Anda di halaman 1dari 206

LAPORAN PENULISAN BUKU AJAR

MATAKULIAH:

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN 02


(211D5103)

IMRIYANTI,ST., MT.
IR. SAMSUDDIN AMIN,MT.

PRODI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

Struktur & Konstruksi bangunan 02 1


Struktur & Konstruksi bangunan 02 2
KATA PENGANTAR

Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas tersusunnya Buku Ajar Struktur
dan Konstruksi Bangunan 02 ini. Buku Ajar ini berisikan materi perkuliahan Struktur dan
Konstruksi Bangunan 02 pada pertemuan I sampai dengan pertemuan XVI, yaitu secara
khusus berisi tentang struktur dan konstruksi bangunan berlantai 2 – 4 yang mencakup
system sub struktur (pondasi), super struktur (kolom, tangga), up struktur (atap, listplank,
talang air) dan system RKS (Rencana Kerja Dan Syarat-Syarat), perhitungan RAB (Rencana
Anggaran Biaya) yang terdiri dari perhitungan volume, analisis bahan, dan perhitungan
anggaran biaya bangunan.
Buku ini berisi tentang rancangan evaluasi proses belajar mengajar sistem learning,
rekonstruksi mata kuliah, kontrak perkuliahan dan materi perkuliahan. Buku ini diharapkan
menjadi salah satu pedoman perkuliahan mata kuliah Struktur dan Konstruksi Bangunan 02
(SKB 02) yang diterapkan pada mahasiswa Strata 1 (S1) semester 3 (tiga)/ganjil,
khususnya dalam lingkungan Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin Makassar.
Dalam proses belajar – mengajar diharapkan kesiapan dalam hal bahan ajar yang
tersusun secara sistematis dan terstruktur, sehingga mampu memotivasi dan meningkatkan
kemandirian belajar mahasiswa yang searah dengan strategi pembelajaran yang terus
ditingkatkan dengan salah satu cara tersedianya bahan ajar baik secara cetak maupun non-
cetak khususnya yang berbasis internet pada LMS-Unhas, hal ini bertujuan untuk
mengembankan tanggung jawab dosen terhadap Tridharma Perguruan Tinggi.
Semoga buku ajar ini dapat bermanfaat bagi proses belajar mengajar dalam mata
kuliah Struktur dan Konstruksi Bangunan 02 (SKB 02), dan dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran di Prodi Arsitektur Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Kepada semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam penyususnan buku ini, diucapkan
terima kasih.

Makassar, Nopember 2014

Penyusun

Struktur & Konstruksi bangunan 02 3


DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
DEFINISI OPERASIONAL xii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Profil Lulusan Program Studi Arsitektur 1
B. Profil Lulusan Matakuliah 2 Tahun Terakhir 1
C. Kompetensi Program Studi 4
D. Analisis Kebutuhan Pembelajaran 4
E. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) 8
F. Struktur Organisasi Materi Matakuliah SKB 02 12

BAB II. PEMBELAJARAN


Materi Matakuliah 13
Materi 1. Defenisi Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan
Berlantai 2 – 4. 15
Materi 2. Pondasi, Kolom, Balok, Plat Lantai 21
Materi 3. Tangga 32
Materi 4,5. Atap 71
Materi 6. Plafond 142
Materi 7. Talang Air 151
Materi 8. UTS (Ujian Tengah Semester) 160
Materi 9-13. Gambar Bestek 163
Materi 14. RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat) &
RAB (Rencana Anggaran Biaya) 170

BAB III. EVALUASI


A. Kriteria Penilaian 183

Struktur & Konstruksi bangunan 02 4


B. Akumulasi Nilai Akhir 186

BAB IV. PENUTUP


A. Penutup 187
B. Daftar Pustaka 187
C. Senarai Kata (Glosarium) 188

LAMPIRAN 193

Struktur & Konstruksi bangunan 02 5


DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Rumusan Kompetensi Program Studi 4
Tabel 2. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP) SKB 02 8
Tabel 3. Tugas Menyusun Perbedaan Sistem
Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai 19
Tabel 4. Hubungan "a" dan "o" 37
Tabel 5. Hubungan "a" - "0" – ―𝜑‖ 38
Tabel 6. Daftar ukuran lebar tangga ideal 39
Tabel 7. Jenis-jenis bahan untuk tangga 40
Tabel 8. Hubungan antara jenis bahan penutup

dengan besar-kecilnya sudut lereng (kemiringan) atap 78

Tabel 9. Ukuran genteng kodok 80


Tabel 10. Daftar ukuran dan berat fiber semen rata 88
Tabel 11. Daftar Ukuran dan Berat 90
Tabel 12. Ukuran kayu untuk kuda-kuda dan bubungan miring 103
Tabel 13. Jenis bahan dan ukuran plafond/langit-langit 142
Tabel 14. Susunan Estimate Real Of Cost 177

Struktur & Konstruksi bangunan 02 6


DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Nilai Matakuliah SKB 02
(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014) 2
Gambar 2. Persentase Rata-rata Nilai Matakuliah SKB 02
(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014) 2
Gambar 3. Persentase Tingkat Kelulusan Matakuliah SKB 02
(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014) 3
Gambar 4. Substansi Materi Matakuliah SKB 02 12
Gambar 5. Pondasi Batu/Garis 21
Gambar 6. Pondasi Plat Kaki /Foot Plate 22
Gambar 7. Pondasi Rakit 22
Gambar 8. Pondasi Sumuran 23
Gambar 9. Pondasi Caisson 24
Gambar 10. Pondasi Sarang Laba-Laba 24
Gambar 11. Pondasi Tiang 25
Gambar 12. Bentuk Kolom 26
Gambar 13. Plat Slab Floor 28
Gambar 14. Plat Lantai Rib Floor 28
Gambar 15. Plat Lantai Grid Floor/Waffle Floor 29
Gambar 16. Posisi tangga, aantrade & optrade, well-wellat-stootboard 33
Gambar 17. Ibu tangga/boom 33
Gambar 18. Bordes 34
Gambar 19. Tiang & sandaran pada pelengkap tangga 35
Gambar 20. Ruji pada tangga 35
Gambar 21. Tiang sandaran, ruji, pegangan, boom pada tangga 36
0
Gambar 22. Posisi optrade & aantrade pada kemiringan 30 38
Gambar 23. Posisi lebar dan bordes tangga 39
Gambar 24. Lebar tangga dan panjang bordes 40
Gambar 25. Tangga tusuk (biasa) lurus 41
Gambar 26. Tangga tusuk (biasa) miring 41
Gambar 27. Tangga baling (membilut) tunggal 42
Gambar 28. Tangga baling (membilut) dobel 42
Gambar 29. Tangga seperempatan awal 43

Struktur & Konstruksi bangunan 02 7


Gambar 30. Tangga seperempatan akhir 43
Gambar 31. Tangga seperempatan antara 44
Gambar 32. Tangga poros putar 44
Gambar 33. Denah tangga lengan dengan bordes 45
Gambar 34. Tampak atas & tampak samping 46
Gambar 35. Detail A 46
Gambar 36. Detail B 47
Gambar 37. Detail C 47
Gambar 38. Detail D 48
Gambar 39. Detail aantrade, optrade, boom tangga 48
Gambar 40. Detail sistem pembesian tangga 49
Gambar 41. Tangga panjat & tangga darurat 50
Gambar 42. Tangga tusuk lurus dengan konstruksi tangga baja 51
Gambar 43. Bentuk tangga seperempat awal, dengan konstruksi tangga baja 52
Gambar 44. Bentuk tangga putar & detail dengan konstruksi tangga baja 53
Gambar 45. Tangga putar lainnya & detail dengan konstruksi tangga baja 54
Gambar 46. Tangga terbuka dengan satu balok penahan sebagai boom 55
Gambar 47. Tangga terbuka dengan dua balok penahan sebagai boom 56
Gambar 48. Tangga terbuka dengan salah satu ujung anak tangga terjepit
pada balok dinding 57
Gambar 49. Tangga biasa dari beton tulang 58
Gambar 50. Sistem pengecoran beton pada tangga 59
Gambar 51. Tangga tusuk lurus dari beton 60
Gambar 52. Tangga dua lengan dengan bordes dari beton 61
Gambar 53. Bentuk lain tangga dua lengan dengan bordes dari beton 62
Gambar 54. Sistem pengecoran beton pada tangga dua lengan dengan bordes 63
Gambar 55. Bentuk tangga batu/bata pada daerah ketinggian 64
Gambar 56. Tampak atas tangga batu/bata 65
Gambar 57. Bentuk tusuk lurus pada tangga batu 66
Gambar 58. Tampak & detail tangga tusuk lurus pada tangga batu 67
Gambar 59. Bentuk Atap Datar 71
Gambar 60. Bentuk Atap Sandar 71
Gambar 61. Bentuk Atap Pelana 72
Gambar 62. Bentuk Atap Perisai 73
Gambar 63. Bentuk Atap Tenda 74

Struktur & Konstruksi bangunan 02 8


Gambar 64. Bentuk Atap Menara 74
Gambar 65. Bentuk Atap Joglo 75
Gambar 66. Bentuk Atap Setengah Bola 75
Gambar 67. Bentuk Atap Gergaji 76
Gambar 68. Bentuk Atap Silang 76
Gambar 69. Bentuk Atap Gabungan 77
Gambar 70. Proyeksi Bentuk-Bentuk Atap 77
Gambar 71. Posisi Genteng ―S― diatas reng 79
Gambar 72. Bentuk Genteng Biasa ―S― disempurnakan 80
Gambar 73. Bentuk genteng kodok & sistem pemasangannya 81
Gambar 74. Bentuk setengah lingkaran genteng kerpus 81
Gambar 75. Bentuk Segitiga Genteng kerpus 81
Gambar 76. Bentuk sudut patah genteng kerpus 82
Gambar 77. Sistem pemasangan genteng bubungan pada atap pelana
& perisai 82
Gambar 78. Bentuk & susunan genteng warna tiara 83
Gambar 79. Posisi genteng di atas reng & talang sederhana 84
Gambar 80. Bentuk Genteng Monier 84
Gambar 81. Posisi Genteng Monier di atas reng 85
Gambar 82. Fiber semen gelombang 5 ½ 85
Gambar 83. Fiber semen gelombang 14 86
Gambar 84. Nok stel 14 gelombang 86
Gambar 85. Nok stel rata 87
Gambar 86. Nok paten rata 87
Gambar 87. Nok paten gelombang 87
Gambar 88. Fiber semen rata/datar 88
Gambar 89. Nok stel 5 ½ gelombang 88
Gambar 90. Penutup ujung 89
Gambar 91. Penutup penjuru 89
Gambar 92. Jalusi 89
Gambar 93. Nok Setengah Lingkaran ―Y‖, ―T‖ 90
Gambar 94. Lembaran Mini Harflex 90
Gambar 95. Sistem penyambung tumpangan akhir 91
Gambar 96. Sistem penyambung tumpangan samping 91
Gambar 97. Sistem pemasangan gording pada atap 92

Struktur & Konstruksi bangunan 02 9


Gambar 98. Sudut miring atas dengan tumpangan akhir (overlap) 93
Gambar 99. Nok Stel Gelombang 93
Gambar 100. Nok Stel Rata 94
Gambar 101. Nok Patent Gelombang 95
Gambar 102. Nok Setengah Lingkaran 95
Gambar 103. Penutup ujung atas yang menempel di dinding 96
Gambar 104. Lembaran asbes semen pada bentuk-bentuk atap sederhana 97
Gambar 105. Sambungan seng secara melebar & susunan seng gelombang 98
Gambar 106. Sistem pemasangan sirap 99
Gambar 107. Bentuk ½ kuda-kuda 102
Gambar 108. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok tarik dan balok tembok 104
Gambar 109. Kaki kuda-kuda bagian atas dengan tiang gantung bagian atas 105
Gambar 110. Kaki kuda-kuda dengan balok sokong dan gording 107
Gambar 111. Hubungan balok tarik dengan tiang gantung 108
Gambar 112. Sambungan panjang balok tarik dan bubungannya
dengan tiang gantung 109
Gambar 113. Bagian atas tiang gantung dengan sambungan balok bubungan 110
Gambar 114. Tumpangan usuk bagian atas dan bawah pada balok gording 111
Gambar 115. Posisi balok tembok, usuk dan reng pada bidang atap pelana 112
Gambar 116. Posisi balok tembok, usuk dan reng
pada sudut bidang atap perisai 113
Gambar 117. Tampak atas rencana atap ―perisai‖ 113
Gambar 118. Proyeksi atap ―perisai‖ 114
Gambar 119. Tampak depan & Tampak atas atap ―perisai‖ 115
Gambar 120. Mencari sudut apit bidang-bidang atap () 116
Gambar 121. Jurai luar pada rencana rangka atap 118
Gambar 122. Jurai dalam pada rencana rangka atap 119
Gambar 123. Balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar) 120
Gambar 124. Balok bubungan miring dengan balok tembok 121
Gambar 125. Tiang pincang dengan sambungan balok bubungan miring 122
Gambar 126. Tiang pincang dengan batang tunjang dan batang pincang 123
Gambar 127. Balok bubungan miring dengan gording dan usuk 123
Gambar 128. Lembahan/jurai talang 124
Gambar 129. Bubungan miring/jurai luar 124
Gambar 130. Rencana rangka atap perisai dengan kuda-kuda separuh 125

Struktur & Konstruksi bangunan 02 10


Gambar 131. Detail A, B, pada rangka atap perisai
dengan kuda-kuda separuh 126
Gambar 132. Kuda-kuda atap seng kuap/sandar
dengan bentang 200 @ 300 cm 127
Gambar 133. Kuda-kuda atap pelana yang ditopang oleh tiang
dengan bentang 300 @ 400 cm. 128
Gambar 134. Kuda-kuda atap pelana yang didukung oleh tembok
dengan bentang 400 cm. 129
Gambar 135. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm. 130
Gambar 136. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm. (alternatif) 131
Gambar 137. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 600 @ 800 cm 132
Gambar 138. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 1200 cm. 134
Gambar 139. Kuda-kuda joglo & detail 136
Gambar 140. Kuda-kuda atap mansard & detail 137
Gambar 141. Kuda-kuda atap gergaji & detail 138
Gambar 142. Denah rencana plafond 144
Gambar 143. Detail A, B, C, D pada plafond 145
Gambar 144. Alternatif 1 rencana plafond 145
Gambar 145. Alternatif 2 rencana plafond 146
Gambar 146. Type-type potongan A, pada plafond 146
Gambar 147. Detail pemasangan plafond dalam ruangan 147
Gambar 148. Detail pemasangan plafond pada teras 147
Gambar 149. Talang setengah lingkaran
152
Gambar 151. Talang empat persegi panjang 153
Gambar 152. Talang trapesium di atas konsol 153
Gambar 153. Talang empat persegi panjang di belakang tembok batas 154
Gambar 154. Talang empat persegi panjang di atas tembok batas 154
Gambar 155. Talang di atas konsol teras 155
Gambar 156. Talang antara dua bidang atap 156
Gambar 157. Talang lembahan 156
Gambar 158. Contoh 1 Gambar Bestek 165
Gambar 159. Contoh 1 Gambar Bestek 166

Struktur & Konstruksi bangunan 02 11


DEFINISI OPERASIONAL

A. Tahap Pemahaman
1. Pemahaman Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai 2 – 4
Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai 2 – 4 adalah bentuk bangunan yang
dibuat bersusun secara vertical, dimana system strktur adalah merupakan elemen
utama yang menopang bangunan sedangkan konstruksi adalah elemen –elemen
yang mengikat pada system
2. Teori Sistem Sub Struktur, Super Struktur dan Up Struktur
Sub struktur merupakan bagian struktur bangunan yang menjadi landasan seperti
pondasi, super struktur alah bagian dari badan bangunan seperti kolom, plat lantai,
tangga, sedangkan up struktur merupakan bagian kepala bangunan atau penutup
bangunan seperti atap, kuda-kuda, listplank dan talang air.
3. Bentuk-Bentuk Sistem Sub Struktur, Super Struktur dan Up Struktur
Bentuk system struktur yang dimaksud adalah contoh-contoh penerapan gambar
yang merlihatkan jenis-jenis pondasi, kolom, plat lantai, tangga, atap, kuda-kuda,
listplank, talang air

B. Tahap Desain
1. Sketsa Bentuk Sub Struktur
Upaya menyusun bentuk sub struktur berupa jenis-jenis pondasi pada banunan
berlantai 2 – 4.
2. Sketsa Bentuk Super Struktur
Upaya merangkai bentuk dan jenis super struktur bangunan berlantai yang terdiri
dari kolom, plat lantai dan tangga
3. Sketsa Bentuk Up Struktur
Upaya merangkai bentuk dan jenis atap, kuda-kuda, listplank dan talang air sesuai
model bangunan berlantai.
4. Sketsa Detail Struktur
Upaya dalam menyesuaikan bentuk sub struktur, super struktur dan up struktur
dalam desain bangunan berlantai.
5. Sketsa dituangkan dalam bentuk grafis freehand dengan format penyajian pada
kertas A2 dengan menggunakan teknik tinta.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 12


C. Tahap Produk Desain
1. Grafis presentasi manual
Aplikasi kemampuan dan ketrampilan serta penerapan ide dalam bentuk desain
bangunan berlantai 2 – 4.
2. Produk Desain
Produk yang dihasillan dalam bentuk desain adalah denah, tampak, potongan
struktur, gambar rencana system sub struktur, super struktur dan up struktur serta
gambar detail dari tiap-tiap system struktur tersebut.

D. Tahap Perhitungan
1. Bahan/Material Bangunan
Penentuan bahan/material bangunan yang diterapkan adalah berupa pemilihan
material yang sesuai dengan hasil desain, yang di ungkapkan dalam bentuk RKS
(Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
2. Perhitungan Volume Pekerjaan Bangunan
Penentuan volume pekerjaan di mana system analisis tiap bagian desain di tuangkan
dalam bentuk perhitungan volume pekerjaan.
3. Analisis Bahan dan Upah Pekerja
Tahap ini merupakan penyatuan pemakaian material bangunan dengan system
perhitungan volume pekerjaan yang di tuangkan dalam bentuk perhitungan analisis
berupa harga bahan dan upah pekerja.
4. Perhitungan Anggaran Bangunan
Penyatuan system perhitungan volume pekerjaan dengan analisis bahan dan upah
pekerja yang dirangkum dalam bentuk anggaran bangunan yang produk akhirnya
berupa rekapitulasi anggaran bangunan berlantai 2 – 4.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Profil Lulusan Program Studi Arsitektur


Profil lulusan program studi arsitektur tingkat strata satu Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin, adalah:
1. Secara umum keluaran program studi Arsitektur diharapkan menjadi tenaga-tenaga
profesional dibidang Arsitektur yang ahli dalam bidangnya masing-masing serta dapat
bersaing di tingkat lokal, nasional dan internasional.
2. Secara khusus keluaran program studi Arsitektur mampu merencana dan merancang
bangunan sesuai dengan standar penggambaran.
3. Dalam mendesain bangunan juga diharapkan mampu mendesain komponen-komponen,
jenis, prinsip-prinsip dan fungsi sistem struktur dan konstruksi bangunan serta dapat
menghitung dan menganalisis perhitungan mekanika bangunan.
4. Lulusan Arsitektur juga dapat menjadi enterpreneur yang kreatif, dapat mengembangkan
usaha serta mampu bekerjasama dan berkoordinasi dengan tim yang ada di lapangan.
5. Lulusan Arsitektur diharapkan dapat menjadi leader dalam hal kepemimpinan, memiliki
inisiatif untuk menyelesaikan permasalahan di lokasi.
6. Lulusan Arsitektur diharapkan mampu berkomunikasi dengan benar secara nasional
maupun internasional.

Sedangkan lulusan Prodi Arsitektur Universitas Hasanuddin diharapkan dapat


berprofesi sebagai:
1. Praktisi disainer (arsitek, disainer interior, disainer lansekap)
2. Pelaku industry jasa (developer, disainer grafis, drafter, estimator)
3. Pendidik arsitektur atau bidang rancang bangun yang terkait
4. Peneliti arsitektur atau bidang rancang bangun yang terkait
5. Birokrat arsitektur dan lingkungan binaan terkait
6. Pelaku industry manafaktur (produsen furniture, bahan bangunan).

B. Profil Lulusan Matakuliah 2 Tahun Terakhir


Untuk tingkat kelulusan mahasiswa pada matakuliah SKB 02 dalam 2 semester
(tahun 2012-2013 dan 2013-2014), yakni 1% nilai A, 6% nilai A-, 19% nilai B+, 4% nilai B,

Struktur & Konstruksi bangunan 02 14


8% nilai B-, 2% nilai C+, 2% nilai C, 0% nilai D, 2% nilai E (tidak lulus), 2% nilai K
(kosong). Dari 2 semester terakhir terdapat mahasiswa yang mengundurkan diri pada
matakuliah SKB 02.

Nilai Matakuliah SKB 2


TA.2012/2013 & 2013/2014
18
16
14
12
Persentase

10
8
6
4
2
0
A A- B+ B B- C+ C D E K
Tahun 2012/2013 0 3 3 8 8 2 2 0 2 2
Tahun 2013/2014 1 3 16 4 0 0 0 0 0 0

Gambar 1. Nilai Matakuliah SKB 02


(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014)

Persentase Rata-rata Nilai Matakuliah SKB 2 TA.2012/2013 &


2013/2014

K 2
E 2
D 0
C 2
C+ 2
B- 8
B 4
B+ 19
A- 6
A 1

Gambar 2. Persentase Rata-rata Nilai Matakuliah SKB 02


(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 15


Grafik Persentase Tingkat Kelulusan Matakuliah SKB 2
0 2 4 6 8 10 12 14
1,2 18
16 16
1 14
0,8 12
10
0,6 8 8 8
6
0,4 4
4
3 3
0,2 2 2 2 2 2
1
0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 -2
Nilai A A- B+ B B- C+ C D E K

Gambar 3. Persentase Tingkat Kelulusan Matakuliah SKB 02


(Tahun Ajaran 2012/2013 dan 2013/2014)

Dari gambar diatas menunjukkan pada tahun 2012/2013 dan 2013/014, mahasiswa
yang mendapatkan nilai A- cukup seimbang akan tetapi untuk nilai tertinggi yaitu A pada
tahun 2012/2013 tidak terdapatmahasiswa yang mencapainya dan pada tahun ajaran
2013/2014 terdapat mahasiswa mencapai nilai tersebut walaupun hanya 1 (satu) orang.
Sedangkan untuk nilai B+ anatar tahun ajaran 2012/2013 dan 2013/2014 cukup seimbang.
Untuk nilai B pada tahun ajaran 2012/2013 cukup banyak mahasiswa mendapat nilai
tersebut, dan pada tahun ajaran yang sama nilai B-, C+, C, E dan K masih terdapat
mahasiswa yang memperolehnya. Pada tahun ajaran 2013/2014 mengalami peningkatan
yang cukup pesat karena sudaah tidak ada mahasiswa yang mencapai nilai B-, C+, C, D, E
dan K.
Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat pembelajaran mahasiswa pada matakuliah
SKB 2 (Struktur dan Konstruksi bangunan 2) mengalami peningkatan dari segi minat,
motivasi mahasiswa untuk berbuat yang lebih kretivitas terhadap matakuliah tersebut. Ini
juga dapat di kategorikan bahwa peningkatan sistem pembelajaran yang menggunakan
metode SCL (Student Center Learning) mulai nampak perubahannya yang mengarah pada
PBM (Proses Belajar-Mengajar) yang mulai menerapkan daya kreativitas dan ide-ide
mahasiswa yang harus dikembangkan sehingga lebih mandiri dan memiliki motivasi untuk
mendapatkan referensi cetak maupun non cetak yang dapat diperoleh melalui jaringan
internet.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 16


C. Kompetensi Program Studi

Tabel 1. Rumusan Kompetensi Program Studi


RUMUSAN KOMPETENSI
U1 Mampu berolahpikir dan berolahrasa secara kreatif, imajinatif, & inovatif
yang berbasis pelestarian lingkungan
Mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan menyintesis issu-issu &
U2 masalah-masalah arsitektural, serta mengeksplorasi alternatif-alternatif
solusi dalam bentuk konsep-konsep yang dapat dikembangkan lebih
lanjut dalam perancangan arsitektur dan pelaksanaan konstruksi
Mampu menerapkan norma-norma ilmiah/sains, teknologi, & estetika
U3 arsitektural dalam konteks kehidupan sosial, ekonomi, & budaya
masyarakat
U4 Menguasai ragam teori & pendekatan disain arsitektural era klasik,
modern, pasca-modern, maupun mutakhir
Mampu menerapkan metode & proses perancangan arsitektur, mencakup
U5 penelusuran masalah, perumusan konsep, pembuatan pra-rancangan
skematik dwimatra/2D & trimatra/3D
U6 Menguasai metode dan manajemen proyek yang dapat diaplikasikan
dalam pelaksanaan konstruksi bangunan
P1 Menjunjung tinggi nilai agama, moral, etika & tanggungjawab profesional
P2 Menguasai wawasan lingkungan kepulauan beriklim tropis lembab
P3 Menguasai wawasan filosofis kearifan lokal dalam perspektif global dan
dalam konteks kekinian
Menguasai ketrampilan teknik komunikasi grafis arsitektural
P4 menggunakan berbagai media presentasi (freehand-style dan/atau
computerised-style) secara dwimatra/2D, trimatra/3D, maupun animasi
audiovisual
P5 Mampu menerapkan kebijakan tata ruang serta berbagai peraturan
bangunan dan lingkungan dalam konteks perencanaan kota
L1 Mampu bekerja mandiri maupun kelompok dalam koordinasi kemitraan
secara multi-disiplin
L2 Memiliki daya saing dan kepercayaan diri dalam komunitas profesional
lingkup nasional maupun internasional
L3 Memiliki sikap responsif & partisipatif terhadap dinamika perkembangan
ilmu/sains, teknologi, dan seni yang mutakhir
Sumber: Dokumen Prodi Arsitektur, 2010

D. Analisis Kebutuhan Pembelajaran


1. Tinjauan Matakuliah
Materi pembelajaran SKB 02 (Struktur dan Konstruksi Bangunan 02) dilaksanakan di
ruang studio yang berfungsi sebagai ruang pembelajaran bagi mahasiswa khususnya untuk
matakuliah rencana dan rancangan yang mengarah pada kemampuan mahasiswa untuk
lebih mandiri, berkreatif dalam menerapkan ide-idenya kedalam bentuk desain yang dapat
pula diaplikasikan ke maket model.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 17


Konsep pembelajaran matakuliah SKB 02 (Struktur dan Konstruksi Bangunan 02)
ialah menggali dan meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam mendesain sistem struktur
bangunan berlantai 2 sampai dengan lantai 4 dengan pendekatan dan pengarahan yang
lebih stematis, terukur sesuai dengan GBRP (Garis Besar Rencana Pembelajaran)
matakuliah. Substansi matakuliah SKB 02 adalah defenisi sistem struktur berlantai 2 sampai
dengan 4 yang dimuali dari sub struktur (pondasi, sloef), super struktur (kolom, balok,
tangga, lantai, dinding, kosen) up struktur (ring balk, konstruksi atap yakni kuda-kuda atap,
material penutup atap). Matakuliah SKB 2 juga menerapkan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat) dan sistem perhitungan anggaran biaya atau dikenal dengan RAB yang isinya
tentang perhitungan volume sistem struktur dan konstruksi banguan, upah pekerja,analisa
bahan bangunan dan rekapitulasi biaya bangunan berlantai 2 ataupun lantai 4.
Pada kurikulum 2011, matakuliah SKB 02 ditunjang beberapa matakuliah, yaitu:
Struktur dan Konstruksi Bangunan 01, Teknik Presentasi dan Komunikasi Arsitektur,
Mekanika Bangunan, Mekanika Teknik, Teori dan Studio Perancangan Arsitektur 1, 2.
Matakuliah Struktur dan Konstruksi bangunan 02 merupakan matakuliah wajib yang
berjenjang, disyaratkan telah melulusi matakuliah: Struktur dan Konstruksi bangunan 01
(SKB 01) dan Teori dan Studio Perancangan 01. Sebagai mata kuliah berantai matakuliah
Struktur dan Konstruksi Bangunan 02 (SKB 02) merupakan bagian lanjutan dalam
kompetensi Arsitektur bidang struktur bangunan, yang akan menjadi prasyarat pada kuliah
berikutnya yaitu: Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai Banyak (Semester 4),
Struktur Bentang Lebar (Semester 5) dan Workshop Riset Struktur Bangunan (Semester 6,
7).
Dalam pelaksanaan matakuliah ini ditekankan pada unsur kreativitas dan kemandirian
dengan penekanan pada kemampuan psikomotorik. Metode pembelajaran yang digunakan
dalam pelaksanaan proses pembelajaran matakuliah Struktur dan Konstruksi Bangunan 02
yaitu kombinasi beberapa bentuk pembelajaran, ayitu kuliah tatap muka, studi lapangan,
eksplorasi literature, small group discussion, studio (gambar). Penekanan terbesar pada
proses pembelajaran di dalam studio gambar dengan cara mendesain system struktur dan
konstruksi bangunan berlantai 2 – 4. Proses pembelajaran ini mahasiswa terlibat dalam
ranah kognitif = 10%, afektif = 30% dan psikomotorik = 60%. Matakuliah Struktur dan
Konstruksi Bangunan 02 merupakan matakuliah yang bermuatan arahan
penggambaran/desain, dan memerlukan pemahaman secara substansi yang sangat
berpengaruh terhadap sistem pembelajaran yang bersifat desain/gambar dan sketsa
(freehand)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 18


2. Tujuan Matakuliah
Setelah mahasiswa mengikuti matakuliah Struktur dan Konstruksi Bangunan 02 maka
diharapkan mahasiswa mampu berkreasi yang lebih kreatif untuk menuangkan ide-ide
desain system struktur dan konstruksi bangunan sesuai dengan standar pembangunan di
lapangan. Desain system struktur dan konstruksi bangunan mencakup system sub struktur
(pondasi), super strukur (dinding, kolom, balok, tangga), up struktur ( atap, kuda-kuda,
listplank, talang air), RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat), dan RAB (Rencana Anggaran
Bangunan).
Dari penerapan system pembelajaran baik cetak maupun non cetak diharapkan
mahaiswa mampu bekerja sama dalam system kerja tim, bertoleransi, saling menghargai
dalam beradu argumentasi maupun mengambil keputusan secara berkelompok dalam
batasan waktu yang telah ditentukan (group discussion marking, time management) serta
saling menghargai dalam menerapkan ide-ide yang akan di tuangkan pada tugas kelompok..
Dan hal ini diharapkan mahasiswa mampu memiliki wawasan yang luas, mandiri, kreatif
untuk melanjutkan jenjang pembelajaran yang lebih tinggi yakni matakuliah selanjutnya
yang berhubungan dengan desain.

3. Kompetensi Matakuliah
a. Kompetensi Utama
 Mampu berolahpikir dan berolahrasa secara kreatif, imajinatif, & inovatif yang
berbasis pelestarian lingkungan (U1)
 Mampu mengidentifikasi, menganalisis, dan menyintesis issu-issu & masalah-
masalah arsitektural, serta mengeksplorasi alternatif-alternatif solusi dalam bentuk
konsep-konsep yang dapat dikembangkan lebih lanjut dalam perancangan
arsitektur dan pelaksanaan konstruksi (U2)
 Mampu menerapkan metode & proses perancangan arsitektur, mencakup
penelusuran masalah, perumusan konsep, pembuatan pra-rancangan skematik
dwimatra/2D & trimatra/3D (U5)
 Menguasai metode dan manajemen proyek yang dapat diaplikasikan dalam
pelaksanaan konstruksi (U6).

Struktur & Konstruksi bangunan 02 19


b. Kompetensi Pendukung
 Menjunjung tinggi nilai agama, moral dan tanggungjawab professional (P1).
 Menguasai ketrampilan teknik komunikasi grafis arsitektural menggunakan berbagai
media presentasi (freehand-style dan/atau computerised-style) secara
dwimatra/2D, trimatra/3D, maupun animasi audiovisual (P4)

c. Kompetensi Lain
 Mampu bekerja mandiri maupun kelompok dalam koordinasi kemitraan secara
multi-disiplin (L1)
 Memiliki sikap responsif & partisipatif terhadap dinamika perkembangan ilmu/sains,
teknologi, dan seni yang mutakhir (L3)

d. Kompetensi Sasaran Matakuliah


 Mahasiswa mampu menguraikan komponen-komponen sistem dan prinsip-prinsip
struktur dan konstruksi bangunan berlantai (maksimal 4 lantai).
 Mahasiswa mampu menjelaskan serta terampil menggambar aplikasi komponen
sistem struktur dan konstruksi pada bangunan berlantai (maksimal 4 lantai).
 Mahasiswa mampu menyusun RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) dan RAB
(Rencana Anggaran dan Biaya) untuk bangunan berlantai (maksimal 4 lantai).

e. Sasaran Belajar
1. Tahap Desain
Dalam menerapkan tahap desain pendekatan yang harus dipenuhi adalah:
 Rancangan system sub struktur banguna berlantai (pondasi)
 Rancangan system super struktur bangunan berlantai (kolom, balok, plat
lantai, tangga)
 Rancangan system up struktur bangunan berlantai (atap, kuda-kuda, listplank
dan talang air)
2. Tahap Analisis
Dalam tahap ini diharapkan pemahaman pemakaian material/bahan bangunan dan
system pengerjaan struktur dan konstruksi bangunan berlantai, yang diterapkan
dalam bentuk RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
3. Tahap Perhitungan
Tahap ini terdiri dari

Struktur & Konstruksi bangunan 02 20


 Perhitungan volume pekerjaan dari tiap-tiap system struktur dan konstruksi
bangunan
 Analisis bahan/material bangunan yang diarahkan pada pemakaian bahan
bangunan untuk system struktur dan konstruksi bangunan yang disesuaikan
dengan perencanaan bangunan.
 Penggabungan system perhitungan volume pekerjaan dan analisis bahan yang
dipergunakan dalam system struktur dan konstruksi bangunan berlantai, yang
dirangkum dalam bentuk anggaran biaya bangunan yang akhirnya di
rekapitulasikan anggaran tersebut.

E. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP)

Tabel 2. Garis Besar Rencana Pembelajaran (GBRP)


Matakuliah: Struktur dan Konstruksi Bangunan 02
KEMAMPUAN
AKHIR YANG KRITERIA BOBOT
MINGGU BENTUK
MATERI DIHARAPKAN PENILAIAN NILAI
KE - PEMBELAJARAN
PEMBELAJARAN (KOMPETENSI (INDIKATOR) (%)
)
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

- Pengertian sistem  Ceramah interaktif Dapat Pemahaman


struktur dan Cooperatif memahami matakuliah
konstruksi Learning materi, metode
bangunan berlantai dan penilaian
- Jenis, fungsi, matakuliah
prinsip dan letak
komponen sistem
5
1 struktur dan
konstruksi
bangunan berlantai
- Penjelasan kontrak
perkuliahan

Pengertian bagian-  Ceramah interaktif Mampu  Pemahaman


bagian struktur menjelaskan materi
bangunan berlantai:  Tugas individu dan mengetahui
- Pondasi (mencari pustaka bentuk, sifat  Ketelitian dan
2 - Kolom mengenai dan bagian dari ketepatan 5
- Balok pondasi, kolom pondasi, kolom, dalam
dan balok) balok yang mengetahui
merupakan bagian
Cooperatif bagian struktur struktur
Learning utama pada bangunan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 21


Self Directed bangunan berlantai
Learning berlantai

Pengertian tangga:  Ceramah interaktif Mampu - Estetika


- Bagian dan menjelaskan (kebenaran,
susunan tangga  Latihan/studio dan terampil kelengkapan,
- Syarat-syarat menggambarkan kerapihan
tangga aplikasi gambar)
3 - Bentuk tangga Cooperatif konstruksi
5
- Konstruksi Learning tangga pada - Norma dan
Tangga Self Directed bangunan standar teknik
Learning berlantai gambar
Tugas studio, (ukuran,
gambar konstruksi notasi,skala)
tangga

Pengertian,maksud - Estetika
dan syarat atap: (kebenaran,
- Bentuk atap  Ceramah interaktif kelengkapan,
- Bahan-bahan Dapat kerapihan
penutup atap  Latihan/studio menjelaskan gambar)
- Konstruksi rangka dan terampil
atap/kuda-kuda Cooperatif menggambarkan - Norma &
4-5 - Konstruksi Learning sistem standar teknik
bubungan Self Directed konstruksi kuda- gambar
5
- Macam-macam Learning kuda dan (ukuran,
bentuk konstruksi penutup atap notasi, skala)
kuda-kuda
- Teknik
Tugas studio presentasi gbr
gambar bagian- (kreatif,
bagian atap penampilan gbr,
komunikasi/
bahasa)

Pengertian langit- - Estetika


langit/plafond: (kebenaran,
- Fungsi langit-  Ceramah interaktif kelengkapan,
langit/plafond  Latihan / studio Dapat kerapihan
- Jenis, bahan dan menjelaskan gambar)
ukuran penutup Cooperatif dan terampil
6 langit- Learning menggambarkan - Norma &
langit/plafond Self Directed sistem standar teknik 5
- Konstruksi rangka Learning konstruksi gambar
plafond plafond (ukuran,
- Langkah-langkah notasi, skala)
pengerjaan
langit-langit - Teknik
presentasi gbr
Tugas studio (kreatif,
gambar bagian- penampilan gbr,

Struktur & Konstruksi bangunan 02 22


bagian plafond komunikasi/
bahasa)

Pengertian talang - Estetika


air: (kebenaran,
- Syarat-syarat kelengkapan,
talang air  Ceramah interaktif kerapihan
- Macam-macam Dapat gambar)
bentuk konstruksi  Latihan / studio menjelaskan
7 talang air dan terampil - Norma &
- Sistem Cooperatif menggambarkan standar teknik
pemasangan Learning sistem dan gambar
5
talang air Self Directed bagian talang air (ukuran,
Learning notasi, skala)
Tugas studio
gambar bagian- - Teknik
bagian talang air presentasi gbr
(kreatif,
penampilan gbr,
komunikasi/
bahasa)

- Estetika
(kebenaran,
kelengkapan,
kerapihan
gambar)
Mampu
menjelaskan - Norma &
Ujian dan terampil standar teknik
8 Mid tes gambar/studio menggambar gambar
Problem Based struktur dan (ukuran, 15
Learning konstruksi notasi, skala)
bangunan
berlantai - Teknik
presentasi gbr
(kreatif,
penampilan gbr,
komunikasi/
bahasa)

Pengertian Bestek Mampu - Estetika


(gambar kerja) menjelaskan (kebenaran,
bangunan berlantai:  Ceramah interaktif dan terampil kelengkapan,
- Sistem  Latihan / studio menggambar kerapihan
penggambaran bestek/gambar gambar)
denah, tampak, Cooperatif kerja 10
potongan, Learning - Norma &
rencana, detail Self Directed standar teknik
9 s/d 13
- Teknik Learning gambar
pengaturan (ukuran,
gambar kerja notasi, skala)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 23


Tugas studio - Teknik
gambar bestek presentasi gbr
(gambar kerja) (kreatif,
penampilan gbr,
komunikasi/
bahasa)

Pengertian RKS
(Rencana Kerja dan
Syarat-Syarat),  Ceramah interaktif  Pemahaman
Perhitungan RAB  Latihan / studio Mampu materi
14 (Rencana Anggaran Cooperatif menjelaskan 5
Dan Biaya), Analisis Learning dan terampil  Ketelitian dan
Bahan, Times Self Directed dalam membuat ketepatan
Schedule Learning RKS dan RAB pembuatan
RKS dan RAB

- Estetika
- Mampu (kebenaran,
menjelaskan kelengkapan,
dan terampil kerapihan
membuat gambar)
- Presentasi tugas gambar kerja
besar bangunan - Norma & standar
Penyelesaian Tugas (Cooperative berlantai teknik gbr
Besar (Gambar Learning) (ukuran, notasi,
Bestek, RKS dan - Display tugas - Mampu skala)
15 20
RAB) besar menghitung
(Collaborative aplikasi - Teknik presentasi
Learning) anggaran gbr (kreatif,
bangunan penampilan gbr,
berlantai komunikasi mhs)

- Kebenaran dan
ketelitian
perhitungan RKS
dan RAB

- Estetika
Mampu (kebenaran,
Ujian gambar menggambar kelengkapan,
Final Tes bestek bangunan dan kerapihan
berlantai menjelaskan gambar)
16 bestek dan 15
anggaran - Norma & standar
bangunan teknik gambar
(ukuran, notasi,
skala)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 24


F. Struktur Organisasi Materi Matakuliah SKB 02

STRUKTUR ORGANISASI MATERI MATAKULIAH


STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN 02 (SKB 02)

Defenisi Sistem Struktur & Konstruksi Bangunan Berlantai 2 - 4

- Sub Struktur Persyaratan dan - Perhitungan volume


(Pondasi) aturan kerja - Perhitungan Upah
- Super Struktur bangunan Pekerja
(Kolom, Balok, - Analisa Bahan/Material
berlantai 2 - 4
Plat Lantai, - Rekapitulasi Biaya
Tangga)
Bangunan
- Up Struktur
(Atap, Kuda-
Kuda, Listplank,
Talang Air)

Gambar Bestek

Rencana Kerja & Syarat-Syarat

Rencana Anggaran Biaya Bangunan

Hasil Pembelajaran

Desain Sistem Struktur & Konstruksi Bangunan Berlantai 2 – 4, RKS


(Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dan RAB (Rencana Anggaran Bangunan)

Gambar 4. Substansi Materi Matakuliah SKB 02

Struktur & Konstruksi bangunan 02 25


BAB II
PEMBELAJARAN

MATERI MATAKULIAH
STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BANGUNAN 02
(SKB 02)

1. Definisi Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai


2 – 4.

2. Sistem Struktur Bangunan (Pondasi, Kolom, Balok, Plat Lantai)

3. Sistem Super Struktur Bangunan (Tangga)

4. Sistem Up Struktur Bangunan (Atap, Kuda-Kuda)

5. Sistem Konstruksi Bangunan (Plafond)

6. Sistem Konstruksi Bangunan (Talang Air)

7. Gambar Bestek

8. RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)

9. RAB (Rencana Anggaran Biaya)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 26


Sesi Perkuliahan Ke : 1

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi I diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi system struktur dan konstruksi bangunan
berlantai 2 – 4 .
2. Memahami dan mampu menjelaskan bagian-bagian system struktur dan
konstruksi bangunan berlantai 2 – 4 .

II. Topik Pembahasan

“DEFINISI SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari pengertian system struktur dan konstruksi
bangunan berlantai khususnya bangunan berlantai 2 – 4.

IV. Bahan Bacaan

1. Frick, Heinz (1999), Sistem Bentuk Struktur Bangunan, Penerbit Kanisius,


Yogyakarta.
2. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical
Developing Country.
3. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
4. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
5. Supribadi, I.K, (1986), Ilmu Bangunan Gedung, Seri B, Edisi Revisi, Armico,
Bandung.
6. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung
7. Snyder, J., C, dkk, (1997), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga.

V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi struktur dalam arsitektur
2. Jelaskan defenisi konstruksi dalam arsitektur
3. Jelaskan penempatan struktur dan konstruksi pada bangunan berlantai 2 – 4 .

Struktur & Konstruksi bangunan 02 27


MATERI 1

DEFINISI SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI


BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4

A. Definisi Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan


1. Sistem Struktur
Defenisi sederhana mengenai system struktur dalam hubungannya dengan
bangunan ialah bahwa struktur merupakan sarana untuk menyalurkan beban akibat
penggunaan dan atau kehadiran bangunan ke dalam tanah. Struktur dapat juga
didefenisikan sebagai suatu entitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat
dipahami sebagai suatu organisasi unsur-unsur pokokyang ditempatkan dalam ruang
yang didalamnya karakter keseluruhan mendominasi interelasi bagian-bagiannya.
Secara singkat system struktur pada bangunan merupakan bagian utama yang
demndkung bangunan agar dapat berdiri kokoh.
Sistem struktur pada bangunan berlantai dapat ditempatkan pada bagian:
a. Sub Struktur berupa pondasi yang diberada pada bagian bawah pondasi atau di
dalam tanah, fungsi pondasi sebagai penerima gaya yang akan disalurkan ke tanah.
b. Super Struktur berupa kolom, balok, plat lantai. Bagian ini berada pada bagian
badan bangunan yang mana fungsinya sebagai penyalur gaya di dalam bangunan.
c. Up Struktur berupa kuda-kuda yang berfungsi sebagai penopang material penutup
yaitu atap dan kuda-kuda juga berguna sebagai penyalur beban dari atap.

2. Sistem Konstruksi
Defenisi system konstruksi dalam bangunan merupakan bagian atau elemen yang
menempel pada system struktur utama, sedangkan fungsi dari system konstruksi adalah
elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban secara langsung.
Penempatan system konstruksi pada bangunan berlantai berada pada:
a. Super Struktur berupa tangga, dinding, plafond. Fungsi system konstruksi yang
beraada pada bagian super struktur adalah menyalurkan gaya-gaya ke system
struktur bangunan.
b. Up Struktur berupa atap, listplank, talang air. Fungsi system konstruksi yang berada
pada bagian up struktur adalah penerima beban secara langsung. Beban yang
diterima berupa beban angin dan hal ini terjadi pada system konstruksi atap,

Struktur & Konstruksi bangunan 02 28


sedangkan listplank berfungsi sebagai penrima beban angin dari arah samping atap
sedangkan talang air berfungsi sebagai penyalur air hujan pada atap dan talang air
juga dapat berfungsi sebagai pembentuk atap.

B. Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Dalam Arsitektur


Dalam bangunan berlantai system struktur dan konstruksi merupakan bagian yang
memikul beban dan gaya-gaya baik dari luar yang terjadi pada atap, lantai dan dinding
melalui mekanisme pemikulan beban dalam ke tanah. Struktur dapat dijadikan sebagai
prinsip perancangan yang dapat diatur dalam mekanisme pemikulan beban. Dalam hal
tersebut dapat mengandung arti tindakan menetapkan hirarki dan tatanan sekaligus
dari segi perwujudan ruang arsitektural dan tenaga fisik.
Sistem struktur dan konstuksi pada bangunan dalam bentuk arsitektur, memiliki
fungsi sebagai penerima beban dan penyalur beban. Jenis-jenis beban yag diterima dan
disalurkan dalam system struktur dan konstruksi pada bangunan, adalah:
1. Beban Statis dan Dinamis
Beban statis biasa juga disebut beban stasioner atau beban bangunan yang tak
bergerak/diam. Beban ini dapat berupa beban yang bisa diperkirakan oleh arsitek
dalam merancang bangunan.
Beban dinamis atau beban yang bergerak, seperti dalam hal angin atau sebuah
lokomotif yang melintasi jembatan, mengemukakan tugas-tugas perancangan
structural yang lebih sulit karena baik besarnya maupun lamanya usia beban dapat
diramalkan hanya dalam batas-batas tertentu.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban rencana yang menyatakan anggapan statistic
berdasarkan pengalaman mengenai penggunaan masa depan yang diperkirakan dari
suau ruang yang direncanakan. Beban hidup meliputi semua beban selain berat
struktur bangunan – penghuni, meubel, perlengkapan dan mesin-mesin. Hujan,
angin, gempa bumi dan tekanan air merupakan beban hidup yang besar dan
lamanya berubah-ubah.
3. Beban Mati
Beban mati adalah berat bahan-bahan struktural dan komponen-komponen yang
merupakan system tanggap gaya.
4. Beban Angin
Beban angin merupakan beban dinamis tapi dalam analisis diperlukan sebagai
beban statis ekivalen, yaitu sebagai asumsi rata-rata statistic gaya pada bangunan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 29


5. Beban Gempa
Beban gempa biasanya berintesnsitas tinggi dan berlangsung singkat. Jadi beban
gempa cenderung mempunyai dampak yang lebih besar terhadap suatu struktur
daripada beban yang sama dan digunakan selama masa yang lebih lama.
6. Beban Termal.
Beban termal disebabkan oleh perubahan-perubahan suhu, yang cenderung
mengubah bentuk dan dimensi elemen-elemen structural sesuai dengan waktu dan
musim.
Dalam penetuan arah dan besar beban yang terjadi dalam suatu bangunan dapat
mempengaruhi kondisi bangunan sehingga strategi pemikulan beban dapat disesuaikan
dengan pengaturan bentangan (horizontal) dan tumpuan (vertical) agar bagian-bagian
dalam bangunan dapat member suatu rangka ruang untuk mengalihkan semua beban
ke tanah. Dalam menyelesaikan system pembebanan dalam bangunan maka system
struktur yang berperan aktif dalam penyaluran gaya dari beban, sehingga penerima
beban dpat dikategorikan ke dalam dua system tumpuan, yaitu tumpuan linear dan
tumpuan tak menerus.
1. Sistem tumpuan linear, yaitu suatu rakitan pendukung beban dimana sebagian
besar tembok eksterior digunakan untuk penutup maupun terus menerus
menunjang lantai dan atap.
2. Sistem tumpuan tak menerus, yaitu rakitan pendukung beban dimana beban-beban
bentangan horizontal dialihkan pertama-tama ke tumpuan-tumpuan titik (kolom
atau tiang) dan kemudian vertical ke tanah.
Dari system pemikulan beban dan penyaluran gaya maka elemen-elemen struktur
dan konstuksi dapat memperlihatkan bahwa system stumpuan linear dan system
tumpuan tak menerus memiliki karakteristik yang menonjol diantaranya dinding-dinding
yang menonjol sebagai system konstruksi bangunan tidak memikul beban secara
langsung tetapi menyalurkan gaya dari beban yang terjadi pada kolom yang merupakan
system struktur bangunan, kemudian gaya yang terjadi pada kolom di salurkan ke
pondasi yang merupakan system struktur bangunan berupa tumpuan linear atau titik.

C. Rangkuman
Sistem struktur dan konstruksi bangunan merupakan bagian yang terpenting
dalam suatu gedung atau rumah. Sistem struktur dalam bangunan terbagi tiga yaitu sub
struktur, super struktur dan up struktur. Dan system struktur merupakan elemen-
elemen utama dalam bangunan yang berfungsi sebagai penyalur gaya dari beban -

Struktur & Konstruksi bangunan 02 30


beban dan penerima beban secara langsung yang terjadi pada struktur dan konstruksi
bangunan. Sedangkan system konstruksi merupakan elemen-elemen yang menempel
pada system struktur bangunan, system konstruksi ini berfungsi sebagai penyalur gaya
dari beban yang diterima dari setiap system struktur seperti kolom,dan kuda-kuda.
Sistem struktur dalam bangunan biasanya juga dijadkan sebagai system tumpuan
beban seperti tumpuan linear sedangkan system konstruksi merupakan system penyalur
gaya dari beban yang terjadi pada tumpuan tak menerus, contonya dinding pada
bangunan.

D. Tugas

RANCANGAN TUGAS I
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 1)

1. JENIS TUGAS: Individu (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
Menyusun perbedaan antara sistem struktur dengan system konstruksi bangunan
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : system struktur dan system konstruksi bangunan (2D & 3D)
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Sketsa system struktur dan system konstruksi bangunan dalam bentuk 2D dan
3D, dimana jumlahnya tidak ditentukan/bebas.
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.
 Tiap individu bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara individu, teknik presentasi grafis freehand, pensil 2B,
pena dan menggunakan kertas A3.
 Penerapan materi dengan system struktur dan konstruksi bangunan berlantai 2 –
4 sesuai dengan hasil sketsa.
d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Sketsa system struktur dan system konstruksi pada bangunan berlantai 2 – 4.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 31


4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 5%)
 Pemahaman, terhadap system struktur dan konstruksi bangunan berlantai 2 - 4
(1,5%)
 Ketelitian dan ketepatan dalam mengetahui bagian struktur bangunan berlantai 2 – 4.
(3,5%)

Tabel 3. Tugas Menyusun Perbedaan


Sistem Struktur dan Konstruksi Bangunan Berlantai

Bagian STRUKTUR KONSTRUKSI

Sub
Struktur

Super
Struktur

Up
Struktur

Struktur & Konstruksi bangunan 02 32


Sesi Perkuliahan Ke : 2

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 2, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada
bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Memahami dan menjelaskan fungsi dari pondasi, kolom, balok dan plat lantai
pada bangunan berlantai 2 – 4 .
3. Mensketsa jenis-jenis pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bagunan
berlantai 2 – 4 .

II. Topik Pembahasan

“PONDASI, KOLOM, BALOK DAN PLAT LANTAI ”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari tentang pondasi, kolom, balok dan plat
lantai pada bangunan berlantai khususnya bangunan berlantai 2 – 4.

IV. Bahan Bacaan

1. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical


Developing Country.
2. Hardiyatmo, C, Hary (1996); Teknik Pondasi. PT. Gramedia Pustaka Utama
3. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
4. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
5. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung
6. Snyder, J., C, dkk, (1997), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga.

V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bangunan berlanta
2–4.
2. Jelaskan fungsi dari pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bangunan
berlantai 2 - 4.
3. Sketsa jenis pondasi, kolom, balok dan plat lantai pada bangunan berlantai 2 –
4.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 33


MATERI 2

PONDASI, KOLOM, BALOK DAN PLAT LANTAI

A PONDASI
Pondasi merupakan bagian dari struktur bangunan yang termasuk dalam sub struktur
bangunan. Pondasi berfungsi sebagai penerima beban dari bangunan, kemudian beban
tersebut dialirkan ke dalam tanah di bawah bangunan tersebut. Pondasi adalah bagian
terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah atau batuan yang
berada di bawahnya. Terdapat klasifikasi pondasi, yaitu:
1. Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal adalah pondasi yang mendukung bebannya secara langsung. Pondasi
dangkal biasanya dipergunakan pada bangunan sederhana/bangunan yang tidak
berlantai serta pada bangunan 2 lantai. Jenis pondasi dangkal pada bangunan terbagia
atas dua jenis, yaitu:
a. Pondasi Batu (Pondasi Garis)
Pondasi batu/garis biasa juga disebut sebagai pondasi memanjang. Pondasi
batu/garis adalah jenis pondasi yang mendukung dinding secara memanjang atau
digunakan untuk mendukung sederetan kolom yang berjarak dekat. Pondasi
batu/garis memiliki kedalaman 1 – 1,5 meter. Pondasi ini tidak dipergunakan pada
struktur vertical/bangunan tinggi

Gambar 5. Pondasi Batu/Garis

Struktur & Konstruksi bangunan 02 34


b. Pondasi Plat Kaki (Pondasi Foot-Plate)
Pondasi plat kaki biasa juga disebut sebagai pondasi telapak. Pondasi telapak adalah
pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom. Pondasi telapak memiliki
kedalaman 1,5 – 2 meter, bias dipakai untuk bangunan vertical. Pondasi ini haeus
bertumpu pada tanah keras atau pada tiang pancang.

Gambar 6. Pondasi Plat Kaki /Foot Plate

2. Pondasi Dalam
Pondasi dalam adalah pondasi yag meneruskan beban bangunan ke tanah keras atau
batu yang terletak relative jauh dari permukaan. Adapun jenis-jenis pondasi dalam,
yaitu:
a. Pondasi Rakit
Pondasi rakit biasa juga disebut raft foundation, adalah pondasi yang digunakan
untuk mendukung bangunan yang terletak pada tanah lunak atau digunakan bila
susunan kolom-kolom jaraknya yang sedemikian dekat di semua arahnya. Prinsip
penepatan pondasi rakit adalahpondasi ini sebaiknya mendapatkan daya dukung
yang besar dan memperluas bidang sentuh tanah dengan pondasi.

Gambar 7. Pondasi Rakit

Struktur & Konstruksi bangunan 02 35


b. Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran biasa juga disebut dengan nama pier foundation, adalah pondasi
yang merupakan bentuk peralihan antara pondasi dangkal dengan pondasi tiang,
pondasi ini dipergunakan bila tanah dasar yang kuat dan terletak pada kedalaman
yang relative dalam.

Gambar 8. Pondasi Sumuran

c. Pondasi Caisson
Pondasi caisson merupakan pondasi dengan bentuk persegi empat dan dasar dari
pondasi caisson diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras untuk memikul
beban struktur. Pondasi ini juga biasa dipakai/dipergunakan pada bangunan yang
berada pada daerah/site yang berair.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 36


Gambar 9. Pondasi Caisson

d. Pondasi Sarang Laba-Laba


Pondasi sarang laba-laba merupakan pondasi kotak terbalik, dimana pada bagian
bawah kotak tidak tertutup. Kotak yang kosong diisi dengan tanah atau pasir +
batu.

Keterangan : ABCD = tidak tertutup Keterangan: a = dinding luar


EFGH = plat lantai dasar b = dinding dalam
c = bidang diagonal

Gambar 10. Pondasi Sarang Laba-Laba

Struktur & Konstruksi bangunan 02 37


Plat lantai terdiri dari beberapa kotak kecil yang sama, dimana setiap sudut kotak
ditempatkan tiang. Tiang dalam kotak dihubungkan dengan bidang diagonal.
Seluruh dinding pondasi merupakan dinding beton bertulang dan tingginya sama
dengan dinding luar. Ruang kosong dalam kotak setiga diisi dengan tanah atau
pasir + batu sebelum diadakan pengecoran pada lantai dasar.

e. Pondasi Tiang
Pondasi tiang biasa juga disebut dengan nama pile foundation yang digunakan bila
tanah pondasi pada kedalaman yang normal tidak mampu mendukung bebannya,
dan tanah keras terletak pada kedalaman yang sangat dalam. Dan juga bila pondasi
bangunan terletak pada tanah timbunan yang cukup tinggi, sehingga bila bangunan
diletakkan pada timbunan akan dipengaruhi oleh penurunan yang besar. Pondasi
tiang bentuknya hampir sama dengan pondasi sumuran akan tetapi pondasi tiang
umumnya berdiameter lebih kecil dan lebih panjang serta lebih padat.

Gambar 11. Pondasi Tiang


B. KOLOM
Kolom merupakan bagian dari super struktur yang terletak di atas sloef. Kolom
berfungsi sebagai penyalur gaya dari beban yang berasal dari atap, ringbalk, dinding. Kolom
juga merupakan elemen vertical yang sangat banyak digunakan. Kolom dapat juga disebut
sebagai elemen struktur berarah miring asalkan memenuhi defenisi kolom, yaitu beban
(aksial) hanya diberikan di ujung-ujungnya dan tidak ada beban transversal. Kolom dalam
bangunan dapat di klasifikasikan, yaitu:
1. Kolom Pendek
Kolom pendek adalah jenis kolom yang kegagalan material (ditentukan oleh kekuatan
material) atau merupakan elemen struktur yang mempunyai nilai perbandingan antara
panjangnya dengan dimensi penampang melintang relative kecil. Kapasitas pikul beban

Struktur & Konstruksi bangunan 02 38


kolom pendek tidak tergantung pada panjang kolom dan apabila mengalami beban
berlebihan, kolom pendek pada umumnya akan gagal karena hancurnya material.
2. Kolom Panjang
Kolom panjang adalah elemen struktur tekan yang semakin panjang akan semakin
langsing yang disebabkan oleh proporsinya. Perilaku kolom langsing yang mengalami
beban tekan sangat berbeda dengan perilaku kolom pendek. Karakteristik dari kolom
panjang adalah apabila beban tekuk pada kolom mencapai beban tekuk kritis, kolom
akan berada dalam keadaan keseimbangan netral. Dan apabila kolom mengalami
deformasi dari konfigurasi linear, maka akan tetap pada konfigurasi baru (tidak kembali
pada konfigurasi linear). Beban tekuk adalah beban maksimum yang dapat dipikul oleh
kolom.

Gambar 12. Bentuk Kolom

Sistem perhitungan untuk menentukan besaran kolom pada bangunan berlantai, yaitu:
1 1
10 sampai dengan 12 dari bentangan modul. Modul adalah sistem grid yang
dipergunakan dalam penempatan modul atau batasan bentangan untuk penempatan kolom.
Untuk bangunan 2 (dua) lantai dalam menentukan besaran kolom yang dipakai 1 20 dari

bentangan modul, contoh:


Besaran modul :
= ( 1 10 x 600) x (1 10 x 600)
600 = 60 cm x 60 cm besaran kolom

600

C. BALOK
Balok dalam system struktur bangunan berlantai merupakan system struktur yang
berada pada bagian super struktur, dengan fungsi sebagai penyalur gaya dari kolom atasnya
dan plat lantai. Desain balok dalam bangunan merupakan struktur statis tak tentu, adalah
struktur yang reaksi, gaya geser, dan momen lenturnya tidak dapat ditentukan secara

Struktur & Konstruksi bangunan 02 39


langsung dengan hanya menggunakan persamaan keseimbangan statika dasar ∑Fx = 0, ∑Fy
= 0, ∑Fz = 0. Struktur statis tak tentu adalah ari tinjauan desain, yaitu besar reaksi, gaya
geser dan momen lentur bergantung pada karakteristik fisik penampang melintang, juga
jenis material yang digunakan pada struktur tersebut, selain juga tentunya bergantung pada
bentang dan beban yang bekerja.
Pada bangunan berlantai klasifikasi balok terbagia 2 (dua), yaitu:
1. Balok induk, adalah balok yang berada pada tengah kolom di setiap lantainya. Fungsi
dari balok induk menerima gaya dari kolom atasnya, ringbalk, plat lantai dan dinding.
Besaran balok induk lebih besar dari balok anak. Untuk menentukan besaran balok induk
ditentukan 1 10 − 1 20 dari bentangan, misalnya:

= ( 1 20 x 600) x (1 10 x 600)

600 = 30 cm x 60 cm
Maka besaran balok induk: lebarnya 30 cm
600 dengan ketebalan 60 cm.

2. Balok anak, adalah balok yang berada dibawah plat lantai di bangunan berlantai. Fungsi
balok anak sebagai penerima gaya dan beban dari plat lantai yang kemudian
menyalurkan gaya dan beban tersebut ke balok induk. Besaran balok anak lebih kecil dari
balok induk. Untuk menentukan besaran balok anak maka sebaiknya bentangan di bagi
dua untuk menentukan as atau garis tengahnya, ini berfungsi untuk memberikan
keseimbangan dari bentangan, maka 1 10 - 1 12 dari as bentangan, contohnya:

300
300 maka:
600 = ( 1 12 x 300) x (1 10 x 300)

= 25 cm x 30 cm
600 jadi besaran balok anak : lebarnya 25 cm
dengan ketebalan 30 cm.

D. PLAT LANTAI
Plat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang
tingginya kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Beban yang umum bekerja
pada plat mempunyai sifat banyak arah dan tersebar. Plat dapat ditumpu di seluruh tepinya

Struktur & Konstruksi bangunan 02 40


atau hanya pada titik-titik tertentu (misalnya oleh kolom-kolom) atau campuran antara
tumpuan menerus dan titik. Ketebalan plat lantai untuk bangunan berlantai adalah 10 cm –
12 cm. Secara umum tipe plat lantai bangunan berlantai terdiri dari 3 (tiga) macam, yaitu:
1. Lantai Plat (Slab-Floor)
Pada jenis plat lantai ini, dikenal 2 (dua) macam, yaitu:
a. Lantai plat tanpa balok anak, dimana jarak kolom 2 – 4 meter.
b. Lantai plat dengan balok anak, dimana jarak kolom > 4 meter.

Gambar 13. Plat Slab Floor


2. Lantai Berusuk 1 Arah (Rib-Floor)
Lantai berusuk 1 arah merupakan jenis plat lantai dimana balok rusuknya atau balok anak
hanya dalam satu arah saja dan memiliki jarak-jarak balok rusuk/balok anak.

Gambar 14. Plat Lantai Rib Floor

Struktur & Konstruksi bangunan 02 41


3. Lantai Berusuk 2 Arah/Bersilangan (Grid Floor/Waffle Floor)
Jenis plat lantai ini hampir sama dengan system papan catur, karena arah balok
rusuk/balok anak dari dua arah.

Gambar 15. Plat Lantai Grid Floor/Waffle Floor

E. RANGKUMAN

Pondasi, kolom, balok dan plat lantai merupakan system struktur utama dalam
bangunan. Penempatan pondasi berada pada bagian sub struktur bangunan sedangakan
kolom, balok dan plat lantai berada pada super struktur. Jenis-jenis pondasi terdiri dari
pondasi dangkal yang terdiri dari pondasi garis/menerus, dan telapak sedangkan pondasi
dalam terdiri dari pondasi rakit, sumuran, caisson dan pondasi tiang. Fungsi pondasi sebagai
penerima beban yang kemudian menyalurkan beban ke dalam tanah.
Untuk kolom, balok dan plat lantai berfungsi sebagai penyalur beban dan gaya ke
pondasi. Kolom terbagi dua yaitu kolom pendek dan kolom panjang yang memiliki beban
tekan. Balok dalam bangunan berlantai merupakan penyalur gaya dari dinding dan kolom
bagian atasnya, balok terdiri dari dua jenis yaitu balok induk dan balok anak. Sedangkan
plat lantai merupakan bagian penyeimbang bangunan. Plat lantai terdiri dari lantai plat
(slab-floor), plat lantai berusuk satu arah dan plat lantai berusuk dua arah.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 42


F. TUGAS

RANCANGAN TUGAS II
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 2)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Memahami bentuk, fungsi dan ukuran pondasi, kolom, balok dan plat lantai
bangunan.
 Menerapkan kreativitas individu ke dalam bentuk kerja kelompok .
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : Bentuk dan ukuran pondasi, kolom, balok dan plat lantai (2D & 3D)
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Sketsa bentuk pondasi, kolom, balok an plat lantai dan menentukan besaran
system struktur tersebut system struktur (2D dan 3D), dimana jumlahnya
ditentukan. (perencanaan tugas kelompok)
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.
 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand,
pensil 2B, pena dan menggunakan kertas A2.
 Penerapan materi pondasi, kolom, balok dan plat lantai yang dituangkan dalam
bentuk sketsa.
d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Sketsa dan menentukan bentuk, ukuran pondasi, kolom, balok dan plat lantai
bangunan berlantai 2 – 4.

4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 5%)


 Pemahaman terhadap system struktur dan konstruksi bangunan berlantai 2 - 4 (1%)
 Ketelitian dan ketepatan dalam mengetahui bagian struktur bangunan berlantai 2 – 4
(4%).

Struktur & Konstruksi bangunan 02 43


Sesi Perkuliahan Ke : 3

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 3, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi tangga pada bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk dan bagian-bagain konstruksi
tangga pada bangunan berlantai 2 – 4 .
3. Mensketsa bentuk dan konstruksi pada bagunan berlantai 2 – 4 .

II. Topik Pembahasan

“ T A N G G A”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari tentang defenisi tangga, syarat-syarat
tangga, bentuk-bentuk tangga dan system konstruksi tangga pada bangunan
berlantai 2 – 4.

IV. Bahan Bacaan

1. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical


Developing Country.
2. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
3. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
4. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung

2. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi dan syarat-syarat tangga pada bangunan berlanta 2 – 4 .
2. Jelaskan fungsi dan bentuk-bentuk tangga pada bangunan berlantai 2 - 4.
3. Sketsa bentuk tangga dan system konstruksi tangga pada bangunan berlantai
2–4.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 44


MATERI 3

TANGGA

A. DEFINISI DAN SUSUNAN TANGGA


Tangga merupakan system transportasi dalam bangunan yang berbentuk vertical.
Pada umumnya tangga ditempatkan sedemikian rupa, sehingga tidak banyak menggunakan
ruangan, mudah ditemukan oleh setiap orang dan diusahakan memperoleh penyinaran
matahari pada siang hari. Untuk keamanan biasanya bangunan-bangunan bertingkat
dilengkapi dengan tangga tambahan berupa tangga kebakaran yang diletakkan menempel
pada dinding bagian luar. Bahan-bahan untuk pembuatan tangga terdiri dari bahan kayu,
baja, beton tulang, batu/ Bata merah dan lain-lainnya.
Secara garis besarnya tangga itu terdiri dari bagian-bagian seperti berikut:

- Langkah datar (aantrede = a)


- Langkah tegak (optrede = o)
Anak tangga (trede) - Wel
- Wellat
- Stootbord

Ibu Tangga (boom) - Boom luar (boom tembok)


- Boom dalam (boom bebas)
TANGGA
- Bordes antara (tengah)
Bordes (tempat istirahat) - Bordes sudut(pojok)

- Tiang sandaran
- Sandaran (pegangan)
Pelengkap - Ruji (baluster)
- Garis lintas (garis panjat)

Tangga adalah merupakan salah satu bagian dan suatu bangunan yang berfungsi
sebagai alat penghubung lantai bawah dengan lantai yank ada di atasnya pada bangunan
bertingkat dalam kegiatan tertentu.
Anak tangga (trede) adalah bagian dari tangga yang berfungsi untuk
rnemijakkan/ melangkahkan kaki ke arah vertikal maupun horisontal (datar). Bidang trede
datar yang merupakan tempat berpijaknya telapak kaki dinamakan: Aantrede (langkah
datar), sedangkan bidang trede tegak yang merupakan selisih tinggi antara dua trede yang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 45


berurutan dinamakan Optrede (langkah tegak/naik). Pada tangga kayu di bagian langkah
datar atau Aantrede biasa dibuat bagian yang disebut Wel ukurannya maksimum 5 cm. Satu
langkah datar (Aantrede) + Wel dinamakan trede sehingga lengkapnya menjadi demikian :
Lebar anak tangga untuk satu orang berjalan dibuat 60-90 cm dan untuk dua orang berjalan
dibuat 80-120 cm, 150 – 130 cm.

Gambar 16. Posisi tangga, aantrade & optrade, well-wellat-stootboard

Stootbord (bidang sentuh), adalah system penguatan yang terbuat dari papan
dimana berfungsi sebagai penguatan pada trede. Untuk menutupi celah antara trede dan
stootbord dipasang wellat dengan ukuran 1,5 x 2 cm atau 2 x 3 cm, selain itu wellat dapat
menguatkan stootbord.
Ibu Tangga (Boom) adalah bagian tangga berupa dua batang atau papan miring
yang berfungsi menahan kedua ujung anak tangga (trede). Salah satu batang boom yang
menempel pada tembok dinamakan Boom Tembok atau Boom Luar, sedangkan batang yang
lain berdiri miring bebas dinamakan Boom Bebas atau Boom Dalam. Kemiringan boom
sesuai dengan besarnya kelandaian tangga (𝛼). Bagian ujung dari anak tangga, wellat dan
stootbord dihubungkan dengan alur pada sisi dalam boom, dengan dalam takikan 1 cm.
Sedangkan lebar boom yang diizinkan pada tangga kayu adalah minimal 3 – 4 cm.

Gambar 17. Ibu tangga/boom

Struktur & Konstruksi bangunan 02 46


Bordes adalah bagian dari tangga yang merupakan bidang datar yang agak luas dan
berfungsi sebagai tempat istirahat bila terasa lelah. Bordes ini dibuat apabila jarak tempuh
tangga sangat panjang yang mempunyai jumlah trede lebih dari 20 buah dan atau lebar
tangga cukup akan tetapi ruangan yang tersedia untuk tangga biasa/tusuk lurus tidak
mencukupi. Bordes yang berada di sudut tembok dinamakan bordes sudut sedangkan
bordes yang berada di tengah-tengah tinggi tangga (bukan di sudut) dinamakan bordes
tengah/antara. Untuk menentukan panjang bordes (L) digunakan pedoman ukuran satu
langkah normal datar pada hitungan (ln) ditambah dengan satu atau dua langkah panjat

datar (Aantrede = a). Biasanya panjang bordes diambil antara 80 150 cm.
L= ln + a s/d 2.a

Misal panjang bordes

(L) = ln + 2 . a ln = 57 a 65 cm
(L) = 65 + 2 . 20 a = 17,5 a 20 cm
L = 105 cm

Gambar 18. Bordes

Struktur & Konstruksi bangunan 02 47


Pelengkap, adalah bagian dari tangga agar tangga yang dilalui aman. Bagian dari
pelengkap terdiri dari:
- Tiang sandaran adalah tiang yang berdiri tegak yang ujung bawahnya tempat
memanjatkan boom dan ujung atasnya sebagai tempat menumpangnya sandarari
(rimbat tangan, pegangan). Bila menggunakan kayu berpenampang bujursangkir dapat
8 10
diambil ukuran 8 @ 10
cm.

- Sandaran (pegangan) adalah batang yang berfungsi sebagai pegangan tangan bagi
yang melintasi tangga yang mempunyai posisi sejajar dengan sisi atas boom. Sandaran
ini dipasang setinggi 75 @ 90 cm terhitung dari sisi boom, sandaran yang menempel
pada tembok dinamakan sandaran tembok (sandaran luar) sedangkan yang satu lagi
dinamakan sandaran bebas (sandaran dalam). Kayu sandaran dipakai kayu bulat
dengan Ø 4 @ 5 cm atau kayu 4 x 6 cm atau 6 @ 8 cm.

Gambar 19. Tiang & sandaran pada pelengkap tangga

- Ruji (balustrade) merupakan susunan barisan papan-papan tegak yang berfungsi


sebagai pagar pengaman agar orang yang menjalani tangga, bila terpgleset tidak
langsung jatuh ke samping.

Gambar 20. Ruji pada tangga

Struktur & Konstruksi bangunan 02 48


Gambar 21. Tiang sandaran, ruji, pegangan, boom pada tangga

B. SYARAT-SYARAT TANGGA
1. Syarat Umum Tangga
Syarat-syarat umum tangga di antaranya dapat ditinjau dari segi, seperti berikut:
a. Penempatannya
- Penempatan tangga diusahakan sehemat mungkin menggunakan ruangan.
- Ditempatkan sedemikian rupa sehingga mudah ditemukan oleh banyak orang
(bagi yang memerlukannya) dan mendapat sinar pada waktu siang hari.
- Diusahakan penempatannya tidak mengganggu/menghalangi lalu lintas orang
banyak.
b. Kekuatannva:
- Bila menggunakan bahan kayu hendaknya rnemakai kelas I atau II, agar nantinya
tidak terjadi pelenturan/goyang.
- Kokoh dan stabil bila dilalui oleh sejumlah orang + barangnya.
c. Bentuknya
- Bentuk konstruksi tangga diusahakan sederhana, layak, sehingga dengan mudah
dan cepat dikerjakan serta murah biayanya.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 49


- Bentuknya rapih, indah dipandang dan serasi dengan keadaan di sekitar tangga.
2. Syarat Khusus Tangga

Yang termasuk dalam syarat khusus tangga adalah perhitungan untuk besaran
aantrade dan optrade, yaitu dengan cara:
CARA 1.
a + 2 . 0 = ln

Di mana: a = aantrede (langkah datar)


0 = optrede (langkah naik)
ln = langkah normal dapat diambil antara 57 @ 65 cm
Contoh.: ditetapkan 0 = 17,5 cm dan kr'65 cm, maka didapat a sebesar =
a + 2 . 17,50 = 65
a = 65 — 35
a = 30 cm

CARA 2.
a + 3 . 0 = 77 @ 85

Contoh: ditetapkan besarnya 0 = 17,5 cm atau lnx = 83 cm, maka akan didapat a

sebesar:
a + 3 . 0 = 83
a + 3 . 17,5 = 83
a = 30,5 cm (mendekati cara 1).

Tabel 4: HUBUNGAN "a" DAN "0"


0 (cm)
Cara
12,5 15 17,5* 20 22,5
I a1 40 35 30* 25 20
II a2 47,5 40 32,5 25 17,5
Ket : * = sering digunakan
Pembacaan: Bila 0 ditetapkan 17,5 cm, didapat a = 30 cm atau 32,5 cm.

CARA 3.

Cara lain untuk menentukan ukuran-ukuran anak tangga dapat jugs dilakukan dengan
melihat hubungan antara: a – 0 –  (sudut miring tangga, seperti berikut):

Struktur & Konstruksi bangunan 02 50


Tabel 5: HUBUNGAN "a" - "0" – ―𝜑‖

Cara pembacaan TABEL

Bila kita menghendaki tinggi optrede 0 = 17,5 cm dengan kemiringan tangga  = 30o maka
dari tabel di atas akan di dapat aantrede a = 30 cm.
Kontrol:
0 17,5 𝑐𝑚
tg  = = = 0,583
𝑎 30 𝑐𝑚

 = 30,250 ≈ 300

Gambar 22. Posisi optrade & aantrade pada kemiringan 300

3. Lebar Tangga dan Panjang Bordes

Lebar tangga dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

Struktur & Konstruksi bangunan 02 51


a. Lebar Tangga Efektif adalah lebar tangga-yang dihitung mulai dari sisi dalam rimbat
tangan (pegangan) yang satu sampai dengan sisi dalam rimbat tangan yang lainnya.
b. Lebar Tangga Total adalah lebar efektif tangga ditambah dua kali tebal rimbat tangan (t)
ditambah lagi dua kali sisa pijakan (s) di luar rimbat tangan atau

Lebar tangga total = lebar efektif + 2.t + 2.s

Biasanya : diambil t = 4 @ 6 cm
s = 5 @ 10 cm

Gambar 23. Posisi Lebar dan Bordes Tangga

Tabel 6. Daftar Ukuran Lebar Tangga Ideal

NO DIGUNAKAN UNTUK LEBAR EFEKTIF (cm) LEBAR TOTAL


1 1 orang  65  85
2 1 orang + anak  100  120
3 1 orang + bagasi  85  105
4 2 orang 120 @ 130 140 @ 150
5 3 orang 180 @ 190 200 @ 210
6 > 3 orang > 190 > 210

c. Panjang Bordes Tangga, ukuran panjang bordes cukup relatif karena disesuaikan
dengan lugs lantai dan tinggi kosong antara muka lantai bawah dengan plafon di
atasnya, namun demikian panjang bordes dapat ditentukan dengan pendekatan,
seperti berikut:

Panjang Bordes = ln + 1,5 @ 2.a

Struktur & Konstruksi bangunan 02 52


Contoh:
Bila langkah normal ln = 60 cm dan langkah datar a = 30 cm, maka panjang bordes =

60 + 1,5 . 30 = 105 cm.

Gambar 24. Lebar tangga dan panjang bordes

Tabel 7. Jenis-jenis Bahan Untuk Tangga


Tinjauan :
No. Bahan
Keuntungan : Kerugian :
- Bahannya mudah didapat - Konstruksi agar sulit dibuat
- Bobotnya ringan kaku
- Relative lebih murah - Lama pengerjaannya
1 KAYU :
- Indah bila dipropil dan dipolitur - Lekas aus dan mudah
- Untuk tangga rumah tinggal, dimakan rayap
villa, tangga sementara - Licin dilalui bila tanpa makai
alas/ karpet
- Kokoh, stabil - Cukup berat
- Tidak mudah aus - Lebih mahal dari tangga kayu
- Bila berada di dalam rumah - Tidak bisa dipolitur
2 BAJA tidak banyak perawatan - Mudah berkarat bila
- Untuk tangga bawah tanah, ditempatkan pada bagian
tangga kebakaran, tangga yang bergaram.
bengkel

Struktur & Konstruksi bangunan 02 53


- Mudah dibentuk sesuai selera - Bobotnya tinggi  2,4 ton per
- Kokoh, stabil m3
- Tidak mudah aus maupun - Harganya mahal
terbakar - Pengerjaannya lama karena
3 BETON/ TULANG - Tidak licin memerlukan bekisting
- Banyak digunakan untuk - Proses pengikatan dan
tangga rumah tinggal yang pengeringan cuku lama  28
permanen atau tempat hari.
keramaian lainnya.

- Biayanya lebih murah dari - Jumlah anak tangga terbatas


tangga kayu, baja, beton - Banyak memakan ruangan
tulang - Cukup memakan ruangan
- Konstruksinya sederhana - Cukup berat  1,7 ton per m3
4 BATA/ BATU
- Cepat pengerjaannya - Konvensional/kuno
- Digunakan utnuk tangga rumah
sederhana, undah-undak pada
tanggul bangunan irigasi

C. BENTUK-BENTUK TANGGA
Adapun bentuk-bentuk tangga yang sering digunakan adalah, seperti berikut:

1. Tangga Tusuk (Biasa) Lurus

Gambar 25. Tangga tusuk (biasa) lurus

- Kedua boom lurus clan sejajar membentuk sudut sebesar .


- Semua trede sama lebar dan tegak lurus terhadap kedua boom.
- Garis lintasnya ada di tengah-tengah lebar tangga dan sejajar kedua boom.
- Ini dipakai bila pada lantai I maupun lantai II tersedia cukup ruangan dan jumlah
trede tidak terlalu banyak (kurang dari 20 buah).
2. Tangga Tusuk (Biasa) Miring

Gambar 26. Tangga tusuk (biasa) miring

Struktur & Konstruksi bangunan 02 54


- Kemiringan trede tangga disesuaikan dengan miring dinding di sekitarnya.
- Kedua boom lurus, sejajar dan sama panjang.
- Semua trede sama lebar dengan posisi miring terhadap kedua boom.
- Garis lintas/garis panjat berada di tengah-tengah kedua boom dan sejajar kedua
boom tersebut.
- Tangga ini digunakan bila posisi dinding seperti pada gambar dan jumlah trede tidak
terialu banyak (< 20 buah).

3. Tangga Baling (Membilut) Tunggal

Gambar 27. Tangga baling (membilut) tunggal

- Trade ke 2, 3, 4 dan seterusnya agak membilut menyerupai baling (lebarnya tidak


sama).
- Kedua boom lurus, sejajar dab tidak sama panjang.
- Garis panjat/lintas berupa garis lengkung.
- Ada sedikit penghernatan ruangan di sekitar ujung atas tangga.
- Digunakan bila jumlah trede kurang dari 20 buah (tanpa bordes khusus).

4. Tangga Baling (Membilut) Dobel

Gambar 28. Tangga baling (membilut) dobel

- Semua tredenya membilut menyerupai baling-baling.


- Garis panjat berupa garis lengkung yang simetris.
- Kedua boom sejajar, lurus dan tidak sama panjang.
- Pada awal dan akhir tangga terjadi penghematan ruangan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 55


- Digunakan bila ruangan yang tersedia untuk tangga kurang memadai.
5. Tangga Seperempatan Awal

Gambar 29. Tangga seperempatan awal

- Tangga ini dapat menghemat ruangan seperempat (¼) putaran pada awal naik
tangga.
- Pada seperempatan awal trede (anak tangga) membentuk segitiga yang salah satu
ujungnya menuju satu titik (poros).
- Pada seperernpatan awal garis lintasnya membelok siku.
- Trede di luar seperempatan (trede 5, 6, 7 dan seterusnya sedikit miring), kemudian
bentuknya normal kembali.

6. Tangga Seperempatan Akhir

Gambar 30. Tangga seperempatan akhir

- Tangga ini dapat menghemat ruangan putaran pada akhir tangga (menuju lantai
atas).
- Anak tangga (trede) pada seperempatan akhir berbentuk segitiga.
- Tangga ini tidak menggunakan hordes karena jumlah anak tangganya kurang dari 20
buah.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 56


7. Tangga Seperempatan Antara

Gambar 31. Tangga seperempatan antara

- Tangga ini mempunyai seperempatan di antara trede bawah dengan trede yang ada
/ di atasnya (antara).
- Trede pada seperempatan antara jugaberbentuk segitiga sedangkan yang lain
bentuknya normal kembali.
- Menjalani tangga ini sedikit menjemukan, cepat lelah dan agak berbahaya.
- Menghemat ruangan pada bagian sudut lantai bangunan.
- Konstruksinya (kayu) agak sulit dibuat.

8. Tangga Poros Putar

Gambar 32. Tangga poros putar

- Keuntungan tangga poros ini dapat menghemat penggunaan ruangan.


- Pijakan anak tangga berbentuk segitiga yang memusat menuju poros (as).
- Konstruksi tangga ini kebanyakan terbuat dari bahan baja atau kombinasi dengan
kayu.
- Kelemahan tangga ini adalah sedikit berbahaya, sulit dilalui bila membawa barang
karena lintasannya melingkar mengelilingi poros.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 57


D. KONSTRUKSI TANGGA
Ditinjau dari segi penggunaan bahan, konstruksi tangga dapat dibagi menjadi 4
bagian, yaitu:
1. Konstruksi Tangga Kayu
Tangga ini banyak digunakan dengan pertimbangan bahannya ringan dan mudah
didapat serta menampakkan segi estetika yang tinggi bila diisi dengan variasi propil dan
difinishing dengan rapih. Namun demikian tangga ini memiliki kelemahan tidak dapat dilalui
oleh beban-beban yang begat dan terbatas lebarnya, karena kayu mempunyai sifat lentur
yang besar. Di samping itu kelemahan lainnya adalah tangga ini tidak cocok ditempatkan di
ruang. terbuka karena kalau kena panas dan hujan mudah lapuk.
Konstruksi tangga kayu terdiri dari dua bagian pokok yaitu ibu tangga (boom) dan
anak tangga (trede). Kedua ujung papan injak (wel + antrede) menumpang pada kedua sisi
dalam dari ibu tangga, begitu pula papan vertikal (stootboard) masuk ke dalam alur sisi
dalam ibu tangga. Biasanya pada pertemuan siku antara sisi atas shootbord dengan sisi
bawah papan injak diisi dengan plat penahan (wellat). Ujung bawah kedua ibu tangga
menumpang pada tiang lantai dan diberi angker penguat agar tidak bisa bergeser,
sedangkan kedua ujung ibu tangga bagian atas menumpang pada balok rapil bordes atau
balok rapil pada lantai atas suatu bangunan. Agar setiap hubungan kayu bisa kaku, maka
dibuatkan takikan-takikan atau dengan hubungan pen dan lobang tak tembus.
Tiang sandaran dipasang untuk menumpangkan ibu tangga maupun pegangan
pengaman (sandaran miring). Ruji-ruji (balustrade) dipasang antara ibu tangga dengan
pegangan. Hubungan antara ujung-ujung ruji dengan ibu tangga maupun pegangan
dibuatkan pen dan lobang tak tembus. Pegangan atau rimbat tangan dapat juga diletakkan
menumpang di sisi dalam tembok.

Gambar 33. Denah tangga lengan dengan bordes

Struktur & Konstruksi bangunan 02 58


Gambar 34. Tampak atas & tampak samping

Gambar 35. Detail A

Struktur & Konstruksi bangunan 02 59


Gambar 36. Detail B

Gambar 37. Detail C

Struktur & Konstruksi bangunan 02 60


Gambar 38. Detail D

Gambar 39. Detail aantrade, optrade, boom tangga

Struktur & Konstruksi bangunan 02 61


Gambar 40. Detail sistem pembesian tangga

2. Konstruksi Tangga Baja

Tangga baja merupakan tangga yang sebagian besar (semua) kornponen-komponen


konstruksinya terdiri dari bahan baja. Tangga baja ini dapat dikombinasikan dengan Kahan
kayu yaitu bagian plat injak (aantrede) menggunakan napan kayu keras. Bahan baja yang
digunakan pada konstruksi tangga ini dapat berbentuk: propill. propil kanal C ([ ) dan baja
plat polos maupun baja nlat dengan tonjolan-tonjolan garis.
Propil L dan propil C biasanya digunakan untuk ibu tangga (boom) sedangkan baja
plat untuk anak tangga/plat injak. Hubungan antara masing-masing komnonan ini
menggunakan sistem las, mur-baut, keling. Untuk tangga yang sederhana dengan lebar ±
60 cm, plat injak dapat diganti dengan batang besi 0 16 mm atau propil L. 50.50.5. yang
masing-masing ujungnya dilas pada sisi dalam ibu tangga. Tangga baja tipe tusuk lurus
yang memakai ibu tangga menyita ruangan yang cukup banyak. Bila menginginkan
penghematan ruangan, dapat digunakan tangga poros (tangga putar).
Tangga poros ini tidak memakai ibu tangga, akan tetapi menggunakan poros dari pipa
baja tebal dengan diameter 10 @ 15 cm. Plat injak anak tangga yang berbentuk segitiga
atau trapesium ini dari bahan baja plat atau papan kayu yang di bawahnya diberi batang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 62


penahan berupa propil L atau T. Agar poros tangga dapat berdiri dengan tegak dan kokoh
maka pada ujung bawahnya dipasang baja plat 200.200.12 mm (baseplate) yang diberi 4
buah angker 0 16 mm. Angker ini ditanam pada blok beton pondasi setempat. Plat injak
anak tangga paling atas (di ujung atas poros) di angker ke plat lantai atas bangunan,
dengan maksud agar poros bagian atas bila dilalui tidak bergetar atau bergoyang. Sernua
komponen dari tangga poros ini menggunakan sistem las, kecuali bila plat injak
menggunakan papan kayu, maka penguatannya memakai hubungan mur-baut.

Gambar 41. Tangga panjat & tangga darurat

Struktur & Konstruksi bangunan 02 63


Gambar 42. Tangga tusuk lurus dengan konstruksi tangga baja

Struktur & Konstruksi bangunan 02 64


Gambar 43. Bentuk tangga seperempat awal, dengan konstruksi tangga baja

Struktur & Konstruksi bangunan 02 65


Gambar 44. Bentuk tangga putar & detail dengan konstruksi tangga baja

Struktur & Konstruksi bangunan 02 66


Gambar 45. Tangga putar lainnya & detail dengan konstruksi tangga baja

3. Konstruksi Tangga Beton


Tangga beton adalah suatu tangga yang terbuat dari bahan beton. Konstruksi tangga
ini menggunakan bahan beton bertulang, yaitu suatu campuran adukan yang terdiri dari
semen/ portland cement (Pc), pasir (Ps), kerikil (Kr), air tawar dan diperkuat dengan
pemasangan batang tulangan dari besi berpenampang bulat. Kriteria umum pembuatan
konstruksi tangga beton hampir sama dengan pembuatan tangga dari bahan kayu maupun
baja. Pada umumnya campuran (perbandingan) bahan untuk adukan beton berkisar antara:
- 1 Pc : 2 Ps : 3 Kr, untuk beton bertulang biasa
- 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr, untuk beton tidak bertulang (beton tumbuk pada lantai kerja).
- 1 Pc : 1,5 Ps : 2,5 Kr, untuk beton kedap air.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 67


Keuntungan penggunaan tangga beton ini antara lain:
a. Cukup kuat untuk menerima beban, bersifat kaku dengan lendutan yang kecil.
b. Mudah dibentuk sesuai selera pemilik
c. Awet yaitu tahan lama dan tahan terhadap zat kimia maupun panas.
Kerugian penggunaan tangga beton adalah:
a. Memerlukan waktu relatif lama dalam pembuatan cetakan (bekisting) untuk
pengecorannya.
b. Proses pengeringannya cukup lama ± 28 hari dan sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca
di sekitarnya.
c. Bobot dari tangga beton ini cukup besar.

Macam-macam bentuk tangga beton yang sering dijumpai:

Gambar 46. Tangga Terbuka Dengan Satu Balok Penahan sebagai Boom

Struktur & Konstruksi bangunan 02 68


Gambar 47. Tangga terbuka dengan dua balok penahan sebagai boom

Struktur & Konstruksi bangunan 02 69


Gambar 48. Tangga terbuka dengan salah satu ujung anak tangga terjepit pada balok
dinding

Struktur & Konstruksi bangunan 02 70


Gambar 49. Tangga biasa dari beton tulang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 71


Gambar 50. Sistem pengecoran beton pada tangga

Struktur & Konstruksi bangunan 02 72


Gambar 51. Tangga tusuk lurus dari beton

Struktur & Konstruksi bangunan 02 73


Gambar 52. Tangga dua lengan dengan bordes dari beton

Struktur & Konstruksi bangunan 02 74


Gambar 53. Bentuk lain tangga dua lengan dengan bordes dari beton

Struktur & Konstruksi bangunan 02 75


Gambar 54. Sistem pengecoran beton pada tangga dua lengan dengan bordes

Struktur & Konstruksi bangunan 02 76


4. Konstruksi Tangga Batu/Bata
Tangga ini jarang digunakan di dalam ruangan yang bersifat terbuka/umum akan
tetapi masih dapat digunakan untuk penghubung ruangan yang berada dalam tanah seperti
tangga gudang bawah tanah. Karena faktor konstruksi yang sedemikian rupa, tangga ini
dapat digunakan di luar ruangan misalnya pada bangunan rumah yang berada di daerah
tanah curam di pinggir jalan, tangga/undak pada tanggul jaringan irigasi dan lain-lainnya.
Bahan dasar tangga batu/bata ini adalah batu belch untuk fondasi, Bata merah dan
adukannya 1 Pc : 4 Ps. Untuk rapihnya tangga ini dapat diplester dengan campuran 1 Pc : 2
Ps serta pada permukaannya diberi lapisan semen sebagai lapisan penutup.

Gambar 55. Bentuk tangga batu/bata pada daerah ketinggian

Struktur & Konstruksi bangunan 02 77


Gambar 56. Tampak atas tangga batu/bata

Struktur & Konstruksi bangunan 02 78


Gambar 57. Bentuk tusuk lurus pada tangga batu

Struktur & Konstruksi bangunan 02 79


Gambar 58. Tampak & detail tangga tusuk lurus pada tangga batu

Struktur & Konstruksi bangunan 02 80


E. RANGKUMAN
Tangga merupakan alat transportasi dalam bangunan vertical. Tangga dalam system
struktur masuk pada bagian super struktur. Bagian-bagian tangga yang sangat perlu
diperhatikan adalah system penentuan aantrade, optrade dan system penempatannya.
karena dengan penentuan tiga bagian ini maka tangga akan terasa nyaman. Tangga
memiliki bentuk, yaitu tangga tusuk lurus, tangga tusuk miring dll. Sedangkan system
konstruksi tangga terbagai atas, konstruksi tangga kayu, baja, beton dan batu bata.

F. TUGAS

RANCANGAN TUGAS III


SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 3)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Memahami defenisi, syarat-syarat, bentuk dan konstruksi tangga.
 Memahami sistem perhitungan anak tangga
 Menerapkan dalam bentuk sketsa bentuk dan konstruksi tangga secara mendetail
 Menerapkan kreativitas individu ke dalam bentuk kerja kelompok .
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : Perhitungan anak tangga, bentuk, konstruksi tangga (2D & 3D)
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Menghitung jumlah anak tangga yang akan diterapkan dalam tugas
kelompok/group.
 Sketsa bentuk tangga dan konstruksi tangga secara mendetail (2D dan 3D),
dimana jumlahnya ditentukan. (perencanaan tugas kelompok)
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.
 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand,
pensil 2B, pena dan menggunakan kertas A2.
 Penerapan materi tangga dituangkan dalam bentuk sketsa.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 81


d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Menghitung jumlah anak tangga dan besaran aantrade, optrade, sketsa bentuk
tangga dan detail konstruksi tangga pada bangunan berlantai 2 – 4.

4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 5%)


 Pemahaman, terhadap system struktur dan konstruksi tangga pada bangunan
berlantai 2 - 4 (0,5%)
 Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan gambar) (3,5%)
 Norma dan standar teknik gambar (ukuran, notasi,skala) (1%)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 82


Sesi Perkuliahan Ke : 4 - 5

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 4 dan 5, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Memahami dan menjelaskan bentuk-bentuk atap, bahan-bahan penutup atap,
konstruksi kuda-kuda, konstruksi bubungan atap pada bangunan berlantai 2 – 4.
2. Memahami dan menjelaskan fungsi dari jenis bentuk atap, material penutup
atap, konstruksi kuda-kuda, bubungan atap pada bangunan berlantai 2 – 4 .
3. Mensketsa bentuk atap, konstruksi kuda-kuda atap, konstruksi bubungan secara
mendetail pada bagunan berlantai 2 – 4 .

II. Topik Pembahasan

“A T A P”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari tentang bentuk-bentuk atap, konstruksi
kuda-kuda atap, konstruksi bubungan pada bangunan berlantai khususnya
bangunan berlantai 2 – 4.

IV. Bahan Bacaan

1. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical


Developing Country.
2. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
3. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
4. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung

V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi dan bentuk-bentuk atap pada bangunan berlanta 2 – 4 .
2. Jelaskan jenis-jenis bahan/material atap pada bangunan berlantai 2 - 4.
3. Sketsa bentuk atap, konstruksi kuda-kuda, konstruksi bubungan atap beserta
detail sistem konstruksi atap pada bangunan berlantai 2 – 4 .

Struktur & Konstruksi bangunan 02 83


MATERI 4 – 5

ATAP

A. DEFINISI ATAP
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh
ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau untuk
keperluan perlindungan. Atap merupakan bagian dari sistem struktur yang berada pada
bagian up struktur. Syarat-syarat atap yang harus dipenuhi antara lain:
1. Konstruksi atap harus kuat menahan beratnya sendiri dan tahan terhadap tekanan
maupun tiupan angin atau bebah-beban lain, seperti berat air hujan.
2. Pemilihan bentuk atap yang akan dipakai hendaknya sedemikian rupa, sehingga
menambah keindahan serta kenyamanan bertempat tinggal bagi penghuninya.
3. Agar rangka atap tidak mudah diserang oleh rayap/bubuk, perlu diberi lapisan pengawet
(lapisan tir).
4. Bahan penutup atap harus tahan terhadap pengaruh perubahan cuaca.
5. Kemiringan atau sudut lereng atap harus disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya.

B. BENTUK-BENTUK ATAP
Atap dapat direncanakan dengan berbagai macam bentuknya. Kesesuaian dan
keserasian dari suatu bangunan dapat dipengaruhi oleh bentuk atapnya. Bermacam-macam
bentuk atap yang ada, di antaranya adalah:
1. Atap Datar
Bentuk atap ini kelihatannya paling sederhana, jika dibandingkan dengan bentuk-
bentuk atap lainnya. Meskipun bentuk ini dikatakan atap datar, akan tetapi pada permukaan
atap stlalu dibuat sedikit miring untuk menyalurkan air hujan ke lubang talang. Atap pelat
terbuat dari beton yang ditahan/disangga oleh balok-balok dan kolom-kolom beton dengan
ukuran tertentu, sehingga akhirnya merupakan suatu portal.

Gambar 59. Bentuk Atap Datar

Struktur & Konstruksi bangunan 02 84


2. Atap Sandar
Atap sandar sering disebut juga dengan nama atap sengkuap , atau atap tempel.
Pada umumnya atap ini terdiri dari sebuah bidang atap miring yang bagian tepi atasnya
bersandar atau menempel pada tembok bangunan induk (tembok yang menjulang tinggi).
Pada bentuk atap sandar menggunakan konstruksi setengah kuda-kuda untuk rnendukung
balok gording. Bila dikehendaki, konstruksi setengah kuda-kuda dapat diganti dengan
gunung-gunung. Gunung-gunung adalah merupakan suatu konstruksi pasangan bata yang
dapat dipakai untuk menggantikan fungsi kuda-kuda. Kemiringan atapnya dapat diambil 30°
@ 40° bila memakai bahan penutup dari genteng. Untuk bahan penutup atap dari semen
asbes gelombang dan seng gelombang kemiringannya dapat diambil 20° @ 25°, yang pada
pemasangannya tidak memerlukan reng.

Gambar 60. Bentuk Atap Sandar

3. Atap Pelana
Atap pelana sebagai penutup ruangan terdiri dari dua bidang atap miring yang tepi
atasnya bertemu pada sate garis lurus, dinamakan bubungan. Tepi bawah bidang atap, di
mana air itu meninggalkan atap dinamakan tepi teritis. Pada tepi teritis ini dapat dipa:sangi
talang air. Di kedua ujung akhir tembok bangunan dibuatkan gunung-gunung sebagai
pengganti fungsi kuda-kuda. Kalau bangunannya cukup panjang, maka tiap-tiap jarak 3 m
perlu dipasang kuda-kuda untuk menahan gording/bidang penutup atap. Bahan penutupnya
banyak yang menggunakan genteng biasa (genteng kampung) maupun seng gelombang.

Gambar 61. Bentuk Atap Pelana

Struktur & Konstruksi bangunan 02 85


4. Atap Perisai
Atap perisai merupakan penyempurnaan dari bentuk atap pelana dengan
menambahkan dua bidang atap miring yang berbentuk segitiga pada ujung akhir atap
bangunan. Atap perisai terdiri dari dua bidang atap miring yang berbentuk trapesium
panjang yang pada tepi atasnya bertemu pada satu garis lurus, yang dinamakan bubungan,
Dan dua bidang atap lainnya yang berbentuk segitiga. Pertemuan dari tiap dua bidang atap
yang merupakan garis miring menyudut Berta menjorok ke_luar dinamakan bubungan
miring atau jurai luar. Sedangkan pertemuan dan dua bidang atap yang menjorok ke dalam
dinamakan jurai dalam atau lembahan. Oleh karena air hujan yang jatuh di sekitar jurai
kemudian mengalir ke jurai dalam, maka ini perlu dibuatkan talang. Dengan demikian jurai
dalam atau lembahan dapat juga dinamakan jurai talang.

Gambar 62. Bentuk Atap Perisai

5. Atap Tenda
Dinamakan atap tenda karena bentuknya menyerupai pasangan tenda. Ukuran
panjang dan lebar bangunan yang menggunakan atap tenda adalah sama, ini berarti, terdiri
dari empat bidang atap dan empat jurai dengan bentuk, ukuran maupun lereng yang sama,
yang bertemu di satu titik tertinggi yaitu pada tiang penggantung (maklar). Garis pertemuan
dari bidang-bidang atap yang miring serta menjorok ke luar dinamakan jurai luar. Pada atap
tenda tidak terdapat jurai dalam atau lembahan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 86


Gambar 63. Bentuk Atap Tenda

6. Atap Menara
Atap menara ini serupa dengan bentuk atap tenda yaitu mempunyai empat bidang
atap dengan sudut apitnya yang sama besar serta ujung bagian atasnya bertemu pada satu
titik yang cukup tinggi. Karen keempat bidang atap yang berbentuk segitiga sama besar
dengan sudut lereng atapnya besar (± 75° ), maka puncak atap menara ini berada cukup
tinggi, sehingga kelihatannya runcing.

Gambar 64. Bentuk Atap Menara

Struktur & Konstruksi bangunan 02 87


7. Atap Joglo
Atap joglo merupakan atap jurai luar yang patch ke dalam yang seolah-olah terdiri
dari dua bagian yaitu: bagian bawah yang mempunyai sudut lereng atap lebih keel atau
landai dan bagian atasnya mempunyai sudut lereng atap yang lebih besar, serta menjulang
tinggi. Bila bentuk atap ini dilihat dari atas akan tampak bagian-bagian bidang atap yang
berbentuk trapesium.

Gambar 65. Bentuk Atap Joglo

8. Atap Setengah Bola


Bila dikehendaki bentuk atap yang melengkung, maka dapat digunakan atap
setengah bola. Atap ini terbuat dari campuran bahan beton bertulang dengan perbandingan
1 semen + 2 pasir + 3 kerikil dan air. Karena diharapkan mempunyai lengkungan yang baik
dan rapih, sehingga sulit sekali/ tidak bisa dibuat dari bahan lain kecuali beton bertulang.

Gambar 66. Bentuk Atap Setengah Bola

9. Atap Gergaji
Sebutan atap gergaji karena bidang atapnya menyerupai gigi gergaji. Atap ini terdiri
dari dua bidang atap yang masing-masing mempunyai sudut lereng sebesar 30° dan 60°.
Apabila di dalam ruangan dibutuhkan penerangan pada slang hari atau ventilasi, maka
bidang atap yang miringnya 60° dirubah menjadi vertikal. Pada bagian inilah dipasangi
dengan kaca berupa ventilasi atau krepyak/jalusi unbuk memperoleh penerangan
seperlunya. Pada pertemuan biclang atap miring (30°) dengan yang vertikal (90° )akan
terbentuk talang air.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 88


Gambar 67. Bentuk Atap Gergaji

10. Atap Silang

Bentuk atap silang ini seolah-olah merupakan persilangan dua bentuk atap pelana.
Mengingat akan adanya pertemuan bagian-bagian bidang atap tersebut, maka akan
terbentuk lembahan. Lembahan ini dapat berfungsi sebagai penampung sekaligus
mengalirkan air hujan yang jatuh di sekitarnya. Oleh karenanya lembahan ini sering disebut
dengan jurai talang atau jurai dalam atau talang miring. Atap ini dapat dikembangkan lagi
menjadi bentuk atap gabungan (kombinasi). Dan, pada bentuk atap ini tidak terdapat jurai
luar.

Gambar 68. Bentuk Atap Silang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 89


11. Atap Gabungan
Dari sekian banyak bentuk atap yang ada, kemudian dalam penggunaannya
digabungkan menjadi satu kesatuan dalam satu bangunan yang kemudian dikenal dengan
nama atap gabungan atau atap kombinasi. Atap gabungan ini dapat. terdiri dari gabungan
bentuk atap pelana, perisai, datar, setengah lingkaran maupun dengan bentuk atap lainnya
sesuai dengan selera.

Gambar 69. Bentuk Atap Gabungan

12. Bentuk-bentuk Atap dalam “Proyeksi”

Gambar 70. Proyeksi Bentuk-Bentuk Atap

Struktur & Konstruksi bangunan 02 90


C. BAHAN/MATERIAL PENUTUP ATAP
Jenis bahan penutup bidang atap ada bermacam-macam di antaranya: genteng,
asbes, seng, sirap, beton, kaca, alang-alang, spandec dan lain-lainnya. Mengingat
banyaknya jenis bahan penutup atap yang dapat digunakan, maka dipandang perlu untuk
membuat kriteria dasar pemilihannya. Adapun kriteria dasar untuk dapat memilih bahan
penutup atap adalah sebagai berikut:
1. Tinjauan terhadap iklim setempat,
2. Bentuk keserasian atap yang dikehendaki.
3. Tinjauan daripada didirikannya bangunan tersebut
4. Mudahnya bahan itu didapat atau didatangkan di tempat di mana bangunan itu
didirikan.
5. Banyaknya dana/uang yang tersedia.
Adapun syarat umum bahan penutup atap adalah:
1. Bahan harus dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan bunyi.
2. Harus rapat terhadap air hujan/tidak tembus air.
3. Tidak mengalami perubahan bentuk karena adanya pergantian cuaca.
4. Tidak terlalu banyak memeriukan perawatan.
5. Tidak mudah terbakar.
6. Bobotnya cukup ringan dan mempunyai kedudukan yang mantap setelah dipasang.
7. Tahan lama (awet).
Kemiringan dari suatu bentuk atap dibuat dengan maksud:
1. Agar air hujan yang jatuh pada permukaan bidang atap dengan cepat dapat mengalir
meninggalkan bidang atap tersebut, sehingga kemungkinan rembes itu sangat kecil.
2. Menambah keindahan pandangan dari suatu bangunan.
3. Didapat ruangan atas yang sekaligus dapat berfungsi sebagai isolasi terhadap iklim. Dan
bila dalam keadaan memaksa dapat dipakai untuk gudang penyimpanan barang-barang
kecil dan ringan.

Tabel 8. Hubungan antara jenis bahan penutup dengan besar-kecilnya sudut lereng
(kemiringan) atap.

No. Bahan penutup atap Sudut lereng atap


1. Beton 1o – 2o
2. Kaca 10o – 20o
3. Semen asbes 15o – 25o
4. Seng 20o – 25o
5. Genteng 30o – 40o

Struktur & Konstruksi bangunan 02 91


6. Sirap 25o – 40o
7. Alang, ijuk  40o

Jenis-jenis penutup atap dan system pemasangannya.


1. Genteng biasa (genteng "S")
Genteng ini banyak digunakan pada bangunan-bangunan yang ada di daerah tropik
maupun daerah yang berhawa lembab, yang banyak dipakai untuk di kampong-kampung
adalah genteng biasa yang sering disebut dengan genteng S, (karena mempunyai
penampang melintang seperti huruf "S". Jenis bahan penutup atap genteng yang terbuat
dari bahan dasar tanah liat, melalui proses pencetakan dan pembakaran sampai sempurna.
Genteng S ini mempunyai ukuran seperti berikut:
panjang : 28 – 36 cm
lebar : 20 – 25 cm
tebal : 0,8 –1 cm
lengkungan : 4 – 5 cm
beratnya : 30 – 35 kg/m2
Genteng S yang telah dipasang tiap buahnya mempunyai luas tutup 22-28 cm ke arah
panjang dan 16-20 cm ke arah lebar. Untuk dapat menutup 1 m2 luas bidang atap akan
diperlukan genteng sebanyak 20-28 buah. Pemasangan genteng S dilakukan di atas reng
yang berukuran 2 x 3 cm dengan kedudukan mendatar pada sisi lebamya. Genteng-genteng
yang dipasang sisi-sisinya saling menutup .antara genteng di bawah dan di atasnya yaitu
pada arah lebar menumpang 5 @ 6 cm dan pada arah panjangnya menumpang 6 @ 8 cm.
Aturan pemasangan tong sangat tergantung pada ukuran panjang gentengnya, Misalkan
panjang genteng yang akan dipasang 30 cm, dan panjang yang menumpang 6 cm, maka
jarak rengnya adalah 30 cm – 6 cm = 24 cm.

Gambar 71. Posisi Genteng ―S― diatas reng

Struktur & Konstruksi bangunan 02 92


2. Genteng biasa ( "S") yang disempurnakan

Gambar 72. Bentuk Genteng Biasa ―S― disempurnakan

Genteng ini merupakan hasil penyempurnaan dari genteng biasa (genteng "S").
Perbaikannya terletak pada pemberian alur dan dalamnya lengkungan, sehingga bentuknya
agak sedikit datar. Genteng ini lebih besar dari genteng biasa, dengan ukuran panjang 30 @
40 cm, lebar 22 @ 28 cm dan tebalnya berkisar 1 cm, dengan luas tutup per buah 22 x 28
cm. Tiap-tiap 1 m2 luas bidang atap membutuhkan ± 18 buah. Cara pemasangan genteng
ini hampir sama dengan cara pemasangan pada genteng biasa .

3. Genteng kodok (press = silang)


Genteng kodok ini mempunyai bidang datar dan di tengah-tengah bagian bawahnya
terdapat peninggian menyerupai hidung, di salah satu tepinya terdapat lekukan-lekukan
yang beralur untuk memperoleh hubungan yang betul-betul merapat. Peninggian atau
tonjolan yang ada pada bidang dasar bagian bawah menyerupai kodok, sehingga banyak
orang menamakan: Genteng kodok.
Pemasangan genteng ini diletakkan di atas reng yang berukuran 2 x 3 cm secara
berselang-seling (tidak lurus dengan genteng di atasnya). Mengingat cara penempatannya,
banyak juga yang menamakan Genteng silang.

Tabel 9. Ukuran genteng kodok


Ukuran dalam Luas tutup Jumlah per m2 Bobot per m
Jenis
cm dalam cm (buah) (kg)
Biasa 22 x 28 19 x 23 25 35
Biasa 23 x 29 20 x 24 24 36
Besar 24 x 30 21 x 25 23 37

Setiap 1 m2 luas bidang atap membutuhkan 23 @ 25 buah, berat tiap buah berkisar
1,5 kg, dipasang di atas reng yang berjarak 22 @ 25 cm dari as ke as.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 93


Gambar 73. Bentuk genteng kodok & sistem pemasangannya

4. Genteng bubungan (genteng kerpus)


Untuk menyatukan dua bidang atap genteng pada bagian puncaknya dan pada jurai luar
atap perisai diperlukan adanya genteng bubungan. Pemasangan genteng, bubungan
menggunakan adukan dengan komposisi campuran 1 semen : 4 a 5 paste + pecahan-
pecahan genteng yang sekaligus berfungsi menjepit genteng yang ada pada bagian
ujung atas, agar tidak bergeser atau terhempas oleh angin.
Ukuran panjang genteng bubungan 32 @ 35 cm, tinggi sisi dalamnya ± 10 cm. Adapun
bentuk-bentuk genteng bubungan sebagai berikut:

Gambar 74. Bentuk setengah lingkaran genteng kerpus

Gambar 75. Bentuk Segitiga Genteng kerpus

Struktur & Konstruksi bangunan 02 94


Gambar 76. Bentuk sudut patah genteng kerpus

Gambar 77. Sistem pemasangan genteng bubungan pada atap pelana


& perisai

5. Genteng beton
Genteng beton dapat dibuat berwarna-warni sesuai dengan selera sehingga cukup
menambah keindahan dipandang mata. Dari sekian banyak pabrik yang memproduksi
genteng beton yang berwarna, di antaranya dikenal dengan nama: genteng warna ,"Tiara"
genteng "Monier".
a. Genteng warna Tiara
Terbuat dari bahan campuran semen, pasir yang bermutu dan zat pewama pilihan yang
dipadu secara sempuma melalui proses industri modem oleh tenaga-tenaga ahli yang
berpengalaman. Beberapa keistimewaan dari genteng warna Tiara adalah:
1. KUAT: Tidak mudah retak, pecah ataupun bocor dan tahan terhadap perubahan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 95


cuaca, maupun api. Tidak terpengaruh oleh adanya pencemaran industri.
2. INDAH. Mengingat menggunakan zat pewama pilihan, maka genteng ini
kelihatannya cukup menarik.
3. EKONOMIS: Tidak memerlukan adanya perawatan. Biaya yang dikeluarkan hanya
sekali untuk selarnanya serta pemasangannya cepat dan murah.
Di samping keistimewaan di atas,juga mempunyai kelemahan-kelemahan seperti:
1. Harganya cukup mahal bila dibandingkan dengan genteng biasa yang terbuat dari
pembakaran tanah hat.
2. Karena terbuat dari bahan beton praktis bobotnya cukup tinggi, sehingga
memerlukan ukuran reng kayu yang lebih besar.
3. Kurang cocok atau jarang digunakan untuk rumah-rumah yang bersifat sederhana.

Genteng wama Tiara mempunyai ukuran: panjang 42,5 cm, lebar 33 cm dan beratnya
4,4 kg. Sudut lereng atap dapat dibuat minimal 12,5°: Usuk-usuk yang dipakai berukuran
cm setiap jarak 50 cm, rengnya berukuran 3/4 cm yang dipasang setiap jarak 30 cm dari
as a as. Setiap 1 m2 luas atap membutuhkan 10 buah genteng.

Gambar 78. Bentuk & susunan genteng warna tiara

Struktur & Konstruksi bangunan 02 96


Gambar 79. Posisi genteng di atas reng & talang sederhana

b. Genteng "Monier"
Dilihat dari segi bentuknya merupakan suatu macam genteng pres yang cukup kuat dan
tahan terhadap gangguan cuaca. Genteng beton ini cukup padat/keras dengan
permukaan yang licin; sehingga tidak tembus air dalam keadaan hujan deras dan angin
kencang sekalipun. Menurut perusahaan yang memproduksinya di Indonesialkemiringan
atap dapat mencapai minimal 17,5°. Ukuran-ukuran genteng beton,sebagai berikut:
Panjang 42,5 cm, lebar 33 cm, tebal ± 1,5 cm, luas tutupnya 35 x 30 cm, tiap 1 m 2
pasangan genteng memerlukan sebanyak 10 buah, bobotnya 4,4 kg/buah atau ± 44
kg/m2, jarak rengnya 35 cm dengan ukuran 3/4 cm. Di tengah-tengah pada sisi atas
lebar genteng terdapat satu lobang untuk inemasang paku. Pada waktu pelaksanaan
pemasangan genteng beton "Monier" hares diperhatikan bahwa setiap genteng beton di
semua deretan pada basis kedua, keempat, keenam (berselang satu genteng) yang
tembus melalui lobang tadi. Bila sudut miring atap sama atau lebih besar dari 45 °
sebaiknya semua genteng beton dipaku satu per satu supaya kedudukannya di atas reng
lebih kokoh dan stabil.

Gambar 80. Bentuk Genteng Monier

Struktur & Konstruksi bangunan 02 97


Gambar 81. Posisi Genteng Monier di atas reng

6. Genteng kaca
Kaca yang dimaksud di sini adalah rnerupakan zat yang tembus cahaya clan jernih yang
berasal dari bahan dasar pasir kuarsa dan batu api yang ditumbuk atau batu pasir yang
dilebur pada temperatur tertentu bersama-sama zat kimia lainnya. Genteng kaca ini
dipasang untuk dapat memasukkan cahaya ke dalam ruangan tertentu pada waktu siang
hari melalui penutup atap. Ukuran dan bentuk genteng kaca dapat dibuat bermacam-
macam, di antaranya terdapat genteng kaca yang bentuk dan ukurannya hampir sama
dengan genteng biasa (genteng "S"), hanya saja lebih tipis yaitu mempunyai ketebalan
± 4 mm (tebal berganda).

7. Asbes semen
Asbes semen dewasa ini banyak sekali digunakan sebagai bahan-bahan bangunan karena
kuat, awet, tahan api dan ringan. Sifat-sifat ashes semen sebagai perikut:
a. Asbes semen dapat bersifat isolasi terhadap panas, dingin dan suara, artinya: apabila di
luar udara sangat panas, maka dalam ruangan tidak terasa panas, sedang bila udara di
luar rumah dingin, maka di dalam ruangan tidak dingin.
b. Asbes semen merupakan bahan bangunan yang tahan lama (awet) dalam pemakaian
yang normal. Asbes semen tidak mudah terbakar (tahan terhadap api).
c. Asbes semen mempunyai bobot yang rendah (ringan).
d. Asbes semen tidak akan lapuk dan tahan terhadap binatang-binatang pengerat.
Adapun bentuk asbes semen yang dipergunakan sebagai bahan penutup atap dan
nok-nok yang sering dipergunakan dalam bangunan, yaitu:
a. Fiber semen gelombang 5 ½

Gambar 82. Fiber semen gelombang 5 ½

Struktur & Konstruksi bangunan 02 98


Fiber semen gelombang maksudnya: dalam satu lembar fiber semen pada arah lebarnya
terdiri dari 5½ gelombang.
Ukurannya:
Panjang standar dalam mm : 1500, 180C, 2000, 2250, 2500, 3000
Lebar normal : 920 mm (105 cm).
Lebar terpakai : 875 mm.
Tebal : 5 mm dan 6 mm
Berat/m2 : 9,3 kg dan 11,3 kg.
b. Fiber semen gelombang 14 :
Ukurannya:
Panjang standar : 1500, 1800, 2100, 2400, 2700, 3000 mm.
Lebar normal : 1050 mm
Lebar terpakai : 978 mm
Tebal : 4 mm
Berat/m2 : 7,3 kg

Gambar 83. Fiber semen gelombang 14

c. Nok stel 14 gelombang


Nok ini flexibel karena dapat distal besar kemiringannya, baik di bagian kiri maupun
kanan. Panjangnya ada 530 mm dan 1050 mm dengan tebal 4 mm. Pada satu panjang
nok terdapat 14 gelombang. Pemasangannya sama dengan nok 5'/2 gelombang.

Gambar 84. Nok stel 14 gelombang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 99


d. Nok stel rata
Nok ini juga dapat distel kemiringannya, hanya raja sayap kiri dan kanannya rata/datar.
Ukuran-ukuran yang ada adalah:
 Panjang 920 mm, tebal 5 mm, 6 m
 Panjang 1050 mm, tebal 4 mm.

Gambar 85. Nok stel rata

e. Nok paten rata


Nok ini bersifat kaku, sayap kiri maupun kanan tidak dapat distel kemiringannya,
kemiringannya sudah tertentu. Panjang (l) 530 mm, lebar sayap kiri/kanan (a) 160 mm,

tebal 4 mm.

Gambar 86. Nok paten rata

f. Nok paten gelombang


Nok paten tidak dapat distel kemiringannya (kaku) serta sayapnya bergelombang.
Ukuran-ukurannya:
 Panjang (l) — 51/2 gelombang = 520 mm, tebal 5 mm, dan 6 mm.

 Panjang (l) — 14 gelombang = 1050 mm, tebal 4 mm.

 Sudut apit biding-bidang noknya (Q) = 105°

Gambar 87. Nok paten gelombang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 100


g. Fiber semen rata/datar
Tabel 10. Daftar Ukuran dan Berat Fiber semen rata
Ukurang standar (mm) Berat Ukuran standar (mm) Berat
1000 x 1000 x 3 mm 4,2 kg 1200 x 2400 x 4 mm 17 kg
0500 x 1000 x 3 mm 2,4 kg 1000 x 2000 x 4 mm 11,8 kg
1000 x 2000 x 3 mm 8,4 kg 0500 x 2000 x 4 mm 5,9 kg
0500 x 2000 x 3 mm 4,2 kg 0400 x 2000 x 4 mm 4,7 kg
0400 x 2000 x 3 mm 3,4 kg 0300 x 2000 x 4 mm 3,5 kg
0300 x 2000 x 3 mm 2,5 kg 1000 x 1000 x 4 mm 5,9 kg
0250 x 2000 x 3 mm 2,1 kg
1200 x 2400 x 5 mm 21,6 kg 1200 x 2400 x 6 mm 25,9 kg
1000 x 2000 x 5 mm 15 kg 1000 x 2000 x 6 mm 18 kg

Gambar 88. Fiber semen rata/datar

h. Nok stel 5 ½ gelombang

Gambar 89. Nok stel 5 ½ gelombang

Nok ini bersifat flexibel, karena dapat mengikuti variasi kemiringan atap. Kemiringan
atap maksimtun yang diijinkan adalah 30°. Kemiringan ke arah kiri dan kanan dapat
dibuat tidak sama. Sarnbungan nok tidak boleh berada di atas sambungan lembaran.
Penjang nok () : 520 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.

l. Penutup ujung
Penutup ujung ini bergelombang, biasanya digunakan pada akhir/ujung penutup atap.
Ukuran-ukurannya:
- Panjang (l) – 5 ½ gelombang = 920 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 101


- Panjang (l) — 14 gelombang = 1050 mm, tebal 4 mm.

Gambar 90. Penutup ujung

i. Penutup penjuru
Penutup ujung atas bergelombang ini digunakan untuk menutup ujung tertentu yang
menghubungkan lembaran atap dengan bidang vertikal dinding. Ukuran-ukurannya:
- Panjang (l) — 51/2 gelombang = 920 mm, tebal 5 mm dan 6 mm.

- Panjang (l) — 14 gelombang = 1050 mm, tebal 4 mm.

- Sudut apit bidang tegak dengan.yang miring (Q) = 105 °

Gambar 91. Penutup penjuru

j. Jalusi
Jalusi ini berupa bilah asbes dengan bidang rata/datar.
Ukuran-ukurannya:
L = 1000 mm, 2000 mm

a = 50 mm, 75 mm
b = 220 mrn, 350 mm
Q = 120°, tebal 6 mm

Gambar 92. Jalusi

Struktur & Konstruksi bangunan 02 102


k. Nok Setengah Lingkaran

Gambar 93. Nok Setengah Lingkaran ―Y‖, ―T‖

l. Mini Harflex Lebar Penuh & Separuh

Mini Harflex adalah lembaran fiber semen gelombang dangkal untuk atap dan dinding.

Gambar 94. Lembaran Mini Harflex

Tabel 11. Daftar Ukuran dan Berat

Ukuran Lembaran
Kilogram per lembar Jumlah lembar perton *
(mm)
Lembaran lebar penuh
1000 x 3000 23,5 43
2700 21 47
2400 18.5
53
2100 16
60
1800 14 71
1500 11.5 86
Lembaran lebar separuh

142
172
210

Struktur & Konstruksi bangunan 02 103


Sistem sambungan pada bahan penutup asbes semen, biasa disebut dengan system
tumpangan, ini dimaksudkan agar penyambungan pada material penutup atap yang terbuat
dari asbes dapat tersusun rapih.
a. Tumpangan Akhir
Tumpangan akhir ini dilakukan pada sambungan arah memanjang lembaran yang
beracla tepat di atas gording dengan kemiringan atapnya diambil tidak kurang dari 7
1/2°. Sambungan ini saling menumpang sejauh 200 mm (100 mm ke arah bawah dan
100 mm lagi ke arah atas dari as gording). Paku-paku sebagai penguat harus terletak
pada as dari tumpangan akhir tersebut. Selain paku, sekrup sebagai penguat dapat juga
menggunakan baja ―U‖ = 6 mm. Baja "U" ini dapat diletakkan setiap jarak ± 500 mm
atau pada tiap lembaran dipasang 2 buah. Gording itu dapat dipasang dari bahan kayu
atau baja. Pada gording baja, pemasangan baja "U" berjarak 50 mm dari sisi atas
tumpangan.

Gambar 95. Sistem penyambung tumpangan akhir

b. Tumpangan samping
Tumpangan samping yang terletak pada arah melebar dianjurkan tumpangannya sejauh
1 gelombang (75 mm). Pemberian paku diletakkan pada sisi cembung bagian atas dari
lembaran, dengan mengebor terlebih dahulu sebesar  paku atau angker. Setelah selesai
di bor barulah dilaksanakan pemakuannya.

Gambar 96. Sistem penyambung tumpangan samping

Struktur & Konstruksi bangunan 02 104


Penentuan jarak gording yang satu dengan yang lainnya didasarkan kepada ukuran
panjang dan tumpangan akhir yang sebenarnya daripada penempatan gording tidal
tepat (terlalu jauh jarak yang satu dengan yang lainnya) akan dapat menimbulkan
kerusakan berupa pelenturan pada lembaran tersebut. Jarak yang terbaik antara
gording ialah ± 800 mm.

Gambar 97. Sistem pemasangan gording pada atap

Struktur & Konstruksi bangunan 02 105


Hubungan antara sudut miring atas dengan tumpangan akhir (overlap) :

Gambar 98. Sudut miring atas dengan tumpangan akhir (overlap)

Penyelesaian:
- Pada sudut miring atap sebesar 10° maka tumpangan akhir lembaran gelombang
dapat diambil sebesar 200 mm (20 cm).
- Pada sudut miring atap lebih besar yaitu 20°, maka tumpangan akhir lembaran
gelombang dapat diambil minimal 150 mm (15 cm).
- Pada pemasangan lembaran rata dengan sudut miring atap 90° (tegak), maka
tumpangan akhir dapat diambil sebesar 80 mm (8 cm) yang sama dengan tebal
gording.
Cara penyusunan lembaran asbes semen pada atap hampir sama dengan cara
penyusunan batu bata. Lembaran asbes semen memiliki gelombang maka
penyusunannya dimulai dari pinggir yang diletakkan di atas gording dan
pemasangannya dari bawah ke atas. Untuk baris pertama dan ketiga asbes semennya
dari lembaran penuh dan untuk baris 2, 4 dan seterusnya dimlai dengan lembaran
separuh.

m. Nok Stel Gelombang


Nok stel gelombang ini dapat diatur/clistel kemiringannya paling besar sampai 30 °.
Cocok digunakan untuk semua atap, kecuali atap piramid dengan jurainya.
Ukuran-ukurannya: Panjang efektif : 975 mm, lebar sayap A 250 mm , tebalnya: 4 mm

Gambar 99. Nok Stel Gelombang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 106


Langkah-langkah pemasangan Nok Stel Gelombang, sebagai berikut:
1. Pemasangan nok mulai dari ujung yang sama pada kedua belahan atap, seperti
halnya pada pemasangan lembaran-lembaran atap.
2. Pasanglah rol dalam terlebih dahulu pada satu belahan/bidang atap, kemudian
disusul dengan pemasangan rol luar pada belahan atap lainnya.
3. Rol dalam harus dipasang pada bagian atap di mana terpasang arah pemasangan
"kiri ke kanan".
4. Sambungan-sambungan pada nok atap tidak boleh sama dengan sambungan-
sambungan lembaran, tetapi harus disusun mundur satu gelombang penuh dengan
maksud untuk menghindari penumpukan ketebalan lembaran.
5. Potong setiap bagian dari nok (sisa) yang berada di luar garis atap.
6. Borlah di tempat-tempat yang telah ditentukan untuk pemasangan paku pada
masing-masing sayap.
7. Pakulah pada lobaneyarig dibuat tadi. Lobang atau tempat pemakuan berada pada
gelombang ke-2, ke-6 dan ke-10 di sisi cernbung bagian atas (di puncak
gelombang).

n. Nok Stel Rata


Nok ini mempunyai sayap rata dan juga padat distel sudutnya sampai kemiringan 30°.
Cocok untuk digunakan pada semua bentuk atap, atap piramid. Ukuran-ukurannya:
Panjang efektif : 975 mm, lebar sayap A : 225 mm, tebalnya : 4 mm.

Gambar 100. Nok Stel Rata

Langkah-iangkah pemasangan nok stel rata, sebagai berikut:


1. Pasanglah rol dalam terlebih dahulu pada satu belahan/bidang atap, kemudian
disusul dengan pemasangan rol luar pada belahan atap lainnya.
2. Tutuplah nok stel rata dengan adukan 50 mm pada arah panjang lembaran, di
belakang tepi sayap yang rata.
3. Pakulah pada puncak gelombang lembaran, 3 paku untuk tiap-tiap panjangnya nok.
4. Pemakuan tepat di atas as gording dan jaraknya 75 mm dari ujung bawah masing-
masing sayap.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 107


o. Nok Patent Gelombang
Nok ini tidak dapat distel karena kedua sayapnya menyatu (kaku), dengan kemiringan
tertentu misalnya membentuk sudut 10° dan 15°. Ukuran-ukurannya: Panjang efektif :
975 mm, lebar sayap A : 300 mm, tebalny a : 4 mm.

Gambar 101. Nok Patent Gelombang

Langkah-langkah pemasangan nok patent gelombang, sebagai berikut:


1. Perhatikan apakah susunan gelombang pada setiap lembaran di kedua bidang atap
sudah tepat dalam satu jalur.
2. Sambungan-sambungan pada nok atap tidak boleh sama dengan sambungan-
sambungan lembaran, tapi hams disusun mundur 1 gelombang penuh, dengan
maksud untuk menghindari penumpukan ketebalan lembaran.
3. Potong setiap bagian dari nok yang berada di luar garis atap.
4. Pakulah urutan gelombang ke-2, ke-6 dan ke-10 setelah teriebih dahulu dilobangi
dengan bor tangan.

p. Nok Setengah Lingkaran


Nok setengah lingkaran dapat digunakan untuk semua bentuk atap dengan semua sudut
kemiringan. Ukuran-ukurannya: panjang efektif : 430 mm, diameter dalam : 230 mm,
tebalnya : 4 mm.

Gambar 102. Nok Setengah Lingkaran

Langkah-langkah pemasangan nok setengah lingkaran, sebagai berikut:


1. Pemasangan lembaran-lembaran di dekat nok hares diteruskan sampai ujungnya
menempel/mengenai papan nok.
2. Penuhi ruang kosong di bawah nok setengah lingkaran dengan adukan.
3. Pakulah setiap nok setengah lingkaran pada puncaknya sampai tembus ke papan nok
(kayu).

Struktur & Konstruksi bangunan 02 108


4. Potonglah bagian nok bila ada yang bersisa atau lebih.

q. Penutup ujung atas yang menempel di dinding


Penutup ini dapat digunakan pada bentuk atap seng kuap. Kemiringan sayap A sebesar
10° dan 15°. Ukuran-ukuran lainnya: Panjang efektif : 975 mm, lebar sayap A : 225 mm,
lebar sayap B : 100 mm, tebalnya : 4 mm.

Langkah-langkah pemasangan penutup ujung atas atap sebagai berikut:


1. Perhatikan bahwa gelombang-gelombang pada penutup harus Baling merapat secara
sempurna dengan gelombang-gelombang pada lembaran.
2. Pakulah pada puncak gelombang ke-2, ke-6 dan ke-10, setelah dibor lobang terlebih
dahulu.
3. Sambungan-sambungan pada nok atap (penutup) tidak boleh sama dengan
sambungan-sambungan lembaran, tapi ini harus disusun mundur setelah gelombing
penuh dengan maksud untuk menghindari penumpukan ketebalan lembaran pada
sambungan.
4. Potonglah nok atap (penutup) yang berlebihan.

Gambar 103. Penutup ujung atas yang menempel di dinding

r. Lembaran asbes semen pada bentuk-bentuk atap sederhana


- Ujung lembaran asbes semen dipotong menonjol atau melewati rangka atap.
- Pada arah lebar lembaran, pemakuan berada. pada puncak gelombang ke-2 ke-6
dan seterusnya, setelah dibor lobang terlebih dahulu.
- Pada ujung gording ,dipasangi klos untuk memasang asbes semen secara merata
rata.
- Pasanglah paku pada puncak gelombang ke-2, ke-6 dan ke-10.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 109


- Pasanglah lembaran asbes semen melewati rangka atap.
- Ujung gording dipasang tidak menem bus dinding.
- Pasanglah paku pada puncak gelombang ke-2, ke-6 dan seterusnya. ,
- Pasanglah lembaran asbes semen melewati gording.
- Gording ditumpuk oleh tiang dari kayu dan menonjol ke luar.
- Pasanglah paku pada puncak gelombang ke-2, ke-6 dan seterusnya.
- Pasanglah lembaran asebes semen lewati ujung gording.

Gambar 104. Lembaran asbes semen pada bentuk-bentuk atap sederhana

8. Seng
Seng adalah merupakan salah satu dart sekian banyak bahan bangunan yang sering
digunakan sebagai penutup atap. Ukuran seng datar yang digalvanisir (disepuh) berkisar
915 mm x 1830 mm dengan beberapa macam tebal yang kurang dart 1 mm. Ukuran tebal
yang kurang dart 1 mm dinyatakan dengan BWG (Birmingham Wire Gauge). Ukuran tebal,
bobot yang sering dipakai. yaitu:
1. BWG 20 dengan tebal 0,90 mm, bobot 7,2/m2
2. 2 BWG 22 dengan tebal 0,70 mm, bobot 5,6/m2
3. BWG 24 dengan tebal 0,56 mm, bobot 4,5/m2
4. BWG 26 dengan tebal 0,46 mm, bobot 3,7/m2
5. BWG 28 dengan tebal 0,36 mm, bobot 2,9/m2
Ukuran seng gelombang biasa yang digalvanisir berkisar 760 mm x 1830 mm dengan
beberapa macam tebal yang dinyatakan dengan BWG. Ukuran tebal, bobot yang sering
digunakan sama seperti seng datar yaitu:
1. BWG 20 dengan tebal 0,90 mm, bobot 7,2/m2

Struktur & Konstruksi bangunan 02 110


2. BWG 22 dengan tebal 0,70 mm, bobot 5,6/m2
3. BWG 24 dengan tebal 0,56 mm, bobot 4,5/m2
4. BWG 26 dengan tebal 0,46 mm, bobot 3,7/m2
5. BWG 28 dengan tebal 0,36 mm, bobot 2,9/m2.
Seng ini mempunyai: lebar propil 76 mm, tinggi propil 16 mm dan banyaknya ge-
lombang ada 100. Seng yang digunakan sebagai penutup atap tidak dianjurkan untuk
bangunan bangunan utama, kecuali bangunan yang bersifat sederhana dan sementara. Cara
pemasangan seng hampir sama dengan pemasangan semen asbes gelombang biasa dapat
mencapai kemiringan 10°. Penyambungan ke arah lebar atau tumpangan sarnpingnya
sebaiknya diambil sebesar 1 ½ .gelombang dan tumpangan ke arah panjang atau
tumpangan akhir dapat diambil 15-20 cm. Susunan tiap lembar seng pada baris ke-1, ke-2
dan ke-3 merupakan "Susunan Bata". Dengan kata lain turnpangan samping pada baris ke-1
dan ke-2 begitu pula seterusnya berselang seling . Lembaran-lembaran seng dipasang di
atas usuk 5 x 7 cm dengan jarak berkisar 60 cm atau di atas gording langsung dengan
memperhatikan jenis dan kekuatan seng itu sendin. Cara pemakuan sama seperti pada
asbes gelombang yaitu menggunakan paku yang dilengkapi dengan cincin (ring) dari karet
yang tahan lama.

Gambar 105. Sambungan seng secara melebar & susunan seng gelombang

9. Sirap
Bahan penutup atap sirap dibuat dengan cara membelah-belah kayu yang keras
seperti kayu jati, belian dan onglen menjadi lembaran-lembaran yang mempunyai ukuran
tertentu. Ukuran-ukuran sirap ada bermacam-macaln, seperti berikut:
- Ukuran besar : panjang 60 cm, lebar 8 @ 9 cm dan tebalnya 4-5 mm
- Ukuran kecil : panjang 40 cm, lebar 5 cm dan tebalnya 3 @ 4 mm
Lamanya sirap sebagai penutup atap diperkirakan berumur 35 tahun. Pemasangan
sirap ini dilakukan di atas reng kayu dengan jarak serupa dengan genteng (± 22 cm). Di
atas setiap reng harus terdapat minimal 3 lapis sirap, dengan maksud agar air hujan yang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 111


jatuh tidak akan mencapai lapisan yang paling bawah, dengan kata lain untuk menghindari
adanya bocor karena sisipan air di antara lapisan sirap.

Gambar 106. Sistem pemasangan sirap

10. Spandec
Spandec adalah jenis bahan/material penutup atap yang terbuat dari baja ringan.
Ukuran dari material ini dapat disesuaikan dengan panjangnya atap, sehingga tidak
memerlukan sambungan tiap barisnya. Atap spandec diletakkan di atas gording dan
lebarnya hampir sama dengan seng, hanya bentuk gelombangnya yang berbeda. Sistem
pemasangan menggunakan baut apabila gordingnya menggunakan baja ringan, tetapi bila
menggunakan ring balok maka system pemakuan dipergunakan, dimana pakunya dilapisi
dengan karet atap, sehingga paku tidak terlepas bila terjadi beban angin yang sangat keras.
Dengan memperhatikan panjang material spandec yang disesuaikan dengan panjang
atap maka dibutuhkan pemesanan terlebih dahulu agar bias mendapatkan atap spandec
sesuai dengan tinggi atap yang ada pada bangunan. Tebal dari spandec adalah 4 mm,
bahannya sangat halus dan ringan sehingga memerlukan system pemakuan yang kuat.
Pemasangan spandec dimulai dari bagian pinggir atap.

D. KONSTRUKSI RANGKA ATAP/KUDA-KUDA


Suatu susunan rangka batang yang berfungsi untuk mendukung beban atap termasuk
juga beratnya sendiri dan sekaligus dapat memberikan bentuk pada atapnya dinamakan
Kuda-kuda (Rangka atap). Jarak kuda-kuda yang satu dengan yang lainnya biasanya
diambil berkisar 3 @ 4 m dari sumbu ke sumbu. Pada dasarnya ukuran kayu untuk
konstruksi kuda-kuda tergantung pada:
- Lebar bentang (l) yaitu: Jarak dari sumbu tembok ke sumbu tembok yang lain.
- Besarnya beban dan tegangan yang akan dipikul (misalnya beban tarik, tekan
maupun lentur).

Struktur & Konstruksi bangunan 02 112


1. Bentuk Konstruksi Kuda-Kuda/Rangka Atap
Kuda-kuda ini diletakkan di atas dua tembok selaku tumpuannya. Perlu diperhatikan
bahwa tembok diusahakan tidak menerima gaya horisontal maupun momen, karena tembok
hanya mampu menerima beban vertical. Bentuk dasar konstruksi kuda-kuda:
a. Akibat adanya beban maka titik pertemuan kedua kaki kuda-kuda bagian atas (P)
mengalami perubahan letak yaitu turun ke P', sehingga kaki kuda-kuda menekan ke dua
tembok ke arah samping.
b. Untuk mencegah agar kaki kuda-kuda tidak bergerak ke samping perlu dipasang balok
horisontal untuk menahan kedua ujung bawah balok kaki kuda-kuda tersebut. Balok
yang horisontal ini dinamakan balok tarik. (AB).
c. Karena bentangan cukup besar dan beratnya sendiri, mak' balok tank AB akan
melentur. Titik, P bergerak turun ke titik P'.
d. Untuk mengatasi adanya penurunan pada balok tank di ujung atas kaki kuda-kuda
dipasangi tiang dan ujung bawah tiang menggantung tengah-tengah balok tank AB.
Oleh karenanya dinamakan tiang gantung.
e. Bentangan makin besar, praktis kaki kuda-kuda yang miring, ini bertambah besar pules
Dan oleh adanya beban kaki ini dapat melentur.
f. Untuk mencegah adanya pelenturan pada ka.ki kuda-kuda perlu dipasangi batang
sokong/skoor di mana ujung bawah skoor memancad pada bagian bawah tiang
ganttmg ujung atas skoor menopang kira-kira bagian tengah kaki kuda-kuda.
g. Pada bangunan-bangunan yang berukuran besar, kemungkinan konstruksi kuda-kuda
melentur pada bidangnya karena kurang begitu kaku. Untuk itu perlu diperkuat dengan
dua batang kayu horisontal yang diletakkan kira-kira di tengah-tengah tinggi tiang
gantung.

Batang-batang pelengkap kuda-kuda dan bubungan/jurai pada konstruksi atap antara


lain, sebagai berikut:,
a. Balok ternbok (plat tembok), yaitu: balok yang dipasang di sepanjang tembok atau di
atas tumpuan beberapa tiang penyangga yang berfungsi untuk menahan usuk bagian
bawah.
b. Balok gording (gording), yaitu: batang memanjang yang sejajar balok tembok yang
diletakkan di atas kaki kuda-kuda untuk menumpu usuk dari sambungannya.
c. Balok bubungan (nok), yaitu: balok memanjang yang diletakkan di atas puncak kaki
kuda-kuda dan sejajar balok gording (pada atap pelana) dan sekaligus . berfungsi untuk
menahan pertemuan usuk bagian atas.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 113


d. Papan bubungan, yaitu: lembaran papan yang diletakkan berdiri di atas balok
bubungan yang berfungsi untuk menahan genteng bubungan dan adukannya
e. Balok kunci, yaitu: balok yang dipasang di atas atau di samping balok tarik yang
berfungsi untuk mengunci/menahan sambungannya.
f. Balok angin (ikatan silang), yaitu: balok yang dipasang saling menyilang di antara
tiang-tiang gantung yang diperkuat dengan baut mur.
g. Balok topang, yaitu: balok yang dipasang miring di mana ujung atasnya menopang
balok bubungan dan ujung-bawahnya memancad pada tiang gantung. Balok ini berfungsi
untuk menahan pelenturan balok bubungan.
h. Usuk (kasau-kasau), yaitu: kayu yang berukuran 7 cm atau 1 cm yang menumpang di
atas balok bubungan, balok gording dan balok tembok yang diletakkan berjejer di atas
balok gording dengan jarak ± 50 cm dari. sumbu ke sumbu (kecuali pada jurai
luar/dalam atap perisai).
i. Reng, yaitu kayu yang berukuran 2cm atau 3/4 cm yang dipasang di atas usuk. Jarak
reng tidak pasti ini disesuaikan dengan ukuran panjang genteng yang digunakan.
j. Balok bubungan miring (jurai luar), yaitu: balok yang berada pada pertemuan dan
bidang atap yang menjorok ke luar.
k. Balok lembahan (balok jurai dalam = balok jurai talang), yaitu: balok yang
berada pada pertemuan dua bidang atap yang menjorok ke dalam membentuk
lernbahan/talang..
l. Tiang pincang, yaitu: tiang yang ujung atasnya menopang balok bubungan miring pada
jarak spanjangnya dari sudut tembok, dan ujung bawahnya menumpang di atas batang
tunjang atau batang pikul.
m. Batang tunjang (batang pikul), yaitu: batang diagonal yang dipasang di atas atau di
bawah balok tembok yang berfungsi memikul tiang pincang. Panjang batang tunjang
maksimal 3 m atau dipasang lebih kurang 1,5 m dari sudut tembok.
n. Batang pincang (batang-batang apit), yaitu: dua batang kayu yang mengapit ujung
bawah tiang pincang dan balok bubungan miring.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 114


Gambar 107. Bentuk ½ kuda-kuda

Struktur & Konstruksi bangunan 02 115


2. Nama dan Ukuran Kayu Pada Konstruksi Kuda-Kuda dan Bubungan
Tabel 12. Ukuran kayu untuk kuda-kuda dan bubungan miring

Bentangan teori (L) dalam meter


No Nama Balok No
3–4 4–6 6–7 7–8 8 – 10 10 – 12
1 Balok tarik a 7/10- 7/12-8/14 7/14-8/15 7/15-8/16 8/16 8/16
8/12
2 Balok kunci b *) 7/12-8/14 7/14-8/15 7/15-8/16 8/16 8/16
3 Kaki kuda- c 6/8-8/12 7/10-8/12 7/12-8/14 7/14-8/15 8/15 8/16
kuda
4 Tiang gantung d 7/8-8/10 7/10-8/12 7/12-8/14 7/14-8/15 8/15 8/16
5 Batang sokong e *) 6/8-8/10 7/10-8/12 7/12-8/14 8/12- 8/14-
8/14 8/15
6 Balok gapit f *) 5/10 5/12 5/12 6/15 6/16
7 Balok g 7/10- 7/12-8/14 7/14-8/15 7/15-8/16 8/16 8/18
hubungan 8/12
8 Balok gording h 7/10- 7/12-8/14 7/14-8/15 7/15-8/16 8/16 8/18
8/12
9 Balok tembok i 7/8-8/10 7/10-8/12 7/12-8/14 7/15-8/16 8/15 8/16
10 Balok j 7/10- 7/12-8/14 7/14-8/15 7/15-8/16 8/16 8/18
hubungan 8/12
miring
11* Balok tunjang k *) 8/10 8/12 10/12 10/14 8/14
12* Tiang pincang l * 7/8-8/10 7/10-8/12 7/12-8/14 8/12 8/14
13* Balok pincang m *) 4/10 5/10 5/12 6/15 6/16
Keterangan:

*) Tidak diperlukan
* Tidak diperlukan pada bentuk atap pelana karena tidak ada bubungan miring.

3. Hubungan Balok Pada Konstruksi Kuda-Kuda


a. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok tarik dan balok tembok
Kaki kuda-kuda menerima beban yang ada di atasnya yang disampaikan oleh
gording. . Pen dibuat pada kaki kuda-kuda yang dilengkapi dengan gigi atau tumit.
Dalamnya lobang untuk pen maksimum 1/2 tinggi balok tarik (1/2 t) tebal pen dibuat sdebar
balok tarik. Gigi atau tumit dibuat sedalam 1/6 @ 1/8 t dengan maksimum 2 cm. Ukuran
besarnya lobang yang dibuat pada balok tarik disesuaikan dengan besarnya pen yang akan
masuk. Jarak gigi sampai ke sisi dalam balok tembok biasanya dibuat 3 @ 5 cm. Hubungan
antara balok tarik dengan balok tembok dilaksanakan dengan sambungan ekor burung
melintang dengan kedalaman maksimum 2 cm yang diperkuat dengan sebatang angkur Ø
14 mm yang salah satu ujungnya berulirs untuk pemasangan mur.
Penguncian hubungan pen dan lobang tadi dilaksanakan dengan menggunakan plat
besi atau beget besi 3,4 x 40 mm Begel besi ini bentuknya menyerupai huruf ''U" yang
kedua ujungnya berulir untuk pemasangan mur. Bentuk lain hubungan kaki kuda-kuda
dengan balok tarik dapat dilakukan sebagai berikut:

Struktur & Konstruksi bangunan 02 116


1. Pen/gigi dibuat tegak lurus terhadap kaki kuda-kuda.
2. Pen/gigi membagi dua sama besar sudut apit balok tarik dengan kaki kuda-kuda.
3. Pen/gigi tegak lurus balok tarik dengan gigi ganda.
4. Pada puncak dibuat gigi yang membagi sudut apit sama besar dan dibagian
belakangnya dibuatkan tumit.

Gambar 108. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok tarik dan balok tembok

Struktur & Konstruksi bangunan 02 117


b. Hubungan kaki kuda-kuda bagian atas dengan tiang gantung bagian atas
Ini dilaksanakan dengan hubungan pen dan lobang yang dilengkapi gigi pada
masing-masing pundaknya. Dalamnya gigi 1/6 @ 1/8 t, dalamnya lobang maksimum 1/3 t
dengan lebar 1/3 b (lebar balok). Pengunciannya memakai sepasang plat besi yang
ditembus dengan 3 batang mur-baut 14 mm. Di bagian ujung atas tiang gantung dicoak
sedemikian rupa untuk meletakkan bubungan. Pada kedua sudut atas balok bubungan
diketam miring sesuai dengan lereng atapnya dengan maksud agar ujung usuk bagian atas
dapat menumpang dengan sempurna. Usuk pada balok bubungan diperkuat dengan paku.
Bagian atas yang rata dari balok bubungan dipasang papan bubungan 2 x 15 cm atau x 20
cm yang dijepit oleh kedua ujung usuk sebelah kanan dan kiri. Hubungan pen dan lobang
pada. kaki kuda-kuda pada tiang gantung dapat dibuat dengan cara lain, yaitu pada
sambungan dibuat miring ke luar ke sebelah atas tanpa menggunakan gigi, akan tetapi ada
tumitnya. Hubungan kaki kuda-kuda satu dengan yang lainnya yang tidak memiliki tiang
gantung dapat dilakukan dengan coakkan ½ tebal yang dikunci oleh sebatang mur baut ±Ø
14 mm. Konstruksi ini biasanya digunakan untuk bentangan kecil.

Gambar 109. Kaki kuda-kuda bagian atas dengan tiang gantung bagian atas

Struktur & Konstruksi bangunan 02 118


c. Hubungan kaki kuda-kuda dengan balok sokong dan gording
Kaki kuda-kuda merupakan batang miring yang cukup panjang yang sewaktuwaktu
bisa melentur dengan adanya beban yang berlebihan di atasnya. Untuk mengatasi keadaan
ini perlu dipasang batang/balok sokong. Hubungan yang digunakan ,pada kaki kuda-kuda
dan balok sokong adalah pen dan lobang tak tembus: Panjang pen maksimum 1 3 tinggi

balok (1 3 t) dan tebalnya 1 3 lebar balok (1 3 b). Hubungan ini dapat juga dilengkapi gigi

sedalam 1/6 @ 1/8 t atau maksimum 2 cm yang diperkuat dengan sepasang plat besi
berikut 2 batang mur baut () 14 @ 16 mm. Sedangkan hubungan balok gording dengan
kaki kuda-kuda dibuat dengan menarik gording sedalam 1½@ 2 cm. Di bawah gording/di
atas kaki kuda-kuda dipasang ganjel dari kayu yang dinamakan klos (tupai-tupai).
Pemasangan klos ini dibuat dengan gigi sedalam 1/6 @ 1/8 t yang diperkuat dengan 2
batang paku.
Sambungan kaki kuda-kuda dapat diletakkan di sebelah atas ujung balok sokong
sejauh ± 15 cm (setinggi balok t). Bila sambungannya dilengkapi dengan pemasangan balok
kunci maka sambungan bibir miring ini dapat diletakkan tepat di atas ujung balok sokong.
Pengakuan balok kaki kuda-kuda dengan balok kunci memakai 4 batang mur baut  14 @
16 mm. Jarak tegak antara tarikan benang dengan sisi atas kaki kuda-kuda berkisar 15 cm
untuk ukuran balok gording 8/2 cm.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 119


Gambar 110. Kaki kuda-kuda dengan balok sokong dan gording

d. Hubungan balok tarik dengan tiang gantung


Hubungan balok tarik tanpa sambungan dengan tiang gantung tanpa balok sokong
dibuat dengan- pen dan lobang. Pen dibuat pada ujung bawah tiang gantung dengan tebal
1
/3 lebar tiang dan kedalaman pen maksimum 1/2 tinggi balok tariknya (pen tak tembus).
Mengingat fungsi tiang gantung untuk menggantung balok tarik, maka bubungannya
dengan balok tarik sedemikian rupa, sehingga ujung pen maupun pundaknya pen tidak
menempel pada- balok tarik atau dasar lobang pen. Jarak renggangan antara pundak pen
dengan sisi atas balok tarik, maupun jarak ujung pen dengan dasar lobang berkisar antara 1
½ @ 2 cm dengan maksud apabila balok tarik melentur, masih ada renggangan untuk me-
narik ke atas oleh tiang gantung.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 120


Gambar 111. Hubungan balok tarik dengan tiang gantung

e. Sambungan panjang balok tarik dan bubungannya dengan tiang gantung


Pada konstruksi kuda-kuda yang mempunyai bentang besar akan diperlukan adanya
sambungan pada balok tarik. Banyaknya sambungan yang ada pada balok tarik sangat
tergantung pada besar bentangan dan ukuran panjang kayu yang ada di pasaran. Macam-
macam sambungan yang dapat digunakan untuk menyambung balok tarik dalam
hubungannya dengan tiang gantung adalah:
- Sambungan dengan lidah dan alur yang diperkuat oleh pasangan balok kunci. Pada
masing-masing ujung balok yang disambung dibuatkan alur dan lidah dengan ukuran:
tebal lidah 1/3 lebar balok tarik, panjang lidah 4 @ 5 cm. Untuk membantu menahan
gaga tank yang bekerja padanya perlu dipasang sebatang balok kunci di atas sambungan
yang panjangnya 6 @ 7 lebar balok tank. Hubungan balok kunci dengan balok tarik
dibuat dengan gigi sedalam 1/6 @ 1/8 tinggi balok tarik atau sekitar 80 @ 100 cm yang
ditembus oleh 4 buah mur-baut  14 atau 16 mm. Dan hubungan balok kunci dengan
tiang gantung menggunakan pen dan lobang dengan renggangan pada puncak dan
ujung pen. Balok sokong memancad pada tiang gantung sejauh ± 15 cm (tinggi balok
tarik) dari sisi atas balok kunci.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 121


- Sambungan bibir miring berkait yang diperkuat oleh pasangan balok kunci. Sambungan
balok tarik menggunakan bibir miring berkait. Di kedua ujung balok tarik yang akin
disambung msing-masing ditarik sedalam 1/6 @ 1/8 tinggi balok tarik. Panjang bibir
dalam arah datar dapat diambil sekitar 2 ½ tinggi balok tarik dan di tengah-tengah
panjang bibir ditarik siku sehingga membentuk kait sebagai penahan gaya tarik.
- Sambungan bibir lurus berkait yang diperkuat pernasangan balok kunci Kedua ujung
balok yang akan disambung ditakik sepanjang 2 ½ tinggi balok (panjang bibir). Mulai di
tengah-tengah panjang bibir, masing-masing ditakik 2/5 dan 3/5 tinggi balok. Selisih
takikan ini akan memperoleh tinggi kait yaitu sebesar 1/5 tinggi balok (1/5 t).
- Sambungan memanjang kunci dua sisi (kunci jepit). Kedua ujung balok tarik yang akan
disambung dirapatkan begitu saja kemudian pada sisi atas dan bawah balok tank dijepit
oleh dua batang balok kunci yang diperkuat oleh 4 batang mur-baut  14 @ 16 mm.
Hubungan balok tank dengan balok kunci memakai gigi atau takikan sedalam 1/6 @ 1/8
tinggi balok dengan panjang masing-masing berkisar 20 cm

Gambar 112. Sambungan panjang balok tarik dan bubungannya dengan tiang gantung

Struktur & Konstruksi bangunan 02 122


f. Hubungan bagian atas tiang gantung dengan sambungan balok bubungan
Sambungan balok bubungan dapat diletakkan tepat di atas Ujung tiang gantung atau
sedikit di luar ujung tiang gantung. Balok bubungan menumpang masuk di atas tiang
dengan hubungan gigi takik sedalam 1/6 @ 1/8 tinggi balok (1/6 @ 1/8) atau maksimal
ditakik 2 cm.

Gambar 113. Bagian atas tiang gantung dengan sambungan balok bubungan

g. Tumpangan usuk bagian atas dan bawah pada balok gording


Cara meletakkan usuk bagian atas dan bawah (sambungan) di atas balok gording
seperti berikut:
- Masing-masing ujung usuk saling menumpang secara menerus dengan sambungan bibir
miring. Tumpangan ini kemudian dipaku sampai masuk ke balok gording. Jarak usuk ke
usuk 50 cm.
- Letak usuk bagian atas dan bawah dibuat berselang-seling yang berjarak 25 cm dari
sumbu ke sumbu. Ujung usuk dibiarkan melewati balok gording minimal 7 cm yang
kemudian diperkuat dengan paku.
- Ujung usuk bagian atas dan bawah saling merapat berselang-seling dan melewati gording
minimal 7 cm dan masing-rnasing ujungnya dipaku pada gording.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 123


Gambar 114. Tumpangan usuk bagian atas dan bawah pada balok gording

h. Hubungan balok tembok dengan usuk dan reng pada bidang atap
Agar usuk bagian bawah dapat menumpang dengan balk pada balok tembok, maka
pada salah satu sudut balok tembok yang berhubungan dengan usuk diketam miring sesuai
dengan besarnya kemiringan bidang atap. Jarak satu usuk dengan yang lain biasanya
diambil berkisar 50 cm dari sumbu ke sumbu pada bentuk atap pelana maupun perisai. Usuk
atau kasau-kasau yang sering digunakan berukuran 5 x 7 ern dan 4 x 6 cm. Usuk atau
kasau-kasau yang sering digunakan berukuran 5 x 7 ern dan 4 x 6 cm. Untuk memperoleh

Struktur & Konstruksi bangunan 02 124


basil penutup bidang atap yang betul-betul rata (tidak bergelombang-gelombang),
diusahakan tidak terlalu banyak ada sambungan reng dan tebal reng sama yaitu 2 cm.

Gambar 115. Posisi balok tembok, usuk dan reng pada bidang atap pelana

Struktur & Konstruksi bangunan 02 125


Gambar 116. Posisi balok tembok, usuk dan reng pada sudut bidang atap perisai.

E. KONSTRUKSI BUBUNGAN
1. Cara menentukan panjang jurai luar yang sebenarnya
- Cara "Rebahan"

Gambar 117. Tampak atas rencana atap ―perisai‖

Struktur & Konstruksi bangunan 02 126


dimana ;
 A, B adalah: titik perletakan pada tembok = bentangan kuda-kuda
 g.p. adalah: garis pertolongan/potongan
 C1 D1 adalah: panjang balok jurai luar pada gambar tampak atas rencana atap
perisai.
 Tariklah garis C1 C2  C1 D1, di mana C1 C2 = t = tinggi kuda-kuda yang diukur
dari sisi atas balok tank sampai sisi atas balok bubungan (tinggi yang
sebenarnya).
 Hubungan titik C2 dengan titik A1 dan diteruskan.
 Melalui titik D1, tariklah garis yang sejajar dnegan C 1 C2 sampai memotong
perpanjangan garis C2 Al di titik D2. Jadi garis D1 D2  D1 .
 C2 D2 adalah panjang jurai luar yang sebenarnya (yang dicari).
- Cara "Proyeksi"

Gambar 118. Proyeksi atap ―perisai‖

 A, B adalah: titik-titik perletakan pada tembok = bentangan kuda-kuda.


 t adalah: tinggi kuda-kuda yang diukur dari sisi atas balok tarik sampai sisi atas
balok bubungan (tinggi yang sebenarnya).
 C1 adalah: proyeksi titik pertemua.n antara dua balok jurai luar/bubungan miring
dengan balok bubungan pada bidang datar (letak tepi atas tembok).
 gp adalah: garis pertalangan melalui C1 dan tegak lurus terhadap balok
bubungan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 127


  adalah: sudut apit antara balok-jurai luar dn bidang datar.
  adalah: sudut apit antara bidang atap dan bidang datar atau sudut lereng atap
( # ).
 Melalui titik pusat C1 lingkarkanlah titik Al dan D1 sampai bertemu pada garis
pertolongan gp, sehingga masing-masing menghasilkan titik A' dan B'.
 Melalui titik A' buatlah garis sejajar dengan AA 1 sampai memotong perpanjangan
garis balok tarik di titik A2. Titik A2 merupakan titik dukung.
 Titik C2 (titik puncak kuda-kuda) dihubungkan dengan titik A 2 dan diteruskan.
 Dari titik B' tariklah garis sejajar dengan A'A2 sampai memotong perpanjangan
garis C2 A2 di titik D2. Sebagai titik akhir (ajung bawah balok jurai luar).
 C2 D2 adalah panjang balok jurai luar yang sebenarnya (yang dicari).

Gambar 119. Tampak depan & Tampak atas atap ―perisai‖

Struktur & Konstruksi bangunan 02 128


2. Cara mencari sudut apit bidang-bidang atap ()

Gambar 120. Mencari sudut apit bidang-bidang atap ()

Struktur & Konstruksi bangunan 02 129


Langkah-langkahnya:
 Buat garis AB tegak lurus BC yang merupakan sudut balok temboic dan garis BD
merupakan as jurai luar atau as bubungan miring.
 Pilihlah titik sembarang E pada garis BD. Dan titik E tariklah garis sik a terhadap BC,
sampai bertemu di titik F, di mana EF = 1/2 bentang kuda-kuda (1/2 l)
 Tariklah dari titik F garis miring yang dengan EF membentuk sudut sama besar
dengan sudut miring bidang atap ()
 Melalui titik E buatlah garis tegak lurus BF yang memotong garis miring atap di Er.
Segitiga EFEr adalah rehahan dari nairingnya atap. di mana E Er = tr = tinggi bidang
atap.
 Dari titik E dirikanlah garis tegak lurus BE yang mana Er' = Er = tr. Kemudihn
hubungkan titik B dengan Er', maka akan didapat segitiga BEEr yang merupakan
rebahan jurai yang mengelilingi BE. Sudut Er = tr = sudut miring jurai luar.
 Tariklah mulai dari titik sembarang H garis siku pada BEr' yang menghayalkan
sebuah bidang dan memotong bidang horizontal setinggi sisi atas balok tembok di
titik G yang dalam denah merupakan garis JK,
 Lingkarkanlah GH, di mana titik G sebagai titik pusat lingkaran. sehingga didapat titik
Hr.
 Jadi sudut JHrK =  = sudut apit bidang-bidang atap (yang dicari). Perlu diketahui
bahwa  = 
 Apabila di sebelah kanan dan kiri garis BD ditarik dua garis sejajar yang berjarak 1/2
tebal jurai (1/2 b), maka garis JHr dan garis HrK menjadi pemiringan sisi atas balok
jurai luar/balok bubungan miring.

3. Rencana rangka atap dengan juiai luar dan jurai dalam pada denah bangunan
yang menyerupai huruf "L"
Rencana rangka atap dimaksudkan adalah: tampak atas dari susunan kuda-kuda/ 1/2
kuda-kuda, tampak letak kuda-kuda, pertemuan balok gording, balok jurai. balok tembok
usuk dan reng. Pada bagian pengakhiran atap perisai terlihat adanya penutup bidang atap
berbentuk segitiga yang ditahan oleh kuda-kuda separuh atau 1/2 kuda-kuda. Kedua ujung
balok gording yang ada di sini didukung oleh kedua balok luar. Panjang gording yang
diperkenankan maksimum 4.00 m, agar gording tidak melentur oleh adanya beban maupun
karena beratnya sendiri. Apabila jurai luar au-pun jurai dalam cukup panjang, maka akan
timbul pelenturan dan pergeseran ke bawah dalam arah panjangnya yang disebabkan oleh
adanya gaya-gaya yang bekerja Gejala ini dapat dicegah dengan memasang tiang pincang

Struktur & Konstruksi bangunan 02 130


yang bertumpu pada batang tunjang atau batang pikul. Batang tunjang dapat dipasang di
atas atau di bawah balok tembok, asalkan nantinya tidak mengganggu pemasangan langit-
langit. Panjang batang tunjang maksimum 3,00 m yang dipasang lebih kurang 1 50 m dari
sudut tembok. Ujung alas tiang pincang yang menyokong balok jurai luar berjarak sebesar
1/3 dari panjang balok jurai luar terhitung dari titik sudut perletakan tembok. Untuk
pengakuan hubungan ini dipasanglah batang-batang apit yang disebut batang pincang yang
terdiri dari 2 balok berukuran 1/12 cm. Dengan dipasangnya tiang pincang batang tunjang
dan batang pincang diharapkan gaya-gaya yang diterima oleh balok jurai luar dapat
dipindahkan kepada tembok secara vertikal dan merata.
Jurai luar dan jurai dalam pada rencana rangka atap

Gambar 121. Jurai luar pada rencana rangka atap

Struktur & Konstruksi bangunan 02 131


Gambar 122. Jurai dalam pada rencana rangka atap

4. Hubungan antara balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar)
Hubungan ini dapat dilaksanakan dengan dua cara:

a. Ujung balok bubungan sengaja dibuat menonjol ke luar dari tiang gantung sejauh
maksimum 1,00 m. Untuk mencegah agar balok bubungan tidak melentur, perlu
dipasang batang topang yang masing-masing ujungnya memancad pada tiang gantung
dart balok bubungan. Kedua ujung balok bubungan miring yang telah ditakik
menyerupai mulut ikan, kemudian dipertemukan dengan ujung balok bubungan.
b. Ujung balok bubungan berakhir tepat di atas ujung tiang gantung. Dengan demikian
pada satu tit& akan bertemu 4 ujung balok yaitu balok bubungan tiang gantung dan 2

Struktur & Konstruksi bangunan 02 132


ujung balok bubungan miring. Kedua ujung atas balok bubungan miring yang akan
dipertemukan ditakik menyerupai mulut ikan.

Gambar 123. Balok bubungan dengan balok bubungan miring (jurai luar)

5. Hubungan antara balok bubungan miring dengan balok tembok


Hubungan balok bubungan miring dengan balok tembok dilaksanakan dengan 2 cara
yaitu:
a. Untuk atap yang memakai emperan, maka balok bubungan miring diteruskan melalui
sisi atas perpotongan siku-siku balok tembok sampai sudut pertemuan papan lis/lis
plang. Pada perpotongan balok tembok dibuat takikan sedemikian rupa, sehingga balok
bubungan miring dapat menumpang di atasnya dengan sempurna. Agar kedua balok
tembok ini tidak bergeser, maka di dekat perpotongannya masing-masing dipasang
angker 14 @ 16 mm yang menusuk ke tembok.
b. Pada cara yang kedua ini balok tembok tidak saling berpotongan melainkan hanya
merapat/menempel saja dengan sisi-sisi samping balok bubungan miring. Balok
bubungan miring berjalan terus di antara ujung-ujung balok tembok dan sisi bawahnya
menumpang Iangsung di antara tembok. Masing-masing balok di dekat sudut tembok
ditembus oleh angker  14 @ 16 mm yang dibungkus oleh adukan beton dengan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 133


campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil dan air secukupnya.

Gambar 124. Balok bubungan miring dengan balok tembok

Struktur & Konstruksi bangunan 02 134


6. Hubungan antara tiang pincang dengan sambungan balok bubungan miring
Apabila balok bubungan terlalu panjang maka perlu dibuat sambungan dengan alur
dan lidah yang diperkuat oleh pemasangan balok kunci lengkap dengan gigi sebagai kaitnya.
Dalampya gigi dapat diambil 1/6 @ 1/8 tinggi balok (t), panjang balok kunci 7 @ 8 t atau ±
100 cm. Ujung atas tiang pincang memancad. di tengah-tengah panjang balok kunci dengan
hubungan pen dart lobang (gambar 84a) atau pada ujung bawah balok kunci kemudian
ditembus oleh 4 bittang mur-baut 14 @ 16 mm. Perlu diperhatikan bahwa ujung atas tiang
pincang yang memancad, harus terletak pada 1/3 panjang balok bubungan miring terhitung
dari sudut tembok sebagai perletakkan.

Gambar 125. Tiang pincang dengan sambungan balok bubungan miring

7. Hubungan tiang pincang dengan batang tunjang dan batang pincang


Tiang pincang menumpang di atas batang tunjang yang melintang dengan meng-
gunakan hubungan takik dukung atau dapat juga dengan takik purus (purus dibuat pada
ujung bawah tiang pincang). Agar konstruksi dukung balok bubungan miring ini tidak bisa

Struktur & Konstruksi bangunan 02 135


bergeser (kakis) maka bagian bawahnya dipasang batang pincang yang terdiri dari 2 balok
yang mengapit/menjepit tiang pincang maupun balok bubungan miring

Gambar 126. Tiang pincang dengan batang tunjang dan batang pincang

8. Hubungan balok bubungan miring dengan gording dan usuk


Hubungan ini dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Seluruh muka ujung balok gording menempel begitu saja pada bidang sisi samping
balok bubungan miring. Usuk-usuk menumpang di atas gording dan balok bubungan
miring yang sekaligus menjepit papan bubungan.
b. Sebagian muka ujung balok gording menempel dan sebagian lagi berada di bawah
balok bubungan miring. Ujung balok gording ditakik menyerupai mulut ikan yang
mengikuti kemiringan balok bubungan miring.

Gambar 127. Balok bubungan miring dengan gording dan usuk

Struktur & Konstruksi bangunan 02 136


9. Potongan hubungan balok bubungan miring dengan gording dan usuk
a. Pada lembahan/jurai talang

Gambar 128. Lembahan/jurai talang

b. Pada bubungan miring/jurai luar

Gambar 129. Bubungan miring/jurai luar

Struktur & Konstruksi bangunan 02 137


10. Hubungan balok tarik dengan tiang gantung dan balok sokong pada kuda-
kuda separuh (1/2 kuda-kuda).
Konstruksi kuda-kuda separuh terdapat pada bidang atap yang berbentuk segitiga di
perrnulaan dan pengakhiran bentuk atap perisai maupun bentuk atap tenda. Atau dengan
kata lain berada di antara 2 jurai luar/bubungan miring. Kuda-kuda separuh ini dimaksudkan
untuk mendukung balok gording agar tidak melentur. Di bagian ujung atas tiang gantung
akan bertemu 3 batang kaki kuda-kuda di atasnya lagi juga bertemu 3 batang, yaitu 2 balok
bubungan miring dan 1 balok bubungan. Dengan adanya pertemuan 3 batang pada satu
titik, praktis akan rnemperlemah tiang gantung karena adanya lobang-lobang untuk pen.
Pada bagian bawah tiang gantung juga bertemu 3 balok tarik dan 3 balok sokong.
Pada sambungan balok tank kuda-kuda penuh dipasang balok kunci sebagai tempat
membuat hubungan dengan tiang gantung. Ujung balok tarik kuda-kuda separuh
bertemu/merapat dengan sisi samping balok tank pada kuda-kuda penuh. Agar kedudukan
balok tarik kuda-kuda separuh itu kuat, maka bagian ujung bawah ditakik sedemikian rupa
untkik pemasangan klos penahan. Setiap hubungan yang ada selalu diperkuat dengan begel
besi yang ditembus oleh mur-baut Ø 14 @ 16 mm. Untuk itu ukuran tiang gantung dapat
diambil 12/12 atau 14/14 cm.

Gambar 130. Rencana rangka atap perisai dengan kuda-kuda separuh

Struktur & Konstruksi bangunan 02 138


Gambar 131. Detail A, B, pada rangka atap perisai dengan kuda-kuda separuh

Struktur & Konstruksi bangunan 02 139


F. BENTUK-BENTUK KONSTRUKSI KUDA-KUDA
Adapun macam-macam bentuk kuda-kuda (rangka atap) yang sering digunakan
antara lain:
1. Kuda-kuda atap seng kuap/sandar dengan bentang 200 @ 300 cm

Gambar 132. Kuda-kuda atap seng kuap/sandar dengan bentang 200 @ 300 cm

Struktur & Konstruksi bangunan 02 140


2. Kuda-kuda atap pelana yang ditopang oleh tiang dengan bentang 300 @ 400
cm.

Gambar 133. Kuda-kuda atap pelana yang ditopang oleh tiang dengan bentang 300 @ 400
cm.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 141


3. Kuda-kuda atap pelana yang didukung oleh tembok dengan bentang 400 cm.

Gambar 134. Kuda-kuda atap pelana yang didukung oleh tembok dengan bentang 400 cm.

4. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 142


Gambar 135. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm.

5. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm. (alternatif)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 143


Gambar 136. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 400 @ 600 cm. (alternatif)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 144


6. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 600 @ 800 cm.

Gambar 137. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 600 @ 800 cm.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 145


7. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 1200 cm.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 146


Gambar 138. Kuda-kuda atap pelana dengan bentang 1200 cm.

8. Kuda-kuda atap joglo

Struktur & Konstruksi bangunan 02 147


Struktur & Konstruksi bangunan 02 148
Gambar 139. Kuda-kuda joglo & detail

9. Kuda-kuda atap mansard

Struktur & Konstruksi bangunan 02 149


Gambar 140. Kuda-kuda atap mansard & detail

10. Kuda-kuda atap gergaji

Struktur & Konstruksi bangunan 02 150


Gambar 141. Kuda-kuda atap gergaji & detail

G. RANGKUMAN
Atap merupakan bagian dari up struktur dimana atap berfungsi sebagai penerima
beban angin. Atap memiliki bagian-bagian yang sangat penting dalam system struktur
diantaranya:
1. Bentuk atap seperti: plat beton, pelana, perisai, joglo, setengah lingkaran, gergaji, atap
setengah, dll.
2. Bahan/material penutup seperti: genteng, bubungan, asbes semen, seng, sirap dan
spandec.
3. Konstruksi kuda-kuda, seperti: konstruksi kuda-kuda pelana konstruksi kuda-kuda
perisai. Dll.
Dengan memperhatikan system struktur pada atap maka dapatlah disesuaikan dengan
system pemasangan dari tiap-tiap bentuk atap, bahan/material penutup dan system
konstruksi kuda-kuda yang akan dipasang pada bangunan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 151


H. TUGAS
RANCANGAN TUGAS IV & V
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 4, 5)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Memahami defenisi atap
 Memahami jenis-jenis bentuk atap, bahan/material penutup atap dan system
konstruksi kuda-kuda pada atap.
 Memahami penggunaan balok pada system konstruksi kuda-kuda atap.
 Menerapkan dalam bentuk sketsa bentuk atap dan konstruksi kuda-kuda
 Menerapkan kreativitas individu ke dalam bentuk kerja kelompok .
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : memilih bentuk atap, bahan/material atap dan system konstruksi
kuda-kuda pada atap (2D & 3D)
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Menyesuaikan bentuk atap dengan bahan/material atap sekaligus dengan
konstruksi kuda-kuda atap (membuat sketsa dalam bentuk rencana kap dan
proyeksi atap, yang memperlihatkan system penggunaan balok pada atap) yang
dipergunakan pada bangunan yang akan diterapkan dalam tugas
kelompok/group.
 Sketsa bentuk atap dan konstruksi kuda-kuda atap secara mendetail (2D dan
3D), dimana jumlahnya ditentukan. (perencanaan tugas kelompok)
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.
 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand,
pensil 2B, pena dan menggunakan kertas A2.
 Penerapan materi atap dituangkan dalam bentuk sketsa.
d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Merencanakan gambar bentuk atap dalam desain rencana kap, konstruksi kuda-
kuda, detail system sambungan kuda-kuda atap pada suatu bangunan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 152


4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 5%)
 Pemahaman, terhadap system konstruksi atap pada bangunan berlantai 2 - 4
(0,5%)
 Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan gambar)(3%)
 Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, skala) (1%)
 Teknik presentasi gbr (kreatif, penampilan gambar, komunikasi/ bahasa) (0,5%)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 153


Sesi Perkuliahan Ke : 6

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 6, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi plafond/ ceeling pada bangunan berlantai
2 – 4.
2. Memahami dan menjelaskan fungsi dan bahan/material plafond pada bangunan
berlantai 2 – 4 .
3. Mengetahui dan menerapkan sketsa konstruksi rangka palfond serta memahami
langkah-langkah pengerjaan plafond pada bangunan berlantai 2 – 4 .

II. Topik Pembahasan

“P L A F O N D”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari defenisi, fungsi, bahan/material plafond
dan konstruksi rangka langit-langit/plafond pada bangunan berlantai khususnya
bangunan berlantai 2 – 4.

IV. Bahan Bacaan

1. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical


Developing Country.
2. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
3. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
4. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung

V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi atap pada bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Jelaskan jenis-jenis bahan/material dan ukuran plafond atap pada bangunan
berlantai 2 - 4.
3. Sketsa bentuk konstruksi rangka plafond pada bangunan berlantai 2 – 4 .

Struktur & Konstruksi bangunan 02 154


MATERI 6
PLAFOND

A. DEFINISI & FUNGSI PLAFOND


Suatu lapisan atau bidang yang membatasi tingginya suatu ruang dan berfungsi
untuk keamanan kenyamanan serta keindahan suatu ruangan disebut langit-langit (plafond).
Tinggi langit-langit diukur dari sisi atas muka lantai sampai dengan sisi bawah muka bidang
pembatas/langit-langit. Tinggi langit-langit ini minimal 3.00 m, untuk rumah tinggal dengan
ukuran sedang dapat diambil tingginya 3.00 @ 4.00 m. Bila langit-langit dipasang terlalu
rendah (kurang dari 2,80 m) maka ruangan akan terasa pengap/sesak dan siklus udara
kurang baik. Begitu pula bila langit-langit dipasang terlalu tinggi maka terasa asing bagi
penghuninya atau kurang "Bersahabat".
Secara umum di atas telah dikemukakan bahwa langit-langit/plafond berfungsi
untuk keamanan, kenyamanan dan keindahan (estetika) suatu ruangan. Adapun fungsi
langit-langit secara rinci adalah:
1. Menahan berbagai kotoran kecil yang jatuh dari celah-celah genteng seperti: debut
percikan air, binatang-binatang kecil yang membahayakan.
2. Menetralisir rasa panas dan dingin yang berasal dari bidang atap (sebagai isolator).
3. Untuk menutup konstruksi rangka atap agar tidak terlihat dari bawah, sehingga ruangan
tampak rapih dan bersih.
4. Turut meredam suara akibat air hujan yang jatuh pada bidang atap.
5. Sebagai pembatas tingginya suatu ruangan.
6. Untuk menggantung komponen penerangan (bola lampu, kabel) dan tempat
menggantungkan kipas angin.

B. BAHAN/MATERIAL DAN UKURAN PLAFOND

Tabel 13. Jenis Bahan dan Ukuran Plafond/Langit-Langit


Ukuran (cm)
No Jenis Bahan Keterangan
Panjang Lebar Tebal
1 Asbes/Eternit 100 50 0,4 Luas dasar 100x100
100 100 0,4
2 Tripleks 40 60 0,4 Luas dasar 122x244
60 60 0,4-0,6
60 80 0,4-0,6
60 120 0,4-0,6
80 120 0,4-0,6

Struktur & Konstruksi bangunan 02 155


3 Multipleks 60 120 0,9 Luas dasar 122x244
80 120 0,9
4 Herboad/Soft board/ 60 120 1,2-1,8 Luas dasar 122x244
particle board 80 120 1,2-1,8
120 120 1,2-1,8
5 Balok papan - 10 1,0 Panjang bilah papan
- 20 1,5 sesuai kebutuhan dan
- 30 2,0 selera
6 Anyaman kulit bamboo 2,5 2,5 0,5 Luas bidang anyaman ini
2,5 3,0 0,5 dapat dipesan sesuai
3,0 3,0 0,5 keperluan
7 Logam aluminium dan - - 0,023 Berupa lembaran
fiberglass 0,046

C. LANGKAH-LANGKAH PEMASANGAN KONSTRUKSI RANGKA PLAFOND


Konstruksi rangka langit-langit ini merupakan susunan dari balok induk, balok/usuk
pembagi, usuk sisipan yang membentuk kotak-kotak atau petak-petak dengan ukuran luas
bervariasi sesuai dengan keperluan. Balok induk ditempatkan pada bentang sisi terpendek
dengan maksud untuk menghindari lendutan akibat berat sendiri rangka maupun akibat
berat bahan penutup serta perlengkapannya. Balok pembagi diletakkan sedemikian rupa
sehingga sating siku dengan balok induk dan membagi luas bidang langit-langit menjadi
lebih kecil. Usuk sisipan ini diletakkan antara usuk pembagi, juga untuk membagi luas petak
menjadi lebih kecil lagi. Usuk tepi dipasang menempel pada tembok yang diperkuat dengan
paku atau angker.
Ukuran kayu yang digunakan adalah 6/12 @ 8 /12 untuk balok induk, 4/6 @ 5/7
untuk usuk pembagi, usuk sisipan dan untuk usuk tepi yang menempel pada ternbok.
Apabila karena sesuatu hal bidang langit-langit ini dikhawatirkan akan melendut (melentur)
ke bawah, maka dapat dipasang tiang penggantung dari usuk 5/7 yang dihubungkan ke
kuda-kuda atau ke balok gording bila dipandang masih mampu menerima beban. Dan bila
memasang langit-langit di bawah lantai plat beton, maka tiang penggantungnya diganti
dengan besi tulangan  8 mm yang telah ditanam sebelumnya pada coran plat lantai beton
tersebut.
Langkah-langkah pengerjaan plafond/langit-langit :

1. Siapkan semua bahan dan peralatan penunjang seperti: mistar, waterpass atau slang
plastik  6-10 mm, pensil, benang kasur, paku dan palu.
2. Ruangan atau kamar yang akan dipasangi langit-langit pada dindingnya diberi tanda
yang menunjukkan tinggi langit-langit yang akan dikerjakan, kemudian buatlah garis
horisontal keliling dinding dengan bantuan waterpass atau timbangan slang air plastik
bening.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 156


3. Ukurlah panjang dan lebar ruangan yang akan dipasangi langit-langit dengan Panjang
dan lebar ruangan dibagi masing-masing oleh panjang dan lebar petak bahan penutup
yang telah ditetapkan.
4. Tempatkan balok induk pada bentang sisi tembok terpendek. Kedua ujung balok induk
yang telah diberi angker dimasukkan ke dalam tembok.
5. Pasanglah usuk tepi, usuk pembagi, usuk sisipan sesuai dengan modul rangka langit-
langit yang telah ditetapkan (misal: 60 x 80 dari as ke as) dengan memperhatikan
tanda-tanda yang telah dibuat pada tembok.
6. Pasanglah penutup langit-langit (misal: tripleks), mengikuti modul rangkanya. Tripleks ini
dipaku pada rangka dengan jarak paku yang satu dengan yang lainnya ± 20 cm. Bila
dikehendaki ada "Nat" maka antara sisi tripleks dipasang renggang ± 0,5 cm.
7. Untuk menambah kerapihan dan keindahan, pada sekeliling sisi tembok dipasang lis
propil penutup ukuran ± 1, 55.
8. Pengerjaan "Finishing" berupa pengecatan langit-langit.

Gambar 142. Denah rencana plafond

Struktur & Konstruksi bangunan 02 157


Gambar 143. Detail A, B, C, D pada plafond

a. Alternatif bentuk pemasangan plafond


 Alternatif 1.

Gambar 144. Alternatif 1 rencana plafond

Struktur & Konstruksi bangunan 02 158


 Alternatif 2.

Gambar 145. Alternatif 2 rencana plafond

Gambar 146. Type-type potongan A, pada plafond

Struktur & Konstruksi bangunan 02 159


b. Sistem pemasangan plafond/langit-langit
 Dalam ruangan

Gambar 147. Detail pemasangan plafond dalam ruangan

 Teras/emper

Gambar 148. Detail pemasangan plafond pada teras

Struktur & Konstruksi bangunan 02 160


D. RANGKUMAN
Plafond atau langit-langit merupakan bagian dari super struktur dan termasuk dalam
system konstruksi bangunan. Plafond/langit-langit berfungsi sebagai pemberi rasa nyaman
dalam penghawaan suatu bangunan, baik itu bangunan berlantai ataupun tidak berlantai.
Pengertian plafond atau langit-langit adalah suatu lapisan atau bidang yang membatasi
tingginya suatu ruang dan berfungsi untuk keamanan, kenyamanan serta keindahan suatu
ruangan. Untuk jenis bahan/material dari plafond atau langit-langit terdiri dari:
asbes/eternity, tripleks, multipleks dan lain-lain. Dari segi pemasangan konstruksi rangka
palfond atau langit-langit disesuaikan dengan bentuka ruangan pada suatu bangunan.

E. TUGAS
RANCANGAN TUGAS VI
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 6)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Memahami defenisi dan fungsi plafond atau langit-langit.
 Memahami jenis-jenis material plafond atau langit-langit.
 Memahami system konstruksi rangka palfond atau langit-langit pada suatu
bangunan.
 Menerapkan dalam bentuk sketsa denah ruangan system konstruksi plafond atau
langit-langit serta mengetahui langkah-langkah pengerjaan plafond pada suatu
bangunan.
 Menerapkan kreativitas individu ke dalam bentuk kerja kelompok .
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : menerapkan gambar rencana plafond dan system konstruksi
palfond pada desain ruang dalam bangunan (2D & 3D)
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Menyesuaikan jenis bahan/material yang dipergunakan pada bangunan yang
akan diterapkan dalam tugas kelompok/group.
 Sketsa bentuk konstruksi plafond atau langit-langit secara mendetail (2D dan
3D), dimana jumlahnya ditentukan. (perencanaan tugas kelompok)
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 161


 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand,
pensil 2B, pena dan menggunakan kertas A2.
 Penerapan materi plafond dituangkan dalam bentuk sketsa.
d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Merencanakan gambar rencana plafond dan bentuk konstruksi plafond/langit-langit
serta gambar detail plafond pada suatu bangunan.

4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 5%)


 Pemahaman, terhadap system konstruksi atap pada bangunan berlantai 2 - 4
(0,5%)
 Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan gambar) (3%)
 Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, skala) (1%)
 Teknik presentasi gambar(kreatif, penampilan gambar, komunikasi/ bahasa) (0,5%)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 162


Sesi Perkuliahan Ke : 7

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 7, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi syarat-syarat talang air pada bangunan.
2. Memahami perbedaan bentuk talang air pada bangunan.
3. Mengetahui dan menerapkan sketsa konstruksi talang air pada bangunan.

II. Topik Pembahasan

“TALANG AIR”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari defenisi, syarat-syarat, bentuk dan
konstruksi talang air pada bangunan berlantai

IV. Bahan Bacaan

1. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical


Developing Country.
2. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
3. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
4. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung

V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagi mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi dan syarat-syarat pemasangan talang air pada bangunan .
2. Jelaskan bentuk-bentuk dan ukuran talang air pada bangunan.
3. Sketsa bentuk konstruksi talang air pada bangunan berlantai.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 163


MATERI 7
TALANG AIR

A. DEFINISI DAN SYARAT-SYARAT TALANG AIR


Talang air adalah suatu konstruksi yang berada pada sisi bawah bidang atap yang
berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari bidang atap ke saluran pembuang dan
untuk mengurangi teritisan air hujan yang akan mengenai atau membasahi tembok, talang
air terdapat pula pada pertemuan sisi bawah dua bidang atap yang membentuk lembahan.
Hal ini sering disebut sebagai jurai talang/lembahan.
Adapun syarat-syarat dalam mengerjakan talang air adalah:
1. Konstruksi dibuat sederhana agar mudah dikerjakan dan mudah diperbaiki.
2. Pilih bahan penutup talang yang tidak mudah bocor dan tahan terhadap pengaruh panas
matahari, air hujan. Bahan penutup/pelapis talang biasanya dari bahan seng, PVC
maupun fiber.
3. Bila menggunakan bahan seng, hendaknya diberi cat dasar atau zink chromat, agar,
lebih tahan terhadap pengaruh karat.
4. Konstruksi dibuat sedemikian rupa sehingga bila talang air itu meluap, air akan tumpah
ke luar. Sisi atas bagian depan talang lebih rendah ± 3 cm dari sisi belakang talang.
5. Papan talang dibuat miring ± 1 % untuk mudah air mengalir ke saluran/bak
pembuangan.

B. BENTUK-BENTUK TALANG AIR


1. Talang Setengah Lingkaran
Talang ini dipasang di depan papan lis yang vertikal dengan penahan dari baja plat
30 x 40 mm dengan panjang sesuai keperluan. Jarak antara baja plat penahan yang satu
clang= yang lainnya dapat diambil 1,5 @ 2,0 m. Pipa seng pembuang dipasang , pada jarak
4,0m satu dengan yang lainnya. Posisi talang sedemikian rupa sehingga ujung atas bagian
depan dan belakang berselisih minimal 3 cm, dengan maksud bila air meluap langsung bisa
tumpah ke depan/ke luar.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 164


Gambar 149. Talang setengah lingkaran

2. Talang Segitiga
Talang ini dapat dibuat dari plat seng lembaran (BWG. 30) atau dari bahan PVC
buatan pabrik. Untuk mendapatkan bidang yang rata dan miring maka dipasang papan
talang 3/20 sebagai alas penahan seng talang tersebut. Tinggi bersih talang 10-15 cm
dan lebar atas ± 30 cm. Ujung seng talang bagian belakang ditekuk pada reng paling
bawah, demikian pula ujung seng bagian depan. Papan lis/lisplank dipasang saling tegak
lurus dengan usuk atau miring ke depan.

Gambar 150. Talang segitiga

Struktur & Konstruksi bangunan 02 165


3. Talang Empat Persegi Panjang
Talang ini mempunyai bentuk empat persegi panjang dengan ukuran tinggi 10-15 cm
lebar ± 25 cm dan panjang sesuai dengan panjang garis teritis bidang bawah atap.
Konstruksi talang air ini hampir sama dengan talang air setengah lingkaran.

Gambar 151. Talang empat persegi panjang

4. Talang Trapesium di Atas Konsol


Talang air semacam ini berada di belakang papan lis dan di atas ujung konsol Untuk
menambah kemdahan di sisi atas dan bawah lis diberi propil dan ukuran papan lis yang
sering digunakan 3/30. Di atas konsol dipasang papan talang ukuran 3/20 atau 3/30
sebanyak 2 lembar sehingga antara kedua papan ini dengan bagian atas papan lis
membentuk trapesitun terbuka. Lembar seng talang dibentuk sesuai dengan bentuk papan
talang, di bagian sisi depan seng dilipat dengan rapi begitu pula pada bagian belakangnya
ditekuk pada seng paling bawah. Ujung seng bagian belakang dengan ujung bawah genteng
harus ada overlap sepanjang ± 8 cm. Tinggi ujung depan talang dengan ujung belakangnya
harus berselisih minimal 3 cm.

Gambar 152. Talang trapesium di atas konsol

Struktur & Konstruksi bangunan 02 166


5. Talang Empat Persegi Panjang di Belakang Tembok Batas
Tembok batas ini adalah tembok bangunan yang berada pada batas tanah milik.
Talang air ini ditempatkan di belakang tembok batas. Papan talang 3/30 dan gording
penahan usuk paling bawah diletakkan di atas balok tarik 8/12. Ukuran talang dapat diambil
tinggi 15 cm dan lebar 30 cm. Ke arah panjangnya, talang tersebut dibuat miring kurang
lebih 1% Atiap 1 m panjang turun 1 cm), untuk memudahkan air dapat mengalir ke tempat
pembuangan.

Gambar 153. Talang empat persegi panjang di belakang tembok batas

6. Talang Empat Persegi Panjang di Atas Tembok Batas


Konstruksi jenis talang ini hampir sama dengan jenis talang di belakang tembok
batas.. Di atas konstruksi ini dipasang seng lembaran yang telah dibentuk dengan ukuran
tinggi 12 cm dan lebar 25 cm, ke arah panjang dibuat miring ± 1%. Papan lis di sini
berfungsi sebagai dinding talang dan perapih dinding baths bagian atasnya.

Gambar 154. Talang empat persegi panjang di atas tembok batas

Struktur & Konstruksi bangunan 02 167


7. Talang di Atas Konsol Teras
Bentuk penampang jenis talang ini dapat diambil bentuk empat persegi panjang yang
ditempatkan di belakang papan lis dan di atas balok konsol. Ukuran papan lis agak lebar
yaitu 3/40 yang berasal dari papan 3/30 disarnbung ke arah lebarnya. Saluran talang ini
dibentuk oleh bagian atas papan lis, papan talang dan papan penahan di bagian belakang
yang menempel pada gording. Kemudian di atas konstruksi saluran talang ini dipasang
lembaran seng yang telah dibentuk dengan ukbran tinggi ± 6 cm dan lebar 30 cm. Pada
jarak tertentu diberi pipa-pipa saluran pembuang dengan diameter 0 7,5 cm.

Gambar 155. Talang di atas konsol teras

Struktur & Konstruksi bangunan 02 168


8. Talang Antara Dua Bidang Atap
Jenis talang ini banyak terdapat pada dua bangunan yang berdampingan secara dekat,
seperti bangunan industri (pabrik). Talang ini berbentuk trapesium terbuka dengan ukuran
agak besar, karena air yang akan masuk ke talang ini berasal dari dua bidang atap yang
luas. Konstruksi talang ini berada di atas balok tarik dan di antara dua kaki kuda-kuda.

Gambar 156. Talang antara dua bidang atap

9. Talang Lembahan
Talang ini berada di antara dua bidang atap pada satu bangunan. Konstruksi
talangnya berbentuk segitiga terbuka yang berada di antara dua ujung gording dan di atas
balok jurai dalam (jurai talang). Talang ini sering disebut dengan lembahan. Ukuran talang,
lebar ± 30 cm dan dalamnya ± 8 cm. Kemiringan talang sesuai dengan miring bidang
atapnya.

Gambar 157. Talang lembahan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 169


C. RANGKUMAN
Talang air merupakan bagian dari konstruksi bangunan dimana termasuk pada system
up struktur. Talang air adalah suatu konstruksi yang berada pada sisi bawah bidang atap
yang berfungsi untuk mengalirkan air yang berasal dari bidang atap ke saluran pembuang
dan untuk mengurangi teritisan air hujan yang akan mengenai atau membasahi tembok,
talang air terdapat pula pada pertemuan sisi bawah dua bidang atap yang membentuk
lembahan. Talang air memiliki bentuk-bentuk yang dapat disesuaikan dengan kondisi atap
bangunan, seperti: setengah lingkaran, segitiga, empat persegi panjang, trapesium dan lain-
lain.

D. TUGAS

RANCANGAN TUGAS VII


SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 7)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Memahami defenisi dan syarat-syarat dari talang air.
 Memahami bentuk-bentuk talang air pada bangunan.
 Memahami system konstruksi talang air pada suatu bangunan.
 Menerapkan dalam bentuk sketsa konstruksi talang air pada suatu bangunan.
 Menerapkan kreativitas individu ke dalam bentuk kerja kelompok .
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : menerapkan gambar konstruksi talang air dalam bentuk gambar
detail (2D & 3D)
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Menyesuaikan bentuk atap, material penutup atap dengan bentuk talang air
pada bangunan yang akan diterapkan dalam tugas kelompok/group.
 Sketsa bentuk konstruksi talang air secara mendetail (2D dan 3D), dimana
jumlahnya ditentukan. (perencanaan tugas kelompok)
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 170


 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand (2D
dan 3D) pensil 2B, pena dan menggunakan kertas A2.
 Penerapan materi talang air dituangkan dalam bentuk sketsa.
d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Menghasilkan gambar detail konstruksi talang air pada suatu bangunan.

4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 5%)


 Pemahaman, terhadap system konstruksi talang air pada bangunan berlantai 2 - 4
(0,5%)
 Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan gambar) (3%)
 Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, skala) (1%)
 Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan gambar, komunikasi/ bahasa) (0,5)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 171


Sesi Perkuliahan Ke : 8

I. Sasaran Pembelajaran

Di sesi ini , mahasiswa menikuti Mid Test atau UTS ( ujian Tengah Semester)

II. Topik Pembahasan

“UTS (Ujian Tengah Semester) ”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa melakukan sketsa atau mendesain bangunan berlantai 2 – 4
(denah, tampak, potongan struktur) yang memperlihatkan hasil pembelajaran
dari minggu 1 – 7.

IV. Bahan Bacaan

1. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical


Developing Country.
2. Hardiyatmo, C, Hary (1996); Teknik Pondasi. PT. Gramedia Pustaka Utama
3. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
4. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
5. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung
6. Snyder, J., C, dkk, (1997), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga.

V. Pertanyaan
1. Desainlah bangunan 2 (dua) fungsi yang berlantai 2 - 4,
2. Diminta gambar denah, tampak, potongan struktur.
3. Dimana system struktur pondasi, kolom, balok, plat lantai, tangga, atap,
plafond dan talang air dinampakkan pada gambar potongan struktur.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 172


UTS (Ujian Tengah Semester)
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 8)

1. JENIS UJIAN: Individu (Kerja Studio)


2. TUJUAN UTS:
 Memahami system struktur dan konstruksi bangunan berlantai 2 - 4 (pondasi, kolom,
balok, plat lantai, tangga, atap, plafond dan talang air.
 Menerapkan dalam bentuk sketsa system struktur dan konstruksi bangunan berlantai
2–4.
 Menerapkan ide dan kreativitas mahasiswa.
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : menerapkan gambar denah, tampak, potongan struktur, dimana
menampakkan system pondasi, kolom, balok, plat lantai, tangga, atap, plafond dan
talang air dalam gambar potongan(2D & 3D)
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Menyesuaikan bentuk denah, tampak, potongan struktur dengan system
pondasi, kolom, balok, plat lantai, tangga, atap, plafond dan talang air pada
bangunan berlantai 2 – 4 .
 Sketsa bentuk system struktur dan konstruksi pondasi, kolom, balok, plat lantai,
tangga, atap, plafond dan talang air (2D dan 3D), dimana jumlahnya
ditentukan.
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.
 Tiap individu bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara individu, teknik presentasi grafis freehand, pensil 2B,
pena dan menggunakan kertas A2.
 Penerapan materi pembelajaran dari minggu 1 – 7, dituangkan dalam bentuk
sketsa.
d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Desaian bangunan dengan 2 (dua) fungsi yang berlantai 2 – 4.
4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 15%)
 Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan gambar) (5%)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 173


 Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, skala) (5%)

 Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan gambar, komunikasi/ bahasa) (5%)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 174


Sesi Perkuliahan Ke : 9 s/d 13

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 9 s/d 13, diharapkan mahasiswa
mampu:
1. Memahami dan menjelaskan defenisi gambar bestek khususnya pada bangunan
berlantai 2 – 4.
2. Mensketsa gambar bestek (gambar situasi, denah, tampak, potongan struktur,
gambar rencana atap, gambar konstruksi, dan gambar pelengkap untuk
bangunan berlantai 2 – 4 .

II. Topik Pembahasan


“GAMBAR BESTEK”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari tentang gambar bestek (gambar situasi,
gambar denah, gambar tampak, gambar potongan, gambar rencana atap,
gambar konstruksi dan gambar pelengkap) pada bangunan berlantai 2 – 4.

IV. Bahan Bacaan

1. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical


Developing Country.
2. Hardiyatmo, C, Hary (1996); Teknik Pondasi. PT. Gramedia Pustaka Utama
3. Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.
4. Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.
5. Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung
6. Snyder, J., C, dkk, (1997), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga.
7. Ibrahim, H, Bachtiar, ( 2012), Rencana Dan Estimate Real Of Cost,
Penerbit. Bumi Aksara.

V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagia mahasiswa.
1. Jelaskan defenisi gambar bestek untuk bangunan berlantai 2 – 4 .
2. Sketsalah gambar situasi, gambar denah, gambar tampak, gambar potongan,
gambar rencana atap, gambar konstruksi, gambar pelengkap dan gambar
detail dari tiap-tiap gambar rencana, konstruksi dan pada bangunan berlantai
2–4.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 175


MATERI 9 - 13

GAMBAR BESTEK

A. DEFINISI GAMBAR BESTEK

Gambar bestek adalah gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana dari gambar
detail dasar dengan skala atau PU yaitu Perbandingan Ukuran yang lebih besar. Gambar
bestek merupakan lampiran dari uraian dan syarat-syarat (bestek) pekerjaan. Gambar
bestek juga merupakan kunci pokok (tolok ukur) baik dalam menentukan kualitas dan skop
pekerjaan, maupun dalam menyusun RAB (Rencana Anggaran Biaya).

B. BAGIAN-BAGIAN GAMBAR BESTEK


Gambar bestek terdiri dari:
1. Gambar Situasi, skala 1 : 200 atau 1 : 500, terdiri dari:
 Rencana letak bangunan
 Rencana halaman
 Rencana jalan dan pagar
 Rencana salauran pembuangan air hujan
 Rencana garis batas tanah dan roylen
2. Gambar Denah, skala 1 : 100
Gambar denah adalah melukiskan gambar tapak (tampang) setinggi ± 1.00 meter dari
lantai, hingga gambar pintu dan jendela terlihat dengan jelas, sedangkan gambar
penerangan atas (bovenlich) digambar dengan garis putus-putus. Pada gambar dengah
juga digambar garis atap dengan garis putus-putus lebih tebal dan jelas sesuai dengan
bentuk atap. Lantai rumah induk (peil) ditandai dengan ± 0.00. Gambar kolom (tiang)
dari beton dibedakan dari pasangan tembok. Semua ukuran arah vertical dari lantai diberi
tanda (+) dan ukuran di bawah lantai di beri tanda (-).
3. Gambar Potongan, skala 1 : 100
Gambar potongan terdiri dari potongan melintang dan membujur menurut keperluannya.
Untuk menjelaskan letak atau kedudukan sesuatu konstruksi, pada gambar potongan
harus tercantum duga (peil) dari lantai, misalnya : dasar pondasi, letak tinggi jendela dan
pintu, tinggi plafond, nok, reng balok/muurplat.
4. Gambar Tampak/Pandangan, skala 1 : 100

Struktur & Konstruksi bangunan 02 176


Pada gambar tampak/pandangan tidak dicantumkan ukuran-ukuran lebar maupun tinggi
bangunan. Gambar tampak/pandangan lengkap dengan dekorasi yang disesuaikan
dengan perencanaan.
5. Gambar Rencana Atap, skala 1 : 100
Gambar rencana atap menggambarkan bentuk konstruksi rencana atap lengkap dengan
kuda-kuda, nok gording, muurplat/reng balok, talang air, usuk/kasau dan konstruksi
penahan, dengan jelas.
6. Gambar Konstruksi, skala 1 : 100
Gambar konstruksi terdiri dari:
 Gambar konstruksi beton bertulang (sloef, kolom, balok induk, balok anak, plat
lantai, tangga)
 Gambar konstruksi kayu
 Gambar konstruksi baja
7. Gambar Rencana Pondasi, skala 1 : 100
Gambar rencana pondasi merupakan gambar perletakkan titik pondasi dan penggunaan
jenis pondasi pada bangunan, gambar ini disesuaikan dengan bentuk denah bangunan.
8. Gambar Pelengkap, skala 1 : 100
Gambar pelengkap terdiri dari :
 Gambar jaringan listrik pada bangunan
 Gambar sanitair
 Gambar pembuangan saluran air kotor
 Gambar pembuangan saluran air hujan.

Dari gambar-gambar bestek ini dapat memberikan arahan dalam pembuatan RKS
(Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya), sehingga
pelaksanaan perencanaan bangunan di lapangan dapat terarah dan terperinci sesuai dengan
gambar kerja.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 177


Contoh gambar bestek.

Gambar 158. Contoh 1 Gambar Bestek

Struktur & Konstruksi bangunan 02 178


Gambar 159. Contoh 1 Gambar Bestek

C. RANGKUMAN
Gambar bestek merupakan arahan dalam pengerjaan bangunan di lapangan. Gambar
bestek terdiri dari gambar situasi, gambar denah, gambar potongan, gambar tampak,
gambar konstruksi, gambar rencana atap, gambar rencana pondasi dan gambar pelengkap.
Ditiap-tiap bagian gambar ini mencantumkan skala dan ukuran. Dimana skala merupakan
bagian perbandingan pada gambar yang disesuaikan dengan pra rencana bangunan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 179


D. TUGAS

RANCANGAN TUGAS IX
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 9 s/d 13)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Memahami defenisi dan bagian-bagian dari gambar bestek
 Mensketsa gambar situasi, denah, tampak, potongan, konstruksi, rencana atap,
rencana pondasi dan gambar pelengkap dengan menggunakan skala dan ukuran
yang disesuaikan dengan pra rencana. (2D dan 3D)
 Menerapkan kreativitas individu ke dalam bentuk kerja kelompok .

3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : gambar situasi, denah, tampak, potongan, rencana atap, rencana
pondasi, konstruksi dan pelengkap (2D & 3D)

b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :


 Sketsa bentuk situasi, denah, tampak, potongan, rencana atap, rencana
pondasi, rencana konstruksi dan gambar pelengkap, (2D dan 3D), dimana
jumlahnya ditentukan. (perencanaan tugas kelompok)
 Waktu pengerjaan selama 5 kali pertemuan (15 jam/900 menit) di dalam studio.
 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.

c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:


 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand,
pensil 2B, pena dan menggunakan kertas A2.
 Penerapan materi pembelajaran dari minggu ke 1 sampai dengan minggu ke 7,
yang dituangkan dalam bentuk sketsa.

d. Keluaran tugas yang dihasilkan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 180


Sketsa dan menentukan bentuk situasi, denah, tampak, potongan, rencana atap,
rencana pondasi, rencana konstruksi dan gambar pelengkap , pada bangunan
berlantai 2 – 4.
4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 10%)
 Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan gambar) (5%)

 Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, skala) (1%)

 Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan gambar, komunikasi/ bahasa dalam


gambar) (4%).

Struktur & Konstruksi bangunan 02 181


Sesi Perkuliahan Ke : 14

I. Sasaran Pembelajaran
Di akhir sesi pembelajaran pada bagian materi 14, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Memahami dan menjelaskan definisi RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat),
RAB (Rencana Anggaran Biaya) pada bangunan berlantai 2 – 4.
2. Menganalisa bahan/material, upah pekerja yang di rencanakan dalam
pembangunan suatu hunian berlantai 2 – 4
3. Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) terdiri dari perhitungan volume
pekerjaan, analisa bahan, upah pekerja, rekapitulasi anggaran, pada
perencanaan pembangunan hunian berlantai 2 – 4.

II. Topik Pembahasan

“RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dan


RAB (Rencana Anggaran Biaya)”

III. Deskripsi Materi:


Disesi ini mahasiswa akan mempelajari tentang RKS (Rencana Kerja & Syarat-
Syarat) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya) yang berhubungan dengan
perencanaan bangunan berlantai 2 – 4.

IV. Bahan Bacaan

1. Amanto, H., dkk (2000), Analisa Upah dan Bahan, Penerbit Bumi AKsara
2. Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical
Developing Country.
3. Ibrahim, H, Bachtiar, ( 2012), Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit
Bumi Aksara.
4. Snyder, J., C, dkk, (1997), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga.
5. Zainal A. Z., (2005), Menghitung Anggaran dan Biaya Bangunan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

V. Pertanyaan
Sebelum beralih ke materi berikutnya, maka gunakanlah pertanyaan-pertanyaan
berikut ini sebagai panduan bagi mahasiswa.
1. Jelaskan definisi RKS dan RAB
2. Jelaskan isi dari RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat)
3. Hitunglah RAB (Rencana Anggaran Biaya) dari gambar bestek bangunan
berlantai 2 – 4, yang dikerjakan secara berkelompok (tugas kelompok).

Struktur & Konstruksi bangunan 02 182


MATERI 14

RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dan


RAB (Rencana Anggaran Biaya)

A. RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat)


Rencana kerja dan syarat-syarat dikenal juga dengan sebutan bestek. Bestek berasal
dari bahasa Belanda yang berarti peraturan dan syarat-syarat pelaksanaan suatu pekerjaan
bangunan atau proyek. Jadi bestek atau rencana kerja dan syarat-syarat adalah suatu
peraturan yang mengikat, yang diuraikan sedemikian rupa, terinci cukup jelas dan mudah
dipahami. Pada umumnya bestek dibagi tiga bagian antara lain:
1. Peraturan Umum
2. Peraturan Administrasi
3. Peraturan dan Teknis
Adapun contoh bestek di antaranya peraturan dan syarat-syarat teknis sebagai
berikut:
PERATURAN DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS
Pasal 1. Jenis Pekerjaan
a. Nama Pekerjaan : ……………………………………………., dengan luasan : …………….
b. Pekerjaan ini meliputi dan mendatangkan segala macam bahan-bahan, menyediakan
tenaga kerja, alat-alat pekerjaan, menyiapkan pekerjaan persiapan dan tambahan dan
kemudian menyerahkan dalam keadaan selesai dan sempurna.
c. Dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan, dilakukan berdasarkan bestek, gambar
bestek, gambar detail dan ketentuan-ketentuan dalam penjelasan pekerjaan.
Pasal 2. Pekerjaan Pondasi
a. Dalam pekerjaan pondasi menguraikan jenis pondasi yang dipakai untuk bangunan,
ukuran dan jenis bahan yang dipakai serta disesuaikan dengan gambar bestek pada
rencana dan detail pondasi.
b. Jenis pondasi yang dipakai dalam pembangunan/proyek ditentukan ukuran dan
campuran yang dipergunakan dalam pembuatan pondasi.
Pasal 3. Pekerjaan Dinding
a. Semua dinding yang akan dibuat dalam pembangunan/proyek suatu bangunan di
utarakan jenis bahan/material dan campuran yang dipakai.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 183


b. Semua dinding pada proyek di ungkapkan tinggi dan luasannya sesuai dengan gambar
bestek.
Pasal 4. Pekerjaan Kayu
a. Semua jenis kayu yang dipergunakan dalam pembangunan/proyek dalam kondisi bagus
dan berkualitas baik.
b. Ukuran-ukuran kayu yang dipergunakan dalam pekerjaan sebaiknya mengikuti gambar
bestek.
c. Untuk penggunaan kayu sebagai material kuda-kuda dan penutup atap sebaiknya
diresidu.
d. Untuk penggunaan kayu sebagai kusen maka sebaiknya menggunakan angker yang
disesuaikan dengan gambar bestek dan tidak menggunakan paku sebagai pengganti
angker.
Pasal 5. Pekerjaan Penutup
Hal-hal yang belum jelas baik dalam gambar maupun dalam berita acara pelaksanaan
pembangunan/proyek sebaiknya menanyakan kepada direksi, hingga pelaksana mengetahui
dan memahami ruang lingkup pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai.

B. RAB (Rencana Anggaran Biaya)


Yang dimaksud dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) suatu bangunan atau proyek
adalah perhitungan banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-
biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
Anggaran Biaya merupakan harga dari bangunan yang diitung dengan teliti, cermat dan
memenuhi syarat. Dalam menyusun anggaran biaya dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara,
sebagai berikut:
a. Anggaran Biaya Kasar (Taksiran)
Sebagai pedoman dalam menyusun anggaran biaya kasar digunakan harga satuan tiap
meter persegi (m2) luas lantai. Anggaran biaya kasar dipakai sebagai pedoman terhadap
anggaran biaya yang dihitung secara telti.
b. Anggaran biaya Teliti
Yang dimaksud dengan anggaran biaya teliti, ialah anggaran biaya bangunan atau proyek
yang dihitung dengan teliti dan cermat, sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat
penyusunan anggaran biaya. Penyusunan anggaran biaya yang dihitung secara teliti,
didasarkan aatas:
 Bestek, gunanya untuk menentukan spesifikasi bahan dan syarat-syarat teknis.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 184


 Gambar Bestek, gunanya untuk menentukan/menghitungbesarnya masing-masing
volume pekerjaan.
 Harga Satuan Pekerjaan, didapat dari harga satuan bahan dan harga satuan upah
berdasarkan perhitungan analisa BOW. BOW merupakan singkatan dari Burgrlijke
Openbare Werken ialah suatu ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan oleh
Dir. BOW tanggal 28 Pebruari 1921 Nomor 5372 A pada zaman pemerintahan Belanda.
Analisa BOW hanya dapat dipakai untuk pekerjaan padat karya, yang memakai
peralatan konvensional.

Dalam perhitungan Rencana Anggaran Biaya suatu bangunan atau proyek juga
diperlukan kondisi dari pekerjaan sub struktur, super struktur sampai up struktur, dimana
akan dihitung:
1. Volume Pekerjaan
Yang dimaksud dengan volume suatu pekerjaan, ialah menghitung jumlah banyaknya
volume pekerjaan dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai kubikasi pekerjaan. Jadi
volume (kubikasi) suatu pekerjaan, bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya),
melaikan jumlah volume bagian pekerjaan dalam satu kesatuan. Volume pekerjaan dalam
suatu proyek, yang dimaksud adalah:
 Volume pondasi dihitung berdasarkan isi, yaitu panjang x luas penampang yang sama. Ini
berlaku pada semua jenis pondasi yang dipakai dalam pembangunan suatu gedung atau
bangunan.
 Volume Atap dihitung berdasarkan luas, ayitu jumlah luas bidang-bidang atap, seperti
segitiga, persegi/panjang, trapesium dan sebagainya.
 Volume lisplank dihitung berdasarkan panjang atau luas.
 Volume angker besi dihitung berdasarkan bearat, yaitu jumlah panjang angker x berat/m.
 Volume kunci dihitung berdasarkan jumlah banyaknya kunci.
Adapun daftar uraian pekerjaan dalam perhitungan volume untuk bangunan berlantai
2 - 4, yaitu:
I. PEKERJAAN PONDASI
a. Permulaan
 Pembersihan Lapangan
 Memasang Bouwplank
 Direksi Keet
 Los Kerja
b. Penggalian

Struktur & Konstruksi bangunan 02 185


 Galian Tanah Pondasi
 Urugan Kembali Galian Pondasi
c. Pasangan Pondasi
 Urugan Pasir Dibawah Pondasi
 Aanstampanng batu kali/gunung
 Pas Pondasi Batu Kali
 Pasangan Pondasi Bangunan Berlantai
II. BETON/DINDING
a. Beton Bertulang
 Beton Sloof
 Kolom
 Balok Induk
 Balok Anak
 Reng Balok
 Balok Konsul
 Kuda-Kuda Beton
 Plat Beton/Lantai
 Tangga
b. Beton Bertulang (Beton Cor 1 : 2 : 3)
c. Dinding
 Pas Tembok (Transram) 1 : 2
 Pas Tembok 1 : 4
d. Kusen
 Kusen Pintu dan Jendela
 Bout-bout/Angker
III. PEKERJAAN KAP DAN ATAP
a. Kap dan Rangka Atap
 Pekerjaan Kuda-Kuda
 Pekerjaan Rangka Atap
 Pekerjaan Lesplank
 Residu Kuda-Kuda
 Bout-bout/Angker
b. Atap
 Memasang Atap
 Memasang Perabung/Bubungan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 186


IV. PEKERJAAN PLAFOND
a. Balok Plafond
 Rangka Plafond Dalam Bangunan
 Rangka Plafond Luar
 Residu Rangka Plafond
b. Memasang Plafond
 Memasang Plafond Dalam
 Memasang Plafond Luar
 Les pinggir Plafond Dalam dan Luar
V. PEKERJAAN PLESTERAN
a. Plesteran
 Plesteran Dinding 1 : 2 (Transram)
 Plesteran Dinding 1 : 4
b. Turap Porselin
 Pasanga Turap Porselin (dinding km/cw)
VI. PEKERJAAN LANTAI
a. Urugan Di Bawah Lantai
 Urugan Tanah
 Urugan Pasir
b. Pasangan Lantai
 Pas Keramik (dalam bangunan dan teras)
 Pas Keramik km/wc
VII. PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA
a. Pintu dan Jendela
 Pintu
 Rangka Jendela
b. Jalusi
 Pas Kaca (bila memakai)
 Pas Ventilasi Jalusi
c. Penggantung Kunci
 Peumelies Nilon
 Kunci Tanam Union 2x Slaag
VIII. PEKERJAAN CAT
a. Pengecatan
 Mencat Dinding

Struktur & Konstruksi bangunan 02 187


 Mencat Kusen Pintu dan Jendela, Jalusi
 Mencat Pintu dan Jendela, Jalusi
IX. PEKERJAAN PERLENGKAPAN DALAM
a. Listrik
 Pas instalasi Dalam
 Pemasangan Lampu
 Pas Zekering Group
 Stop Kontak
 Sakelar Seri
 Sakelar Engkel
b. Sanitasi dan Instalasi Air
 Kloset Jongkok/Duduk
 Pemasangan Instalasi Air Bersih
 Pemasangan Instalasi Air Kotor
 Kraan
 Flour Draine
X. PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR
a. Halaman
 Saluran Keliling Gedung
 Rabat Beton
 Rabat Kerikil
 Bak Kontrol
 Septictank
Setelah susunan uraian pekerjaan tersusun dengan rapih dan tersistematis dengan
peneglompokkan pekerjaan I sampai dengan pekerjaan X, maka dapat memulai menyusun
data-data volume pekerjaan.

2. Harga Satuan Pekerjaan


Yang dimaksud dengan Harga Satuan Pekerjaan adalah jumlah harga bahan dan upah
tenaga kerja berdasarkan perhitungan analisis. Dalam perhitungan analisis biasanya
memakai analisa BOW. Analisa BOW dipergunakan apabila jenis pekerjaan adalah padat
karya yang memakia peralatan konvensional. Sedangkan bagi pekerjaan yang
mempergunakan peralatan modern/alat berat, analisa BOW tidak dapat dipergunakan sama
sekali. Adapun skema Harga satuan Pekerjaan, yaitu:

Struktur & Konstruksi bangunan 02 188


Harga
Satuan
Bahan
Bahan

Analisa
Bahan
Harga
Satuan
Harga Pekerjaan
Satuan
Upah
Upah
Analisa
Upah

HARGA SATUAN PEKERJAAN = BAHAN + UPAH

Gambar 160. Skema Harga Satuan Pekerjaan

Dalam analisa harga satuan pekerjaan maka yang harus diketahui adalah:
a. Analisa Bahan
Bahan atau material adalah besarnya jumlah bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan bagian pekerjaan dalam satu kesatuan pekerjaan. Dengan mengetahui
jumlah bahan yang dibutuhkan untuk satu unit/bagian pekerjaan :

Volume x Indek (Angka) = Analisa Bahan

Maka defenisi analisa bahan dalam satu pekerjaan adalah menghitung banyaknya volume
masing-masing bahan, serta besarnya biaya yang dibutuhkan.

b. Analisa Upah
Upah yang dimaksud adalah biaya untuk para pekerja, tukang dan mandor bangunan,
maka untuk menyusun upah di sesuaikan dengan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah
besarnya jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan bagian pekerjaan dalam
satu kesatuan pekerjaan. Dalam suatu proyek perbandingan tenaga pekerja dapat
diseuaikan dengan jumlahnya, seperti : 1 M = 30 P dimana : M = Mandor
P = Pekerja
Dengan memperhatikan tenaga kerja maka upah pekerja mulai dimasukkan dalam
analisa upah. Yang dimaksud dengan analisa upah adalah analisa upah suatu pekerjaan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 189


dengan cara menghitung banyaknya tenaga yang diperlukan, serta besarnya biaya yang
dibutuhkan untuk pekerjaan tersebut.

C. ESTIMATE REAL OF COST


Dibagian atas telah diungkapkan bahwa Anggaran Biaya suatu Bangunan atau Proyek
ialah menghitung banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah tenaga kerja
berdasarkan analisis, serta biaya-biaya lain yang berhubungan dengan pelaksanaan
pekerjaan atau proyek. Estimate Real Of Cost merupakan RAB (Rencana Anggaran Biaya)
yang mana memperlihatkan jumlah dari masing-masing hasil perkalian volume dengan
harga satuan pekerjaan yang bersangkutan. Secara umum dapat disimpulkan sebagai
berikut:
RAB = ∑ (VOLUME x HARGA SATUAN PEKERJAAN)

Dalam Estimate Real Of Cost atau Anggaran Sesungguhnya biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan sengaja tidak dimasukkan. Biaya-biaya
tersebut akan dibahas dalam buku Dokumen Pelelangan. Biaya-biaya lain tersebut sebagai
berikut:
- Keuntungan
- Biaya Perencanaan (Design Cost)
- Biaya Pengawasan (Direksi Furing)
- Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
- dan lain-lain.

Pada susunan Estimate Real Of Cost dicantumkan volume pekerjaan dan harga satuan
pekerjaan yang telah diuraikan sesuai dengan nomor masing-masing uraian pekerjaan. Hasil
uraian volume pekerjaan masukkanlah ke dalam kolom 3 (kolom Volume), dan harga satuan
pekerjaan masukkanlah ke dalam kolom 5 (kolom harga satuan pekerjaan) pada susunan
Estimate Real Of Cost.
Tabel 14. Susunan Estimate Real Of Cost
No. URAIAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH JUMLAH
Urut PEKERJAAN SATUAN HARGA BESAR
(Rp)
1 2 3 4 5 6 7
I. Pek. Pondasi
II. Pek.
Beton/Dinding
III. Pek. Kap &
Atap

Struktur & Konstruksi bangunan 02 190


IV. Pek. Plafond
V. Pek. Plesteran
VI. Pek. Lantai
VII. Pek. Pintu &
Jendela
VIII. Pekerjaan
Pengecatan
IX. Pek.
Perlengkapan
Dalam
X. Pek.
Perlengkapan
Luar

REKAPITULASI
I. PEKERJAAN PONDASI Rp. …………..
II. PEKERJAAN BETON & DINDING RP. …………..
III. PEKERJAAN KAP & ATAP Rp. .………….
IV. PEKERJAAN PLAFOND Rp. …………..
V. PEKERJAAN PLESTERAN Rp. …………..
VI. PEKERJAAN LANTAI Rp. …………..
VII. PEKERJAAN PINTU & JENDELA Rp. …………..
VIII. PEKERJAAN PENGECATAN Rp. …………..
IX. PEKERJAAN PERLENGKAPAN DALAM Rp. …………..
X. PEKERJAAN PERLENGKAPAN LUAR Rp. …………..
Jumlah Rp. …………..
Dibulatkan Rp. …………..
Terbilang :

D. RANGKUMAN

Dalam menyelesaikan suatu proyek maka dibutuhkann RKS (Rencana Kerja & Syarat-
Syarat) dan RAB (Rencana Anggaran Biaya), hal ini diperlukan karena untuk menentukan
jenis bahan dan system kerja dalam suatu pemebangunan gedung atau suatu proyek serta
untuk menentukan berapa nilai atau harga suatu bangunan, hal ini terjadi pada semua jenis
bangunan yang akan di bangun. Dalam RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dibutukan
aturan dalam suatu proyek sedangkan pada RAB (Rencana Anggaran Biaya) terdapat
perhitungan volume dari jenis pekerjaan, analisa bahan dan upah merupakan perhitungan
yang mengarah pada pengkategorian bahan/material dan pekerjaan yang dimasukkan
dalam bentuk perhitungan m2 dan m3. Analisa bahan dan upah masuk dalam perhitungan
Harga Satuan Pekerjaan. Dari penggabungan perhitungan volume, harga satuan pekerjaan
kemudian digabung dalam bentuk tabulasi ke dalam perhitungan Estimate Real Of Cost yang
merupakan perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya) suatu bangunan agar bangunan

Struktur & Konstruksi bangunan 02 191


dapat diperhitungkaan anggarannya secara teliti sesuai dengan gambar bestek, RKS
(Rencana Kerja & Syarat-Syarat).

E. TUGAS

RANCANGAN TUGAS X
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke – 14)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Memahami definisi RKS (Recana Kerja & Syarat-Syarat) dan RAB (Rencana Anggaran
Biaya)
 Menentukan system kerja dalam suatu proyek serta mengetahui jenis
bahan/material yang dpakai dalam suatu pembangunan gedung
 Menghitung volume pekerjaan sesuai dengan gambit bestek
 Menganalisa bahan dan upah dalam suatu proyek
 Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) suatu proyek
 Menerapkan kreativitas individu ke dalam bentuk kerja kelompok .
3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : membuat RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat), menghitung
volume pekerjaan sesuai gambit bestek, menganalisa bahan dan upah dan
menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) suatu bangunan berlantai 2 – 4.
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Menyusun RKS (rencana Kerja & Syarat-Syarat)
 Menghitung volume pekrjaan sesuai gambar bestek
 Menganalisa harga satuan pekerjaan yang terdiri dari analisa bahan dan analisa
upah pekerja.
 Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya).
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (3 jam/180 menit) di dalam studio.
 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 192


c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi perhitungan,
menggunakan kertas A4.
 Penerapan materi pembelajaran dari minggu ke 14, yang dituangkan dalam
bentuk analisa dan perhitungan.
d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Penganalisaan system kerja dan penggunaan bahan/material dalam bentuk RKS
(Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dan perhitungan volume, harga satuan pekerjaan
dalam Estimate Real Of Cost atau RAB (Rencana Anggaran Biaya) bangunan
berlantai 2 – 4 .
4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 5%)
 Pemahaman materi (1%)
 Ketelitian dan ketepatan pembuatan RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dan
perhitungan RAB (Rencana Anggaran Biaya) (4%)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 193


RANCANGAN TUGAS XI
SISTEM STRUKTUR DAN KONSTRUKSI
BANGUNAN BERLANTAI 2 – 4
(Perkuliahan Minggu Ke 15 - 16)

1. JENIS TUGAS: Group/Kelompok (Kerja Studio)


2. TUJUAN TUGAS :
 Menyelesaikan tugas gambar bestek bangunan berlantai 2 – 4, dengan 2 fungsi pada
bangunan.
 Menyusun RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) sesuai dengan gambar bestek.
 Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya) sesuai gambar bestek pada bangunan
berlantai 2 – 4.

3. URAIAN TUGAS :
a. Obyek tugas : membuat desain bangunan 2 – 4 lantai dengan dua fungsi,
membuat RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat), menghitung volume pekerjaan
sesuai gambar bestek, menganalisa bahan dan upah dan menghitung RAB
(Rencana Anggaran Biaya) suatu bangunan berlantai 2 – 4.
b. Yang dikerjakan, oleh mahasiswa :
 Menyelesaikan tugas besar berupa gambar bestek bangunan 2 – 4 lantai
 Menyusun RKS (rencana Kerja & Syarat-Syarat)
 Menghitung volume pekrjaan sesuai gambar bestek
 Menganalisa harga satuan pekerjaan yang terdiri dari analisa bahan dan analisa
upah pekerja.
 Menghitung RAB (Rencana Anggaran Biaya).
 Menentukan harga bangunan
 Waktu pengerjaan selama 1 kali pertemuan (6 jam/360 menit) di dalam studio.
 Tiap kelompok bebas menggunakan materi untuk mengeksplorasi tugasnya.
c. Sistem pengerjaan tugas, yaitu:
 Tugas dikerjakan secara kelompok/group, teknik presentasi grafis freehand
kerta A2, analisa dan perhitungan menggunakan kertas A4.
 Penerapan materi pembelajaran dari minggu ke 1 - 14, yang dituangkan dalam
bentuk gambar, bentuk analisa dan perhitungan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 194


d. Keluaran tugas yang dihasilkan
Kelengkapan bestek pembangunan gedung 2 – 4 lantai dengan 2 fungsi : gambar
bestek, penganalisaan system kerja dan penggunaan bahan/material dalam bentuk
RKS (Rencana Kerja & Syarat-Syarat) dan perhitungan volume, harga satuan
pekerjaan dalam Estimate Real Of Cost atau RAB (Rencana Anggaran Biaya)
bangunan berlantai 2 – 4 .

4. KRITERIA PENILAIAN ( Bobot Tugas 35%)


 Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan gambar) (15%)

 Norma dan standar teknik gambar (ukuran, notasi, skala) (5%)

 Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan gambar, komunikasi mahasiswa) (5%)

 Kebenaran dan ketelitian perhitungan RKS dan RAB (10%)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 195


BAB III

EVALUASI

A. Kriteria Penilaian

Sistem penilai pada mata kuliah SKB 02 (Struktur dan Konstruksi Bangunan 02)
dilakukan setiap proses perkuliahan atau setiap minggunya oleh tim dosen , dimana
berdasarkan sasaran pembelajaran matakuliah. Kriteria penilaian dipergunakan untuk
mengetahui kemampuan mahasiswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik) pada
perkuliahan SKB 02 (Struktur dan Konstruksi Bangunan 02). Kriteria Penilian setiap proses
pembelajaran, dapat dilihat pada table berikut ini:

Tabel 14 . Kriteria Penilaian Dalam Sistem Kompetensi Mahasiswa


Minggu Materi Tugas Kompetensi Bobot Nilai
ke - (%)

Pemahaman, terhadap system struktur dan


Tugas Individu: konstruksi bangunan berlantai 2 - 4 1,5
1 Menyusun
perbedaan antara Ketelitian dan ketepatan dalam mengetahui bagian 3,5 5
sistem struktur struktur bangunan berlantai 2 – 4.
dengan system
konstruksi
bangunan (2D &
3D)

Tugas 1,5
2 Kelompok: Pemahaman, terhadap system struktur dan
Mensketsa Bentuk konstruksi bangunan berlantai 2 – 4 5
dan ukuran
pondasi, kolom,
balok dan plat Ketelitian dan ketepatan dalam mengetahui bagian 3,5
lantai (2D & 3D) struktur bangunan berlantai 2 – 4.

Tugas
Kelompok: Pemahaman, terhadap system struktur dan
3  Menghitung konstruksi tangga pada bangunan berlantai 2 – 4 0,5 5
jumlah anak
tangga,
 Mensketsa Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 3,5
bentuk dan gambar)
konstruksi
tangga (2D & Norma dan standar teknik gambar (ukuran, 1
3D) notasi,skala)
Tugas Pemahaman, terhadap system konstruksi atap
Kelompok: pada bangunan berlantai 2 - 4 0,5

Struktur & Konstruksi bangunan 02 196


 Menentukan Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 3
bentuk dan gambar)
4&5 bahan/material
atap Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 1 5
 Mensketsa skala)
konstruksi atap
(2D & 3D) Teknik presentasi gbr (kreatif, penampilan gambar,
komunikasi/ bahasa) 0,5

Pemahaman, terhadap system konstruksi atap 0,5


pada bangunan berlantai 2 - 4
Tugas
Kelompok:
 Mensketsa Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 3
gambar rencana gambar)
6 plafond (2D &
3D)
 Mensketsa
system Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 1 5
konstruksi skala)
palfond pada
desain ruang
dalam bangunan Teknik presentasi gbr (kreatif, penampilan gambar, 0,5
(2D & 3D) komunikasi/ bahasa)

Pemahaman, terhadap system konstruksi talang air 0,5


pada bangunan berlantai 2 – 4
Tugas
7 Kelompok: Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 3
Menerapkan gambar) 5
sketsa gambar
konstruksi talang Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 1
air dalam bentuk skala)
gambar detail (2D
& 3D) Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan
gambar, komunikasi/ bahasa) 0,5

UTS (Ujian
Tengah
Semester) 5
Menerapkan Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan
gambar denah, gambar)
tampak, potongan
struktur, dimana
menampakkan
system pondasi,
8 kolom, balok, plat Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 5 15
lantai, tangga, skala)
atap, plafond dan
talang air dalam
gambar
potongan(2D & Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan 5
3D) gambar, komunikasi/ bahasa)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 197


Tugas
Kelompok:
Menggambar Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 5
situasi, denah, gambar)
tampak, potongan,
9 s/d 13 rencana atap, Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 1 10
rencana pondasi, skala)
konstruksi dan
pelengkap (2D &
3D) Teknik presentasi gambar (kreatif, penampilan 4
gambar, komunikasi/ bahasa dalam gambar) .

Tugas
Kelompok:
 Menyusun RKS
(Rencana Kerja
& Syarat-Syarat), Pemahaman materi 1
 Menghitung
volume
14 pekerjaan sesuai
gambit bestek,
 Menganalisa 5
bahan dan upah
dan Ketelitian dan ketepatan pembuatan RKS (Rencana
 Menghitung RAB Kerja & Syarat-Syarat) dan perhitungan RAB 4
(Rencana (Rencana Anggaran Biaya)
Anggaran Biaya)
suatu bangunan
berlantai 2 – 4.
5
Tugas Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan
Kelompok: gambar)
 Membuat
15 gambar bestek Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 5
 Menyusun RKS skala) 20
(Rencana Kerja
& Syarat-Syarat) Teknik presentasi gbr (kreatif, penampilan gambar, 5
 Menghitung RAB komunikasi mahasiswa)
(Rencana
Anggaran Biaya)
Kebenaran dan ketelitian perhitungan RKS dan RAB 5

UAS (Ujian
Akhir Estetika (kebenaran, kelengkapan, kerapihan 10
Semester)/Final gambar)
Tes :
16 15
Ujian gambar
bestek bangunan Norma & standar teknik gambar (ukuran, notasi, 5
berlantai skala)

Struktur & Konstruksi bangunan 02 198


B. Akumulasi Nilai Akhir
Untuk akumulasi nilai akhir mahasiswa pada matakuliah SKB 02 (Struktur dan
Konstruksi Bangunan 02, mengikuti peraturan akademik Universitas Hasanuddin tahun 2010,
Pasal 33.

Tabel 15. AKUMULASI NILAI AKHIR


Nilai Nilai Konversi Range Keterangan

A 4,00 >85 Lulus


A- 3,75 81 – 85 Lulus
B+ 3,50 76 – 80 Lulus
B 3,00 71 – 75 Lulus
B- 2,75 66 – 70 Lulus
C+ 2,50 61 – 65 Lulus
C 2,00 51 – 60 Lulus
D 1,00 45 - 50 Lulus
E 0,00 <45 Tidak Lulus

Struktur & Konstruksi bangunan 02 199


BAB IV

PENUTUP

A. Penutup
Dengan tersedianya bahan/buku ajar matakuliah SKB 02 (Struktur dan Konstruksi
Bangunan 02) pada jaringan LMS Universitas Hasanuddin, maka diharapkan dapat
membantu mempermudah mahasiswa dalam proses pembelajaran, sehingga memberikan
kemampuan dalam mendesain/mensketsa sesuai dengan system struktur dan konstruksi
bangunan khususnya bangunan berlantai 2 – 4. Dan memberikan kemandirian dalam
berkreatifitas untuk menerapkan ide yang sesuai dengan estetika, norma pernggambaran
dan ketelitian serta kebenaran menggambar system struktur dan konstruksi bangunan.
Dapat mempermudah bagi tim pengajar/dosen dalam memberikan materi dan
memperbanyak pembimbingan kepada mahasiswa karena bahan ajar dapat di input
langsung oleh mahasiswa. Dan membantu para tim pengajar/dosen untuk mempersiapkan
bahan ajar per semester dan mempermudah tim pengajar/dosen dalam mengevaluasi
bahan ajarnya.

B. Daftar Pustaka

Amanto, H., dkk (2000), Analisa Upah dan Bahan, Penerbit Bumi AKsara

Frick, Heinz (1999), Sistem Bentuk Struktur Bangunan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

------------- (1998), Dasar-Dasar Konstruksi Dalam Arsitektur, Penerbit Kanisius,


Yogyakarta.

Hannah, Schreckenbach (2000); Construction Technology for a Tropical Developing


Country.

Hardiyatmo, C, Hary (1996); Teknik Pondasi. PT. Gramedia Pustaka Utama

Ibrahim, H, Bachtiar, ( 2012), Rencana Dan Estimate Real Of Cost, Penerbit. Bumi
Aksara.

Idham, Noor Cholis (2013), Merancang Bangunan Gedung Bertingkat Rendah, Yogyakarta:
Graha Ilmu

Ilmu Bangunan Gedung. DPMK. Jakarta dan Menggambar Teknik Bangunan,DPMK,


Jakarta

Struktur & Konstruksi bangunan 02 200


Subarkah, Imam ( 1980); Konstruksi Bangunan Gedung.

Sumadi, R (1986) ; Konstruksi Bangunan.

Supribadi, I.K, (1986), Ilmu Bangunan Gedung, Seri B, Edisi Revisi, Armico, Bandung.

Schodek L, Daniel, (1995), Struktur, PT. Eresco Bandung.

Snyder, J., C, dkk, (1997), Pengantar Arsitektur, Penerbit Erlangga.

Zainal A. Z., (2005), Menghitung Anggaran dan Biaya Bangunan, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

C. Senarai Kata (Glosarium)

Analisis. Pemisahan atau pemecahan dari keseluruhan menjadi elemen-elemen mendasar


atau bagian komponen.

Anak Tangga (Trede). Bagian dari tangga yang berfungsi untuk rnemijakkan/
melangkahkan kaki ke arah vertikal maupun horisontal (datar).

Atap. Bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai penutup seluruh ruangan yang
ada di bawahnya terhadap pengaruh panas, hujan, angin, debu atau untuk
keperluan perlindungan.

Balok Induk. Balok yang berada pada tengah kolom di setiap lantainya.

Balok Anak. Balok yang berada dibawah plat lantai di bangunan berlantai.

Balok Ternbok (Plat Tembok). Balok yang dipasang di sepanjang tembok atau di atas
tumpuan beberapa tiang penyangga yang berfungsi untuk menahan usuk bagian
bawah.

Balok Gording (Gording). Batang memanjang yang sejajar balok tembok yang diletakkan
di atas kaki kuda-kuda untuk menumpu usuk dari sambungannya.

Balok Bubungan (Nok). Balok memanjang yang diletakkan di atas puncak kaki kuda-kuda
dan sejajar balok gording (pada atap pelana) dan sekaligus. berfungsi untuk

Struktur & Konstruksi bangunan 02 201


menahan pertemuan usuk bagian atas.

Balok Kunci. Balok yang dipasang di atas atau di samping balok tarik yang berfungsi untuk
mengunci/menahan sambungannya.

Balok Angin (Ikatan Silang). Balok yang dipasang saling menyilang di antara tiang-tiang
gantung yang diperkuat dengan baut mur.

Balok Topang. Balok yang dipasang miring di mana ujung atasnya menopang balok
bubungan dan ujung-bawahnya memancad pada tiang gantung. Balok ini berfungsi
untuk menahan pelenturan balok bubungan.

Balok Bubungan Miring (Jurai Luar). Balok yang berada pada pertemuan dan bidang
atap yang menjorok ke luar.

Balok Lembahan (Balok Jurai Dalam = Balok Jurai Talang). Balok yang berada pada
pertemuan dua bidang atap yang menjorok ke dalam membentuk lernbahan/talang.

Batang Tunjang (Batang Pikul). Batang diagonal yang dipasang di atas atau di bawah
balok tembok yang berfungsi memikul tiang pincang. Panjang batang tunjang
maksimal 3 m atau dipasang lebih kurang 1,5 m dari sudut tembok.

Batang Pincang (Batang-Batang Apit). Dua batang kayu yang mengapit ujung bawah
tiang pincang dan balok bubungan miring.

Beban Statis . Beban bangunan yang tak bergerak/diam.

Beban Dinamis. Beban yang bergerak.

Beban Hidup. Beban rencana yang menyatakan anggapan statistic berdasarkan


pengalaman mengenai penggunaan masa depan yang diperkirakan dari suau ruang
yang direncanakan. Beban hidup meliputi semua beban selain berat struktur
bangunan – penghuni, mebel, perlengkapan dan mesin-mesin.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 202


Beban Mati . Berat bahan-bahan structural dan komponen-komponen yang merupakan
system tanggap gaya.

Beban Angin. Beban dinamis tapi dalam analisis diperlukan sebagai beban statis ekivalen,
yaitu sebagai asumsi rata-rata statistic gaya pada bangunan.

Beban Gempa. Beban yang berintesnsitas tinggi dan berlangsung singkat. Jadi beban
gempa cenderung mempunyai dampak yang lebih besar terhadap suatu struktur
daripada beban yang sama dan digunakan selama masa yang lebih lama.

Beban Termal. Perubahan-perubahan suhu, yang cenderung mengubah bentuk dan


dimensi elemen-elemen structural sesuai dengan waktu dan musim.

Bordes. Bagian dari tangga yang merupakan bidang datar yang agak luas dan berfungsi
sebagai tempat istirahat bila terasa lelah.

Denah. Melukiskan gambar tapak (tampang) setinggi ± 1.00 meter dari lantai, hingga
gambar pintu dan jendela terlihat dengan jelas, sedangkan gambar penerangan atas
(bovenlich) digambar dengan garis putus-putus.

Detail. Bagian gambar dari gambar rencana yang diinginkan dan diperbesar ukuran
skalanya.

Gambar Bestek. Gambar lanjutan dari uraian gambar Pra Rencana dari gambar detail
dasar dengan skala.

Ibu Tangga (Boom). Bagian tangga berupa dua batang atau papan miring yang berfungsi
menahan kedua ujung anak tangga (trede).

Kolom. Beban (aksial) hanya diberikan di ujung-ujungnya dan tidak ada beban transversal.

Konstruksi. Elemen yang dapat menyebarkan gaya dan penerma beban secara langsung.

Plat. Struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolit yang tingginya
kecil dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 203


Papan Bubungan. Lembaran papan yang diletakkan berdiri di atas balok bubungan yang
berfungsi untuk menahan genteng bubungan dan adukannya.

Pondasi. Bagian terendah dari bangunan yang meneruskan beban bangunan ke tanah
atau batuan yang berada di bawahnya.

Plafond. Suatu lapisan atau bidang yang membatasi tingginya suatu ruang dan berfungsi
untuk keamanan kenyamanan serta keindahan suatu ruangan .

Potongan Struktur. Gambar yang memperlihatkan bagain-bagian dari system struktur dan
konstruksi bangunan.

Reng. Kayu yang berukuran 2cm atau 3/4 cm yang dipasang di atas usuk.

RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat). Suatu peraturan yang mengikat, yang
diuraikan sedemikian rupa, terinci cukup jelas dan mudah dipahami.

RAB (Rencana Anggaran Biaya). Menghitung banyaknya biaya yang diperlukan untuk
bahan dan upah tenaga kerja berdasarkan analisis, serta biaya-biaya lain yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan atau proyek.

Sub Struktur. Bagian dari system struktur yang berada di bagian bawah atau kaki
bangunan.

Super Struktur. Bagian dari system struktur bangunan yang berada di bagian tengah
bangunan atau badan bangunan.

Struktur. Suatu entitas fisik yang memiliki sifat keseluruhan yang dapat dipahami sebagai
suatu organisasi unsur-unsur pokokyang ditempatkan dalam ruang yang didalamnya
karakter keseluruhan mendominasi interelasi bagian-bagiannya.

Sistem Tumpuan Linear. Suatu rakitan pendukung beban dimana sebagian besar tembok
eksterior digunakan unup penutup maupu terus menerus menunjang lantai dan
atap.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 204


Sistem Tumpuan Tak Menerus. Rakitan pendukung beban dimana beban-beban
bentangan horizontal dialihkan pertama-tama ke tumpuan-tumpuan titik (kolom
atau tiang) dan kemudian vertical ke tanah.
Stootbord (Bidang Sentuh). System penguatan yang terbuat dari papan dimana
berfungsi sebagai penguatan pada trede.

Tangga. Salah satu bagian dan suatu bangunan yang berfungsi sebagai alat penghubung
lantai bawah dengan lantai yank ada di atasnya pada bangunan bertingkat dalam
kegiatan tertentu.

Tiang Pincang. Tiang yang ujung atasnya menopang balok bubungan miring pada jarak
sepanjangnya dari sudut tembok, dan ujung bawahnya menumpang di atas batang
tunjang atau batang pikul.

Talang Air. Suatu konstruksi yang berada pada sisi bawah bidang atap yang berfungsi
untuk mengalirkan air yang berasal dari bidang atap ke saluran pembuang dan
untuk mengurangi teritisan air hujan yang akan mengenai atau membasahi tembok.

Tampak. Gambar proyeksi dari gambar denah yang dapat dilihat dari arah depan, samping
kiri, samping kanan dan belakang.

Usuk (Kasau-Kasau). Kayu yang berukuran 7 cm atau 1 cm yang menumpang di atas


balok bubungan, balok gording dan balok tembok yang diletakkan berjejer di atas
balok gording dengan jarak ± 50 cm dari. sumbu ke sumbu (kecuali pada jurai
luar/dalam atap perisai).

Up Struktur. Bagian dari system struktur bangunan yang berada di bagian atas atau kepala
bangunan.

Struktur & Konstruksi bangunan 02 205


LAMPIRAN

Struktur & Konstruksi bangunan 02 206

Anda mungkin juga menyukai