2 Tahun 2020
ABSTRAK
ABSTRACT
The research objectives are: (1) to find the profit of white copra at Skills
Training Institute (LPK) Delapan Yes in subdistrict of Tembilahan, District of Indragiri
Hilir, (2) to determine business efficiency the white copra processing at LPK Delapan
Yes. This method of research is observation and direct interviews with questionnaires.
The methods of data analysis are analysis of costs, revenues, profits and work income in
the family as well as business efficiency. The results of research showed that: (1) the
cost in the white copra processing business is a variable cost of Rp. 12,748,000.00 per
production and fixed costs of Rp.3,181,433.33 per production, the average revenue Rp.
25,650,000.00 per production, the average profit Rp. 9,720,566.67 per production and
the average family work income of Rp. 10,220,566.67 per production (2) the RCR value
is 1.61 which means that the efficient processing of white copra.
Keywords : Profit, Efficiency, White Copra
I. PENDAHULUAN mempercepat laju pertumbuhan
Pertumbuhan sektor-sektor lain produksi baik dari perkebunan besar,
agar dapat memperbaiki keadaan swasta maupun perkebunan negara.
perekonomian masyarakat. Subsektor Peranan sektor perkebunan yang
perkebunan mempunyai peluang yang demikian besar bagi peningkatan
sangat besar untuk dijadikan andalan pemanfaatan petani dan penyediaan
ekspor pembangunan dibidang bahan baku untuk industri dalam negeri
perkebunan diarahkan untuk lebih
62
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
serta sebagai sumber devisa negara Harga kopra putih pada bulan Maret
(Widarti dan Sunarli, 2014). 2020 yaitu berkisar sebesar Rp. 7.500-
11.000 per kg, sedangkan harga kelapa
Perkebunan kelapa di Indragiri
butiran pada bulan november berkisar
Hilir menyumbang kontribusi besar
sebesar Rp. 1.200 per kg. Hal tersebut
76,24 persen dari 514.774 hektar luas
menyebabkan pelaku usaha mengolah
perkebunan kelapa di Provinsi Riau .
kelapa dalam bentuk kopra
Kabupaten Indragiri Hilir terkenal
putih.Analisis usaha sangat penting
dengan perkebunan kelapa yang sangat
dilakukan bagi pelaku usaha dalam
luas di Riau, dimana pada tahun 2018
menjalankan usahanya guna
terdapat seluas 340.773 Ha areal
peningkatan keuntungan serta
perkebunan kelapa dengan produksi
pengembangan usaha. Tujuan dari
sebanyak 317.116.870,52 kg. Dari tahun
penelitian ini adalah 1) menganalisis
2015-2018 luas areal dan produksi
berapa besar keuntungan dari usaha
kelapa cenderung mengalami
pengolahankopra putih di LPK Delapan
penurunan. Penurunan luas areal dan
Yes, 2) menganalisis tingkat efisiensi
produksi terbesar terjadi pada periode
usaha pengolahankopraputihdi LPK
2017-2018 sebesar 10,89% dengan
Delapan Yes.
penurunan produksi sebesar 3,29%.
Maka dari itu produk-produk
turunan dari kelapa sangat dan perlu
II. METODOLOGI PENELITIAN
pengembangan salah satunya yaitu itu
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
kopra. Kopra adalah daging buah yang
dikeringkan. Kopra merupakan salah Penelitian ini dilakukan di Usaha
satu produk turunan tanaman kelapa Pengolahan Kopra Putih Delapan Yes.
yang sangat penting. Pada tahun 2005, Penentuan lokasi penelitian ini dipilih
volume ekspor kopra Indonesia hampir secara purposive (sengaja) dengan
mencapai 50.000 ton, dan nilai ekspor pertimbangan yaitu usaha tersebut
kopra menempati peringkat tiga setelah merupakan salah satu yang produksinya
minyak kelapa dan minyak goreng cukup besar di wilayah Tembilahan,
dalam volume dan nilai ekspor produk penelitian ini dilakukan selama kurang
turunan kelapa (Dirperindag, 2007). lebih 3 bulan yaitu pada bulan Januari
Pengolahan kopra ada dua jenis sampai dengan bulan Maret 2020.
yaitu pengolah kopra asap
danpengolahan kopra putih, Kopra putih 2.2 Jenis dan Sumber Data
adalah kopra hasil pengeringan Sumber data yang diperlukan pada
menggunakan sinar matahari dan oven, penelitian ini adalah :
kualitaskopra lebih bagus, kadar air a. Data Primer di peroleh dengan cara
kecil dan bersih. Kopra putih dihasilkan melakukan wawancara kepada
dengan proses pengeringan tidak pelaku usaha pengolahankopra putih
langsung (indirect drying) atau di LPK Delapan Yes dengan
denganmenggunakan mesin pengering. panduan pertanyaan yang sudah
Suhu dan lama pengeringan akan disiapkan, biasanya disebut dengan
menentukan mutu kopra yangdihasilkan kuisioner.
(Agustiani V, Burhan dan Rahman A. b. Data Sekunderdiperoleh dari studi
2014) literatur yang relevan dengan
Salah satu usaha pengolahan penelitian ini seperti buku, skripsi,
kopra putih yang ada di Kecamatan jurnal, internet,dan sebagainya.
Tembilahan yaitu LPK Delapan Yes.
63
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
64
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
65
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
kedalam keranjang hingga penuh kopra, yang sangat praktis misal ketika
dengan posisi tertungkup. hujan turun proses pengeringan tetap
2. Setelah kelapa yang di ditiriskan berlanjut tanpa harus repot repot untuk
sementara di dalam keranjang lalu di menutupi kopra dengan plastik penutup
masukkan kedalam green house atau terpal.
yang di buat khusus menggunakan
plastikuv dengan ketebalan yang Modal
menyesuaikan untuk pengeringan Setiap usaha tentu membutuhkan
kelapa yang sudah di belah tersebut. modal untuk membiayai kegiatan
Kelapa yang didalam keranjang di operasional usaha sehari-hari baik itu
keluarkan dan disusun rapi dengan untuk investasi maupun keperluan
posisi daging kelapa menghadap ke lainnya. Besarnya modal diperlukan
atas untuk mendapat pengeringan akan berbeda sesuai dengan besar
dari cahaya matahari secara optimal. kecilnya skala usaha. Menurut Heranto
3. Proses pengeringan dilakukan (1989) modal merupakan unsur pokok
selama 4 hari agar memudahkan dalam suatau usaha yang digunakan
dalam pengcungkilan daging kelapa untuk merubah pendapatan, modal
dengan batok kelapa. Pada proses usaha diklarifikasikan sebagai kekayaan
pengeringan juga di berikan foging utama baik dalam bentuk uang maupun
sulfur atau pengasapan belerang barang yang digunakan untuk produksi.
yang bertujuan untuk mencegah Modal pada usaha pengolah kopra putih
jamur tumbuh di kopra dan untuk antara lain bahan baku, pengemasan dan
meningkatkan kualitas dari kopra alat produksi.
tersebut, ini dilakukan pada malam 1. Bahan baku
hari selama proses pengeringan. Bahan bakumerupakan bahan
4. Setelah proses pengeringan selesai, mentah yang menjadi dasar
kopra di cungkil menggunakan alat pembuatan suatu produk yang mana
khusus, kemudian dilakukan bahan tersebut dapat diolah melalui
pengcutingan atau pemotongan proses tertentu untuk dijadikan
sedikit bagian kelapa yang apabila wujud yang lain. Bahan baku dari
ada bagian yang dirasa agak kopra putih adalah kelapa, dimana
berlebihan dan untuk mempercantik kelapa mengalami tahapan-tahapan
bentuk kopra tersebut setelah itu dari pembelahan, pembersihan,
kopra di kemas kedalam karung dan pengasapan menggunakan
siap untuk di jual. sulfur/belerang ketika dikeringkan
kemudian menghasilkan kopra putih
3.2 Faktor Produksi yang berkualitas.
Tempat Usaha 2. Peralatan
Peralatan merupakan alat-alat yang
Dalam menjalankan suata usaha
digunakan dalam melakukan proses
tentunya harus ada tempat agar usaha
produksi. Pada proses pengolahan
yang dilakukan dapat berjalan. Untuk
kopra putih alat produksi yang di
usaha Pak Yan Ekhsan ini
gunakan yaitu, pisau, parang kecil,
menggunapan beberapa bangunan
keranjang, baskom,
seperti bangunan semi permananen
pengcungkil/kekuit, karung waring,
yang memudahkan dalam proses
batu asah, angkong dan timbangan
pengolahan kopra putih dan green house
yang digunakan untuk pengeringan yang dapat di jelaskan sebagai
berikut :
66
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
67
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
usahanya dimulai dari proses produksi tidak tetap adalah biaya yang besar
hingga menghasilkan produk, yang kecilnya dipengaruhi oleh proses
meliputi biaya tetap dan biaya tidak produksi yang diperoleh. Rincian biaya
tetap. Menurut Bambang (2006), biaya produksi yang dikeluarkan dalam usaha
tetap adalah biaya yang relative tetap pengolahan kopra putih di LPK Delapan
jumlahnya, dan terus dikeluarkan Yes dapat di lihat pada Tabel 1
walaupun produksi yang diperoleh
banyak atau sedikit sedangkan biaya
Tabel 1. Analisis Biaya Produksi Usaha Pengolahan Kopra Putih Per Produksi
No Komponen Satuan Volume Harga (Rp) Jumlah(Rp)
I Biaya tetap
a. Tenaga Kerja 2.900.000,00
1.Tenaga Kerja Luar
Keluarga Rp 3 800.000 2.400.000,00
2. Tenaga Kerja Dalam
Keluarga Rp 1 500.000 500.000,00
b. Penyusunan Alat Rp 29.350,00
c. Tempat Rp 252.083,33
3.181.433,33
II Biaya Tidak Tetap
a. Kelapa Bulat Kg 10.000 1.200 12.000.000,00
b. Belerang Kg 3 10.000 30.000,00
c. Biaya Pengemasan
- Karung waring Buah 45 1.600 72.000,00
- Tali Plastik/Rapia Buah 3 7.000 21.000,00
d. Transportasi Pengiriman Kg 2.500 250 625.000,00
12.748.000,00
Total 15.929.433,33
Sumber : Data Primer diolah, 2020
68
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
Tabel 2. Penerimaan Usaha Pengolahan Kopra Putih di LPK Delapan Yes Kecamatan
Tembilahan.
Produksi
No. Hasil Produksi Harga (Rp) Pendapatan (Rp)
(kg)
1 Kopra Putih Grade A 800 11.000,00 8.800.000,00
2 Kopra Putih Grade B 1500 8.500,00 12.750.000,00
3 Kopra Putih Grade C 200 5.500,00 1.100.000,00
4 Batok Kelapa 2500 1200,00 3.300.000,00
Jumlah 2.000 25.650.000,00
Sumber : Data primer diolah, 2020
Penerimaan usaha agroindustri Pada Tabel 2 dapat kita lihat
adalah perkalian antar jumlah produksi bahwa penerimaan yang diperoleh yaitu
yang diperoleh dengan harga yang sebesar Rp. 25.650.000,00/Produksi
berlaku dipasar (Sorkartawi,1998). yang merupakan hasil perkalian dari
Penerimaan yang diterima oleh jumlah produksi kopra putih dengan
pengusaha adalah perkalian antara harga yang disesuaikan dengan grade
jumlah produksi kopra putih yang atau kualitas yaitu grade A,B,C dan di
dihasilkan dengan harga kopra putih tambah dengan batok kelapa. Untuk
yang telah ditetapkan. grade A sebesar Rp. 11.000,00 , grade B
69
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
70
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
DAFTAR PUSTAKA
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
Agustiani V, Burhan dan Rahman A.
4.1 Kesimpulan 2014. Optimasi Suhu Dan
Waktu Pengeringan Kopra
1. Rata-rata penerimaan yang diperolah
Putihdengan Pemanasan Tidak
sebesar Rp. 25.650.000,00 per
Langsung (Indirect Drying).
produksi, sedangkan rata-rata total
biaya yang dikeluarkan adalah Amin, S. 2009. Cocos Nucifera
sebesar Rp. 15.929.433,33 per pengertian dari Kelapa. Edisi
produksi sehingga diperoleh Pertama. Yogyakarta
keuntungan rata-rata sebesar Rp.
9.720.566,67 per produksi. Badan Pusat Statistik. 2019. Inhil dalam
Angka. Tembilahan
2. Nilai efisiensi atau R/C yang
diperoleh adalah sebesar 1,61 yang Badan Pusat Statistik. 2019. Kecamatan
berarti bahwa setiap Rp. 1 biaya Tembilahan Dalam Angka.
yang dikeluarkan untuk usaha
pengolahan kopra putih akan
menghasilkan pendapatan kotor atau
penerimaan sebesar Rp. 1,61 dan Hernanto, F. 1991. Ilmu Usaha Tani.
pendapatan bersih atau keuntungan PT. Penebar Swadaya. Jakarta
sebesar Rp. 0,61. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha Kalai, Farida Basir. 2018. Analisis
pengolahan kopra putih di LPK Pendapatan Petani Pengolah
Delapan YES Kecamatan Kopra Di Desa Pusungi
Tembilahan efisien atau layak Kecamatan Ampana Tete
diusahakan. Kabupaten Tojo Una-Una.
71
Jurnal Agribisnis Unisi Vol. 9 No. 2 Tahun 2020
72