Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PADA HOME INDUSTRY TEMPE

JEMPOL DI KELURAHAN KARANG HARAPAN KECAMATAN


TARAKAN BARAT KOTA TARAKAN

Mohamad Farid Rifaldi, Bulkis.

Program Studi Agribisnis Bidang Minat Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian,


Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Terbuka.

Email: rifaldifarid@gmail.com

ABSTRAK

Harga bahan baku yang fluktuatif dan adanya keterlambatan bahan baku karena pasokan dari
luar kota Tarakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa kelayakan usaha home
industry tempe jempol di kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota
Tarakan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2023 dengan metode penelitian yang
digunakan bersifat deskriptif kualititatif. Metode yang digunakan adalah observasi dan
wawancara pada home industry tempe jempol. Analisis data dalam penel;itian ini adalah
analisis deskriptif dan analisis pendapatan, dengan menggunakan persamaan I = TR – TC.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah a) Secara teknis, home industry tempe Jempol dalam
siklus perencanaan, penyusunan, koordinasi, pengorganisasian dan pengendalian telah
terlaksana dengan baik, b) secara ekonomis keuntungan Home industry tempe Jempol satu
bulan sebesar Rp. 45.854.639. Hasil analisis Nilai R/C adalah Rp 122.900.000-Rp 77.045.361
= 1,60. Maka nilai rata-rata R/C sebesar 1,60. Nilai rata-rata R/C dari produksi tempe
menunjukkan angka >1, maka disimpulkan bahwa usaha ini menguntungkan. Dari hasil
penelitian terlihat bahwa home industry tempe Jempol layak secara teknis dan finansial untuk
terus dijalankan dan dikembangkan.

KATA KUNCI : Kelayakan usaha, home industry tempe.

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Home industry pengolahan hasil pertanian dapat menggerakkan roda ekonomi dan
mendukung ketahanan pangan suatu daerah dengan memanfaatkan bahan baku dari sektor
pertanian. Home industry ini tidak hanya menciptakan nilai tambah bagi produk, tetapi juga
memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengembangkan keterampilan dan usaha
mereka di lingkungan sendiri. Pengembangan usaha merupakan strategi untuk meningkatkan
kinerja usaha yang memerlukan analisa yang tepat dengan alat-alat strategi yang tepat pula bagi
perusahaan. (Hidayat, M., & Latief, F. (2018).
Pengolahan dari hasil kegiatan pertanian yang tidak kalah pentingnya dengan budidaya
pertanian dalam penyedian bahan makanan. Pengolahan hasil pertanian merupakan bagian
kedua dalam kegiatan agribisnis setelah bagian penciptaan pertanian budidaya pertanian. Salah
satu penanganan produk hortikultura yang sangat terkenal adalah penanganan kedelai menjadi
tempe. (Anzitha, 2019). Kedelai merupakan salah satu bahan baku agroindustri yang sangat
banyak digunakan secara lokal maupun nasional (Kurniawan, 2018; Tristanto & Wardana,
2018).
Sebagian besar produksi tempe berada pada skala industri rumah tangga diikuti oleh
masyarakat Indonesia di berbagai daerah. Tempe Jempol merupakan industri rumah tangga
yang memakai kedelai sebagai bahan alami pembuatan tempe. Lokasi usaha Tempe Jempol
berada di Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan.
Usaha tempe Jempol sudah berjalan kurang lebih lima tahun dan masih mampu melewati
tantangan yang dihadapi, seperti kenaikan harga bahan baku kedelai dari tahun ke tahun. Hingga
saat ini, harga kedelai terus berubah. Selama sisa tahun 2022, menurut Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia, impor kedelai akan meningkat total. Semula harga kedelai
berkisar Rp 12.600 per kilogram, naik menjadi Rp 14.300 per kilogram (situs Cnbc Indonesia,
2022), dan sekarang harga kedelai sedang turun Rp. 12.970 per kilogram (situs Cnbc Indonesia,
2023). Harga kedelai bisa dikatakan bersifat fluktuatif karena sering terjadi lonjakan maupun
penurunan harga menyesuaikan nilai kurs Dollar Amerika.
Kondisi ini cukup menyulitkan pemilik Tempe Jempol. Karena biaya pembuatan tidak
menentu, serta bahan baku kedelai juga diperoleh dari luar Tarakan yakni dari Surabaya. Jika
terjadi keterlambatan kapal maupun teknis lainnya menyebabkan produksi tempe terbengkalai.
Beberapa penelitian sebelumnya telah banyak yang membahas analisis kelayakan usaha
produk pangan (Riki Muhammad et al., 2023; Nurdiyanawati et al., 2018; Galih Seto
Wicaksono et al.,2019; Etty Susilowati et al., 2019; Erin Nia Hardiani Sanjani et al., 2021),
simpulan dari penelitian-penelitian sebelumnya adalah melalui analisis kelayakan usaha maka
digunakan untuk mengetahui usaha tersebut layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.
Meski demikian, analisis kelayakan usaha masih menjadi hal yang menarik untuk dibedah
karena setiap usaha mempunyai kelebihan, kekurangan, peluang dan risiko tersendiri yang tidak
sama dengan usaha lain.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, maka perumusan masalah kajian ini adalah
“Bagaimana cara menganalisis kelayakan usaha pada home industry tempe jempol di kelurahan
Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan?”.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan usaha pada home industry
tempe jempol di kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan.
Manfaat Penelitian
Ada beberapa manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini, misalnya:
1. Untuk peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan tentang home industry tempe.
2. Untuk Jempol Tempe, sebagai kontribusi yang sangat berharga dalam meningkatkan
manfaat dalam bisnis.
3. Untuk pihak lain, dapat menambah pemahaman dan informasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan bulan Oktober 2023 di home industry tempe Jempol di
Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan.

Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu metode deskriptif kualititatif. Responden
penelitian ini adalah pemilik usaha (suami dan istri) serta karyawan sebanyak tiga orang
sehingga responden berjumlah lima orang termasuk pemilik Usaha.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini yaitu observasi dan
wawancara (Rengganawati & Taufik, 2020).

1. Observasi, yaitu pengumpulan informasi melalui pengamatan secara langsung di tempat


usaha tempe yang meliputi aktivitas produksi sampai pada pendapatan keuntungan
tempe.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan informasi melalui tanya jawab dengan pengelola home
industry tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota
Tarakan, meliputi biaya produksi, penerimaan usaha, harga sarana produksi, harga jual ,
dan lain-lain.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bertujuan melihat atau
menentukan dampak hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Variabel tersebut
terdiri dari pendapatan sebagai variabel dependen (Y) dan skala usaha, harga jual, dan biaya
produksi sebagai variabel independen (X). Teknik yang digunakan adalah studi kasus yaitu
dengan memusatkan perhatian kasus-kasus yang terjadi pada home industry tempe Jempol di
Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan. Variabel yang
digunakan adalah:
1. Pendapatan yaitu hasil pengurangan antara total penerimaan yang diperoleh dari usaha
tempe dengan total biaya yang dikeluarkan yang dinyatakan dalam rupiah per periode.

2. Penerimaan yaitu hasil perkalian antara harga tempe dengan jumlah tempe yang terjual
yang dinyatakan dalam rupiah per periode dalam penjualan tempe.

3. Keuntungan yaitu harga jual yang lebih tinggi, harga pembelian yang lebih rendah.

4. Harga jual yakni besarnya nilai harga jual tempe yang dinyatakan dalam rupiah per
bungkus setiap periodenya.

5. Skala usaha adalah jumlah tempe yang diproduksi dalam satu periode yang dinyatakan
dalam bungkus.

6. Biaya produksi yaitu hasil penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel yang
dinyatakan dalam rupiah per periode dalam menghasilkan tempe.

7. Biaya tetap adalah biaya penyusutan tempat, biaya penyusutan peralatan dan biaya listrik
PDAM yang dinyatakan dalam rupiah per periode.

8. Biaya variabel terdiri atas biaya bahan baku, biaya transportasi, dan biaya tenaga kerja.

9. Produksi tempe adalah metode, cara atau teknik untuk menciptakan atau menambah
kegunaan kedelai atau bahan baku lainnya dengan menggunakan faktor-faktor produksi
yang ada sehingga menjadi tempe.

Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta
dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat dengan mengidentifikasi
permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan dan diberikan solusi.

b. Analisis pendapatan

Analisis pendapatan diperoleh menggunakan rumus berikut :

I = TR – TC (Soekartawi, 2003)
Keterangan:
I = Pendapatan
TR=Total Penerimaan (Rp/Periode)
TC=Total Biaya (Rp/Periode)

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Penelitian yang relevan
Berdasarkan tinjauan dari penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, maka
simpulan hasil penelitian jurnal ilmiah yang relevan sebagai berikut:

1. Riki Muhammad, Marlinda Apriyani, Fadila Marga Saty, Dayang Berliana. (2023). Analisis
Kelayakan Usaha Industri Tempe di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung
Tengah. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis 9(1), 1287-1300.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan usaha industri tempe, kelayakan finansial
industri tempe, dan sensitivitas industri tempe di Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten
Lampung Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2021 sampai bulan
September 2022. Pengambilan sampel menggunakan sampling. Analisis data menggunakan
analisis finansial dan analisis sensitivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses
produksi industri rumah tangga tempe melalui tahapan proses yaitu pengupasan, pencucian,
perebusan, peragian, pengemasan. Industri tempe di Kecamatan Terusan Nunyai yang
sedang dijalankan saat ini dikatakan layak secara finansial karena berdasarkan kriteria
investasi berada diatas batas maksimum kelayakan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh nilai Net
Present Value (NPV) sebesar Rp125.786.982, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 37%,
Net B/C ratio dengan nilai 1,99, Break Even Point (BEP) yaitu selama 4 tahun 7 bulan 1 hari
dan Payback Period (PBP) selama 4 bulan 20 Hari. Analisis sensitivitas menunjukan bahwa
industri rumah tangga tempe terbukti tidak sensitif terhadap perubahan dari peningkatan
biaya bahan baku dan penurunan penerimaan sebesar 4,5% untuk industri rumah tangga
tempe. Hasil perubahan tersebut bahwa seluruh kriteria investasi masih memenuhi kriteria,
sehingga industri rumah tangga masih layak untuk dijalankan.

2. Nurdiyanawati, Djumadil. (2018). Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Tempe Sido
Makmur Di Kelurahan Cobodoe Kec. Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan. Ejournal
Unkhair, Jurnal Ilmiah MIPA Saintifik@. Vol 1 (2). ISSN (e). 2598-3822.
Penelitian ini untuk mengetahui sistem manajemen produksi tempe dan kelayakan secara
teknis dan ekonomis tempe yang diproduksi pada usaha Sido Makmur di Kelurahan
CoboDoe Kecamatan Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan. Penelitian berlangsung pada
bulan Juli hingga September 2013. Metode yang digunakan yaitu metode studi kasus. Data
yang digunakan adalah data selama 1 periode yaitu Januari 2010 hingga Januari 2012
(selama 36 bulan). Analisa data menggunakan analisis deskriptif dengan mengidentifikasi
adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan. Analisis kelayakan untuk melihat
layak tidaknya suatu usaha, perlu dilakukan studi kelayakan usaha dengan melihat kelayakan
secara teknis, fisik, dan ekonomis. Analisis pendapatan menggunakan rumus I = TR – TC.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teknis, kegiatan yang dilakukan di usaha Sido
Makmur telah diterapkan secara baik pada proses perencanan, pengorganisasian,
pengarahan, koordinasi sampai pada kontroling di usaha industri tempe Sido Makmur.
Secara fisik, proses produksi tempe pada usaha Sido Makmur mulai dari pencucian,
perendaman, penggilingan, pengkukusan, pendinginan, pencampuran ragi, pembungkusan,
pelubangan, meletakkan pada rak agar terjadinya fermentasi, setelah itu siap di pasarkan.
Secara ekonomis, pendapatan yang diperoleh selama 1 periode (Januari 2010 sampai dengan
Januari 2012) pada usaha industri tempe Sido Makmur dengan penerimaan sebesar Rp.
1.407.080.000 dan rata-rata penerimaan tiap bulannya sebesar Rp.390.855.556, biaya
produksi sebesar Rp. 629.512.500 dan rata-rata biaya produksi tiap bulanyanya sebesar Rp.
17.486.458, sehingga Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp.780.075.000 dan rata-rata
keuntungan tiap bulannya sebesar Rp. 21.668.750. Usaha industri produksi tempe Sido
Makmur telah layak secara teknis, fisik, serta ekonomis untuk terus dikembangkan.

3. Galih Seto Wicaksono, Tinjung Mary Prihtanti. (2019). Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Pembuatan Tempe Kedelai Skala Mikro Di Kecamatan Semarang Barat. Jurnal Social
Economic of Agriculture, Vol. 8(1), 9-13.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finansial usaha pembuatan tempe
skala mikro di Kecamatan Semarang Barat pada tahun 2018. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei dengan jumlah responden
sebanyak 30 orang dengan kriteria ahli dalam usaha agroindustri tempe di Kecamatan
Semarang Barat. Analisis kelayakan investasi menggunakan analisis Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan analisis R/C Ratio untuk mengetahui apakah
terdapat usaha agroindustri tempe di Kecamatan Semarang Barat yang layak atau tidak. Hasil
analisis kelayakan usaha pembuatan tempe selama 3 tahun, usaha agroindustri tempe layak
untuk dikembangkan, hal ini berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan nilai NPV (+)
sebesar Rp. 61.730.980 yang menunjukkan bahwa industri tersebut layak untuk ditanami
investasi. Sedangkan IRR (65,8%) > suku bunga pinjaman bank umum (DF = 11%)
menunjukkan bahwa usaha pembuatan tempe layak untuk dijadikan investasi. Dan nilai R/C
Ratio (1,156) > 1 yang berarti usaha agroindustri tempe di Kecamatan Semarang Barat layak
dilakukan.

4. Etty Susilowati, Haruni Kurniati. (2018). Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas: Studi
Kasusindustri Kecil Tempe Kopti Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat. BISMA
(Bisnis dan Manajemen) Vol.10 (2). E-ISSN 2549-7790.
Kawasan Industri Kecil (PIK) KOPTI Semanan di Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat
merupakan salah satu pusat pengolahan kedelai fermentasi yang ada di Jakarta. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis kelayakan dan sensitivitas usaha industri kecil di
Kecamatan Kalideres Jakarta Barat. Metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Payback Period (PP), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) digunakan untuk
menghitung kelayakan finansial usaha kecil industri kedelai fermentasi. Sedangkan analisis
sensitivitas dilakukan dengan melakukan skenario penurunan dan kenaikan biaya dan harga.
Hasil analisis menunjukkan bahwa industri kecil fermentasi kedelai di Kabupaten Kalideres
layak untuk dilaksanakan. Namun hasil analisis sensitivitas menunjukkan 3 dari 5
perusahaan sensitif terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan biaya.

5. Erin Nia Hardiani Sanjani, I Ketut Sukanata. (2021). Analisis Kelayakan Usaha Tahu Di
Desa Cipeujeuh Wetan. Jurnal Paradigma Agribisnis, Vol. 3(2), 15-21.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usaha tahu di Desa Cipeujeuh Wetan
Kecamatan Lemahabang Kabupaten Cirebon. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni -
September 2020. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan
teknik survei. Populasi penelitian ini adalah pengusaha tahu di Desa Cipeujeuh Wetan yang
berjumlah 15 orang, sehingga teknik penggunaan sampel dilakukan secara sensus. Analisis
data menggunakan perhitungan R/C dan BEP. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
rata-rata R/C sebesar 1,23 yang berarti layak untuk diusahakan. Rata-rata harga jual sebesar
Rp.8.000/kg lebih besar dari BEP volume harga sebesar Rp.6.630/kg, berarti usaha tahu
tersebut layak untuk diusahakan. Rata-rata produksi sebanyak 146,667 kg tahu lebih besar
dari BEP volume produksi yaitu sebanyak 119,294 kg tahu, berarti usaha tahu tersebut
memberikan keuntungan dan layak untuk diusahakan. Diharapkan hasil dari penelitian ini
dapat bermanfaat sebagai pedoman dalam mengelola usaha agroindustri tahu maupun
lainnya.

Maka dapat disimpulkan dari kelima penelitian yang relevan diatas dengan melalui analisis
kelayakan usaha dapat diketahui layak tidaknya usaha yang sudah dijalankan. Maka mengacu
dari penelitian yang sudah ada sebelumnya diatas, peneliti menganalisis kelayakan usaha
menggunakan analisis deskriptif secara ekonomis, teknis dan fisik serta analisis pendapatan
melalui analisis perhitungan R/C.

B. Biaya Produksi (Total Biaya)

Pimpinan usaha atau pemilik usaha terlebih dahulu mengeluarkan sejumlah biaya untuk
home industry tempe. Mulai dari penyediaan tempat produksi, pengadaan bahan baku tempe
hingga tempe siap dipasarkan. Biaya yang ditanggung oleh pimpinan home industry produksi
tempe selama masa produksi disebut dengan biaya produksi home industry tempe.
Berdasarkan sifatnya, biaya produksi tempe dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap
atau fixed cost dan biaya variabel atau variabel cost.

Hal ini terjadi pula pada home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan,
Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan, pihak pengelola tersebut menanggung sejumlah
biaya produksi pada proses produksi tempe. Adapun biaya produksi yang ditanggung oleh
pihak pengelola tersebut terdiri atas biaya tetap dan biaya variabel. Total biaya produksi yang
dikeluarkan dalam home industry tempe yaitu biaya tetap dan biaya variabel dapat dilihat
dibawah ini.

1. Biaya Tetap home industry Tempe Jempol

Biaya Tetap atau biasa disebut fixed cost adalah komponen biaya produksi usaha tempe
yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya skala usaha industri produksi tempe yang
dijalankan. Pada kondisi tertentu, biaya tetap tersebut tidak akan mengalami perubahan,
meskipun terjadi perubahan skala usaha dan jumlah tempe yang diproduksi dalam keadaan
kosong, pimpinan usaha akan tetap menanggung biaya tersebut. Hal ini disebabkan karena
pengusaha akan menanggung biaya alat dan produksi setiap periodenya. Biaya tetap pada usaha
tempe Jempol terdiri dari biaya listrik, biaya PDAM, biaya penyusutan alat, biaya sewa tempat
usaha dan biaya bunga modal. Besarnya biaya tetap pada home industry tempe Jempol di
Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Biaya Tetap (fixed cost) pada home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang
Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan per Bulan
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)
1 Biaya Listrik 60.000
2 Biaya PDAM 240.000
3 Biaya Penyusutan Alat 1.268.361
4 Biaya Sewa Tempat Usaha 650.000
5 Bunga Modal Usaha 1.740.000
Total 3.958.361
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2023

Tabel 1 menunjukkan bahwa biaya tetap terbesar yang dikeluarkan usaha tempe Jempol
dalam satu bulan adalah biaya bunga modal usaha yaitu sebesar Rp. 1.740.000 dan biaya
terkecil adalah biaya listrik sebesar Rp. 60.000 per bulan.

2. Biaya Variabel home industry Tempe Jempol

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha industri
produksi tempe yang besar kecilnya dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah tempe yang
diproduksi. Biaya variabel pada usaha tempe Jempol terdiri dari biaya bahan baku, biaya bahan
penolong, biaya bahan bakar, biaya pengemasan dan biaya transportasi (BBM).
Tabel 2. Biaya Variabel pada home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan,
Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan per Bulan
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 63.000.000
2 Biaya Bahan Penolong 32.000
3 Biaya Bahan Bakar 350.000
4 Biaya Pengemasan 305.000
5 Biaya Transportasi 900.000
6 Biaya Tenaga Kerja 8.500.000
Total 73.087.000
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2023

Tabel 2 menunjukkan biaya variabel yang dikeluarkan selama satu bulan sebesar Rp
73.087.000. Biaya variabel sewaktu-waktu dapat berubah terutama pada biaya bahan baku
yaitu harga kedelai karena mengikuti naiknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika.
3. Biaya Total home industry Tempe Jempol

Biaya total adalah semua biaya yang digunakan dalam usaha pembuatan tempe
meliputi total biaya tetap dan total biaya variabel. Besar biaya total yang dikeluarkan dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Biaya Total pada home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan,
Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan per Bulan
No Jenis Biaya Jumlah (Rp)
1 Biaya Tetap 3.958.361
2 Biaya Variabel 73.087.000
Total 77.045.361
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2023

Tabel 3 menunjukkan biaya total home industry tempe Jempol yang dikeluarkan
selama satu bulan. Biaya total yang dikeluarkan yaitu biaya tetap ditambah dengan biaya
variabel. Biaya total untuk satu bulan adalah Rp 3.958.361 + Rp 73.087.000 = Rp
77.045.361.

C. Studi Kelayakan Usaha Tempe

Untuk mengetahui layak tidaknya suatu usaha yang dilakukan, maka dapat dilihat dari
tiga faktor, yaitu faktor teknik, fisik dan ekonomi. Penelitian ini juga melihat dengan teliti
layak tidaknya home industry tempe Jempol dengan melihat tiga faktor di bawah ini.

1) Teknik (Manajemen) dalam Usaha Industri Tempe

Perencanaan adalah proses dasar yang digunakan untuk melihat tujuan danmenentukan
cakupan pencapaiannya. Merencanakan berarti mengupayakan penggunaan sumber daya
manusia (human resources) dan sumber daya lainnya (other resources) untuk mencapai
tujuan. Dalam suatu usaha baik kecil, sedang atau besar membutuhkan perencanaan yang
matang. Hal ini bertujuan agar dilakukanya persiapan yang sistematis bagi produksi yang
akan dijalankan. Keputusan yang harus dihadapi dalam perencanaan produksi seperti jenis
barang yang akan diproduksi, kualitas barang, jumlah barang, bahan baku, serta
pengendalian produksi.

Tahap perencanaan seperti ini juga di lakukan oleh pengelola sekaligus pemilik tempe
Jempol sebelum menjalankan usaha ini. Pemilik usaha tentu harus memiliki gambaran
tentang apa yang akan diproduksi serta mempersiapkan modal, alat, dan bahan untuk
memulai usaha yang akan dilakukan. Sebelum hal lain dilakukan, pemilik usaha tempe
Jempol terlebih dahulu mempersiapakan modal untuk menjalankan usaha. Sumber dana yang
diperoleh untuk modal usaha ini yaitu diperoleh dari dana pribadi pemilik usaha sebesar Rp
120.000.000. Selanjutnya tahap kedua yang dilakukan adalah penyediaan alat dan bahan.
Pemilik home industry tempe Jempol terlebih dahulu harus mengetahui alat-alat apa saja
yang dibutuhkan dalam membuat suatu produk, serta mencari informasi tentang bahan baku
baik dari segi harga dan kualitas. Selain itu, pemilik home industry tempe Jempol juga harus
pandai dalam membaca peluang pasar yang nantinya menjadi sasaran penjualan produk yang
telah diproduksi.

a. Pengorganisasian Tenaga Kerja

Pengorganisasian atau perekrutan tenaga kerja dalam suatu usaha sangat perlu
dilakukan. Hal ini disebabkan suatu usaha sangat membutuhkan tenaga kerja atau
karyawan. Sebuah bisnis dapat berjalan dengan baik dengan adanya dukungan dari
manajemen dan organisasi yang terstruktur dengan baik. Aspek manajemen dan Sumber
Daya Manusia (SDM) menganalisis tahap-tahap pelaksanaan atau pengorganisasian bisnis
dan kesiapan tenaga kerja, baik tenaga kerja kasar maupun tenaga kerja terampil yang
diperlukan untuk menjalankan bisnis dalam suatu organisasi atau perusahaan (Purnomo et
al., 2020).

Sistem perekrutan tenaga kerja yang diterapkan oleh pemilik home industry tempe
Jempol memiliki cara tersendiri untuk menarik tenaga kerjanya. Pentingnya pengaruh
tenaga kerja dalam suatu usaha, pemilik usaha pun harus mencari tenaga kerja yang
kompeten dan memiliki semangat kerja tinggi yang nantinya akan menjalankan proses
produksi usaha yang didirikan.

Cara merekrut tenaga kerja yang dilakukan adalah para tenaga kerja tersebut tidak
langsung menjadi tenaga kerja tetap, tetapi masih melewati tahap percobaan selama tiga
bulan percobaan. Dalam tahap percobaan tersebut, para tenaga kerja pun telah digaji,
dengan gaji masing-masing Rp 1.000.000, setelah melewati tiga bulan percobaan, gaji
dinaikkan menjadi Rp 1.500.000 dan setelah melewati tahap percobaan maka gaji karyawan
menjadi Rp. 2.500.000.

Tenaga kerja di usaha tempe Jempol berjumlah 5 orang termasuk pemilik. Tiga orang
bagian produksi dan pemasaran dengan upah Rp 2.500.000/ bulan dengan jam kerja selama
± 8 jam per hari dan dua orang sebagai pengemas tempe dengan upah masing-masing Rp
500.000/ bulan dengan jam kerja selama ±2 jam per hari.
b. Pengarahan Tenaga Kerja

Pengarahan tenaga kerja bergantung pada kesatuan perintah dan berkaitan erat
dengan job description atau pembagian kerja. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawab, para tenaga kerja perlu diarahkan untuk mencapai sasarannya. Oleh karena itu, perlu
alur yang jelas dari mana tenaga kerja mendapat wewenang untuk melaksanakan pekerjaan
dan kepada siapa dia harus mengetahui batas wewenang dan tanggung jawab agar tidak
terjadi kesalahan.

Pada home industry tempe Jempol, pengarahan yang dilakukan oleh pemilik usaha
ini dengan cara keakraban. Peneliti mengetahui dari observasi langsung dan dari olah data
hasil wawancara. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan rasa ketidaknyamanan para tenaga
kerja dengan pemilik usaha. Pengarahan sering dilakukan ketika tenaga kerja dalam
pelaksanaan produksi ataupun dalam keadaan istirahat. Pengarahan terus dilakukan agar para
tenaga kerja tidak melakukan kesalahan dalam memproduksi tempe serta lebih mempererat
rasa kebersamaan.

c. Koordinasi Tenaga Kerja

Pengkoordinasian atau Coordinating merupakan salah satu fungsi manajemen untuk


melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan
kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan
bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarah dalam upaya mencapai tujuan usaha.

Pemilik home industry tempe Jempol melakukan koordinasi setiap hari setelah selesai
melakukan kegiatan produksi tempe. Hal tersebut dilakukan dengan rutin agar pemilik
usaha mengetahui kondisi usahanya sendiri.

d. Kontroling Kinerja

Setelah bahan baku telah menjadi bahan jadi yang siap diproduksi dan dipasarkan.
Dalam suatu usaha, perlu adanya pengawasan dari pimpinan untuk dapat memonitoring
usaha tersebut sehingga berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Proses pengawasan
yang dilakukan pada home industry tempe Jempol sebagai berikut:

a) Adanya data keluar masuk tenaga kerja sekaligus identitas pribadi tenaga kerja. Ini
dilakukan agar tenaga kerja yang dapat bekerja pada usaha tersebut dapat didata dan
dapat diketahui identitas secara jelas.
b) Setiap seminggu sekali diadakan pertemuan antara pemilik dengan tenagakerja untuk
membahas kendala apa saja yang di hadapi saat proses produksi berlangsung dan
kendalanya antara lain adalah; adanya tempe yang rusak, kurangnya kayu
pembakaran, kebersihan lingkungan, kebersamaan dan rasa tanggung jawab, serta
kritik dan saran dari masyarakat.

2). Ekonomi (Pendapatan) Usaha Industri Tempe

Home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat,
Kota Tarakan dalam melakukan produksi tempe selain memenuhi kebutuhan masyarakat
akan tempe juga bertujuan untuk memperoleh berbagai pendapatan. Pendapatan adalah
besarnya hasil yang diperoleh dari usaha tempe yang diukur dengan mengurangkan antara
total penerimaan yang diperoleh dengan total biaya yangdikeluarkan yang dinyatakan dalam
rupiah per periode. Pendapatan yang diterima adalah total penerimaan dikurangi pengeluaran
(Total Biaya).

Penerimaan merupakan perkalian antara produksi tempe yang dijual dengan harga tempe
perukuran. Selain tempe penerimaan juga didapat dari hasil limbah pengolahan berupa air
rebusan dan kulit kedelai. Limbah dibeli dengan sistem kontrak satu tahun dengan peternak.
Penerimaan untuk satu bulan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Penerimaan Home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan,


Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan per Bulan
No Ukuran Tempe Harga (Rp) Produksi Penerimaan (Rp)
(Bungkus)
1 Ukuran Besar 4.000/ 1 bungkus 15.600 62.400.000
2 Ukuran Kecil 10.000/3 bungkus 18.000 60.000.000
3 Limbah pengolahan 6.000.000/tahun - 500.000
Total Penerimaan 122.900.000
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2023

Tabel 4 menunjukkan penerimaan usaha tempe Jempol dalam satu bulan. Ukuran kecil
memiliki volume produksi yang lebih besar namun tempe ukuran besar memberikan hasil
penerimaan lebih besar karena memiliki harga yang lebih tinggi. Untuk penerimaan
tambahan diperoleh dari hasil penjualan limbah produksi. Total penerimaan yang diperoleh
yaitu sebasar Rp 122.9000.0000.
Keuntungan yang diterima Usaha Tempe Jempol dalam satu bulan merupakan selisih
dari penerimaan penjualan jumlah tempe dan limbah yang di produksi sesuai harga ukuran
yang ada dan dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yaitu
biaya tetap dan biaya variabel. Besarnya keuntungan yang diperoleh usaha Home industry
tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan per
bulan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Keuntungan Home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang Harapan,
Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan per Bulan
No Uraian Biaya Jumlah (Rp)
1 Penerimaan (Rp) 122.900.000
2 Biaya Total (Rp) 77.045.361
Keuntungan 45.854.639
Sumber : Diolah dari Data Primer, Tahun 2023

Dari Tabel 5 diatas menunjukan bahwa keuntungan Home industry tempe Jempol di
Kelurahan Karang Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan selama satu bulan
diantaranya yaitu penerimaan sebesar Rp. 122.900.000, biaya total produksi sebesar Rp.
77.045.361 dan keuntungan yang di peroleh sebesar Rp. 45.854.639. Keuntungan yang
diperoleh bisa berubah-ubah, hal ini disebabkan oleh fluktuasi harga bahan baku kedelai
sehingga salah satu faktor penyebab besar-kecilnya keuntungan usaha ini juga tergantung
kepada harga kedelai.

D. Analisis Revenue Cost Ratio (R/C)

Tingkat keuntungan Usaha Tempe Jempol dapat dihitung dengan menggunakan analisis
Revenue Cost Ratio. Analisis ini merupakan perbandingan antara total penerimaan dan total
biaya, dimana :
R/C < 1, berarti usaha mengalami kerugian
R/C = 1, berarti usaha tidak menguntungkan dan tidak merugikan
R/C > 1, berarti usaha menerima keuntungan
Nilai R/C Usaha Tempe Jempol dalam satu bulan adalah Rp 122.900.000 : Rp
77.045.361 = 1,60.
Berdasarkan nilai rata-rata R/C untuk Usaha Tempe Jempol yaitu sebesar 1,60. Nilai rata-rata
R/C dari produksi tempe menunjukkan angka >1, maka dapat disimpulkan bahwa usaha ini
menguntungkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka disimpulkan sebagai berikut:


1. Secara teknis home industry tempe Jempol pada proses perencanan, pengorganisasian,
pengarahan, koordinasi sampai pada kontroling sudah diterapkan secara baik.

2. Secara ekonomis, keuntungan Home industry tempe Jempol di Kelurahan Karang


Harapan, Kecamatan Tarakan Barat, Kota Tarakan selama satu bulan diantaranya yaitu
penerimaan sebesar Rp. 122.900.000, biaya total produksi sebesar Rp. 77.045.361 dan
keuntungan yang di peroleh sebesar Rp. 45.854.639. Hasil analisis Nilai R/C home
industry Tempe Jempol dalam satu bulan adalah Rp 122.900.000 : Rp 77.045.361 = 1,60.
Maka nilai rata-rata R/C untuk home industry Tempe Jempol yaitu sebesar 1,60. Nilai
rata-rata R/C dari produksi tempe menunjukkan angka >1, maka dapat disimpulkan
bahwa usaha ini menguntungkan. Dari uraian hasil penelitian diatas dapat dilihat bahwa
home industry tempe Jempol telah layak secara teknis, dan ekonomis untuk terus
dijalankan dan dikembangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Anzitha, S. 2019. Analisis Pendapatan Usaha Pembuatan Tempe Dengan Tahu di Kota
Langsa. Jurnal Agribisnis Sumatera Utara. Jurnal. Vol.12 No.2, Oktober 2019.
Erin Nia Hardiani Sanjani, I Ketut Sukanata. (2021). Analisis Kelayakan Usaha Tahu Di Desa
Cipeujeuh Wetan. Jurnal Paradigma Agribisnis, Vol. 3(2), 15-21.
Etty Susilowati, Haruni Kurniati. (2018). Analisis Kelayakan Dan Sensitivitas: Studi
Kasusindustri Kecil Tempe Kopti Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat.
BISMA (Bisnis dan Manajemen) Vol.10 (2). E-ISSN 2549-7790.
Galih Seto Wicaksono, Tinjung Mary Prihtanti. (2019). Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Pembuatan Tempe Kedelai Skala Mikro Di Kecamatan Semarang Barat. Jurnal
Social Economic of Agriculture, Vol. 8(1), 9-13.
Hidayat, M., & Latief, F. (2018). Strategi Peningkatan Jumlah Hunian Hotel Dengan Analisis Swot.
PARADOKS: Jurnal Ilmu Ekonomi, 1(1), 15-27.
Kemendagri. (2022). https://www.cnbcindonesia.com/news/20220930150743-4-
376309/tolong-pak-jokowi-harga-kedelai-diam-diam-terbang-terus.
Kemendagri. (2023). https://www.cnbcindonesia.com/news/20230913162329-4-472189/sebut-
sebut-kartel-dpr-warning-pemerintah-soal-impor-kedelai.
Kurniawan, A. (2018). Analisis kelayakan usaha tahu Gemilang di “Karawang”. Jurnal Valtech,
1(1), 193-199.
Nurdiyanawati, Djumadil. (2018). Analisis Kelayakan Usaha Pada Industri Tempe Sido
Makmur Di Kelurahan Cobodoe Kec. Tidore Timur Kota Tidore Kepulauan.
Ejournal Unkhair, Jurnal Ilmiah MIPA Saintifik@. Vol 1 (2). ISSN (e). 2598-
3822.
Purnomo, A.H., Wahyudin, U., Akhyadi, A.S., Sutarni, N., & Rahmat, A. (2020). Model Digital
Program Pengkajian Kebutuhan Masyarakat Pemberdayaan. Jurnal Kontrol
Internasional dan Otomatisasi, 13(4), 401–411.
Riki Muhammad, dkk. (2023). Analisis Kelayakan Usaha Industri Tempe di Kecamatan Terusan
Nunyai Kabupaten Lampung Tengah. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah
Berwawasan Agribisnis 9(1), 1287-1300.
Rengganawati, H., & Taufik, Y. (2020). Analisis Pelaksanaan Digital Marketing pada UMKM
Tahu Rohmat di Kuningan. KOMVERSAL, 2(1), 28- 50.

Anda mungkin juga menyukai