STRUKTUR JEMBATAN
“PERENCANAAN STRUKTUR
JEMBATAN RANGKA BAJA”
Disusun Oleh:
1. Ade Hendra Saputra 07181002
2. Annisa Paramita Lestari 07181015
3. Nadia Septiana 07181064
4. Noor Muslimah Novia S 07181067
Dosen Pengampu:
Andina Prima Putri, S.T., M.Eng
NIP. 198910042019032022
Dosen Asistensi:
Riyan Benny Sukmara, S.T., M.T., Aff. M. ASCE
NIP. 199012212019031010
“PERENCANAAN STRUKTUR
JEMBATAN RANGKA BAJA”
Disusun Oleh:
1. Ade Hendra Saputra 07181002
2. Annisa Paramita Lestari 07181015
3. Nadia Septiana 07181064
4. Noor Muslimah Novia S 07181067
Dosen Pengampu:
Andina Prima Putri, S.T., M.Eng
NIP. 198910042019032022
Dosen Asistensi:
Riyan Benny Sukmara, S.T., M.T., Aff. M. ASCE
NIP. 199012212019031010
1.3 Manfaat
Manfaat dari penyusunan laporan tugas besar struktur jembatan ini adalah
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui langkah – langkah dalam perencanaan jembatan.
2. Dapat mengetahui aspek – aspek yang harus dipertimbangkan dalam
perencanaan jembatan.
2.3 Perletakan
Perletakan adalah suatu konstruksi yang direncanakan untuk keperluan
tertentu. Tugas utama suatu tumpuan perletakan adalah mengumpulkan gaya
akibat muatan yang bekerja padanya dan meneruskannya ke bumi. Untuk
melaksanakan tugasnya dengan baik, maka konstruksi harus berdiri dengan
kokoh. Kondisi yang harus dipertimbangkan adalah stabilitas konstruksi. Suatu
konstruksi akan stabil bila konstruksi diletakkan diatas pondasi yang baik.
Pondasi akan melawan gaya aksi yang diakibatkan oleh muatan yang diteruskan
oleh konstruksi kepada pondasi. Gaya lawan yang ditimbulkan pada pondasi
disebut reaksi. Dalam kasus ini pondasi digambarkan sebagai perletakan. Adapun
jenis – jenis perletakan yang digunakan yaitu:
a. Perletakan sendi, yaitu perletakan terdiri dari poros dan lubang sendi. Pada
perletakan demikian dianggap sendinya licin sempurna, sehingga gaya
singgung antara poros dan sendi tetap normal terhadap bidang singgung
antara poros dan sendi normal terhadap bidang singgung, dan arah gaya ini
akan melalui pusat poros. Artinya, tumpuan ini mempunyai reaksi tegak
lurus landasan, dan sejajar landasan. Atau bisa dikatakan juga perletakan
sendi tidak dapat bergerak tegak lurus maupun sejajar landasan. Tumpuan
sendi dapat menahan gaya tekan, tarik dari berbagai arah vertikal dan
horizontal, gaya tekan dan tarik ini tetap akan melalui pusat sendi. Tumpuan
sendi tidak dapat menahan momen atau meneruskan momen atau
meneruskan momen. Gaya reaksi sendi ini dapat diproyeksikan pada arah
vertikal dan horizontal.
P = b + 2h 1 + m 2
(
P = 26,81 + (2 2,681) 1 + 12 )
P = 34,39m
A
R=
P
79,06
R=
34,39
R = 2, 29m
H
Ib =
L
6−0
Ib =
40000
I b = 0,0015m
2 1
1
Q = A.R .I 2
3
n
2
1
Q= 79,06 2, 29 3 0,0015
0,045
Q = 119,87m3 / det
Didapatkan Q hasil perhitungan = 119,87 m3/detik mendekati Q banjir =
120 m3/detik (OK)
nQ 2
1
= A R 3
2
Ib
0,045 119,87 2
1
= 79,06 2, 29 3
2
0,0015
139, 28 = 137, 28(OK )
2. Tinggi Jagaan (w)
w = 0,5h
w = 0,5 2,681
w = 1,16m
Berdasarkan perhitungan ketinggian Muka Air Banjir (M.A.B) dan tinggi
jagaan, maka data yang digunakan berdasarkan perhitungan yaitu sebagai berikut:
hair = 2,7 m
w = 1,16 m
Berikut merupakan potongan melintang hasil perhitungan perencanaan
hidrologi seperti pada Gambar 3.2 sebagai berikut:
Dimana:
q = intensitas beban terbagi rata (BTR) dalam arah memanjang jembatan
L = panjang total jembatan yang dibebani (meter)
1 kPa = 0,001 Mpa = 0,01 kg/cm2
Dimana:
L = panjang komponen jembatan (mm)
α = koefisien muai temperature (mm/mm/C)ﹾ
3. Beban Angin
a. Tekanan Angin Horizontal
Tekanan angin yang ditentukan pada pasal ini diasumsikan disebabkan oleh
angin rencan dengan kecepatan dasar (VB) sebesar 90 sampai 126 km/jam. Beban
angin harus diasumsikan terdistribusi secara merata pada permukaan yang
terekspos oleh angin. Luas area yang diperhitungkan adalah luas area dari semua
komponen, termasuk sistem lantai dan railing yang diambil tegak lurus terhadap
arah angin. Arah ini harus divariasikan untuk mendapatkan pengaruh yang paling
berbahaya terhadap struktur jembatan atau komponen – komponennya. Luasan
yang tidak memberkan kontribusi dapat diabaikan dalam perencanaan.
Untuk jembatan atau bagian jembatan dengan elevasi lebih tinggi dari
10000 mm diatas permukaan tanah atau pemukaan air, kecepatan angin rencana,
VDZ, harus diitung dengan persamaan berikut:
V Z
VDZ = 2,5V0 10 ln
Vb Z 0
Dimana:
VDZ = kecepatan angin rencana pada elevasi rencana, Z (km/jam)
V10 = kecepatan angin pada elevasi 10000 mm diatas permukaan tanah atau
diatas permukaan air rencana (km/jam)
Vb = kecepatan angin rencana yaitu rencana 90 s/d 126 km/jam elevasi 1000
m
Z = elevasi struktur diukur dari perukaan tanah atau dari permukaan air
dimana beban angin dihitung (Z > 10000 m)
V0 = kecepatan gesekan angin, yang merupakan karakteristik meteorology,
sebagaimana ditentukan dalam Tabel 3.8 untuk berbagai macam tipe
permukaan di hulu jembatan (km/jam)
Z0 = panjang gesekan di hulu jembatan, yang merupakan karakteristik
meteorology, ditentukan pada Tabel 3.8 (mm)
Tabel 3.8 Nilai V0 dan Z0 untuk Berbagai Variasi Kondisi Permukaan Hulu
Kondisi Lahan Terbuka Sub Urban Kota
V0 (km/jam) 13,2 17,6 19,3
Z0 (mm) 70 1000 2500
(Sumber : SNI 1725 Tahun 2016)
L = B12 + 2
Nilai Kc = 1, didapat dari SNI 1729:2016 gambar 7.6 – 1
Lk = L Kc
Jari – jari minimum:
Lk
imin
300
fy
c =
E
1.43
=
1.6 − 0.67 c
Pu
Ag
c fy
BAB IV
PRELIMINARY DESIGN
Didapatkan jumlah beban mati (qums) senilai 2213,25 kg/m. Kemudian dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya dalam momen dan gaya dalam geser
sebagai berikut:
• Gaya Dalam Momen (Mudl)
1
= xq ums x
2
8
1
= x 2213, 25 x5
2
8
= 67, 78kN .m
1
= xq x
2 ums
1
= x 2213, 25 x5
2
= 54, 22kN
Beban hidup yang bekerja pada jembatan terdiri dari Beban Terbagi Rata
(BTR), Beban Garis Terpusat (BGT) dan Beban Truk (T).
qBTR = qxb1
qBTR = 6, 75 x1
qBTR = 6, 75kN / m
QBTR = qBTR xK U TD
QBTR = 6, 75 x1,8
QBTR = 12,15kN / m
Didapatkan nilai (QBTR) senilai 12,15 kN/m. Kemudian dilakukan perhitungan
untuk mendapatkan nilai gaya dalam momen gaya dalam geser sebagai berikut:
8
1
= x12,15 x5
2
8
= 37,97 kN .m
• Gaya Dalam Geser (VuBTR)
1
= xQ x
2 BTR
1
= x12,15 x5
2
= 30,37 kN .m
Beban ini digunakan dengan cara mengubah beban menjadi terpusat pada
tengah bentang (P). Sesuai dengan SNI 1725:2016 pada Pasal 8.3.2 maka nilai 𝑃 =
49 𝐾𝑁/𝑚, dan diketahui sesuai SNI 1725:2016 pada Gambar 28 nilai 𝐷𝐿𝐴 = 30%
untuk 𝐿 = 60 𝑚.
3. Beban Truk
Tr = T (1 + DLA) xK U TD
Tr = 112,5(1 + 0,3) x1,8
Tr = 263, 25kN
Didapatkan nilai (Tr) senilai 263,25 kN. Kemudian dilakukan perhitungan untuk
mendapatkan nilai gaya dalam momen dan gaya dalam geser terbesar sebagai
berikut:
Dikarenakan nilai,
M u = Mudl + MuTr
M u = 67, 78 + 329, 06
M u = 396,84kNm
Mu
f
Zx = y
0,9
396,84
Z x = 280
0,9
Z x = 1574, 77cm3
Dari nilai Zx tersebut, maka didapatkan nilai Zx dari tabel profil yang
mendekati yaitu 1690 cm3 dengan profil IWF 500.200.9.14.
Setelah didapatkan penampang atau profil yang akan digunakan untuk balok
memanjang, selanjutnya dilakukan control agar dapat mengetahui apakah profil
tersebut aman atau tidak. Kontrol-kontrol yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Kontrol Lendutan
Pada kontrol lendutan akibat beban, terbagi menjadi akibat PBGT dan
qBTR dan juga akibat PTruk. Sehingga, dilakukan perhitungan kontrol sebagai
berikut:
• Akibat PBGT dan qBTR
5 (qBTR )( 4 ) 1 ( PBGT )( 3 )
= x + x
384 ( E )( I x ) 48 ( E )( I x )
5 (12,5)(54 ) 1 (114, 66)(53 )
= x + x
384 (20000000)(0, 000419) 48 (20000000)(0, 000419)
= 0, 0474308715m
• Akibat PTruk
1 ( PTruk )( 3 )
= x
48 ( E )( I x )
1 (263, 25)(53 )
= x
48 (20000000)(0, 000419)
= 0, 08181m
1
izin = ( )
800
1
izin = (5)
800
izin = 0,350m
𝝈𝒊𝒛𝒊𝒏 > 𝝈
• Akibat PTruk
Va = PTruk
Va = 263, 25kN
Vn = 0, 6( f y )( Aw )
Vn = 0, 6( f y )(h)(tw )
Vn = 0, 6(280)(428)(9)
Vn = 647136 N = 647,136kN
Vn > Va
Mn > Mu
Beban mati yang direncanakan pada balok melintang jembatan dapat dilihat
pada tabel 4.6 sebagai berikut:
8
1
= x14923, 7 x5
2
8
= 457, 04kN .m
• Gaya Dalam Geser (Vudl)
1
= xqdx
2
1
= x14923, 7 x5
2
= 365, 63kN
Beban hidup yang bekerja pada jembatan terdiri dari Beban Terbagi Rata
(BTR), Beban Garis Terpusat (BGT) dan Beban Truk (T).
qBTR = qxb1
qBTR = 6, 75 x5
qBTR = 33, 75kN / m
QBTR = qBTR xK U TD
QBTR = 33, 75 x1,8
QBTR = 60, 75kN / m
Didapatkan nilai (QBTR) senilai 60,75 kN/m. Kemudian dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai gaya dalam momen dan gaya dalam geser
sebagai berikut:
Beban ini digunakan dengan cara mengubah beban menjadi terpusat pada
tengah bentang (P). Sesuai dengan SNI 1725:2016 pada Pasal 8.3.2 maka nilai 𝑃 =
49 𝐾𝑁/𝑚, dan diketahui sesuai SNI 1725:2016 pada Gambar 28 nilai 𝐷𝐿𝐴 = 30%
untuk 𝐿 = 60 𝑚.
Dikarenakan nilai,
Maka nilai momen akibat beban hidup yang digunakan untuk merencanakan
balok melintang adalah nilai MTd = MuBTR + MuBGT. Nilai momen ultimate akibat
pembebanan sesuai dengan perencanaan adalah sebagai berikut:
M u = Mudl + MuTd
M u = 457, 04 + 1688,32
M u = 2145,36kNm
Mu
f
Zx = y
0,9
2145,36
Z x = 280
0,9
Z x = 8513,33cm3
Dari nilai Zx tersebut, maka didapatkan nilai Zx dari tabel profil yang
mendekati yaitu 9140 cm3 dengan profil IWF 900.300.16.28.
Setelah didapatkan penampang atau profil yang akan digunakan untuk balok
melintang, selanjutnya dilakukan kontrol agar dapat mengetahui apakah profil
tersebut aman atau tidak. Kontrol-kontrol yang perlu dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Kontrol Lendutan
Pada kontrol lendutan akibat beban, terbagi menjadi akibat PBGT dan qBTR
dan juga akibat PTruk. Sehingga, dilakukan perhitungan control sebagai berikut:
• Akibat PTruk
1 ( PTruk )( 3 )
= x
48 ( E )( I x )
1 (263, 25)(53 )
= x
48 (20000000)(0, 00411)
= 0, 00834m
1
izin = ( )
800
1
izin = (5)
800
izin = 0,350m
𝝈𝒊𝒛𝒊𝒏 > 𝝈
2. Kontrol Geser
• Kontrol Penampang
h 1100
tw fy
788mm 1100
16mm 280
Va = qBTR ( ) + PBGT
Va = 60, 75(5) + 114, 66
Va = 418kN
• Akibat PTruk
Va = PTruk
Va = 263, 25kN
Sehingga, setelah dilakukan perhitungan kontrol geser, kuat geser yang akan
digunakan adalah kuat geser terbesar yaitu yang diakibatkan oleh PTruk yang
sebesar Va = 263,25 kN.
Vn = 0, 6( f y )( Aw )
Vn = 0, 6( f y )(h)(tw )
Vn = 0, 6(280)(788)(16)
Vn = 2118144 N = 2118,144kN
Sehingga, dapat diketahui kuat geser nominal yang diizinkan untuk terjadi
pada balok melintang yaitu Vn = 2118,144 kN.
Vn > Va
• Web
h 1680
tw fy
788mm 1680
16mm 280
• Flanges
bf 170
2t f fy
300 170
2(28) 280
M n = ( Z x xf y )
M n = 0,9(9140000 x 280)
M n = 2303280000 Nmm
Mn > Mu
2303280000 Nmm > 2145359563 Nmm … (OK)
126 11000
= 2,5 𝑥 17,6 (126) 𝑙𝑛 ( 1000 )
= 105,51 𝑘𝑚/𝑗𝑎𝑚
1. Beban Angin pada Struktur (EWS)
Berdasarkan peritungan diperoleh tekanan angin dari persyaratan SNI
1725 – 2016 dimana gaya total beban angin tidak boleh kurang dari 4,4 kN/mm
pada bidang tekan dan 2,2 kN/mm pada bidang hisap pada struktur rangka dan
pelengkung, serta tidak kurang dari 4,4 kN/mm pada balok atau gelagar.
Tabel 4.8 Tekanan angin dasar