Anda di halaman 1dari 12

Jurnal AGRINIKA. Maret-2020.

4(1): 57-68

Analisis Kelayakan Usaha Tiwul Instan di Desa Suren Kecamatan


Bendungan Kabupaten Trenggalek
Agustia Dwi Pamujiati1*, Ahmad Haris Hassanudin Slamet2, Wim Ambawati3
1
Fakultas Pertanian, Universitas Kadiri, Kediri, Indonesia
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, Ponorogo
Indonesia
3
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember, Jember, Indonesia

*Korespondensi: tinaagustia@unik-kediri.ac.id
Diterima 27 Januari 2020/Direvisi 28 Februari 2020/Disetujui 11 Maret 2020

ABSTRAK
Tiwul instan mempunyai prospek bisnis yang cukup menjanjikan dengan berbagai
macam cita rasa yang berbeda. salah satu daerah yang memproduksi tiwul instan yaitu
Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
biaya dan pendapatan serta kelayakan usaha tiwul instan yang sudah dikembangkan di
Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Metode penelitian ini menggunakan
analisis deskripstif dan kualitatif. Parameter pengamatan yang diamati yaitu biaya
produksi, penerimaan, Net Present Value, IRR, Net B/C Ratio, dan BEP. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa biaya produksi usaha pengolahan singkong menjadi tiwul instan
sebesar Rp. 445.430/proses produksi dengan kapasitas produksi 170 kg bahan baku
singkong dan menghasilkan 100 kg tiwul instan. Penerimaan yang didapat dari usaha
tiwul instan sebesar Rp. 650.000 dan pendapatan sebesar Rp. 204.570 per satu kali
proses produksi. Jumlah BEP produksi sebanyak 69 kg, sedangkan BEP harga sebesar
Rp. 4.551/kg. Tingkat kelayakan usaha pengolahan tiwul instan di Desa Suren
Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek menguntungkan dan layak diusahakan
karena memiliki nilai NPV positif (43.948.219), nilai IRR lebih besar (33,10%/tahun)
daripada suku bunga bank (12%/tahun), dan memiliki nilai Net B/C ratio lebih dari 1
(1,62).
Kata kunci: Kelayakan usaha; Penerimaan; Tiwul instan

ABSTRACT
The business prospect of instant tiwul prospects has recently been promising, as
different kind of aroma and flavors of the product being developed. One of the areas
producing instant tiwul is Trenggalek Regency. The purpose of this research was to
analyse the cost and income as well as business feasibility of instant tiwul in Bendunan
District, Trenggalek Regency. The methodology employed in this research was
descriptive and qualittive for the analysis. Parameters observed in this research included
production costs, revenue, net prsent value, IRR, net B/C ratio, and BEP. The research
results showed that production costs of cassava processing to instant tiwul was IDR
445.430 / production process of with production capacity of 170 kg of raw material
cassava producing instant tiwul of 100 kg. The revenue was IDR 650.000 and income of
IDR 204.570 per production process. The BEP unit was 69 kg and BEP of price was IDR
4.551 /kg. The feasibility of instant tiwul processing enterprises in the district was
profitable and worthy for having provide the NPV of 43.948.219, the IRR was larger than
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

bank rate (33,10 % / year and 12 %/year), and having the Net B/C Ratio more than 1 of
1.62
Keywords: Financial feasibility; Instant tiwul; Revenue
penentu daya saing dalam bentuk
PENDAHULUAN
kinerja produknya dan sebagi
Singkong merupakan salah satu penyumbang dalam meningkatkan nilai
tanaman pangan yang cukup penting tambah.
setelah padi dan jagung. Singkong dapat Dengan adanya kegiatan industri
dibudidayakan pada lahan kering, yang mengubah bentuk primer menjadi
mudah dalam perawatannya, serta produk baru yang lebih tinggi nilai
minim usaha taninya. Hal ini ekonomisnya setelah melalui proses
menyebabkan banyak petani yang pengolahan, maka akan dapat
menanamnya khususnya di lahan kering memberikan nilai tambah karena
(Akbar & Febriani, 2019). dikeluarkan biaya-biaya sehingga
Salah satu daerah dengan kondisi terbentuk harga baru yang lebih tinggi,
tanah kering yaitu Kabupaten diminati konsumen dan akan
Trenggalek. Produksi singkong di mendapatkan keuntungan yang lebih
Kabupaten Trenggalek cukup tinggi yaitu besar.
mencapai 244.537 ton (Badan Pusat Tiwul instan mempunyai prospek
Statistik Jawa Timur, 2017). Tingginya bisnis yang cukup menjanjikan dengan
produktivitas singkong menjadi potensi berbagai macam cita rasa yang
untuk diolah menjadi produk dengan nilai berbeda, hal ini dapat dilihat dari adanya
ekonomi tinggi. peningkatan permintaan tiwul instan
Produk olahan singkong yang yang cukup banyak. Peluang bisnis
sedang banyak dikembangkan yaitu dapat dimanfaatkan dengan adanya
tiwul. Pada zaman dahulu tiwul belum dukungan dari beberapa pihak dari
tersedia dalam bentuk instan., namun produksi sampai pemasaran sehingga
kini sudah tersedia tiwul instan yang didapatkan sesuatu hasil yang
dapat dikonsumsi kapan saja serta dapat memuaskan. Potensi ini diharapkan
disimpan dalam waktu yang lama mampu menyerap tenaga kerja
(Suhardi & Suharjo, 2006). Hal ini pedesaan yang banyak karena jumlah
merupakan terobasan baru sehingga tenaga kerja di Kabupaten Trenggalek
tiwul lebih praktis, siap saji, dan mudah yang tidak sedikit jumlahnya dan lokasi
didapat. agroindustri yang masih berdekatan
Adanya alasan tersebut dengan lahan usahatani, tidak menutup
menjadikan Kecamatan Bendungan kemungkinan adanya peningkatan
Kabupaten Trenggalek tertarik untuk pendapatan dengan potensi yang dimiliki
mengembangkan agroindustri tiwul oleh Kabupaten Trenggalek.
instan. Selain itu, didukung juga oleh Dengan potensi yang dimiliki oleh
ketersediaan lahan, bahan baku dan Kabupaten Trenggalek mempunyai
tenaga kerja yang melimpah. prospek untuk pengembangan usaha
Peran industri dalam suatu proses lebih lanjut sebagai sentra agribisnis
produksi sangat perlu, tidak hanya tiwul instan dengan beraneka cita-rasa
sebagai alat untuk menghasilkan atau dan menjadi ciri khas Kecamatan
memperluas keragaman produk hasil Bendungan Kabupaten Trenggalek serta
agroindustri, tetapi juga sebagai faktor diharapkan menjadi sumber

Page 58 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

perkembangan ekonomi regional dan menggunakan rumus perhitungan untuk


dapat menambah pendapatan rumah mengetahui biaya usaha dan
tangga, sehingga menjadikan keluarga penerimaan sehingga dapat diketahui
yang sejahtera. tingkat pendapatan dari usaha
Namun, belum diketahui biaya dan pengolahan singkong menjadi tiwul
pendapatan serta kelayakan usaha tiwul instan dalam satu periode.
instan yang sudah dikembangkan di
Analisis Biaya Produksi
Kecamatan Bendungan Kabupaten
Trenggalek sehingga perlu dilakukan Menurut (Lambajang, 2013)
penelitian lebih lanjut. Tujuan penelitian menjelaskan bahwa total biaya atau total
ini untuk mengetahui biaya, pendapatan, cost (TC) adalah jumlah dari biaya tetap
dan kelayakan usaha tiwul instan. atau fixed cost (FC) dan biaya tidak
tetap atau variable cost (VC).
BAHAN DAN METODE Pernyataan tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut.
Metode Penentuan Daerah Penelitian
TC = FC + VC ………………………...(1)
Penentuan daerah penelitian Dimana
dilakukan secara purposif (Dwiastuti, TC :total biaya (total cost)
2017) di Desa Suren Kecamatan FC :biaya tetap (biaya penyusutan)
Bendungan Kabupaten Trenggalek. VC :biaya tidak tetap (biaya bahan baku
Desa tersebut dipilih karena terdapat + tenaga kerja)
pengusaha tiwul instan. Penerimaan
Metode Penarikan Sampel Penerimaan usaha adalah perkalian
Metode penarikan sample yang antara produksi yang diperoleh dengan
dilakukan yaitu metode penarikan harga jual (Lambajang, 2013). Hal
sampel sensus. Besar sampel yang tersebut dapat dinyatakan dalam rumus
diambil adalah pengusaha agroindustri sebagai berikut.
pengolahan tiwul instan dari seluruh TR = P x Q …………………………….(2)
Dimana
populasi.
TR : total penerimaan (total revenue)
Metode Pengumpulan Data P : harga
Q :produksi yang diperoleh dalam
Data primer diperoleh melalui
suatu usaha
metode interview bebas terpimpin
dengan menggunakan kuesioner pada Pendapatan
setiap anggota sampel. Data sekunder Menurut (Soekartawi, 2006)
diperoleh melalui pencatatan langsung pendapatan usaha adalah selisih antara
data-data di kantor Kepala Desa, Kantor penerimaan dengan seluruh biaya. Hal
Camat dan Kantor Dinas Pertanian tersebut dapat dinyatakan dalam rumus
Tanaman Pangan Kabupaten sebagai berikut:
Trenggalek. = TR – TC…………………………….(3)
Metode Pengolahan dan Analisis Data Dimana:
: pendapatan usahatani
Analisis data dilakukan dengan
TR : total penerimaan (total revenue)
cara kualitatif dan kuantitatif. Data TC : total biaya (total cost)
kualitatif dianalisis secara deskriptif,
sedangkan data kuantitatif dianalisis

Page 59 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

Menurut (Soekartawi, 2006) dalam akan dicapainya (I & Playen, 2019).


banyak hal jumlah TC atau total biaya ini IRR sebagai pedoman tingkat bunga
selalu lebih besar bila analisis ekonomi bank (i) yang berlaku, walaupun
yang dipakai dan selalu lebih kecil bila sebetulnya bukan i, tetapi IRR akan
analisis finansial yang dipakai. selalu mendekati besarnya i tersebut.
Rumus IRR dapat dilihat dibawah ini.
Kelayakan
1. Net Present Value (NPV) ………(7)
Net Present Value merupakan
selisih antara benefit (penerimaan) Dimana:
dengan cost (pengeluaran) (Mardliyah & Bt : penerimaan tahun ke t
Supriyadi, 2018). Rumus NPV dapat Ct : pengeluaran tahun ke t
dilihat dibawah ini. I’ : tingkat bunga yang
menghasilkan NPV positif
I“ : tingkat bunga yang
……………………..(4)
menghasilkan NPV negetif
NPV’ : NPV positif
Kriteria NPV :
NPV“ : NPV negatif
(1). NPV > 0, berarti untung
NPV’+NPV“ : merupakan penjumlahan
(2). NPV < 0, berarti rugi
mutlak
(3). NPV = 0, berarti Impas (tambahan
manfaat yang diterima sama dengan
tambahan biaya yang dikeluarkan). Kriteria IRR:
IRR > Sosial Discount Rate, berarti
2. Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C rasio) usahatani layak
Net B/C Rasio merupakan IRR < Sosial Discount Rate, berarti
perbandingan antara benefit bersih usahatani tidak layak
dengan biaya bersih (Elvani, 2015).
Rumus Net B/C ratio dapat dilihat 4. Break Even Point (BEP)
dibawah ini. Analisis Break Even Point adalah
suatu metode yang mempelajari
hubungan antara biaya, keuntungan,
………….(5) dan volume penjualan atau produksi.
BEP digunakan untuk mengetahui
tingkat kegiatan minimal yang harus
dicapai, dimana pada tingkat tersebut
Kriteria Net B/C Ratio, yaitu: perusahaan tidak mengalami
(1) Net B/C Rasio > 1, berarti usahatani keuntungan maupun kerugian (Utami &
menguntungkan Adita, 2019). Ada dua jenis perhitungan
(2) Net B/C Rasio < 1, berarti usahatani BEP, yaitu BEP volume dan BEP harga
tidak menguntungkan produksi yang dirumuskan sebagai
(3) Net B/C Rasio = 1, berati usahatani berikut.
pada kondisi impas (penerimaan =
pengeluaran), atau terjadinya Break
Event Point (BEP)

3. Internal Rate of Return (IRR)


IRR menunjukkan kemampuan
suatu proyek untuk menghasilkan suatu
returns atau tingkat keuntungan yang

Page 60 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

HASIL DAN PEMBAHASAN merupakan usaha sampingan, karena


sebagai pekerjaan utama adalah petani
Karakteristik Responden Pengolah Tiwul
maupun pegawai negeri. Usaha
Instan
agroindustri ini pada umumnya
Karakteristik adalah gambaran dikerjakan oleh wanita (ibu rumah
informasi mengenai keadaaan dalam tangga), demikian juga dengan tenaga
perusahaan pengolahan ubikayu kerja yang digunakan sebagian besar
menjadi tiwul instan di lokasi penelitian. adalah wanita, sehingga usaha ini
Hal ini diperlukan untuk mengetahui hal- masih cenderung menjadi pekerjaan
hal yang berkaitan dengan kemampuan sampingan saja. Meskipun usaha ini
mengadopsi teknologi dalam merupakan usaha sampingan tetapi
pengembangan produksi tiwul instan pendapatan yang diperoleh cukup
yang selama ini telah dilaksanakan menjanjikan. Status pekerjaan
(Putri, 2020). Sebagian besar pengolah responden pengolah tiwul instan dalam
tiwul instan dilokasi penelitian penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Status pekerjaan pengolah tiwul instan di Desa Suren, Kecamatan


Bendungan, Kabupaten Trenggalek Tahun 2019.
No Status Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
(orang)
1. Pekerjaan utama 1 20,00
2. Pekerjaan Sampingan 4 80,00
Jumlah 5 100,00
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Tabel 1. menunjukkan bahwa sebanyak 17,01%. Petani pengusaha


sebagian besar responden menjadikan yang dimaksud yaitu petani yang juga
usaha tiwul instan ini sebagai usaha mengolah singkong menjadi tiwul instan.
sampingan bukan usaha utama. Hal ini Jadi pekerjaan utamanya yaitu petani
dapat dilihat sebanyak 80% responden dan pekerjaan sampingannya adalah
sebagai pekerjaan sampingan. produsen tiwul instan.
Sebagian besar penduduk Desa Suren Berdasarkan jenis kelamin,
bekerja sebagai buruh tani sebanyak pengolah/produsen tiwul instan dapat
24,70% dan petani pengusaha dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengolah ubikayu menjadi tiwul instan berdasarkan jenis kelamin di Desa
Suren Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Responden
1 Laki-laki 1 20,00
2 Perempuan 4 80,00
Total 5 100,00
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Dari Tabel 2. dapat dijelaskan prosentasi sebesar 80%. Demikian juga


bahwa kebanyakan responden sebagai dengan tenaga kerja yang digunakan
pemilik usaha adalah wanita dengan dalam pengolahan ubikayu menjadi

Page 61 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

tiwul instan sebagian besar adalah 2013), permintaan determinasi


tenaga kerja wanita. Hal ini sesuai permintaan tenaga kerja, yaitu tingkat
dengan penelitian (Mahendra, 2014) upah, teknologi, produktivitas, kualitas
yang menyatakan bahwa dalam suatu tenaga kerja, fasilitas modal.
agroindustri mayoritas pekerja yang Faktor produksi tenaga kerja
bekerja adalah perempuan. merupakan faktor produksi yang penting
Menurut (Mulyadi, 2003), tenaga untuk diperhatikan dalam proses
kerja adalah penduduk dalam usia kerja produksi dalam jumlah yang cukup,
(berusia 15-64 tahun) atau jumlah bukan saja
seluruh penduduk dalam suatu negara dilihat dari tersedianya lapangan kerja
yang dapat memproduksi barang dan tetapi juga kualitas dan macam tenaga
jasa jika ada permintaaan terhadap kerja
tenaga mereka,dan jika mereka mau (Winarsih et al., 2014).
berpartisipasi dalam aktivitas tersebut Dalam penghitungan upah yang
Sedangkan (E. Herawati, 2008) dibutuhkan dalam pengolahan tiwul
berpendapat bahwa tenaga kerja instan maka perlu dilakukan konversi ke
merujuk pada kemampuan manusiawi jumlah HOK. Adapun ketetapan HOK di
yang dapat disumbangkan untuk dalam usahatani adalah 8 jam,
memungkinkan dilakukannya produksi sedangkan ditempat penelitian hari kerja
barang-barang dan jasa-jasa. Sehingga per hari adalah 6 jam, sehingga satu
dapat di simpulkan hari kerja setara dengan 6/8 = 0,75 HOK
bahwa tenaga kerja adalah penduduk dengan upah per hari sebesar Rp.
dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) 15.000,-. Dengan demikian apabila
atau upah tenaga kerja per hari
tiap orang yang mampu melakukan dikonversikan ke upah per HOK, maka
pekerjaan, baik di dalam maupun di luar upah tenaga kerja ditempat penelitian
hubungan kerja guna menghasilkan jasa ditetapkan dalam 1 HOK sebesar Rp.
atau barang untuk memenuhi kebutuhan 20.000,00.
masyarakat. Berdasarkan kelompok umur,
Menurut (Mahayasa & Yuliarmi, produsen tiwul instan dapat dibedakan
2018) permintaan tenaga kerja menjadi 3 kelompok umur. Kelompok
berkaitan dengan jumlah tenaga kerja umur produsen tiwul instan dapat dilihat
yang dibutuhkan oleh perusahaan atau pada Tabel 3.
instansi tertentu. Menurut (Turere,

Tabel 3. Pengolah tiwul instan berdasarkan kelompok umur di Desa Suren Kecamatan
Bendungan Kabupaten Trenggalek
No Kelompok Umur Jumlah Responden Persentase (%)
1. 36-40 1 20,00
2. 41-45 2 40,00
3. 46-50 2 40,00
Total 5 100,00
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 3. dapat pemilik usaha tiwul instan yang paling


diketahui bahwa jumlah pengolah/ banyak adalah kisaran umur 41-50. Hal

Page 62 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

ini menunjukkan bahwa kebanyakan dan terbatas, sebaliknya tenaga kerja


pengolah masih tergolong produktif pada yang berumur muda mempunyai
usia tersebut dalam segi tenaga, pikiran kemampuan fisik yang kuat (Riyanto,
dan pengalaman dalam pengolahan. 2001).
Usia produktif seorang pekerja Menurut Badan Pusat Statistik
berkisar antara 15-64 tahun. Pada usia penduduk yang berpotensi sebagai
tersebut seseorang masih memiliki modal dalam pembangunan yaitu
tenaga yang baik sehingga akan penduduk usia produktif atau yang
mempengaruhi produktivitasnya dalam berusia 15-64 tahun.
bekerja (N. Herawati, 2013). Dari segi pendidikan, produsen
Usia tenaga kerja cukup tiwul instan dapat dibedakan menjadi 3
menentukan keberhasilan dalam golongan. Golongan produsen tiwul
melakukan suatu pekerjaan, baik instan berdasarkan umur dapat dilihat
sifatnya fisik maupun non fisik. Pada pada Tabel 4
umumnya, tenaga kerja yang berumur .
tua mempunyai tenaga fisik yang lemah

Tabel 4. Pengolah tiwul instan berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Suren,


Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek.
No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase ( %)
1. SD 1 20,00
2. SLTP 3 60,00
3. SLTA 1 20,00
Total 5 100,00
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4. maka dapat seseorang, maka produktivitas orang


dilihat bahwa pendidikan responden tersebut juga semakin tinggi (Mahendra,
cukup bervariatif mulai dari 2014).
berpendidikan SD sebanyak 1 orang Selain itu, semakin tinggi
dengan persentase 20%, berpendidikan pendidikan seseorang, maka akan
SLTP 3 orang dengan persentase 60%, mudah menerima informasi dalam
dan berpendidikan SLTA 1 orang bentuk apapun. Selan itu, seseorang
dengan persentase 20%. Dengan yang memiliki pendidikan tinggi lebih
demikian pendidikan dari responden mudah berkomunikasi (Mahendra,
yang terbanyak adalah berpendidikan 2014).
SLTP. Untuk meningkatkan produktivitas
Kondisi ini didukung oleh kurang para tenaga kerja, maka diperlukan
meratanya kesempatan bagi sebagian penghargaan serta pengakuan
penduduk dalam mengakses pendidikan keberadaan para tenaga kerja tersebut.
di Desa Suren Kec. Bendungan Kab. Salah satu cara memberikan
Trenggalek. Padahal pendidikan penghargaan terhadap prestasi kerja
merupakan salah satu hal yang karyawan yaitu dengan melalui upah.
memampukan masyarakat bersaing Upah merupakan masalah yang menarik
dalam dunia kerja, karena diharapkan dan penting bagi perusahaan, karena
dengan semakin tinggi pendidikan upah mempunyai pengaruh yang sangat

Page 63 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

besar terhadap pekerja. Apabila upah biaya tetap (fixed cost) dan biaya
yang diberikan oleh perusahaan di rasa variabel (variable cost). Biaya tetap
sudah sesuai dengan jasa atau (fixed cost) yaitu biaya yang dikeluaran
pengorbanan yang diberikan maka selama proses produksi dan jumlahnya
karyawan akan tetap bekerja dan lebih tidak dipengaruhi oleh banyaknya
giat dalam bekerja produksi yang dihasilkan (Lambajang,
2013). Dalam penelitian ini, yang
Biaya Produksi
termasuk kedalam biaya tetap adalah
Biaya produksi merupakan biaya biaya penyusutan peralatan. Biaya tetap
yang dikeluarkan oleh perusahaan pengolahan tiwul instan dapat dilihat
dalam proses produksi. Biaya terdiri atas pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata biaya penyusutan peralatan pengolahan tiwul instan di Desa Suren
Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek
No. Uraian Volume Harga Jumlah Umur Penyusutan
(buah) Satuan (Rp) Ekonomi (Rp/bln)
(Rp) (Th)
1. Pisau 17 5.500 93.500 3 2.597
2. Baskom 14 5.000 70.000 2 2.917
3. Tampah 9 12.500 110.000 1 9.167
4. Girik 6 7.250 43.500 1 3.625
5. Rak penjemur 16 25.000 410.000 2 17.083
6. Panci 3 125.000 425.000 3 11.806
pengukus
7. Panci 5 60.000 288.000 3 8.000
8. Ayakan 6 4.500 27.000 2 1.163
9. Alat 2 250.000 350.000 10 3.333
pengering
10. Mesin 1 2.500.000 2.500.000 15 13.889
penggiling
Jumlah 4.367.900 73.580
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Tabel 5. menunjukkan bahwa rata-rata biaya tetap pengolahan tiwul instan yang
harus dikeluarkan untuk penyusutan peralatan sebesar Rp. 73.580,- per bulan. Selain
biaya tetap, ada juga biaya variabel.
Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi tiwul
instan yang besarnya dipengaruhi jumlah produksi (Utami & Adita, 2019). Biaya
variabel proses produksi tiwul instan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. menunjukan bahwa total biaya variabel yang harus dikeluarkan dalam
satu kali proses produksi adalah sebesar Rp. 371.850,-. Biaya Variabel terbesar yang
harus dikeluarkan adalah biaya bahan baku sebesar Rp. 195.500.
Berdasarkan Tabel 1. dan Tabel 2. dapat diketahui total biaya untuk produksi
tiwul instan dalam satu kali produksi sebesar Rp. 445. 430. Biaya total (total cost)
didapatkan dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel (Nuraini, et. al., 2015)

Page 64 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

Tabel 6. Rata-rata biaya variabel satu kali produksi tiwul instan di Desa Suren
Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek
No Uraian Volume Harga Jumlah
Satuan (Rp)
(Rp)
1. Bahan baku singkong 170 kg 1.150 195.500
2. Tenaga kerja 6,2 HOK 20.000 124.000
3. Kemasan 100 biji 200 20.000
4. Bahan bakar 12.350
5. transportasi 20.000
Jumlah 371.850
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan (Mulyadi, 2001). Pendapatan merupakan


selisih antara penerimaan dengan total
Produksi merupakan sesuatu yang
biaya yang dikeluarkan (Hanafie &
dihasilkan oleh usaha pengolahan tiwul
Hapsari, 2013). Besarnya produksi,
instan dalam satu kali produksi.
penerimaan dan pendapatan dapat
Penerimaan usaha merupakan hasil
dilihat pada Tabel 7.
penjualan produksi dengan harga jual

Tabel 7. Produksi, penerimaan dan pendapatan tiwul instan untuk satu kali proses
produksi di Desa Suren Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek
No Uraian Jumlah
1. Produksi 100 kg
2. Harga Rp. 6.500
3. Penerimaan Rp. 650.000
4. Biaya produksi Rp. 445.430
5. Pendapatan Rp. 204.370
6. R/C Rasio 1,44
7. NPV 134.927
8. IRR (12%) 19,98%
9. Net B/C Rasio 1,46
10. BEP volume 69 kg
11. BEP harga Rp. 4.551
12. Uji T atas BEP volume thit 1,835 < ttab 1,943
13. Uji T atas BEP harga thit 13,505 > ttab 2,015
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Tabel 7. menunjukkan bahwa rata- Analisis Kelayakan


rata hasil produksi tiwul instan dalam
Pengusaha sebagai pelaku
satu kali produksi adalah 100 kg dengan
usaha mengharapkan produksi
harga jual di tempat penelitian sebesar
usahanya besar dan memperoleh
Rp. 6.500/kg. Jadi total penerimaan
pendapatan yang besar pula. Untuk itu
yang diperoleh sebesar Rp 650.000 per
pengusaha menggunakan tenaga dan
proses produksi. Pendapatan atau
modal sebagai umpan untuk
keuntungan yang di terima pengusaha
mendapatkan produksi yang diharapkan.
tiwul instan pada satu kali proses
Suatu usaha atau proyek dikatakan
produksi sebesar Rp. 204.570.
berhasil apabila investasi yang ditanam

Page 65 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

pada suatu proyek/usaha tersebut dapat melalui pendekatan analisis Benefit Cost
memenuhi kewajiban membayar bunga Ratio (B/C), Net Present Value (NPV)
modal, alat-alat yang digunakan, upah dan Internal Rate Of Return (IRR),
tenaga kerja serta biaya produksi yang dengan asumsi bunga bank sebesar
lain dan dapat menjaga kelestarian 12%. Perhitungan produksi dalam 1
usahanya (Ningsih, 2008). tahun disajikan pada Tabel 8.
Untuk mengetahui kelayakan
suatu usaha/proyek dapat dianalisis

Tabel 8. Produksi usaha tiwul instan dalam 1 tahun di Desa Suren Kecamatan
Bendungan Kabupaten Trenggalek
No Uraian Jumlah
1 Investasi peralatan usaha Rp. 4.367.900
2 Bahan baku 24.480 kg
3 Produksi 14.400 kg
4 Harga Rp. 6.500
5 Penerimaan Rp. 93.600.000
6 Biaya produksi Rp. 53.546.400
7 Pendapatan Rp. 40.053.600
8 NPV 43.948.219
9 IRR (12%) 33,10
10 Net B/C ratio 1,62
Sumber: Data primer diolah tahun 2019

Dengan kapasitas rata-rata satu bahwa nilai IRR yang melebihi rata-rata
kali produksi dengan bahan baku tingkat suku bunga yang berlaku di bank
singkong segar sebanyak 170 kg dapat menunjukkan jika suatu usaha akan
dihasilkan tiwul instan sebanyak 100 kg, menguntungkan.
kapasitas berjalan satu kali proses per Hasil analisis uji t terhadap BEP
hari selama 12 hari kerja dalam satu volume thit 1,835 < ttab 1,943 artinya tidak
bulan. Biaya investasi peralatan usaha berpengaruh nyata, sedangkan uji t atas
sebesar Rp.4.367.900 dan modal kerja BEP harga diperoleh thit 13,505 > ttab
Rp. 371.850 sekali proses, dalam satu 2,015, artinya kedua varibel yang
bulan 12 kali proses. Apabila lama dibandingkan berpengaruh signifikan.
usaha 1 tahun, suku bunga bank
diasumsikan 12%/tahun dan harga tiwul KESIMPULAN
instan Rp 6.500/kg. Dari Hasil analisis Biaya produksi usaha pengolahan
menunjukkan, usaha pemanfaatan singkong menjadi tiwul instan sebesar
singkong menjadi tiwul instan Rp. 445.430/proses produksi dengan
menguntungkan dan layak diusahakan. kapasitas produksi 170 kg bahan baku
Hal ini ditunjukkan oleh kriteria NPV singkong dan menghasilkan 100 kg tiwul
positif, IRR lebih tinggi dari tingkat suku instan.
bunga bank yang berlaku (12%/tahun) Penerimaan yang didapat dari
yaitu sebesat 32,92% dan B/C Rasio > 1 usaha tiwul instan sebesar Rp. 650.000
yaitu sebesar 1,62. Hal ini sesuai dan pendapatan sebesar Rp. 204.570
dengan pernyataan (Elisabeth & per satu kali proses produksi Jumlah
Prasetiaswati, 2018) yang menyatakan BEP produksi sebanyak 69 kg,

Page 66 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

sedangkan BEP harga sebesar Rp. Hanafie, R., & Hapsari, T. D. (2013).
4.551/kg. Kajian Nila Tambah Produk Pangan
Tingkat kelayakan usaha Olahan Ubi Kayu di Kabupaten
pengolahan tiwul instan di Desa Suren Tulungagung. Prosiding Seminar
Kecamatan Bendungan Kabupaten Hasil Penelitian Tanaman Aneka
Trenggalek menguntungkan dan layak Kacang Dan Umbi, 567–573.
diusahakan karena memiliki nilai NPV
positif (43.948.219), nilai IRR lebih besar Herawati, E. (2008). Analisis Pengaruh
(33,10%/tahun) daripada suku bunga Faktor Produksi Modal, Bahan
bank (12%/tahun), dan memiliki nilai Net Baku, Tenaga Kerja Dan Mesin
B/C ratio lebih dari 1 (1,62). Terhadap Produksi Glycerine Pada
PT. Flora. Universitas Sumatera
DAFTAR PUSTAKA Utara.
Akbar, A. K., & Febriani, A. kandhita.
Herawati, N. (2013). Analisis pengaruh
(2019). Uji Kompresibilitas Granul
pendidikan,upah,pengalaman
Pati Singkong dengan Metode
kerja,jenis kelamin dan umur
Granulasi Basah. Journal of
terhadap produktivitas tenaga kerja
Pharmacy UMUS, 1(1), 7–11.
industri shutllecock Kota Tegal (Vol.
53, Issue 9) [Universitas
Badan Pusat Statistik Jawa Timur.
Diponegoro Sembarang].
(2017). Luas Panen, Produksi, dan
https://doi.org/10.1017/CBO978110
Produktivitas Ubi Kayu dan Ubi
7415324.004
Jalar Menurut Kabupaten/Kota di
Provinsi Jawa Timur. BPS.
I, H. K. M. W. L., & Playen, K. (2019).
THE BENEFITS OF CASSAVA IN
Dwiastuti, R. (2017). Metode Penelitian
FULFILLING COMMUNITY
Sosial Ekonomi Pertanian (Cetakan
FOREST FARMER ’ S. 136–147.
pe). UB Press.
https://doi.org/10.30598/jhppk.
Elisabeth, D. A. anggraeni, &
Lambajang, A. A. A. (2013). Analisis
Prasetiaswati, N. (2018). Kelayakan
Perhitungan Biaya Produksi
Finansial dan Nilai Tambah Ubi
Menggunakan Metode Variabel
Kayu di Barito Koala, Kalimatan
Costing Pt. Tropica Cocoprima.
Selatan. Penelitian Pertanian
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen,
Tanaman Pangan, 2(2), 129–136.
Bisnis Dan Akuntansi, 1(3), 673–
https://doi.org/10.21082/jpptp.v2n2.
683.
2018.p129-136
Mahayasa, I. B., & Yuliarmi, N. N.
Elvani, S. (2015). ANALISIS NILAI
(2018). engaruh Modal, Teknologi,
TAMBAH DAN PENDAPATAN
dan Tenaga Kerja Terhadap
SERTA STRATEGI
Produksi dan Pendapatan Usaha
PENGEMBANGAN PADA
Kerajinan Ukiran Kayu di
AGROINDUSTRI ALEN-ALEN DAN
Kecamatan Tembuku Kabupaten
TIWUL INSTAN DI KABUPATEN
Bangli. E-Jurnal EP Unud, 6(8).
TRENGGALEK. Universitas
Jember.
Mahendra, A. D. (2014). Analisis

Page 67 of 68
Agustia Dwi Pamujiati, Analisis Kelayakan Usaha …

Pengaruh Pendidikan, Upah, Jenis Perspektif Sosial Ekonomi. Raja


Kelamin, Usia Dan Pengalaman Grafindo Persada.
Kerja Terhadap Produktivitas
Tenaga Kerja (Studi di Industri Kecil Suhardi, & Suharjo. (2006). Teknologi
Tempe di Kota Semarang). In Produksi Tiwul Instan dari Tepung
Skripsi. Ubi kayu Komposit. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian.
Mardliyah, A., & Supriyadi. (2018).
Kelayakan Finansial Usaha Turere, V. N. (2013). Pengaruh
Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Pendidikan dan Pelatihan Terhadap
Tiwul Instan di Desa Wonosari Peningkatan Kinerja Karyawan
Kecamatan Pekalongan Kabupaten pada Balai Pelatihan Teknis
Lampung Timur. Jurnal Penelitian Pertanian Kalasey. Jurnal EMBA,
Pertanian Terapan, 18(1), 1–6. 1(3), 10–19.
https://doi.org/10.25181/jppt.v18i1.3 https://doi.org/10.17509/image.v7i1.
30 23137

Mulyadi. (2001). Akuntansi Manajemen Utami, N. S., & Adita, M. D. (2019).


(Edisi Keti). Salemba Empat. Pengenalan Analisis Break Even
Point (BEP) Sebagai Bekal bagi
Mulyadi. (2003). Ekonomi Sumber Daya Mahasiswa Ilmu dan Teknologi
Manusia Dalam Perspektif Pangan Dalam Menumbuhkan Jiwa
Pembangunan. PT. Raja Grafindo wirausaha. Randang Tana : Jurnal
Persada. Pengabdian Masyarakat, 2(1), 54–
60.
Ningsih, G. M. (2008). Analisis Nilai
Tabah dan Penerimaan Winarsih, Baedhowi, & Bandi. (2014).
Agroindustri Tiwul Instan di Malang Pengaruh Tenaga Kerja, Teknologi
Selatan. Tropika, 16(1), 88–98. dan Modal dalam Meningkatkan
Produksi di Industri Pengolahan
Nuraini, F., Nawasnsih, O., & Garam Kabupaten Pati. Jurnal
Sitanggang, M. M. (2015). Analisis Pendidikan Insan Mandiri.
Finansial dan Sensitivitas Usaha
Kecil Menengah Dodol Coklat.
Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 15(3).

Putri, B. A. S. (2020). Pengaruh Modal,


tenaga Kerja, dan Bahan Baku
terhadap Nilai Produksi. universitas
Negeri Semarang.

Riyanto, B. (2001). Dasar-Dasar


Perusahaan. Yayasan Penerbit
Yogyakarta.

Soekartawi. (2006). Agroindustri dalam

Page 68 of 68

Anda mungkin juga menyukai