Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH BIAYA PRODUKSI DAN PENJUALAN AIR

BERSIH TERHADAP LABA KOTOR PADA


PDAM KOTA PAREPARE

Effect of Production Costs and Sales Costs for Clean Water on Gross
Profit in PDAMs in the City of Parepare

Rachmad Wicaksono
rachmadwicaksono27@gmail.com

Abstract
Thesis Financial Accounting Study Program Management Faculty of Economics and
Business University of Muhammadiyah Parepare (UM Parepare). The results of research
Production Costs have a value of t count of 5.887 with sig = 0, .028 <0.05, the cost of
production with a value of t count greater than t table and a smaller significance value of
0.028 from 0.05 means that production costs have a significant effect on gross profit, then
the hypothesis is accepted, this means that production costs have a significant effect on
gross profit, because a purchase needs at prices too expensive resulting in increased
production costs which can then reduce company profits (gross profit) high and low
production costs can affect profits at a the company and from the research results of
Sales have a value of t count of 6.007 with sig = 0, .027 <0.05, sales with a value of t
count greater than t table and a smaller significance value of 0.027 from 0.05 means that
sales significantly influence earnings dirty then the hypothesis is accepted, it can be seen
that the sales influence sig significance for gross profit.

Keywords: Production Costs, Water Sales and Gross Profit

Pendahuluan

Pada era globalisasi sekarang ini, tingkat persaingan dalam dunia usaha
semakin tinggi dan hanya badan usaha yang memiliki kinerja atau performa yang
baik yang akan bertahan. Dengan semakin banyaknya pesaing dalam dunia usaha
yang sama membuat konsumen mempunyai banyak pilihan yang diberikan oleh
perusahaan, sehingga konsumen akan lebih selektif dalam menentukan pilihan
produk yang diinginkannya (Wasesa et. al, 2014).
Tujuan utama perusahaan merupakan memaksimalkan laba, karena
bermanfaat untuk kelangsungan hidup bersama. Laba atau profit merupakan salah
satu tujuan utama berdirinya setiap badan usaha. Bagi perusahaan yang berorientasi
laba, segala macam cara akan ditempuh untuk mendapatkan laba yang lebih besar.
Misalnya dengan meningkatkan volume penjualan, memperluas pangsa pasar,
meningkatkan kinerja karyawan dan mengefisiensikan segala sumber daya yang
dimiliki serta menekan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk yang
dijual dengan tetap memperhatikan mutu kualitas dari barang atau jasa yang
dihasilkan.
Suatu perusahaan yang berhasil dapat diukur berdasarkan kemampuan
perusahaan yang tercermin dari kinerja manajemennya. Salah satu alat ukur kinerja
perusahaan yang sering digunakan adalah laba. Laba sangat dibutuhkan oleh
perusahaan untuk kelangsungan hidup perusahaan, dan ketidakmampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba akan menyebabkan perusahaan tersingkir dari
perekonomian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan salah satu bentuk
badan usaha yang dimiliki oleh pemerintah. Berdasarkan jenisnya, perusahaan BUMN
dapat dikategorikan menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), Perusahaan Umum
(Perum), dan Perusahaan Jawatan (Perjan), walaupun bentuk Perjan kemudian
ditiadakan.
Kondisi perekonomian dunia yang sangat dinamis merupakan suatu
tantangan bagi perekonomian Indonesia, sehingga pemerintah senantiasa berusaha
mengawasi fungsi BUMN untuk dapat menjaga kestabilannya karena selain
memberikan pendapatan bagi negara, kehadiran BUMN merupakan hal yang
membantu pemerintah dalam menjalankan beragam fungsi penyedia barang dan jasa
yang bertujuan untuk pelayanan kepada masyarakat. Pertumbuhan kinerja BUMN
merupakan suatu petanda baik khususnya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Berdasarkan bidang bergeraknya, BUMN dikategorikan menjadi BUMN
non jasa keuangan dan BUMN jasa keuangan.
Menurut Swastha (2002: 27) laba dapat membuat perusahaan tumbuh dan
berkembang. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mendapatkan laba yang lebih
besar. Salah satunya yang dapat digunakan untuk memperoleh laba yang optimal
adalah dengan memperhatikan volume penjualan serta biaya-biaya yang akan
dikeluarkan perusahaan (Wasesa et. al, 2014).
Menurut Kotler (2006: 30), volume penjualan merupakan hasil penjualan
yang telah dihasilkan oleh perusahaan dalam rangka proses pemasaran atau
merupakan suatu bagian dari hasil program pemasaran secara keseluruhan.
Setiap perusahaan memiliki strategi pemasaran yang berbeda-beda, tergantung dari
kebutuhan setiap perusahaan. Strategi pemasaran juga disesuaikan dengan
kemampuan dana perusahaan melalui kombinasi dari empat variabel yang merupakan
inti dari sistem pemasaran yaitu produk, struktur harga, kegiatan promosi, dan
sistem distribusi (Swastha dan Irawan, 2008: 10).
Sebagai salah satu unsur yang menjadi bagian pembentuk laba, biaya
merupakan salah satu sumber informasi yang penting dalam analisis strategik
perusahaan. Masalah yang sering timbul adalah perencanaan biaya yang kurang
sesuai dengan apa yang terjadi sesungguhnya (Rustami et. al , 2014). Hal tersebut
menuntut perusahaan untuk dapat lebih memahami keadaan pasar sebelum
menentukan besarnya biaya-biaya yang akan dikeluarkan, sehingga biaya-biaya
yang telah dikeluarkan dapat digunakan secara efektif dan efisien (Wasesa et. al,
2014).
Biaya dan pendapatan merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap
perusahaan, baik itu perusahaan yang bergerak dibidang jasa maupun perusahaan
manufaktur, dan perhitungannya harus dilakukan secara efisien dan seefektif
mungkin. Pengelolaan biaya produksi yang kurang baik mengakibatkan turunnya
pendapatan yang diterima. Penggunaan bahan baku yang berkualitas baik akan
menghasilkan produk yang baik pula (Prihandoko, 2016).
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Parepare, Provinsi Sulawesi
Selatan menunda rencana kenaikan tarif air minum. Departemen Pekerjaan Umum
dan Prasarana Wilayah sudah menginstruksikan untuk pengembangan PDAM
kedepan tarifnya harus “cost recovery”. Artinya kata dia harus berimbang antara
pemasukan dan pengeluaran.
Pendapatan tarif minimal harus menutupi seluruh biaya produksi yang ada
sebab masalah yang dihadapi oleh PDAM Parepare selama ini yakni sering tidak
mengalir air karena beberapa faktor. Diantaranya, terjadi pemadaman bergilir dan
kurangnya debit air baku dan Kondisi ini diperparah dengan kerusakan pompa
distribusi dan biaya anggaran dalam persediaan air pada satu titik Sebesar Rp
1.500.000.000 (satu miliyar lima ratus juta ribu rupiah)., maka PDAM menyadari
kenaikan tarif harus ditunda. Biaya produksi sebelumnya antara Rp.3.200 (tiga ribu
dua ratus) hingga Rp.3.500 (tiga ribu lima ratus) per meter kubik atau dengan cara
subsidi silang. Yang mampu membantu yang tidak mampu tambahnya.
Perkembangan penjualan air tiap tahun mengalami kenaikan, begitu pula
biaya mengalami kenaikan tiap tahunnya. Sedangkan laba mengalami fluktuasi dan
untuk tahun 2017 PDAM Parepare mendapatkan laba sebelum Pajak Badan
sebanyak Rp.521.606.311,11 (lima ratus dua puluh satu juta enam ratus enam ribu
tiga ratus sebelas rupiah) atau ada kenaikan dibanding pada tahun 2011. Walaupun
ada kenaikan laba sebelum PPh Badan, namun pendapatan penjualan air atau harga
rata rata penjualan air tidak cukup untuk menutupi seluruh biaya Produksi (Full Cost
Recovery), PDAM harus “cost recovery” karena PDAM dalam melaksanakan
operasionalnya harus menutupi biaya dan pemeliharaan melalui pendapatan PDAM
dan tidak melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). (Parepare,
Parepos.Co.Id).
Dari pembahasan pada latar belakang dalam penelitian ini maka peneliti
mengambil sebuah judul yakni : Pengaruh Biaya Produksi dan Penjualan Air Bersih
Terhadap Laba Kotor pada PDAM di Kota Parepare. Adapun rumusan masalah dalam
penelitian yakni : 1. Apakah biaya produksi berpengaruh terhadap laba kotor pada
PDAM kota Parepare ? 2. Apakah penjualan berpengaruh terhadap laba kotor pada
PDAM kota parepare ?. adapun tujuan penelitian yakni : 1. Untuk mengetahui apakah
biaya produksi berpengaruh terhadap laba kotor. 2. Untuk mengetahui apakah
penjualan berpengaruh terhadap laba kotor. Menurut Firmansyah Imam (2013:31)
biaya produksi adalah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi bahan
jadi. Menurut Himayati (2008) penjualan adalah suatu transaksi yang bertujuan untuk
mendapatkan suatu keuntungan, dan merupakan suatu jantung dari suatu
perusahaan. Penjualan bisa dilakukan dengan jasa atau barang, baik kredit maupun
tunai.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di Kantor PDAM Kota Parepare. Di
Jl. Tirta Dharma No. 1 Parepare, Kota Pare-Pare, Sulawesi Selatan. Waktu penelitian
dilakukan mulai pada bulan Desember 2018 sampai pada Bulan Februari 2019. Kurang
lebih 3 Bulan.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk menghasilkan kualitas data dan informasi serta analisis yang baik dan
bermutu, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data secara efektif dan
efisisen, yaitu: (1) Observasi yaitu dalam penelitian ini observasi dilakukan dikantor
PDAM Kota Parepare. (2) Wawancara yaitu dalam penelitian ini menggunakan
wawancara tidak setruktur dengan narasumber Kepala Bidang Keuangan dan Akuntansi.
(3) Dokumentasi yaitu dalam penelitian ini dokumentasi yang diambil berupa laporan
keuangan tahun 2013 sampai tahun 2017.
Jenis Dan Sumber Data
Jenis data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1)
Data Primer adalah Data yang diperoleh langsung dari objek penelitian sumber data
penelitian ini diperoleh dari survey responden (Indriantoro 2009). (2) Data Sekunder
adalah data yang diperoleh dengan membaca buku, jurnal, hasil penelitian yang sudah
ada, atau literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Teknik Analisis Data
Metode Analisis Data,Menurut Sugiyono (2017), menggunakan metode
kuantitatif atau analisis regresi linier berganda untuk mengatasi permasalahan analisis
regresi yang mengakibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Berikut model
persamaan regresi linier berganda :
Y = a + b1X1+ b2X2…..+ bnXn
Y = Laba Kotor
a = konstanta atau bilangan harga X = 0
b = koefisien regresi
X1= Biaya Produksi
X2= Penjualan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pendapatan biaya produksi pada PDAM Kota Parepare dari tahun 2013
sampai pada tahun 2017 dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1
Biaya Produksi Pada PDAM Kota Parepare tahun 2013-2017

Biaya Produksi pada PDAM


Rp22,046,483,8
49.00

Rp16,985,688,5
Rp14,656,188,8 42.00
17.00 Rp14,360,863,0
32.00 Rp19,372,018,2
31.00

1
2013 2014
2 2015
3 2016
4 2017
5
Sumber: Laporan Keuangan PDAM Kota Parepare 2018
Pendapatan penjualan pada PDAM Kota Parepare dilihat dari laporan
keuangan, dapat dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2
Penjualan Pada PDAM Kota Parepare tahun 2013-2017

Pendapatan Penjualan Pada PDAM

Rp19,188,545,40
1.00 Rp23,213,057,60
6.00
Rp14,419,078,79 Rp19,930,833,37
2.00 Rp13,363,030,98
5.00 4.00

2013
1 2014
2 2015
3 2016
4 2017
5
Sumber: Laporan Keuangan PDAM Kota Parepare 2018
Pendapatan Laba Kotor pada PDAM Kota Parepare dilihat dari laporan
keuangan, dapat dilihat pada gambar grafik 5.3.
Gambar 5.3
Laba Kotor Pada PDAM Kota Parepare tahun 2013-2017

Laba Kotor pada PDAM Kota


Parepare
Rp2,229,856,859
.00
Rp1,166,573,757
.00
Rp205,063,287.0
0 Rp558,815,143.0
0

2013 2014 2015 2016 2017

Rp(997,832,047.
00)
Sumber: Laporan Keuangan PDAM Kota Parepare 2018
Uji Regresi Linier berganda
Uji Normalitas

Uji Normalitas
Unstandardized
Residual

N 5

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 3.22838475

Most Extreme Differences Absolute .372

Positive .176

Negative -.372

Kolmogorov-Smirnov Z .831

Asymp. Sig. (2-tailed) .495

Sumber: Data Diolah SPSS 21

Berdasarkan hasil pengolahan data pada penjualan dan laba operasi


dengan menggunakan residual hasil bahwa signifikasi 0,495 dari hasil analisis di
atas diperoleh kesimpulan bahwa asumsi kenormalan data telah terpenuhi. Dapat
dikatakan normal jika nilai signifikasi lebih besar dari 0,05. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel Biaya Produksi (x1), penjualan (x2) dan laba kotor
(y) berdistribusi normal.
Analisis Koefisien Determinasi (R2 )
Uji Koefisien Determinasi (R2)

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .975a .951 .903 4.56563
Sumber: Data Diolah SPSS 21
Berdasarakan Tabel diatas nilai R pada tabel 0,975 menunujukkan
proporsi variabel dependen yang dijelaskan oleh variabel independen. Semakin
tinggi nilai R Square maka akan semakin baik bagi model bagi regresi karena
manandakan bahwa kemampuan variabel bebas menjelaskan variabel terikat
juga semakin besar. R Square pada model regresi bernilai 0,951 menunjukkan
ada pengaruh penjualan terhadap laba operasi sebesar 95,1% sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Uji F (Anova)

Uji F (ANOVA)
Sum of Mean
Model Squares Df Square F Sig.
1 Regression 817.204 2 408.602 19.602 .049a
Residual 41.690 2 20.845
Total 858.894 4
Sumber: Data Diolah SPSS 21
Uji F merupakan uji secara bersama-sama atau simultan terhadap
koefisien regresi. Perhitungan yang di lakukan menghasilkan F hitung sebesar
0.130 dan nilai signifikan F sebesar 19.602. Karena nilai signifikan F sebesar
(0,049 < 0,05) atau 4,9% lebih kecil dari 5% yang berarti bahwa variabel X dan Y
berhubungan. Maka dapat di simpulkan bahwa Biaya Produksi dan Penjualan
secara bersama – sama berpengaruh terhadap Laba Kotor.
Uji t (Coefficients)
Uji t (Coefficients) Model Summaryb
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 32.535 13.482 2.413 .137
x1 6.523 1.108 1.549 5.887 .028
x2 5.831 .971 1.581 6.007 .027
Sumber: Data Diolah SPSS 21
Biaya Produksi (X1) Biaya produksi memiliki nilai thitung sebesar
5.887 dengan sig = 0,028 < 0,05, maka hipotesis di terima, ini berarti biaya
produksi berpengaruh terhadap laba kotor dan secara spss yaitu dengan melihat
probabilitas signifikannya 0,028 atau 2,8% kurang dari 5%, maka Ho ditolak, Ha
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel biaya produksi adalah
berpengaruh signifikan terhadap laba kotor, dengan demikian hipotesis yang
diajukan terbukti. Penjualan (X2) penjualan memiliki nilai thitung sebesar 6.007
dengan sig = 0,027 < 0,05, maka hipotesis di terima, ini berarti harga jual
berpengaruh terhadap laba kotor dan secara spss yaitu dengan melihat
probabilitas signifikannya 0,027 atau 2,7% kurang dari 5%, maka Ho ditolak, Ha
diterima sehingga dapat dikatakan bahwa variabel Penjualan adalah
berpengaruh signifikan terhadap laba kotor, dengan demikian hipotesis yang
diajukan terbukti.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, kesimpulan yang dapat
diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian Biaya Produksi memiliki nilai t hitung sebesar 5.887
dengan sig = 0,028 < 0,05,biaya produksi dengan nilai t hitung lebih besar dari
t tabel dan nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.028 dari 0.05 artinya biaya
produksi berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor, maka hipotesis di
terima, ini berarti bahwa biaya produksi berpengaruh signifikan terhadap laba
kotor, karena suatu pembelian kebutuhan dengan harga terlalu mahal
mengakibatkan biaya produksi meningkat yang kemudian dapat mengurangi
keuntungan perusahaan (Laba kotor) tinggi rendahnya biaya produksi dapat
mempengaruhi laba pada suatu perusahaan.
2. Dari hasil penelitian Penjualan memiliki nilai t hitung sebesar 6.007 dengan
sig = 0,027 < 0,05, penjualan dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel dan
nilai signifikansi lebih kecil yaitu 0.027 dari 0.05 artinya penjualan
berpengaruh secara signifikan terhadap laba kotor maka hipotesis di terima,
dapat diketahui bahwa penjualan berpengaruh signifikan terhadap laba kotor.
Penjualan air bersih PDAM Kota Parepare adalah hasil dari penjualan air
bersih dan merupakan sumber pendapatan terbesar dari dua sumber
pendapatan PDAM Kota Parepare, yaitu penjualan air dan pendapatan non
air. Tujuan penjualan bagi perusahaan dalam kegiatan perusahaan adalah
untuk mencapai volume penjualan, mendapatkan laba yang maksimal dengan
modal yang sekecil-kecilnya, dan menunjang pertumbuhan perusahaan.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka saran-saran yang dapat diberikan
antara lain sebagai berikut:
1. Dalam perhitungan biaya produksi PDAM harus memasukkan Nilai ekonomi
air sebagai biaya bahan baku. Hal tersebut telah dimanfaatkan secara
komersil bukan menjadi barang publik melainkan sudah
menjadi barang ekonomi.
2. Penjualan air bersih pada PDAM Kota Parepare yang bersumber pada
penjualan air dan pendapatan non air harus lebih ditingkatkan agar
mendapatkan laba yang maksimal.
3. Peningkatan laba kotor PDAM dapat dilakukan dengan meningkatkan
intensifikasi penagihan piutang pelanggan yang menunggak membayar
rekening air dengan sanksi putus sambungan akan memotivasi pelanggan
untuk segera membeyar rekening dengan tepat waktu.

DAFTAR PUSTAKA
Agung Wasesa Salih, Macnamara Jim. (2014). Strategi Public Relations. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Assauri, Sofjan. 2016. Manajemen Operasi Produksi (Pencapaian Sasaran Organisasi
Berkesinambungan). Edisi 3. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Basu Swastha, 2001. Manajemen Pemasaran Modern; Yogyakarta: BPFE.
Basu Swastha.2002.Manajemen Pemasaran. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapan. Jakarta:
Penerbit Liberty.
Basu Swasta, Dharmesta dan Irawan, (2008) Manajemen Pemasaran Modern, Liberty,
Yogyakarta.
Bustami, Bastian dan Nurlela. 2010. Akuntansi Biaya. Edisi kedua. Jakarta: Mitra Wacana
Media.
Bustami, Bastian dan Nurlela. (2009). Akuntansi Biaya. Jakarta: Penerbit Mitra Wacana
Media.
Hansen Dan Mowen, 2006, Akuntansi Manajemen, (Terjemahan edisi ketujuh). Salemba
Empat, Jakarta.
Harahap, 2007, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, edisi Pertama, cetakan ketiga,
Penerbit : Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Harahap, Sofyan Safri, 2001, Sistem Pengawasan Manajemen, Cetakan Pertama,
Penerbit Pustaka Quantum: Jakarta.
Kotler, Philip (2006). Manajemen Pemasaran, Edisi Pertama. Indonesia: PT. Indeks
Kelompok Gramedia.
Kholmi, Masiyah dan Yuningsih. 2004. Akuntansi Biaya. Malang: UMM Press.
Kuswadi. 2005. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Akuntansi Keuangan dan
Akuntansi Biaya. PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Mukhlishotul Jannah, 2018 Analisis Pengaruh Biaya Produksi Dan Tingkat Penjualan
Terhadap Laba Kotor. UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Maulidina Rahmanita. 2017. Pengaruh Biaya Promosi Dan Biaya Produksi Terhadap
Laba Bersih Dengan Volume Penjualan, Sebagai Variabel Intervening.
Jurusan Manajemen Bisnis Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Surakarta.
Mulyadi. 2015. Akuntansi Biaya, Edisi 5. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen
YKPN.
Mulyadi. 2012. Akuntansi Manajemen – Konsep, Manfaat, Rekayasa. Edisi Ketiga.
Yogyakarta: Penerbit STIE YKPN.
Moekijat. 2011. Latihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandar Maju.
Bandung
M.Nafarin.2009. Penganggaran Perusahaan .Penerbit Salemba4. Jakarta.
Purwati. 2016. Analisis Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Perhitungan Laba
Perusahaan Pt. Ultrajaya Milk Industry Dan Trading Company Tbk Pada
Tahun 2010 – 2015. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (Fkip)
Universitas Nusantara Persatuan Guru Republik Indonesia Unp Kediri.
Prihandoko, Arief Rian (2013). Wacana Kritis Diskriminasi Ras Dalam Film Avatar: Last
Air bender. Skripsi: Universitas Airlangga.
Suci Rahmawati, Sunandar, Hetika. 2013 Analisis Pengaruh Biaya Produksi Dan
Penjualan Air Bersih Terhadap Laba Pada Perusahaan Daerah Air Bersih
Tirta Utama Provinsi Jawa Tengah. Program Studi DIII Akuntansi Politeknik
Harapan. Bersama Jln. Mataram No.09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000.
Suwardjono. 2008. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:
BPFE.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Stice dan Skousen, 2009, Akuntansi Intermediate, EdisiKeenamBelas, Buku 1,
SalembaEmpat, Jakarta.
Subramanyam. K. R dan John J. Wild. 2014. Analisi Laporan Keuangan. Penerjemah
Dewi Y. Jakarta: Salemba Empat.
Stice et al., 2004, Intermediate Accounting, 15th edition, Jakarta : Salemba Empat.
Tria Tomayahu Dan Janjte J. 2014. Tinangon. Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi Terhadap Laba Kotor Pada Usaha Peternakan Ayam Cv. Kharis Di
Kota Bitung. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas
Sam Ratulangi Manado. email :1tria_tomayahu@yahoo.com
2jantje788@gmail.com.
Will, J. J, et.al. (2005). Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-Delapan Buku: 1. Jakarta :
Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai