( STUDI KASUS DI PT
Faizatul Hasanah
NIM : 030571355
Email : hasanahf247@gmail.com
Analisis biaya produksi dan pendapatan adalah salah satu langkah yang
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memaksimalkan laba dan meminimalisir
kerugian. Hasil analisis tersebut dapat menjadi acuan bagi perusahaan dalam penentuan
kebijakan untuk menentukan arah perkembangan perusahaan. Namun masih banyak
perusahaan diindonesia yang belum melakukan analisis biaya dan pendapatan dengan
baik.hal ini dapat berakibat buruk bagi masa depan sebuah perusahaan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui biaya produksi serta pendapatan pada PT Muroco dalam
masa produksi satu tahun (Januari-Desember 2019). Penelitian ini menggunakan
perhitungan dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Selain itu juga
terdapat perhitungan penerimaan dan pendapatan serta perhitungan nilai revenur-cost
ratio (R/C). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa total biaya produksi yang dikeluarkan
oleh PT Muroco sejumlah Rp152.486.000.000/tahun sedangkan total pendapatan dari
perusahaan PT Muroco sejumlah Rp363.520.000.000/tahun dengan rincian pendapatan
tertinggi terjadi pada bulan april yaitu sebesar Rp40.320.000.000 dan pendapapatan
terendah terjadi pada bulan maret yaitu sebesar Rp20.530.000.000 serta revenur-cost
ratio (R/C) yang dihasilkan 1,20 dan nilai BEP yang dihasilkan mencapai
Rp97.850.746.268/tahun . Berdasarkan Perhitungan kedua nilai tersebut menunjukan
bahwa perusahaan PT Muroco menguntungkan secara ekonomi dan mengalami titik
impas saat nilai penjualan mencapai Rp97.850.746.268/tahun. Perusahaan PT muroco
disarankan untuk lebih memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan, meningkatkan
mutu dari pekerja serta lebih memperluas lagi jangkauan pemasaran produk.
1
Kata kunci : biaya produksi , penerimaan , pendapatan
PENDAHULUAN
Biaya (cost) adalah sesuatu yang kita miliki kemudian kita serahkan untuk
mendapatkan sesuatu yang lain sesuai yang kita inginkan ( A. Assegaf,2008).
Dengan kata lain biaya merupakan pengorbanan yang diukur dengan satuan berupa
uang yang harus kita serahkan untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan.
Sistem biaya merupakan kegiatan-kegiatan yang dirangkai dalam rangka
menentukan biaya produksi dan harga pokok produk dalam suatu proses produksi.
Dalam membuat suatu produk biaya terbagi menjadi dua kelompok antara lain,
biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang
dikeluarkan oleh suatu perusahaan dalam memproses bahan baku menjadi sebuah
produk, sedangkan biaya non produksi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh
suatu perusahaan untuk kegiatan nonproduksi.
2
efisien juga bisa digunakan sebagai acuan penetapan harga produk yang
sesuai(lasut,2015).
METODE PENELITIAN
3
biaya bahan baku (materials), biaya tenaga kerja (labor) dan biaya overhead
(factory overhead) (lambajang,2013). Dalam menghitung biaya produksi dapat
dilakukan dengan menjumlahkan total biaya produksi tetap dan biaya produksi
variabel seperti pada rumus berikut
TC = TFC + TVC
dimana TC =total cost (Rp/tahun), TFC =total fixed cost (Rp/tahun), dan TVC
=total variable cost (Rp/tahun). Biaya tetap yang ada di PT Muroco antara lain,
Biaya pemeliharaan, biaya penyusutan, gaji tetap ,biaya umum, bunga bank.
Sedangkan biaya variabel pada PT Muroco antara lain, Biaya bahan baku, biaya
bahan pembantu upah langsung, biaya pemasaran, biaya lain-lain.
Analisis rasio penerimaan-biaya atau revenue - cost ratio (R/C) adalah rasio
antara penerimaan total dan biaya produksi .Nilai R/C yang melebihi angka 1
menunjukkan bahwa suatu usaha tersebut menguntungkan secara ekonomi, dan
nilai R/C yang kurang dari angka 1 menunjukkan bahwa suatu usaha tersebut tidak
menguntungkan secara ekonomi (Suryaningsih et al. 2018)., nilai R/C dapat
digunakan sebagai parameter untuk menentukan kelayakan usaha yang dilakukan
4
(Sari dan Syam, 2016). Secara matematis, penghitungan nilai R/C adalah sebagai
berikut (Mamondol, 2016):
R/C = TR/TC
Analisis break even point (BEP) adalah suatu teknik yang digunakan
perusahaan untuk mengetahui titik keadan dimana perusahaan tidak mengalami
keuntungan maupun kerugian . Dengan mengetahui nilai BEP diharapkan dapat
memberikan gambaran kepada pihak manajemen perusahaan untuk mengetahui
nilai minimal penjualan yang dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Penghitungan nilai BEP adalah sebagai berikut
BEP = TFC
1 - ( TVC/TR)
Ket BEP= break even point (Rp/tahun), TFC=total biaya tetap, 1 adalah konstanta,
TVC =total biaya variabel (Rp/tahun), dan TR= total penerimaan (Rp/tahun).
PT. Muroco hingga saat ini masih aktif beroperasi dengan menghasilkan
produk plywood perbulan ± 1.500m3 dengan perolehan bahan baku yang
bersumber dari jember dan luar kota jember. PT. Muroco saat ini menggunakan
tenaga kerja baik yang permanen maupun temporery (berjumlah ± 700 orang
tenaga kerja) dengan komposisi 70% pekerja tetap sedangkan 30% merupakan
pekerja kontrak. Secara umum keberadaan PT. Muroco sangat mendukung
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat jember khususnya Desa Arjasa. Jenis
Bidang Usaha yang di kelola PT. Muroco bergerak di bidang industri pengolahan
kayu lapis (plywood). Sistem Kerja pada PT. Muroco, pekerja bekerja dengan 2
kali dengan penggantian jam kerja yang biasa disebut dengan shif A dan shif B
yaitu:
5
2. Dari pukul 19.00 s/d 07.00 wib
Berbagai macam jenis kayu yang digunakan dalam pembuatan kayu lapis pada PT
Muroco salah satunya adalah kayu Sengon dan Meranti.
Tahapan Produksi Kayu Lapis
6
selesai akan dilakukan Quality Sportir yaitu Memeriksa dan memisahkan kayu
lapis dengan ketentuan grade yang ada. Dan langkah terahir akan di Packing yaitu
Pengepakan pengemasan setelah kayu digrade untuk keperluan dijual ekspor atau
lokal. Setelah semua siap produk kayu lapis akan di simpan Gudang Produksi yaitu
Tempat penyimpanan kayu lapis yang sudah dikemas ke dalam gudang yang sudah
ada untuk siap dikirim.
Analisis Biaya Produksi
7
Komponen biaya Rp/tahun %
1.Biaya tetap
2.Biaya variabel
8
Analisis Penerimaan dan Pendapatan
Pendapatan adalah keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan yang
nilainya didapatkan dari selisih antara total biaya produksi dan total penerimaan
yang diperoleh (Fadli 2014). Penerimaan total perusahaan PT Muroco diperoleh
dari akumulasi total hasil penjualan produk kayu lapis dikalikan dengan jumlah
produk selama satu tahun (Nirmalasari. 2013). Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh total penerimaan dan total pendapatan perusahaan PT Muroco selama
satu tahun produksi yaitu sebagai berikut ;
9
PENDAPATAN 2019
45,000,000,000
40,320,000,000 39,832,000,000
40,000,000,000
36,453,000,000
35,000,000,000 32,980,000,000
31,230,000,000 30,650,000,000
29,643,000,000
30,000,000,000 28,767,000,000
25,320,000,000 25,530,000,000
25,000,000,000 23,089,000,000
19,706,000,000
20,000,000,000
15,000,000,000
10,000,000,000
5,000,000,000
10
produk yang maksimal, dan hal tersebut menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
nilai pendapatan dan nilai R/C perusahaan . Sementara itu, lamanya usaha belum
dapat disimpulkan apakah mampu atau tidaknya mempengaruhi tingkat pendapatan
di PT Muroco karena penelitian ini hanya dilakukan terhadap periode satu tahun
masa produksi perusahaan.
Analisis nilai titik impas (Break even point) adalah suatu teknis analisis
untuk mempelajari hubungan antara biaya yang tetap, atau keadaan dimana suatu
operasi suatu perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi atau pengeluaran dan
pendapatan seimbang(Wulan ayodya 2019). Dengan melakukan analisis BEP suatu
perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya kerugian. Komponen- komponen
BEP terdiri dari biaya tetap(fixed cost) biaya variabel (variabel cost) dan
penerimaan(choiriyah 2016)
Nilai BEP diperoleh dengan memasukkan total biaya tetap sejumlah Rp.
65.560.000.000 /tahun, total biaya produksi variabel sejumlah Rp. 86.926.000.000
dan total penerimaan sejumlah Rp363.520.000.000. Berdasarkan perhitungan
tersebut menghasilkan nilai BEP sebesar Rp 97.850.746.268/tahun. Nilai tersebut
menunjukan bahwa perusahaan PT Muroco tidak akan mengalami keuntungan dan
kerugian jika hasil penjualannya mencapai Rp97.850.746.268/tahun. Jadi untuk
meningkatkan keuntungan perusahaan PT Muroco harus meningkatkan nilai
penjualannya melebihi titik impas. Oleh karena itu perusahaan PT Muroco mampu
meningkatkan nilai penjualannya melebihi Rp 97.850.746.268/tahun. Perhitungan
BEP tersebut menggunakan rumus perhitungan berdasarkan total penjualan
perusahaan per tahun. Karena produk yang diproduksi di perusahaan tersebut
bersifat heterogen penghitungan nilai BEP berdasarkan jumlah unit produksi tidak
dapat dilakukan.
11
Muroco layak untuk dilanjutkan.Disarankan untuk perusahaan PT Muroco agar
lebih memperhatikan biaya-biaya yang dikeluarkan agar perusahaan mendapatkan
laba yang maksimal dan meminimalisir tingkat kerugian. hal yang dapat dilakukan
oleh perusahaan PT Muroco dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan
meningkatkan mutu dari pekerja di perusahaan tersebut. PT Muroco juga
disarankan agar lebih memperluas lagi jangkauan pemasaran produk agar mampu
menambah konsumen serta meningkatkan volume penjualan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Lasut, T. 2015. Analisis Biaya Produksi dalam Rangka Penentuan Harga Jual
Makanan pada Rumah Makan Ragey Poppy di Tomohon.
Aslicati, L., Prasetyo, H. B., & Irawan, P. (2018). Metode Penelitian Sosial. Juni:
Universitas Terbuka
Lambajang, A. A. A. 2013. Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan
Metode Variabel Costing PT. Tropica Cocoprima. Jurnal EMBA: Jurnal
Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi 1(3): 673–683.
Syofiandi, R. R., Hilmanto, R., and Herwanti, S. 2016. Analisis Pendapatan dan
Kesejahteraan Petani Agroforestri di Kelurahan Sumber Agung Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung. Jurnal Sylva Lestari 4(2): 17–26. DOI:
10.23960/jsl2417-26
Fadli, S. 2014. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Tomat di Kelurahan
Boyaoge Kecamatan Tatanga Kota Palu. Agroland: Jurnal
Ilmu-ilmu Pertanian 21(1): 45–48.
Suryaningsih, Sulaeman, R., and Arlita, T. 2018. Analisis Biaya Produksi Furniture
Kayu Jatipada Industri Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Perabot
Berdikari Jaya Jepara Asli, Pekanbaru. JOM Faperta 5(1): 1–11
Sari, V. N., and Syam, F. B. 2016. Analisis Penerapan Metode Variable Costing
dalam Menentukan Harga Pokok Produksi pada UKM di Banda Aceh. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi 1(2): 103–126.
Rusnani, Fahrizal, M., and Muin, S. 2016. Analisa Biaya dan Pendapatan Industri
Pengolahan Kayu di Kabupaten Kubu Raya. Jurnal Hutan Lestari 4(4): 643–
648.
Utama, R. C., Febryano, I. G., Herwanti, S., and Hidayat, W. 2019. Saluran
Pemasaran Kayu Gergajian Sengon (Falcataria moluccana) pada Industri
Penggergajian Kayu Rakyat di Desa Sukamarga, Kecamatan Abung Tinggi,
Kabupaten Lampung Utara. Jurnal Sylva Lestari 7(2): 195–203. DOI:
10.23960/jsl27195-203.
13
Nirmalasari, F. O., Mappatoba, M., and Alam, M. N. 2013. Analisis Perbandingan
Pendapatan Usaha Gula Merah dengan Usaha Gula Tapo (Studi Kasus di Desa
Ambesia Kacamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong). Agrotekbis 1(1): 60–
66
Ayodya, wulan. 2019. Produk Kreatif dan Kewirausahaan . Jakarta. Erlangga
Choiriyah, V. U., Dzulkirom, M. A. R., and Hidayat, R. R. 2016. Analisis Break Even
Point sebagai Alat Perencanaan Penjualan pada Tingkat Laba yang Diharapkan
(Studi Kasus pada Perhutani Plywood Industri Kediri Tahun 2013-2014). Jurnal
Administrasi Bisnis 35(1): 196–206.
14