PENDAHULUAN
1
lebih efisien karena mengacu pada buku Standar Jembatan Gelagar Komposit
oleh Bina Marga yang mampu menahan 100% beban Bina Marga.
2
d. Trotoir
e. Tiang Sandaran
f. Pipa sandaran
g. "Shear connector"
h. Sambungan
3. Perencanaan metode pelaksanaan
4. Tidak memperhitungkan analisa dinamis getaran gempa
5. Rencana lalu lintas harian rata-rata diabaikan
1.4 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan tugas akhir ini yaitu:
1. Dapat merencanakan struktur atas jembatan komposit beton yang
dikompositkan dengan baja sesuai dengan perencanaan jembatan yang
ada di Indonesia.
2. Dapat memperhitungkan perhitungan pembebanan struktur atas
jembatan beton yang dikompositkan dengan baja.
3. Dapat menghitung volume pada pekerjaan struktur atas jembatan beton
yang dikompositkan dengan baja.
4. Dapat merencanakan metode pelaksanaan pekerjaan perencanaan ulang
Jembatan Ngangkatan III.
1.5 Manfaat
Manfaat dari perencanaan jembatan kali ini yaitu untuk meningkatkan
tingkat pelayanan jembatan sehingga pengguna Jembatan Ngangkatan III merasa
aman dan nyaman dengan jangka waktu panjang. Sementara manfaat pribadi bagi
penulis adalah dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat selama
perkuliahan dengan merencanakan struktur atas jembatan beton yang
dikompositkan dengan baja sebagai Laporan Akhir yang merupakan syarat untuk
menyelesaikan studi DIII Teknik Sipil Politeknik Negeri Malang.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
2.2 Filosofi Perencanaan
2.3 Rencana Pembebanan Bangunan Atas
2.3.1. Beban Mati Primer
2.3.2. Beban Mati Sekunder
2.3.3. Lajur Lalu Lintas Rencana
2.3.4. Beban Lajur “D”
2.3.5. Beban Truk “T” (TT)
2.3.6. Gaya Rem (TB)
2.3.7. Beban Angin
2.4 Struktur Baja Jembatan Komposit
2.4.1 Sifat Bahan Material Baja
2.4.2 Tegangan dan Regangan Baja
2.4.3 Komponen Struktur Lentur
2.4.4 Sambungan Profil
2.5 Struktur Beton Jembatan Komposit
2.5.1 Penampang Lentur dan Syarat Regangan
2.5.2 Perencanaan Pelat
4
BAB IV
DATA PERENCANAAN
4.1 Deskripsi
Jembatan Ngangkatan III merupakan jembatan yang terletak di kecamatan
Rejoso kabupaten Nganjuk. Jembatan Ngangkatan III merupakan jembatan yang
akan dibangun ulang dalam rangka pelebaran jalan raya dan jembatan di Desa
Ngangkatan. Sedangkan untuk konstruksi perencanaan jembatan Ngangkatan III
menggunakan metode komposit. Untuk dimensi dari Jembatan Ngangkatan III
memiliki bentang 16 meter dan lebar 7,6 meter.
5
4.5 Data Perncanaan Jembatan
Data perencanaan Jembatan Ngangkatan III Kecamatan Rejoso Kabupaten
Nganjuk meliputi data topografi, data teknis, dan data spesifik.
4.5.1 Data Topografi
a. Panjang Jembatan : 16 meter
b. Lebar Jembatan : 7 meter (dengan trotoar)
c. Tipe Jembatan : Komposit
6
BAB V
PEMBAHASAN
Gambar 5.3 Penomoran titik nodal pada Jembatan Ngangkatan III kecamatan
Rejosos bentang 16
7
Gambar 5.4 penomoran batang pada jembatan komposit bentang 16 m
Gambar 5.5 erat sendiri pada jembatan gelagar komposit Jembatan Ngangkatan III
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk
8
a. Beban Terbagi Rata (BTR)
Nilai intensitas q kPa tergantung pada panjang total yang dibebani L yaitu:
L < 30 m :q = 9,0 kPa
Maka nilai q yang digunakan adalah 9,0 kPa (918kg/m2) dimana L = 16m yaitu
L < 30m. Dapat dilihat pada gambar 5.7 BTR ditunjukan dengan warna hijau.
b. Beban Garis Terpusat (BGT)
Beban garis terpusat (BGT) harus ditempatkan tegak lurus terhadap arah
lalu lintas dimana besarnya intensitas p adalah 49,0 kN/m. Pada gambar 5.7 BGT
ditunjukan oleh warna biru.
9
Gambar 5.8 Pembebanan truk pada saat kondisi 1 (TTW)
2. Beban T simulasi-2
Truk A bergerak maju ke kanan sejauh 1,5m dari posisi simulasi-1 dan truk B
bergerak maju ke kiri sejauh 1,5m dari posisi simulasi-1.
10
5.2.5 Gaya Rem (TB)
Gaya rem harus diambil yang terbesar dari:
a. 25% berat gandar truk desain 225 kN 0,25 . 225 kN = 56,25 kN
b. 5% dari berat truck rencana ditambah beban lajur terbagi rata BTR, 0,05 . (500+9)
= 25,45 kN
Dari perhitungan diatas, maka diambil nilai gaya rem terbesar yaitu 56,25 kN
Menurut SNI 1725:2016 gaya rem harus diasumsikan untuk bekerja secara
horizontal pada jarak 1800 mm diatas permukaan jalan pada masing-masing arah
longitudinal dan dipilih yang paling menentukan.
MTR = (56,25). (1,8) = 225 kNm = 22500 Kgm
11
Tekanan angin ditentukan oleh angin rencana yang bekerja dengan
kecepatan dasar (VB) sebesar 90 hingga 126 km/jam. Untuk jembatan dengan
elevasi lebih tinggi dari 10000 mm dari atas permukaan air atau tanah kecepatan
angin rencana (VDZ) harus menggunakan permasaam berikut :
𝑉10 𝑍
𝑉𝐷𝑍 = 2,5. 𝑉𝑜 ( ) 𝐼𝑛 ( )
𝑉𝐵 𝑍10
Karena elevasi Jembatan Ngangkatan 111 dari atas permukaan air hanya
7,13. Kecepatan angin rencana tidak perlu menggunakan persamaan diatas. Oleh
karena itu digunakan kecepatan rencana 90 km/jam
a) Beban angin pada struktur (EWs)
Tekanan angin rencana pada struktur dapat ditetapkan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
𝑉𝐷𝑍 2 90 2
P D tekan = PB tekan ( ) = ( ) = 0,0024 𝑀𝑃𝑎
𝑉𝐵 90
= (0,0024)(2.400)(16.000)
= 154.783,07 N = 9216 kg
Maka nilai PD-tekan untuk satu titik 9216 kg/m2/58 = 158,90 kg/titik
PD tekan dapat dilihat pada gambar 5.13 ditunjukan oleh tanda panah berwarna
biru.
𝑉𝐷𝑍 2 90 2
𝑃D hisap = PB tekan ( ) = 0,0012 ( ) = 0,0012 𝑀𝑃𝑎
𝑉𝐵 90
= (0,0012) (2.400)(16.000)
= 46080 N = 4608 kg
Maka nilai PD-hisap untuk satu titik 7739,15 kg/64= 79,45 kg/titik
PD hisap dapat dilihat pada gambar 5.13 ditunjukan oleh tanda panah berwarna
hijau
Gambar 5.13 Beban angin pada struktur (EWs) Jembatan Ngangkatan III
b) Beban angin pada kendaraan (EWL)
12
Tekanan angin rencana pada struktur jembatan harus direncanakan memikul
gaya akibat angin pada kendaraan yang diasumsikan sebagai tekanan menerus
sebesar 1,46N/mm. Tekanan angin ini dianggap tegak lurus dan bekerja 1800mm
di atas permukaan jalan dengan jarak antara roda truk yaitu 1750mm, maka
diperoleh hasil tekanan akibat angin pada kendaraan:
𝐸𝑊𝐿 = (1,46) . (16)
= 23,36 Kn
= 2336/64 Kg = 36,50 kg/titik
𝑀𝐸𝑊𝐿 = 36,50 kg . 1,8 m
= 65,70 kg.m/titik
13
Ekstrem II 1,30 2,00 0,50 0,50 0,50
Daya layan I 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
Daya layan II 1,00 1,00 1,30 1,30 1,30
Daya layan III 1,00 1,00 0,80 0,80 0,80
Daya layan IV 1,00 1,00
Fatik (TD dan TR) Q.75 0,75 ,0,75
Sumber : SNI 1725:2016
5.3 Perencanaan Gelagar Utama
Perencanaan gelagar utama berdasarkan beban-beban yang akan bekerja
menurut SNI 1725:2016, setelah dianalisis pada StaadPro V8i, menghasilkan gaya dan
momen dan momen terbesar pada batang 619 ditunjukan oleh gambar 5.15
Gambar 5.16 Letak momen terbesar terletak pada batang 619 sebesar 460,601 kN.m
14
Gambar 5.18 Profil Baja WF untuk gelagar utama Jembatan Ngangkatan III
lb = 3000 mm
fy = 250 kPa
Ag = b.tf.(h-2tf).tw = 300.16.2 + (400-(2.16).10) = 13280 mm2
1 h tf 2 1
Ix = 2 (( .b.tf3 )) + (2.b.tf. (2 - 2) + ( 12 .tw+(h-2tf))
12
1 400 16 2 1
= 2 (( 12
.300.163 )) +(2.(300.16. ( 2
- 2
) +( 12 .10.368) = 395629226,7 mm4
1 1
Iy = 2 (( .b.tf3 )) +( (h — 2tf).tw3 )
12 12
1 1
= 2( 12 .16.3003)+( (400-(2.16)).103 ) = 72030666,67 mm4
12
Ix 395629226,7
Sx = 0,5.h = = 1978146,133 mm3
0,5.400
𝐼𝑦 72030666,67
Sy = 0,5.ℎ = = 480204,444 mm3
0,5.400
tw 16
Z
x = bf .tf.(h - tf ) + 4 (h – 2tf)2 = 300 .16.(400 - 16 ) + (400 – 2.16)2
4
= 2181760 mm3
Z 1 tw ²(h – 2tf) 1 10 ²(400 – 2.16)
y = (2.bf2 .tf) + = (2.3002 .16) + = 729200 mm3
4 4
𝑰𝒚 72030666,67
ry = √𝑨𝒈 = √ = 73,648 mm
𝟏𝟑𝟐𝟖𝟎
𝑰𝒙 𝟑𝟗𝟓𝟔𝟐𝟗𝟐𝟐𝟔,𝟕
rx =√𝑨𝒈 = √ = 172,602 mm
𝟏𝟑𝟐𝟖𝟎
Iy.h2 22030666,67.4002
Cw = = = 2,88.1012 mm6
4 4
(ℎ−𝑡𝑓)2 .𝑏 3 .16
Cw = = 2,65.1012 mm6
24
15
Nilai J dipilih yang terbesar yaitu 947200 𝑚𝑚5
𝜋 𝐸𝐺𝐽𝐴 𝜋 20000.80000.947200.13280
𝑋1 = 𝑠𝑥
.√ 2
= 1978146,133
.√ 2
= 15931,49
𝐶𝑤 𝑆𝑋 2 5,19𝐸+17 1978146,133 2
𝑋 2 = 4. 𝐼𝑦
. ( 𝐺𝐽 ) = 4. 72030666,67 . (80000.947200) = 0.000109037
𝑥1
𝐿𝑟 = 𝑟𝑦. . √1 + √1 + 𝑥2 (𝑓𝑦 — 𝑓𝑟)2
𝑓𝑦 − 𝑓𝑟
15931,489
= 73,648. √1 + √1 + 0,000109037(250 − 70)2 = 11530.52 mm
250−70
2. Badan
ℎ 1680
< = 40 < 106,2525
𝑡2 √𝑓𝑦
16
5.4 Perencanaan Diafragma
Perencanaan gelagar diafragma berdasarkan beban-beban yang akan
bekerja menurut SNI 1725:2016, setelah dianalisis pada StaadPro V8i,
menghasilkan gaya dan momen dan momen terbesar pada batang 435 ditunjukan
oleh gambar 5.20
Gambat 5.20 Batang diafragma no. 435 yang menerima nilai momen terbesar
Gambar 5.21 Gaya yang bekerja pada batang diafragma no. 435 Perencanaan
gelagar diafragma menggunakan profil WF 350.175.6.9
h = 350
tf= 9
tw = 6
b = 175
17
Gambar 5.21 Profil Baja WF untuk gelagar diafragma Jembatan Ngangkatan III
Lb = 1200 mm
Fy = 250 Mpa
Ag = b.tf.2 + (h-2tf).tw = 175.2 + (350-(2.9).6) = 5142mm2
1 ℎ 𝑡𝑓 2 1
Ix = 2(12 . 𝑡𝑓. 𝑏 3 ) + (2. 𝑏. 𝑡𝑓 ( 2 − ) )) + (12 . 𝑡𝑤 + (ℎ − 2𝑡𝑓))
2
1 346 9 2 1
= 2(12 . 1743 ) + (2.174 ( − 2) )) + (12 . 6.328) = 106589444 mm4
2
1 1 1 1
Iy = 2 (12 . 𝑡𝑓. 𝑏 3 ) + (12 (ℎ − 2𝑡𝑓. 𝑡𝑤 3 ) =2 (12 . 9.1743 ) + (12 (346 − (2.9))63 )
= 7907940 mm4
𝐼𝑥 106589444
𝑆𝑥 = = = 616123.954 𝑚𝑚3
05. ℎ 0,5.346
𝐼𝑥 7907940
𝑆𝑦 = = = 90895,862 𝑚𝑚3
05. ℎ 0,5.346
𝑰𝒙 𝟏𝟎𝟔𝟓𝟖𝟗𝟒𝟒𝟒
Rx = √𝑨𝒈 = √ = 𝟏𝟒𝟔, 𝟏𝟖𝟖 𝒎𝒎
𝟓𝟏𝟒𝟐
𝑰𝒚 𝟕𝟗𝟎𝟕𝟗𝟒𝟎
Ry =√𝑨𝒈 = √ = 𝟑𝟗, 𝟓𝟓𝟓 𝒎𝒎
𝟓𝟏𝟒𝟐
tw 9
Z
x = bf .tf.(h - tf ) + 4 (h – 2tf)2 = 175 .9.(350 - 9 ) + 4 (350 – 2.9)2
= 689118mm3
Z 1 tw ²(h – 2tf) 1 6 ²(350 – 2.9)
y = (2.bf2 .tf) + = (2.1752 .9) + = 139194 mm3
4 4
𝐼𝑦ℎ2 7907940
Cw = = = 2,37.1011 mm6
4 4
(ℎ−𝑡𝑓)2 .𝑏3 .𝑡𝑓 (346−9)2 .1743 .9
Cw = = = 2,24.1011 mm6
24 24
18
Nilai J dipilih yang terbesar yaitu 109602 mm5
𝑥1
𝐿𝑟 = 𝑟𝑦. . √1 + √1 + 𝑥2(𝑓𝑦 − 𝑓𝑟)
𝑓𝑦 − 𝑓𝑟
10712.365
= 39,555. . √1 + √1 + 0,0006. (250 — 70)2 = 5461,44 mm
250−70
19
Dapat disimpulkan baja WF 350.175.6.9 aman untuk digunakan sebagai diafragma
20
Gambar 5.22 Potongan memanjang dan melintang perencanaan "shear connector"
a. Menghitung gaya geser
Karena balok diasumsikan berperilaku sebagai komposit penuh, nilai Vh diambil
dari nilai terkecil antara 0,85.fc'.a.bE dan As.fy
As.fy = 13280.240 = 3187200 N
0,85.fc'.a.bE = 0,85.25.130,2.1200 = 3320000 N
Jadi nilai Vh = C = 3187200 N
b. Diameter maksimal stud bolts yang diizinkan
Dmaks = 2,5.tf = 2,5.16 = 40 mm
Stud bolts diameter 22,225 mm memenuhi untuk digunakan
c. Luas satu buat stud bolt
𝐴𝑠𝑐 = 1/4. 𝜋. 𝐷2 = 1/4. 𝜋. 22,2252 = 387,948 𝑚𝑚2
d. Modulus elastisitas beton
𝐸𝑐 = 0,041. 𝑤 1,5 . √𝑓𝑐 = 0,041.24001,5 . √25 = 25625 𝑚𝑃𝑎
e. Kuat geser satu buah stud bolt
𝑄𝑛 = 0,5. 𝐴𝑠𝑐. √𝑓𝑐. 𝐸𝑐 = 0,5. 387,948. √25.25625 = 155254,92 N
𝑄𝑛 = 𝐴𝑠𝑐. 𝑓𝑢 = 387,948. 410 = 159058.6446 N
Nilai Qn diambil dari yang terkecil yaitu 155254,92 N
21
f. Jumlah "Stud bolts' yang diperlukan
𝑉ℎ 3187200 1
𝑁= = = 20,52 = 21 𝑏𝑢𝑎𝑡 (𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑏𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔)
𝑄𝑛 155254,92 𝑁 2
Jumlah stud bolt yang diperlukan untuk satu bentang gelagar adalah 42 buah
22
Sambungan sayap
Profil baja WF = 400.300.10.16
Tipe baut = A490
Diameter baut (db) = 19,05 mm
Toleransi = 1,6 mm
23
5. Jarak Pemasangan Baut
Standar jarak pemasangan baut berdasarkan SNI 2002 adalah :
3 Db < S < 15 tp atau 200 mm
1,5 Db < S1 < (4tp + 100) atau 200 mm
Dimana :
S = Jarak antar baut
S1 = Jarak baut terluar ke tepi plat
3.19 <S <15.15
57 < S < 225, jadi direncanakan S = 60 mm
1,5.19 < S1 < (4.15 + 100)
28,5 < S1 < 160, jadi direncakan S1 = 30 mm
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan 18 baut dengan jarak
pemasangan S = 60 mm dan S1 = 30 mm mampu menahan gaya tarik, dan dapat
diaplikasikan pada gelagar utama.
1. Menghitung Luas
Luas baut (Ab) =1/4π19,052= 285,02 mm2
Luas plat (Ag) = 368.15 = 5520 mm2
24
Luas netto plat (An) = 5520-2.(19+1,6)15 = 4888,5 mm2
2. Tahanan Baut
ØRn Geser = Øfub.m.Ab = 0,75.0,4.825.2. 285,02
= 176357,95 N = 17,64 Ton/baut
ØRn Tumpu = Ø2,4.db.tplup = 0,75.2,4.19.15.370
= 210883,5 N = 21,09 Ton/baut
3. Tegangan
Fraktur = ØTn = Øfu.An = 0,75.370. 4902 = 1503213,75 N= 150,032 Ton
Leleh = ØTn = Øfy.Ag = 0,9.240.5520 = 1192320 N = 119,232 Ton
4. Jumlah Baut
Jumlah baut dihitung berdasarkan nilai tegangan terkecil dan tahanan terkecil
119,232
E Baut rencana = = 7,7 𝑏𝑎𝑢𝑡 ≅ 8 𝑏𝑎𝑢𝑡
17,607
25
3.19 < S 5 < 15.15
57 < S < 225, jadi direncanakan S = 60 mm
1,5.19 < Si < (4.15 + 100)
28,5 < Si <160, jadi direncakan Si = 50 mm
Jadi, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan 30 baut dengan jarak
pemasangan S = 60 mm dan S1 = 50 mm mampu menahan gaya momen, dan dapat
diaplikasikan pada gelagar utama
26
Gambar 5.38 Besar gaya-gaya yang bekerja pada batang pipa pada Jembatan
Ngangkatan III
Gambar 5.39 Batang pipa yang mengalami momen terbesar pada batang no. 59
Berikut ini adalah data-data yang digunakan untuk merencanakan tulangan pada pipa
sandaran, yaitu:
Pu = 56,299 kN D = 76,3 mm
A = 908,5 mm2 t =4 mm
k =1 (Jepit-Jepit) L = 2.000 mm
𝑘. 𝐿 𝑓𝑦 1(2.000) 240
𝜆𝑐 = √ = √ = 1,983 ( 𝜆𝑐 > 1,2)
𝑟 𝐸 34,8 2.105
27
𝐴𝑔.𝑓𝑦 (908,5)(240)
ØPn = = = 44.407,33 N> 23.616,36 N
𝜔 4,916
Jadi, dapat disimpulkan bahwa profit pipa baja 076,3 mm dengan ketebalan
4 mm dapat digunakan karena gaya tekan dalam yang diperkecil lebih besar
daripada gaya tekan ultimate ØPn > Pu.
b. Perencanaan Tiang Sandaran
Dalam perencanaan tiang sandaran Jembatan Ngangkatan III Kecamatan
Rejoso digunakan ukuran 20x15 cm dengan tulangan utama menggunakan D13 dan
sengkang menggunakan Ø10.
Gambar 5.41 Letak tiang sandaran pada jembatan gelagar komposit yang
dimodelkan menggunakan staad pro
Gambar 5.40 Diagram regangan tiang sandaran pada jembatan gelagar komposit
Digunakan tiang sandaran dengan ukuran 20x15 cm.
Mu = 12,568 kNm = 12.568.000 Nmm fy = 240 MPa
fc' = 25 MPa b = 150 mm
h = 200mm d’ = 30 mm
d = 170 mm As1 = 10mm2
Perencanaan tulangan lentur
𝐴𝑠.𝑓𝑦 (10)(240)
𝑎 = 0,85𝑓′𝑐𝑏 = = 0,75 mm
0,85(25)(150)
28
Digunakan 3 D13 (Astotal → 840,875 mm2)
3 D13 (As' →840,875 mm2)
Kontrol kapasitas momen nominal:
Mn1 =As1. fy (d - a/2) = (10)(240)(170 — 0,75/2) = 263.096,47 Nmm
Mn2 = As' . fy (d — d') = (840,875)(240). (170-30) = 16.144.800 Nmm
Ø Mntotal = Mn1 + Mn2 = 0,8 . (263.096,47 + 16.144.800) = 13.126.317,176 Nmm
13.126.317,176Nmm > 12.568.000 Nmm
Ø Mntotal > Mu
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh momen nominal (Mn) yang lebih
besar dari pada momen ultimit (Mu), maka desain dikatakan memenuhi beban
bekerja. Perencanaan tulangan geser:
𝑉𝑢 = 22,051 𝑘𝑔 = 22.051 𝑁
1 1
𝑉𝑐 = √𝑓𝑐 ′ . 𝑏. 𝑑 = √25. (150)(170) = 42.500 𝑁
3 3
1 1
∅𝑉𝑐 = (0,6)(42.500) = 12.750 𝑁 > 𝑉𝑢 (= 22.051 𝑁) 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 𝑠𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛𝑔
2 2
1 1
Smax = 2.d = 2 (170) = 85 mm, atau;
smax = 85 mm
Digunakan jarak = 85 mm, dengan luas tulangan minimum:
1 1
√𝑓𝑐 ′ .𝑏.𝑠 √25.170.85
𝐴𝑣−min= 3 = 3
= 60,2 𝑚𝑚2
𝑓𝑦 400
Jadi dari perhitungan diatas dipakai tulangan 010-200 mm untuk geser dan
3 D13 untuk lentur.
5.8 Perencanaan Plat Kendaraan
Pada penulangan pelat lantai kendaraan, penulangan— yang dipakai yaitu
tulangan lentur searah sumbu Mx dan My.
29
5.8.1 Penulangan Tekan Searah Sumbu Mx
Perencanaan berdasarkan momen maksimum yang terjadi pada plat arah
sumbu Mx yang telah dianalisis menggunakan StaadPro V8i
Gambar 5.25 Momen maksimum pelat arah Mx sebesar 32,427 kNm pada Kuat I
Berikut ini adalah data-data yang digunakan untuk merencanakan tulangan pada
pelat lantai kenadraan, yaitu:
𝑀𝑢 = 32,427 𝑘𝑁𝑚 = 32.427 .000 𝑁𝑚𝑚
𝑓𝑦 = 240 𝑁𝑚𝑚2
𝑓𝑐′ = 25 𝑀𝑝𝑎
𝑓𝑦 400
𝑚 = = = 11,294
0.85. 𝑓𝑐′ (0,85) . (25)
𝑏 = 500 𝑚𝑚
ℎ = 250 𝑚𝑚
𝑑′ = 30 𝑚𝑚
𝑑 = ℎ — 𝑑′ = 250 — 30 = 220 𝑚𝑚
Penulangan utama:
𝑓𝑦400
𝑓𝑦 400
𝑚 = = = 11,294
0.85. 𝑓𝑐′ (0,85) . (25)
𝑀𝑢 32.427 .000
𝑅𝑛 = 2
= = 2,805 𝑁/𝑚𝑚2
∅. 𝑏. 𝑑 (0,8)(500)(220)2
1 2. 𝑚. 𝑅𝑛 1 2. (11,294). (2,805)
𝑃𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = (1 − √1 − )= (1 − √1 − ) = 0,00653
𝑚 𝑓𝑦 11,294 240
30
𝐴𝑠 − 𝑎𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖. 𝑓𝑦 (1676)(240)
𝑎= = = 37,857 𝑚𝑚
0,85. 𝑓 ′ 𝑐. 𝑏 0,85(25)(500)
∅. 𝑀𝑛 = 0,8. 𝐴𝑠. 𝑓𝑦 (𝑑 − 𝑎/2)
= 0,8(1676)(240)(170 − 37,857 /2) = 48.614.726,4 𝑁𝑚𝑚
∅. 𝑀𝑛 (= 48.614.726,4 𝑁𝑚𝑚) > 𝑀𝑢 (= 32.427.000 𝑁𝑚𝑚)
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh momen nominal (Mn) yang lebih besar
dari pada momen ultimit (Mu), maka desain dikatakan memenuhi beban bekerja.
Dengan menggunakan D16 — 120.
Gambar 5.27 Momen maksimum pelat arah My sebesar 81,319 kNm pada Kuat I
Berikut ini adalah data-data yang digunakan untuk merencanakan tulangan
pada pelat lantai kendaraan, yaitu:
𝑀𝑢 = 81,319 𝑘𝑁𝑚 = 81.319.000 𝑁𝑚𝑚
𝑓𝑦 = 400 𝑁𝑚𝑚2
𝑓𝑐′ = 25 𝑀𝑝𝑎
𝑓𝑌 400
𝑚 = = 18,823
0.85 𝑓𝑐′ 0,85.25
𝑏 = 500 𝑟𝑎𝑚
ℎ = 250 𝑟𝑎𝑚
𝑑′ = 30 𝑚𝑚
𝑑 = ℎ — 𝑑′ = 250 — 30 = 220 𝑚𝑚
Penulangan utama:
31
𝑓𝑦 400
𝑚= = = 18,823
0,85. 𝑓𝑐′ (0,85). (25)
𝑀𝑢 81.319.000
𝑅𝑛 = 2
= = 4,2 𝑁/𝑚𝑚2
∅. 𝑏. 𝑑 (0,8)(500)(220)2
Karena 𝑃𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 < 𝑃𝑚𝑖𝑛 → gunakan Amin (= 0,012)
𝐴𝑠𝑡 = 𝑃𝑚𝑖𝑛 . b. d = = (0,01&2)(500)(220) = 1320𝑚𝑚2
32
Gambar 5.28 Beban pejalan kaki pada struktur jembatan sebesar 510 kg/m2
Rasio Tulangan :
𝑃𝑚𝑖𝑛 = 0,0035
𝑃𝑚𝑎𝑥 = 0,0203
Penulangan utama:
𝑓𝑦 240
𝑚= = = 11,294
0,85. 𝑓′𝑐 (0,85). (25)
33
𝑀𝑢 9.203.000
𝑅𝑛 = 2
= 2
= 0,796 𝑁/𝑚𝑚2
∅. 𝑏. 𝑑 (0,8)(500)(170)
1 2. 𝑚. 𝑅𝑛
𝑃𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 (2)(11,294)(0,796))
= (1 − √1 − ) = 0,00338
18,82 240
Rasio Tulangan:
𝑃𝑚𝑖𝑛 = 0,0035
𝑃𝑚𝑎𝑥 = 0,0203
Penulangan utama:
𝑓𝑦 400
𝑚= = = 18,82
0,85. 𝑓′𝑐 (0,85). (25)
𝑀𝑢 2.546.000
𝑅𝑛 = 2
= = 0,22 𝑁/𝑚𝑚2
∅. 𝑏. 𝑑 (0,8)(500)(170)2
34
1 2. 𝑚. 𝑅𝑛
𝑃𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢 = = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 (2)(11,294)(0,796))
= (1 − √1 − ) = 0,00553
18,82 400
35