalam bentuk anggaran bangunan yang produk akhirnya
berupa rekapitulasi anggaran bangunan berlantai 2 – 4.
PENDAHULUAN
10
8
6
4
2
0
A A- B+ B B- C+ C D E K
Tahun 2012/2013 0 3 3 8 8 2 2 0 2 2
Tahun 2013/2014 1 3 16 4 0 0 0 0 0 0
K 2
E 2
D 0
C 2
C+ 2
B- 8
B 4
B+ 19
A- 6
A 1
Dari gambar diatas menunjukkan pada tahun 2012/2013 dan 2013/014, mahasiswa
yang mendapatkan nilai A- cukup seimbang akan tetapi untuk nilai tertinggi yaitu A pada
tahun 2012/2013 tidak terdapatmahasiswa yang mencapainya dan pada tahun ajaran
2013/2014 terdapat mahasiswa mencapai nilai tersebut walaupun hanya 1 (satu) orang.
Sedangkan untuk nilai B+ anatar tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014 cukup seimbang.
Untuk nilai B pada tahun ajaran 2012/2013 cukup banyak mahasiswa mendapat nilai
tersebut, dan pada tahun ajaran yang sama nilai B-, C+, C, E dan K masih terdapat
mahasiswa yang memperolehnya. Pada tahun ajaran 2013/2014 mengalami peningkatan
yang cukup pesat karena sudaah tidak ada mahasiswa yang mencapai nilai B-, C+, C, D, E
dan K.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat pembelajaran mahasiswa pada matakuliah
SKB 2 (Struktur dan Konstruksi bangunan 2) mengalami peningkatan dari segi minat,
motivasi mahasiswa untuk berbuat yang lebih kretivitas terhadap matakuliah tersebut. Ini
juga dapat di kategorikan bahwa peningkatan sistem pembelajaran yang menggunakan
metode SCL (Student Center Learning) mulai nampak perubahannya yang mengarah pada
PBM (Proses Belajar-Mengajar) yang mulai menerapkan daya kreativitas dan ide-ide
mahasiswa yang harus dikembangkan sehingga lebih mandiri dan memiliki motivasi untuk
mendapatkan referensi cetak maupun non cetak yang dapat diperoleh melalui jaringan
internet.
3. Kompetensi Matakuliah
a. Kompetensi Utama
Mampu berolahpikir dan berolahrasa secara kreatif, imajinatif, & inovatif yang
berbasis pelestarian lingkungan (U1)
Mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan menyintesis issu-issu & masalah-
masalah arsitektural, serta mengeksplorasi alternatif-alternatif solusi dalam bentuk
konsep-konsep yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam perancangan
arsitektur dan pelaksanaan konstruksi (U2)
Mampu menerapkan metode & proses perancangan arsitektur, mencakup
penelusuran masalah, perumusan konsep, pembuatan pra-rancangan skematik
dwimatra/2D & trimatra/3D (U5)
Menguasai metode dan manajemen proyek yang dapat diaplikasikan dalam
pelaksanaan konstruksi (U6).
c. Kompetensi Lain
Mampu bekerja mandiri maupun kelompok dalam koordinasi kemitraan secara
multi-disiplin (L1)
Memiliki sikap responsif & partisipatif terhadap dinamika perkembangan ilmu/sains,
teknologi, dan seni yang mutakhir (L3)
e. Sasaran Belajar
1. Tahap Desain
Dalam menerapkan tahap desain pendekatan yang harus dipenuhi adalah:
Rancangan system sub struktur banguna berlantai (pondasi)
Rancangan system super struktur bangunan berlantai (kolom, balok, plat
lantai, tangga)
Rancangan system up struktur bangunan berlantai (atap, kuda-kuda, listplank
dan talang air)
2. Tahap Analisis
Dalam tahap ini diharapkan pemahaman pemakaian material/bahan bangunan dan
system pengerjaan struktur dan konstruksi bangunan berlantai, yang diterapkan
dalam bentuk RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
3. Tahap Perhitungan
Tahap ini terdiri dari
Pengertian,maksud - Estetika
dan syarat atap: (kebenaran,
- Bentuk atap Ceramah interaktif kelengkapan,
- Bahan-bahan Dapat kerapihan
penutup atap Latihan/studio menjelaskan gambar)
- Konstruksi rangka dan terampil
atap/kuda-kuda Cooperatif menggambarkan - Norma &
4-5 - Konstruksi Learning sistem standar teknik
bubungan Self Directed konstruksi kuda- gambar
5
- Macam-macam Learning kuda dan (ukuran,
bentuk konstruksi penutup atap notasi, skala)
kuda-kuda
- Teknik
Tugas studio presentasi gbr
gambar bagian- (kreatif,
bagian atap penampilan gbr,
komunikasi/
bahasa)
- Estetika
(kebenaran,
kelengkapan,
kerapihan
gambar)
Mampu
menjelaskan - Norma &
Ujian dan terampil standar teknik
8 Mid tes gambar/studio menggambar gambar
Problem Based struktur dan (ukuran, 15
Learning konstruksi notasi, skala)
bangunan
berlantai - Teknik
presentasi gbr
(kreatif,
penampilan gbr,
komunikasi/
bahasa)
Pengertian RKS
(Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat), Ceramah interaktif Pemahaman
Perhitungan RAB Latihan / studio Mampu materi
14 (Rencana Anggaran Cooperatif menjelaskan 5
Dan Biaya), Analisis Learning dan terampil Ketelitian dan
Bahan, Times Self Directed dalam membuat ketepatan
Schedule Learning RKS dan RAB pembuatan
RKS dan RAB
- Estetika
- Mampu (kebenaran,
menjelaskan kelengkapan,
dan terampil kerapihan
membuat gambar)
- Presentasi tugas gambar kerja
besar bangunan - Norma & standar
Penyelesaian Tugas (Cooperative berlantai teknik gbr
Besar (Gambar Learning) (ukuran, notasi,
Bestek, RKS dan - Display tugas - Mampu skala)
15 20
RAB) besar menghitung
(Collaborative aplikasi - Teknik presentasi
Learning) anggaran gbr (kreatif,
bangunan penampilan gbr,
berlantai komunikasi mhs)
- Kebenaran dan
ketelitian
perhitungan RKS
dan RAB
- Estetika
Mampu (kebenaran,
Ujian gambar menggambar kelengkapan,
Final Tes bestek bangunan dan kerapihan
berlantai menjelaskan gambar)
16 bestek dan 15
anggaran - Norma & standar
bangunan teknik gambar
(ukuran, notasi,
skala)
Gambar Bestek
Hasil Pembelajaran
MATERI MATAKULIAH
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN 02
(SKB 02)
7. Gambar Bestek
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi I diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi system struktur dan konstruksi bangunan
berlantai 2 – 4 .
2. Memahami dan mampu menjelaskan bagian-bagian system struktur dan
konstruksi bangunan berlantai 2 – 4 .
V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi struktur dalam arsitektur
2. Jelaskan defenisi konstruksi dalam arsitektur
3. Jelaskan penempatan struktur dan konstruksi pada bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Sistem Konstruksi
Defenisi system konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang
menempel pada system struktur utama, sedangkan fungsi dari system konstruksi adalah
elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban secara langsung.
Penempatan system konstruksi pada bangunan berlantai berada pada:
a. Super Struktur berupa tangga, dinding, plafond. Fungsi system konstruksi yang
beraada pada bagian super struktur adalah menyalurkan gaya-gaya ke system
struktur bangunan.
b. Up Struktur berupa atap, listplank, talang air. Fungsi system konstruksi yang berada
pada bagian up struktur adalah penerima beban secara langsung. Beban yang
diterima berupa beban angin dan hal ini terjadi pada system konstruksi atap,
C. Rangkuman
Sistem struktur dan konstruksi bangunan merupakan bagian yang terpenting
dalam suatu gedung atau rumah. Sistem struktur dalam bangunan terbagi tiga yaitu sub
struktur, super struktur dan up struktur. Dan system struktur merupakan elemen-
elemen utama dalam bangunan yang berfungsi sebagai penyalur gaya dari beban -
D. Tugas
RANCANGAN TUGAS I
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 1)
Sub
Struktur
Super
Struktur
Up
Struktur
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 2, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada
bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Memahami dan menjelaskan fungsi dari pondasi, kolom, balok dan plat lantai
pada bangunan berlantai 2 – 4 .
3. Mensketsa jenis-jenis pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bagunan
berlantai 2 – 4 .
V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bangunan berlanta
2–4.
2. Jelaskan fungsi dari pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bangunan
berlantai 2 - 4.
3. Sketsa jenis pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bangunan berlantai 2 –
4.
A PONDASI
Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang termasuk dalam sub struktur
bangunan. Pondasi berfungsi sebagai penerima beban dari bangunan, kemudian beban
tersebut dialirkan ke dalam tanah di bawah bangunan tersebut. Pondasi adalah bagian
terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang
berada di bawahnya. Terdapat klasifikasi pondasi, yaitu:
1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bebannya secara langsung. Pondasi
dangkal biasanya dipergunakan pada bangunan sederhana/bangunan yang tidak
berlantai serta pada bangunan 2 lantai. Jenis pondasi dangkal pada bangunan terbagia
atas dua jenis, yaitu:
a. Pondasi Batu (Pondasi Garis)
Pondasi batu/garis biasa juga disebut sebagai pondasi memanjang. Pondasi
batu/garis adalah jenis pondasi yang mendukung dinding secara memanjang atau
digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat. Pondasi
batu/garis memiliki kedalaman 1 – 1,5 meter. Pondasi ini tidak dipergunakan pada
struktur vertical/bangunan tinggi
2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yag meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau
batu yang terletak relative jauh dari permukaan. Adapun jenis-jenis pondasi dalam,
yaitu:
a. Pondasi Rakit
Pondasi rakit biasa juga disebut raft foundation, adalah pondasi yang digunakan
untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila
susunan kolom-kolom jaraknya yang sedemikian dekat di semua arahnya. Prinsip
penepatan pondasi rakit adalahpondasi ini sebaiknya mendapatkan daya dukung
yang besar dan memperluas bidang sentuh tanah dengan pondasi.
c. Pondasi Caisson
Pondasi caisson merupakan pondasi dengan bentuk persegi empat dan dasar dari
pondasi caisson diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras untuk memikul
beban struktur. Pondasi ini juga biasa dipakai/dipergunakan pada bangunan yang
berada pada daerah/site yang berair.
e. Pondasi Tiang
Pondasi tiang biasa juga disebut dengan nama pile foundation yang digunakan bila
tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya,
dan tanah keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Dan juga bila pondasi
bangunan terletak pada tanah timbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan
diletakkan pada timbunan akan dipengaruhi oleh penurunan yang besar. Pondasi
tiang bentuknya hampir sama dengan pondasi sumuran akan tetapi pondasi tiang
umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang serta lebih padat.
Sistem perhitungan untuk menentukan besaran kolom pada bangunan berlantai, yaitu:
1 1
10 sampai dengan 12 dari bentangan modul. Modul adalah sistem grid yang
dipergunakan dalam penempatan modul atau batasan bentangan untuk penempatan kolom.
Untuk bangunan 2 (dua) lantai dalam menentukan besaran kolom yang dipakai 1 20 dari
600
C. BALOK
Balok dalam system struktur bangunan berlantai merupakan system struktur yang
berada pada bagian super struktur, dengan fungsi sebagai penyalur gaya dari kolom atasnya
dan plat lantai. Desain balok dalam bangunan merupakan struktur statis tak tentu, adalah
struktur yang reaksi, gaya geser, dan momen lenturnya tidak dapat ditentukan secara
= ( 1 20 x 600) x (1 10 x 600)
600 = 30 cm x 60 cm
Maka besaran balok induk: lebarnya 30 cm
600 dengan ketebalan 60 cm.
2. Balok anak, adalah balok yang berada dibawah plat lantai di bangunan berlantai. Fungsi
balok anak sebagai penerima gaya dan beban dari plat lantai yang kemudian
menyalurkan gaya dan beban tersebut ke balok induk. Besaran balok anak lebih kecil dari
balok induk. Untuk menentukan besaran balok anak maka sebaiknya bentangan di bagi
dua untuk menentukan as atau garis tengahnya, ini berfungsi untuk memberikan
keseimbangan dari bentangan, maka 1 10 - 1 12 dari as bentangan, contohnya:
300
300 maka:
600 = ( 1 12 x 300) x (1 10 x 300)
= 25 cm x 30 cm
600 jadi besaran balok anak : lebarnya 25 cm
dengan ketebalan 30 cm.
D. PLAT LANTAI
Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang
tingginya kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Beban yang umum bekerja
pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu di seluruh tepinya
E. RANGKUMAN
Pondasi, kolom, balok dan plat lantai merupakan system struktur utama dalam
bangunan. Penempatan pondasi berada pada bagian sub struktur bangunan sedangakan
kolom, balok dan plat lantai berada pada super struktur. Jenis-jenis pondasi terdiri dari
pondasi dangkal yang terdiri dari pondasi garis/menerus, dan telapak sedangkan pondasi
dalam terdiri dari pondasi rakit, sumuran, caisson dan pondasi tiang. Fungsi pondasi sebagai
penerima beban yang kemudian menyalurkan beban ke dalam tanah.
Untuk kolom, balok dan plat lantai berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya ke
pondasi. Kolom terbagi dua yaitu kolom pendek dan kolom panjang yang memiliki beban
tekan. Balok dalam bangunan berlantai merupakan penyalur gaya dari dinding dan kolom
bagian atasnya, balok terdiri dari dua jenis yaitu balok induk dan balok anak. Sedangkan
plat lantai merupakan bagian penyeimbang bangunan. Plat lantai terdiri dari lantai plat
(slab-floor), plat lantai berusuk satu arah dan plat lantai berusuk dua arah.
RANCANGAN TUGAS II
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 2)
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 3, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi tangga pada bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk dan bagian-bagain konstruksi
tangga pada bangunan berlantai 2 – 4 .
3. Mensketsa bentuk dan konstruksi pada bagunan berlantai 2 – 4 .
“ T A N G G A”
2. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi dan syarat-syarat tangga pada bangunan berlanta 2 – 4 .
2. Jelaskan fungsi dan bentuk-bentuk tangga pada bangunan berlantai 2 - 4.
3. Sketsa bentuk tangga dan system konstruksi tangga pada bangunan berlantai
2–4.
TANGGA
- Tiang sandaran
- Sandaran (pegangan)
Pelengkap - Ruji (baluster)
- Garis lintas (garis panjat)
Tangga adalah merupakan salah satu bagian dan suatu bangunan yang berfungsi
sebagai alat penghubung lantai bawah dengan lantai yank ada di atasnya pada bangunan
bertingkat dalam kegiatan tertentu.
Anak tangga (trede) adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk
rnemijakkan/ melangkahkan kaki ke arah vertikal maupun horisontal (datar). Bidang trede
datar yang merupakan tempat berpijaknya telapak kaki dinamakan: Aantrede (langkah
datar), sedangkan bidang trede tegak yang merupakan selisih tinggi antara dua trede yang
Stootbord (bidang sentuh), adalah system penguatan yang terbuat dari papan
dimana berfungsi sebagai penguatan pada trede. Untuk menutupi celah antara trede dan
stootbord dipasang wellat dengan ukuran 1,5 x 2 cm atau 2 x 3 cm, selain itu wellat dapat
menguatkan stootbord.
Ibu Tangga (Boom) adalah bagian tangga berupa dua batang atau papan miring
yang berfungsi menahan kedua ujung anak tangga (trede). Salah satu batang boom yang
menempel pada tembok dinamakan Boom Tembok atau Boom Luar, sedangkan batang yang
lain berdiri miring bebas dinamakan Boom Bebas atau Boom Dalam. Kemiringan boom
sesuai dengan besarnya kelandaian tangga (𝛼). Bagian ujung dari anak tangga, wellat dan
stootbord dihubungkan dengan alur pada sisi dalam boom, dengan dalam takikan 1 cm.
Sedangkan lebar boom yang diizinkan pada tangga kayu adalah minimal 3 – 4 cm.
datar (Aantrede = a). Biasanya panjang bordes diambil antara 80 150 cm.
L= ln + a s/d 2.a
(L) = ln + 2 . a ln = 57 a 65 cm
(L) = 65 + 2 . 20 a = 17,5 a 20 cm
L = 105 cm
- Sandaran (pegangan) adalah batang yang berfungsi sebagai pegangan tangan bagi
yang melintasi tangga yang mempunyai posisi sejajar dengan sisi atas boom. Sandaran
ini dipasang setinggi 75 @ 90 cm terhitung dari sisi boom, sandaran yang menempel
pada tembok dinamakan sandaran tembok (sandaran luar) sedangkan yang satu lagi
dinamakan sandaran bebas (sandaran dalam). Kayu sandaran dipakai kayu bulat
dengan Ø 4 @ 5 cm atau kayu 4 x 6 cm atau 6 @ 8 cm.
B. SYARAT-SYARAT TANGGA
1. Syarat Umum Tangga
Syarat-syarat umum tangga di antaranya dapat ditinjau dari segi, seperti berikut:
a. Penempatannya
- Penempatan tangga diusahakan sehemat mungkin menggunakan ruangan.
- Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan oleh banyak orang
(bagi yang memerlukannya) dan mendapat sinar pada waktu siang hari.
- Diusahakan penempatannya tidak mengganggu/menghalangi lalu lintas orang
banyak.
b. Kekuatannva:
- Bila menggunakan bahan kayu hendaknya rnemakai kelas I atau II, agar nantinya
tidak terjadi pelenturan/goyang.
- Kokoh dan stabil bila dilalui oleh sejumlah orang + barangnya.
c. Bentuknya
- Bentuk konstruksi tangga diusahakan sederhana, layak, sehingga dengan mudah
dan cepat dikerjakan serta murah biayanya.
Yang termasuk dalam syarat khusus tangga adalah perhitungan untuk besaran
aantrade dan optrade, yaitu dengan cara:
CARA 1.
a + 2 . 0 = ln
CARA 2.
a + 3 . 0 = 77 @ 85
Contoh: ditetapkan besarnya 0 = 17,5 cm atau lnx = 83 cm, maka akan didapat a
sebesar:
a + 3 . 0 = 83
a + 3 . 17,5 = 83
a = 30,5 cm (mendekati cara 1).
CARA 3.
Cara lain untuk menentukan ukuran-ukuran anak tangga dapat jugs dilakukan dengan
melihat hubungan antara: a – 0 – (sudut miring tangga, seperti berikut):
Bila kita menghendaki tinggi optrede 0 = 17,5 cm dengan kemiringan tangga = 30o maka
dari tabel di atas akan di dapat aantrede a = 30 cm.
Kontrol:
0 17,5 𝑐𝑚
tg = = = 0,583
𝑎 30 𝑐𝑚
= 30,250 ≈ 300
Biasanya : diambil t = 4 @ 6 cm
s = 5 @ 10 cm
c. Panjang Bordes Tangga, ukuran panjang bordes cukup relatif karena disesuaikan
dengan lugs lantai dan tinggi kosong antara muka lantai bawah dengan plafon di
atasnya, namun demikian panjang bordes dapat ditentukan dengan pendekatan,
seperti berikut:
C. BENTUK-BENTUK TANGGA
Adapun bentuk-bentuk tangga yang sering digunakan adalah, seperti berikut:
- Tangga ini dapat menghemat ruangan seperempat (¼) putaran pada awal naik
tangga.
- Pada seperempatan awal trede (anak tangga) membentuk segitiga yang salah satu
ujungnya menuju satu titik (poros).
- Pada seperernpatan awal garis lintasnya membelok siku.
- Trede di luar seperempatan (trede 5, 6, 7 dan seterusnya sedikit miring), kemudian
bentuknya normal kembali.
- Tangga ini dapat menghemat ruangan putaran pada akhir tangga (menuju lantai
atas).
- Anak tangga (trede) pada seperempatan akhir berbentuk segitiga.
- Tangga ini tidak menggunakan hordes karena jumlah anak tangganya kurang dari 20
buah.
- Tangga ini mempunyai seperempatan di antara trede bawah dengan trede yang ada
/ di atasnya (antara).
- Trede pada seperempatan antara jugaberbentuk segitiga sedangkan yang lain
bentuknya normal kembali.
- Menjalani tangga ini sedikit menjemukan, cepat lelah dan agak berbahaya.
- Menghemat ruangan pada bagian sudut lantai bangunan.
- Konstruksinya (kayu) agak sulit dibuat.
Gambar 46. Tangga Terbuka Dengan Satu Balok Penahan sebagai Boom
F. TUGAS
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 4 dan 5, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk atap, bahan-bahan penutup atap,
konstruksi kuda-kuda, konstruksi bubungan atap pada bangunan berlantai 2 – 4.
2. Memahami dan menjelaskan fungsi dari jenis bentuk atap, material penutup
atap, konstruksi kuda-kuda, bubungan atap pada bangunan berlantai 2 – 4 .
3. Mensketsa bentuk atap, konstruksi kuda-kuda atap, konstruksi bubungan secara
mendetail pada bagunan berlantai 2 – 4 .
“A T A P”
V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi dan bentuk-bentuk atap pada bangunan berlanta 2 – 4 .
2. Jelaskan jenis-jenis bahan/material atap pada bangunan berlantai 2 - 4.
3. Sketsa bentuk atap, konstruksi kuda-kuda, konstruksi bubungan atap beserta
detail sistem konstruksi atap pada bangunan berlantai 2 – 4 .
ATAP
A. DEFINISI ATAP
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau untuk
keperluan perlindungan. Atap merupakan bagian dari sistem struktur yang berada pada
bagian up struktur. Syarat-syarat atap yang harus dipenuhi antara lain:
1. Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya sendiri dan tahan terhadap tekanan
maupun tiupan angin atau bebah-beban lain, seperti berat air hujan.
2. Pemilihan bentuk atap yang akan dipakai hendaknya sedemikian rupa, sehingga
menambah keindahan serta kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya.
3. Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh rayap/bubuk, perlu diberi lapisan pengawet
(lapisan tir).
4. Bahan penutup atap harus tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca.
5. Kemiringan atau sudut lereng atap harus disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya.
B. BENTUK-BENTUK ATAP
Atap dapat direncanakan dengan berbagai macam bentuknya. Kesesuaian dan
keserasian dari suatu bangunan dapat dipengaruhi oleh bentuk atapnya. Bermacam-macam
bentuk atap yang ada, di antaranya adalah:
1. Atap Datar
Bentuk atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk-
bentuk atap lainnya. Meskipun bentuk ini dikatakan atap datar, akan tetapi pada permukaan
atap stlalu dibuat sedikit miring untuk menyalurkan air hujan ke lubang talang. Atap pelat
terbuat dari beton yang ditahan/disangga oleh balok-balok dan kolom-kolom beton dengan
ukuran tertentu, sehingga akhirnya merupakan suatu portal.
3. Atap Pelana
Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi
atasnya bertemu pada sate garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi bawah bidang atap, di
mana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis. Pada tepi teritis ini dapat dipa:sangi
talang air. Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai
pengganti fungsi kuda-kuda. Kalau bangunannya cukup panjang, maka tiap-tiap jarak 3 m
perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan gording/bidang penutup atap. Bahan penutupnya
banyak yang menggunakan genteng biasa (genteng kampung) maupun seng gelombang.
5. Atap Tenda
Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Ukuran
panjang dan lebar bangunan yang menggunakan atap tenda adalah sama, ini berarti, terdiri
dari empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk, ukuran maupun lereng yang sama,
yang bertemu di satu titik tertinggi yaitu pada tiang penggantung (maklar). Garis pertemuan
dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok ke luar dinamakan jurai luar. Pada atap
tenda tidak terdapat jurai dalam atau lembahan.
6. Atap Menara
Atap menara ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat bidang
atap dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung bagian atasnya bertemu pada satu
titik yang cukup tinggi. Karen keempat bidang atap yang berbentuk segitiga sama besar
dengan sudut lereng atapnya besar (± 75° ), maka puncak atap menara ini berada cukup
tinggi, sehingga kelihatannya runcing.
9. Atap Gergaji
Sebutan atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gigi gergaji. Atap ini terdiri
dari dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng sebesar 30° dan 60°.
Apabila di dalam ruangan dibutuhkan penerangan pada slang hari atau ventilasi, maka
bidang atap yang miringnya 60° dirubah menjadi vertikal. Pada bagian inilah dipasangi
dengan kaca berupa ventilasi atau krepyak/jalusi unbuk memperoleh penerangan
seperlunya. Pada pertemuan biclang atap miring (30°) dengan yang vertikal (90° )akan
terbentuk talang air.
Bentuk atap silang ini seolah-olah merupakan persilangan dua bentuk atap pelana.
Mengingat akan adanya pertemuan bagian-bagian bidang atap tersebut, maka akan
terbentuk lembahan. Lembahan ini dapat berfungsi sebagai penampung sekaligus
mengalirkan air hujan yang jatuh di sekitarnya. Oleh karenanya lembahan ini sering disebut
dengan jurai talang atau jurai dalam atau talang miring. Atap ini dapat dikembangkan lagi
menjadi bentuk atap gabungan (kombinasi). Dan, pada bentuk atap ini tidak terdapat jurai
luar.
Tabel 8. Hubungan antara jenis bahan penutup dengan besar-kecilnya sudut lereng
(kemiringan) atap.
Genteng ini merupakan hasil penyempurnaan dari genteng biasa (genteng "S").
Perbaikannya terletak pada pemberian alur dan dalamnya lengkungan, sehingga bentuknya
agak sedikit datar. Genteng ini lebih besar dari genteng biasa, dengan ukuran panjang 30 @
40 cm, lebar 22 @ 28 cm dan tebalnya berkisar 1 cm, dengan luas tutup per buah 22 x 28
cm. Tiap-tiap 1 m2 luas bidang atap membutuhkan ± 18 buah. Cara pemasangan genteng
ini hampir sama dengan cara pemasangan pada genteng biasa .
Setiap 1 m2 luas bidang atap membutuhkan 23 @ 25 buah, berat tiap buah berkisar
1,5 kg, dipasang di atas reng yang berjarak 22 @ 25 cm dari as ke as.
5. Genteng beton
Genteng beton dapat dibuat berwarna-warni sesuai dengan selera sehingga cukup
menambah keindahan dipandang mata. Dari sekian banyak pabrik yang memproduksi
genteng beton yang berwarna, di antaranya dikenal dengan nama: genteng warna ,"Tiara"
genteng "Monier".
a. Genteng warna Tiara
Terbuat dari bahan campuran semen, pasir yang bermutu dan zat pewama pilihan yang
dipadu secara sempuma melalui proses industri modem oleh tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman. Beberapa keistimewaan dari genteng warna Tiara adalah:
1. KUAT: Tidak mudah retak, pecah ataupun bocor dan tahan terhadap perubahan
Genteng wama Tiara mempunyai ukuran: panjang 42,5 cm, lebar 33 cm dan beratnya
4,4 kg. Sudut lereng atap dapat dibuat minimal 12,5°: Usuk-usuk yang dipakai berukuran
cm setiap jarak 50 cm, rengnya berukuran 3/4 cm yang dipasang setiap jarak 30 cm dari
as a as. Setiap 1 m2 luas atap membutuhkan 10 buah genteng.
b. Genteng "Monier"
Dilihat dari segi bentuknya merupakan suatu macam genteng pres yang cukup kuat dan
tahan terhadap gangguan cuaca. Genteng beton ini cukup padat/keras dengan
permukaan yang licin; sehingga tidak tembus air dalam keadaan hujan deras dan angin
kencang sekalipun. Menurut perusahaan yang memproduksinya di Indonesialkemiringan
atap dapat mencapai minimal 17,5°. Ukuran-ukuran genteng beton,sebagai berikut:
Panjang 42,5 cm, lebar 33 cm, tebal ± 1,5 cm, luas tutupnya 35 x 30 cm, tiap 1 m 2
pasangan genteng memerlukan sebanyak 10 buah, bobotnya 4,4 kg/buah atau ± 44
kg/m2, jarak rengnya 35 cm dengan ukuran 3/4 cm. Di tengah-tengah pada sisi atas
lebar genteng terdapat satu lobang untuk inemasang paku. Pada waktu pelaksanaan
pemasangan genteng beton "Monier" hares diperhatikan bahwa setiap genteng beton di
semua deretan pada basis kedua, keempat, keenam (berselang satu genteng) yang
tembus melalui lobang tadi. Bila sudut miring atap sama atau lebih besar dari 45 °
sebaiknya semua genteng beton dipaku satu per satu supaya kedudukannya di atas reng
lebih kokoh dan stabil.
6. Genteng kaca
Kaca yang dimaksud di sini adalah rnerupakan zat yang tembus cahaya clan jernih yang
berasal dari bahan dasar pasir kuarsa dan batu api yang ditumbuk atau batu pasir yang
dilebur pada temperatur tertentu bersama-sama zat kimia lainnya. Genteng kaca ini
dipasang untuk dapat memasukkan cahaya ke dalam ruangan tertentu pada waktu siang
hari melalui penutup atap. Ukuran dan bentuk genteng kaca dapat dibuat bermacam-
macam, di antaranya terdapat genteng kaca yang bentuk dan ukurannya hampir sama
dengan genteng biasa (genteng "S"), hanya saja lebih tipis yaitu mempunyai ketebalan
± 4 mm (tebal berganda).
7. Asbes semen
Asbes semen dewasa ini banyak sekali digunakan sebagai bahan-bahan bangunan karena
kuat, awet, tahan api dan ringan. Sifat-sifat ashes semen sebagai perikut:
a. Asbes semen dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan suara, artinya: apabila di
luar udara sangat panas, maka dalam ruangan tidak terasa panas, sedang bila udara di
luar rumah dingin, maka di dalam ruangan tidak dingin.
b. Asbes semen merupakan bahan bangunan yang tahan lama (awet) dalam pemakaian
yang normal. Asbes semen tidak mudah terbakar (tahan terhadap api).
c. Asbes semen mempunyai bobot yang rendah (ringan).
d. Asbes semen tidak akan lapuk dan tahan terhadap binatang-binatang pengerat.
Adapun bentuk asbes semen yang dipergunakan sebagai bahan penutup atap dan
nok-nok yang sering dipergunakan dalam bangunan, yaitu:
a. Fiber semen gelombang 5 ½
tebal 4 mm.
Nok ini bersifat flexibel, karena dapat mengikuti variasi kemiringan atap. Kemiringan
atap maksimtun yang diijinkan adalah 30°. Kemiringan ke arah kiri dan kanan dapat
dibuat tidak sama. Sarnbungan nok tidak boleh berada di atas sambungan lembaran.
Penjang nok () : 520 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.
l. Penutup ujung
Penutup ujung ini bergelombang, biasanya digunakan pada akhir/ujung penutup atap.
Ukuran-ukurannya:
- Panjang (l) – 5 ½ gelombang = 920 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.
i. Penutup penjuru
Penutup ujung atas bergelombang ini digunakan untuk menutup ujung tertentu yang
menghubungkan lembaran atap dengan bidang vertikal dinding. Ukuran-ukurannya:
- Panjang (l) — 51/2 gelombang = 920 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.
j. Jalusi
Jalusi ini berupa bilah asbes dengan bidang rata/datar.
Ukuran-ukurannya:
L = 1000 mm, 2000 mm
a = 50 mm, 75 mm
b = 220 mrn, 350 mm
Q = 120°, tebal 6 mm
Mini Harflex adalah lembaran fiber semen gelombang dangkal untuk atap dan dinding.
Ukuran Lembaran
Kilogram per lembar Jumlah lembar perton *
(mm)
Lembaran lebar penuh
1000 x 3000 23,5 43
2700 21 47
2400 18.5
53
2100 16
60
1800 14 71
1500 11.5 86
Lembaran lebar separuh
142
172
210
b. Tumpangan samping
Tumpangan samping yang terletak pada arah melebar dianjurkan tumpangannya sejauh
1 gelombang (75 mm). Pemberian paku diletakkan pada sisi cembung bagian atas dari
lembaran, dengan mengebor terlebih dahulu sebesar paku atau angker. Setelah selesai
di bor barulah dilaksanakan pemakuannya.
Penyelesaian:
- Pada sudut miring atap sebesar 10° maka tumpangan akhir lembaran gelombang
dapat diambil sebesar 200 mm (20 cm).
- Pada sudut miring atap lebih besar yaitu 20°, maka tumpangan akhir lembaran
gelombang dapat diambil minimal 150 mm (15 cm).
- Pada pemasangan lembaran rata dengan sudut miring atap 90° (tegak), maka
tumpangan akhir dapat diambil sebesar 80 mm (8 cm) yang sama dengan tebal
gording.
Cara penyusunan lembaran asbes semen pada atap hampir sama dengan cara
penyusunan batu bata. Lembaran asbes semen memiliki gelombang maka
penyusunannya dimulai dari pinggir yang diletakkan di atas gording dan
pemasangannya dari bawah ke atas. Untuk baris pertama dan ketiga asbes semennya
dari lembaran penuh dan untuk baris 2, 4 dan seterusnya dimlai dengan lembaran
separuh.
8. Seng
Seng adalah merupakan salah satu dart sekian banyak bahan bangunan yang sering
digunakan sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir (disepuh) berkisar
915 mm x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dart 1 mm. Ukuran tebal
yang kurang dart 1 mm dinyatakan dengan BWG (Birmingham Wire Gauge). Ukuran tebal,
bobot yang sering dipakai. yaitu:
1. BWG 20 dengan tebal 0,90 mm, bobot 7,2/m2
2. 2 BWG 22 dengan tebal 0,70 mm, bobot 5,6/m2
3. BWG 24 dengan tebal 0,56 mm, bobot 4,5/m2
4. BWG 26 dengan tebal 0,46 mm, bobot 3,7/m2
5. BWG 28 dengan tebal 0,36 mm, bobot 2,9/m2
Ukuran seng gelombang biasa yang digalvanisir berkisar 760 mm x 1830 mm dengan
beberapa macam tebal yang dinyatakan dengan BWG. Ukuran tebal, bobot yang sering
digunakan sama seperti seng datar yaitu:
1. BWG 20 dengan tebal 0,90 mm, bobot 7,2/m2
Gambar 105. Sambungan seng secara melebar & susunan seng gelombang
9. Sirap
Bahan penutup atap sirap dibuat dengan cara membelah-belah kayu yang keras
seperti kayu jati, belian dan onglen menjadi lembaran-lembaran yang mempunyai ukuran
tertentu. Ukuran-ukuran sirap ada bermacam-macaln, seperti berikut:
- Ukuran besar : panjang 60 cm, lebar 8 @ 9 cm dan tebalnya 4-5 mm
- Ukuran kecil : panjang 40 cm, lebar 5 cm dan tebalnya 3 @ 4 mm
Lamanya sirap sebagai penutup atap diperkirakan berumur 35 tahun. Pemasangan
sirap ini dilakukan di atas reng kayu dengan jarak serupa dengan genteng (± 22 cm). Di
atas setiap reng harus terdapat minimal 3 lapis sirap, dengan maksud agar air hujan yang
10. Spandec
Spandec adalah jenis bahan/material penutup atap yang terbuat dari baja ringan.
Ukuran dari material ini dapat disesuaikan dengan panjangnya atap, sehingga tidak
memerlukan sambungan tiap barisnya. Atap spandec diletakkan di atas gording dan
lebarnya hampir sama dengan seng, hanya bentuk gelombangnya yang berbeda. Sistem
pemasangan menggunakan baut apabila gordingnya menggunakan baja ringan, tetapi bila
menggunakan ring balok maka system pemakuan dipergunakan, dimana pakunya dilapisi
dengan karet atap, sehingga paku tidak terlepas bila terjadi beban angin yang sangat keras.
Dengan memperhatikan panjang material spandec yang disesuaikan dengan panjang
atap maka dibutuhkan pemesanan terlebih dahulu agar bias mendapatkan atap spandec
sesuai dengan tinggi atap yang ada pada bangunan. Tebal dari spandec adalah 4 mm,
bahannya sangat halus dan ringan sehingga memerlukan system pemakuan yang kuat.
Pemasangan spandec dimulai dari bagian pinggir atap.
*) Tidak diperlukan
* Tidak diperlukan pada bentuk atap pelana karena tidak ada bubungan miring.
Gambar 108. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok tarik dan balok tembok
Gambar 109. Kaki kuda-kuda bagian atas dengan tiang gantung bagian atas
balok (1 3 t) dan tebalnya 1 3 lebar balok (1 3 b). Hubungan ini dapat juga dilengkapi gigi
sedalam 1/6 @ 1/8 t atau maksimum 2 cm yang diperkuat dengan sepasang plat besi
berikut 2 batang mur baut () 14 @ 16 mm. Sedangkan hubungan balok gording dengan
kaki kuda-kuda dibuat dengan menarik gording sedalam 1½@ 2 cm. Di bawah gording/di
atas kaki kuda-kuda dipasang ganjel dari kayu yang dinamakan klos (tupai-tupai).
Pemasangan klos ini dibuat dengan gigi sedalam 1/6 @ 1/8 t yang diperkuat dengan 2
batang paku.
Sambungan kaki kuda-kuda dapat diletakkan di sebelah atas ujung balok sokong
sejauh ± 15 cm (setinggi balok t). Bila sambungannya dilengkapi dengan pemasangan balok
kunci maka sambungan bibir miring ini dapat diletakkan tepat di atas ujung balok sokong.
Pengakuan balok kaki kuda-kuda dengan balok kunci memakai 4 batang mur baut 14 @
16 mm. Jarak tegak antara tarikan benang dengan sisi atas kaki kuda-kuda berkisar 15 cm
untuk ukuran balok gording 8/2 cm.
Gambar 112. Sambungan panjang balok tarik dan bubungannya dengan tiang gantung
Gambar 113. Bagian atas tiang gantung dengan sambungan balok bubungan
h. Hubungan balok tembok dengan usuk dan reng pada bidang atap
Agar usuk bagian bawah dapat menumpang dengan balk pada balok tembok, maka
pada salah satu sudut balok tembok yang berhubungan dengan usuk diketam miring sesuai
dengan besarnya kemiringan bidang atap. Jarak satu usuk dengan yang lain biasanya
diambil berkisar 50 cm dari sumbu ke sumbu pada bentuk atap pelana maupun perisai. Usuk
atau kasau-kasau yang sering digunakan berukuran 5 x 7 ern dan 4 x 6 cm. Usuk atau
kasau-kasau yang sering digunakan berukuran 5 x 7 ern dan 4 x 6 cm. Untuk memperoleh
Gambar 115. Posisi balok tembok, usuk dan reng pada bidang atap pelana
E. KONSTRUKSI BUBUNGAN
1. Cara menentukan panjang jurai luar yang sebenarnya
- Cara "Rebahan"
3. Rencana rangka atap dengan juiai luar dan jurai dalam pada denah bangunan
yang menyerupai huruf "L"
Rencana rangka atap dimaksudkan adalah: tampak atas dari susunan kuda-kuda/ 1/2
kuda-kuda, tampak letak kuda-kuda, pertemuan balok gording, balok jurai. balok tembok
usuk dan reng. Pada bagian pengakhiran atap perisai terlihat adanya penutup bidang atap
berbentuk segitiga yang ditahan oleh kuda-kuda separuh atau 1/2 kuda-kuda. Kedua ujung
balok gording yang ada di sini didukung oleh kedua balok luar. Panjang gording yang
diperkenankan maksimum 4.00 m, agar gording tidak melentur oleh adanya beban maupun
karena beratnya sendiri. Apabila jurai luar au-pun jurai dalam cukup panjang, maka akan
timbul pelenturan dan pergeseran ke bawah dalam arah panjangnya yang disebabkan oleh
adanya gaya-gaya yang bekerja Gejala ini dapat dicegah dengan memasang tiang pincang
4. Hubungan antara balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar)
Hubungan ini dapat dilaksanakan dengan dua cara:
a. Ujung balok bubungan sengaja dibuat menonjol ke luar dari tiang gantung sejauh
maksimum 1,00 m. Untuk mencegah agar balok bubungan tidak melentur, perlu
dipasang batang topang yang masing-masing ujungnya memancad pada tiang gantung
dart balok bubungan. Kedua ujung balok bubungan miring yang telah ditakik
menyerupai mulut ikan, kemudian dipertemukan dengan ujung balok bubungan.
b. Ujung balok bubungan berakhir tepat di atas ujung tiang gantung. Dengan demikian
pada satu tit& akan bertemu 4 ujung balok yaitu balok bubungan tiang gantung dan 2
Gambar 123. Balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar)
Gambar 126. Tiang pincang dengan batang tunjang dan batang pincang
Gambar 132. Kuda-kuda atap seng kuap/sandar dengan bentang 200 @ 300 cm
Gambar 133. Kuda-kuda atap pelana yang ditopang oleh tiang dengan bentang 300 @ 400
cm.
Gambar 134. Kuda-kuda atap pelana yang didukung oleh tembok dengan bentang 400 cm.
Gambar 137. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 600 @ 800 cm.
G. RANGKUMAN
Atap merupakan bagian dari up struktur dimana atap berfungsi sebagai penerima
beban angin. Atap memiliki bagian-bagian yang sangat penting dalam system struktur
diantaranya:
1. Bentuk atap seperti: plat beton, pelana, perisai, joglo, setengah lingkaran, gergaji, atap
setengah, dll.
2. Bahan/material penutup seperti: genteng, bubungan, asbes semen, seng, sirap dan
spandec.
3. Konstruksi kuda-kuda, seperti: konstruksi kuda-kuda pelana konstruksi kuda-kuda
perisai. Dll.
Dengan memperhatikan system struktur pada atap maka dapatlah disesuaikan dengan
system pemasangan dari tiap-tiap bentuk atap, bahan/material penutup dan system
konstruksi kuda-kuda yang akan dipasang pada bangunan.
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 6, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi plafond/ ceeling pada bangunan berlantai
2 – 4.
2. Memahami dan menjelaskan fungsi dan bahan/material plafond pada bangunan
berlantai 2 – 4 .
3. Mengetahui dan menerapkan sketsa konstruksi rangka palfond serta memahami
langkah-langkah pengerjaan plafond pada bangunan berlantai 2 – 4 .
“P L A F O N D”
V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi atap pada bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Jelaskan jenis-jenis bahan/material dan ukuran plafond atap pada bangunan
berlantai 2 - 4.
3. Sketsa bentuk konstruksi rangka plafond pada bangunan berlantai 2 – 4 .
1. Siapkan semua bahan dan peralatan penunjang seperti: mistar, waterpass atau slang
plastik 6-10 mm, pensil, benang kasur, paku dan palu.
2. Ruangan atau kamar yang akan dipasangi langit-langit pada dindingnya diberi tanda
yang menunjukkan tinggi langit-langit yang akan dikerjakan, kemudian buatlah garis
horisontal keliling dinding dengan bantuan waterpass atau timbangan slang air plastik
bening.
Teras/emper
E. TUGAS
RANCANGAN TUGAS VI
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 6)
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 7, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi syarat-syarat talang air pada bangunan.
2. Memahami perbedaan bentuk talang air pada bangunan.
3. Mengetahui dan menerapkan sketsa konstruksi talang air pada bangunan.
“TALANG AIR”
V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagi mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi dan syarat-syarat pemasangan talang air pada bangunan .
2. Jelaskan bentuk-bentuk dan ukuran talang air pada bangunan.
3. Sketsa bentuk konstruksi talang air pada bangunan berlantai.
2. Talang Segitiga
Talang ini dapat dibuat dari plat seng lembaran (BWG. 30) atau dari bahan PVC
buatan pabrik. Untuk mendapatkan bidang yang rata dan miring maka dipasang papan
talang 3/20 sebagai alas penahan seng talang tersebut. Tinggi bersih talang 10-15 cm
dan lebar atas ± 30 cm. Ujung seng talang bagian belakang ditekuk pada reng paling
bawah, demikian pula ujung seng bagian depan. Papan lis/lisplank dipasang saling tegak
lurus dengan usuk atau miring ke depan.
9. Talang Lembahan
Talang ini berada di antara dua bidang atap pada satu bangunan. Konstruksi
talangnya berbentuk segitiga terbuka yang berada di antara dua ujung gording dan di atas
balok jurai dalam (jurai talang). Talang ini sering disebut dengan lembahan. Ukuran talang,
lebar ± 30 cm dan dalamnya ± 8 cm. Kemiringan talang sesuai dengan miring bidang
atapnya.
D. TUGAS
I. Sasaran Pembelajaran
Di sesi ini , mahasiswa menikuti Mid Test atau UTS ( ujian Tengah Semester)
V. Pertanyaan
1. Desainlah bangunan 2 (dua) fungsi yang berlantai 2 - 4,
2. Diminta gambar denah, tampak, potongan struktur.
3. Dimana system struktur pondasi, kolom, balok, plat lantai, tangga, atap,
plafond dan talang air dinampakkan pada gambar potongan struktur.
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 9 s/d 13, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi gambar bestek khususnya pada bangunan
berlantai 2 – 4.
2. Mensketsa gambar bestek (gambar situasi, denah, tampak, potongan struktur,
gambar rencana atap, gambar konstruksi, dan gambar pelengkap untuk
bangunan berlantai 2 – 4 .
V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi gambar bestek untuk bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Sketsalah gambar situasi, gambar denah, gambar tampak, gambar potongan,
gambar rencana atap, gambar konstruksi, gambar pelengkap dan gambar
detail dari tiap-tiap gambar rencana, konstruksi dan pada bangunan berlantai
2–4.
GAMBAR BESTEK
Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana dari gambar
detail dasar dengan skala atau PU yaitu Perbandingan Ukuran yang lebih besar. Gambar
bestek merupakan lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekerjaan. Gambar
bestek juga merupakan kunci pokok (tolok ukur) baik dalam menentukan kualitas dan skop
pekerjaan, maupun dalam menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya).
Dari gambar-gambar bestek ini dapat memberikan arahan dalam pembuatan RKS
(Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya), sehingga
pelaksanaan perencanaan bangunan di lapangan dapat terarah dan terperinci sesuai dengan
gambar kerja.
C. RANGKUMAN
Gambar bestek merupakan arahan dalam pengerjaan bangunan di lapangan. Gambar
bestek terdiri dari gambar situasi, gambar denah, gambar potongan, gambar tampak,
gambar konstruksi, gambar rencana atap, gambar rencana pondasi dan gambar pelengkap.
Ditiap-tiap bagian gambar ini mencantumkan skala dan ukuran. Dimana skala merupakan
bagian perbandingan pada gambar yang disesuaikan dengan pra rencana bangunan.
RANCANGAN TUGAS IX
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 9 s/d 13)
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : gambar situasi, denah, tampak, potongan, rencana atap, rencana
pondasi, konstruksi dan pelengkap (2D & 3D)
I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 14, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan definisi RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat),
RAB (Rencana Anggaran Biaya) pada bangunan berlantai 2 – 4.
2. Menganalisa bahan/material, upah pekerja yang di rencanakan dalam
pembangunan suatu hunian berlantai 2 – 4
3. Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) terdiri dari perhitungan volume
pekerjaan, analisa bahan, upah pekerja, rekapitulasi anggaran, pada
perencanaan pembangunan hunian berlantai 2 – 4.
1. Amanto, H., dkk (2000), Analisa Upah dan Bahan, Penerbit Bumi AKsara
2. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical
Developing Country.
3. Ibrahim, H, Bachtiar, ( 2012), Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit
Bumi Aksara.
4. Snyder, J., C, dkk, (1997), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga.
5. Zainal A. Z., (2005), Menghitung Anggaran dan Biaya Bangunan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagi mahasiswa.
1. Jelaskan definisi RKS dan RAB
2. Jelaskan isi dari RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
3. Hitunglah RAB (Rencana Anggaran Biaya) dari gambar bestek bangunan
berlantai 2 – 4, yang dikerjakan secara berkelompok (tugas kelompok).
Dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya suatu bangunan atau proyek juga
diperlukan kondisi dari pekerjaan sub struktur, super struktur sampai up struktur, dimana
akan dihitung:
1. Volume Pekerjaan
Yang dimaksud dengan volume suatu pekerjaan, ialah menghitung jumlah banyaknya
volume pekerjaan dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi
volume (kubikasi) suatu pekerjaan, bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya),
melaikan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan. Volume pekerjaan dalam
suatu proyek, yang dimaksud adalah:
Volume pondasi dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang x luas penampang yang sama. Ini
berlaku pada semua jenis pondasi yang dipakai dalam pembangunan suatu gedung atau
bangunan.
Volume Atap dihitung berdasarkan luas, ayitu jumlah luas bidang-bidang atap, seperti
segitiga, persegi/panjang, trapesium dan sebagainya.
Volume lisplank dihitung berdasarkan panjang atau luas.
Volume angker besi dihitung berdasarkan bearat, yaitu jumlah panjang angker x berat/m.
Volume kunci dihitung berdasarkan jumlah banyaknya kunci.
Adapun daftar uraian pekerjaan dalam perhitungan volume untuk bangunan berlantai
2 - 4, yaitu:
I. PEKERJAAN PONDASI
a. Permulaan
Pembersihan Lapangan
Memasang Bouwplank
Direksi Keet
Los Kerja
b. Penggalian
Analisa
Bahan
Harga
Satuan
Harga Pekerjaan
Satuan
Upah
Upah
Analisa
Upah
Dalam analisa harga satuan pekerjaan maka yang harus diketahui adalah:
a. Analisa Bahan
Bahan atau material adalah besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Dengan mengetahui
jumlah bahan yang dibutuhkan untuk satu unit/bagian pekerjaan :
Maka defenisi analisa bahan dalam satu pekerjaan adalah menghitung banyaknya volume
masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan.
b. Analisa Upah
Upah yang dimaksud adalah biaya untuk para pekerja, tukang dan mandor bangunan,
maka untuk menyusun upah di sesuaikan dengan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah
besarnya jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam
satu kesatuan pekerjaan. Dalam suatu proyek perbandingan tenaga pekerja dapat
diseuaikan dengan jumlahnya, seperti : 1 M = 30 P dimana : M = Mandor
P = Pekerja
Dengan memperhatikan tenaga kerja maka upah pekerja mulai dimasukkan dalam
analisa upah. Yang dimaksud dengan analisa upah adalah analisa upah suatu pekerjaan
Dalam Estimate Real Of Cost atau Anggaran Sesungguhnya biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan sengaja tidak dimasukkan. Biaya-biaya
tersebut akan dibahas dalam buku Dokumen Pelelangan. Biaya-biaya lain tersebut sebagai
berikut:
- Keuntungan
- Biaya Perencanaan (Design Cost)
- Biaya Pengawasan (Direksi Furing)
- Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
- dan lain-lain.
Pada susunan Estimate Real Of Cost dicantumkan volume pekerjaan dan harga satuan
pekerjaan yang telah diuraikan sesuai dengan nomor masing-masing uraian pekerjaan. Hasil
uraian volume pekerjaan masukkanlah ke dalam kolom 3 (kolom Volume), dan harga satuan
pekerjaan masukkanlah ke dalam kolom 5 (kolom harga satuan pekerjaan) pada susunan
Estimate Real Of Cost.
Tabel 14. Susunan Estimate Real Of Cost
No. URAIAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH JUMLAH
Urut PEKERJAAN SATUAN HARGA BESAR
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
I. Pek. Pondasi
II. Pek.
Beton/Dinding
III. Pek. Kap &
Atap
REKAPITULASI
I. PEKERJAAN PONDASI Rp. …………..
II. PEKERJAAN BETON & DINDING RP. …………..
III. PEKERJAAN KAP & ATAP Rp. .………….
IV. PEKERJAAN PLAFOND Rp. …………..
V. PEKERJAAN PLESTERAN Rp. …………..
VI. PEKERJAAN LANTAI Rp. …………..
VII. PEKERJAAN PINTU & JENDELA Rp. …………..
VIII. PEKERJAAN PENGECATAN Rp. …………..
IX. PEKERJAAN PERLENGKAPAN DALAM Rp. …………..
X. PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR Rp. …………..
Jumlah Rp. …………..
Dibulatkan Rp. …………..
Terbilang :
D. RANGKUMAN
Dalam menyelesaikan suatu proyek maka dibutuhkann RKS (Rencana Kerja & Syarat-
Syarat) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya), hal ini diperlukan karena untuk menentukan
jenis bahan dan system kerja dalam suatu pemebangunan gedung atau suatu proyek serta
untuk menentukan berapa nilai atau harga suatu bangunan, hal ini terjadi pada semua jenis
bangunan yang akan di bangun. Dalam RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dibutukan
aturan dalam suatu proyek sedangkan pada RAB (Rencana Anggaran Biaya) terdapat
perhitungan volume dari jenis pekerjaan, analisa bahan dan upah merupakan perhitungan
yang mengarah pada pengkategorian bahan/material dan pekerjaan yang dimasukkan
dalam bentuk perhitungan m2 dan m3. Analisa bahan dan upah masuk dalam perhitungan
Harga Satuan Pekerjaan. Dari penggabungan perhitungan volume, harga satuan pekerjaan
kemudian digabung dalam bentuk tabulasi ke dalam perhitungan Estimate Real Of Cost yang
merupakan perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya) suatu bangunan agar bangunan
E. TUGAS
RANCANGAN TUGAS X
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 14)
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : membuat desain bangunan 2 – 4 lantai dengan dua fungsi,
membuat RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat), menghitung volume pekerjaan
sesuai gambar bestek, menganalisa bahan dan upah dan menghitung RAB
(Rencana Anggaran Biaya) suatu bangunan berlantai 2 – 4.
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
Menyelesaikan tugas besar berupa gambar bestek bangunan 2 – 4 lantai
Menyusun RKS (rencana Kerja & Syarat-Syarat)
Menghitung volume pekrjaan sesuai gambar bestek
Menganalisa harga satuan pekerjaan yang terdiri dari analisa bahan dan analisa
upah pekerja.
Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya).
Menentukan harga bangunan
Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (6 jam/360 menit) di dalam studio.
Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand
kerta A2, analisa dan perhitungan menggunakan kertas A4.
Penerapan materi pembelajaran dari minggu ke 1 - 14, yang dituangkan dalam
bentuk gambar, bentuk analisa dan perhitungan.
EVALUASI
A. Kriteria Penilaian
Sistem penilai pada mata kuliah SKB 02 (Struktur dan Konstruksi Bangunan 02)
dilakukan setiap proses perkuliahan atau setiap minggunya oleh tim dosen , dimana
berdasarkan sasaran pembelajaran matakuliah. Kriteria penilaian dipergunakan untuk
mengetahui kemampuan mahasiswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik) pada
perkuliahan SKB 02 (Struktur dan Konstruksi Bangunan 02). Kriteria Penilian setiap proses
pembelajaran, dapat dilihat pada table berikut ini:
Tugas 1,5
2 Kelompok: Pemahaman, terhadap system struktur dan
Mensketsa Bentuk konstruksi bangunan berlantai 2 – 4 5
dan ukuran
pondasi, kolom,
balok dan plat Ketelitian dan ketepatan dalam mengetahui bagian 3,5
lantai (2D & 3D) struktur bangunan berlantai 2 – 4.
Tugas
Kelompok: Pemahaman, terhadap system struktur dan
3 Menghitung konstruksi tangga pada bangunan berlantai 2 – 4 0,5 5
jumlah anak
tangga,
Mensketsa Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 3,5
bentuk dan gambar)
konstruksi
tangga (2D & Norma dan standar teknik gambar (ukuran, 1
3D) notasi,skala)
Tugas Pemahaman, terhadap system konstruksi atap
Kelompok: pada bangunan berlantai 2 - 4 0,5
UTS (Ujian
Tengah
Semester) 5
Menerapkan Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan
gambar denah, gambar)
tampak, potongan
struktur, dimana
menampakkan
system pondasi,
8 kolom, balok, plat Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 5 15
lantai, tangga, skala)
atap, plafond dan
talang air dalam
gambar
potongan(2D & Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan 5
3D) gambar, komunikasi/ bahasa)
Tugas
Kelompok:
Menyusun RKS
(Rencana Kerja
& Syarat-Syarat), Pemahaman materi 1
Menghitung
volume
14 pekerjaan sesuai
gambit bestek,
Menganalisa 5
bahan dan upah
dan Ketelitian dan ketepatan pembuatan RKS (Rencana
Menghitung RAB Kerja & Syarat-Syarat) dan perhitungan RAB 4
(Rencana (Rencana Anggaran Biaya)
Anggaran Biaya)
suatu bangunan
berlantai 2 – 4.
5
Tugas Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan
Kelompok: gambar)
Membuat
15 gambar bestek Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 5
Menyusun RKS skala) 20
(Rencana Kerja
& Syarat-Syarat) Teknik presentasi gbr (kreatif, penampilan gambar, 5
Menghitung RAB komunikasi mahasiswa)
(Rencana
Anggaran Biaya)
Kebenaran dan ketelitian perhitungan RKS dan RAB 5
UAS (Ujian
Akhir Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 10
Semester)/Final gambar)
Tes :
16 15
Ujian gambar
bestek bangunan Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 5
berlantai skala)
PENUTUP
A. Penutup
Dengan tersedianya bahan/buku ajar matakuliah SKB 02 (Struktur dan Konstruksi
Bangunan 02) pada jaringan LMS Universitas Hasanuddin, maka diharapkan dapat
membantu mempermudah mahasiswa dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan
kemampuan dalam mendesain/mensketsa sesuai dengan system struktur dan konstruksi
bangunan khususnya bangunan berlantai 2 – 4. Dan memberikan kemandirian dalam
berkreatifitas untuk menerapkan ide yang sesuai dengan estetika, norma pernggambaran
dan ketelitian serta kebenaran menggambar system struktur dan konstruksi bangunan.
Dapat mempermudah bagi tim pengajar/dosen dalam memberikan materi dan
memperbanyak pembimbingan kepada mahasiswa karena bahan ajar dapat di input
langsung oleh mahasiswa. Dan membantu para tim pengajar/dosen untuk mempersiapkan
bahan ajar per semester dan mempermudah tim pengajar/dosen dalam mengevaluasi
bahan ajarnya.
B. Daftar Pustaka
Amanto, H., dkk (2000), Analisa Upah dan Bahan, Penerbit Bumi AKsara
Frick, Heinz (1999), Sistem Bentuk Struktur Bangunan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Ibrahim, H, Bachtiar, ( 2012), Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit. Bumi
Aksara.
Idham, Noor Cholis (2013), Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah, Yogyakarta:
Graha Ilmu
Supribadi, I.K, (1986), Ilmu Bangunan Gedung, Seri B, Edisi Revisi, Armico, Bandung.
Zainal A. Z., (2005), Menghitung Anggaran dan Biaya Bangunan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Anak Tangga (Trede). Bagian dari tangga yang berfungsi untuk rnemijakkan/
melangkahkan kaki ke arah vertikal maupun horisontal (datar).
Atap. Bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang
ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau untuk
keperluan perlindungan.
Balok Induk. Balok yang berada pada tengah kolom di setiap lantainya.
Balok Anak. Balok yang berada dibawah plat lantai di bangunan berlantai.
Balok Ternbok (Plat Tembok). Balok yang dipasang di sepanjang tembok atau di atas
tumpuan beberapa tiang penyangga yang berfungsi untuk menahan usuk bagian
bawah.
Balok Gording (Gording). Batang memanjang yang sejajar balok tembok yang diletakkan
di atas kaki kuda-kuda untuk menumpu usuk dari sambungannya.
Balok Bubungan (Nok). Balok memanjang yang diletakkan di atas puncak kaki kuda-kuda
dan sejajar balok gording (pada atap pelana) dan sekaligus. berfungsi untuk
Balok Kunci. Balok yang dipasang di atas atau di samping balok tarik yang berfungsi untuk
mengunci/menahan sambungannya.
Balok Angin (Ikatan Silang). Balok yang dipasang saling menyilang di antara tiang-tiang
gantung yang diperkuat dengan baut mur.
Balok Topang. Balok yang dipasang miring di mana ujung atasnya menopang balok
bubungan dan ujung-bawahnya memancad pada tiang gantung. Balok ini berfungsi
untuk menahan pelenturan balok bubungan.
Balok Bubungan Miring (Jurai Luar). Balok yang berada pada pertemuan dan bidang
atap yang menjorok ke luar.
Balok Lembahan (Balok Jurai Dalam = Balok Jurai Talang). Balok yang berada pada
pertemuan dua bidang atap yang menjorok ke dalam membentuk lernbahan/talang.
Batang Tunjang (Batang Pikul). Batang diagonal yang dipasang di atas atau di bawah
balok tembok yang berfungsi memikul tiang pincang. Panjang batang tunjang
maksimal 3 m atau dipasang lebih kurang 1,5 m dari sudut tembok.
Batang Pincang (Batang-Batang Apit). Dua batang kayu yang mengapit ujung bawah
tiang pincang dan balok bubungan miring.
Beban Angin. Beban dinamis tapi dalam analisis diperlukan sebagai beban statis ekivalen,
yaitu sebagai asumsi rata-rata statistic gaya pada bangunan.
Beban Gempa. Beban yang berintesnsitas tinggi dan berlangsung singkat. Jadi beban
gempa cenderung mempunyai dampak yang lebih besar terhadap suatu struktur
daripada beban yang sama dan digunakan selama masa yang lebih lama.
Bordes. Bagian dari tangga yang merupakan bidang datar yang agak luas dan berfungsi
sebagai tempat istirahat bila terasa lelah.
Denah. Melukiskan gambar tapak (tampang) setinggi ± 1.00 meter dari lantai, hingga
gambar pintu dan jendela terlihat dengan jelas, sedangkan gambar penerangan atas
(bovenlich) digambar dengan garis putus-putus.
Detail. Bagian gambar dari gambar rencana yang diinginkan dan diperbesar ukuran
skalanya.
Gambar Bestek. Gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana dari gambar detail
dasar dengan skala.
Ibu Tangga (Boom). Bagian tangga berupa dua batang atau papan miring yang berfungsi
menahan kedua ujung anak tangga (trede).
Kolom. Beban (aksial) hanya diberikan di ujung-ujungnya dan tidak ada beban transversal.
Konstruksi. Elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban secara langsung.
Plat. Struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang tingginya
kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya.
Pondasi. Bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah
atau batuan yang berada di bawahnya.
Plafond. Suatu lapisan atau bidang yang membatasi tingginya suatu ruang dan berfungsi
untuk keamanan kenyamanan serta keindahan suatu ruangan .
Potongan Struktur. Gambar yang memperlihatkan bagain-bagian dari system struktur dan
konstruksi bangunan.
Reng. Kayu yang berukuran 2cm atau 3/4 cm yang dipasang di atas usuk.
RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat). Suatu peraturan yang mengikat, yang
diuraikan sedemikian rupa, terinci cukup jelas dan mudah dipahami.
RAB (Rencana Anggaran Biaya). Menghitung banyaknya biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan atau proyek.
Sub Struktur. Bagian dari system struktur yang berada di bagian bawah atau kaki
bangunan.
Super Struktur. Bagian dari system struktur bangunan yang berada di bagian tengah
bangunan atau badan bangunan.
Struktur. Suatu entitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai
suatu organisasi unsur-unsur pokokyang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya
karakter keseluruhan mendominasi interelasi bagian-bagiannya.
Sistem Tumpuan Linear. Suatu rakitan pendukung beban dimana sebagian besar tembok
eksterior digunakan unup penutup maupu terus menerus menunjang lantai dan
atap.
Tangga. Salah satu bagian dan suatu bangunan yang berfungsi sebagai alat penghubung
lantai bawah dengan lantai yank ada di atasnya pada bangunan bertingkat dalam
kegiatan tertentu.
Tiang Pincang. Tiang yang ujung atasnya menopang balok bubungan miring pada jarak
sepanjangnya dari sudut tembok, dan ujung bawahnya menumpang di atas batang
tunjang atau batang pikul.
Talang Air. Suatu konstruksi yang berada pada sisi bawah bidang atap yang berfungsi
untuk mengalirkan air yang berasal dari bidang atap ke saluran pembuang dan
untuk mengurangi teritisan air hujan yang akan mengenai atau membasahi tembok.
Tampak. Gambar proyeksi dari gambar denah yang dapat dilihat dari arah depan, samping
kiri, samping kanan dan belakang.
Up Struktur. Bagian dari system struktur bangunan yang berada di bagian atas atau kepala
bangunan.