Anda di halaman 1dari 39

PENGARUH RETURN ON ASSETS, KEPUTUSAN INVESTASI, TOTAL

ASSET TURNOVER, EARNING PER SHARE DAN DEBT TO EQUITY


RATIO TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN FOOD
AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2020-2022

Diajukan oleh :
NAMA : NI KADEK ELLA SILVIA
NIM : 2102622010253
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Perusahaan adalah suatu bentuk korporasi yang secara kontinu
menjalankan berbagai jenis usaha di wilayah Negara Republik Indonesia,
dengan tujuan mencapai keuntungan atau laba sesuai dengan Pasal 1 huruf
b UU Wajib Daftar Perusahaan. Keberhasilan dalam memperoleh laba atau
keuntungan maksimal menjadi kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Saat ini, sektor bisnis mengalami pertumbuhan yang cepat dengan
munculnya banyak perusahaan baru, menciptakan persaingan yang sengit
dan kompetitif. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan perusahaan
harus mampu mengelola sumber daya mereka dengan lebih efektif dan
efisien untuk mendukung pencapaian tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Salah satu perusahaan yang mengalami perkembangan adalah
entitas bisnis di bidang makanan dan minuman, yang merupakan ilustrasi
dari sektor bisnis yang terus tumbuh. Sebab sektor ini menyediakan
berbagai kebutuhan utama manusia, sehingga selalu menjadi prioritas bagi
konsumen. Keadaan ini menjadi pendorong bagi perusahaan yang
beroperasi dalam sektor makanan dan minuman untuk terus melakukan
inovasi dan strategi bisnis agar dapat tetap eksis dan menjadi yang terdepan.
Alasan di balik pemilihan sektor makanan dan minuman adalah karena
saham dalam sektor ini cenderung lebih stabil dalam menghadapi krisis
keuangan atau ekonomi, dibandingkan dengan sektor lain. Hal ini
disebabkan oleh kebutuhan konstan akan produk makanan dan minuman,
yang tetap diperlukan oleh masyarakat dalam segala kondisi, karena
merupakan kebutuhan dasar.
Tujuan pembentukan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai
perusahaan atau mencapai pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan
perusahaan dapat diukur melalui penilaian yang positif dari pihak eksternal
terhadap aset dan perkembangan pasar saham perusahaan. Nilai perusahaan
mencerminkan harga yang akan dibayar jika perusahaan dijual, dan hal ini
termanifestasi melalui harga saham. Kenaikan harga saham menunjukkan
tingkat pengembalian yang lebih tinggi bagi investor, mencerminkan nilai
perusahaan yang lebih tinggi sesuai dengan tujuan perusahaan untuk
memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham (Khumairoh, 2017:72).
Salah satu faktor yang berdampak pada penentuan nilai suatu
perusahaan adalah performa keuangan yang tercermin dalam laporan
keuangannya. Laporan keuangan dapat dianalisis untuk mengevaluasi
kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu, termasuk aspek-
aspek seperti aset, utang, modal, dan kinerja usaha yang telah dicapai.
Analisis ini berguna untuk keperluan evaluasi bisnis, pengambilan
keputusan, identifikasi kelemahan dan kekuatan perusahaan, serta
perbandingan dengan kinerja perusahaan sejenis lainnya (Kasmir, 2016).
Oleh karena itu, nilai perusahaan dapat dianggap baik jika kinerja
perusahaan juga menunjukkan performa yang positif. Penilaian terhadap
nilai perusahaan juga dapat dilakukan melalui penilaian nilai sahamnya; jika
nilai perusahaan tinggi, dapat diartikan bahwa perusahaan tersebut memiliki
nilai yang baik. Sebab, tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai
perusahaan melalui peningkatan kemakmuran bagi pemilik atau pemegang
saham. Dengan demikian, nilai perusahaan tidak hanya mencerminkan
kinerja perusahaan, tetapi juga menjadi gambaran pertumbuhan keseluruhan
perusahaan
Penilaian terhadap nilai suatu perusahaan dapat dilakukan melalui
metode Price to Book Value (PBV). PBV mengukur perbandingan antara
harga saham dengan harga buku saham, sehingga mencerminkan sejauh
mana pasar mengapresiasi nilai buku saham perusahaan tersebut. PBV
memberikan gambaran tentang seberapa efektif perusahaan dalam
menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang telah diinvestasikan,
dan semakin tinggi rasio PBV menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam
menciptakan nilai bagi para pemegang saham. Kenaikan rasio PBV juga
menandakan peningkatan harga saham.
Variabel-variabel yang berpengaruh pada penilaian nilai suatu
perusahaan melibatkan Return On Assets (ROA), Price Earning Ratio
(PER), Total Asset Turnover (TATO), Earning per Share (EPS), dan Debt
Equity Ratio (DER). Return On Assets (ROA) adalah indikator profitabilitas
yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari setiap unit aset yang dimilikinya. Rasio ini memberikan
gambaran yang lebih akurat terkait profitabilitas perusahaan, menunjukkan
seberapa efisien manajemen dalam menggunakan aset untuk menghasilkan
pendapatan (Azhari, Darsono, 2005). ROA menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mengelola modal yang diinvestasikan ke dalam aset
untuk mencapai laba bersih (Dodo 2012). Kenaikan ROA menandakan
kondisi yang lebih baik bagi perusahaan. Menurut penelitian Khairunnisa,
dkk (2019) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan sektor makanan dan minuman, sedangkan menurut hasil
penelitian Nafisah (2018) menyatakan bahwa ROA secara parsial
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Secara prinsip, price earning ratio (PER) memberikan petunjuk
mengenai waktu yang diperlukan untuk mendapatkan pengembalian modal
pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan selama suatu periode
tertentu (Halim, 2003:23). Menurut Herlianto PER merupakan rasio harga
terhadap pendapatan yang mencerminkan penilaian pasar terhadap
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan. Dengan
menggunakan PER, investor dapat melakukan perhitungan dan menilai
saham mana yang layak untuk dibeli serta mempertimbangkan periode
waktu yang diperlukan agar modal kembali dengan tingkat keuntungan yang
diharapkan. Berdasarkan penelitian Rafika (2017) menyatakan bahwa
keputusan investasi yang diukur dengan PER berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur, sedangkan berdasarkan
penelitian Salama (2019) menyatakan bahwa keputusan investasi yang
diukur dengan PER berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan
disebabkan adanya faktor ketidakpastian dimasa depan.
Performa yang baik dari suatu perusahaan merujuk pada efektivitas
operasionalnya. Salah satu metode untuk mengukur efektivitas dan efisiensi
manajemen aset perusahaan adalah melalui rasio aktivitas (Sudana, 2011).
Rasio aktivitas yang dipertimbangkan dalam penelitian ini adalah Total
Asset Turnover (TATO), yang menggambarkan sejauh mana pendapatan
dihasilkan oleh perusahaan. Rasio ini dianggap sebagai indikator efektivitas
perusahaan, di mana semakin tinggi perputaran aset yang dihasilkan oleh
perusahaan, semakin efektif penggunaan aset tersebut dalam menghasilkan
total penjualan bersih. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio TATO, semakin
besar pula dampaknya terhadap profitabilitas perusahaan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Nafisah, dkk (2018) menyatakan bahwa
TATO berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan penelitian
berdasarkan penelitian Kushartono dan Nurhasanah (2018) menyatakan
bahwa TATO berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Earning Per Share (EPS) atau pendapatan per lembar saham adalah
salah satu rasio pasar yang digunakan untuk mengevaluasi seberapa besar
pendapatan yang diperoleh per saham yang beredar. Keberhasilan suatu
perusahaan dalam memaksimalkan nilai perusahaannya dapat diukur dari
peningkatan terus-menerus dalam laba per lembar saham. Tingginya nilai
EPS mencerminkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Peningkatan
berkelanjutan dalam EPS dapat dianggap sebagai indikator positif terhadap
prospek masa depan perusahaan. Berdasarkan penelitian Rakasawi, dkk
(2017) menyatakan bahwa EPS berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan, sedangkan menurut Sitorus, dkk (2020) menyatakan bahwa
EPS berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Debt Equity Ratio (DER) adalah perbandingan antara hutang dan
modal suatu perusahaan. Rasio ini mengukur sejauh mana perusahaan
mendanai operasinya melalui utang, dan nilai DER yang tinggi
mencerminkan kondisi yang kurang menguntungkan bagi perusahaan
(Sartono, 2012). Peningkatan jumlah utang dapat berdampak pada jumlah
laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham, termasuk dividen, karena
kewajiban untuk melunasi utang memiliki prioritas lebih tinggi daripada
pembagian dividen. Kenaikan utang juga akan meningkatkan beban biaya
perusahaan, karena adanya biaya bunga yang harus dibayar. Semakin besar
utang, semakin kecil prioritas perusahaan untuk membayar dividen karena
laba perusahaan berkurang akibat beban biaya utang (Al Najjar, 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nafisah, dkk (2018)
menyatakan bahwa DER berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan,
sedangkan menurut Abidin, dkk (2015) menyatakan bahwa DER
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan
maka peneliti berkeinginan untuk mengadakan penelitian dengan judul
“Pengaruh Return On Assets, Keputusan Investasi, Total Asset
Turnover, Earning Per Share Dan Debt To Equity Ratio Terhadap Nilai
Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2020-2022”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian
ini yaitu :
1. Apakah Return On Assets berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Keputusan Investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah Total Assets Turnover berpengaruh terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek
Indonesia?
4. Apakah Earning Per Share berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia?
5. Apakah Debt Equity Ratio berpengaruh terhadap nilai perusahaan
pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh Return On Assets terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk menganalisis pengaruh Keputusan Investasi terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek
Indonesia.
3. Untuk menganalisis pengaruh Total Assets Turnover terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek
Indonesia.
4. Untuk menganalisis pengaruh Earning Per Share terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek
Indonesia.
5. Untuk menganalisis pengaruh Debt Equity Ratio terhadap nilai
perusahaan pada perusahaan food and beverage di Bursa Efek
Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan serta dapat menjadi referensi atau bahan wacana di bidang
keuangan sehingga dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi
informasi kepada investor untuk dapat menilai perusahaan
tersebut baik atau tidak baik dalam mengelola keuangannya.
Serta memberikan masukan dalam pengambilan keputusan
bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan dan membantu dalam
mengambil keputusan terkait denggan kondisi keuangan.
c. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan bacaan bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
peneliti untuk mengembangkan penelitian yang akan datang
dalam perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan periode waktu yang sejenis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal yang diperkenalkan oleh Spence pada tahun 1973 berkaitan
dengan upaya manajemen untuk memberikan sinyal kepada investor
mengenai pandangan mereka terhadap prospek perusahaan (Spence, 1973).
Azizah & Widyawati (2021) menyatakan bahwa teori sinyal merupakan
strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk memberikan petunjuk
kepada investor mengenai pandangan manajemen terhadap masa depan
perusahaan. Sinyal tersebut terkait dengan laporan yang mengungkapkan
bagaimana manajemen berencana merealisasikan harapan pemegang
saham. Teori sinyal menegaskan bahwa perusahaan memiliki motivasi
untuk menyampaikan informasi, khususnya melalui laporan keuangan,
kepada pihak-pihak eksternal.
Jika suatu perusahaan menyajikan informasi mengenai prospek
perusahaan yang berkualitas baik atau memberikan pandangan positif, ini
akan mendapatkan respons positif dari investor. Dalam hal ini, investor
dapat melakukan seleksi antara perusahaan yang memiliki kualitas baik dan
yang memiliki kualitas buruk. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan nilai
saham perusahaan dan secara keseluruhan meningkatkan nilai perusahaan.
Sebaliknya, jika informasi yang disampaikan oleh perusahaan berkualitas
buruk atau bersifat negatif, hal ini akan menurunkan minat investor untuk
berinvestasi. Akibatnya, nilai perusahaan dapat mengalami penurunan.
(Pradina & Hasanah, 2021).

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory dikemukakan oleh Jensen & Meckling pada tahun


1976. Teori ini menjelaskan mengenai hubungan yang terjadi antara
principal dengan agent. Dalam suatu entitas, yang dimaksud dengan
principal adalah pemilik perusahaan sedangkan agent merupakan pengelola
perusahaan. Dalam menjalankan usahanya, pemilik akan memberikan hak
kepada agent untuk menjalankan perusahaan dengan harapan pihak tersebut
akan mencapai tujuan yang diinginkan oleh pemilik perusahaan dengan
memaksimalkan nilai dari kinerja perusahaan. Hubungan teori agensi
dengan nilai perusahaan dikarenakan terdapat konflik kepentingan antara
manajemen dengan pemilik, dimana pihak manajemen seringkali lebih
mementingkan kepentingan pribadi terlebih dahulu dibanding kepentingan
pemilik, sehingga dari sisi perusahaan untuk menjaga nilai perusahaan tetap
berada di kategori yang tergolong baik maka membutuhkan kualitas dari
audit yang baik.
Jika nantinya suatu perusahaan memiliki informasi prospek perusahaan
yang berkualitas baik atau bernilai positif yang berarti investor akan
menanggapi secara positif dan nantinya investor mampu memilah atau
menyeleksi perusahaan yang berkualitas baik atau yang berkualitas buruk,
sehingga nantinya akan meningkatkan harga saham perusahaan dan juga
membuat nilai perusahaan tersebut meningkat. Namun, jika sebuah
informasi yang diberikan sebuah perusahaan berkualitas buruk atau negatif
menunjukkan bahwa ambisi investor untuk berinvestasi juga akan semakin
menurun dimana nantinya dapat menurunkan nilai perusahaan tersebut.
Pradina & Hasanah (2021).

2.1.3 Nilai Perusahaan Diukur Dengan Price to Book Value (PBV)

Menurut Hery (2017:5) mendefinisikan bahwa pengertian nilai


perusahaan adalah sebagai berikut “Nilai perusahaan merupakan kondisi
tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari
kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses
kegiatan selama beberapa tahun, yaitu mulai dari perusahaan tersebut
didirikan sampai dengan saat ini.” Semakin tinggi harga saham, maka
semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi
keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi
menunjukkan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Investor juga
cenderung lebih tertarik menanamkan sahamnya pada perusahaan yang
memiliki kinerja yang baik dalam meningkatkan nilai perusahaan (Dewi &
Sujana, 2019). Nilai perusahaan yang tinggi menggambarkan kinerja
perusahaan yang baik dan dapat membangun kepercayaan investor terhadap
prospek perusahaan tersebut (Natsir & Yusbardini, 2020).
Perusahaan bisa dikatakan bernilai baik jika kinerjanya juga baik.
Nilai suatu perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya. Jika nilai
saham tinggi maka dapat dikatakan nilai perusahaan juga baik. Karena
tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan
dengan meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang sahamnya
(Fana & Prena, 2021). Menurut Riadi (2017) Nilai perusahaan dapat diukur
dengan menggunakan harga saham menggunakan rasio yang disebut rasio
penilaian. Rasio Penilaian adalah suatu rasio yang terkait dengan penilaian
kinerja saham perusahaan yang telah diperdagangkan di pasar modal (go
public). Rasio penilaian memberikan informasi seberapa besar masyarakat
menghargai perusahaan, sehingga masyarakat tertarik untuk membeli
saham dengan harga yang lebih tinggi dibanding nilai bukunya. Berikut ini
metode yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan yaitu Price to
Book Value (PBV).
Price to Book Value (PBV) adalah rasio yang menunjukkan apakah
harga saham yang diperdagangkan overvalued (di atas) atau undervalued (di
bawah) nilai buku saham tersebut (Fakhruddin dan Hadianto, 2001). Price
to Book Value (PBV) menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai buku saham suatu perusahaan. Makin tinggi rasio ini, berarti pasar
percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV juga menunjukkan
seberapa jauh suatu perusahaan mampu menciptakan nilai perusahaan yang
relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Semakin besar rasio
PBV semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal relatif
dibandingkan dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
2.1.4 Return On Assets (ROA)

Return On Assets merupakan rasio profitabilitas yang mengukur


seberapa besar perusahaan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan
dengan menggunakan seluruh aset yang dimiliki perusahaan (Mujino et al.,
2021). Semakin besar ROA maka akan semakin besar juga tingkat
keuntungan yang dicapai oleh perusahaan, kemudian semakin tinggi
keuntungan yang bisa dicapai oleh perusahaan akan semakin baik juga
posisi perusahaan dari segi penggunaan aset. Hal tersebut dapat membuat
investor tertarik untuk menanamkan modalnya.
Semakin efisien menggunakan asset perusahaan semakin besar
Return On Asset lain jumlah asset yang akan dihasilkan laba yang lebih
besar, sebaliknya. Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan
yang diharapkan, dan investasi tersebut sama dengan sama dengan asset
suatu perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi rasio Return On Assets yaitu :
1. Perputaran Kas (Cash Turnover)
Dengan menghitung tingkat perputaran kas akan diketahui
sampai berapa jauh tingkat efisiensi yang dapat dicapai
perusahaan dalam upaya mendayagunakan persediaan kas
yang ada untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Artinya rasio
ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk
membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan
dengan penjualan.
2. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Menurut Sawir (2001:8) Receivable Turnover digunakan
untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu
periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang ini
berputar dalam satu periode. Dari definisi tersebut dapat
diketahui bahwa rasio perputaran piutang yang tinggi
mencerminkan kualitas piutang yang semakin baik. Tinggi
rendahnya perputaran piutang tergantung pada besar kecilnya
modal yang diinvestasikan dalam piutang. Semakin cepat
perputaran piutang berarti semakin cepat modal kembali.
3. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang
merupakan unsur yang aktif dalam operasi perusahaan yang
secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual
kepada konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas
melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran
persediaan yang baik.

Tinggi rendahnya ROA tergantung pada pengelolaan asset


perusahaan oleh manajemen yang menggambarkan efisiensi dari
operasional perusahaan. Semakin tinggi ROA semakin efisien perusahaan
dan begitu juga sebaliknya. Rendahnya ROA disebabkan oleh banyaknya
aset yang menganggur investasi persediaan yang terlalu banyak, aktiva tetap
beroperasi dibawah normal dan lain-lain.

Jika nantinya suatu perusahaan memiliki informasi prospek


perusahaan yang berkualitas baik atau bernilai positif yang berarti investor
akan menanggapi secara positif dan nantinya investor mampu memilah atau
menyeleksi perusahaan yang berkualitas baik atau yang berkualitas buruk,
sehingga nantinya akan meningkatkan harga saham perusahaan dan juga
membuat nilai perusahaan tersebut meningkat.

2.1.5 Keputusan Investasi Diukur Dengan Price Earnings Ratio (PER)

Investasi adalah pembelian berupa barang atau aset lainya dengan


tujuan tidak untuk dikonsumsi saat ini tetapi digunakan untuk produksi guna
mendapat keuntungan di masa mendatang. Dengan kata lain investasi
adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang (Herlianto, 2011). Bagi perusahaan pihak internal menjadi pihak
yang paling berperan penting menentukan dan memutuskan penggunaan
dana. Penggunaan dana tidak dapat ditentukan sembarangan, perlu ada
pemikiran dan kecermatan untuk melakukannya.
Fahmi dan Hadi (2011:7) menjelaskan bahwa pada umumnya dalam
aktivitas Investasi keuangan. Pada dasarnya, investasi nyata dan investasi
keuangan dipakai perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu
memperoleh keuntungan. Investasi ini terdapat 2 golongan yaitu investasi
jangka panjang dan jangka pendek.
Price Earning Ratio (PER) merupakan proksi dalam Keputusan
investasi, dimana salah satu fungsi manajemen keuangan yaitu menyangkut
pengalokasi dana baik dana yang bersumber dari dalam maupun luar
perusahaan pada berbagai bentuk keputusan investasi dengan tujuan
memperoleh keuntungan yang lebih besar dari biaya dana dimasa yang akan
datang. Jika perusahaan mendapat laba, laba tersebut dapat digunakan
dalam berinvestasi untuk berinvestasi atau mendistribusikannya kepada
pemegang saham dalam bentuk deviden (Siregar et al., 2021).

2.1.6 Total Assets Turnover (TATO)

Menurut Kasmir (2017:185), “Total Asset Turnover merupakan rasio


yang digunakan untuk mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki
perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap
rupiah aktiva”. Dalam mengelola penggunaan aset perusahaan perlu adanya
perputaran aktiva yang menggunakan berbagai aktivanya dengan efektif
sehingga dapat mengubahnya ke penjualan dan akan memperoleh laba.
Semakin tingginya nilai TATO maka penggunaan aset perusahaan semakin
baik, sehingga akan mendapatkan respon positif dari investor dan dapat
menyebabkan harga saham perusahaan meningkat.
Perusahaan yang memiliki perputaran aktiva rendah menunujukkan
bahwa jumlah aktivanya lebih besar dari pada penjualan sehingga tidak
dapat memperoleh laba yang maksimum. Total assets turn over ini penting
bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi
manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya
penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.

2.1.7 Earning Per Share (EPS)

Earning Per Share (EPS) merupakan komponen penting pertama


yang harus diperhatikan dalam analisis perusahaan. Informasi EPS suatu
perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap
dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Pendekatan ini
mendasarkan atas ratio antara harga saham per lembar yang berlaku di pasar
modal dengan tingkat keuntungan bersih yang tersedia bagi pemegang
saham.
Pada umumnya para investor akan mengharapkan manfaat dari
investasinya dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Hal ini disebabkan
EPS dapat menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh untuk setiap
lembar saham biasa. Adapun EPS yang tinggi menandakan bahwa
perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih
baik pada pemegang saham. Sebaliknya EPS yang rendah menandakan
bahwa perusahaan telah gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana yang
diharapkan oleh pemegang saham. Oleh sebab itu, perusahaan yang stabil
akan memperlihatkan stabilitas pertumbuhan EPS, sebaliknya perusahaan
yang tidak stabil akan memperlihatkan pertumbuhan yang fluktuatif. (Silvi
Reni, 2014).

2.1.8 Debt to Equity Ratio (DER)

Menurut Kasmir (2017:157) Debt to Equity Ratio merupakan rasio


yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna
untuk mengetahui jumlah yang disediakan kreditor dengan pemilik
perusahaan, dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Bagi kreditor,
Semakin tinggi rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan
semakin besar resiko yang ditanggung. Namun, bagi perusahaan justru
semakin besar rasio ini akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang
rendah, semakin tinggi tingkat pendanaan yang disediakan akan semakin
besar terjadi kerugian terhadap nilai aktiva. Debt to Equity Ratio dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, karena dengan modal yang banyak
bersumber dari investor atau kreditur belum tentu merefleksikankinerja
perusahaan yang baik.
Untuk mencari rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh
utang, termasuk utang lancar dan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk
pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap
rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk pinjaman uang (Kasmir 2014).

2.2 Penelitian Terdahulu


Para peneliti sebelumnya telah melakukan beberapa penelitian
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Ada beberapa
perbedaan hasil dari penelitian kini dengan penelitian sebelumnya dimana
variabel-variabel yang digunakan memiliki hasil yang berpengaruh positif,
maupun berpengaruh negatif. Berikut 10 penelitian terdahulu yaitu :
Berdasarkan penelitian Nafisah, dkk (2018) dengan judul “Pengaruh
Return On Assets (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CR),
Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER), Total Assets Turnover
(TATO), Dan Earning Per Share (EPS) Terhadap Nilai Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2014-2015”. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda dengan hasil yang
diperoleh return on assets, current ratio, price earning ratio, total asset
turnover, dan earning per share berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan, sedangkan debt to equity ratio dan return on equity
berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Khairunnisa, dkk (2019) dengan judul
“Pengaruh Debt To Equity Ratio, Return On Assets, Assets Growth, Current
Ratio, Dan Total Assets Turnover Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier
berganda dengan hasil yang diperoleh debt equity ratio, assets growth,
current ratio, dan total asset turnover berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan, sedangkan return on assets berpengaruh negatif terhadap nilai
perusahaan.
Berdasarkan penelitian Pratiwi, dkk (2023) dengan judul “Analisis
Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan
Sektor Industri Dasar Dan Kimia Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode Tahun 2016 – 2020”. Teknik analisis data yang digunakan yaitu
analisis regresi linier berganda dengan hasil yang diperoleh current ratio,
total asset turnover, debt to equity ratio, return on equity dan price earning
ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Anjasmoro dan Santoso (2019) dengan judul
“Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan Dan Kebijakan
Dividen Terhadap Nilai Perusahaan”. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu analisis regresi linier berganda dengan hasil yang diperoleh keputusan
investasi diukur dengan price earning ratio berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, sedangkan keputusan pendanaan diukur dengan debt to
equity ratio dan kebijakan dividen diukur dengan dividend payout ratio
tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Maharani, dkk (2021) dengan judul
“Pengaruh Return on Asset dan Debt to Equity Ratio Terhadap Nilai
Perusahaan Subsektor Makanan dan Minuman di Bursa Efek Indonesia”.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi linier berganda
dengan hasil yang diperoleh return on assets berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, sedangkan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Utami dan Welas (2019) dengan judul
“Pengaruh Current Ratio, Return On Asset, Total Asset Turnover Dan Debt
To Equity Ratio Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia Periode 2015-2017)”. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu analisis regresi linier berganda dengan hasil yang diperoleh current
ratio, return on assets dan total asset turnover tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, sedangkan debt to equity ratio berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Dewi dan Sembiring (2022) dengan judul
“Pengaruh Debt to Equity Ratio, Return on Assets, Return on Equity, dan
Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Sub Sektor Makanan
dan Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015 –
2019”. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis regresi data panel
dengan hasil yang diperoleh debt equity ratio, return on assets, dan ukuran
perusahaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan
return on equity berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Firdaus dan Rohdiyarti (2021) dengan judul
“Pengaruh Harga Saham, Debt To Equity Ratio, Return On Assets, Dan
Sales Growth Terhadap Price Book Value (Studi Pada Sektor Pertanian Yang
Tercatat Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2018)”. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu analisis regresi data panel dengan model fixed effect
dengan hasil yang diperoleh return on asset berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, sedangkan debt equity ratio dan sales growth tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Oktaviarni, dkk (2018) dengan judul
“Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Kebijakan Dividen, Dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Perusahaan
Sektor Real Estate, Properti, Dan Konstruksi Bangunan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2014 - 2016)”. Teknik analisis data yang
digunakan yaitu analisis regresi berganda dengan hasil yang diperoleh
likuiditas diukur dengan current ratio, profitabilitas diukr dengan return on
assets dan kebijakan dividen yang diukur dengan dividend payout ratio
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan leverage diukur
dengan debt to equity ratio tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian Kurniasari (2020) dengan judul “Pengaruh
Current Ratio, Debt To Equity Ratio, Dan Total Asset Turnover Terhadap
Nilai Perusahaan”. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis
regresi berganda dengan hasil yang diperoleh current ratio tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan debt to equity ratio dan
total assets turnover berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, perbedaan yang terdapat dalam
penelitian kali ini adalah terletak pada penggunaan variabel bebas
(independen) dimana variabel bebas yang digunakan ada lima diantaranya
return on assets, keputusan investasi, total asset turnover, earning per
share, dan debt to equity ratio. Perbedaan lainnya yaitu sektor perusahaan
yang diteliti. Penelitian kali ini dilakukan pada perusahaan sektor food and
beverage. Periode tahun penelitian ini yaitu tahun 2020-2022. Persamaan
penelitian kini dari peneliti sebelumnya yaitu penelitian dilakukan di Bursa
Efek Indonesia. Menggunakan metode penelitian yang sama yaitu metode
kuantitatif.
BAB III
KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap
gejala yang menjadi objek masalah. Menurut Sugiyono (2018:60),
“Kerangka pemikiran merupakan model koseptual tentang bagaimana teori
yang berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
hal yang penting”. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran
tentang pengaruh antar variabel. Pada penelitian ini terdiri dari variabel
dependen dan independen. Dalam penelitian ini variabel dependennya
adalah nilai perusahaan yang diukur dengan Price to book value.
Nilai perusahaan yang diukur dengan rasio Price to book value
merupakan rasio yang penting dalam menghitung nilai suatu perusahaan.
Rasio ini menjelaskan valuasi harga per lembar saham dibandingkan dengan
nilai buku per saham. Semakin tinggi nilai PBV, maka semakin mahal harga
per lembar saham, begitu pula sebaliknya. Semakin mahal harga saham
menunjukkan bahwa semakin tinggi penilaian investor terhadap kinerja
perusahaan. Nilai PBV lebih dari 1 menandakan nilai pasar perusahaan lebih
tinggi dari nilai buku yang tercatat dalam laporan keuangan (Sukamulja,
2019). PBV merupakan rasio harga saham per lembar terhadap nilai buku
per lembar saham perusahaan (Fauziah, 2017). Sedangkan untuk variabel
independen dalam penelitian ini terdiri dari Return On Asset, Keputusan
Investasi yang diukur dengan Price Earning Ratio, Total Assets Turnover,
Earning Per Share, dan Debt To Equity Ratio sebagai faktor yang
mempengaruhi variabel dependennya. Sehingga dapat digambarkan
Karangka Berpikir seperti berikut:
Gambar 3.1
Kerangka Berpikir Penelitian

Research Gap

Kajian Penelitian
Sebelumnya:
Apakah return on assets, keputusan
investasi, total asset turnover, 1. Nafisah, dkk

earning per share dan debt to equity (2018)

ratio mempengaruhi nilai 2. Khairunnisa, dkk

perusahaan? (2019)
3. Pratiwi, dkk
(2023)
H1: Return On Assets berpengaruh
1. Teori Sinyal 4. Anjasmoro dan
positif terhadap nilai perusahaan
(Signalling Theory ) Santoso (2019)
H2: Keputusan Investasi berpengaruh
2. Teori Keagenan 5. Maharani, dkk
positif terhadap nilai perusahaan
(Agency Theory) (2021)
H3: Total Assets Turnover
6. Utami dan Welas
berpengaruh positif terhadap nilai
(2019)
perusahaan
7. Dewi dan
H4: Earning Per Share berpengaruh
Sembiring (2022)
positif terhadap nilai perusahaan
8. Firdaus dan
H5: Debt to Equity Ratio berpengaruh
Rohdiyarti (2021)
positif terhadap nilai perusahaan
9. Oktaviarni, dkk
(2018)
Teknik Analisis Linier Berganda 10. Kurniasari (2020)

Pembahasan

Kesimpulan, Keterbatasan dan Saran


Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti (2023)
Dengan demikian, meodel penelitian yang dapat digambarkan peneliti
tentang hubungan return on assets, keputusan investasi, total asset turnover,
earning per share dan debt to equity ratio dengan nilai perusahaan adalah sebagai
berikut :

Gambar 3.2
Model Penelitian

Return On Assets

Keputusan Investasi

Nilai Perusahaan
Total Assets Turnover

Earning Per Share

Debt to Equity Ratio

Sumber: Hasil Pemikiran Peneliti (2023)

3.2 Rumusan Hipotesis


3.2.1 Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Nilai Perusahaan
Return on asset (ROA) merupakan rasio yang menunjukkan berapa
besar laba yang diperoleh perusahaan diukur dari nilai aset yang dimiliki
perusahaan. Oleh sebab itu return on asset sebagai salah satu rasio
keuangan yang menjadi dasar untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
perusahaan. Semakin tinggi return on asset ini semakin baik keadaan suatu
perusahaan Menurut Kasmir (2014). Ketika nilai ROA semakin tinggi,
maka semakin tinggi pula keuntungan perusahaan sehingga pengelolaan
aset suatu perusahaan juga akan semakin baik. Dan jika nilai ROA suatu
perusahaan tinggi, maka berdampak kepada keuntungan perusahaan
tersebut juga semakin besar (Dewinta & Setiawan, 2016).
Hubungan Return On Asset (ROA) dengan nilai perusahaan yaitu
semakin tinggi ROA maka semakin tinggi efisiensi perusahaan tersebut
dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan untuk menghasilkan laba dan
akan menciptakan nilai perusahaan yang semakin tinggi serta dapat
memaksimumkan kekayaan pemegang saham. Berdasarkan penelitian
Helmy Fahrizal (2016) pada perusahaan Manufaktur jenis Consumer
Goods, menunjukkan bahwa Return On Assets (ROA) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulkan, bahwa apabila ROA yang merupakan pengukuran
kemampuan perusahan dalam mengelola aktiva meningkat atau baik, maka
keuntungan perusahaan dalam bentuk laba akan menambah nilai
perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian ini adalah
adalah:

H1 : Return On Assets berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

3.2.2 Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan


Keputusan investasi merupakan keputusan mengenai penanaman
modal dimasa sekarang untuk mendapatkan hasil atau keuntungan di masa
yang akan datang. Keputusan investasi dalam penelitian ini diproksikan
dengan Price Earning Ratio (PER) dimana rasio ini menunjukkan seberapa
banyak investor bersedia membayar untuk setiap laba yang dilaporkan
(Brigham dan Houston, 2011). Tingginya rasio PER sebuah perusahaan
menunjukkan saham perusahaan tersebut dapat memberikan tingkat
pengembalian tinggi kepada para investornya (Arisona, 2013).
Hubungan PER dengan nilai perusahaan yaitu ketika PER tinggi
mencerminkan bahwa investasi perusahaan bagus serta prospek
pertumbuhannya juga bagus, hal ini membuat minat para investor untuk
menginvestasikan dananya kepada perusahaan (Ayem & Nugroho, 2016).
Dengan meningkatnya investor tersebut akan diikuti dengan meningkatnya
modal perusahaan, hal ini kemudian menjadi indikator meningkatnya nilai
perusahaan. Menurut penelitian Hari Purnama (2016) menyatakan bahwa
harga saham yang diukur dengan menggunakan Price Earning Ratio
(PER) memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
(PBV). Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian ini adalah adalah:

H2 : Keputusan Investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

3.2.3 Pengaruh Total Assets Turnover (TATO) terhadap Nilai Perusahaan


Total asset turnover adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
perputaran semua aset yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa
jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aset. Rasio ini mengukur
efektivitas perusahaan dalam menggunakan total aset yang dimiliki dalam
menghasilkan volume penjualan. Menurut Harjito dan Martono (2014:53),
“Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan
dalam menggunakan aset-asetnya”. Sedangkan menurut Kasmir
(2017:185), “Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan
mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah
aktiva.”.
Semakin tingginya nilai total asset turnover menunjukkan semakin
efektifnya asset perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaan, dan
menunjukkan peluang bagi investor untuk berinvestasi dan memicu
naiknya harga saham perusahaan (Misran, 2017). Teori ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Wildan (2019) dan Riskiani (2018)
menunjukan bahwa Total Asset Turnover berpengaruh positif terhadap
Price to Book Value. Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis penelitian ini
adalah adalah:

H3 : Total Assets Turnover berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan


3.2.4 Pengaruh Earnings Per Share (EPS) terhadap Nilai Perusahaan
Earning per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang
digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. EPS adalah keuntungan
perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Salah satu
indikator keberhasilan suatu perusahaan ditunjukan oleh besarnya tingkat
keuntungan atas perlembar saham. Pada umumnya para investor akan
mengharapkan manfaat dari investasinya dalam bentuk laba perlembar
saham (EPS).
Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk
memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi maka
kesejahteraan pemegang saham meningkat dengan pengertian lain bahwa
tingkat pengembalian yang tinggi (Kasmir 2014). Berdasarkan penelitian
Silvi Renidan Suyanto (2014) menyebutkan variabel profitabilitas dengan
rasio Earning Per Share (EPS) memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Berdasarkan uraian tersebut,
hipotesis penelitian ini adalah adalah:

H4 : Earning Per Share berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan

3.2.5 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Nilai Perusahaan


Rasio Leverage adalah rasio yang mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai oleh utang. Leverage financial menyangkut
pengggunaan dana yang diperoleh pada biaya tetap tertentu dengan
harapan bisa meningkatkan bagian pemilik modal sendiri. Debt to Equity
Ratio (DER) merupakan perbandingan antara total utang terhadap total
ekuitas yang dimiliki perusahaan.
DER mempengaruhi kinerja perusahaan yaitu semakin tinggi beban
maka resiko yang ditangung juga besar. Hal ini akan mempengaruhi
tingkat kepercayaan investor terhadap perusahaan dan selanjutnya akan
mempengaruhi nilai perusahaan. Perusahaan yang meningkatkan utang
bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan
di masa yang akan datang, sehingga diharapkan investor dapat menangkap
sinyal positif tersebut dari perusahaan. Kepercayaan investor ini akan
ditunjukkan melalui pengembalian saham perusahaan tersebut yang
nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Penelitian I
Nyoman Agus dan I Ketut Mustanda (2017) menyatakan bahwa leverage
dengan pengukuran Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh signifikan dan
bernilai positif terhadap nilai perusahaan (PBV). Berdasarkan uraian
tersebut, hipotesis penelitian ini adalah adalah:

H5 : Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor food and beverage
di Bursa Efek Indonesia tahun 2020-2022 dengan mengakses website yaitu
www.idx.co.id. Alasan menggunakan sektor food and beverage karena
sektor ini merupakan kebutuhan yang konstan akan produk makanan dan
minuman yang tetap dibutuhkan dalam segala kondisi.
4.2 Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penulisan ini adalah laporan keuangan
pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2020-2022.
4.3 Identifikasi Variabel
Menurut Sugiyono (2019:68) variabel penelitian adalah suatu atribut
atau sifat atau nilai dari oang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Penelitian ini memiliki 2 variabel yaitu variabel independen
dan variabel dependen, berikut penjelasannya :
1) Variabel Independen
Menurut Sugiyono (2019:69) variabel independen disebut
juga dengan variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (terikat). Pada penelitian ini menggunakan 5 variabel
bebas yaitu return on assets (X1), keputusan investasi (X2), total
assets turnover (X3), earning per share (X4) dan debt to equity ratio
(X5).
2) Variabel Dependen
Menurut Sugiyono (2019:69) variabel dependen disebut juga
dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini
menggunakan variabel terikat nilai perusahaan (Y).

4.4 Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional merupakan penjelasan maksud dari istilah yang
menjelaskan secara operasional mengenai penelitian yang akan
dilaksanakan. Definisi operasional ini berisi penjelasan mengenai istilah-
istilah yang digunakan dalam penelitian. Definisi operasional digunakan
untuk memberikan pengertian yang operasional dalam penelitian. Definisi
ini digunakan sebagai landasan dalam merinci kisi-kisi instrumen
penelitian. Berikut ini diuraikan definisi operasional variabel penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1) Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel dependen
(terikat). Berikut terdapat 5 variabel independen yaitu :
a) Return On Assets (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio yang
menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau
membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka
panjang) dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
sendirian (investory). Return on assets (ROA) merupakan
salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur
kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang
ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasional
perusahaan agar menghasilkan keuntungan. Berikut rumus
untuk menghitung return on assets :

Laba Bersih
Return On Asset = x 100%......................... (1)
Total Aktiva
b) Price Earning Ratio (PER)
Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk
mengukur keputusan investasi adalah PER (price earning
ratio). Menurut Nelwan dan Tulung (2018) price earning
ratio (PER) adalah rasio harga pasar per saham terhadap laba
bersih per saham. PER merupakan rasio yang sering
digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rumus
dalam menghitung price earnings ratio (PER) dalam
menentukan nilai perusahaan dapat dicari menggunakan
(Siregar et al., 2021) :

Harga Pasar Saham


Price Earnings Ratio = laba per lembar saham
................ (2)

c) Total Assets Turnover (TATO)


Menurut Sujarweni (2017:63) “total asset turnover
merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu
atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk
menghasilkan revenue”. Rumus untuk menghitung TATO
menurut Kasmir (2016:286) adalah sebagai berikut :

Penjualan
Total Assets Turnover = Total Aktiva .............................. (3)

d) Earning Per Share (EPS)


EPS mengandung informasi yang penting untuk
melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham
dan tingkat harga saham dikemudian hari, serta EPS juga
relevan untuk menilai efektivitas manajemen dan kebijakan
pembayaran dividen. EPS merupakan komponen utama
dalam analisis fundamental yang dilakukan investor dalam
menganalisis sebelum memutuskan untuk membeli atau
menjual saham. Rumus untuk mencari earning per share
adalah sebagai berikut:

Laba Bersih Setelah Pajak


Earning Per Share = ................. (4)
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

e) Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to equity ratio adalah rasio yang menggunakan
hutang dan modal untuk mengukur besarnya rasio. Debt to
equity ratio merupakan rasio yang dipergunakan untuk
mengukur tingkat penggunaan utang terhadap total
shareholder’s equity yang dimiliki perusahaan. Debt to
equity ratio menunjukan persentase penyediaan dana oleh
pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin
tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang
disediakan oleh pemegang saham. Menurut Kasmir
(2017:158) rumus yang digunakan untuk mengukur Debt to
equity ratio yaitu :

Total Hutang
Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 ..................... (5)

2) Variabel Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi


akibat adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018:59). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan dapat tercermin melalui harga saham. Nilai perusahaan
diukur dengan price to book value (PBV). PBV merupakan
perbandingan dari harga suatu saham dengan nilai buku. PBV
menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan relative dengan jumlah modal yang
diinvestasikan, sehingga semakin tinggi rasio PBV menunjukkan
semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang
saham (Ang,1997 dalam Nathaniel 2008). Rumus yang digunakan
dalam mengukur price to book value yaitu :

Harga Saham
Price to Book Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 .................................... (6)

4.5 Jenis dan Sumber Data


4.5.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1) Data Kuantitatif
Menurut Sugiyono (2018:13) data kuantitatif merupakan
metode penelitian yang berlandaskan positivistic (data konkrit), data
penelitian berupa angka-angka yang akan diukur menggunakan
statistik sebagai alat uji penghitungan, berkaitan dengan masalah
yang diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Filsafat
positivistic digunakan pada populasi atau sampel tertentu. Data
kuantitatif pada penelitian ini adalah laporan keuangan tahun 2020-
2022 dari sektor perusahaan food and beverage yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2020-2022.
2) Data Kualitatif
Menurut Sugiyono (2015) adalah data yang berbentuk kata,
skema, dan gambar. Data kualitatif pada penelitian ini yaitu
informasi serta data perusahaan sektor food and beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2020-2022.
4.5.2 Sumber Data
Pada penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data
sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, yaitu lewat orang lain atau berupa dokumen (Sugiyono,
2018:402). Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan mengakses www.idx.co.id.

4.6 Populasi dan Sampel


4.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri obyek atau subyek
yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam
penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan food
and beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2020-2022
yang berjumlah 124 perusahaan. Dari 124 perusahaan ini peniliti hanya
mengambil data perusahaan yang memiliki laporan keuangan yang
lengkap dan tersedia secara berturut-turut. Jumlah perusahaan yang
memenuhi kriteria tersebut adalah 85 perusahaan.
4.6.2 Sampel
Menurut Sugiyono, (2017:81) sampel ialah bagian dari populasi
yang menjadi sumber data dalam penelitian, dimana populasi
merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Teknik sampling menurut Sugiyono, (2016:81) ialah teknik
pengambilan sampel, untuk menentukan sampel yang akan digunakan.
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
berdasarkan populasi, dengan cara menggunakan Non-probability
sampling dengan metode purposive sampling dimana teknik dalam
pengambilan sampel ini memiliki pertimbangan-pertimbangan yang
sudah ditentukan. Adapun kriteria dalam pegambilan sampel adalah
sebagai berikut :
1. Perusahaan food and beverage yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) selama periode 2020-2022.
2. Perusahaan food and beverage yang mempublikasikan laporan
keuangannya selama periode 2020-2022.
Tabel 4.1

Kriteria Sampel Penelitian

No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan food and beverage yang terdaftar di 113
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2020-2022
2 Perusahaan food and beverage yang tidak (11)
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2020-2022
3 Perusahaan food and beverage yang 85
mempublikasikan laporan keuangan selama
periode 2020-2022
4 Perusahaan food and beverage yang tidak (39)
mempublikasikan laporan keuangannya selama
periode 2020-2022
Periode Penelitian 3
Total jumlah sampel dalam periode penelitian 85
Sumber : www.idx.co.id data diolah (2023)

Berdasarkan kriteria tersebut dan ketersediaan data yang


didapat, maka dari hasil penelitian sampel dapat diperoleh sampel
sebanyak 85 perusahaan.

4.7 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan
studi dokumentasi atas data sekunder yang berupa laporan keuangan tahun
2020-2022 dari masing-masing perusahaan food and beverage. Data dalam
proposal ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dengan mengakses situs
resmi www.idx.co.id.
4.8 Teknik Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk
mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dengan
melihat kerangka pemikiran teroritis, maka teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Teknik analisis
data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS
(Statistical Package For Social Science).

4.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk


menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generaliasi
(Sugiyono, 2018:206). Uji analisis statistik deskriptif merupakan
metode pengumpulan dan pengelompokan data penelitian yang
nantinya akan di analisis dan diinterpretasikan secara objektif melalui
nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi.
Pengujian ini dilakukan untuk melihat gambaran keseluruhan dari
sampel dan untuk mempermudah memahami variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian.

4.8.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik digunakan apabila penelitian menggunakan


metode regresi berganda. Menurut Sekaran (2006) analisis regresi
berganda dilakukan untuk menguji pengaruh dari beberapa variabel
bebas terhadap satu variabel terikat. Data yang akan diolah dengan
regresi berganda yang dibantu oleh SPSS, harus memenuhi asumsi
tertentu agar model regresi tidak bias. Uji asumsi klasik dalam
penelitian ini mencakup uji normalitas, multikolinearitas,
heteroskedastisitas, dan autokorelasi.

1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal, bila asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Untuk mempermudah dalam melakukan penghitungan secara
statistik, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini akan
diolah dengan bantuan software statistik SPSS. Menurut
Santoso (2011:214) : (1) Nilai Probabilitas > 0,05, maka data
tersebut berdistribusi normal. (2) Nilai Probabilitas < 0,05,
maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Imam Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam penelitian ini dilihat dari nilai torelance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Korelasi antara variabel
independen dapat diketahui dengan menggunakan Variance
Inflation Factor (VIF) dengan kriteria menurut (Singgih,2001)
yaitu: Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10 dikatakan
tidak terdapat gejala multikolinearitas dan jika
angka tolerance di bawah 0,1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat
gejala multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atas suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Dalam uji ini, apabila hasil sig > 0,05, maka tidak terdapat
gejala heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak
terjadinya heterokedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2006:99). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat
menggunakan uji Durbin Watson (DW test), dimana hasil
pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan
menggunakan Durbin-Watson. Kriteria pengambilan
keputusannya sebagai berikut :
a) Jika DW dibawah -2, maka terdapat autokorelasi positif.
b) Jika DW -2 sampai dengan +2, maka tidak terdapat
autokorelasi.
c) DW diatas +2, maka terdapat autokorelasi negatif.

4.8.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis yang digunakan dalam menguji hipotesis penelitian ini


adalah dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan
menggunakan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS). Sugiyono (2017), analisis regresi dapat digunakan untuk
meramalkan perubahan hubungan yang akan terjadi berdasarkan
hubungan yang ada pada periode waktu sebelumnya. Analisis regresi
linear berganda digunakan untuk menguji pengaruh dari variabel bebas
yaitu return on assets, keputusan investasi diukur dengan price earning
ratio, total assets turnover, earning per share dan debt to equity ratio
terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to book value.
Untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas (X) dan variabel
terikat (Y), maka dilakukan perhitungan menggunakan metode analisis
linear berganda. Formulasi regresi linear berganda adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Keterangan :

Y = Nilai Perusahaan (Variabel Dependen)

a = Konstanta

β1 β2 β3 β4 β5 = Koefisien regresi masing-masing variabel

X1 = Return On Assets (Variabel Independen)

X2 = Price Earning Ratio (Variabel Independen)

X3 = Total Assets Turnover (Variabel Independen)

X4 = Earning Per Share (Variabel Independen)

X5 = Debt to Equity Ratio (Variabel Independen)

e = Standar eror

4.8.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Suliyanto (2011:55) koefisien determinasi adalah besarnya


suatu kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen.
Semakin tinggi koefisien determinasi, semakin tinggi pula kemampuan
variabel bebas dalam menjelaskan variasi perubahan variabel
dependennya dan sebaliknya jika semakin kecil nilai R maka semakin
rendah pula kemampuan variabel independen dalam menjelaskan
variasi perubahan variabel dependennya. Pengujian Koefisien
Determinasi (R2) pada intinya adalah untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.
Koefisien Determinasi berkisar dari nol sampai dengan satu (0 ≤ R2
≤1). Adapun prosedur determinasi berganda R2 berada antara 0 dan 1
yang artinya :

a) Apabila R2 = 1 atau mendekati 1, maka kontribusi dari


variabel independen semakin baik terhadap variabel
dependen.
b) Apabila R2 = mendekati 0 (semakin kecil R2) artinya
kontribusi dari variabel independen semakin kecil terhadap
variabel dependen

4.8.5 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Uji F pada dasarnya mengukur efektivitas model atau mengukur


berapa persen variasi Y yang bisa di jelaskan oleh seluruh variabel
independen yang digunakan, (Gudono, 2014:144). Uji kelayakan
digunakan untuk menguji kelayakan model antara return on assets,
keputusan investasi diukur dengan price earning ratio, total asset
turnover, earning per share, dan debt to equity ratio terhadap nilai
perusahaan layak atau tidak digunakan dalam model penelitian. Uji
kelayakan dalam penelitian ini menggunakan uji F. Berikut kriteria
pengambilan keputusan dalam uji F :

a) Jika nilai signifikansi > 0,05, maka model regresi yang


dihasilkan tidak baik atau tidak layak digunakan pada
analisis selanjutnya.
b) Jika nilai signifikansi < 0,05, maka model regresi yang
dihasilkan baik atau layak digunakan pada analisis
selanjutnya.

4.8.6 Uji Hipotesis (Uji T)

Uji T dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen


terhadap variabel dependen dalam persamaan regresi berganda secara
parsial. Uji T juga dilakukan untuk menguji kebenaran koefisien regresi
dan melihat apakah koefisien regresi yang diperoleh signifikan atau
tidak. Untuk melihat adanya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen, diuji pada tingkat signifikan α = 0,05. Pengambilan
keputusan dengan uji t dapat dilakukan dengan :

a) Jika nilai signifikan t > 0,05, maka hipotesis ditolak. Maka


variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.
b) Jika nilai signifikan t < 0,05, maka hipotesis diterima. Maka
variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai