Disusun Oleh :
Kelompok 3 :
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas Mata Kuliah Perencanaan
Jembatan ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat untuk nilai mata kuliah perencanaan
jembatan. Selain itu, tugas ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu tentang
pembangunan suatu jembatan yang telah memenuhi spesifikasi yang telah diatur dalam
dokumen RKS bagi para pembaca dan penulis tentunya. Berkaitan dengan ini saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Sri Suciati, M.Hum., selaku Rektor Universitas PGRI Semarang.
2. Ibnu Toto Husodo, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Informatika
Universitas PGRI Semarang.
3. Dr. Ikhwanudin, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik
dan Informatika, Universitas PGRI Semarang.
4. Slamet Budirahardjo, S.T., M.T., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Perencanaan Jembatan.
Kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yng membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan tugas ini.
Penyusun,
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN....................................................................................................................................................4
PERENCANAAN....................................................................................................................................................5
PERAWATAN DAN PERBAIKAN JEMBATAN...............................................................................................30
3
PENDAHULUAN
Jembatan merupakan suatu struktur bangunan yang berfungsi untuk menghubungkan dua
bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam, alur
sungai, saluran irigasi dan pembuangan, jalan kereta api, waduk, dan lain-lain.
Perkembangan trasportasi yang semakin erat kaitannya dengan pembangunan, baik berupa
pembangunan jalan maupun jembatan yang berfungsi untuk memperlancar arus kendaraan
sehingga tercipta efisiensi waktu dalam beraktifitas. Jembatan harus dibuat cukup kuat
karena kerusakan pada jembatan dapat menimbulkan gangguan terhadap kelancaran lalu
lintas, terlebih di jalan yang memiliki lalu lintas yang padat. Banyak sistem yang bisa
dipilih dalam membangun sebuah jembatan yang sesuai dengan yang direncanakan.
Konstruksi jembatan overpass adalah suatu konstruksi bangunan pelengkap sarana
trasportasi jalan yang menghubungkan suatu tempat ketempat yang lainnya, yang dapat
dilintasi oleh kendaraan / benda bergerak. Lintas tersebut bisa merupakan jalan kendaraan,
jalan kereta api atau jalan pejalan kaki, sedangkan rintangan tersebut dapat berupa jalan
kendaraan, jalan kereta api, sungai, lintasan air, lembah atau jurang. Jembatan Overpass
juga merupakan suatu bangunan pelengkap prasarana lalu lintas darat dengan konstruksi
terdiri dari pondasi, struktur bangunan bawah dan struktur bangunan atas, yang
menghubungkan dua ujung jalan yang terputus akibat bentuk rintangan melalui konstruksi
struktur bangunan atas.
4
PERENCANAAN
1. LINGKUP PEKERJAAN
Perencanaan teknis pada laporan ini adalah perencanaan detail struktur jembatan
overpass yang merupakan bagian dari kegiatan Pembangunan Jalan Akses dan Overpass-
PT. Amman, Sumbawa-Propinsi Nusa Tenggara Barat. Perencanaan struktur jembatan
overpass terdiri dari perencanaan bangunan atas berupa perencanaan balok baja komposit
Tipe-I dan bangunan bawah berupa struktur abutmen beton-bertulang cor di tempat.
Adapun lokasi dari rencana overpass adalah seperti ditunjukkan pada peta di bawah ini.
Gambar 1.
2. LAYOUT STRUKTUR
Sesuai dengan masukan dari pihak pemilik pekerjaan dan pihak pemberi tugas, maka tipe
bangunan atas berupa sistem jembatan Balok Baja Komposit Tipe-I akan dipilih sebagai
sistem bangunan atas dari jembatan overpass ini. Lebar jembatan berikut dimensi
5
penampang jalan, dimensi bangunan pelengkap, dan utilitas yang mungkin akan dipasang
di atas jembatan sesuai dengan hasil diskusi adalah sebagai berikut :
Panjang jembatan, L, (jarak antar tumpuan) = 26400 mm
Lebar badan jalan, width_carriage = 10000 mm
Kemiringan horizontal jembatan, skew =0
Jarak antar girder, S = 2000 mm
Tebal pelat lantai, ts (rata-rata pinggir dan tengah) = 250 mm
Tampak penampang
3. KRITERIA DESAIN
3.1. Spesifikasi Perencanaan
Kriteria desain yang dipergunakan untuk analisa dan desain struktur seperti
pembebanan dan syarat – syarat perencanaan mengacu pada peraturan – peraturan
sebagai berikut :
RSNI T-03-2005 – Perencanaan struktur baja untuk jembatan
RSNI T-12-2004 – Perencanaan struktur beton untuk jembatan
SNI 1725:2016 – Pembebanan untuk Jembatan
SNI 2833:2016 – Perancangan Jembatan terhadap Beban Gempa (Peta Sumber
dan Bahaya Gempa Bumi Indonesia Tahun 2017)
06/SE/Db/2021 – Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan
Spesifikasi Umum 2018 Revisi-2, Ditjen Bina Marga
6
AASHTO LRFD Bridge Design Specifications, American Association of State
Highway and Transportation Officials (AASHTO), 4th Edition, Customary SI
Units, 2007.
3.2. Material
a. Beton
Mutu beton yang digunakan didasarkan pada hasil uji kuat tekan beton pada umur
28 hari pada benda uji silinder. Untuk masing-masing komponen struktur beton,
mutu beton yang digunakan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Kelas Beton
7
b. Baja Struktural
Mutu baja struktural dari komponen penyusun struktur bangunan atas berupa
girder baja Tipe-I adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Mutu baja struktural
Modulus elastisitas (Es) baja struktural diambil 200000 Mpa. Semua permukaan
baja harus digalvanis sesuai dengan desain ketebalan galvanis yang telah
ditentukan sesuai lokasi di mana struktur baja tersebut akan dipasang.
8
Spesifikasi baja tulangan adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Spesifikasi baja tulangan
25 D13 – 150
4 8 – 150
Keterangan :
- 25 = Jumlah tulangan
- D13 = Tulangan ulir diameter 13 mm
- 8 = Tulangan polos diameter 8 mm
- 150 = Jarak antar tulangan mm
Panjang penyaluran minimal (lap splicing) Baja Tulangan yang terpotong adalah:
a. Baja polos BjTP 280 : LP = 40 diameter tulangan
b. Baja ulir BjTS 420A : LP = 36 diameter tulangan
Penempatan penyambungan tulangan dengan lap splicing selain pada tempat yang
telah ditetapkan pada gambar harus mendapatkan persetujuan dari Engineer /
Konsultan Pengawas.
4. PEMBEBANAN JEMBATAN
Pembebanan yang terjadi pada Jembatan Overpass-PT. Amman dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Beban sendiri (MS)
Beban sendiri atau sering disebut beban mati struktur atau dead laod structure
merupakan gabungan dari elemen-elemen struktur yang terdapat pada bangunan
termasuk berat bahan dan bagian jembatan maupun non-elemen struktur namun
dianggap tetap. Adapun beban sendiri diuraikan pada Tabel 4.
9
(Sumber : Dokumen Pembangunan Jalan Akses dan Overpass-PT Amman,
Sumbawa-Propinsi Nusa Tenggara Barat)
10
Gambar 3. Ilustrasi pembebanan tambahan
Beban tambahan ini akan berkerja setara dengan tanah setebah 0,7m dan bekerja
secara merata pada bagian tanah yang dilewati oleh beban lalu lintas. Beban
tambahan ini hanya diterapkan untuk menghitung tekanan tanah dalam arah lateral
dan faktor pembebanan yang digunakan sama dengan perhitungan tekanan tanah
lateral.
b. Tekanan tanah lateral
Tekanan tanah lateral merupakan tekanan yang dihasilkan oleh tanah atau beban
yang berada di belakang struktur pada arah horizontal. Tekanan tanah lateral dapat
dibagi menjadi tiga kategori. Jika dinding tidak bergerak atau tekanan tanah diam
(K0). Jika dinding/ struktur bergerak menekan kearah bidang runtuh dianggap
sebagai tekanan tanah pasif (Kp), dan jika dinding menjauhi dan searah bidang
runtuh dianggap sebagai tekanan tanah aktif (Ka).
11
4. Beban lalu lintas
Pembebanan pada aspek ini meliputi beban lajur yang di ilustrasikan menjadi beban
merata dan dikombinasikan dengan beban garis (Gambar 5).
Selain beban lajur, didapat pula beban truk, dalam hal ini digunakan beban Truk SNI
dan Truk Lowboy. Beban Truk SNI merupakan jenis truk semi-trailer yang dapat
dilihat pada Gambar 6. Pembebanan truk SNI memiliki total 500 kN.
Truk Lowboy sebagai beban non-standar sebagai salah satu aspek pembebanan
perencaan jembatan. Truk ini memiliki total beban 143 ton, dibagi menjadi 3 rangkai
gandar, dapat dilihat pada Gambar 7.
12
Gambar 7. Pembebanan Truk Lowboy
Pada beban lalu lintas juga diperhitungkan adanya beban rem, yaitu 25% dari berat
gandar truk desain atau 5% dari berak truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata.
Lalu dengan memperhitungkan gaya sentrifugal yang terjadi terutama pada tikungan.
5. Aksi Lingkungan
Pada aspek aksi lingkungan terdapat pengaruh temperature, angin, banjir, gempa
bumi, dan aspek penyebab alamiah lain.
Beban perencanaan dapat didasarkan pada analisa statistik dari kejadian kejadian
umum yang tercatat.
a. Temperatur Merata
Simpangan akibat beban temperatur harus berdasarkan dengan temperatur
maksimum dan minimum, hal ini akan berbeda pada daerah satu dengan daerah
lain. Simpangan temperatur dapat dirumuskan sebagai berikut :
13
Pada pembangunan jembatan overpass ini didapat nilai 15 oC dan 40oC sebagai
nilai temperatur maksimum dan minimum, dengan nilai α pada tabel berikut :
Tabel 5. Sifat bahan rata rata akiabat pengaruh suhu.
b. Aliran Air
Gaya seret nominal ultimit dan gaya layan pada pilar akibat aliran air tergantung
pada kecepatan air rata-rata.
c. Beban Angin
Beban angin digolongkan menjadi 2 yaitu tekanan angin horizontal dan tekan
angin vertikal. Tekanan angin horizontal adalah tekanan angin yang menabrak
bidang struktur maupun pada kendaraan secara tegak lurus bidang luasan
horizontal.
d. Beban Gempa
Perencanaan beban gempa yang bekerja pada jembatan direncanakan berdasarkan
Perencanaan Jembatan terhadap Beban Gempa untuk Jembatan, SNI 2833:2018
yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan Peraturan
Pembebanan untuk Jembatan SNI 1725:2016.
14
struktur ekuivalen kemudian dimodifikasi dengan faktor modifikasi respon,
dimana:
Prosedur umum perencanaan struktur tahan gempa, mengacu pada peta percepatan
puncak batuan dasar (PGA) dan respon spektra percepatan 0.2 detik dan 1 detik di
batuan dasar pada level Hazard (potensi bahaya) gempa 1000 dengan
kemungkinan terlampaui 7% dalam 75 tahun. Dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 6. Kondisi tanah untuk koefisien geser dasar
No No Gambar Level Gempa Tanah Lunak
1 Gambar 8 Peta percepatan puncak di
batuan dasar (PGA)
2 Gambar 9 Peta respons spektra
7% dalam 75 tahun (1000 percepatan 0,2 detik di
tahun) batuan dasar (Ss)
3 Gambar 10 Peta respons spektra
percepatan 1 detik di batuan
dasar (S1)
15
Gambar 8. Peta percepatan puncak di batuan dasar (PGA)
16
Gambar 9. Peta respons spektra percepatan 0,2 detik di batuan dasar (Ss)
17
Gambar 10. Peta respon spektra percepatan 1,0 detik di batuan dasar (S1)
18
Kualifikasi situs ditentukan untuk lapisan setebal 30 m sesuai dengan yang
didasarkan pada korelasi dengan hasil penyelidikan di laboratorium
Keterangan :
19
PGA = percepatan puncak batuan dasar mengacu pada Peta Gempa
Indonesia 2010
Ss = parapmeter respons spektral percepatan gempa untuk periode pendek
T=0,2detik mengacu pada Peta Gempa Indonesia 2010
SS = lokasi yang memerlukan investigasi geolitik dan analisis respons
dinamik spesifik
20
21
Tabel 11. Kombinasi beban dan faktor beban
Nilai γp dapat berupa γMS, γMA, γTA, γPR, γPL, γSH tergantung beban yang
ditinjau, sedangkan γEQ adalah faktor beban hidup kondisi gempa. Komponen
dan sambungan pada jembatan harus memenuhi kombinasi beban-beban ekstreme
seperti yang ditentukan pada setiap keadaan batas begai berikut :
22
berlangsung harus ditentukan berdasarkan kepentingan
jembatan.
Ekstrem II Kombinasi pembebanan yang meninjau kombinasi antara
beban hidup terkurangi dengan beban yang timbul akibar
tumbukan kapal, tumbukan kendaraan, banjir atau beban
hidrolika lainya, kecuali untuk kasus pembebanan akibat
tumbukan kendaraan (TC). Kasus pembebanan akibat banjir
tidak boleh dikombinasikan dengan beban akibat tumbukan
kendaraan dan tumbukan kapal
Daya Layan I Kombinasi pembebanan yang berkaitan dengan operasional
jembatan dengan semua beban mempunyai nilai nominal
serta memperhitungkan adanya beban angin berkecepatan 90
km/jam hingga 126 km/jam, kombinasi ini juga digunakan
untuk mengontrol lendutan pada gorong-gorong baja, pelat
pelapis terowongan, pipa termoplastik serta untuk mengontrol
lebar retak struktur beton bertulang; dan juga untuk analisis
tegangan tarik pada penampang melintang jemabtan beton
segmental. Kombinasi pembebanan ini juga harus digunakan
untuk investigasi stabilitas lereng
Daya Layan II Kombinasi pembebanan yang ditujukan untuk mencegah
terjadinya pelelehan pada struktur baja dan selip pada
sambungan akibat beban kendaraan
Daya Layan III Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik
pada arah memanjang jembatan beton pratekan dengan tujuan
untuk mengontrol besarnya retak dan tegangan utama tarik
pada bagian badan dari jembatan beton segmental
Daya Layan IV Kombinasi pembebanan untuk menghitung tegangan tarik
pada kolom beton pratekan dengan tujuan untuk mengontrol
besarnya retakan
Fatik Kombinasi beban fatik dan fraktur sehubungan dengan umur
fatik akibat induksi beban yang waktunya tak terbatas
23
5. KOMPONEN-KOMPONEN JEMBATAN
Parapet
Lantai Jembatan
Gider / Span
Cross Frame
Abutment
Pilecap
Pondasi
Gambar 12. Komponen Jembatan Memanjang
24
1. Pondasi Sumuran & Kepala Tiang (Pile Cap).
Bentuk pondasi ini bisa bulat atau persegi panjang, yang ditenggelamkan ke dalam
tanah. Pondasi Ini biasa digunakan untuk menahan dan menruskan beban vertikal
serta horizontal yang berat dan besar kepada tanah.
Pile Cap adalah komponen struktural dalam konstruksi sipil yang digunakan untuk
mendistribusikan beban dari bangunan atau struktur di atasnya ke tiang pancang
atau tiangbor (pile) yang ditanam dalam tanah atau fondasi dasar. Pile cap
bertindak sebagai pelat penyebar beban yang melindungi dan meratakan beban ke
sejumlah tiang pancang di bawahnya
25
Informasi Teknis Pondasi Ukuran Satuan
Abutment atau kepala jembatan adalah bagian konstruksi bawah jembatan yang
terdapat pada kedua ujung pilar-pilar jembatan yang berfungsi untuk mendukung
atau memikul seluruh beban bangunan di atasnya. Abutment bekerja dengan
menerima beban-beban yang berasal dari bangunan atasnya dan kemudian
menyalurkan beban-beban yang diterimanya tersebut ke pondasi.
26
Gambar 16. Ukuran Abutment
3. Wing Wall
Sayap (wing wall) berfungsi untuk melindungi bagian belakang abutment dari
tekanan tanah yang bekerja sehingga abutment tidak mengalami
gaya horizontal akibat dorongan atau tekanan tanah yang bekerja.
27
Gambar 17. Wing Wall
Panjang Girder = 27 m
Jarak Girder =2m
28
Gambar 18. Layout Girder
5. Cross Frame.
Cross frames pada girder jembatan balok baja komposit adalah elemen struktural
yang digunakan untuk menghubungkan dan menguatkan balok-balon baja komposit
dalam sebuah jembatan. Balok baja komposit terdiri dari balok baja yang diperkuat
dengan beton di atasnya, menciptakan kombinasi struktur yang kuat dan efisien.
Cross frames, juga dikenal sebagai cross-bracing, bertujuan untuk beberapa hal
dalam konteks jembatan balok baja komposit, seperti:
29
1. Pengaturan Kekekalan: Cross frames membantu menjaga kekekalan struktur
jembatan dengan mencegah pergeseran lateral atau distorsi yang tidak
diinginkan. Mereka membantu menjaga bentang balok baja dalam posisi yang
benar saat jembatan menerima beban.
2. Pengurangan Getaran: Cross frames juga dapat membantu mengurangi getaran
yang terjadi saat kendaraan melintasi jembatan. Ini dapat meningkatkan
kenyamanan pengguna jembatan dan memperpanjang umur pakai struktur.
3. Distribusi Beban: Cross frames membantu dalam mendistribusikan beban secara
merata di seluruh struktur jembatan, sehingga mencegah konsentrasi beban yang
berlebih pada beberapa titik tertentu yang dapat menyebabkan kegagalan
struktur.
4. Stabilisasi: Mereka juga berperan dalam meningkatkan stabilitas keseluruhan
jembatan, terutama saat jembatan menghadapi beban angin, gempa bumi, atau
beban lateral lainnya.
Cross frames dapat dibuat dari baja atau bahan lain yang kuat dan tahan terhadap
lingkungan. Mereka biasanya ditempatkan secara diagonal antara balok baja utama
atau balok primer pada struktur jembatan. Dengan cara ini, cross frames membentuk
jaringan diagonal yang memperkuat dan mendukung balok baja komposit secara
keseluruhan, menjadikan jembatan lebih tahan terhadap beban dan kondisi eksternal.
6. PELAT LANTAI
Pelat lantai merupakan elemen struktural yang menerima beban hidup dan beban
mati pada
30
lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke balok dan kolom sampai ke struktur
bawah.
31
PERAWATAN DAN PERBAIKAN JEMBATAN
1. Pemeriksaan Jembatan
Pemeriksaan jembatan adalah salah satu komponen dalam sistem informasi manajemen
jembatan yang terpenting. Hal ini merupakan sesuatu yang pokok dalam hubungannya antara
keadaan jembatan yang ada dengan rencana pemeliharaan atau peningkatan dalam waktu
mendatang. Tujuan pemeriksaan jembatan ini adalah untuk meyakinkan bahwa jembatan
masih berfungsi secara aman dan perlunya diadakan suatu tindakan tertentu guna
pemeliharaan dan perbaikan secara berkala. Jadi pemeriksaan jembatan mempunyai beberapa
tujuan yang spesifik yaitu:
Memeriksa keamanan jembatan pada saat umur layan
Menjaga terhadap ditutupnya jembatan
Mencatat kondisi jembatan pada saat tersebut
Menyediakan data bagi personil perencanaan teknis, konstruksi dan pemeliharaan
Memeriksa pengaruh dari beban yang bekerja di atasnya.
Memantau keadaan jembatan secara jangka panjang
Menyediakan informasi mengenai dasar daripada pembebanan jembatan.
Pada dasarnya terdapat dua pemeriksaan jembatan yaitu pemeriksaan inventarisasi yaitu
pengumpulan data dasar administrasi, geometri, material dan data-data tambahan lainnya
pada setiap jembatan, termasuk lokasi jembatan, penjang bentang dan jenis konstruksi untuk
setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-komponen utama
bangunan atas dan bangunan bawah jembatan.
Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh pemeriksa dari instansi yang terkait yang sudah
dilatih atau oleh seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan.
Yang kedua adalah pemeriksaan detail yang dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan
dan elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan
dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis penanganannya. Pemeriksaan
detail dilakukan paling sedikit sekali dalam lima tahun atau dengan interval waktu yang lebih
pendek tergantung pada kondisi jembatan.
Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi atau pekerjaan
perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan setelah pelaksanaan konstruksi
jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam database dan mencatatnya dalam format
32
pemeriksaan detail. Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada elemen
jembatan, dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen, kelompok elemen dan
komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk jembatan secara keseluruhan didapat dari
nilai kondisi setiap elemen jembatan.
Pemeriksaan tersebut dilakukan terhadap adanya kerusakan tipikal struktur beton juga
terhadap kerusakan tipikal struktur baja jembatan. Kerusakan yang umum terjadi pada elemen
beton jembatan rangka adalah adanya keretakan dengan lebar retak tertentu. Adapun bentuk
kerusakan pada baja umumnya yaitu korosi. Ini merupakan faktor yang paling umum yang
mengarah pada penurunan kualitas bagian struktural dan sambungannya. Ada lima format
korosi yang teramati pada jembatan baja, yaitu:
1. Korosi permukaan, yang menyebabkan kerusakan seragam pada permukaan yang relatif
besar pada baja struktural dan mengarah pada pengurangan penampang-lintang di dalam
bagian struktural,
2. Korosi cekungan, terjadi pada permukaan yang sangat kecil (oleh karena itu, efek nya
sukar dideteksi dalam banyak kasus), mengembang sangat dalam di dalam baja dan secara
umum mengarah pada konsentrasi tegangan lokal,
3. Korosi celah, terjadi di lapisan kontak antara dua elemen tipe yang sama baja (sebagai
contoh, pada pelat yang diperkuat dengan baut, pelat penyambung, pelat buhul, dll.) dan
mengarah pada kerusakan oleh kekuatan yang merobek sebagai hasil dari efek
pengembangan hasil korosi, dalam banyak kasus sangat sulit untuk mendeteksi efek yang
membahayakan akibat tipe korosi ini karena muncul pada banyak tempat yang tidak
mudah diakses di dalam struktur jembatan,
4. Korosi galvanis, yang umumnya terjadi pada sambungan dua tipe baja atau logam yang
berbeda (sebagai contoh , dalam pengelasan, hubungan dengan menggunakan sekrup, baut
atau paku keling yang disebut sel galvanis dapat dibentuk) dan mengarah pada
pengrusakan bahan lokal, sulit untuk pendeteksian,
5. Korosi tegangan, terjadi kebanyakan di dalam kabel pada jembatan gantung dan jembatan
cable-stayed, relatif jarang di dalam elemen jembatan struktural yang dibangun dengan
baja karbon, korosi tegangan bersama-sama dengan korosi cekungan dan korosi celah
kadang-kadang dianggap sebagai korosi fatik.
Adapun pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh pemeriksa jembatan pada waktu
pemeriksaan detail karena pemeriksa merasa kurangnya data, pengalaman atau keahlian
untuk menentukan kondisi jembatan. Semua jenis pemeriksaan di atas dilakukan oleh
33
seorang sarjana yang berpengalaman dalam bidang jembatan atau oleh staf teknik yang
mempunyai keahlian dalam bidang jembatan. Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan
gambaran yang realistik mengenai kondisi struktur yang ada. Jenis kegiatan yang
dilakukan pada pemeriksaan khusus umumnya adalah Pemeriksaan mutu beton,
Pemeriksaan karbonasi, Pemeriksaan tulangan dan selimut beton dengan alat covermeter,
Pemeriksaan retak dengan alat Pundit atau UPV dan alat pengukur retak serta pengujian
laboratorium.
Tujuan dari manajemen pemeliharaan jembatan bentang panjang adalah sebagai berikut:
a. Menjaga jembatan dalam kondisi sehat dan beroperasi dengan lancar.
b. Meminimalkan kerusakan pada jembatan. Begitu terjadi kerusakan, pekerjaan perbaikan
harus segera dilakukan
c. Menjaga agar tidak terdapat halangan pada jembatan dan memaksimalkan kapasitas lalu
Iintas
d. Menjaga jembatan dalam kondisi yang bagus secara teknis. Meningkatkan kemampuan
untuk menahan aksi lingkungan/bencana
e. Memperpanjang keselamatan dan umur pakai jembatan sampai maksimum. Mendapatkan
informasi tentang kondisi dari setiap komponen jembatan.
f. Mengumpulkan data teknis dan manajemen akan diperlukan sebagai dasar untuk
pemeliharaan dan penggantian serta perkuatan di masa mendatang.
34
Persyaratan Manajemen Pemeliharaan Jembatan Bentang Panjang:
a. Kombinasi dari pencegahan, pemeliharaan dan perawatan dengan mengkombinasikan
pemeliharaan rutin harian dan pemeliharaan secara umum
b. Perencanaan dan persiapan harus disiapkan untuk setiap pemeliharaan dan untuk
mengurangi bahaya.
c. Penyiapandan peningkatan RegulasiPemeliharaan Jembatan Bentang Panjang disertai
dengan pengorganisasian tim professional untuk pemeliharaan jembatan serta
penyusunanfile data jembatan yang comprehensive
35
2. Pemeliharaan Berkala
Lapis permukaan jembatan serta kerusakan lokal pada jembatan dan fasilitas lainnya harus
diperbaiki dan diperkuat agar kondisinya kembali ke semula. Aktivitas ini harus dilakukan
secara Berkala sesuai dengan rencana pemeliharaan. Pemeliharaan berkala adalah usaha
untuk menjaga jembatan tetap datam kondisi dan daya layan yang baik setelah
pembangunan yang mencakup beberapa kegiatan yaitu:
Kegiatan pemeliharaan berkala diduga mencakup hal-hal sebagai berikut:
• Pengecatan ulang
• Penggantian lapisan permukaan
• Pembersihan jembatan secara keseluruhan
• Pemeliharaan peletakan/landasan
• Penggantian siar mual (expansion joint}
a. Overhaul comprehensive
Secara periodik, overhaul comprehensive harus dilakukan untuk membuat jernbatan
benar-benar berada pada kondisi sesuai perencanaan atau perbaikan lokal dapat
dllakukan sesuai dengan kondisi teknis yang dlrencanakan sernula untuk
meningkatkan kapasitas lalu lintasnya. Aktivitas ini harus dilakukan setiap 10 - 15
tahun sebagai program tahunan yang disetujui oleh Pemilik Jembatan
b. Peningkatan {improving atau upgrading)
Kondisi/grade teknis jembatan perlu ditlngkatkan jika jembatan dan fasilitas yang ada
tidak lagi memenuhi kebututian lalu lintas. Tipe pekerjaan ini harus dilaksanakan
berdasarkan hasil perencanaan kembaii dan pelelangan kembali. Aktivitas ini berada
diluar tanggung jawab Tim pemeliharaan Jembatan.
36
c. Perbaikan dan perkuatan darurat
Pada kasus dimana terjadi kerusakan aklbat bencana alam, kecelakaan lalu lintas,
kerusakan akibat ulah manusia, maka jembatan beserta fasilitasnya harus segera
diperbaiki segera untuk menjamin keselamatan pengguna jembatan. Pada kasus
dimana jembatan dan fasilitasnya tidak dapat dikembalikan kondisinya dengan
perbaikan, maka tim khusus perlu dibentuk dan ditugaskan untuk mereview dan
menyiapkan rencana perbaikan yang diperlukan.
37
Metode pemeriksaan kapasitas daya dukung jembatan adalah sebagai berikut:
Untuk jembatan panjang yang sedang beroperasi, jika tidak dimungkin melakukan
pengujian beban, kapasitas daya dukung jembatan dapat dievalusi dengan perhitungan
dan analisis. Pertama-tama untuk komponen penting dan utama dari jembatan
dilakukan investigasi teknis dengan menggunakan peralatan dan insturmen yang perlu
untuk, mendapatkan data bentang, kekuatan material, retak, tingkat korosi, balok, dan
perletakan. Selanjutnva perhitungan dibuat sesuai dengan spesiflkasi. Setelah itu daya
dukung dan persyaratan kelayanan jembatan harus dianalisis dan dievaluasi secara
komprehensif
Uji beban merupakan metode langsung dan paling blsa diandalkan untuk mendapatkan
daya dukung jembatan. Secara umum, besarnya beban uji harus sesuai atau ekuivalensi
dengan beban lalu lintas standar. Untuk jembatan yang mengalami kerusakan, uji beban
harus dilaksanakan pada bentang yang rusak atau bagian yang mengalami kerusakan
untuk menentapkan reduksi terhadap kapasitas daya dukung jembatan akibat kerusakan
yang terjadi.
Pada jembatan tanpa loading test, secara umum penyesuaian kondisi teknis jembatan
dan perhitunagn teoriti harus dilakukan dan hasilnya dibandingkan dengan hasil
pengukuran di lapangan untuk mendapatkan penilain yang dapat dipercaya.
38
b. Setelah scouring stabil, kedalaman scouring harus di ukur sekali da/am 1 tahun dan
data tersebut harus disimpan. Jika diketahui terdapat perubahan besar terhadap
kedalaman skuring, data tersebut harus disampaikan kepada designer untuk
menentukan apakah diperlukan penimbunan atau tidak.
2) Sistem Proteksi Katodik
Pada Jembatan yang terletak di daerah yang korosif, pondasl yang terbuat dari pipa
baja yang digunakan umumnya dilengkapi dengan sistim perlindungan korosi baik
berupa Pelapisan maupun dengan Sisitim Proteksi Katodik. Efektifitas proteksi
katodik memungkinkan baja karbon untuk digunakan dalam lingkungan yang sangat
korosif seperti air laut atau tanah dengan tingkat keasaman yang tinggi.
Sistem Proteksi katodik adalah suatu sistim yang menggunakan sel elektrokimia untuk
mengendalikan korosi dengan mengkonsentrasikan reaksi oksigen pada sel galvanik
dan menekan korosi pada katoda dalam sel yang sama. Pada proteksi katodik, logam
yang akan dilindungi dijadikan katoda dan reaksi oksldasi terjadi di anoda. Anoda
adalah elektroda tempat berlangsungnya reaksi oksidasi sedangkan katoda adalah
tempat berlangsungnya reaksi reduksi.
Dalam perancangan yang tepat laju oksidasi pada logam yang dilindungi dapat
ditekan sehingga laju oksidasi tersebut dapat diabaikan. Jika hal itu terjadi maka dapat
dikatakan proteksi katodik telah efektif. Proteksi katodik tercapai dengan menyuplai
elektron ke struktur logam yang dilindungi. Hubungan di atas menunjukkan bahwa
penambahan elektron ke struktur akan menekan penguraian logam dan meningkatkan
laju pembentukan hidrogen. Jika arus mengalir dari kutub (+) ke (-), maka struktur
terlindungi. Jika arus memasuki struktur/logammelalui elektrolit, maka sebaliknya.
Konvensi arus ini diadopsi dalam teknologi proteksi katodik. Sistem proteksi katodik
mensyaratkan adanya anoda, katoda, serta elektrolit yang menghubungkan keduanya
sehingga membentuk sirkuit listrik.
3) Pile Cap
Pada 1 tahun pertama setelah jembatan beroperasi, penurunan yang terjadi pada titik-
titik di pile cap harus diamati setiap bulan. Jika terjadi perubahan nilai yang
drastis/tiba-tiba, alasan terjadinya penurunan drastis tersebut harus diketahui dan
langkah penanggulangan segera diusulkan. Tiga tahun setelah jembatan selesai
dibangun, atau setelah perubahan penurunan pondasi menjadi sangat kecil,
pengamatan terhadap penurunan pile cap dilakukan setiap 1 tahun sekali dan data-data
tersebut harus di simpan. Pada saat air surut terbesar pada setiap musim, beton dari
39
pile cap harus diperiksa. Secara umum pemeriksaan dllakukan secara visual atau dapat
juga menggunakan palu kecil yang dipukul-pukulkan ke beton untuk pengetahui
apakah ada bagian yang pecah atau lepas. Pemeliharaan dan Perbaikan minor dari Pile
cap adalah sebagai berikut
a. Permukaan pile cap.harus selalu bersih. Kotoran yang ada harus segera dipersihkan
b. Jika permukaan beton dari pile cap diatas muka air mengalami erosi, spalling,
honeycomb, dan kerusakan lainnya, pengkasaran dan pembersihan harus segera
dilakukan dan dilakukan finishing dengan beton atau mortar untuk rnenjamln beton
lama dan baru menyatu.
40
d. Karat besi tulangan dalam beton
e. Perubahan bentuk (deformasi) material beton
41