Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN TEMPE DI UD.

MAURENO DESA
ANAKALANG-KECAMATAN KATIKUTANA-KABUPATEN SUMBA TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

OLEH:
NAMA :ERPIN RAMBU TAGU HANA
NIM :041859046
PROGMRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN
UPBJJ :79/ KUPANG
EMAIL :ervinrth1@gmail.com

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
2022
ANALISIS BIAYA PRODUKSI PENGOLAHAN TEMPE DI UD-MAURENO DESA
ANAKALANG, KECAMATAN KATIKUTANA KABUPATEN SUMBA TENGAH
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.
Erpin Rambu Tagu Hana
Dibawah Bimbingan:
Pak Ing. Mohamad Rajih Radiansyah, B.AS.,M.Sc
Email: ervinrth1@gmail.com
Jurusan Teknologi Pangan FST Universitas Terbuka
Jl. Pd Cabe Raya Ciputat, Tangerang Selatan, 15418
ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui secara teknis Usaha Pembuatan Tempe Di UD-
Maureno Padediwairi dan untuk mengetahui biaya produksi dan pendapatan biaya setiap bulan,
biaya penyusustan peralatan serta untuk megetahui kelayakan usaha. Data yang dikumpulkan
berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan pengusaha tempe, dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Hasil Penelitian Analisis Usaha Pembuatan Tempe di UD Maureno
padediwairi, kecamatan Katikutana Kabupaten Sumba Tengah pada bulan April 2022 adalah
jumlah produksi rata-rata per 24 mall (55 potongan tempe/ yang di harga jual Rp.
1.000/potongan tempe, dengan biaya 1x produksi Rp. 785.000 dan pendapatan Rp. 1.320.000-
R/C ratio adalah besaran nilai yang menunjukan perbandingan antara Penerimaan usaha
(Revenue = R) dengan Total Biaya (Cost = C). Dalam batasan besaran nilai R/C= Rp.
1.320.000/785.000 =1,6 RCR > 1 berarti usaha pembuatan tempe menguntungkan dan sepadan
Secara garis besar dapat dimengerti bahwa suatu usaha akan mendapatkan keuntungan apabila
penerimaan lebih besar dibandingkan dengan biaya usaha.
Biaya usaha adalah seluruh pengeluaran dana yang diperhitungkan untuk keperluan
usaha. biaya usaha hanyalah biaya yang secara real atau cash dikeluarkan oleh pelaku usaha,
sedangkan biaya yang tidak real atau cash dikeluarkan seperti biaya tenaga kerja rumah tangga,
gaji pengusaha selaku pengelola usaha, nilai sewa lahan usaha, dll, tidak dihitung sebagai biaya
usaha. Cara pandang seperti tersebut adalah tidak tepat karena akan mengakibatkan laba atau
keuntungan usaha yang didapat oleh pelaku usaha hanyalah laba kotor. Demikian juga akan
mengakibatkan hasil analisis kelayakan usaha (secara finansial) menjadi tidak benar.

Kata Kunci: Tempe, Analisis Biaya,Analisis Kelayakan Usaha


I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mulai
digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat Barat. Tempe dibuat dari berbagai bahan.
Namun demikian yang biasa dikenal sebagai tempe oleh masyarakat pada umumnya ialah tempe
yang dibuat dari kedelai. Di Indonesia tempe dikonsumsi oleh semua tingkatan masyarakat,
Tahapan proses pembuatan tempe secara garis besar yaitu penghilangan kotoran, sortasi dan
penghilangan kulit, perendaman, proses perebusan penirisan, inokulasi, pengemasan,dan
inkubasi atau fermentasi.Jamur tempe yang banyak digunakan ialah Rhizopus oligosporus karena
R. oligosporus merupakan kapang pemecah protein dan lemak yang paling baik Rasa dan aroma
kedelai memang berubah setelah menjadi tempe (Hasruddin dan Pratiwi, 2015).
Perkembangan ekonomi di dunia perusahaan tumbuh dengan pesat di Indonesia.
Hal ini menimbulkan pesaingan yang ketat di antara para pengusaha. Keadaan ini menuntut
perusahaan untuk bekerja lebih efisien demi menjaga kelangsungan usahanya. Timbulnya
pesaingan yang sangat tajam diantara perusahaan yang satu dengan yang sejenisnya dipicu
oleh pertumbuhan dalam dunia usaha. Diperlukan penanganan yang serius agar suatu
perusahaan mampu menjaga kelangsungan hidupnya dan dapat bersaing dengan bidang
usahanya tersebut. Persaingan yang terjadi ini akan membawa akibat kepada konsumen,
yaitu konsumen dihadapkan pada berbagai pilihan produk atau jasa baik dalam bentuk,
ukuran, maupun mutu. Oleh karena itu dari masing-masing perusahaan dituntut untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik salah satunya yaitu Menganalisis biaya produksi Usaha
adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan
suatu kegiatan usaha. Hasil analisis dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Dalam analisis
usaha juga terdapat analisis finansial usaha, yaitu proses perhitungan tentang besarnya seluruh
biaya (pengeluaran) yang diperlukan dalam suatu proses produksi, penerimaan dan pendapatan
yang akan dan atau diperoleh dari produksi yang dapat dihasilkan dari usaha tersebut. Analisis
finansial usaha mempunyai tujuan Untuk mengetahui besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
untuk kegiatan usaha agribisnis dalam skala tertentu, Untuk mengetahui besar (proyeksi)
keuntungan yang akan diperoleh, Untuk memperhitungkan risiko atau hambatan yang dihadapi
dalam proses produksi, sehingga dapat dilakukan antisipasi untuk menghindari kerugian, Untuk
melakukan kegiatan efisiensi biaya usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan (keuntungan).
Analisis usaha penting dilakukan oleh seorang produsen guna menghindari kerugian dan
untuk pengembangan serta kelangsungan usaha. Secara finansial kelayakan usaha dapat
dianalisis dengan menggunakan beberapa indikator pendekatan atau alat analisis, seperti
menggunakan Titik Pulang Pokok (Break Event Point/ BEP), Revenue-Cost ratio (R/C ratio),
Benefit-Cost ratio (B/C ratio), Payback Period, dll. Pada usaha skala kecil (mikro) disarankan
paling tidak menggunakan BEP dan R/C ratio atau B/C ratio sebagai alat analisis kelayakan
suatu usaha yang akan dilakukan.
II.METODE PENELITIAN

2.1. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UD Maureno Padediwairi PembuatanTempe milik ibu Ekawati


Lika Enga, yang berada di wilayah Desa Anakalang,Kecamatan Katikutana, Kabupaten Sumba
Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Timur, dengan rincian kegiatan sebagai berikut yaitu mulai
dari persiapan, pengumpulan data sampai dengan tahapan penyusunan laporan. Penelitian
grounded (grounded research) Penelitian yang dimulai dari data konsep, teori dan hipotesis yang
dikembangkan berdasarkan data yang ada di lapangan.

2.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dengan studi kasus. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara
langsung dengan pengrajin tempe, dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu. Data primer tersebut terdiri dari identitas pengrajin dan
penyelenggara usaha pembuatan tempe yang meliputi, proses pembuatan tempe, pembiayaan,
penerimaan, pendapatan keuntungan, dan kelayakan.

1. Variabel data yang diperlukan Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah:

a. Teknis produksi, mulai dari persiapan bahan dan peralatan sampai dengan pencetakan
tempe.
b. Jumlah produksi, bahan-bahan yang digunakan untuk produksi usaha tempe yang
dihasilkan selama penelitian ( 2 bulan).
c. Biaya produksi, biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan dan tenaga kerja (Tenaga
kerja tetap dan tidak tetap) , dan konsumsi tenaga kerja sedangkan biaya variabel
terdiri dari bahan baku (kedelai) ,bahan penolong ( kayu bakar , premium dan listirik,
ragi tempe)
d. Harga jual dengan cara pertai (pengecer), dijual sendiri dipasar.
e. Permasalahan yang dihadapi usaha pembuatan tempe.
2. Analisis Data

Data yang yang diperoleh kemudian diolah, selanjutnya dianalisis secara deskriptif, dan
dilakukan analisis finansial yaitu:

a. Total pembiayaan pada usaha pembuatan tempe digunakan rumus sebagai berikut
(Syarifuddin,2004)
TCT = FCT + VCT
Keterangan:
TCT = Biaya Total / Total Cost (Rp)
FCT = Biaya Tetap / Fixed Cost (Rp)
VCT = Biaya Variabel / Variabel Cost (Rp)
T = Tempe
b. Biaya Penyusutan barang atau alat yang dihitung sebesar penyusutan Maka untuk
menghitung biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (straight line method) dalam
penentuan besarnya penyusutan, dinyatakan dengan rumus berikut :
Keterangan :
P = Biaya Penyusutan
Na = Nilai baru
Ns = Nilai sisa
Ue = Umur ekonomis
c. Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, secara
matematis dirumuskan sebagai berikut (.syarifuddin 2004).
TRT = YT . PT
Keterangan :
TRT = Penerimaan Total (Rp)
YT = Produksi (papan tempe)
PT = Harga Tempe/papan (Rp)
d. Keuntungan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total (Syarifuddin,
1997) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
πT = TRT – TCT
Keterangan :
πT = Keuntungan usaha tempe (Rp/bulan)
TRT = Penerimaan Total usaha tempe (Rp/bulan)
TCT = Biaya Total usaha tempe (Rp/bulan).
Adapun untuk mengetahui sejauhmana usaha memberikan kelayakan atau tidak,
digunakan analisis Revenue Cost Ratio (RCR) yaitu, merupakan perbandingan antara
penerimaan total dengan biaya total, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut
(Soekartawi, 1995).
RCRT = TRT / TCT
Keterangan :
RCRT = Kelayakan Usaha pembuatan tempe /Revenue Cost Ratio
TRT = Penerimaan Total usaha pembuatan tempe (Rp)
TCT = Biaya Total usaha tempe (Rp)
Dengan kaidah pengambilan keputusan adalah bila RCR > 1, usaha yang dikelola layak
diusahakan; bila RCR = 1, usaha yang dikelola impas. Bila RCR< 1, usaha tersebut tidak layak.
Difinisi Operasional Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian sebagai
berikut:

1. Biaya tetap adalah biaya yang memang harus tetap ada dan tetap harus dikeluarkan, biaya
tetap terdiri dari biaya penyusutan, upah tenaga kerja.dan konsumsi tenaga kerja dalam 1
kali periode usaha pembuatan tempe .
2. Biaya variabel adalah biaya yang sifatnya berubah sesuai dengan besarnya produksi
pembuatan tempe yang dihasilkan dalam 2 bulan, terdiri dari bahan baku (kacang
kedelai), bahan penolong (Premium,Listrik, kayu bakar, Ragi ).
3. Total biaya adalah nilai dari semua input atau korbanan yang digunakan dalam proses
produksi pembutan tempe yang diukur dalam satuan rupiah.
4. Penerimaan usaha pembuatan tempe, merupakan hasil perkalian antara produksi tempe
yang diperoleh selama satu kali periode (selama 2 bulan) dengan nilai harga tempe per
potong atau perbuah.
5. Keuntungan adalah selisih antara nilai seluruh penerimaan yang diperoleh dengan semua
biaya yang telah dikeluarkan dalam penyelenggaraan kegiatan produksi (Rp perbulan).
6. Kelayakan usaha pembuatan tempe merupakan perbandingan antara penerimaan yang
diperoleh selama satu kali periode (satu bulan) produksi dengan biaya total dikeluarkan
dalam kegiatan usaha pembuatan tempe.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil Analisis Data (Data Pengamatan)


Peralatan produksi Tempe di U.D. Maureno Padediwairi:
Tabel 1. Alat pengolahan Tempe UD. Moreno

NO ALAT JUMLAH FUNGSI ALAT


1. Drom masak 1 Merebus sari kedelai
2. Ember 2 Pencucian bahan
3. Timbangan 1 Menimbang bahan
4. Mesin mol 1 Menggiling kacang kedelai
5. Gentong air 5 Menampung air
6. Gayung 1 Pengangkutan air
7. Keranjang Tempe 3 Menampung bahan hasil timbangan
8. Ember Tempe 2 Untuk menampung sari kedelai
9. Serok 4 Meniris air rebusan kacang kedelai
10. Kipas angin 1 Mendinginkan kedelai yang sudah direbus
11. Rak Tempe 3 buah Untuk fermentasi Tempe

Tabel 2. Bahan 1x produksi Tempe UD. Maureno Padediwairi

NO JENIS BAHAN JUMLAH


1. Kedelai 50 kg
2. Ragi 200 gram
3. Air 500 liter
4. Kayu api 10 ikat
5. Kantong kemasan Tempe 2 pack
6. Kain barble 2 Meter

Biaya variabel (Variabel Cost) adalah biaya yang besar kecilnya berhubungan sangat erat
dengan besar kecilnya output yang akan diperolehBerdasarkan data di tabel tersebut
menghasilkan Tempe 990 pcs dengan harga 1.000/pcs.
Tabel 3. Bahan pembuatan Tempe selama 2 bulan 55x Produksi
NO JENIS BAHAN Jumlah bahan Total Harga satuan Total harga
1x produksi Bahan 50 (Rp) (Rp)
x produksi
1. Kedelai 50 kg 2.750 6.000 16.000.000
2. Ragi 200 gram 11 kg 25.000 275.000
3. Kayu api 10 ikat 400 ikat 10.000 4.000.000
4. Plastik kemasan Tempe 2 Roll 110 Rol 30.000 2.400.000
5. Kain barble 50.000
Jumlah 19.250.000

Biaya Tetap (Fixed Cost) adalah biaya yang tetap ada dan tetap harus dikeluarkan, tanpa
terikat pada ada atau tidaknya haril produksi tempe yang diperoleh. Biaya tetap terdiri dari
penyusutan aktivastetap, konsumsi tenaga kerja yang total biaya dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4. Biaya Penyusutan peralatan.

No Nama Alat Juml Harga Total Harga JU Nilai sisa Pertahu Per2
ah Satuan (Rp) E C=A/B n Bulan
A C D=A- E=D/12
B C/B X2
D E
1. Drom masak 1 200.000 200.000 1 200.000 200.000 34.000
2. Ember 2 150.000 150.000 2 75.000 37.500 6.250
3. Timbangan 1 50.000 150.000 1 150.000 150.000 25.000
4. Mesin mol 1 2.500.000 2.500.000 4 625.000 469.000 469.000
5. Gentong air 5 200.000 1.000.000 2 500.000 500.000 83.000
6. Gayung 1 40.000 80.000 1 80.000 80.000 13.000
7. Keranjang Tempe 3 15.000 15.000 1 15.000 15.000 2.500
8. Ember Tempe 2 5.000 5.000 1 5.000 5.000 833
9. Serok 4 50.000 100.000 2 50.000 25.000 4.167
10. Kipas angin 1 200.000 200.000 3 20.000 20.000 3.333
11. Sealer 1 300.000 200.000 2 100.000
12. Rak Tempe 3 300.000 900.000 5 180.000 144.000 24.000
JUMLAH 665.000

Tabel 6. Jumlah Biaya Tetap selama 2 Bulan pada Usaha Pembuatan Tempe Ibu Ekawati
(UD.Maureno Padediwairi) yaitu:
No KOMPONEN BIAYA TOTAL
BIAYA
(Rp)
1. Sewa Bangunan 500.000
2 Listrik 200.000
3 Penyusutan Peralatan 665.000
4 Konsumsi Tenaga kerja 600.000
5 Upah Tenaga Kerja 4.000.000
6. Air 200.000
Total Biaya Tetap 5.965.000

3.2. Analisis Data


Data yang yang diperoleh kemudian diolah, selanjutnya dianalisis secara deskriptif, dan
dilakukan analisis finansial yaitu:
a) Total pembiayaan pada usaha pembuatan tempe digunakan rumus sebagai berikut
(Syarifuddin,2004)
TCT = FCT + VCT
Keterangan:
TCT = Biaya Total / Total Cost (Rp 19.915.000)
FCT = Biaya Tetap / Fixed Cost (Rp 665.000)
VCT = Biaya Variabel / Variabel Cost (Rp 19.250.000)
T = Tempe 990 pcs
b) Biaya Penyusutan barang atau alat yang dihitung sebesar penyusutan Maka untuk
menghitung biaya penyusutan digunakan metode garis lurus (straight line method) dalam
penentuan besarnya penyusutan, dinyatakan dengan rumus berikut :
Keterangan :
P = Biaya Penyusutan
Na = Nilai baru
Ns = Nilai sisa
Ue = Umur ekonomis
c) Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual, secara
matematis dirumuskan sebagai berikut (.syarifuddin 2004).
TRT = YT . PT
Keterangan :
TRT = Penerimaan Total (Rp 51.480.000 )
YT = Produksi IX 990 PCS (52 X 990)= 51.480 Pcs X Rp. 1.000
PT = Harga Tempe/Pcs (Rp 1.000)

d) Keuntungan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya total (Syarifuddin,
1997) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
πT = TRT – TCT
=Rp. 51.480.000 – Rp.19.915.000
Keterangan :
πT = Keuntungan usaha tempe (Rp / 2bulan = 31.565.000 )
TRT = Penerimaan Total usaha tempe (Rp 15.782.5000/bulan)
TCT = Biaya Total usaha tempe (Rp 9.957.5000/bulan)
Adapun untuk mengetahui sejauh mana usaha memberikan kelayakan atau tidak,
digunakan analisis Revenue Cost Ratio (RCR) yaitu, merupakan perbandingan antara
penerimaan total dengan biaya total, secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut.
RCRT = TRT / TCT
= Rp 51.480.000/ Rp 19.915.000
=2,5
Keterangan :
RCRT = Kelayakan Usaha pembuatan tempe /Revenue Cost Ratio
TRT = Penerimaan Total usaha pembuatan tempe (Rp 51.480.000)
TCT = Biaya Total usaha tempe (Rp 19.915.000)
Dengan kaidah pengambilan keputusan adalah bila RCR > 1, usaha yang dikelola
layak diusahakan; bila RCR = 1, usaha yang dikelola impas. Bila RCR< 1, usaha
tersebut tidak layak. Usaha produksi Tempe pada UD. Maureno Padediwairi layak
diusahakan dengan RCR Yaitu 2,5.
IV. PEMBAHASAN

Penelitian ini mengenai analisis kelayakan usaha pembuatan tempe, Proses


pembuatan Tempe dapat terbilang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hingga diperoleh
hasil jadi Tempe, waktu yang dibutuhkan yaitu minimal 12 jam dan maksimal 24 jam. Bukan
lamanya proses pembuatan Tempe tetapi karena proses fermentasi tempe yang membutuh
waktu yang cukup lama . Fermentasi akan berlangsung baik dan cepat bila dibantu dengan
kondisi suhu yang optimal, jumlah ragi yang tepat dan pH yang asam (±4-5). Pengamatan
pembuatan Tempe dilakukan sehari berturut-turut atau ± 12 jam Pembuatan Tempe sangat
mudah, dapat dilakukan oleh rumah tangga dengan bahan dan sarana prasarana yang mudah
di dapat. Oleh karena itu tulisan ini memberikan informasi sederhana dalam menganalisis
kelayakan usaha pengolahan Tempe.

Faktor-Faktor Pendukung Produksi Usaha TempeFaktor pendukung yang harus


dipersiapkan untuk menjalankan usaha pembuatan tempe adalah sebagai berikut:

1) Tempat
Tempat adalah suatu wadah atau bagunan dimana kegiatan usaha pembuatan tempe
dilaksanakan sehingga terlindung dari panas atau hujan, sekaligus sebagai tempat
penyimpanan hasil produksi dan semua peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan usaha
berjalan.
2) Prasarana Penunjang Produksi
Prasarana penunjang produksi usaha pembuatan tempe berupa:
a. Mesin digunakan sebagai alat pemecah dan pemisah kulit ari kacang kedelai.
b. Baskom besar, alat ini digunakan sebagai tempat perendaman kacang kedelai
c. Ember, alat ini digunakan untuk timba air.
d. Tong penampungan air kapasitas 1200 liter untuk cadangan air bersih.
e. Drum, alat ini digunakan sebagai tempat perebusan kacang kedelai.
f. Tungku tempat perebusan kacang kedelai
g. Mesin Pompa Air sebagai alat penghisap air dari sumur gali ke Tong penampungan
air bersih.
3) Bahan baku
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan tempe yaitu kacang kedelai impor dari
pulau jawa.
4) Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja dalam usaha pembuatan tempe ini adalah sebanyak 5 orang terdiri
dari dua orang yang merupakan pemilik atau tenaga kerja tidak tetap (TKDK), sebagai
teknisi dan pengawas dalam usaha pembuatan tempe, dua orang tenaga kerja (TKLK)
tenaga kerja tetap yang melaksanakan proses pembuatan dari penyortiran kacang
kedelai, perebusan sampai dengan siap proses peragian dan sebagai ditributor kepada
konsumen.
5) Waktu
Wakrtu kerja pembuatan tempe pada UD. Maureno Padediwairi setiap hari mulai pukul
07.00 s/d 14.00 Wita, sedangkan pemasaran hasil produk tempe kepasar didistribusikan
pada pagi hari yaitu pada pukul 06.00 Wita. Dalam sebulan perusahaan beroperasi hanya
24–25 hari kerja, sedangkan waktu istirahat diberikan secara bergantian tiap harinya yaitu
pada saat jam makan pagi dan makan siang. Sistem Upah ditetapkan oleh pemilik pabrik
yaitu sistem harian. Pemberian upah berdasarkan jam kerja mulai pukul 07.00 sampai
dengan pukul 14.00 Wita di pabrik pembuatan tempe sebesar Rp 50.000,00 per hari.
Kegiatan Penyelenggaraan Usaha Bahan Baku Bahan baku pembuatan tempe
berupa kacang kedelai, Kacang kedelai yang digunakan untuk pembuatan tempe adalah
kacang kedelai impor, Alasan para pengusaha tempe memilih kedelai dari impor, karena
kadelai lokal ukuran biji kecil tidak seragam dan kulit kacang sulit terkelupas saat proses
pencucian, proses pengukusan lebih lama dibandingkan dengan kedelai impor. Bahan
baku kacang kedelai dibeli di Banjarmasin, harga pembelian kacang kedelai per tiga
bulan terakhir berkisar Rp 6.000 per kilogram. Pemakaian rata-rata bahan baku kedelai
per hari sebesar 50 kilogram, sehingga keperluan kedelai dalam satu bulan keperluan
bahan baku rata-rata 1.250 kilogram. Setiap harinya produksi tempe ratarata sebesar 990
Pcs. Usaha pembuatan tempe telah berjalan selama ± 9 tahun.
Bahan Penolong Bahan penolong merupakan bahan yang digunakan sebagai
penunjang kegiatan produksi tempe. Bahan ini terdiri dari kayu bakar, Bahan Bakar
(Premium), Minyak Tanah, Listrik dan Ragi. Penggunaan kayu bakar, minyak tanah,
premium rata-rata selama periode bulan April 2022 (selama 25 hari proses produksi).
Kegiatan Produksi Produksi dilakukan setiap hari, kegiatan ini rutin dilaksanakan
mulai jam 07.00 – 14.00 oleh oleh dua orang karyawan sebagai pekerja produksi dari
penimbangan kacang, perebusan, perendaman kacang, dan ditiriskan dan siap untuk
proses peragian, proses peragian kacang kedelei dan pencetakan tempe dilkukan oleh Ibu
Ekawati, tahapan-tahapan dalam proses pembuatan tempe adalah sebagai berikut:
1. Kacang kedelai dibersihkan dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci
hingga bersih.
2. Perendaman kacang kedelai yang telah dicuci bersih selama 3 jam dengan air panas
yang sudah mendidih untuk proses hidrasi agar kacang kedelai dapat menyerap air
sebanyak mungkin.
3. Biji kacang kedelai kemudian dilakukan penggilingan untuk memecah dan
pemisahan kulit ari.
4. Kacang kedelai kemudian, cuci atau bilas dengan menggunakan air bersih.
5. Kacang Kedelai kemudian di kukus / rebus sampai empuk.
6. Setelah kacang kedelai terasa empuk, tuangkan kacang kedelai tersebut pada tampah
atau tempat penirisan yang telah dibersihkan, lalu diangin angin sambil di aduk
hingga kedelai tersebut terasa hangat.
7. Penaburan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diadukduk
supaya merata takaran (0,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai) jadi dalam proses
peragian kacang kedelei dalam satu hari 50 kilogam kedelei memerlukan ragi
sebanyak 200 gram.
8. Persiapan papan cetak atau daun pisang untuk membungkus, kalau bungkus tempe
yang digunakan daun pisang maka sebelum digunakan daun tersebut diberi lubang-
lubang kecil dengan menggunakan lidi atau garpu.
9. Tahapan pencetakan kedelai yang telah diberi ragi tempe kedalam cetakan.
10. Proses fermentasi kacang kedelai disimpan atau diperam selama selama beberapa
hari yaitu 1-2 hari hingga diperoleh tempe
KESIMPULAN

1. Jumlah produksi per hari rata-rata 990 Pcs tempe dengan nilai produksi Rp.25.000.000,- per
bulan dan biaya variabel pembuatan tempe Rp. 19.635.000,- atau Rp. 785.400,- per hari dan biaya
tetap Rp. 3.128.250,- atau Rp. 125.130,- per hari, penerimaan tempe selama 1 bulan (April 2022)
yaitu Rp. 25.000.000,- atau Rp. 1.000.000,- per hari dan pendapatan yang diperoleh sebesar Rp.
2.236.750,- atau rata-rata Rp. 89.470,- per hari sehingga nilai R/C Ratio yang diperoleh sebesar
2,5 artinya RCR >1 berarti usaha pembuatan tempe tersebut menguntungkan dan layak untuk
diusahakan.
2. Teknis Usaha Pembuatan Tempe milik ibu Ekawati masih merupakan industri rumah tangga
dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan tempe dilakukan secara tradisional yaitu bahan baku dari
kacang kedelai yang sudah dibersihkan kemudian kedelai direndam selama ± 3 jam kemudian
digiling dengan mesin untuk memisahkan kulit, setelah bersih kemudian direbus atau dikukus
kemudian ditiriskan dan siap diaduk dengan ragi tempe sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan, setelah proses pencampuran ragi sudah rata kacang kedelai dapat dicetak dan
kemudian didiamkan selama 1 sampai 2 hari kemudian tempe siap dipasarkan
3. Permasalahan yang dihadapi pada Pabrik Usaha Pembuatan Tempe UD.Maureno adalah harga
bahan baku kacang kedelai yang terkadang naik dan biaya produksi yang terlampau tinggi
sehingga mempengeruhi penerimaan dan keuntungan.
SARAN
1. Strategi pemasaran pada UD.Maureno Padediwairi harus memperhatikan
segmentasi pasar, segementasi pasar konsumen dengan memperhatikan
karakteristik pelanggan.

2. UD.Maureno Harus berani melakukan pemasaran digital.

3. Memperhitungkan segala peralatan penunjang yang digunakan selama proses


produksi tempe agar dari setiap keuntungan dapat mempersiapkan biaya
operasional.

4. Membuat buku keuangan khusus untuk setiap proses produksi. Sehingga


pemasukan dan pemasukan dapat diketahui pertamabahn dan penurunan saldo
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T, 2005. Kedelai. Penebar Swadaya. Jakarta.

AG, Kartasapoetra, 1998. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Penerbit Bina


Aksara,Jakarta.

Boediono, 1982. Pengantar Ilmu Ekonomi . Yogyakarta.

Fibrianti,2007. Analisis Usaha dan Keuntungan Usaha. Fakultas Pertanian Lambung


Mangkurat.

Hartoyo, T, 2005. Susu Kedelai dan Aplikasi Pengolahannya. Trubus Agrisarana.


Surabaya.

Hieronymus, B.S., 2001. Pembuatan Tempe Kedelai. Bahan Makanan Bergizi Tinggi.
Penerbit Kanisius. Jakarta

Rahayu, 2005. Tempe dari kedelai dan Teknis Pengolahan. Jakarta.

Kasim S, 1995. Pengantar Ekonomi Produksi

Pertanian. Buku I. Fakultas Pertanian UNLAM. Penerbit Lambung Mangkurat


University. Press. Banjarbaru.

Soekartawi, 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Rajawali Press. Jakarta.

Rosyidi, 1995. Pengantar Ekonomi Raja Grafindo Persada Jakarta.

Sukirno, S., 1985. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Penerbit Fakultas EkonomiUI.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai