Diajukan oleh :
NAMA : NI KADEK ELLA SILVIA
NIM : 2102622010253
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Teori sinyal yang diperkenalkan oleh Spence pada tahun 1973 berkaitan
dengan upaya manajemen untuk memberikan sinyal kepada investor
mengenai pandangan mereka terhadap prospek perusahaan (Spence, 1973).
Azizah & Widyawati (2021) menyatakan bahwa teori sinyal merupakan
strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk memberikan petunjuk
kepada investor mengenai pandangan manajemen terhadap masa depan
perusahaan. Sinyal tersebut terkait dengan laporan yang mengungkapkan
bagaimana manajemen berencana merealisasikan harapan pemegang
saham. Teori sinyal menegaskan bahwa perusahaan memiliki motivasi
untuk menyampaikan informasi, khususnya melalui laporan keuangan,
kepada pihak-pihak eksternal.
Jika suatu perusahaan menyajikan informasi mengenai prospek
perusahaan yang berkualitas baik atau memberikan pandangan positif, ini
akan mendapatkan respons positif dari investor. Dalam hal ini, investor
dapat melakukan seleksi antara perusahaan yang memiliki kualitas baik dan
yang memiliki kualitas buruk. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan nilai
saham perusahaan dan secara keseluruhan meningkatkan nilai perusahaan.
Sebaliknya, jika informasi yang disampaikan oleh perusahaan berkualitas
buruk atau bersifat negatif, hal ini akan menurunkan minat investor untuk
berinvestasi. Akibatnya, nilai perusahaan dapat mengalami penurunan.
(Pradina & Hasanah, 2021).
Research Gap
Kajian Penelitian
Sebelumnya:
Apakah return on assets, keputusan
investasi, total asset turnover, 1. Nafisah, dkk
perusahaan? (2019)
3. Pratiwi, dkk
(2023)
H1: Return On Assets berpengaruh
1. Teori Sinyal 4. Anjasmoro dan
positif terhadap nilai perusahaan
(Signalling Theory ) Santoso (2019)
H2: Keputusan Investasi berpengaruh
2. Teori Keagenan 5. Maharani, dkk
positif terhadap nilai perusahaan
(Agency Theory) (2021)
H3: Total Assets Turnover
6. Utami dan Welas
berpengaruh positif terhadap nilai
(2019)
perusahaan
7. Dewi dan
H4: Earning Per Share berpengaruh
Sembiring (2022)
positif terhadap nilai perusahaan
8. Firdaus dan
H5: Debt to Equity Ratio berpengaruh
Rohdiyarti (2021)
positif terhadap nilai perusahaan
9. Oktaviarni, dkk
(2018)
Teknik Analisis Linier Berganda 10. Kurniasari (2020)
Pembahasan
Gambar 3.2
Model Penelitian
Return On Assets
Keputusan Investasi
Nilai Perusahaan
Total Assets Turnover
METODE PENELITIAN
Laba Bersih
Return On Asset = x 100%......................... (1)
Total Aktiva
b) Price Earning Ratio (PER)
Dalam penelitian ini, proksi yang digunakan untuk
mengukur keputusan investasi adalah PER (price earning
ratio). Menurut Nelwan dan Tulung (2018) price earning
ratio (PER) adalah rasio harga pasar per saham terhadap laba
bersih per saham. PER merupakan rasio yang sering
digunakan untuk mengevaluasi investasi prospektif. Rumus
dalam menghitung price earnings ratio (PER) dalam
menentukan nilai perusahaan dapat dicari menggunakan
(Siregar et al., 2021) :
Penjualan
Total Assets Turnover = Total Aktiva .............................. (3)
Total Hutang
Debt to Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑆𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖 ..................... (5)
Harga Saham
Price to Book Value = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 .................................... (6)
No Keterangan Jumlah
1 Perusahaan food and beverage yang terdaftar di 113
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode
2020-2022
2 Perusahaan food and beverage yang tidak (11)
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2020-2022
3 Perusahaan food and beverage yang 85
mempublikasikan laporan keuangan selama
periode 2020-2022
4 Perusahaan food and beverage yang tidak (39)
mempublikasikan laporan keuangannya selama
periode 2020-2022
Periode Penelitian 3
Total jumlah sampel dalam periode penelitian 85
Sumber : www.idx.co.id data diolah (2023)
1) Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal, bila asumsi ini dilanggar
maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Uji normalitas data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov.
Untuk mempermudah dalam melakukan penghitungan secara
statistik, analisis yang dilakukan dalam penelitian ini akan
diolah dengan bantuan software statistik SPSS. Menurut
Santoso (2011:214) : (1) Nilai Probabilitas > 0,05, maka data
tersebut berdistribusi normal. (2) Nilai Probabilitas < 0,05,
maka data tersebut tidak berdistribusi normal.
2) Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Imam Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas dalam penelitian ini dilihat dari nilai torelance
dan Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Korelasi antara variabel
independen dapat diketahui dengan menggunakan Variance
Inflation Factor (VIF) dengan kriteria menurut (Singgih,2001)
yaitu: Jika angka tolerance di atas 0,1 dan VIF < 10 dikatakan
tidak terdapat gejala multikolinearitas dan jika
angka tolerance di bawah 0,1 dan VIF > 10 dikatakan terdapat
gejala multikolinearitas.
3) Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atas suatu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual
suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Dalam uji ini, apabila hasil sig > 0,05, maka tidak terdapat
gejala heterokedastisitas. Model yang baik adalah tidak
terjadinya heterokedastisitas.
4) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali,
2006:99). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat
menggunakan uji Durbin Watson (DW test), dimana hasil
pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan
menggunakan Durbin-Watson. Kriteria pengambilan
keputusannya sebagai berikut :
a) Jika DW dibawah -2, maka terdapat autokorelasi positif.
b) Jika DW -2 sampai dengan +2, maka tidak terdapat
autokorelasi.
c) DW diatas +2, maka terdapat autokorelasi negatif.
Keterangan :
a = Konstanta
e = Standar eror