Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No.

2 Tahun 2020

ANALISIS USAHA PENGOLAHAN KOPRA PUTIH


DI KECAMATAN TEMBILAHAN
(Studi Kasus Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK) Delapan Yes)

Gunawan Syahrantau, Agustian Saputra


Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian UNISI
e-mail :syahrantau_gsr@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah : (1) untuk mengetahui keuntungan pengolahan kopra


putih di Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK) Delapan Yes di Kecamatan
Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir, (2) untuk mengetahui tingkat efisiensi usaha
pengolahan kopra putih di di Lembaga Pelatihan Keterampilan (LPK) Delapan Yes di
Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini dilakukan dengna
metode observasi dan wawancara langsung dengan kuisioner. Metode analisis data
dalam penelitian ini adalah analisis biaya, penerimaan, keuntungan dan pendapatan kerja
dalam keluarga serta efisiensi usaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) total
biaya pada usaha pengolahan kopra putih yaitu biaya tidak tetap sebesar Rp.
12.748.000,00 dan biaya tetap sebesar Rp.3.181.433,33, rata-rata penerimaan yang
diperoleh sebesar Rp.25.650.000,00 per produksi, rata-rata keuntungan yang diperoleh
adalah sebesar Rp. 9.720.566,67 per produksi dan rata-rata pendapatan kerja keluarga
sebesar Rp. 10.220.566,67 per produksi (2) nilai RCR adalah sebesar 1,61 yang berarti
usaha pengolahan kopra putih efisien.
Kata kunci : Keuntungan , Efisiensi, Kopra Putih.

ABSTRACT
The research objectives are: (1) to find the profit of white copra at Skills
Training Institute (LPK) Delapan Yes in subdistrict of Tembilahan, District of Indragiri
Hilir, (2) to determine business efficiency the white copra processing at LPK Delapan
Yes. This method of research is observation and direct interviews with questionnaires.
The methods of data analysis are analysis of costs, revenues, profits and work income in
the family as well as business efficiency. The results of research showed that: (1) the
cost in the white copra processing business is a variable cost of Rp. 12,748,000.00 per
production and fixed costs of Rp.3,181,433.33 per production, the average revenue Rp.
25,650,000.00 per production, the average profit Rp. 9,720,566.67 per production and
the average family work income of Rp. 10,220,566.67 per production (2) the RCR value
is 1.61 which means that the efficient processing of white copra.
Keywords : Profit, Efficiency, White Copra
I. PENDAHULUAN mempercepat laju pertumbuhan
Pertumbuhan sektor-sektor lain produksi baik dari perkebunan besar,
agar dapat memperbaiki keadaan swasta maupun perkebunan negara.
perekonomian masyarakat. Subsektor Peranan sektor perkebunan yang
perkebunan mempunyai peluang yang demikian besar bagi peningkatan
sangat besar untuk dijadikan andalan pemanfaatan petani dan penyediaan
ekspor pembangunan dibidang bahan baku untuk industri dalam negeri
perkebunan diarahkan untuk lebih

62
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

serta sebagai sumber devisa negara Harga kopra putih pada bulan Maret
(Widarti dan Sunarli, 2014). 2020 yaitu berkisar sebesar Rp. 7.500-
11.000 per kg, sedangkan harga kelapa
Perkebunan kelapa di Indragiri
butiran pada bulan november berkisar
Hilir menyumbang kontribusi besar
sebesar Rp. 1.200 per kg. Hal tersebut
76,24 persen dari 514.774 hektar luas
menyebabkan pelaku usaha mengolah
perkebunan kelapa di Provinsi Riau .
kelapa dalam bentuk kopra
Kabupaten Indragiri Hilir terkenal
putih.Analisis usaha sangat penting
dengan perkebunan kelapa yang sangat
dilakukan bagi pelaku usaha dalam
luas di Riau, dimana pada tahun 2018
menjalankan usahanya guna
terdapat seluas 340.773 Ha areal
peningkatan keuntungan serta
perkebunan kelapa dengan produksi
pengembangan usaha. Tujuan dari
sebanyak 317.116.870,52 kg. Dari tahun
penelitian ini adalah 1) menganalisis
2015-2018 luas areal dan produksi
berapa besar keuntungan dari usaha
kelapa cenderung mengalami
pengolahankopra putih di LPK Delapan
penurunan. Penurunan luas areal dan
Yes, 2) menganalisis tingkat efisiensi
produksi terbesar terjadi pada periode
usaha pengolahankopraputihdi LPK
2017-2018 sebesar 10,89% dengan
Delapan Yes.
penurunan produksi sebesar 3,29%.
Maka dari itu produk-produk
turunan dari kelapa sangat dan perlu
II. METODOLOGI PENELITIAN
pengembangan salah satunya yaitu itu
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
kopra. Kopra adalah daging buah yang
dikeringkan. Kopra merupakan salah Penelitian ini dilakukan di Usaha
satu produk turunan tanaman kelapa Pengolahan Kopra Putih Delapan Yes.
yang sangat penting. Pada tahun 2005, Penentuan lokasi penelitian ini dipilih
volume ekspor kopra Indonesia hampir secara purposive (sengaja) dengan
mencapai 50.000 ton, dan nilai ekspor pertimbangan yaitu usaha tersebut
kopra menempati peringkat tiga setelah merupakan salah satu yang produksinya
minyak kelapa dan minyak goreng cukup besar di wilayah Tembilahan,
dalam volume dan nilai ekspor produk penelitian ini dilakukan selama kurang
turunan kelapa (Dirperindag, 2007). lebih 3 bulan yaitu pada bulan Januari
Pengolahan kopra ada dua jenis sampai dengan bulan Maret 2020.
yaitu pengolah kopra asap
danpengolahan kopra putih, Kopra putih 2.2 Jenis dan Sumber Data
adalah kopra hasil pengeringan Sumber data yang diperlukan pada
menggunakan sinar matahari dan oven, penelitian ini adalah :
kualitaskopra lebih bagus, kadar air a. Data Primer di peroleh dengan cara
kecil dan bersih. Kopra putih dihasilkan melakukan wawancara kepada
dengan proses pengeringan tidak pelaku usaha pengolahankopra putih
langsung (indirect drying) atau di LPK Delapan Yes dengan
denganmenggunakan mesin pengering. panduan pertanyaan yang sudah
Suhu dan lama pengeringan akan disiapkan, biasanya disebut dengan
menentukan mutu kopra yangdihasilkan kuisioner.
(Agustiani V, Burhan dan Rahman A. b. Data Sekunderdiperoleh dari studi
2014) literatur yang relevan dengan
Salah satu usaha pengolahan penelitian ini seperti buku, skripsi,
kopra putih yang ada di Kecamatan jurnal, internet,dan sebagainya.
Tembilahan yaitu LPK Delapan Yes.

63
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

2.3 Metode Pengambilan Data UL : Masa pakai


1. Observasi lapangan dengan
melakukan pengamatan langsung ke Penerimaan
tempat lokasi usaha pengolahan Penerimaan usaha agroindustri
kopra putih dLPK Delapan Yes . adalah perkalian antara jumlah produksi
2. Wawancara yaitu metode yang diperoleh dengan harga yang
pengumpulan data dengan cara berlaku dipasar (Soekartawi, 1998).
melakukan wawancara langsung Jadi, penerimaan yang didapat
kepada responden (pengusaha kopra pengusaha kopra putih adalah
putih) menggunakan kuesioner yang merupakan perkalian antara jumlah
telah disiapkan produksi kopra putih dikali dengan
harga yang berlaku dipasaran. Secara
2.4 Metode Analisis Data matematis rumusnya adalah sebagai
Biaya Produksi berikut:
Melakukan kegiatan usaha
agroindustri ada biaya yang dikeluarkan TR = Q x P
yaitu biaya tetap (FC) dan biaya
variabel (VC). Untuk mengetahui total
Keterangan :
biaya produksi secara matematis
TR= Total Revenue (Rp/Produksi)
dirumuskan sebagai berikut :
Q= Quantity (Kg/Produksi)
TC = FC + VC P = Price (Rp/Kg)
Dengan rumus diatas maka hasil
Keterangan :
dari penjualan kopra putih yang didapat
TC = Total Cost (Rp/Produksi)
merupakan fungsi dari jumlah produksi
FC = Fix Cost (Rp/Produksi)
kopra putih yang terjual dengan harga
VC = Variabel Cost (Rp/Produksi)
yang berlaku dipasar. Pendekatan yang
Pendekatan pengeluaran atau dilakukan dalam penelitian ini adalah
biaya yang dilakukan selama satu kali dengan cara melakukan wawancara
produksi dalam sebulan adalah dengan selama 2-3 kali dalam seminggu.
mengakumulasikan pengeluaran selama Asumsinya adalah pendapatan selama
satu kali produksi selama 30 hari. 2-3 kali wawancara diakumulasikan
Asumsinya adalah pengeluaran yang dalam 30 hari kerja atau sebulan kerja.
dilakukan selama satu kali produksi
selalu sama. Pendapatan Kerja Keluarga
Menurut Hernanto (1991), untuk
Penyusutan Alat menghitung pendapatan keluarga
Untuk menghitung biaya digunakan rumus sebagai berikut:
penyusutan alat dalam usaha tani
dihitung dengan metode garis lurus PKK = π+ TKDK + D
menurut Sinuraya (1985). Dengan
rumus sebagai berikut: Keterangan :
D = C-SV PKK : Pendapatan Kerja Keluarga
UL (Rp/Produksi/Th)
Keterangan : π : Keuntungan(Rp/Produksi)
D : Nilai penyusustan alat TKDK : Upah tenaga kerja dalam
C : Harga beli alat keluarga (Rp/Produksi)
SV : Nilai sisa (20% × nilai beli) D : Penyusustan Alat

64
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

Keuntungan Kriteria yang digunakan dalam


Keuntungan adalah selisih penilaian efisiensi usaha adalah :
penerimaan total denganbiaya total.  R/C Ratio > 1, Usaha pengolahan
Dapat ditulis dengan rumus sebagai kopra putih dinyatakan layak.
berikut :  R/C Ratio = 1, Usaha
π = TR – TC pengolahankopra putih dinyatakan
Keterangan : berada pada titik impas.
: Keuntungan pengolahan kopra  R/C Ratio < 1, Usaha
putih(Rp/Produksi) pengolahankopra putih tidak layak.
TR : Total penerimaan usaha 
(Rp/Produksi) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
TC : Biaya totalusaha (Rp/Produksi) 3.1. Teknik Pengolahan Kopra Putih
Kegiatan produksi usaha
Efisiensi pengolahan kopra putih di Lembaga
Menurut Soekartawi (2002), Pendidikan Keterampilan (LPK)
analisis Return Cost (R/C) ratio Delapan Yes merupakan kegiatan usaha
merupakan perbandingan (ratio atau yang dilakukan setiap hari. Bahan baku
nisbah) antara penerimaan (revenue) utama dalam usaha pengolahan kopra
dan biaya (cost). yang dikeluarkan putih adalah kelapa bulat yang di beli
dalam satu kali produksi. Untuk dari para petani kelapa yang langsung di
mengetahui efisiensi, maka rumus yang antarkan ke tempat produksi. Untuk
dipakai yaitu: kelapa yang di gunakan bermacam-
Efisiensi = R/C macam seperti kelapa hibrida dan
kelapa dalam dengan keadaan yang baik
Keterangan :
dan umur buah yang telah sesuai.
R = Penerimaan total usaha dagang Teknik pengolahan kopra putih
(Rp/Produksi) pada umumnya hampir sama dengan
C = Total biaya yang dikeluarkan pengolahan kopra sebelumnya yang
(Rp/Produksi) menggunakan asap. Adapun langkah-
langkah dan gambar skemanya sebagai
berikut:

Kelapa Penjambulan Pembelahan Penjemuran

Pengemasan Pencungkilan Pengsulfurran

Gambar 1. Skema Teknik pengolahan Kopra putih di Lembaga Pendidikan


Keterampilan (LPK) Delapan Yes
1. Kelapa bulat yang telah dibeli dua bagian sama rata menggunakan
kemudian di kumpulkan pada satu parang kecil, air dari kelapa tersebut
titik, dibersihkan terlebih dahulu di tampung kedalam baskom, dan
bagian jambul kelapa agar air inilah yang digunakan untuk
menghemat tempat dan membersihkan bagian dalam kelapa
memudahkan pada proses jika dirasa ada lendir jika tidak ada
pembelahan, kemudian para pekerja diperlu dibersihkan, lalu kelapa
membelah kelapa tersebut menjadi yang sudah di belah di tiriskan

65
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

kedalam keranjang hingga penuh kopra, yang sangat praktis misal ketika
dengan posisi tertungkup. hujan turun proses pengeringan tetap
2. Setelah kelapa yang di ditiriskan berlanjut tanpa harus repot repot untuk
sementara di dalam keranjang lalu di menutupi kopra dengan plastik penutup
masukkan kedalam green house atau terpal.
yang di buat khusus menggunakan
plastikuv dengan ketebalan yang Modal
menyesuaikan untuk pengeringan Setiap usaha tentu membutuhkan
kelapa yang sudah di belah tersebut. modal untuk membiayai kegiatan
Kelapa yang didalam keranjang di operasional usaha sehari-hari baik itu
keluarkan dan disusun rapi dengan untuk investasi maupun keperluan
posisi daging kelapa menghadap ke lainnya. Besarnya modal diperlukan
atas untuk mendapat pengeringan akan berbeda sesuai dengan besar
dari cahaya matahari secara optimal. kecilnya skala usaha. Menurut Heranto
3. Proses pengeringan dilakukan (1989) modal merupakan unsur pokok
selama 4 hari agar memudahkan dalam suatau usaha yang digunakan
dalam pengcungkilan daging kelapa untuk merubah pendapatan, modal
dengan batok kelapa. Pada proses usaha diklarifikasikan sebagai kekayaan
pengeringan juga di berikan foging utama baik dalam bentuk uang maupun
sulfur atau pengasapan belerang barang yang digunakan untuk produksi.
yang bertujuan untuk mencegah Modal pada usaha pengolah kopra putih
jamur tumbuh di kopra dan untuk antara lain bahan baku, pengemasan dan
meningkatkan kualitas dari kopra alat produksi.
tersebut, ini dilakukan pada malam 1. Bahan baku
hari selama proses pengeringan. Bahan bakumerupakan bahan
4. Setelah proses pengeringan selesai, mentah yang menjadi dasar
kopra di cungkil menggunakan alat pembuatan suatu produk yang mana
khusus, kemudian dilakukan bahan tersebut dapat diolah melalui
pengcutingan atau pemotongan proses tertentu untuk dijadikan
sedikit bagian kelapa yang apabila wujud yang lain. Bahan baku dari
ada bagian yang dirasa agak kopra putih adalah kelapa, dimana
berlebihan dan untuk mempercantik kelapa mengalami tahapan-tahapan
bentuk kopra tersebut setelah itu dari pembelahan, pembersihan,
kopra di kemas kedalam karung dan pengasapan menggunakan
siap untuk di jual. sulfur/belerang ketika dikeringkan
kemudian menghasilkan kopra putih
3.2 Faktor Produksi yang berkualitas.
Tempat Usaha 2. Peralatan
Peralatan merupakan alat-alat yang
Dalam menjalankan suata usaha
digunakan dalam melakukan proses
tentunya harus ada tempat agar usaha
produksi. Pada proses pengolahan
yang dilakukan dapat berjalan. Untuk
kopra putih alat produksi yang di
usaha Pak Yan Ekhsan ini
gunakan yaitu, pisau, parang kecil,
menggunapan beberapa bangunan
keranjang, baskom,
seperti bangunan semi permananen
pengcungkil/kekuit, karung waring,
yang memudahkan dalam proses
batu asah, angkong dan timbangan
pengolahan kopra putih dan green house
yang digunakan untuk pengeringan yang dapat di jelaskan sebagai
berikut :

66
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

a. Pisau pengemasan kopra putih, karung waring


Pisau adalah alat yang dipilih karena memiliki pori pori yang
digunakan untuk mengiris/memotong baik untuk sirkulasi udara sehingga
yang terbuat dari logam pipih yang kualitas kopra dapat terjaga dengan
tepinya dibuat tajam. Pada proses baik.
pengolahan kopra putih dibutuhkan g. Batu asah
untuk memotong dan merapikan bagian Batu asah berguna untuk
kopra putih yang telah kering. menajamkan pisau dan parang kecil
b. Parang kecil yang berkali kali dipakai pada proses
Parang kecil sama halnya pengolahan kopra putih.
dengan pisau namun agak dibuat tebal h. Angkong
agar memudahkan dalam proses Angkong atau gerobak dorong
memotong benda yang memiliki kulit
yang digunakan untuk memudahkan
agak tebal dan untuk pengolahan kopra dalam proses pengangkutan kopra putih.
putih parang kecil digunakan untuk
membelah kelapa menjadi dua bagian. i. Timbangan
Timbangan merupakan alat yang
c. Keranjang dipakai untuk melakukan pengukuran
Keranjang terbuat dari plastic massa suatu benda. Pada usaha
digunakan untuk meletakan bahan- pengolahan kopra putih timbangan
bahan. Pada proses pengolahan kopra digunakan untuk mengukur kepala bulat
putih digunakan untuk meletakan kelapa dari petani dan kopra putih yang akan
yang telah dibelah sembari mengurangi dijual sesuai dengan permitaan pembeli.
kadar air pada kelapa.
d. Baskom
Tenaga Kerja
Baskom terbuat dari plastic yang
di gunakan untuk menampung air atau Tenaga kerja adalah semua
benda cair lainnya, pada proses orang bersedia untuk sanggup kerja
pengolahan kopra putih digunakan (Sumarsono, 2009). Artinya bahwa
sebagai tempat menampung air kelapa semua orang yang melakukan kegiatan
pada proses membelah kelapa yang pekerjaan untuk diri sendiri atau orang
mana air kelapa tersebut digunakan lain tanpa menerima upah atau mereka
untuk membersihkan bagian dalam yang sanggup bekerja. Pada usaha
kelapa yang masih kotor atau berlendir. pengolahan kopra putih di LPK delapan
YES Kecamatan Tembilahan, sebagian
e. Pengcungkil/kekuit besar tenaga kerja berasal dari luar
Pencungkil/kekuit adalah alat keluarga dan ada juga yang berasal dari
yang terbuat dari besi yang dibentuk dalam keluarga. Tenaga kerja luar
khusus. Pada proses pengolahan kopra keluarga diberi upah sesuai dengan
putih, pengcungkil digunakan untuk
pekerjaan yang telah dilakukan.
memudahkan memisahkan daging
kelapa yang telah kering dengan
3.2 Analisis Usaha Pengolahan
batoknya.
Kopra Putih
f. Karung waring
Biaya Produksi
Karung waring adalah kantong
besar yang terbuat dari plastik yang Biaya produksi merupakan biaya
digunakan membungkus. Karung yang dikeluarkan oleh pengusaha kopra
waring digunakan untuk proses putih selama melakukan kegiatan

67
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

usahanya dimulai dari proses produksi tidak tetap adalah biaya yang besar
hingga menghasilkan produk, yang kecilnya dipengaruhi oleh proses
meliputi biaya tetap dan biaya tidak produksi yang diperoleh. Rincian biaya
tetap. Menurut Bambang (2006), biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha
tetap adalah biaya yang relative tetap pengolahan kopra putih di LPK Delapan
jumlahnya, dan terus dikeluarkan Yes dapat di lihat pada Tabel 1
walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit sedangkan biaya
Tabel 1. Analisis Biaya Produksi Usaha Pengolahan Kopra Putih Per Produksi
No Komponen Satuan Volume Harga (Rp) Jumlah(Rp)
I Biaya tetap
a. Tenaga Kerja 2.900.000,00
1.Tenaga Kerja Luar
Keluarga Rp 3 800.000 2.400.000,00
2. Tenaga Kerja Dalam
Keluarga Rp 1 500.000 500.000,00
b. Penyusunan Alat Rp 29.350,00
c. Tempat Rp 252.083,33
3.181.433,33
II Biaya Tidak Tetap
a. Kelapa Bulat Kg 10.000 1.200 12.000.000,00
b. Belerang Kg 3 10.000 30.000,00
c. Biaya Pengemasan
- Karung waring Buah 45 1.600 72.000,00
- Tali Plastik/Rapia Buah 3 7.000 21.000,00
d. Transportasi Pengiriman Kg 2.500 250 625.000,00
12.748.000,00
Total 15.929.433,33
Sumber : Data Primer diolah, 2020

a. Biaya Tetap ekonomisnya. Biaya penyusutan yang


Biaya Tetap adalah biaya yang dimaksud disini adalah penyusutan alat-
relatif jumlahnya dan harus dikeluarkan alat yang digunakan dalam pengolahan
walaupun produk yang dihasilkan kopra yang dihitung dalam periode per
banyak atau sedikit (Soekartawi, 1995). produksi.
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya Dan dapat disimpulkan bahwa
tetap terdiri dari tenaga kerja sebesar kontribusi terbesar pada biaya tetap
Rp. 2.900.000,00/Produksi, biaya adalah biaya tenaga kerja.
penyusutan sebesar Rp.
29.350,00/Bulan dan biaya penyusutan b. Biaya Tidak Tetap
tempat Rp. 252.083,33/bulan sehingga Biaya tidak tetap adalah biaya
dapat diketahui biaya tetap sebesar Rp. yang berubah-ubah tergantung dari
3.181.433,33/Produksi. Biaya besar kecilnya produksi yang dihasilkan
penyusutan yang ini dihitung dari (Soekartawi,1995). Biaya variable
masing-masing peralatan yang dalam usaha pengolahan kopra putih
ditentukan oleh banyaknya masing- terdiri dari biaya bahan baku, belerang,
masing alat yang digunakan dan umur biaya pengemasan dan pengiriman.

68
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

Tabel 1 menujukkan bahwa c. Total Biaya


biaya tidak tetap dari usaha pengolahan
Menurut Soekartawi (1995), total
kopra putih terdiri dari biaya bahan
biaya adalah keselurahan biaya tetap
baku sebesar Rp.
ditambah dengan biaya tidak tetap.
12.000.000,00/Produksi, bahan baku
Biaya Total merupakan yang
yaitu kelapa bulat. belerang Rp.
dikeluarkan pengusaha pengolahan
30.000,00/Produksi, biaya pengemasan
kopra putih. Dari Tabel 1
berupa karung waring sebesar Rp.
memperlihatkan bahwa total biaya
72.000,00, tali plastik/rapia sebesar Rp.
usaha pengolahan kopra putih didaerah
21.000,00 dan yang terakhir biaya
penelitian adalah rata-rata sebesar Rp.
transportasi pengiriman sebesar Rp.
15.929.433,33 per produksi dimana
625.000,00/Produksi.
jumlah biaya tetap rata-rata sebesar Rp.
Memperhatikan data diatas dapat
3.181.433,33 dan biaya tidak tetap
ditarik kesimpulan bahwa kontribusi
sebesar Rp. 12.748.000,00 per produksi.
terbesar pada biaya tetap adalah bahan
Dapat disimpulkan bahwa biaya yang
baku. Maka dari itu dapat diketahui
berkontribusi besar adalah biaya tidak
biaya tidak tetap sebesar Rp.
tetap, hal ini dikarenak biaya tidak tetap
12.748.000,00/Produksi.
yang dikeluarkan beraneka ragam.
Berdasarkan data diatas dapat
disimpulkan bahwa kontribusi terbesar
Penerimaan
pada biaya tidak tetap adalah bahan
Penerimaan usaha pengolahan
baku. Hal ini senada dengan penelitian
kopra putih di LPK Delapan YES
yang dilakukan Farida Basir Kalai
Kecamatan Tembilahan yang tersaji
(2018) bahwa kontribusi terbesar pada
pada tabel berikut ini.
biaya variabel adalah biaya bahan baku.

Tabel 2. Penerimaan Usaha Pengolahan Kopra Putih di LPK Delapan Yes Kecamatan
Tembilahan.

Produksi
No. Hasil Produksi Harga (Rp) Pendapatan (Rp)
(kg)
1 Kopra Putih Grade A 800 11.000,00 8.800.000,00
2 Kopra Putih Grade B 1500 8.500,00 12.750.000,00
3 Kopra Putih Grade C 200 5.500,00 1.100.000,00
4 Batok Kelapa 2500 1200,00 3.300.000,00
Jumlah 2.000 25.650.000,00
Sumber : Data primer diolah, 2020
Penerimaan usaha agroindustri Pada Tabel 2 dapat kita lihat
adalah perkalian antar jumlah produksi bahwa penerimaan yang diperoleh yaitu
yang diperoleh dengan harga yang sebesar Rp. 25.650.000,00/Produksi
berlaku dipasar (Sorkartawi,1998). yang merupakan hasil perkalian dari
Penerimaan yang diterima oleh jumlah produksi kopra putih dengan
pengusaha adalah perkalian antara harga yang disesuaikan dengan grade
jumlah produksi kopra putih yang atau kualitas yaitu grade A,B,C dan di
dihasilkan dengan harga kopra putih tambah dengan batok kelapa. Untuk
yang telah ditetapkan. grade A sebesar Rp. 11.000,00 , grade B

69
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

sebesar Rp. 8.500,00 dan C sebesar Rp Keuntungan


5.500,00. Komposisi penerimaan,
Adapun untuk mengetahui keuntungan dan efisiensi usaha
pengklasifikasian kopra berdasarkan pengolahan Kopra Putih di LPK
grade menurut Lembaga Pelatihan Delapan YES Kecamatan Tembilahan
Keterampilan (LPK) Delapan Yes yaitu yang tersaji pada tabel 3.
: Grade A memiliki kadar air yang lebih
sedikit.
Tabel 3. Komposisi penerimaan, keuntungan dan efisiensi usaha pengolahan kopra di
LPK Delapan YES per Produksi.
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Total Biaya 15.929.433,33
2 Penerimaan 25.650.000,00
3 Keuntungan 9.720.566,67
4 Pendapatan kerja dalam keluarga 10.220.566,67
Sumber : Data Primer diolah, 2020

Keuntungan yang diperoleh yang diperoleh. Pada Tabel 3 dapat


usaha merupakan selisih antara total dilihat juma pendapatan kerja dalam
penerimaan dengan total biaya yang keluarga rata rata sebesar Rp.
dikeluarkan. Untuk mengetahui 10.220.566,67 per produksi. Pendapatan
besarnya keuntunganpada usaha kerja keluarga diperoleh dari
pengolahan Kopra Putih di LPK pendapatan bersih ditambah dengan
Delapan YES Kecamatan Tembilahan upah tenaga kerja dalam keluarga dan
dapat dilihat pada Tabel 3 yang penyusutan alat. Menurut Tohir (1983),
menunjukkan bahwa keuntungan yang Keberhasilan atau kesuksesan usaha
diperolah sebesar Rp. 9.720.566,67 Per dapat dilihat dari sudut ekonomi yaitu
Produksi. Menurut Hernanto (1998), besarnya penghasilan atau pendapatan
berhasil tidaknya usaha dapat dilihat kerja keluarga.
dari besarnya pendapatan yang
diperoleh dalam mengelola suatu usaha. Efisiensi
Bagi pengusaha analisis ini membantu Efisiensi usaha adalah gambaran
mereka dalam mengukur apakah layak tidaknya usaha tersbut dilakukan
kegiatan usaha mereka pada saat ini atau diusahakan. Menurut Soekartawi
berhasil atau tidak. (2002), Analisis Return Cost (R/C) ratio
merupakan perbandingan (ratio atau
Pendapatan kerja dalam keluarga nisbah) antara penerimaan (revenue)
Pendapatan kerja keluarga dan biaya (cost) yang dikeluarkan dalam
merupakan imbalan terhadap bunga satu kali produksi. Analisis Efisiensi
harta sendiri, upah tenaga kerja usaha pengolahan kopra putih tersaji
keluarga, dan besarnya penghasilan pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis Usaha Pengolahan Kopra Putih.
No Uraian Jumlah (Rp)
1 Total Penerimaan 25.650.000,00
2 Total Biaya 15.929.433,33
Efisiensi Usaha 1,61
Sumber : data primer diolah tahun 2020

70
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

Dari tabel 4 dapat dilihat 4.2 Saran


bahwa usaha pengolahan kopra putih
di daerah 1. Agar terus mempertahankan kualitas
penelitian layak diusahakan, hal ini dari produksi kopra putih karena
dapat dilihat dari besarnya R/C yang kualitas sangat mempengaruhi dari
diperoleh yaitu sebesar 1,61 yang harga kopra putih tersebut.
berarti bahwa setiap Rp. 1 biaya yang
2. Diharapkan kepada pemerintah untuk
dikeluarkan untuk usaha pengolahan
lebih memberikan perhatian terhadap
kopra putih akan menghasilkan
penyediaan modal atau pembinaan
pendapatan kotor atau penerimaan
terhadap pengusaha dan masyarakat
sebesar Rp. 1.61 dan pendapatan
sekitar atau pun diluar kecamatan
bersih atau keuntungan sebesar Rp.
tembilahan sehingga dapat
0,61. Hal ini senada dengan penelitian
meningkatan pendapatan petani
yang dilakukan oleh Kalai (2018),
kelapa dan pengusaha kopra putih
nilai RCR yang diperoleh sebesar 1,76
khususnya.
yang berarti usaha pengolaha kopra
menguntungkan.

DAFTAR PUSTAKA
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Agustiani V, Burhan dan Rahman A.
4.1 Kesimpulan 2014. Optimasi Suhu Dan
Waktu Pengeringan Kopra
1. Rata-rata penerimaan yang diperolah
Putihdengan Pemanasan Tidak
sebesar Rp. 25.650.000,00 per
Langsung (Indirect Drying).
produksi, sedangkan rata-rata total
biaya yang dikeluarkan adalah Amin, S. 2009. Cocos Nucifera
sebesar Rp. 15.929.433,33 per pengertian dari Kelapa. Edisi
produksi sehingga diperoleh Pertama. Yogyakarta
keuntungan rata-rata sebesar Rp.
9.720.566,67 per produksi. Badan Pusat Statistik. 2019. Inhil dalam
Angka. Tembilahan
2. Nilai efisiensi atau R/C yang
diperoleh adalah sebesar 1,61 yang Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan
berarti bahwa setiap Rp. 1 biaya Tembilahan Dalam Angka.
yang dikeluarkan untuk usaha
pengolahan kopra putih akan
menghasilkan pendapatan kotor atau
penerimaan sebesar Rp. 1,61 dan Hernanto, F. 1991. Ilmu Usaha Tani.
pendapatan bersih atau keuntungan PT. Penebar Swadaya. Jakarta
sebesar Rp. 0,61. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha Kalai, Farida Basir. 2018. Analisis
pengolahan kopra putih di LPK Pendapatan Petani Pengolah
Delapan YES Kecamatan Kopra Di Desa Pusungi
Tembilahan efisien atau layak Kecamatan Ampana Tete
diusahakan. Kabupaten Tojo Una-Una.

Media Industri. 2011.


http://arifh.blogdetik.com/produ

71
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020

ksi-kopra-putih-meningkatkan- Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar


nilai-tambah-bagi-petani/. Ekonomi Pertanian: Teori Dana
diakses pada tanggal 5 Mei 2012 Aplikasinya. Raja Grafindo
Persada, Jakarta
Statistik Perkebunan Indonesia. 2017.
Statistik Perkebunan Indonesia Widarti. S dan Sunarli. L. E. 2014.
Komoditas Kelapa. Analisis Pendapatan Petani
http://ditjenbun.pertanian.go.id. Kelapa Dalam Di Desa Jeruju
Diakses tanggal 09-09-2017. Besar Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya. J. Ilmiah
Soekartawi. 1998. Analisis Usahatani. Agr IBA.
UI-Press, Jakarta.

72

Anda mungkin juga menyukai