Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS BIAYA PRODUKSI KAYU

( STUDI KASUS DI PT

MUROCO KRAJAN, ARJASA, KABUPATEN JEMBER)

Faizatul Hasanah

NIM : 030571355

Email : hasanahf247@gmail.com

Program Studi Akuntansi Keuangan Publik


Universitas Terbuka UPBJJ Jember
ABSTRAK

Analisis biaya produksi dan pendapatan adalah salah satu langkah yang
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memaksimalkan laba dan meminimalisir
kerugian. Hasil analisis tersebut dapat menjadi acuan bagi perusahaan dalam penentuan
kebijakan untuk menentukan arah perkembangan perusahaan. Namun masih banyak
perusahaan diindonesia yang belum melakukan analisis biaya dan pendapatan dengan
baik.hal ini dapat berakibat buruk bagi masa depan sebuah perusahaan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui biaya produksi serta pendapatan pada PT Muroco dalam
masa produksi satu tahun (Januari-Desember 2019). Penelitian ini menggunakan
perhitungan dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Selain itu juga
terdapat perhitungan penerimaan dan pendapatan serta perhitungan nilai revenur-cost
ratio (R/C). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan
oleh PT Muroco sejumlah Rp152.486.000.000/tahun sedangkan total pendapatan dari
perusahaan PT Muroco sejumlah Rp363.520.000.000/tahun dengan rincian pendapatan
tertinggi terjadi pada bulan april yaitu sebesar Rp40.320.000.000 dan pendapapatan
terendah terjadi pada bulan maret yaitu sebesar Rp20.530.000.000 serta revenur-cost
ratio (R/C) yang dihasilkan 1,20 dan nilai BEP yang dihasilkan mencapai
Rp97.850.746.268/tahun . Berdasarkan Perhitungan kedua nilai tersebut menunjukan
bahwa perusahaan PT Muroco menguntungkan secara ekonomi dan mengalami titik
impas saat nilai penjualan mencapai Rp97.850.746.268/tahun. Perusahaan PT muroco
disarankan untuk lebih memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan, meningkatkan
mutu dari pekerja serta lebih memperluas lagi jangkauan pemasaran produk.

1
Kata kunci : biaya produksi , penerimaan , pendapatan

PENDAHULUAN

Perkembangan industri kayu di indonesia mampu memberikan konstribusi


positif bagi perekonomian negara. Usaha produksi kayu ini terbukti mampu
menyediakan lapangan pekerjaan dan menambah devisa negara. Namun bisa saja
usaha kayu ini terhambat akibat kendala-kendala yang mungkin terjadi. Salah
satunya adalah kurangnya kemampuan manajer dalam menyusun laporan
manajemen keuangan yang baik sedangkan manajemen keuangan yang baik
sangatlah penting bagi sebuah perusahaan. Yang mana Manajemen
Keuangan bertujuan untuk memaksimalkan laba dan meminimalisir biaya untuk
mengarahkan keputusan suatu perusahaan kearah yang signifikan.jika perusahaan
memiliki kemampuan manajemen yang tidak baik maka perusahaan dapat
mengalami kesulitan dalam bersaing dengan perusahaan yang lain (Mulyadi, 2016).

Biaya (cost) adalah sesuatu yang kita miliki kemudian kita serahkan untuk
mendapatkan sesuatu yang lain sesuai yang kita inginkan ( A. Assegaf,2008).
Dengan kata lain biaya merupakan pengorbanan yang diukur dengan satuan berupa
uang yang harus kita serahkan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
Sistem biaya merupakan kegiatan-kegiatan yang dirangkai dalam rangka
menentukan biaya produksi dan harga pokok produk dalam suatu proses produksi.
Dalam membuat suatu produk biaya terbagi menjadi dua kelompok antara lain,
biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam memproses bahan baku menjadi sebuah
produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan untuk kegiatan nonproduksi.

Laporan hasil kegiatan manajemen perusahaan dapat menjadi ukuran dalam


menilai kinerja perusahaan. Selain hasil kegiatan manajemen perusahaan hal yang
dapat menilai kinerja perusahaan adalah laba yang di peroleh. Masih banyak
perusahaan di indonesia yang masih menggunakan metode yang hanya
mempertimbangkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja. Metode tersebut
masih belum efektif karena masih banyak biaya- biaya lain yang perlu
diperhitungkan selain biaya bahan baku dan tenaga kerja. kegiatan akuntansi yang

2
efisien juga bisa digunakan sebagai acuan penetapan harga produk yang
sesuai(lasut,2015).

PT MUROCO adalah sebuah perusahaan yang terletak di tengah


pemukiman penduduk krajan arjasa yang bergerak dalam bidang produksi dan
distribusi produk-produk kayu lapis untuk berbagai kebutuhan. Perusahaan kayu
yang belum lama berdiri tersebut masih belum memakai perhitungan biaya yang
efektif. Jadi hal tersebut dikhawatirkan perusahaan akan mengalami kesulitan
dalam menentukan harga jual produk, kegiatan pengambilan keputusan yang tidak
tepat, serta kerugian secara finansial. Saya akan menganalisis biaya produksi pada
pabrik tersebut. Tujuan dari penelitian mengenai analisis biaya produksi kayu pada
perusahaan PT Muroco tersebut diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
data-data biaya produksi yang benar dan dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh
suatu perusahaan dalam mengambil keputusan.

METODE PENELITIAN

Metode penelitan yang saya gunakan adalah metode penelitian deskriptif.


Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi(gambaran) secara
sistematik, faktual dan akurat mengenai Fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau
daerah tertentu. secara harfiah penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud
untuk membuat deskripsi mengenai situasi situasi atau kejadian-kejadian .dalam arti
ini penelitian deskriptif merupakan akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi
(gambaran) saja tidak perlu mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji
hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan arti akan tetapi diantara para ahli
penelitian tidak ada kesepakatan mengenai apa sebenarnya yang disebut dengan
penelitian deskriptif itu. Nama lain dari penelitian deskriptif adalah penelitian
survei.. Objek penelitian yang akan saya teliti adalah biaya produksi kayu dari PT
MUROCO Krajan, Arjasa, Kabupaten Jember. Batas data yang digambarkan dalam
karya ilmiah ini adalah data biaya produksi kayu di PT MUROCO tahun 2019.
Analisis Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan hasil pengelompokan dari semua biaya-biaya


yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan dalam proses produksi yang bertujuan
untuk menghasilkan suatu produk /barang tertentu. Biaya- biaya yang digunakan
suatu perusahaan dalam memproduksi bahan baku menjadi produk jadi meliputi

3
biaya bahan baku (materials), biaya tenaga kerja (labor) dan biaya overhead
(factory overhead) (lambajang,2013). Dalam menghitung biaya produksi dapat
dilakukan dengan menjumlahkan total biaya produksi tetap dan biaya produksi
variabel seperti pada rumus berikut

TC = TFC + TVC

dimana TC =total cost (Rp/tahun), TFC =total fixed cost (Rp/tahun), dan TVC
=total variable cost (Rp/tahun). Biaya tetap yang ada di PT Muroco antara lain,
Biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, gaji tetap ,biaya umum, bunga bank.
Sedangkan biaya variabel pada PT Muroco antara lain, Biaya bahan baku, biaya
bahan pembantu upah langsung, biaya pemasaran, biaya lain-lain.

Analisis Penerimaan dan Pendapatan

Untuk mengetahui tingkat pendapatan dapat menggunakan analisis


kuantitatif. Laba perusahaan dapat diketahui dengan cara menghitung selisih antara
total biaya yang dikeluarkan dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh
perusahaan dalam satu tahun (Syofiandi. 2016). pendapatan adalah total
penghasilan yang diperoleh perusahaan dalam periode tertentu(fadli,2014). Total
pendapatan yang diperoleh perusahaan didapatkan dengan menghitung selisih dari
total penerimaan dan biaya-biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan .
Dengan kata lain, total pendapatan merupakan total penerimaan dikurangi dengan
total biaya yang dikeluarkan sebagaimana rumus berikut. π = TR – TC

Ket : π = total pendapatan (Rp/tahun), TR = total penerimaan (Rp/tahun), dan TC =


total biaya (Rp/tahun)

Analisis Rasio Penerimaan-Biaya (revenue - cost ratio)

Analisis rasio penerimaan-biaya atau revenue - cost ratio (R/C) adalah rasio
antara penerimaan total dan biaya produksi .Nilai R/C yang melebihi angka 1
menunjukkan bahwa suatu usaha tersebut menguntungkan secara ekonomi, dan
nilai R/C yang kurang dari angka 1 menunjukkan bahwa suatu usaha tersebut tidak
menguntungkan secara ekonomi (Suryaningsih et al. 2018)., nilai R/C dapat
digunakan sebagai parameter untuk menentukan kelayakan usaha yang dilakukan

4
(Sari dan Syam, 2016). Secara matematis, penghitungan nilai R/C adalah sebagai
berikut (Mamondol, 2016):

R/C = TR/TC

Ket : R/C = revenue - cost ratio, TR = total penerimaan (Rp/tahun), dan TC =


total biaya yang dikeluarkan (Rp/tahun).
Analisis Nilai Titik Impas (Break Even Point)

Analisis break even point (BEP) adalah suatu teknik yang digunakan
perusahaan untuk mengetahui titik keadan dimana perusahaan tidak mengalami
keuntungan maupun kerugian . Dengan mengetahui nilai BEP diharapkan dapat
memberikan gambaran kepada pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui
nilai minimal penjualan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Penghitungan nilai BEP adalah sebagai berikut

BEP = TFC

1 - ( TVC/TR)

Ket BEP= break even point (Rp/tahun), TFC=total biaya tetap, 1 adalah konstanta,
TVC =total biaya variabel (Rp/tahun), dan TR= total penerimaan (Rp/tahun).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Perusahaan

PT. Muroco hingga saat ini masih aktif beroperasi dengan menghasilkan
produk plywood perbulan ± 1.500m3 dengan perolehan bahan baku yang
bersumber dari jember dan luar kota jember. PT. Muroco saat ini menggunakan
tenaga kerja baik yang permanen maupun temporery (berjumlah ± 700 orang
tenaga kerja) dengan komposisi 70% pekerja tetap sedangkan 30% merupakan
pekerja kontrak. Secara umum keberadaan PT. Muroco sangat mendukung
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat jember khususnya Desa Arjasa. Jenis
Bidang Usaha yang di kelola PT. Muroco bergerak di bidang industri pengolahan
kayu lapis (plywood). Sistem Kerja pada PT. Muroco, pekerja bekerja dengan 2
kali dengan penggantian jam kerja yang biasa disebut dengan shif A dan shif B
yaitu:

1. Dari pukul 07.00 s/d 19.00 wib

5
2. Dari pukul 19.00 s/d 07.00 wib

Berbagai macam jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan kayu lapis pada PT
Muroco salah satunya adalah kayu Sengon dan Meranti.
Tahapan Produksi Kayu Lapis

Tahapan pembuatan kayu pada PT Muroco terdapat beberapa proses antara


lain :langkah pertama Log Pon, Dalam proses ini berfungsi untuk menyimpan dan
merendam logs yang akan dipakai oleh perusahaan sebagai bahan baku. Setelah
log pon terdapat langkah Chain Saw yaitu pemotongan Logs sesuai dengan
ukuran yang yang sesuai . setelah proses pemotongan akan dilakukan Rotary yaitu
proses pembersihan Log dari pasir dan paku setelah itu baru melakukan
pengupasan. Hasil kupasan akan berupa veneer dan core. Setelah proses
pemotongan maka akan dilakukan Block Board yaitu proses pembelahan sesuai
ukuran yang diinginkan.setelah proses pemotongan akan dilakukan Continous
Dryer yaitu Proses pengeringan agar kayu menjadi lebar sesuai dengan yang
ditentukan. Setelah pengeringan akan dilakukan Roll Dryer yaitu Mesin pengering
untuk bahan core yang telah tersusun rapi dan bahan core yang terlebih dahulu
dipotong dimesin Cliiper. Langkag selanjutnya akan dilakukan Core Boider yaitu
penyambungan core yang sudah kering dan dipotong sesuai dengan yang
ditentukan. Setelah penyambungan akan dilakukan Back Composser yaitu Bahan
yang hancur dan pecah dari countinous dryer dikirim ke back compresor dikirim
kembali menjadi bahan yang utuh sesuai dengan ukurannya. Bahan yang keluar
diambil untuk diperbaiki ada bagian face back repair. Setelah itu akan dlakukan
Face Back Setting yaitu proses penyusunan veneer. Setelah vener disusun
selanjutnya akan proses Glue Spreader yaitu Pengeleman vener . proses
selanjutnya setelah pengeleman akan dilakukan Hot Press yaitu Pengempaan panas
(merekatkan ikatan perekat menjadi keras dan matang). Setelah hot press proses
selanjutnya adalah Sizer yaitu proses Pengamplasan pinggiran kayu lapis baik arah
memanjang dan arah melebar yang pada umumnya panjang dan lebar kayu lapis
menjadi 4x8 dan hasil potongan harus siku. Setelah itu akan dilakukan
Pendempulan : Menambat bagian yang cacat seperti lubang kecil dan lain-lain.
Setelah penambatan akan dilakukan Sander yaitu Menghaluskan kayu lapis yang
sudah didempul agar ketebalan dan kehalusan kayu lapis sesuai dengan keinginan.
Dimana ketebalan harus sesuai dengan standar yang ditentukan. Setelah semua

6
selesai akan dilakukan Quality Sportir yaitu Memeriksa dan memisahkan kayu
lapis dengan ketentuan grade yang ada. Dan langkah terahir akan di Packing yaitu
Pengepakan pengemasan setelah kayu digrade untuk keperluan dijual ekspor atau
lokal. Setelah semua siap produk kayu lapis akan di simpan Gudang Produksi yaitu
Tempat penyimpanan kayu lapis yang sudah dikemas ke dalam gudang yang sudah
ada untuk siap dikirim.
Analisis Biaya Produksi

Dalam menganalisis biaya produksi untuk mengetahui total biaya produksi,


hal yang harus dilakukan yaitu menjumlahkan total biaya tetap dan total biaya
variabel. Biaya tetap merujuk pada biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
jumlah output yang dihasilkan oleh perusahaan (Rusnani et al. 2016). Sedangkan
biaya variabel merupakan biaya yang sifatnya berubah-ubah dipengaruhi oleh
volume pekerjaan yang dilakukan perusahaan dipengaruhi oleh volume pekerjaan
yang dilakukan perusahaan (Utama et al. 2019; Winarko dan Astuti 2018).

Komponen biaya tetap pada PT Muroco meliputi biaya pemeliharaan, biaya


penyusutan, gaji tetap, biaya umum, dan bunga bank. Komponen biaya biaya
variabel meliputi biaya bahan baku, biaya bahan pembantu, upah langsung, biaya
pemasaran, dan biaya lain-lain. Komponen-komponen biaya tersebut dihimpun
untuk menghitung total biaya produksi dalam periode satu tahun masa produksi
(September 2018-Agustus 2019)

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa total biaya produksi kayu di PT


Muroco mencapai Rp. 152.486.000.000 /tahun, dengan total biaya produksi tetap
sebesar Rp. 65.560.000.000 /tahun dan total biaya produksi variabel sejumlah Rp.
86.926.000.000 /tahun. Persentase total biaya produksi tetap yang dikeluarkan
yaitu sebesar 43,19% dan persentase biaya variabel total yang dikeluarkan sebesar
56,81% dari total seluruh biaya yang dikeluarkan. Persentase kedua nilai biaya
produksi tersebut menunjukkan bahwa nilai biaya produksi variabel yang
dikeluarkan oleh PT Muroco jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah biaya
produksi tetap yang dikeluarkan perusahaan tersebut.

Tabel 1. Rincian dan total biaya produksi PT Muroco

7
Komponen biaya Rp/tahun %

1.Biaya tetap

Biaya pemeliharaan 11.500.000.000 7,54

Biaya penyusutan 12.450.000.000 8,20

Gaji tetap 21.000.000.000 13,78

Biaya umum 8.850.000.000 5,80

Bunga bank 11.760.000.000 7,71

Total biaya tetap 65.560.000.000 43,19

2.Biaya variabel

Biaya bahan baku 30.750.000.000 20,20

Biaya bahan pembantu 14.240.000.000 9,33

Upah langsung 12.106.000.000 7,93

Biaya pemasaran 13.960.000.000 9,20

Biaya lain-lain 14.870.000.000 9,80

Total biaya variabel 86.926.000.000 56,81

Total biaya 152.486.000.000 100

Jumlah komponen biaya terbesar yang termasuk ke dalam kelompok biaya


produksi tetap adalah biaya gaji tetap (13,78%). Sementara, komponen biaya
produksi tetap terendah yang dikeluarkan oleh PT Muroco ialah biaya umum
sebesar 5,80% dari total seluruh biaya produksi. Sementara itu, komponen biaya
terbesar pada kelompok biaya produksi variabel adalah biaya bahan baku sebesar
20,20% dari total biaya produksi dan komponen biaya dengan nilai terkecil pada
kelompok ini ialah upah langsung, yaitu sebesar 7,93% dari total biaya produksi.
Dari hasil penghitungan total biaya-biaya yang telah dilakukan menunjukkan
bahwa biaya produksi tertinggi yang dikeluarkan PT Muroco adalah biaya bahan
baku. Sementara itu, komponen biaya terendah selama 1 tahun masa produksi
biaya umum .

8
Analisis Penerimaan dan Pendapatan
Pendapatan adalah keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan yang
nilainya didapatkan dari selisih antara total biaya produksi dan total penerimaan
yang diperoleh (Fadli 2014). Penerimaan total perusahaan PT Muroco diperoleh
dari akumulasi total hasil penjualan produk kayu lapis dikalikan dengan jumlah
produk selama satu tahun (Nirmalasari. 2013). Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh total penerimaan dan total pendapatan perusahaan PT Muroco selama
satu tahun produksi yaitu sebagai berikut ;

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total pendapatan perusahaan PT


muroco selama satu tahun adalah sebesar Rp363.520.000.000/tahun dengan jumlah
biaya produksi sebesar Rp152.486.000.000/tahun. Total pendapatan yang diperoleh
PT Muroco didapatkan dari hasil penjualan sebanyak 1800m3 produk kayu lapis.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa keuntungan yang diperoleh oleh
PT Muroco cukup besar jika kita melihat dari biaya produksi pada perusahaan
tersebut.

Gambar 2 Menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi pada perusahaan PT Muroco


terjadi pada bulan April yaitu sebesar Rp40.320.000.000 sedangkan pendapatan
terendah pada perusahaan PT Muroco terendah terjadi pada bulan Maret yaitu
sebesar Rp20.530.000.000. Dalam jangka waktu satu tahun dapat kita ketahui
bahwa pendapatan pada perusahaan PT Muroco naik turun hal tersebut disebabkan
karena kurangnya pesanan yang berasal dari luar negeri.

9
PENDAPATAN 2019
45,000,000,000
40,320,000,000 39,832,000,000
40,000,000,000
36,453,000,000
35,000,000,000 32,980,000,000
31,230,000,000 30,650,000,000
29,643,000,000
30,000,000,000 28,767,000,000

25,320,000,000 25,530,000,000
25,000,000,000 23,089,000,000

19,706,000,000
20,000,000,000

15,000,000,000

10,000,000,000

5,000,000,000

Gambar 2. Perbandingan pendapatan PT Muroco Tahun 2019

Analisis Rasio Penerimaan-Biaya (Revenue-Cost Ratio)

Analisis revenue–cost ratio (R/C) berfungsi untuk mengetahui kelayakan


pada usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Analisis R/C dihitung dengan
mengetahui rasio jumlah keuntungan dan total biaya biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Apabila nilai revenue–cost ratio (R/C) melebihi angka1, maka usaha
yang dilakukan oleh perusahaan tersebut bisa dikatakan sudah layak secara
ekonomi. Namun, apabila R/C tidak mencapai angka 1, maka perusahaan tersebut
bisa dikatakan tidak layak secara ekonomi dikarenakan keuntungannya tidak
melebihi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. tersebut(Suryaningsih .
2018). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan dan nilai R/C suatu
perusahaan diantaranya adalah jam kerja, modal kerja, dan lama usaha). Modal
kerja dapat menentukan tinggi atau rendahnya jumlah produksi yang dilakukan PT
Muroco ,Jam kerja yang efektif pada suatu perusahaan juga dapat menentukan
efisien atau tidaknya pekerjaan yang dilakukan. Karena jika ketiga faktor tersebut
pada suatu perusahaan sudah berjalan dengan baik maka akan menghasilkan suatu

10
produk yang maksimal, dan hal tersebut menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
nilai pendapatan dan nilai R/C perusahaan . Sementara itu, lamanya usaha belum
dapat disimpulkan apakah mampu atau tidaknya mempengaruhi tingkat pendapatan
di PT Muroco karena penelitian ini hanya dilakukan terhadap periode satu tahun
masa produksi perusahaan.

Analisis Nilai Titik Impas (Break Even Point)

Analisis nilai titik impas (Break even point) adalah suatu teknis analisis
untuk mempelajari hubungan antara biaya yang tetap, atau keadaan dimana suatu
operasi suatu perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi atau pengeluaran dan
pendapatan seimbang(Wulan ayodya 2019). Dengan melakukan analisis BEP suatu
perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya kerugian. Komponen- komponen
BEP terdiri dari biaya tetap(fixed cost) biaya variabel (variabel cost) dan
penerimaan(choiriyah 2016)

Nilai BEP diperoleh dengan memasukkan total biaya tetap sejumlah Rp.
65.560.000.000 /tahun, total biaya produksi variabel sejumlah Rp. 86.926.000.000
dan total penerimaan sejumlah Rp363.520.000.000. Berdasarkan perhitungan
tersebut menghasilkan nilai BEP sebesar Rp 97.850.746.268/tahun. Nilai tersebut
menunjukan bahwa perusahaan PT Muroco tidak akan mengalami keuntungan dan
kerugian jika hasil penjualannya mencapai Rp97.850.746.268/tahun. Jadi untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan PT Muroco harus meningkatkan nilai
penjualannya melebihi titik impas. Oleh karena itu perusahaan PT Muroco mampu
meningkatkan nilai penjualannya melebihi Rp 97.850.746.268/tahun. Perhitungan
BEP tersebut menggunakan rumus perhitungan berdasarkan total penjualan
perusahaan per tahun. Karena produk yang diproduksi di perusahaan tersebut
bersifat heterogen penghitungan nilai BEP berdasarkan jumlah unit produksi tidak
dapat dilakukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang saya lakukan diatas dapat kita simpulkan


bahwa hasil dari perhitungan terhadap total biaya produksi serta penerimaan dan
pendapatan perusahaan PT Muroco sangat menguntungkan secara finansial. Dan
hasil perhitungan terhadap nilai R/C juga menunjukkan bahwa perusahaan PT

11
Muroco layak untuk dilanjutkan.Disarankan untuk perusahaan PT Muroco agar
lebih memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan agar perusahaan mendapatkan
laba yang maksimal dan meminimalisir tingkat kerugian. hal yang dapat dilakukan
oleh perusahaan PT Muroco dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan
meningkatkan mutu dari pekerja di perusahaan tersebut. PT Muroco juga
disarankan agar lebih memperluas lagi jangkauan pemasaran produk agar mampu
menambah konsumen serta meningkatkan volume penjualan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2016. Akuntansi Biaya. UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Assegaf,A. 2008. Analisis Biaya. Tangerang Selatan. Universitas Terbuka

Lasut, T. 2015. Analisis Biaya Produksi dalam Rangka Penentuan Harga Jual
Makanan pada Rumah Makan Ragey Poppy di Tomohon.
Aslicati, L., Prasetyo, H. B., & Irawan, P. (2018). Metode Penelitian Sosial. Juni:
Universitas Terbuka
Lambajang, A. A. A. 2013. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan
Metode Variabel Costing PT. Tropica Cocoprima. Jurnal EMBA: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1(3): 673–683.
Syofiandi, R. R., Hilmanto, R., and Herwanti, S. 2016. Analisis Pendapatan dan
Kesejahteraan Petani Agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung. Jurnal Sylva Lestari 4(2): 17–26. DOI:
10.23960/jsl2417-26
Fadli, S. 2014. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Tomat di Kelurahan
Boyaoge Kecamatan Tatanga Kota Palu. Agroland: Jurnal
Ilmu-ilmu Pertanian 21(1): 45–48.
Suryaningsih, Sulaeman, R., and Arlita, T. 2018. Analisis Biaya Produksi Furniture
Kayu Jatipada Industri Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Perabot
Berdikari Jaya Jepara Asli, Pekanbaru. JOM Faperta 5(1): 1–11
Sari, V. N., and Syam, F. B. 2016. Analisis Penerapan Metode Variable Costing
dalam Menentukan Harga Pokok Produksi pada UKM di Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi 1(2): 103–126.
Rusnani, Fahrizal, M., and Muin, S. 2016. Analisa Biaya dan Pendapatan Industri
Pengolahan Kayu di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari 4(4): 643–
648.
Utama, R. C., Febryano, I. G., Herwanti, S., and Hidayat, W. 2019. Saluran
Pemasaran Kayu Gergajian Sengon (Falcataria moluccana) pada Industri
Penggergajian Kayu Rakyat di Desa Sukamarga, Kecamatan Abung Tinggi,
Kabupaten Lampung Utara. Jurnal Sylva Lestari 7(2): 195–203. DOI:
10.23960/jsl27195-203.

13
Nirmalasari, F. O., Mappatoba, M., and Alam, M. N. 2013. Analisis Perbandingan
Pendapatan Usaha Gula Merah dengan Usaha Gula Tapo (Studi Kasus di Desa
Ambesia Kacamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong). Agrotekbis 1(1): 60–
66
Ayodya, wulan. 2019. Produk Kreatif dan Kewirausahaan . Jakarta. Erlangga
Choiriyah, V. U., Dzulkirom, M. A. R., and Hidayat, R. R. 2016. Analisis Break Even
Point sebagai Alat Perencanaan Penjualan pada Tingkat Laba yang Diharapkan
(Studi Kasus pada Perhutani Plywood Industri Kediri Tahun 2013-2014). Jurnal
Administrasi Bisnis 35(1): 196–206.

14

Anda mungkin juga menyukai