Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS TINGKAT KELAYAKAN USAHA INDUSTRI RUMAH TANGGA SARUNG

TENUN ALAT TRADISIONAL

DiDesa Gedangkulut Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:

Fatikah Nur Alfizah

NIM: 201610180311103

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengembangan Industri menjadi bagian yang paling penting dalam penggerak
pembangunan ekonomi nasional, dengan terbentuknya pengembangan klaster-klaster industry
pemerintah fokus merealisasikan industry pada pengembangan usaha kecil dan menengah
(UKM) yang lebih mengarahkan pada kemandirian ekonomi sehingga dapat membuka lapangan
pekerjaan baru dan dapat mengurangi jumlah pengangguran. Peran usaha kecil dan menegah
(UMKM) sangat penting dalam pembangunan ekonomi terutama dalam aspek perekonomian
desa yang mengacu pada usaha industry rumah tangga yang memberikan dampak secara
signifikan dalam perekonomian desa terutama kesejahteraan masyarakat sekitar, sehingga
dengan adanya industry rumah tangga dapat meningkatkan taraf hidup melalui produksi dalam
bidang industry.
Industri ditopang dengan sumber daya manusia yang handal dalam menghasilkan
produksi sehingga dapat mencapai keuntungan secara maksimal yang tentunya akan
menciptakan kesejahteraan bagi manusia, diKota Gresik yang dijuluki sebagai Kota Santri
memiliki sentra usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) milik perusahaan produksi sarung
tenun yang menggunakan mesin modern sehingga dari adanya perusahaan produksi sarung
tenun tersebut banyak berdiri usaha industry rumah tangga yang berdiri mandiri dengan proses
produksi menggunakan alat tenun yang masih tradisional dan banyak menyerap tenaga kerja
dilingkungan usaha industry rumah tangga sarung tenun tersebut.
Sentra industry Kota Gresik kerajinan sarung tenun yang masih menggunakan alat
tradisional tetap dijadikan usaha kecil menengah (UKM) unggulan yang memiliki nilai kearifan
lokal dan bisa berkembang turun temurun, kerajinan tradisional juga memberikan kontribusi
yang cukup besar bagi perekonomian daerah Kota Gresik. DiKecamatan Cerme Desa
Gedangkulut merupakan salah satu pusat industry rumah tangga penghasil produksi kreatif
sarung tenun dengan menggunakan alat tradisional yang memiliki kualitas produksi yang
berkualitas, bahkan hasil produksi sarung tenun yang masih menggunakan alat tradisional ini
memiliki kualitas yang lebih tinggi dari pada produksi sarung tenun yang sudah menggunakan
mesin modern. Industri sarung tenun Didesa Gedangkulut sudah berdiri sekitar 30 tahun yang
lalu dan sampai sekarang yang masih tetap bersifat tradisional dari proses awal hingga akhir
produksi.
Tabel 1. Data UMKM Di Desa Gedangkulut

Jenis Industri Jumlah Pengrajin Tenaga Kerja Jumlah Produksi


Sarung Tenun (Per-Kodi)

Kecil 23 380 121

Sedang 28 1065 489

Besar 4 415 184

Jumlah 55 1866 794

Sumber: Data UMKM desa yang diolah tahun 2018


Tabel 1, data UMKM yang didapat menunjukkan hasil bahwa jumlah pengrajin sarung
tenun sebesar 55 orang pengrajin dengan mempekerjakan 1866 tenaga kerja (BPS, 2018).
Dengan jumlah tersebut dapat dikatakan jumlah yang cukup besar untuk ukuran industry
tradisional dalam penyerapan tenaga kerja, sehingga dari banyaknya pengrajin tenun rata-rata
usaha industry rumah tangga ini merupakan usaha turun temurun yang diwariskan kepada salah
satu anak usaha sarung tenun.
Diera yang semakin modern tidak banyak masyarakat (tenaga kerja) Desa Gedangkulut
yang masih bertahan menghasilkan produk sarung tenun dengan menggunakan alat tradisional
karena banyaknya pengrajin yang memilih menjadi buruh di pabrik dimana mereka
menganggap dipabrik lebih mudah untuk mendapatkan uang dari pada menjadi pengrajin sarung
tenun yang masih menggunakan alat tradisional. Dengan adanya persepsi tersebut semakin
sedikit generasi muda yang tertarik bekerja sebagai buruh sehingga tidak banyak tenaga kerja
yang menginginkan untuk meneruskan Usaha Kecil Menengah ini, akibatnya banyak pekerja
pengrajin tenun yang dominan ibu-ibu rumah tangga dan kepala keluarga yang tidak bekerja
dipabrik. Selain masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang semakin berkurang, masalah
harga bahan baku yang semakin meningkat juga menjadi permasalahan yang dihadapi oleh
pengusaha sarun tenun, dengan naiknya harga benang pada setiap bulannya mengakibatkan
pendapatan usaha sarung tenun mengalami defisit. Dari permasalahan tersebut upaya yang harus
dilakukan oleh pengusaha sarung tenun untuk menekan defisit adalah harus menggenjot proses
produksi sarung tenun dengan kualiatas dan corak yang bernilai tinggi jadi dengan begitu harga
bahan baku yang naik mengakibatkan harga produk sarung tenun yang dijual juga naik namun
tetap memiliki kualitas yang tinggi. Mengenai masalah limbah dari adanya produksi sarung
tentu juga banyak di jumpai jenis limbah mulai dari limbah cair tekstil dan potongan kain afkir
yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha industry sarung tenun yang
masih menggunakan alat tradisional.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


Bagaimana tingkat kelayakan usaha industry rumah tangga sarung tenun alat
tradisional ?
Bagaimana karakteristik usaha industry rumah tangga sarung tenun alat tradisional ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui tingkat kelayakan usaha industry rumah tangga sarung tenun alat
tradisional.
Mengetahui karakteristik dengan cara mendeskripsikan usaha industry rumah tangga
sarung tenun alat tradisional.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui proses memulai suatu usaha industry rumah tangga sarung tenun
menggunakan alat tradisional yang masih bertahan di era industry saat ini meskipun
banyak perusahaan besar yang menggunakan alat-alat modern (Mesin) yang kualitas
produksinya lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan alat tradisional.
2. Bagi peniliti bermanfaat untuk menambah wawasan keilmuan perihal industry rumah
tangga sarung tenun yang masih bertahan menggunakan alat tradisional dan
merupakan syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang.
3. Bagi produsen diharapkan dengan penelitian ini dapat digunakan untuk proses
pemikiran peningkatan usaha.
4. Bagi pemerintah diharapkan mampu meningkatkan peran industry kecil dan menengah
dimana usaha industry rumah tangga ini dapat menekan angka pengangguran.
5. Bagi peneliti lain diharapkan hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan
perbandingan penelitian selanjutnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA ATAU LANDASAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang usaha industry rumah tangga yang dilakukan oleh Zakita (2018)
Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui kelayakan usaha industry tempe di Desa
Purwodadi Dalam, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Lampung Selatan dengan
menggunakan penelitian pendekatan evaluasi proyek.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan aspek financial yang diukur
menggunakan kriteria investasi dengan perhitungan ROI, B/C Ratio, BEP, NPV, NET B/C,
Gross B/C, IRR dan PP. Dengan menggunakan data primer dan sekunder yang teknik
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara wawancara yang diperoleh data dari responden
yang telah ditentukan dan data yang diperoleh dari sumber intansi pemerintah maupun swasta.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industry tempe di Desa Purwodadi Dalam
dinyatakan layak untuk dijalankan dengan perolehan nilai ROI 48,58%, B/C Ratio 1,49 > 1,
BEP dari segi kuantitas sebesar 33,475 bungkus, BEP dari segi harga sebesar Rp. 670, NPV
sebesar Rp. 55.201.750, Net B/C sebesar 1,76 > 1, Gross B/C sebesar 1,17 > 1, IRR sebesar
23,98% lebih dari suku b unga pinjaman bank yang berlaku yaitu sebesar 10% dan PP yang
diperoleh dalam jangka waktu 4 bulan 1 hari.
Penelitian kelayakan tentang usaha industry rumah tangga yang dilakukan oleh Putra
(2018) Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui kelayakan usaha keripik nangka industry
makanan untuk mengetahui masalah yang dihadapi dalam menjalankan industry keripik nangka
di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.
Populasi dan sampel yang diambil adalah semua industry keripik nangka yang masih aktif
dan berjualan dalam Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar yang berjumlah 13 industri,
metode yang digunakan adalah metode studi kelayakan dengan mengkaji aspek-aspek non
keuangan yang ditinjau dari aspek sosial ekonomi dan aspek keuangan yang ditinjau dari
kelayakan keuangan dengan menghitung NPV, B/C Ratio, IRR, dan PP.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa aspek social ekonomi keripik nangka industry
makanan layak untuk dijalankan dan aspek keuangan diperoleh nilai NPV sebesar
119.178.745,61 > 0, B/C Ratio sebesar 1.197 > 1 , nilai IRR 20,84% > 12%, dan PP selama 3
tahun 1 bulan 24 hari. Dari hasil perhitungan terlihat bahwa keripik nangka industry makanan
Tambang Kabupaten Kampar Kampar layak untuk dijalankan dan dikembangkan.
Penelitian tentang struktur biaya dan pendapatan tenun sutra di Kabupaten Garut yang
dilakukan oleh RD Assyifa (2016) bertujuan untuk menganalisis struktur biaya usaha tenun
sutra pada setiap jenis kain, menganalisis pendapatan usaha kerajinan kain sutra serta
menganalisis manfaat aspek ekonomi untuk warga sekitar. Sehingga diperoleh hasil bahwa
kabupaten garut memiliki jenis kain sutra yang beragam yaitu kain tenun bulu, kain tenun ikat,
kain tenun bulu dengan teknik songket dan kain tenun sulam, dari 4 jenis kain ini memiliki
perbedaan yang menimbulkan perbedaan antara pendapatan rasio R/C dan perbedaan struktur
biaya. Perbedaan tersebut memperoleh hasil pendapatan dan rasio R/C atas biaya paling besar
berdasarkan jenis kain yaitu kain tenun sutra sulam, karena semakin berkualitas motif dan lama
waktu pengerjaannya maka biaya dan pendpatan yang dikeluarkan semakin besar dan usaha ini
memberika kontribusi paling besar terhadap penyerapan tenaga kerja dan perekonomian
masyarakat sekitar. Pengrajin sarung tenun yang paling menguntungkan pada R/C atas biaya
tunai dan biaya total adalah pengrajin kain tenun sutra ikat dengan nilai R/C biaya tunai sebesar
1,68 (biaya yang dikeluarkan pengrajin sebesar satu rupiah sebanding dengan perolehan
penerimaan pemilik usaha sebesar Rp 1,68) dan rasio R/C biaya total 1,42 (biaya yang
dikeluarkam pemilik usahs sebesar satu rupiah maka pemilik perusahaan memperoleh
penerimaan sebesar Rp 1,42). Rasio R/C terkecil terdapat pada pengrajin kain tenun sutra bulu
deangan rasio R/C ata biaya tunai 1,28 dan rasio R/C atas biaya total 1,16.
Penelitian tentang kelayakan pengembangan industry mebel maha karya di Kecamatan
Kampar Kiri Kabupaten Kampar yang dilakukan oleh Jumaiti (2017) penelitian dilakukan
dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan pengembangan karya dari segi financial dan
merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Penelitian ini mencari tahu menganai situasi atau masalah terhadap pengembangan
industry mebel maha karya dengan menggunakan analisa perhitungan NPV, IRR dan rasio biaya
manfaat bersih. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industry mebel maha karya terlihat
dari hasil perhitungan NPV sebesar 339.847.120 > 0 maka usaha dikatakan layak, perhitungan
BCR memperoleh nilai 1,15 yang mana > 1 maka usaha tersebut layak untuk dijalankan,
perhitungan IRR adalah 69,04% sedangkan IRR yang ditentukan adalah 65% maka IRR hasil
perhitungan > IRR yang ditentukan berarti investasi layak diterima. Dan usaha ini layak
dijalankan.
Penelitian tentang kelayakan usaha air minum dalam kemasan PDAM tirta Bumi Sentosa
Kebumen yang dilakukan oleh Muqorobin (2018) bertujuan untuk menilai kelayakan pendirian
usaha air minum dalam kemasan dilihat dari aspek permodalan, aspek finasial, aspek pasar dan
pemasaran. Alat Analisis untuk menilai kelayakan usaha AMDK menggunakan analisis finansial
untuk menghitung nilai sekarang Neto (Net Present Value), Benefit Cost Ratio (BCR) dan
tingkat pengembalian (Internal Rate of Return/IRR) dan Lama waktu pengembalian (Pay back
Periode). Hasil kajian menunjukkan bahwa investasi AMDK layak dilakukan dengan melihat
hasil analisis Payback periode selama 4 tahun 8 bulan dengan NPV bernilai Rp 265.968.587
positif, Nilai IRR sebesar 11% yang masih lebih menguntungkan dibandingkan Df bank umum
sebesar 8%. Berdasarkan analisis finansial secara keseluruhan menunjukkan bahwa usaha
AMDK ini layak untuk dikembangkan, hasil perhitungan BCR usaha AMDK diperoleh nilai
1,16 lebih besar dari 1, artinya usaha ini layak dilakukan.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Industri Rumah Tangga
Industri mempunyai pengertian yang sangat luas dimana industry menyangkut semua
kegiatan yang dilakukan oleh manusia dalam bidang perekonomian. Semakin maju tingkat
industry disuatu daerah maka tentu semakin banyak pula berbagai jenis dan macam industry
dalam sebuah daerah tersebut. Dalam industrialisasi perekonomian dikatakan bahwa industri
merupakan himpunan dari perusahaan-perusahaan yang sejenis, sehingga industry digunakan
dalam rangkaian kata sebagai bentuk dan jenis dari industrinya.
Industri merupakan suatu kegiatan guna memperoleh dan menghasilkan barang melalui
proses produksi dengan hasil yang besar sehingga barang produksi dapat diperoleh dengan
tingkat harga yang lebih rendah dan tingkat kualiats barang yang tinggi (Menurut: I Made
Sandi)
Industri merupakan semua bentuk dari kegiatan perekonomian termasuk jasa industry
dimana dari adanya kegiatan ekonomi tersebut memanfaatkan sumber daya produksi atau bahan
baku sehingga menghasilkan barang yang memiliki kualitas nilai tambah dan manfaat yang
tinggi. (Menurut UU No.3 Tahun 2014)
Industri rumah tangga (Home Industry) diklasifikasikan berdasarkan tenaga kerjanya,
dimana Industri dengan tenaga kerjanya berjumlah <4 orang yang pemilik atau pengelolanya
dari anggota keluarga sendiri dan memiliki modal terbatas. Dalam memenuhi kebutuhan,
manusia melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil dengan cara melakukan suatu
pengembangan yang dapat dengan mudah dikelola dan diterima oleh masyarakat luas, sehingga
manusia dapat dikatakan manusia yang bersifat industrial.
Klasifikasi industry tenaga kerja dibagi 4 yaitu:
1. Industri Rumah Tangga
Industri dengan tenaga kerjan berjumlah <4 orang yang pemilik atau pengelolanya dari anggota
keluarga sendiri dan memiliki modal terbatas, seperti industry kerajinan, industry tahu dan
tempe.
2. Industri Kecil
Industri dengan tenaga kerja sekitar 5-19 orang yang tenaga kerjanya berasal dari lingkungan
sekitar dan memiliki modal relative kecil, seperti industry batubata dan industry pengolahan
rotan.
3. Industry Sedang
Industri dengan tenaga kerja sekitar 20-99 orang yang tenaga kerjanya memiliki keterampilan
dan pimpinan perusahaan mempunyai kemampuan dalam memanajerial dan modal yang
dimiliki cukup besar , seperti industry keramik dan industry konveksi.
4. Industri Besar
Industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang yang tenaga kerjanya harus memiliki
keterampilan khusus dan pimpinan perusahaan harus layak dan dipilih melalui uji kemampuan,
industry ini memiliki modal yang sangat besar dengan bentuk kepemilikan saham, seperti
industry tekstil dan industry pesawat terbang.
2.2.2 Teori Produksi Dan Faktor Produksi industry
Produksi dikatakan sebagai segala kegiatan guna untuk menghasilkan dan menambah
utility (kegunaan) atas suatu barang atau jasa yang didalam kegiatannya membutuhkan faktor-
faktor produksi yaitu tenaga kerja, skill dan tanah.
Pengertian produksi adalah kegiatan hasil akhir dari proses produksi dengan
memanfaatkan sebagian dari faktor produksi (Input) (Menurut: Imamul Arifin)
Produksi merupakan kegiatan manusia guna untuk menciptakan atau menghasilkan
barang yang berguna bagi manusia lainya sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia
(Menurut Minto 2000)
Jadi dalam proses produksi tentu membutuhkan faktor-faktor produksi untuk
mendukung jalannya proses keberhasilan suatu produksi.
Klasifikasi industry produksi yang dihasilkan dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Industri Primer
Industri memproduksi suatu barang tanpa perlu pengolahan lagi, seperti industry anyaman dan
industry makanan minuman.
2. Industri Sekunder
Industri menghasilkan barang dengan keadaan yang harus dioleh kembali sebelum disebarkan
kekonsumen, seperti industry baja dan industry permintalan benang.
3. Industri Tersier
Industri yang tidak menghasilkan barang baik secara langsung ataupun tidak langsung, seperti
industry angkutan dan industry perdagangan.
2.2.3 Modal Dan Investasi
Dalam permodalan, investasi merupakan kompenen yang sangat penting di dalam
industry atau usaha. Modal digunakan untuk pengeluaran barang guna untuk membeli bahan
yang akan diproduksi dan membeli perlengkapan atau peralatan sehingga akan menambah nilai
guna dari hasil proses produksi dan investasi digunakan untuk pengeluaran pembelanjaan dalam
penanaman permodalan untuk membeli barang dan perlengkapan produksi untuk menambah
kualitas barang dan jasa dalam perekomian (Menurut Sadono Sukirno).
Dalam usaha atau industry investasi sangat penting guna untuk permodalan yang bisa
digunakan mengembangkan bisnis dan juga menyegarkan arus kas.
2.2.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan penduduk yang masuk usia produktif dan mampu menerima
upah walaupun belum bekerja, seperti mahasiswa yang sedang kuliah atau sekolah dimana pada
setiap bulannya menerima uang dari orang tua (Pendapatan = Upah) yang bersifat kaku
(Kekakuan Upah).
Dalam UU Ketenagakerjaan pengertian tenaga kerja merupakan setiap orang yang
mampu menghasilkan barang atau jasa guna untuk memenuhi kebutuhannya atau masyarakat
lain (UU No. 13 Tahun 2003).
2.2.5 Bahan Baku
Dalam industry yang berskala kecil maupun besar tentu memiliki bahan baku yang akan
diproses dalam produksi sehingga menghasilkan barang (Bagian bahan yang akan dijadikan
sebuah produk).
Bahan baku merupakan barang-barang yang diperoleh dari sumber alam atau di beli
kepemasok dalam wujud seperti tembakau atau bahan yang diolah sendiri oleh perusahaan
sehingga perusahaan memiliki proses produksi dari bahan baku itu sendiri (Menurut Baroto,
2002).
2.2.6 Sarung Tenun
Kain sarung tenun meruapakan proses olahan dari 2 bahan pokok yaitu bahan pewarna
dan benang dimana benang mempunyai 2 ukuran yaitu benang boom ukuran 210 yang
digunakan sebagai bahan dasar dan benang yang digunakan untuk motif corak (pakan) yang
berukuran 140. Sarung tenun tergolong dalam salah satu khas Indonesia dimana tenun memiliki
makna nilai sejarah, bentuk motif, Janis warna yang dihasilkan oleh keterampilan tangan orang
Indonesia. Dengan menenun akan menghasilkan kain sarung tenun yang merupakan kerajinan
tekstil dengan menempatkan 2 set benang (Menutut Setiawati, 2007).
2.2.7 Teknologi atau Alat
Teknologi merupakan ilmu pengetahuan guna menyelidiki cara kerja dalam tekhnik
tertentu yang mengacu pada pengetahuan tekhnik yang digunakan dalam industry atau usaha
tertentu (Menurut Poerbahawatja Harahap, 1982:1357). Dalam pembuatan kain sarung tenun ini
menggunakan alat tenun bukan mesin dimana alat tersebut digerakkan oleh tangan dan kaki
manusia dengan posisi duduk dikursi.
2.2.8 Studi Kelayakan Bisnis
Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang mengacu pada layak dan tidaknya
investasi atau modal yang diterapkan, sehingga hasil kelayakan merupakan perkiraan dari suatu
usaha atau industry untuk memperoleh keuntungan yang layak bila telah diterapkan proses dan
oprasinya (Menurut Umar, 1999).
Dalam studi kelayakan bisnis pada suatu usaha atau industry tertentu memiliki aspek-
aspek yang mendasari keberhasilan suatu usaha atau industry, aspek-aspek tersebut adalah aspek
pemasaran, aspek teknis atau produksi, aspek manajemen, aspek keuangan, aspek ekonomi
social dan aspek hukum (Menurut Husnan, 2005).
2.3 Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Industri rumah tangga meiliki kemampuan untuk dapat berkembang dan bersaing.
Seperti halnya industry rumah tangga sarung tenun yang masih menggunakan alat tradisional di
Desa Gedangkulut Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, industry ini mempunyai peluang dan
omset yang cukup besar, namun dalam pengelolaannya tentu terdapat masalah yang dihadapi
oleh para pelaku usaha industry sarung tenun yang masih menggunakan alat tradisional,
permasalahan yang dihadapi adalah berkurangnya jumlah tenaga kerja dan harga bahan baku
dari proses produksi sarung tenun yang masih menggunakan alat tradisional. Dari masalah
tersebut apakah usaha industry rumah tanga sarung tenun dengan alat tardisional dapat
dikatakan layak atau tidak sebagai usaha untuk menunjang perekonomian.
2.4 Kerangka Pemikiran

Usaha Industry Rumah Tangga Sarung Tenun Dengan Menggunakan Alat


Tradisional

Kelayakan Usaha

Deskripsi Usaha Aspek Finansial

Perekonomian dan Masyarakat B/C R


Sekitar BAB 3 (Benefit Cost Ratio)
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitaian
DiDesa Gedangkulut Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik karena wilayah ini memiliki
banyak pengusaha sarung tenun sehingga banyak pengrajin sarung tenun yang masih
menggunakan alat tradisional.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas permasalahan yang akan dibahas dan tidak terjadi pembahasan yang
lebih luas atau menyimpang, maka perlu dibuat suatu batasan masalah. Adapun ruang lingkup
penelitian yang akan dibahas dalam penulisan Judul Skripsi ini adalah pada lingkup kegiatan
proses produksi usaha industry sarung tenun yang masih menggunakan alat tradisional dapat
dikatakan layak atau tidak dengan anilisa perhitungan BCR dan dilihat dari deskripsi usaha
industry rumah tangga sarung tenun alat tradisional.

3.3 Jenis Dan Sumber Data


Penelitian ini merupakan jenis data analisis kuantitatif dan analisis kualitatif, dimana
analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui keadaan usaha dengan model perhitungan
Benefit Cost Ratio yang pada akhirnya akan melihat usaha industry rumah tangga sarung tenun
alat tradisional layak dijalankan atau tidak dalam aspek financial (Keuangan), sedangkan
analisis kualitatif dilakukan untuk mengatuhui karakteristik dan deskrispi dari usaha industry
rumah tangga sarung tenun alat tradisional.

Metode analisa yang digunakan mengacu pada aspek kelayakan bisnis melalui:
1. Aspek Social Ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana deskripsi dari
usaha industry rumah tangga tersebut berpengaruh positif terhadap perekonomian
dan masyarakat sekitar serta baik untuk usaha industry itu sendiri maupun
pemerintah.
2. Aspek Finansial bertujuan untuk mengetahui usaha industry rumah tangga sarung
tenun alat tradisional mempunyai prospek yang kelayakan atau tidak sehingga akan
menentukan prospek dimasa datang dengan analisa perhitungan keuangan malalui:
 B/C Ratio
Dimana perhitungan ini untuk mengetahui apakah suatau usaha
menguntungkan atau tidak.
B/C merupakan pengukuran perbandingan antara:
Pendapatan (Benefit=B) dimana TR= P - Q
Total biaya produksi (Cost=C) dimana TC= C= VC+FC atau TC=C= FC+

(AVC Q)

Penjelasan:
TR (Total Revenue): Seluruh penerimaan yang diterima produsen dari hasil
penjualan
P= Tingkat Harga
Q= Produk yang terjual
TC (Total Cost): Jumlah seluruh biaya ynag dikeluarkan untuk kegiatan
produksi
VC (Variable Cost): Biaya yang besarnya tergantung bpada jumlah barang
yang diproduksi
FC (Fixed Cost): Biaya yang besarnya tidak berpengaruh pada jumlah barang
yang diproduksi
Rumus B/C Ratio:

B/C Ratio =

Dimana:
PW Benefit = Present Worth Benefit (Kemanfaatan yang dinilai dengan harga
sekarang/pasar)
PW Cost = Present Worth Cost (Biaya yang dinilai dengan harga sekarang)

B/C Ratio menunjukkan berapa keuntungan dari biaya yang dikeluarkan


sehingga diambil keputusan:
 Jika hasil perhitungan B/C ratio lebih dari (>1) maka usaha tersebut
dikatakan layak.
 Jika hasil perhitungan B/C Ratio kurang dari(<1) maka usaha tersebut
dikatakan tidak layak.
Dalam menghitung B/C Ratio memerlukan data biaya pertahun dan
pendapatan pertahun.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder dimana
data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya melalui metode:
a) Metode Quisioner
Metode yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket atau quisioner pada masing-
masing pengusaha industry rumah tangga sarung tenun sebagai responden. Penggunaan metode
quisioner ini bertujuan untuk mengetahui jumlah:
- Produksi
- Pendapatan/Laba
- Input(Bahan Baku dan Tenaga Kerja)
- Modal atau investasi
- Pemasaran
3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel
Populasi menggambarkan seluruh obyek yang akan dilakukan penelitian. Jenis
penelitian populasi pada obyek ini adalah seluruh mayarakat yang ada di Desa Gedangkulut
Kecamatan Cerme Kabupaten Gresik, dari populasi tersebut diambil sebanyak 55 sampel
Pengusaha industry rumah tangga sarung tenun yang masih menggunakan alat tradisional.
Teknik pemilihan daerah dilakukan menggunakan teknik purposive sampling dimana pemilihan
penelitian dalam wilayah dilakukan dengan sengaja karena alasan di desa tersebut merupakan
sentra industry rumah tangga sarung tenun yang masih menggunakan alat tradisional diwilayah
Kecamatan Cerme.

3.6 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasioanl variabel merupakan pengertian dari variabel yang digunakan baik
secara operasional, praktik dan nyata dalam lingkup obyek penelitian. Terdapat 2 jenis variabel
yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Dalam penelitian ini menggunakan variabel terikat dan
variabel bebas yang dimana:

Variabel terikat (Dependent Variable) merupakan variabel yang dipengaruhi karena adanya
variabel bebas atau variabel yang mengalami perubahan saat dipengaruhi oleh varibel
independen (Menurut Sugiyono, 2017:39), variabel dependen disimbolken dengan Y. Pada
penelitian ini variabel dependen adalah tingkat kelayakan yang dilihat dari aspek financial
usaha yang dianalisis menggunakan metode perhitungan BCR.

Variabel bebas (Independent Variable) merupakan variabel yang mempengaruhi dan


menyebabkan timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Menurut Sugiyono, 2017:39).
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilihat dalam tingkat kelayakan
usaha melalui deskripsi usaha dan bagaimana usaha ini bisa meningkatkan perekonomian dan
masyarakat sekitar.
3.7 Teknik Analisis Data
Menggunakan teknik analisis data kualitatif yang dipublikasikan pada wawancara,
angket quisioner dan segala bentuk pengumpulan data yang tidak ada dalam catatan namun
diperoleh dari turun lapang yang kemudian akan mengetahui karakteristik dan deskripsi dari
usaha industry rumah tangga sraung tenun alat tradisonal dan data kuantitatif yang data
mentahnya sudah siap dianalisis.dengan perhitungan Benefit Cost Ratio menganai total
pendapatan dan biaya produksi.
3.8 Jadwal Penelitian

Penelitian survey penentuan lokasi obyek penelitian dilakukan pada tanggal 8 Oktober
2019.

Daftar Pustaka

Arifin, Imamul, Giana dan Hadi W, 2009. Membuka Cakrawala Ekonomi. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Assyifa, Noer RD, 2016. Penelitian Terdahulu. Struktur Biaya Dan Pendapatan Usaha Tenun
Sutra Kabupaten Garut.

Baroto, Teguh, 2002. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Departemen Perindustrian, 1986. Klasifikasi Industri Pembagian Cabang, Jenis dan Komoditi
Masing-Masing Kelompok Industry. SK Menteri perindustrian no 19/M/SK/I/1986.
Jakarta.

Harahap, Poerbahawatja, 1982. Ensiklopedi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung.

Husnan, Suad dan Muhammad, Suwarsono, 2005. Studi Kelayakan Proyek, Edisi 4. Yogyakarta:
UPP AMPYKPN.
Jumiati, 2017. Penelitian Terdahulu. Analisis Kelayakan Pengembangan Industri Mebel Maha
Karya Di Kecamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar.

Muqorobin, Agus, 2018. Penelitian Terdahulu. Analisis Kelayakan Usaha Air Minum Dalam
Kemasan Pada PDAM Tirta Bumi Sentosa Kebumen.

Pemerintah Indonesia, 2014. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.


Lembaran RI Tahun 2014 No. 3. Jakarta : Sekretariat Negara.

Putra, Wahyu Kresnadi, 2018. Penelitian Terdahulu. Analisis Kelayakan Usaha Industri
Makanan Keripik Nangka Di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar.

Sani, I Made, 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta: Puri Margasari.

Setiawati, Rahmida, dkk, 2007. Seni Budaya Bogor. Jakarta: Yudhistira.

Sukirno, Sadono, 2012. Makro Ekonomi Teori Pengantar (ed.3). Raja Grafindo Persada
(Rajawali Perss).

Umar, Husein, 2001. Study Kelayakan Bisnis Edisi 3 Revisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Zakita, Tia Aprilia, 2018. Penelitian Terdahulu. Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Tempe
Di Desa Purwodadi Dalam Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Lampung Selatan.

Anda mungkin juga menyukai