Anda di halaman 1dari 10

ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.

1, Juli – Desember2016

ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADA USAHATANI


BIBIT JERUK KALAMANSI DI KABUPATEN BENGKULU TENGAH
PROVINSI BENGKULU

THE INCOME ANALYSIS BUSINESS FARMER CITRUS KALAMANSI


IN BENGKULU CENTRAL

Evi Andriani, Aleksandser


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Dehasen Bengkulu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pendapatan usaha tani bibit jeruk kalamansi di
Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Bengkulu Tengah. Penelitian dilaksanakan pada
bulan Agustus tahun 2015. Metode pengumpulan data penelitian terdiri dari data primer dan
data sekunder. Data primer untuk analisis usaha tani diperoleh dengan melakukan wawancara
langsung dengan petani (responden) binaan Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Bengkulu
Tengah dibantu dengan panduan daftar pertanyaan dalam bentuk kuisioner. Data sekunder
diperoleh dari Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Bengkulu Tengah. Badan Pusat
Statistik (BPS), Dinas Pertanian Bengkulu Tengah, Dinas Pertanian Propinsi Bengkulu,
penelitian sebelumnya dan literatur lainnya data yang diperoleh di analisis dengan analisis
usaha tani. Dari penelitian ini dihasilkan Total pendapatan rata-rata usaha tani penangkar
benih bibit jeruk kalamansi di Balai benih induk Hortikultura (BBIH) Bengkulu Tengah,
pertahun adalah sebesar Rp. 20,704,289,- pertahun. Pendapatan tersebut diperoleh dari dari
total rata- rata penerimaan (TR) Rp. 59,369,789 dikurangi total biaya (TC) Rp. 38.665.500
Kata kunci : Jeruk Kalamansi, usaha tani, Balai Benih Induk Holtikultura

ABSTRACT

This study aims to know the level of farm income Kalamansi citrus seedlings in seed parent
Horticultural Hall (BBIH) Bengkulu middle. Data collection methods consisted of primary
data and secondary data. Primary data for the analysis of farm obtained by direct interviews
with farmers (respondents) Hall built Horticulture Seeds (BBIH) Central Bengkulu assisted
by guide lists the questions in the questionnaire form. Income levels farm produced seed
Kalamansi citrus seedlings in seed parent Horticultural Hall (BBIH) Bengkulu is the middle
year of Rp. 20,704,289, - per year Total revenue (TR) Rp 59,369,789 minus Total Cost (TC)
Rp. 38,665,500

Keywords : jeruk kalamansi; farming ; BBIH

PENDAHULUAN dapat dijual dengan harga yang tinggi


Dalam menyelenggarakan usahatani, sehingga dapat mensejahterakan petani.
setiap petani berusaha agar hasil panennya Bagi seorang petani analisis pendapatan
banyak (produksi tinggi) dan kemudian memberikan bantuan untuk mengukur

65
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember 2016

apakah kegiatan usahanya pada saat ini (Rukmana, 2003). Jeruk kalamansi ini
berhasil atau tidak (Supriyanto et al., merupankan jenis tanaman semak,
2006). Pendapatan usahatani akan berbeda kayunya memiliki banyak cabang-cabang
untuk setiap petani, dimana perbedaan ini kecil dan berdaun rimbun (Sunarjono,
disebabkan oleh perbedaan faktor 2000).
produksi, tingkat produksi yang dihasilkan Jeruk kalamansi ini sebenarnya sudah
dan harga jual yang tidak sama hasilnya cukup banyak dibeberapa daerah di
(Ridwan et al.,2008, Nurdin, 2005). Indonesia, tetapi dengan nama yang
Prinsip penting yang perlu diketahui beragam (Tjakrawiralaksana dan
dalam menganalisis mengenai pendapatan Soeriaatmadja, 1983). Di Propinsi
usahatani adalah keterangan mengenai Bengkulu jeruk kalamansi sudah
keadaan penerimaan dan keadaan dibudidayakan di Balai Benih Induk
pengeluaran. Dalam analisis ini akan Hortikultura (BBIH) Bengkulu Tengah
dikaji seberapa jauh setiap nilai rupiah telah dilakukan penangkaran bibit dengan
biaya yang digunakan dalam kegiatan sistem cangkok, sambung, stek atau pucuk
usahataninya dapat memberikan sejumlah atau okulasi. Tujuan penelitian ini adalah
nilai penerimaan sebagai manfaatnya untuk melakukan analisis pendapatan
(Soekartawi et al., 1986). pada usaha tani jeruk kalamansi di Balai
Salah satu komoditas pertanian yang Benih Induk Hortikultura (BBIH)
menjadi perhatian pemerintah Provinsi Bengkulu Tengah.
Bengkulu adalah komoditas jeruk
kalamansi (Citrus microcarpa). Manfaat METODE PENELITIAN
jeruk ini sangat banyak selain untuk Tempat dan Waktu Penelitian
memasak ikan, sambal dan untuk sari Penelitian ini dilaksanakan di Desa
buah minuman segar jeruk ini sangat kaya Talang Aling, Kecamatan Talang Empat,
akan mineral dan vitamin C. Oleh karena Kabupaten Bengkulu Tengah, Propinsi
itu sangat baik digunakan untuk minuman Bengkulu, dan Balai Benih Induk
buah bernutrisi. Kandungan mineral dan Hurtikultura (BBIH) Bengkulu Tengah
vitamin C itu sangat baik untuk mencegah pada bulan agustus tahun 2015. Pemilihan
penyakit pernafasan, penguat tulang dan lokasi penelitian dilakukan dengan
pemacu pertumbuhan. Setiap rumah sengaja (purposive) dengan pertimbangan
tangga sebaiknya menggunakan jeruk ini bahwa Kabupaten Bengkulu Tengah
untuk obat, bumbu dapur, bumbu kue, merupakan salah satu penghasil jeruk
ramuan cantikan dan minuman segar kalamansi di Propinsi Bengkulu.

66
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember2016

Metode Pengumpulan Data a. Analisis Pendapatan Usahatani


Pengumpulan data penelitian terdiri dari Pendapatan dalam penelitian ini akan
data primer dan data sekunder. Data dibedakan menjadi dua, pertama
primer untuk analisis usaha tani diperoleh pendapatan atas biaya tunai (pendapatan
dengan melakukan wawancara langsung tunai) yaitu biaya yang benar- benar
dengan petani (responden) binaan Balai dikeluarkan secara tunai oleh petani
Benih Induk Hortikultura (BBIH) (explicit cost). Kedua, pendapatan atas
Bengkulu Tengah dibantu dengan biaya total (pendapatan total) dimana
panduan daftar pertanyaan dalam bentuk semua input milik keluarga juga
kuisioner. Data sekunder diperoleh dari diperhitungkan sebagai biaya. Secara
Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) umum pendapatan diperhitungkan sebagai
Bengkulu Tengah, Badan Pusat Statistik penerimaan dikurangi dengan semua
(BPS), Dinas Pertanian Bengkulu Tengah, biaya yang telah dikeluarkan, baik biaya
Dinas Pertanian Propinsi Bengkulu dan tunai maupun tidak tunai (Soekartawi et
penelitian sebelumnya. al.,1986). Secara matematis tingkat
pendapatan usaha tani sebagai berikut:
Metode Penarikan Contoh I tunai = NP – BT
Pengambilan responden untuk petani I total = NP - (BT+BD)
dipilih secara sengaja (purposive Keterangan :
sampling), karena jumlah petani yang I tunai : Pendapatan Tunai
sangat terbatas. Adapun petani yang I toatal : Pendapatan Total
dipilih adalah petani yang memproduksi NP : Nilai Produksi (jumlah
jeruk kalamansi binaan Balai Benih Induk produk x harga output) (Rp)
Hortikultura (BBIH) Bengkulu Tengah BT : Biaya Tunai (produksi,
yaitu sebanyak 35 orang responden tenaga kerja luar keluarga,
dan pajak lahan) (Rp)
Metode Pengolahan dan Analisis Data BD : Biaya Diperhitungkan (sewa
Data yang digunakan adalah data lahan, penyusutan alat, dan
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif tenaga kerja dalam keluarga,
diolah dengan menggunakan analisis serta biaya bibit sendiri)
pendapatan usaha tani. Data kualitatif (Rp)
dianalisis secara deskriptif yaitu analisis
pendapatan usaha tani dari komoditi jeruk Biaya penyusutan alat- alat pertanian
kalamsi diperhitungkan dengan membagi selisih

67
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember 2016

antara nilai pembelian dengan nilai sisa penerimaan tersebut dan usaha tersebut
yang ditafsirkan dengan lamanya modal menguntungkan. Jika R/C < 1, berarti
pakai. Metode yang digunakan ini adalah penerimaan yang diterima lebih kecil dari
metode garis lurus. Metode ini digunakan tiap unit yang dikeluarkan, maka
karena jumlah penyusutan alat tiap usahatani tersebut tidak menguntungkan
tahunnya dianggap sama dan diasumsikan untuk dijalankan.
tidak laku bila dijual (Soekartawi et al.,
1986). HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Balai Benih Induk Hortikultura
b. Analisis Perbandingan Penerimaan (BBIH) Bengkulu Tengah
dan Biaya (R/C-ratio) Lokasi BBI Hortikultura terletak di Dusun
Analisis pendapatan usahatani selalu Talang Aling Desa Taba Lagan
disertai dengan pengukuran Kecamatan Talang Empat Kabupaten
efisiensi.Untuk mengukur efisiensi Bengkulu Tengah berjarak 20 KM dari
masing- masing usahatani terhadap setiap Ibukota Provinsi Bengkulu, mempunyai
penggunaan satu satuan unit yang luas lahan 45,5 Ha. Sudah dikelola dengan
memberikan kelipatan atau ratio antara baik seluas 23 Ha, dan sisanya seluas 22
jumlah penerimaan dengan jumlah biaya merupakan lahan yang belum
yang merupakan perbandingan antara dimanfaatkan secara optimal. Secara
penerimaan kotor yang diterima usahatani umum mempunyai jenis tanah Podsolik
dari setiap mata uang yang dikeluarkan Merah Kuning (PMK) / Ultisol dengan
dalam proses produksi. Perhitungan R/C PH tanah 5-6 dengan ketinggian tempat
ratio dapat dirumuskan sebagai berikut 60 meter dari permukaan laut . Luas
(Soekartawi et al., 1986) : Lahan Balai Benih Induk Hortikultura
Ratio R/C atas biaya tunai (TI) = Total Talang Aling dan Pemanfaatannya
Penerimaan (TR) -Total Biaya Tunai (TC) disajikan pada Tabel 1.
Jika nilai R/C > 1, maka penerimaan yang
diperoleh lebih besar dari tiap unit biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh

68
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember2016

Tabel 1. Luas Lahan BBIH Talang Aling dan Pemanfaatannya


No Pemanfaatan Lahan Luas ( Ha )
Bangunan
1 1
. Pembibitan 1
Tanaman
2 Buah-buahan (Pohon Induk dan Koleksi) 10
3 Tanaman Sayuran 1
4 Tanaman Hias 0,5
5 Tanaman Obat / Aneka Tanaman 1
Diusahakan Untuk Padi Sawah dan Kolam 3
Pengembangan Tanaman Buah-buahan 6
Belum Diusahakan Untuk Komoditas 22
JUMLAH 45,5
Sumber : LAPTAH BBIH Bengkulu Tengah (2014)

Adapun topografi lahan BBI Hortikultura jumlah, lokasi, waktu dan harga). Berarti
Talang Aling adalah bergelombang Balai tersebut mempunyai peran dalam
dengan sebagian kecil 5 Ha rawa yang pemasaran buah jeruk (Sudana et al.,
dapat dimanfaatkan untuk usaha padi 2007).
sawah dan perikanan darat, sedangkan
temperatur rata-rata adalah 25oC – 29oC Profil Responden di BBIH
dengan rata-rata curah hujan 3.388 mm Profil Umur
pertahun dan hari hujan 144 hari Pertahun Rata-rata umur penangkar benih jeruk
okulasi adalah 44,3 tahun dengan kisaran
Tugas dan Fungsi BBI Hortikultura 30 sampai 50 tahun. Tingkat pendidikan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi rata-rata SLTA sanpai sarjana pengalaman
Bengkulu Nomor 7 Tahun 2008, maka kerja dengan rata-rata 7,5 tahun.
Kepala Balai berada dibawah dan Persentase umur penangkar benih jeruk
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas okulasi terbanyak pada rentang usia 40-48
Pertanian Provinsi Bengkulu serta tahun yaitu sebanyak 20 orang atau
berkedudukan sebagai pelaksana teknis 57,14% hal ini dapat menunjukan bahwa
operasional Dinas dengan tugas semakin tingi usia tidak mempengaruhi
melaksanakan sebagian kewenangan masa produktif untuk menghasilkan,
desentralisasi dan dekonsentrasi Dinas dimana pada usia 40-48 tahun keluarga
Pertanian dibidang penyediaan benih/bibit responden mulai memenuhi kebutuhan
hortikultura bermutu dari varietas/klon hidup yang tinggi seperti anak memasuki
unggul bagi masyarakat sesuai dengan jenjang kuliah (Tabel 2).
prinsip 7 tepat (jenis, mutu, varietas,

69
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember 2016

Tabel 2. Profil Umur Penangkar Benih Jeruk Okulasi di BBIH


No Umur (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
1 >25 - -
2 25 – 39 6 17,14
3 40- 48 20 57,14
4 49 – 55 9 25,72
Sumber : Pengolahan Data Primer (2015)

Tabel 3. Profil Tingkat Pendidikan Penangkar Benih Jeruk Okulasi di BBIH


No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
1 SMP 9 25,72
2 SLTA 25 71,42
3 Sarjana 1 2,86

Sumber : Pengolahan Data Primer (2015)

Tabel 4. Profil Pengalaman Penangkar Benih Jeruk Okulasi di BBIH


No Pengalaman (Tahun) Jumlah Responden Persentase (%)
1 1- 3 - -
2 4- 6 10 28,57
3 7- 10 25 71,57
Sumber : Pengolahan Data Primer (2015)

Profil Tingkat Pendidikan seperti mampu bekerja secara kelompok


Pendidikan merupakan faktor yang ikut (Tabel 3).
menentukan keberhasilan penangkar benih
jeruk okulasi, pendidikan dianggap salah Profil Pengalaman
satu sarana untuk menunjukan dan Tabel diatas dapat dilihat bahwa sebanyak
membangun masyarakat. Tingkat 25 orang atau sebesar 71,43% penangkar
pendidikan penangkar benih jeruk okulasi benih jeruk okulasi telah menekuni usaha
dalam peneliatian ini adalah rata-rata 7-10 tahun dan 10 orang atau 28,57%
tamatan SLTA Tabel diatas menunjukan penangkar benih jeruk okulasi
penangkar benih jeruk okulasi tamat sltp 9 menjalankan usaha selama 4-6 tahun. Dari
orang (25,72%), tamat SLTA 25 orang data dapat dilihat responden dengan
(71,42%) dan tamat sarjana 1 orang pengalaman 10 tahun menghasilkan
(2,86%). Hal ini menunjukan bahwa persentase pendapatan yang tinggi
dengan tingkat pendidikan rata-rata SLTA dibandingkan dengan pengalaman
dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan dibawah 10 tahun (Tabel 4).

70
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember2016

Analisis Usaha Tani Bibit Jeruk nilai penggunaan faktor produksi serta
Kalamansi seberapa besar penggunaanya pada suatu
Usahatani adalah satuan organisasi proses produksi yang bersangkutan
produksi dilapangan pertanian dimana (Soekartawi et al., 1986). Besarnya
terdapat unsur lahan yang mewakili alam, pendapatan ditentukan oleh besar kecilnya
unsur tenaga kerja yang bertumpu pada volume produksi yang dihasilkan dan
anggota keluarga tani, unsur modal yang biaya-biaya yang dikeluarkan
beraneka ragam jenisnya, dan unsur (Ferdiansyah, 2004). Dengan jumlah rata
pengelolaan dan manajemen yang – rata penerimaan Rp 59,369,789 per
perannya dibawakan seseorang yang tahun dan toyal biaya Rp 38,665,500
disebut petani (Tjakrawalaksana dan maka jumlah pendapatan rata –rata nya
Soriaatmaja, 1983). Makeham dan adalah TR – TC sebesar Rp 20,704,289.
Malcolm (1991) mendefinisikan usahatani
Penerimaan total (TR) = 2,077,942,614
sebagai cara bagaimana mengelola
Toral biaya (TC) (Rp) = 1,353,292,493
kegiatan -kegiatan pertanian dengan
Pendapatan Rata Rata
petani sebagai pengelolanya. Jadi analisis
= (TR rata-rata) – (TC rata – rata)
usaha tani bibit jeruk kalamansi di Balai
= Rp. 59,369,789 – Rp. 38,665,500
Benih Induk Hortikultura (BBIH)
= Rp. 20,704,289
Bengkulu Tengah adalah cara bagaimana
mengelola kegiatan-kegiatan pertanian Penerimaan (TR)
terdiri dari unsur lahan yang mewakili Menurut Soekartawi dkk (1986),
alam, unsur tenaga kerja dan unsur modal penerimaan usahatani adalah nilai produk
untuk pengelolaan bibit jeruk kalamansi di total usahatani dalam jangka waktu
Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) tertentu. Penerimaan cabang usaha adalah
Bengkulu Tengah jumlah salah satu produk usahatani dalam
jangka waktu tertentu. Penerimaan ini
Analisis pendapatan mencakup produk yang dijual, dikonsumsi
Pendapatan adalah selisih antara rumah tangga petani, digunakan dalam
penerimaan (TR) dengan total biaya (TC). usahatani untuk bibit, digunakan
Penerimaan didapat dari hasil perkalian pembayaran, dan yang disimpan.
antara berapa besar produksi yang dicapai Penerimaan ini dinilai berdasarkan
dan dapat dijual dengan harga satuan perkalian antara total produksi dengan
komoditi tersebut di pasar. Pengeluaran harga pasar yang berlaku.
usahatani dapat diperoleh dari perolehan

71
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember 2016

Penerimaan rata-rata penangkar benih yang dipakai oleh penangkar benih jeruk
jeruk okulasi adalah Rp 59,369,789 per okulasi dalam melakukan penangkaran.
tahun dengan produksi rata-rata 8,824 Peralatan yang di gunakan dalam
batang per tahun. Dari data dapat dilihat penangkar benih jeruk okulasi meliputi:
bahwa penerimaan dengan persentase mesin air, selang, cangkul, arit, gergaji.
keseluruhan yang tinggi yaitu 50% Pisau okulasi, hand sprayer, ember dan
terdapat pada persentase daya kecambah lahan. Biaya penyusutan peralatan
77% jumlah tegakan765 dan jumlah penangkar benih jeruk okulasi rata-rata Rp
okulasi 86%. Hal ini dapat tercapai karena 2.075.998.- (Tabel 5) pertahun dari total
responden melakukan pemeliharaan yang biaya yang dikeluarkan, dari data
intensif dan mempunyai tenaga kerja penyusutan peralatan terdapat perbedaan
okulator yang ahli. Penerimaan dari bibit diantara persentase terkecil, hal ini
yang tersalurkan 244.463 batang,dengan dikarenakan membeli peralatan dengan
harga jual bibit Rp. 8.500 (Tabel 6). harga relatif murah. Biaya penyusutan
Jumlah Produksi (RP) = 244.463.837 barang disajikan pada Tabel 5.
Penerimaan rata- rata (Rp)
= Produksi rata-rata X Harga Jual b. Biaya Perizinan Dan Sertifikasi
= (8.824) x (.,500) (Pelabelan).
= 59.369.789 Biaya perizinan yang dikeluarakan oleh
penangkar benih jeruk okulasi adalah
a. Biaya Penyusutan Alat
sebesar Rp 100.000,-per tahun untuk
Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan
perpanjangan surat izin usaha pembenihan
penangkaran benih jeruk okulasi ini tidak
(siup) yang dikeluarkan oleh Dinas
habis dipakai dalam satu kali
Kehutanan dan Perkebuanan Kabupaten
penangkaran. Biaya penyusutan peralatan
Bengkulu Tengah.
yang dihitung adalah semua peralatan

Tabel 5. Biaya Penyusutan Barang


No. Jenis Penyusutan Jumlah (Rp) Rata – Rata (Rp)
1. Selang air 7.718.250 220.521
2. Cangkul 2.143.333 61.238
3. Air/ Parang 1.404.333 40.124
4. Pisau Okulasi 4.803.333 137.238
5. Mata tunas 42.745.000 1.221.285
6. Mesin air 12.506.000 357.314
Jumlah (Rp) 72.659.580 2.075.998

72
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember2016

Tabel 6. Pendapatan Petani Jeruk Kalamansi di BBIH


No Jenis Jumlah Biaya (Rp) Rata-rata Biaya (Rp)
1 Biaya Variabel
Tenaga Kerja 844.071.819 24.116.338
Bahan bahu 401.298.366 11.465.668
Total Biaya variable (1) 35.582.006
2 Biaya Tetap
Penyusutan Alat 72.659.917 2.075.998
Sertipikasi 35.262.391 1.007.497
Total Biaya tetap (2) 3.083.495
Total Biaya 1dan 2 (X) 1.353.292.493 38.665.500
3 Penerimaan (Y)
Produksi 244.464 8,.24
Harga 297,500 8.500
Total Y 2.077.942.614 59.369.789
4 Pendapatan (Y – X ) 724.650.121 20.704.89
Sumber: data primer (2015)

Biaya setifikasi merupakan biaya yang sertifikasi selanjutnya menunggu benih


dikeluar kan untuk membayar pajak memenuhi standar teknis. Benih yang
daerah dan pembelian label, biaya ini memenuhi standar teknis akan diberi label
dikeluarkan penangkar benih jeruk okulasi biru, dimana setiap benih yang diberi label
apabila pemohon atau penangkar berupa label biru, akan dikenakan biaya
membuat surat permohonan sertifikasi sebesar Rp125,- perbatang, total biaya
benih okulasi milik nya sendiri berupa yang dikeluarkan dalam penangkaran
benih siap salur kepada pengawasan dan benih jeruk kalamansi okulasi di Balai
pengujian mutu benih (BP2MB) dinas Benih Induk Hortikultura (BBIH) Talang
perkebunan Perovinsi Bengkulu selaku Aling Bengkulu Tengah adalah jumlah
sertifikator. total rata-rata biaya tetap dan biaya
BP2MB memeriksa benih jeruk okulasi variable yaitu sebasar Rp. 38.665.500,-
siap salur milik penangkar dengan cara per tahun (Tabel 6).
menghitung populasi, mengamati secara
visual dan pengambilan sampel beruoa c. Biaya Bahan Baku dan Pelengkap
tolok ukur diameter batang dan tinggi Biaya bahan baku berupa biji jeruk
benih. Benih jeruk okulasi yang tidak diperoleh penangkar benih jeruk okulasi
memenuhi standar teknis diberi tanda dengan cara membeli secara kelompok di
berupa cat merah seperti akar bengkok Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH)
dan terserang hama penyakit, sedangkan dan dengan harga Rp 200,- perbiji dengan
benih jeruk okulasi yang kerdil akan asumsi barang sudah diterimah ditempat.
dipelihara kembali untuk pengajuan Biaya bahan pelengkap merupakan biaya

73
ISSN : 2407 – 1315 AGRITEPA, Vol. III, No.1, Juli – Desember 2016

yang dikeluarkan penangkar benih jeruk Kab. Majalengka, Jawa Barat).


Skripsi. Fakultas Pertanian.
okulasi untuk membuat jeruk okulasi,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
bahan pelengkap terdiri dari entres, Makeham, J. P. dan Malcolm R. L. 1991.
Manajemen Usahatani Daerah
polibeg, plastic, pupuk, tanah, pestisida,
Tropis. LP3ES. Jakarta.
lap pembersih dan bahan bakar. Total Nurdin, F. 2005. Penyakit CVPD pada
tanaman jeruk serta bio ekologi
biaya bahan baku dan pelengkap yang
dan pengendalian vektornya.
diperlukan adalah rata-rata sebesar Rp Jurnal Tambua 4(2) : 134 - 140
Ridwan, H.K, Muharam, Hardiyanto,
11.465.668,- pertahun (Tabel 6).
Ruswandi. 2008. Sifat inovasi dan
aplikasi teknologi pengelolaan
terpadu kebun jeruk sehat dalam
d. Biaya Tenaga Kerja
penegembangan agribisnis jeruk.
Tenaga kerja dalam pembuatan benih Jurnal Holtikulrura 18(4) : 477-
490
jeruk okulasi di daerah penelitian terdiri
Rukmana, R. 1994. Tomat dan Cherry.
dari tenaga staf lapangan Balai Benih Kanisius, Jakarta.
Soekartawi, 1986. Teori Ekonomi
Induk Hortikultura. Biaya tenaga kerja
Produksi dengan Pokok Bahasan
dalam penelitian ini rata-rata adalah Rp Analisis Fungsi Cobb-Douglas.
Rajawali Press, Jakarta
24.116.338,- per tahun (Tabel 6).
Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon,
J. B. Hardaker. 1986. Ilmu
Usahatani dan Penelitian Untuk
KESIMPULAN
Pengembangan Petani Kecil.
UI-Press. Jakarta.
Total pendapatan rata-rata usaha tani
Sudana, W., Moudar, Jamil, Yufdy,
penangkar benih bibit jeruk kalamansi di Napitupuluh, Daniel, Hayani,
Haloho, Darmawan, Suryani.
Balai benih induk Hortikultura (BBIH)
2007. Karakteristik dan peran
Bengkulu Tengah, pertahun adalah kelembagaan pemasaran pada
komoditas jeruk. Prosiding
sebesar Rp. 20,704,289,- pertahun.
seminar nasional inovasi dan alih
Pendapatan tersebut diperoleh dari dari teknologi spesifik lokasi
mendukung revitalisasi pertanian.
total rata- rata penerimaan (TR) Rp.
770-779
59,369,789 dikurangi total biaya (TC) Sunarjono, 2000. Prospek berkebun buah,
penebar swadaya, Jakarta
Rp. 38.665.500
Supriyanto, A., Agisimanto, Purbiati,
Devy, Dwiastuti. 2006. Analisis
DAFTAR PUSTAKA genotipe pohon induk jeruk bebas
penyakit hasil perbanyakan tunas
AAK, 1992. Petunjuk praktis bertanam pucuk dengan primer RAPD.
sayuran. Kanisius. Yogyakarta Jurnal Holtikultura 16 (1) : 1-10
Ferdiansyah, Herry. 2004. Analisis Tjakrawiralaksana, A. dan Soeriaatmadja
Pendapatan Usahatani dan M. C. 1983. Usahatani.
Pemasaran Kentang (Kasus di Departemen Pendidikan dan
Desa Argamukti Kec. Argapura Kebudayaan. Jakarta.

74

Anda mungkin juga menyukai