Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam tata perekonomian nasional terdapat tiga sektor kekuatan

penggerak ekonomi yang melaksanakan berbagai kegitan usaha, yaitu sektor

Negara, Swasta dan Koperasi. Ketiga sektor tersebut diharapkan dapat bekerja

sama untuk mencapai kedudukan ekonomi yang kuat. Pesatnya perkembangan

insfrastruktur serta semakin mudahnya para pengusaha menembus sekat dan

dinding antar negara menjadikan dunia usaha semakin kompetitif. BEI atau Bursa

Efek Indonesia merupakan pasar modal yang ada di Indonesia. BEI menggunakan

system perdagangan bernama Jakarta Automates Tranding System (JATS) sejak

22 mei 1995. Hingga saat ini terdapat 600 perusahaan yang tergabung di Bursa

Efek Indonesia.

Perusahaan-perusahaan tersebut terbagi menjadi beberapa sektor industri,

salah satunya adalah industri manufaktur. Manufaktur sendiri berarti proses

membuat atau mengubah bahan mentah menjadi barang yang dapat dikonsumsi

manusia dengan tangan atau mesin. Industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia

terbagi menjadi 3 sektor utama, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka

industri dan sektor barang konsumsi. Sektor barang konsumsi masih dibagi lagi

menjadi 5 sub sektor salah satunya adalah sub sektor makanan dan minuman.

Industri ini memiliki posisi yang cukup baik di Indonesia, hal tersebut dapat

1
2

dibuktikan dengan peran pentingnya terhadap pertumbuhan nilai Produk

Domestik Bruto (PDB) nasional.

Hal tersebut terjadi karena masyarakat Indonesia cenderung bersifat

konsumtif dalam memenuhi kebutuhan pokok. Kondisi tersebut diperkuat dengan

adanya pernyataan bahwa sektor industri makanan dan minuman sudah mulai

mengalami perbaikan sejak pertengahan kuartal IV/2015. Pernyataan tersebut di

ungkapkan oleh Adhi S. Lukman, beliau merupakan Ketua Umum Gabungan

Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia. Namun, pertumbuhan industri

makanan daan minuman diakhir juni 2017 melambat dibandingkan hasil triwulan

I-2017.

Hal ini dikatakan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, beliau

mengungkapkan bahwa “Pertumbuhan Industri makanan dan minuman pada

triwulan kedua sebesar 7,19%. Walaupun mengalami sedikit perlambatan bila

dibandingkan dengan triwulan I-2017 sebesar 8,15%, walaupun begitu industri

makanan dan minuman memiliki peranan penting dalam pembangunan sektor

industri terutama kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu,

peran penting industri makanan dan minuman juga dapat dilihat dari jumlah

ekspor periode januari-juni 2017 yang mencapai US$ 15,4 miliar dibandingkan

degan impor produk makanan dan minuman yang memiliki nilai sebesr US$ 4,7

miliar.

Dari tahun 2012 Pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil dan daya beli

masyarakat yang cukup baik membuat konsumsi makanan dan minuman di

Indonesia mengalami peningkatan tajam. Gabungan Pengusaha Makanan dan


3

Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) memprediksi pertumbuhan industri

mamin akan mencapai 8,2%, tetapi kenyataannya pertumbuhan industri mamin

telah mencapai 12,75%. “Awalnya kita hanya menargetkan pertumbuhan berkisar

8,2% mengingat angka tersebut diperoleh pada kuartal III/2012. Akan tetapi

pertumbuhan industri makanan justru telah mencapai 12,75%. Angka ini diluar

ekspektasi para pengusaha," kata Ketua Umum Gapmmi Adhi Lukman di Jakarta,

Senin (4/2).

Menurut dia, investasi di industri mamin juga meningkat tajam, baik

investasi lokal mau asing. Hal ini juga menjadi peningkatan pencapaian

pertumbuhan industri mamin. Data Kementerian Perindustrian memperlihatkan

penanaman modal dalam negeri di industri makanan pada tahun lalu tercatat

senilai Rp11,2 triliun, naik 40% dibandingkan periode yang sama pada 2011

yakni senilai Rp7,9 triliun.

Adapun, total nilai investasi asing di industri tersebut pada tahun lalu naik

61,4% dari US$1,1 miliar pada 2011 menjadi US$1,7 miliar yang menjadi

kontributor ketiga terbesar penanaman modal di bidang manufaktur. "Peningkatan

kebutuhan masyarakat seiring dengan kenaikan jumlah penduduk juga menjadi

salah satu faktor pendorong meningkatnya produksi," ujarnya.

Dalam menjalankan operasinya, setiap perusahaan selalu diarahkan pada

tujuan yang telah ditetapkan, tujuan utama perusahaan adalah untuk

memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemilik

perusahaan (stalkholder). Salah satu keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat

dari tinggi atau rendahnya suatu Rentabilitas. Dalam hal ini rentabilitas digunakan
4

untuk mengukur efisiensi penggunaan seluruh modal atau asetnya yang ada dalam

perusahaan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam prosentase (%). Selain

hal tersebut, rentabilitas juga dapat menjadi tolak ukur kemampuan perusahaaan

dalam mengembalikan pinjaman modal.

Menurut Budi Raharjo (2009) rentabilitas adalah kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Bila yang digunakan

adalah seluruh modal yang tertanam didalamnya, dalam hal ini seluruh aktiva atau

kekayaan perusahaan maka kita kenal Rentabilitas Ekonomis. Rentabilitas

Ekonomis (ROA = Return on total Asset atau earning power of total investment)

atau imbalan modal perusahaan adalah perbandingan antara laba/keuntungan

sebelum biaya bunga dan pajak (EBIT = Earning before interest and taxes)

dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada didalamnya untuk

menghasilkan keuntungan.

Namun demikian apabila terjadi kenaikan rentabilitas yang juga diikuti

oleh kenaikan biaya yang relatif besar dan tingkat perputaran modal kerja yang

relatif lambat berarti belum efektifnya Perusahaan dalam pengelolaan usaha.

Untuk dapat memperoleh rentabilitas yang maksimal suatu perusahaan tidak lepas

dari pengelolaan modal kerja dan efisiensi dari pengendalian biayanya.

Dalam fungsi manajemen suatu perusahaan, dalam pengelolaan biaya

harus terdapat pengendalian dimana fungsi ini merupakan proses yang digunakan

manajemen untuk pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan dengan

membandingkan antara hasil dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian


5

biaya ini dimaksudkan agar perusahaan mampu bertahan. Biaya yang memiliki

peran besar dalam mempengaruhi keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya

untuk memperoleh laba adalah biaya operasional dan biaya komersial. Tanpa

aktivitas operasional yang terarah maka seluruh produk yang dihasilkan tidak

akan memiliki manfaat apapun bagi perusahaan (Jane Irene Watania, 2013 dalam

Panji Prasetyo, 2017).

Dalam rangka peningkatan efisiensi, pengelolaan modal kerja sangat

memegang peranan penting dalam menjalankan usahanya untuk memperoleh

pendapatan hasil operasinya. Pada dasarnya jumlah modal kerja dari suatu periode

ke periode selalu berubah sehingga perlu pengelolaan yang profesional. Adanya

modal kerja yang cukup sangat penting untuk beroperasi seekonomis mungkin

atau digunakan secara efektif. Modal kerja tidak boleh terlalu besar atau terlalu

kecil dan juga harus dijaga agar tidak menimbulkan masalah, pencapaian modal

kerja yang tinggi, perushaan harus menjalankan aktivitasnya dengan efisien dan

efektif, modal kerja yang cukup memungkinkan perusaan untuk beroperasi dalam

rangka pencapaian laba yang ditargetkan (Pratiwi, 2014).

Banyak teori/ pendapat yang menyatakan bahwa pengendalian biaya yang

dilakukan dengan efektif dan efisien akan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya

tingkat rentabilitas, akan tetapi teori tersebut tidak selamanya benar dan harus

dapat diuji kebenarannya. Hal itu telah dibuktikan dengan beberapa penelitian

terdahulu mengenai pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja.

Hasil penelitian menurut Hinda Cahyawati, dkk (2014) menyimpulkan

bahwa ada pengaruh signifikan perputaran modal kerja dan efisiensi pengendalian
6

biaya terhadap rentabilitas ekonomi. Sedangkan menurut Rizka Hadya, dkk

(2017) Tingkat Perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor industri logam dan sejenisnya

yang terdaftar di BEI periode 2015-2016.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat ditunjukkan hasil

yang tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda. Maka dari itu

penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-

temuan empiris mengenai pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat

perputaran modal kerja pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Berikut ini merupakan hasil Perbandingan antara Laba/Keuntungan

sebelum biaya bunga dan pajak (EBIT) dengan seluruh aktiva atau kekayaan

perusahaan. Data di bawah ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2012-2017:

Table 1.1
Perbandingan Tingkat Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan
Makanan dan Minuman (%)
No. Nama Perusahaan 2012 2013 2014 2015 2016 2017
1. PT. Wilmar Cahaya Indah,Tbk 8,15 8,09 4,43 9,56 20,04 10,28
2. PT. Indofood,Tbk 10,64 5,15 7,24 5,40 8,99 8,71
3. PT. Sekar Bumi,Tbk 5,73 16,32 16,90 7,01 3,08 1,96
4. PT. Sekar Laut,Tbk 4,67 3,77 4,98 5,33 4,42 4,40
5. PT. Siantar TOP,Tbk 7,45 9,94 9,78 12,09 9,32 8,96
Sumber: Annual Report 2012-2017 perusahaan Manufaktur sub sektor makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (data diolah kembali, 2018)
7

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat rentabilitas ekonomi

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dari periode 2012 sampai dengan 2017 sangat beragam. PT.

Wilmar Cahaya Indah,Tbk, PT. Indofood,Tbk, PT. Sekar Bumi,Tbk, PT. Siantar

TOP,Tbk nilai rentabilitas ekonomi memiliki kecenderungan menurun, namun

pada , PT. Sekar Laut,Tbk, nilai rentabilitas memiliki kecenderungan meningkat

walaupun tidak terlalu signifikan. Nilai rentabilitas ekonomi tertinggi dicapai oleh

PT. Sekar Bumi,Tbk yaitu sebesar 16,90% serta nilai rentabilitas ekonomi

terendah dicapai pula oleh PT. Sekar Bumi,Tbk sebesar 1,96%. Perusahaan di

atas merupakan perusahaan yang memenuhi kriteria oleh peneliti dan dijadikan

sampel penelitian.

Standar pengukuran tingkat Rentabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah


ini:
Tabel 1.2
Standar Pengukuran Tingkat Efisiensi Rentabilitas

>15% Sangat Efisien


Profitabilitas 10%-14% Efisien
1%-9% Cukup Efisien
<1% Kurrang Efisien
Sumber : Kep.Ment. Koperasi dan UKM : 129/KEP/MKUKM/XI/2002 (dalam
Purbo Kusumardani, 2007)

Dilihat dari enam sampel yang diambil rata-rata tingkat Rentabilitas

Ekonomi yang dimiliki besar kurang lebih 8%, ini berarti bahwa tiap Rp.100

modal yang dimiliki mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp.8 atau masih

dapat dikatakan dibawah standar, di samping itu jika dilihat dari tingkat suku

bunga pinjaman yang berlaku sekarang, modal yang dimiliki oleh Perusahaan

bukan hanya dari modal sendiri tetapi juga dari modal pinjaman, sedangkan
8

tingkat suku bunga pinjaman pada tahun 2018 secara rata-rata masih berada di

kisaran 10%. Dengan tingkat rentabilitas ekonomi yang rendah dibandingkan

tingkat suku bunga pinjaman akan sedikit sulit bagi perusahaan untuk dapat

mengembalikan modal pinjaman tersebut.

Salah satu solusi dari Fenomena di atas yaitu dengan memperhatikan

faktor-faktor yang mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi tersebut. Faktor-faktor

tersebut diantanya yaitu Efisiensi Pengendalian Biaya karena biaya yang

dikeluarkan oleh perusahaan harus dikendalikan semaksimal mungkin, sehingga

tidak terjadi pembengkakan biaya, jika biaya operasional yang dikeluarkan rendah

maka laba yang diperoleh lebih besar sehingga menyebabkan meningkatnya

rentabilitas ekonomi. Faktor lainnya yaitu Tingkat Perputaran Modal Kerja, dalam

perusahaan, modal kerja yang tinggi memberikan gambaran bahwa efektivitas

penggunaan modal kerja semakin tinggi. Kenaikan tingkat perputaran modal kerja

akan turut meningkatkan rentabilitasnya, dan sebaliknya penurunan tingkat

perputaran modal kerja mengakibatkan turunnya rentabilitas.

Dengan dasar permasalahan inilah, penelitian dimaksudkan untuk

melakukan pengujian temuan-temuan empiris tersebut, maka penulis merasa

terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : ”PENGARUH EFISIENSI

PENGENDALIAN BIAYA DAN TINGKAT PERPUTARAN MODAL

KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI (Studi Pada Perusahaan

Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2012-2017)”.


9

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Seperti yang terdapat dalam latar belakang diatas, disebutkan bahwa tinggi

rendahnya rentabilitas ekonomi dari suatu perusahaan akan tercapai jika dilakukan

efisiensi biaya dan modal kerja yang ada. Dari uraian tersebut maka permasalahan

yang dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh efisiensi pengendalian biaya terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

2. Bagaimana pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

3. Bagaimana pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran

modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan manufaktur sub

sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2017.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui apakah

ada atau tidaknya pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran

modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada Perusahaan Manufaktur Sub

Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia . Serta
10

untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti sidang skripsi strata 1 (S-1) pada

Fakultas Ekonomika dan Bisnis jurusan Akuntansi Universitas Majalengka.

1.3.2 Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi pengendalian biaya terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap

rentabilitas ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

3. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat

perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia periode 2012-2017.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Praktis

1. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu atas hasil penelitian yang dilakukan dan sebagai

koleksi perpustakaan pribadi.

2. Bagi Perusahaan/Badan

Dengan hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi mengenai

kondisi rentabilitas perusahaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya


11

sehingga dapat membantu dalam hal pengambilan keputusan dan sebagai

bahan pertimbangan untuk dapat mengelola lebih baik modal perusahaan yang

ada sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

3. Bagi Pihak Lain

Menjadi bahan referensi dan memberikan tambahan informasi bagi penelitian

selanjutnya dalam tema yang sama.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

memperluas wawasan, serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan lebih lanjut khususnya mengenai pengaruh efisiensi pengendalian

biaya dan tingkat perputan modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

1.5.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan

dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2017. Data

pnelitian ini diperoleh melalui situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian yang dilakukan yaitu dari bulan Oktober 2018

sampai dengan bulan Februari 2019. Dibawah ini terdapat Time Schedule

Penyusunan skripsi:
Tabel 1.3
Time Schedule Penyusunan Skripsi

Tahun 2018/2019
Bulan
No Tahap Kegiatan
Oktober November Desember Januari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Persiapan
Pengajuan dan Rekomendasi
1 Judul
Penyusunan dan Bimbingan UP
Seminar UP
Tahap Pengumpulan Data
2 Studi Pustaka
Dokumentasi
Pengolahan dan Analisis Data
Seleksi dan Pengolahan Data
3
Penulisan Skripsi
Bimbingan
Penyusunan Hasil Penelitian
Sidang Draf Skripsi
4 Perbaikan Draf Skripsi
Sidang Skripsi
Perbaikan Skripsi
Sumber : Diolah Sendiri (2018)
BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Teori Signal (Signalling Theory)

Menurut Brigham dan Houston (2010 dalam Kuswandi, 2016) isyarat atau

signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk

bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.

Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari

penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan

cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target struktur normal.

Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk

menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya

merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek

perusahaan tersebut suram.

Menurut Brigham dan Houston isyarat atau signal adalah suatu tndaan

yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa

informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk

merealisaikan keinginan pemilik. Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan

merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi

pihak di luar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku

bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau

13
14

gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang

bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.

Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan

untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan

perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara

lain perusahaan dan pihak luar, karena perusahaan mengetahui lebih banyak

mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada pihak luar (investor

dan kreditor). Kurangnya informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan

menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang

rendah untuk perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan

dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi

informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.

Secara garis besar signaling theory erat kaitannya dengan ketersediaan

informasi. Laporan keuangan dapat digunakan untuk mengambil keputusan bagi

investor, laporan keuangan bagian terpenting dari analisis fundamental

perusahaan. Pemeringkatan perusahaan yang telah go public lazimnya didasarkan

pada analisis rasio keuangan ini. Analisis ini dilakukan untuk mempermudah

interpretasi terhadap laporan keuangan yang telah disajikan oleh manajeemen.

Penggunaan teori signaling, informasi berupa ROA atau tingkat

pengembalian terhadap aset atau juga seberapa besar laba yang didapat darai aset

yang digunakan. Dengan demikian jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal

yang baik bagi investor. Karena dengan ROA tinggi menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan tersebut baik maka investor akan tertarik untuk


15

menginvestasikan dananya yang berupa surat berharga atau saham. Profitabilitas

(Rentabilitas) yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan baik, sehingga

investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan akan

meningkat.

2.1.2. Kinerja Keuangan

Kinerja adalah suatu proses dari kegiatan yang dicapai atau bisa dikatakan

sebagai prestasi yang didapatkan. Pada akuntansi sebuah kinerja akan sangat

berguna dalam perkembangan perusahaan. Irham (2017:2) mendefinisikan

“kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh

mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar”. Menurut Sucipto (2003:2 dalam

Galih, 2014) “kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang

dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba”.

Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa kinerja keuangan merupakan hasil yang

dicapai oleh sebuah perusahaan atas aktivitas yang dilakukan dalam

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.

Kinerja keuangan perusahaan dapat diketahui dengan menganalisis

laporan keuangan menggunakan alat analisis keuangan sehingga dapat diketahui

baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu. Seperti

yang dikatakan Agus,dkk (2015:140) kinerja lebih daripada sekedar prestasi kerja.

Kinerja keuangan adalah gambaran prestasi yang dicapai perusahaan dalam

operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpun dan

penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia.


16

Menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen (2001:434)

menjelaskan ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja secara

kuantitatif yaitu:

1. Ukuran kriteria tunggal (single criteria), yaitu ukuran kinerja yang hanya

menggunakan satu ukuran untuk menilai kinerja keuangan.

2. Ukuran kriteria beragam (multiple criteria), yaitu ukuran kinerja yang

menggunakan berbagai macam ukuran untuk menilai kinerja keuangan

3. Ukuran kriteria gabungan (composite criteria), yaitu ukuran kinerja yang

menggunakan berbagai macam ukuran, memperhitungkan bobot masing-

masing ukuran, dan menghitung rata-ratanya sebagai ukuran menyeluruh

kinerja keuangan.

Pendapat diatas menjelaskan bahwa pengukuran suatu kinerja keuangan

perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai ukuran, salah satunya dengan

menghitung rasio-rasio keuangan. Rasio yang digunakan dalam pengukuran

kinerja perusahaan ini meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio

rentabilitas.

2.1.3. Rentabilitas Ekonomi

2.1.3.1. Pengertian Rentabilitas

Menurut Budi Raharjo (2009:140) rentabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Riyanto

(2008:35 dalam Dwi Novita Elpandari, 2010) rentabilitas suatu perusahaan

menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang


17

menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, rentabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Menurut Soemarso (2005:397) rentabilitas adalah hasil dari bebagai

keputusan dan kebijakan yang dijalankan perusahaan. Analisis-analisis yang

selama ini dibahas berbicara tentang cara perusahaan beroperasi. Analisis

rentabilitas memberikan jawaban akhir tentang efisiensi tidaknya perusahaan.

Rentabilitas dapat diukur melalui kemampuan perusahaan menghasilkan laba.

Rentabilitas pada umumnya dirumuskan sebagai berikut:

Laba usaha
Rentabilitas= x 100%
Modal

Berdasarkan konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa rentabilitas adalah

pencerminan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan keuntungan atau laba

dengan seluruh modal pada periode tertentu.

Menurut Riyanto (2008:37-41 dalam Elpandari, 2010) rentabilitas dipengaruhi

oleh dua faktor, yaitu:

1. Profit Margin

Profit margin adalah perbandingan antara laba usaha dengan penjualan

usaha yang dinyatakan dalam prosentase (%).

Labausaha
Profit Margin= x 100 %
Penjualanbersih
18

Untuk menaikkan nilai profit margin ada dua cara yaitu:

a) Dengan menambah biaya usaha (operating expenses) sampai tingkat

tertentu diusahakan tercapainya tambahan pendapatan yang sebesar-

besarnya.

b) Dengan mengurangi biaya usaha daripada berkurangnya pendapatan.

2. Turnover of Operating Assets

Turnover of operating assets adalah kecepatan berputarnya aktiva usaha

dalam suatu periode tertentu. Perputaran tersebut dapat ditentukan dengan

membagi penjualan bersih dengan modal usaha.

Penjualan
Turn of Operating Asset= x 100 %
Modal bersih

Ada 2 cara menaikkan turnover of operating assets:

a) Dengan menambah modal usaha (operating assets) sampai pada tingkat

tertentu diusahakan tercapainya tambahan sales yang sebesar-besarnya.

b) Dengan mengurangi sales sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan

atau pengurangan operating assets (modal usaha) sebesar-besarnya.

Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan

melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan,

sedangkan turnover of operating assets dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi

perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran aktiva usaha dalam suatu

periode tertentu. Besarnya rentabilitas ekonomi dapat diketahui dengan

mengalikan profit margin dengan turnover of operating assets. Makin tinggi

tingkat profit margin atau turnover of operating assets akan menaikkan earning
19

powernya, sehingga rendabel atau tidak rendabelnya rentabilitas ekonomi dapat

diketahui oleh profit margin dan turnover of operating assets.

Hubungan antara profit margin dan turnover of operating assets dapat

digambarkan sebagai berikut:

Rentabilitas=Profit Margin x Turnover of Operating Assets

2.1.3.2. Macam-macam Rentabilitas

Menurut Budi (2009:140) Bila yang digunakan adalah seluruh modal yang

tertanam didalamnya, dalam hal ini seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan

maka kita kenal Rentabilitas Ekonomis. Sedangkan bila kita hanya memandang

modal sebagai modal sendiri, maka kita kenal Rentabilitas modal sendiri.

Rentabilitas sering juga dikelompokkan jadi satu dengan profitabilitas atau

kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dari penjualan barang atau jasa

yang di produksinya. Perhitungan rentabilitas membutuhkan data dari perhitungan

Rugi Laba dan Neraca, sedang profitabilitas hanya menggunakan data dari

perhitungan Rugi Laba.

2.1.3.3. Pengertian Rentabilitas Ekonomi

Menurut Budi (2009:141) Rentabilitas Ekonomis (ROA = Return on total

Asset atau earning power of total investment) atau imbalan modal perusahaan

adalah perbandingan antara laba/keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak

(EBIT = Earning before interest and taxes) dengan seluruh aktiva atau kekayaan

perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh

modal yang ada didalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Rentabilitas

ekonomi dapat dirumuskan:


20

EBIT
Rentabilitas Ekonomi= x 100 %
Total Aktiva

Dalam menghitung rentabilitas ekonomi ini, antara modal sendiri dengan

modal pinjaman tidak diadakan perbedaan dan dianggap sebagai suatu kesatuan.

Dengan menghitung rentabilitas ekonomi ini kita dapat memperoleh gambaran

efisiensi badan usaha secara keseluruhan. Rentabilitas ekonomi atau sering

disebut earning power mempunyai arti penting dalam perusahaan, maka perlu

diusahakan agar rentabilitas meningkat.

2.1.3.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi

Menurut Wasis (1993:71 dalam Elpandari, 2010) faktor-faktor yang

mempengaruhi rate of return (rentabilitas ekonomi) :

1. Volume penjualan

Salah satu indicator untuk mengetahui kemajuan suatu perusahaan

adalah penjualan. Dengan semakin bertambahnya penjualan maka akan

menaikan volume pendapatan yang diperoleh perusahaan sehingga biaya-

biaya akan tertutup juga. Hal ini mendorong perusahaan untuk mengefektifkan

modal untuk mengembangkan usahanya.

2. Efisiensi penggunaan biaya

Modal yang diperoleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya

harus dipelihara dan dipertanggungjawabkan secara terbuka. Dengan kata lain

penggunaan modal harus digunakan untuk usaha yang tepat dengan

pengeluaran yang hemat sehingga keberhasilan usaha akan tercapai, secara

tidak langsung pula akan mempengaruhi tingkat rentabilitas.


21

3. Profit margin

Profit margin adalah laba yang diperbandingkan dengan penjualan.

Profit margin digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan yang dapat

dicapai oleh perusahaan berkaitan dengan penjualan perusahaan.

4. Struktur modal perusahaan


Struktur modal adalah pembiayaan pembelanjaan permanen

perusahaan yang terutama pada hutang jangka panjang, saham preferen atau

prioritas dan modal saham biasa, tetapi tidak termasuk hutang jangka pendek.

Menurut Hartono (2000:254 dalam Elpandari, 2010), size dapat

mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Perusahaan dengan size yang lebih besar

mempunyai akses untuk mengoperasikan perusahaannya karena perusahaan

yang berukuran besar cenderung mempunyai total aktiva yang lebih banyak

daripada perusahaan yang berukuran kecil. Perusahaan besar juga memiliki

manajemen yang baik sehingga memudahkan untuk mendapatkan tambahan

dana yang nantinya akan meningkatkan tingkat rentabilitas ekonomi.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi rentabilitas ekonomi adalah tingkat likuiditas, tingkat solvabilitas,

tingkat perputaran modal kerja, tingkat efisiensi pengendalian biaya serta size.

Perusahaan dengan size yang besar diasumsikan mempunyai modal yang banyak,

dengan adanya modal tersebut perusahaan harus memperhatikan pengendalian

biayanya agar efisien serta dapat memenuhi kewajiban jangka pendek maupun

kewajiban jangka panjang perusahaan. Selain itu, pengendalian biaya juga perlu

diperhatikan agar biaya yang dikeluarkan untuk operasional tidak terlalu tinggi

akan tetapi mendapatkan hasil yang maksimal. Perputaran modal kerja


22

diperhatikan agar cepat kembali sehingga kegiatan operasional perusahaan tetap

berlangsung sehingga pencapaian rentabilitas ekonomi dapat rendabel.

2.1.4. Efisiensi Pengendalian Biaya

2.1.4.1. Pengertian Biaya

Pengertian biaya menurut Firdaus dan Wasilah (2012:22) yaitu “Biaya

adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk memperoleh

barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau mempunyai

manfaat melebihi satu periode akuntansi”. Sedangkan pengertian biaya menurut

Mulyadi (2010:8) “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur

dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan

terjadi untuk tujuan tertentu.”

Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya dapat diartikan sebagai

nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa

yang akan datang atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi yang

diukur dalam satuan uang.

2.1.4.2. Klasifikasi Biaya

Menuru Firdaus dan Wasilah (2012:23), klasifikasi biaya diperlukan untuk

menyampaikan dan menyajikan data biaya agar berguna bagi manajemen dalam

mencapai berbagai tujuannya. Sebelum memutuskan bagaimanamenghimpun dan

mengalokasikan biaya dengan baik, manajemen dapat melakukan penglasifikasian

biaya atas dasar:


23

1. Penggolongan biaya menurut objek biaya

Objek biaya (cost object) merupakan suatu dasar yang digunakan

untuk melakukan perhitungan biaya. Oleh karena itu, dalam sebuah

perusahaan terdapat banyak hal yang dijadikan sebagai objek biaya di

antaranya adalah objek biaya berdasarkan:

a. Produk

b. Jasa

c. Proyek

d. Konsumen

e. Merek

f. Aktivitas

g. Departemen

Mengingat begitu banyaknya objek biaya yang dapt digunakan oleh

perusahaan, namun yang paling umum dilakukan perusahaan adalah

berdasarkan produk, departemn, dan aktivitas. Berikut ini akan diuraikan

klaifikasi biaya berdasarkan produk dandepartemen, sedangkan untuk

aktivitasakan dibahas pada bagian Activity Based Costing.

a. Berdasarkan Produk
Kegiatan manufaktur merupakan proses transformasi atas bahan-

bahan menjadi barang dengan menggunakan tenaga kerja dan fasilitas

pabrik. Biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur

ini disebut biaya produksi (production cost or manufacturing cost). Biaya

ini diklasifikasikan dalm tiga elemen utama sehubungan dengan mslah

yang dihasilkan , yaitu: bahan langsung (direct material), tenaga kerja


24

langsung (direct labor), dan overhead pabrik (factory overhead).

Pengklasifikasian seperti ini diperlukan untuk tujuan pengukuran laba dan

penentuan harga pokok produk yang akurat atau tepat serta pengendalian

biaya.

Biaya bahan langsung (direct material cost) merupakan biaya

perolehan dari seluruh bahan langsung yang menjadi bagian yang integral

yang membentuk barang jadi (finished good), misalnya kayu yang dipakai

untu membuat meja dan kursi. Biaya tenaga kerja langsung (direct labor

cost) adalah upah dari semua tenaga kerja langsung yang secara fisik baik

menggunakan tangn maupun mesin ikut dalam proses produksi untuk

menghasilkan suatu produk atau barang jadi.

Biaya overhead pabrik (factory overhead) adalah semua biaya

untuk memproduksi suatu produk selain dari bahan langsung dan tenaga

kerja langsung. Biaya ini lebih jauh dapat diklasifikasian dalam tiga unsur

pokok:

1) Bahan tidak langsung

2) Tenaga kerja tidak langsung

3) Biaya produksi tidak langsung lainnya, seperti: asuransi peralatan

pabrik, penyusutan peralatan pabrik, dan lain-lain.

b. Berdasarkan Departemen

Pengelompokan biaya seperti ini dapat membantu manajemen

dalam menentukan harga pokok produk yang lebih tepat, dan pada

akhirnya dapat mengukur laba yang layak. Di samping itu juga berguna
25

dalam mengendalikan biaya pabrik, terutama biaya overhead pabrik.

Dalam perusahaan manufaktur (manufacturing company) terdapat dua

jenis departemen atau bagian, sebagi berikut.

1) Departemen produksi (production department), merupakan unit

organisasi dari suatu perusahaan manufaktur di mana proses produksi

dilaksanakan secara langsung atas produk, baik dengan tangan maupun

dengan mesin.

2) Departemen pendukung (service department), merupakan suatu unit

organisasi yang secara tidak langung terlibat dalam proses produksi.

Sebagai contoh dari departemen pendukung adalah departemen

pemeliharaan, utilitas, perencanaan dan pengendalian produksi, upah

dan gaji, akuntansi biaya, kafetaria, dan lain-lain.

2. Menurut Perilaku biaya

Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan

atau volume maka biaya-biaya dpt dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu:

biaya variable (variable cost), biaya tetap (fixed cost), dan biaya semi variable

(semi variable cost).

Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dalam total berubh secara

langsung dengan adanya tingkat kegiatan atau volume, volume produksi atau

volume penjualan. Di samping itu, biaya variable mempunyai krakteristik umum

yang lain di mana biaya perunitnya tidak berubah. Biaya tetap adalah biaya-biaya

yang secara total tetap tidak berubah dengan adanya perubahan tingkat kegiatan

atau volume dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang relevan atau dalam
26

periode waktu tertentu. Biaya semi variabel adalah biaya-biaya ysng mempunyai

atau mengandung unsur tetap dan unsur variable. Untuk tujuan perencanaan dan

pengendalian, biaya ini harus dipisah menjadi lemeniaya tetap dan elemen biaya

variable.

3. Berdasarkan Periode Akuntansi

Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi,

biaya-biaya berdasarkan waktu atau kapan biaya-biaya tersebut dibebankan

terhadap pendapatan (revenue). Pengklasifikasian seperti ini berguna bagi

manajemen dalam membandingkan beban-beban (expenses) dengan pendapatan

(revenue) secara layak dalam rangka penyusunan laporan keuangan (financial

statement). Sehubungan dengan periode akuntansi ada dua kategori kelompok

biaya sebagi berikut.

a. Biaya Produk

Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama degan biaya produksi

(manufacturing cost) yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan

overhead pabrik. Biaya-biaya ini pada saat terjadinya dicatat dan

dialokasikan sebagai persediaan (inventory), tetapi apabila terjadi penjualan

atas persediaan atau produk, maka biaya dari persediaan akan menjadi

“harga/beban pokok penjualan” (expenses) yang akan dibandinngkan dengan

pendapatan yang telah terealisir dari penjualan tersebut.

b. Biaya Periode

Biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan atau produk

teapi berhubungan dengan periode waktu atau periode akuntansi. Biaya


27

periode ini biasa bermanfaat untuk memperoleh pendapatan dalam beberapa

periode akuntansi dan ada juga yang meemberi manfaat hanya untuk periode

akuntansi.

4. Menurut Fungsi Manajemen dan Jenis Kegiatan Fungsional

Pengklasifikasian biaya menurut jenis dan kegiatan fungsional

bertujuan untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis, dan

pengendalian biaya atas dasar fungsi-fungsi yang ada dalam suatu organisasi

perusahaan. Berdasarkan pada jenis kegiatan fungsionl maka biaya dapat

diklasifiksikan sebagai berikut.

a. Biaya produksi, biaya-biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk

hingga siap untuk dijual.

b. Biaya penjualan, biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu produk

atau jasa.

c. Biaya umum/administrasi, biaya-biaya yang terjadi untuk memimpin,

mengendalikan dan menjalankan suatu perusahaan.

2.1.4.3. Pengertian Pengendalian Biaya

Definisi Pengendalian Biaya menurut Firdaus dan Wasilah (2012:5)

merupakan usaha manajemen untuk menecapai tujuan yang telah diterapkan

dengan melakukan perbandingan secara terus menerus antara pelaksanaan dengan

rencana. Melalui proses membandingkan hasil yang sesungguhnya dengan

program atau anggaran yang disusun, maka manajemen dapat melakukan pnilaina

atas efisiensi usaha dan kemampuan memperoleh laba dari berbagai produk.
28

Pengendalian biaya adalah perbandingan kerja aktual dengan kinerja

standar, penganalisaan selisih-selisih yang timbul guna mengidentifikasikan

penyebab-penyebab yang dapat dikendalikan dan pengambilan tindakan untuk

dapat membenahi atau menyesuaikan perencanaan dan pengendalian pada masa

yang akan datang (Rosidah dan Krinandi, 2008 dalam Bobby, 2013).

2.1.4.4. Pengertian Efisiensi Pengendalian Biaya

Efisiensi dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara input dan

output. Dalam hal ini, perusahaan diharapkan dapat memaksimalkan output

dengan input yang dimiliki perusahaan tersebut untuk mencapai laba yang

diinginkan. Efisiensi menurut Atmawardhana (2006 dalam M.Findo, 2017),

merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu

kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Efisiensi biaya

dilakukan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dapat menekan biaya operasi

yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan profit yng diinginkan.

Efisiensi pengendalian biaya menurut Sutrisno dan Kusriyanto 1994:2

(dalam Elpandari, 2010) adalah jika manajemen suatu perusahaan

diselenggarakan dengan efektif,biasanya terjadi efisiensi yang tinggi sebagai

gejala nyata dari pengendalian biaya. Tanggungjawab atas pengendalian biaya

terletak pada pihak yang bertanggungjawab atas penyusunan anggaran untuk

biaya yang dikendalikannya, tetapi tanggung jawabnya hanya terbatas pada biaya

yang dikendalikan (Menurut Apandi 1999:214 dalam Elpandari, 2010).


29

2.1.4.5. Pengukuran Efisiensi Pengendalian Biaya

Efisiensi pengendalian biaya dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan BOPO yaitu dengan membandingkan antara biaya operasional

dengan pendapatan operasional. Rasio tersebut digunakan untuk mengukur tingkat

efisiensi dan kemampuan dalam melakukan kegiatan operasinya. Rumus efisiensi

pengendalian biaya adalah:

BebanOperasional
BOPO= x 100 %
Pendapatan Operasional

2.1.4.6. Faktor-faktor Terjadinya Efisiensi

Menurut Permono (2000 dalam M. Findo, 2017), ada beberapa faktor

yang menyebabkan efisiensi adalah sebagai berikut:

1. Input yang lebih kecil dapat menghasilkan ouput yang sama, dan

2. Input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi,

3. Apabila ddengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih

besar.

2.1.5. Tingkat Perputaran Modal Kerja

2.1.5.1. Pengertian Modal kerja

Musthafa (2017:11), modal kerja atau working capital merupakan

investasi perusahaan dalam aktiva jangka pendek (aktiva lancar). Aktiva lancar

adalah aktiva yang diubah menjadi kas dalam waktu pendek, biasanya paling lama

1 (tahun). Menurut Kasmir (2012:250), “modal kerja merupakan modal yang

digunakan untuk melakukan kegiatan operasi perusahaan”. Modal kerja diartikan

sebagai investasi yang ditanamkan dalam aktiva jangka pendek, seperti kas, bank,

surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.


30

Penjualan Bersih
WorkingCapital Turnover =
Aktiva Lancar−Kewajiban Lancarr

2.1.5.2. Konsep Modal Kerja

Menurut Musthafa (2017:14) Untuk memahami pengertian modal kerja,

terlebih dahulu kitaharus mngetahui bahwa modal kerja mempunyai beberapa

konsep peengertian yaitu sebagai berikut:

1. Konsep Kuantitatif

Konsep kuantitatif adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar, seperti kas,

piutang, dan persediaan barang serta surat berharga jangka pendek yang

dimiliki perusahaan, disebut juga modal kerja bruto (gross working capital ).

2. Konsep Kualitatif

Konsep kualitatif adalah kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar, disebut

juga modal kerja netto (net working capital).

3. Konsep Fungsional

Konsep fungsional adalah berdasarkan fungsi dana yang menghasilkan

pendapatan (income), misalnya dari penjualan kredit yang mendapatkan

keuntungan. Income terdiri dari current income (keuntungan yang diperoleh

pada masa yang akan datang).

2.1.5.3. Jenis Modal Kerja

Menurut kasmir (2012:251) dalam praktiknya secara umum, modal kerja

perusahaan dibagi kedalam dua jenis, yaitu:

1. Modal kerja kotor (gross working capital)

Modal kerja kotor (gross working capital) adalah semua komponen

yang ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja.
31

Artinya mulai dari kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva

lancar lainnya. Nilai total komponen aktiva lancar tersebut menjadi jumlah

modal kerja yang dimliki perusahaan.

2. Modal kerja bersih (net working capital)

Modal kerja bersih (net working capital) merupakan seluruh

komponen aktiva lancar di kurangi dengan seluruh total kewajiban lancar

(utang jangka pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel,

utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak, dan utang

lancar lainnya. Pengertian ini sejalan dengan konsep modal kerja yang sering

digunakan.

2.1.5.4. Sumber Modal Kerja

Menurut Kasmir (2012:256) berikut ini beberapa sumber modal kerja yang

digunakan, yaitu:

1. Hasil operasi perusahaan

Maksudnya adalah pendpatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu.

Pendapatan atau laba yang diperoleh perusahaan ditambah dengan

penyusutan.

2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga

Dapat digunakan untuk keperluan modal kerja. Besar keuntungan tersebut

dalah selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga tersebut.
32

3. Penjualan saham

Penjualan saham, artinya perusahaan melepas sejumlah sham yang masih

dimiliki untuk dijual kepada berbagai pihak. Hasil penjualn saham ini dapat

digunakan sebagai modal kerja.

4. Penjualan aktiva tetap

Maksudnya yang dijual di sini adalah aktiva tetap yang kurang produktif atau

masih menganggur. Hasil dari penjualan ini dapat dijadikan uang kas atau

piutang sebesar harga jual.

5. Penjualan obligasi

Artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual kepada

pihak lainnya. Hasil penjualan ini juga dapat dijadikan modal kerja, sekalipun

hasil penjualan obligasi lebih diutamakan kepada investasi perusahaan jangka

panjang.

6. Memperoleh pinjaman

Dalam praktiknya pinjaman, terutama dari dunia perbankan ada yang

dikhususkan untuk digunakan sebagai modal kerja, walaupun tidak menambah

aktiva lancar.

7. Dana hibah, dan lain-lain.

Mengenai perolehan dana hibah dari berbagai lembaga, ini juga dapat

digunakan sebagai modal kerja. Dana hibah ini biasanya tidak dikenakan

beban biaya sebagaimana pinjaman dan tidak ada kewajiban pengembalian.


33

2.1.5.5. Faktor-faktor Modal Kerja

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Menurut Kasmir

(2012:254) kebutuhan perusahaan akan modal tergantung pada faktor-faktor

sebagai berikut :

1. Jenis Perusahaan Kebutuhan modal kerja tergantung pada jenis dan sifat dari

usaha yang dijalankan perusahaan.

2. Waktu produksi Ada hubungan langsung antara jumlah modal kerja dan

jangka waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang yang akan dijual

pada pembeli. Makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang,

atau makin lama waktu yang diperlukan untuk memperoleh barang dari luar

negeri, jumlah modal kerja yang diperlukan makin besar.

3. Syarat Kredit Kebutuhan modal kerja perusahaan dipengaruhi oleh syarat

pembelian dan penjualan. Makin banyak diperoleh syarat kredit untuk

membeli bahan dari pemasok maka lebih sedikit modal kerja yang ditanamkan

dalam persediaan. Sebaliknya, semakin longgar syarat kredit yang diberikan

pada pembeli maka akan lebih banyak modal kerja yang ditanamkan dalam

piutang.

4. Tingkat perputaran persediaan. Makin cepat persediaan berputar maka makin

kecil modal kerja yang diperlukan. Pengendalian persediaan yang efektif

diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai

dan mengatur investasi dalam persediaan. Disamping itu biaya yang

berhubungan dengan persediaan juga berkurang.


34

Penggunaan modal kerja menurut Kasmir ( 2012: 259) biasa dilakukan

perusahaan untuk:

1. Pengeluaran untuk gaji, upah dan biaya operasi perusahaan lainnya.

Maksudnya dari pengeluaran untuk gaji,upah dan biaya operasi perusahaan

lainya, perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar gaji,upah

dan biaya operasi perusahaan lainnya yang digunakaan untuk menunjang

penjualan.

2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan.

Maksud pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagaan adalah

pada sejumlah bahan baku yang dibeli yang akan digunakaan untuk proses

produksi dan pembelian barang dagaan untuk di jual kembali.

3. Menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga .

Maksud menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga adalah pada saat

perusaan menjual surat-surat berharga, namun mengalami kerugian. Hal ini

akan mengurangi modal kerja dan segera ditutupi.

4. Pembentukan dana.

Pembentukan dana merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu

dalam jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiunan, dana

ekspansi, atau dana pelunasaan obligasi. Pembentukan dana ini akan

mengubah bentuk aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap.


35

5. Pembelian aktiva tetap (tanah, bangunan,kendaraan,dan mesin ).

Pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang seperti pembelian tanah,

bangunan, kendaraan dan mesin. Pembelian ini akan mengakibatkan

berkurangnya aktiva lancar dan timbulnya utang lancar.

2.1.5.6. Pengertian Perputaran Modal Kerja

Menurut Kasmir (2010:224) salah satu untuk menentukan keberhasilan

manajemen modal krja adalah diukur dari perputaran modal kerjanya atau

Working Capital Turnover-nya. Dengan diketahui perpuataran modal kerja dalam

satu periode, maka akan diketahui seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan.

Jadi,dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja atau Working Capital

Turnover, merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai

keefektifannya modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya, seberapa

banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam beberapa periode.

Menurut Riyanto (2008:62 dalam Elpandari, 2010) perputaran modal kerja

(working capital turnorver period) adalah perputaran yang dimulai saat kas

diinvestasikan dalam komponen modal kerja sampai saat dimana kas kembali lagi

menjadi kas. Makin pendek periode perputaran modal kerja tersebut berarti makin

cepat perputarannya (turnorver rate-nya).

Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa perputaran modal kerja

adalah terikatnya modal kerja dalam melakukan perputaran. Semakin cepat modal

kerja itu kembali, maka akan semakin cepat pula modal kerja digunakan lagi

untuk operasional perusahaan.


36

Formulasi dari Working Capital Turnover (WCT) adalah sebagai berikut :

Penjualan bersih
Perputaran Modal Kerja=
Modal kerja

Atau

Penjualanbersih
Perputaran Modal Kerja=
Modal Kerja Rata−rata

Jadi, berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat

perputaran modal kerja merupakan cepat atau lambat modal kerja itu berputar di

dalam suatu perusahaan selama perusahaan tersebut beroperasi dalam

menghasilkan pendapatan.

2.1.6. Hubungan antar Variabel

2.1.6.1. Hubungan antara Efisiensi Pengendalian Biaya dengan Rentabilitas

Ekonomi

Efisiensi pengendalian biaya merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

harus dikendalikan semaksimal mungkin, sehingga tidak terjadi pembengkakan

biaya. Jika biaya operasional yang dikeluarkan rendah maka laba yang diperoleh

lebih besar sehingga menyebabkan meningkatnya rentabilitas ekonomi. Semakin

rendah rasio BOPO maka semakin efisien perusahaan, dengan kata lain jika biaya

operasionalnya yang dikeluarkan tinggi, maka laba yang diperoleh lebih kecil

sehingga rentabilitas yang diperoleh menurun. Jika biaya operasional yang

dikeluarkan rendah, maka laba yang diperoleh lebih besar sehingga perolehan

rentabilitas meningkat.
37

Selain itu, berdasarkan penelitian Hinda Cahyawati, dkk (2014) dengan

judul “pengaruh tingkat perputaran modal kerja dan efisiensi pengendalian biaya

terhadap rentabilitas ekonomi (Studi kasus pada PT Indofood)”. Dari hasil dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel efisiensi pengendalian

biaya terhadap rentabilitas ekonomi pada PT. Indofood, Tbk. Perputaran modal

kerja mempunyai pengaruh terbesar terhadap rentabilitas ekonomi pada PT.

Indofood, Tbk.

2.1.6.2. Hubungan antara Tingkat Perputaran Modal Kerja dengan

Rentabilitas Ekonomi

Peran modal kerja sangat penting bagi suatu perusahaan, karena dengan

modal kerja yang cukup kelangsungan hidup suatu perusahaanakan tetap terjaga

denganbaik. Modal kerja setiap perusahaan akan terus berputar selama perusahaan

beroperasi. Perputaran modal kerja ditentukan oleh lamanya perputaran masing-

masing komponen modal kerja. Dengan banyaknya modal dalam arti melebihi

dari kebutuhan seharusnya akan menimbulkan kerugian serta adanya pengendapan

modal kerja yang mengakibatkan laba tidak dapat secara optimal, begitu pula

dengan jumlah modal kerja yang terlalu sedikit mungkin saja akan menghasilkan

keuntungan tetapi likuiditas perusahaan akan baru dinyatakan setelah

membandingkan antara laba yang diperoleh dengan jumlah kekayaan yang

digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Dengan kata lain perlu

diperhitungkan dulu rentabilitasnya.

Dalam perusahaan, modal kerja yang tinggi memberikan gambaran bahwa

efektifitas penggunaan modal kerja semakin tinggi. Kenaikan tingkat perputaran


38

modal kerja akan turut meningkatkan rentabilitasnya, dan sebaliknya penurunan

tingkat perputaran modal kerja akan mengakibatkan turunnya rentabilitas.

Selain itu, berdasarkan penelitian Achmad Khoyri (2014) dengan judul

“pengaruh perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada KPN

“Bhakti Nusa” Samarinda”. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa

terdapat pengaruh antara perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi.

2.1.6.3. Hubungan Efisiensi Pengendalian Biaya dan Tingkat Perputaran

Modal Kerja Dengan Rentabilitas Ekonomi

Efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja

merupakan yang termasuk ke dalam faktor yang mempengaruhi tingkat

rentabilitas ekonomi suatu perusahaan. Hal ini dapat dartikan bahwa jika biaya

operasional perusahaan yang dikeluarkan tinggi, maka laba yang diperoleh lebih

kecil sehingga rentabilitas yang diperoleh menurun, sebaliknya jika biaya

operasional yang dikeluarkan rendah, maka laba yang diperoleh lebih besar

sehingga perolehan rentabilitas meningkat. Begitu pula dengan Kenaikan tingkat

perputaran modal kerja akan turut meningkatkan rentabilitasnya, dan sebaliknya

penurunan tingkat perputaran modal kerja akan mengakibatkan turunnya

rentabilitas.

Selain itu, berdasarkan penelitian Hinda Cahyawati, dkk (2014) dengan

judul “pengaruh tingkat perputaran modal kerja dan efisiensi pengendalian biaya

terhadap rentabilitas ekonomi (Studi kasus pada PT Indofood)”. Berdasarkan hasil

analisis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel

perputaran modal kerja (X1) terhadap rentabilitas ekonomi pada PT. Indofood,
39

Tbk. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel

efisiensi pengendalian biaya (X2) terhadap rentabilitas ekonomi pada PT.

Indofood, Tbk. Perputaran modal kerja mempunyai pengaruh terbesar terhadap

rentabilitas ekonomi pada PT. Indofood, Tbk.

2.1.7. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya untuk memudahkan

dalam mengumpulkan data, metode analisis yang digunakan dalam pengolahan

data, maka penulis mencantumkan hasil penelitian terdahulu yang terkait dalam

penelitian ini.

Tabel 2.1
Kajian Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian
(Tahun) Penelitian
1. Hinda “pengaruh tingkat Analisis ada pengaruh
Cahyawati, dkk perputaran modal kerja Regresi linier signifikan perputaran
(2014) dan efisiensi berganda modal kerja dan
pengendalian biaya efisiensi
terhadap rentabilitas pengendalian biaya
ekonomi (Studi kasus terhadap rentabilitas
pada PT Indofood)” ekonomi.
2. Achmad Khoyri “pengaruh perputaran Analisis terdapat pengaruh
(2014) modal kerja terhadap Regresi antara perputaran
rentabilitas ekonomi modal kerja terhadap
pada KPN “Bhakti rentabilitas ekonomi.
Nusa” Samarinda”

3. Yovita Apriliana “pengaruh efisiensi Analisis efisiensi


(2016) pengendalian biaya dan Regresi linier pengendalian biaya
tingkat perputaran modal berganda tidak berpengaruh
kerja terhadap signifikan terhadap
rentabilitas pada KSP Rentabilitas.
(Koperasi Simpan tingkat perputaran
Pinjam) di kota Malang” modal kerja tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Rentabilitas
4. Betdrit Septiana Pengaruh Modal Kerja Analisis Modal kerja
(2017) terhadap Rentabilitas Regresi linier berpengaruh positif
40

pada Bank Rakyat sederhana signifikan terhadap


Indonesia Syariah (BRI Rentabilitas.
Syariah) tahun 2012-
2015
5. Rizka Hadya dkk, Analisis Efektivitas Analisis Dari hasil analisis
(2017) Pengendalian Biaya, Regresi Data data yang telah
Perputaran Modal Kerja, Panel dilakukan,
Dan Rentabilitas kesimpulan yang
Ekonomi Menggunakan dapat ditarik dari
Regresi Data Panel penelitian ini adalah
1) Efektivitas
pengendalian biaya
berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomi
pada sedangkan 2)
Tingkat Perputaran
modal kerja tidak
berpengaruh terhadap
rentabilitas ekonomi

Hinda Cahyawati, dkk (2014) dengan judul “pengaruh tingkat perputaran

modal kerja dan efisiensi pengendalian biaya terhadap rentabilitas ekonomi (Studi

kasus pada PT Indofood)”. Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui pengaruh

perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada PT. Indofood, Tbk. 2)

Untuk mengetahui pengaruh efisiensi pengendalian biaya terhadap rentabilitas

ekonomi pada PT. Indofood,Tbk. 3) Untuk mengetahui faktor mana yang paling

dominan terhadap rentabilitas ekonomi pada PT. Indofood, Tbk. Berdasarkan

hasil analisis dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel

perputaran modal kerja (X1) terhadap rentabilitas ekonomi pada PT. Indofood,

Tbk. Dari hasil dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan variabel

efisiensi pengendalian biaya (X2) terhadap rentabilitas ekonomi pada PT.

Indofood, Tbk. Perputaran modal kerja mempunyai pengaruh terbesar terhadap

rentabilitas ekonomi pada PT. Indofood, Tbk.


41

Achmad Khoyri (2014) dengan judul “pengaruh perputaran modal kerja

terhadap rentabilitas ekonomi pada KPN “Bhakti Nusa” Samarinda”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan modal kerja terhadap

rentabilitaas ekonomi KPN “Bhakti Nusa” SMK Negri 4 Samarinda. Berdasarkan

hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh antara perputaran modal

kerja terhadap rentabilitas ekonomi.

Yovita Apriliana (2016) dengan judul ““pengaruh efisiensi pengendalian

biaya dan tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas pada KSP

(Koperasi Simpan Pinjam) di kota Malang”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui keadaan variabel yang diteliti selama periode penelitian serta

mengetahui pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat peputaran modal

kerja terhadap rentabilitas KSP yang ada di Kota Malang periode 2013-2014.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Efisiensi pengendalian biaya tidak

berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas. dan Tingkat perputaran modal kerja

tidak berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas.

Betdrit Septiana (2017) dengan judul “Pengaruh Modal Kerja terhadap

Rentabilitas pada Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRI Syariah) tahun 2012-

2015”. Dengan tujuan penelitian yaitu untuk menganalis pengaruh modal kerja

(perputaran modal kerja) terhadap Rentabilitas (ROA) pada Bank Rakyat

Indonesia Syariah (BRI Syariah) tahun 2012-2015. Dari hasil penelitian bahwa

Modal kerja berpengaruh positif signifikan terhadap Rentabilitas.

Rizka Hadya dkk, (2017) dengan judul “Analisis Efektivitas Pengendalian

Biaya, Perputaran Modal Kerja, Dan Rentabilitas Ekonomi Menggunakan Regresi


42

Data Panel”. Dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh

Efektivitas Pengendalian Biaya, Perputaran Modal Kerja, terhadap Rentabilitas

Ekonomi dengan menggunakan regresi data panel. Dari hasil analisis data yang

telah dilakukan, kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah 1)

Efektivitas pengendalian biaya berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi pada

perusahaan manufaktur sub-sektor industri logam dan sejenisnya yang terdaftar di

BEI periode 2012-2016, sedangkan 2) Tingkat Perputaran modal kerja tidak

berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penulis

menggunakan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan pada penelitian terdahulu yaitu pada

PT. Indofood, Tbk. KPN “Bhakti Nusa” Samarinda, KSP (Koperasi Simpan

Pinjam) di kota Malang, Bank Rakyat Indonesia Syariah (BRI Syariah). Dalam

penelitian terdahulu metode penelitiannya ada yang menggunakan analisis regresi

sederhana dan ada yang menggunakan analisis regresi panel. Sedangkan dalam

penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan alat penelitiannya

yaitu menggunakan uji t dan uji F.

2.2 Kerangka Pemikiran

Suatu perusahaan dalam hal ini perusahaan makanan dan minuman dalam

menjalankan usahanya tergantung pada aspek modal, kualitas aktiva yang

dimiliki, net income dari kegiatan operasinya, laba yang diperoleh dari lain-lain.

Dalam melakukan usahanya perusahaan membutuhkan modal tambahan atau


43

investasi dari pihak luar sehingga dalam hal ini perusahaan mengambil tindakan

yang diambil oleh manajemen yaitu berupa isyarat atau sinyal yang memberikan

petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen mendatang prospek

perusahaan (teori signal/signaling theory). Sinyal ini berupa informasi mengenai

apa yang sudah dlakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan

pemilik.

Penggunaan teori signaling, informasi berupa ROA atau tingkat

pengembalian terhadap aset atau juga seberapa besar lab yang didapat dari aset

yang digunakan. Dengan demikian jika ROA tinggi maka akan menjadi sinyal

yang baik bagi investor. Karena dengan ROA tinggi menunjukkan kinerja

keuangan perusahaan tersebut baik. Kinerja keuangan adalah penentuan ukuran-

ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam

menghasilkan laba. sehingga dapat diartikan bahwa kinerja keuangan merupakan

hasil yang dicapai oleh sebuah perusahaan atas aktivitas yang dilakukan dalam

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Rasio yang digunakan dalam

pengukuran kinerja perusahaan ini meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan

rasio rentabilitas.

Rentabilitas merupakan salah satu alat untuk menilai keberhasilan suatu

perusahaan dalam memperoleh laba. Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan

untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Adanya rentabilitas

yang tinggi sangat penting bagi perusahaan, dengan adanya hal tersebut

perusahaan mampu memenuhi kewajiban dengan tepat waktu dan mampu


44

membiayai kegiatan operasionalnya setiap hari serta dapat meningkatkan

kesejahteraan karyawannya.

Dalam menghitung rentabilitas ekonomi ini, antara modal sendiri dengan

modal pinjaman tidak diadakan perbedaan dan dianggap sebagai suatu kesatuan.

Dengan menghitung rentabilitas ekonomi ini kita dapat memperoleh gambaran

efisiensi badan usaha secara keseluruhan. Rentabilitas ekonomi atau sering

disebut earning power mempunyai arti penting dalam perusahaan, maka perlu

diusahakan agar rentabilitas meningkat.

Untuk kelancaran usahanya suatu perusahaan juga membutuhkan biaya,

tanpa biaya tersebut perusahaan tidak dapat melaksanakan kegiatan

operasionalnya setiap hari. Biaya yang telah dikeluarkan harus mampu

menghasilkan keluaran laba yang lebih tinggi sehingga diperlukan pengendalian

terhadap biaya-biaya tersebut. Dengan adanya pengendalian biaya diharapkan

tidak hanya menaikkan laba tetapi juga dapat meningkatkan rentabilitas, karena

jika biaya tidak dikendalikan akan mengurangi pendapatan sehingga laba yang

diperoleh akan menurun.

Melalui proses membandingkan hasil yang sesungguhnya dengan

program atau anggaran yang disusun, maka manajemen dapat melakukan

penilaian atas efisiensi usaha dan kemampuan memperoleh laba dari berbagai

produk. Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan harus dikendalikan semaksimal

mungkin, sehingga tidak terjadi pembengkakan biaya. Jika biaya operasional yang

dikeluarkan rendah maka laba yang diperoleh lebih besar sehingga menyebabkan

meningkatnya rentabilitas ekonomi.


45

Selain biaya untuk memperlancar kegiatan usahanya, perusahaan juga

membutuhkan modal. Modal ini sangat penting dalam mengoptimalkan

pendapatan dan menjaga kelangsungan hidup suatu perusahaan. Semakin tinggi

perputaran modal kerja semakin cepat modal kerja kembali berarti laba yang

diperoleh semakin besar dan semakin efektif. Laba yang tinggi juga

mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan.

Sehingga dapat dipahami bahwa rentabilitas dapat meningkat jika biaya

dapat dikendalikan secara efektif dan efisien dan didukung dengan tingkat

perputaran modal kerja yang tinggi. Secara garis besar kerangka pemikiran dapat

digambarkan sebagai berikut :

Efisiensi
Pengendalian Biaya
(X1) H1
Rentabilitas
Ekonomi (Y)

Tingkat Perputaran
Modal Kerja H2
(X2)

H3

(Sumber: Data diolah sendiri, 2018)

Gambar. 2.1
Paradigma Penelitian
46

2.3 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:242) menyatakan bahwa secara ringkas hipotesis

dalam statistika merupakan pernyataan statistik tentang parameter populasi

sedangkan dalam penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah pada suatu penelitian.

Hipotesis penelitian merupakan dugaan sementara yang digunakan

sebelum diakukannya penelitian dalam hal pendugaannya menggunakan statistika

deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda. Hipotesis dalam penelitian

ini secara empiris dapat digambarkan sebagai berikut :

H1: Efisiensi Pengendalian Biaya berpengaruh terhadap Rentabilitas Ekonomi.

H2: Perputaran Modal Kerja berpengaruh terhadap Rentabilitas Ekonomi.

H3: Efisiensi Pengendalian Biaya dan Perputaran Modal Kerja berpengaruh

terhadap Rentabilitas Ekonomi.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Yang Digunakan

Metode penelitian merupakan proses kegiatan dalam bentuk pengumpulan

data, analisis dan memberikan interpretasi yang terkait dengan tujuan penelitian.

Sugiyono (2018:1) mengemukakan bahwa, secara umum Metode penelitian

diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan

kegunaan tertentu. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei dengan pendekatan analisis deskriptif dan verifikatif.

Menurut Sugiyono (2018:36) menyatakan bahwa :

Metode penelitian survei adalah metode penelitian kuantitatif yang


digunakan untuk mendapatkan data yang terjadi pada masa lampau atau
saat ini, tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan
variabel dan untuk menguji beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis
dan psiologis dari sampel yang diambil dari populasi tertentu, teknik
pengumpulan data dengan pengamatan (wawancara atau kuisioner) yang
tidak mendalam, dan hasil penelitian cenderung untuk digeneralisasikan.

Kemudian menurut Sugiyono (2018:226) analisis deskriptif adalah

statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan

menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi bila penelitian

dilakukan pada sampel, maka analisisnya dapat menggunakan statistik deskriptif

47
48

maupun inferensial. Statiatik deskriptif dapat digunakan bila peneliti hanya ingin

mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku

untuk populasi dimana sampel tersebut diambil.

Kemudian menurut Ety Rochaety (2007:56 dalam Arip Supriadi, 2018)

bahwa penelitian verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji

kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data

lapangan.

Jadi pada dasarnya dalam penelitian ini selain mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang terkumpul peneliti juga menguji kebenaran dari suatu

hipotesis yang dilaksanakan yaitu mengenai apakah efisieni pengendalian biaya

(X1) dan tingkat perputaran modal kerja (X2) berpengaruh terhadap rentabilitas

ekonomi (Y) pada Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan dan Minuman

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini variabel-variabel penelitian diklasifikasikan menjadi

dua kelompok variabel, yaitu variabel terikat (dependet variable) dan variabel

bebas (independent variable).

3.2.1 Variabel Dependen

Sugiyono (2018:57) mengemukakan variabel dependen sering disebut

sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering

disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam
49

SEM (Structural Equation Modeling/Pemodelan Struktural), variabel

dependen disebut sebagai variabel indogen. Variabel dependen dalam penelitian

ini adalah Rentabilitas Ekonomi (Y).

Menurut Budi Raharjo (2009:141) Rentabilitas Ekonomis (ROA = Return

on total Asset atau earning power of total investment) atau imbalan modal

perusahaan adalah perbandingan antara laba/keuntungan sebelum biaya bunga

dan pajak (EBIT = Earning before interest and taxes) dengan seluruh aktiva atau

kekayaan perusahaan.

EBIT
Rentabilitas Ekonomi= x 100 %
Total Aktiva

3.4.1 Variabel Independen

Menurut Sugiyono (2018:57) variabel ini sering disebut sebagai variabel

stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahas Indonesia sering disebut variabel

bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam

SEM (Structural Equation Modeling/Pemodelan Struktural), variabel independen

disebut sebagai variabel eksogen. Variabel independen di dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Efisiensi Pengendalian Biaya (X1)

Efisiensi pengendalian biaya menurut Sutrisno dan Kusriyanto 1994:2

(dalam Dwi Novita Elpandari 2010) adalah jika manajemen suatu perusahaan

diselenggarakan dengan efektif,biasanya terjadi efisiensi yang tinggi sebagai

gejala nyata dari pengendalian biaya.


50

Efisiensi pengendalian biaya dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan BOPO yaitu dengan membandingkan antara biaya operasional

dengan pendapatan operasional. Rasio tersebut digunakan untuk mengukur

tingkat efisiensi dan kemampuan dalam melakukan kegiatan operasinya.

Rumus efisiensi pengendalian biaya adalah:

BelanjaOperasional
BOPO= x 100 %
Pendapatan Operasional

2. Tingkat Perputaran Modal kerja (X2)

Menurut Kasmir (2010) perputaran modal kerja adalah salah satu

rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan

selama periode tertentu. Perputaran modal kerja (Working Capital Turnover)

adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur atau menilai

keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa

banyak modal kerja perusahaan berputar suatu periode tertentu atau dalam

suatu periode. Rasio ini diukur dengan membandingkan penjualan dengan

modal kerja atau dengan modal kerja rata-rata.

Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan rendahnya modal

kerja yang ditanam dalam persediaan dan piutang, atau dapat juga

menggambarkan tidak tersedianya modal kerja yang cukup dan adanya

perputaran persediaan dan perputaran piutang yang tinggi. Jika perputaran

persediaan dan perputaran piutang tinggi, berarti perusahaan tidak

membutuhkan saldo persediaan dan saldo piutang yang besar, dengan

demikian maka jumlah modal kerja pun tidak terlalu besar. Selama
51

perusahaan terus beroperasi (going concern), modal kerja berputar terus

menerus dalam perusahaan karena digunakan untuk membiayai operasi

sehari- hari.

Rasio ini menunjukan hubungan antara modal kerja dengan penjualan

akan menunjukan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh perusahaan

(dalam jumlah rupiah) untuk tiap rupiah modal kerja (Munawir:2010).

Formulasi dari Working Capital Turnover (WCT) adalah sebagai berikut :

Penjualan bersih
Pe rputaran Modal Kerja=
Modal kerja

Atau

Penjualanbersih
Perputaran Modal Kerja=
Modal kerja rata−rata

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Dari penelitian yang berhubungan dengan judul skripsi, maka penulis

menentukan populasi. Populasi menurut Sugiyono (2018:130) adalah sebagai

berikut : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Jadi populasi bukan hanya

orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan

sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek diteliti, tetapi meliputi seluruh

karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek yang diteliti itu.
52

Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka yang menjadi populasi

sasaran dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur sub sektor Makanan

dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2017.

Tabel 3.1
Perusahaan Manufaktur Sub Makanan dan Minuman yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017
No. Kode Nama Perusahaan
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk, PT
2 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk, PT
3 CAMP Campina Ice Cream Industry Tbk, PT
4 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk, PT
5 CLEO Sariguna Primatirta Tbk, PT
6 DLTA Delta DjakartaTbk, PT
7 HOKI Buyung Putra SembadaTbk, PT
8 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, PT
9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk, PT
10 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk, PT
11 MYOR Mayora Indah Tbk, PT
12 PCAR Prima Cakrawala Abadi Tbk, PT
13 PSDN Prashida Aneka Niaga Tbk, PT
14 ROTI Nippon Indosari Corpindo Tbk, PT
15 SKBM Sekar Bumi Tbk, PT
16 SKLT Sekar Laut Tbk, PT
17 STTP Siantar TOP Tbk, PT
18 ULTJ Ultrajaya Milk Industry and Tranding Company Tbk, PT

3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2018:131) sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu,

kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
53

diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili), Untuk

menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan

metode total sampling.

Metode penentuan sampel dalam penelitian ini termasuk dalam Purposive

sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan-pertimbangan tersebut diantaranya adalah:

1. Perusahaan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017

2. Tersedianya laporan keuangan yang lengkap selama periode 2012-2017

3. Laporan keuangan perusahaan menggunakan satuan rupiah.

4. Perusahaan memiliki Laba sebelum pajak.

5. Perusahaan memiliki rata-rata tingkat Rentabilitas Ekonomi yang rendah yaitu

di bawah standar efisien 10%-14%.

Berdasarkan lampiran 1.1 dapat dilihat bahwa perusahaan yang

memenuhi kriteria yaitu sebanyak 5 perusahaan. Perusahaan yang memiliki

kriteria tersebut selanjutnya dikali dengan tahun pengamatan yaitu selama 6

tahun. Sehingga didapatkan data observasi sebanyak 30 sampel. Jadi

kesimpulannya terdapat 30 sampel, dimana terdapat 5 perusahaan manufaktur

sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2012-2017, dan setiap perusahaan menyumbangkan 5 sampel.


54

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif. Data

kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik (Sugiyono, 2018:15). Data kuantitatif yang digunakan penelitian ini

berupa data laporan keuangan perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2017.

Sumber pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran dokumen yang berupa

bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip baik dokumen

yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dari

penelitian ini diperoleh dari Annual Report perusahaan manufaktur sub sektor

makanan dan minuman yang terdaftardi BEI periode 2012-2017.

3.4.2 Prosedur Pengumpulan Data

Sesuai dengan data yang diperlukan yaitu data sekunder, maka prosedur

pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara pengamatan (dokumentasi),

merupakan teknik yang dilakukan dengan cara mengamati secara langsung

dokumen-dokumen kerja, pemprosesan data-data keuangan, catatan-catatan

kegiatan. Pengamatan ini berdasarkan pada Annual Report perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftardi Bursa Efek

Indonesia periode 2012-2017.


55

3.5 Rancangan Analisis Data dan Uji Hipotesis

3.5.1 Rancangan Analisis Data

3.5.1.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk

menganalisi data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang

berlaku umum atau generalisasi. Tujuan dari analisis ini adalah untuk membuat

gambaran secara sistematis data yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta

serta hubungan antar fenomena yang diteliti.

Analisis deskriptif dalam penelitian ini adalah untuk menggambarkan

Efisiensi Pengendalian biaya, Tingkat Perputaran Modal Kerja, dan Rentabilitas

Ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftardi BEI periode 2012-2017.

3.5.1.2 Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk

menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang dilaksanakan melalu pengumpulan

data dilapangan dan digunakan untuk meneliti hubungan antar variabel yang

diteliti, selanjutnya dianalisis secara statistik untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Dalam penelitian ini analisis verifikatif digunakan untuk menguji pengaruh

Efisiensi Pengendalian Biaya dan Tingkat Perputaran Modal Kerja terhadap

Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

BEI Periode 2012-2017.


56

Adapun pengujian pada analisis verifikatif terdiri dari uji asumsi klasik,

analisis regresi berganda, analisis koefisien determinasi dan uji hipotesis.

3.5.1.2.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian regresi linier berganda dapat dilakukan setelah model pada

penelitian ini memenuhi syarat-syarat yaitu lolos dari uji asumsi klasik. Syarat-

syarat yang harus dipenuhi adalah data tersedistribusi normal, tidak mengandung

multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian asumsi klasik

yang dilakukan terdiri dari :

1. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2016:154) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai

residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik

menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi

apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu sebagai berikut :

1) Analisis Grafik

Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan

melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan

distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun demikian hanya dengan

melihat histogram hal ini dapat menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel

yang kecil.
57

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran

data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari

residualnya. Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal

atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model

regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,

maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

2) Analisis Statistik

Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati

secara visual kelihatan normal, pada hal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh

sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik. Uji

statistik sederhana dapat dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness

dari residual. Uji Kolmogrov-Smirnov dilakukan dengan membuat hipotesis :

Ho : Data residual berdistribusi normal

Ha : Data residual tidak terdistribusi normal

Dasar pengambilan keputusan :

a. Jika probabilitas ≥ 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal dan Ho

diterima.

b. Jika probabilitas ≤ 0,05 maka distribusi dari populasi adalah tidak normal dan

Ha diterima.
58

2. Uji Multikolonieritas

Menurut Ghozali (2016:103) uji multikolonieritas bertujuan untuk

menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel beban

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara

variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-

variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang

nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah

sebagai berikut:

a. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat

tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang

tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

b. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar

variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90),

maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya

korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari

multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek

kombinasi dua atau lebih variabel independen.

c. Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2)

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi

variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen


59

lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih

yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai

cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas

adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau ama dengan nilai VIF ≥ 10. Setiap peneliti

harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai

misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolonieritas 0,95. Walaupun

multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi kita

masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen mana sajakah

yang saling berkorelasi.

1.

2.

3. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2016:134) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual

satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual pengamatan satu ke

pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah Homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data crosecction mengandung situasi

heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai

ukuran (keci, sedang dan besar).

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas,

dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu
60

ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot

antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan

sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).

Dasar analisis sebagai berikut :

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Menurut Imam Ghozali (2016:107) mendefinisikan uji autokorelasi

bertujuan untuk mengetahui apakah model dalam regresi linear ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode

t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan

satu sama lainnya. Masaalah ini timbul karena resiual (kesalahan pengganggu)

tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan

pada data runtun waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang

individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan”pada individu/kelompok

yang sama pada periode berikutnya.

Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang

terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari


61

individu/kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang

bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk

mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, salah satunya yaitu Uji Durbin –

Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order

autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model

regresi dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Hipotesis yang

akan diuji adalah :

H0 = Tidak ada autokorelasi (r = 0)

H1 = ada autokorelasi (r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :

Tabel 3.2
Kriteria Pengujian Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No desicion dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No desicion 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif Tidak ditolak du < d < 4 - du
Sumber : Imam Ghozali (2016:108)

3.5.1.2.2 Analisis Regresi Linier berganda

Menurut Sugiyono (2018:307) Analisis regresi ganda digunakan oleh

peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya)

variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai

variabel prediktor dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya).

Persamaan regresi ganda untuk dua prediktor dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2
62

Sumber : Sugiyono (2018:308)

Keterangan :

Y = Rentabilitas Ekonomi

a = Konstanta

b = Koefisien regresi masing-masing variabel independen

X1 = Efisiensi Pengendalian Biaya

X2 = Tingkat Perputaran Modal Kerja

3.5.1.2.3 Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (r2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol sampai satu. Nilai r2 yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam mejelaskan variasi variabel

dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variabel-variabel dependen (Ghozali, 2012:97 dalam Zikri, 2018).

Koefisien determinasi (r2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh yang ditimbulkan Efisiensi Pengendalian Biaya dan Tingkat Perputaran

Modal Kerja terhadap Rentabilitas Ekonomi. Koefisien determinasi dihitung

dengan menggunakan rumus :

Koefisien Determinasi (KD) = r2 × 100%

Sumber : Sugiyono (2015:231)

Keterangan :
63

KD : Nilai koefisien determinasi

r2 : Kuadrat koefisien korelasi

3.5.2 Uji Hipotesis

Hipotesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan

apa yang kita cari atau yang kita pelajari.

3.5.2.1 Uji Secara Parsial dengan menggunakan (Uji t)

Uji parsial yang digunakan dalam penelitian ini dengan alat uji t pada

dasarnya menunjukkan signifikan pengaruh dari satu variabel independen secara

individual dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2012:98

dalam Zikri, 2018). Uji hipotesis ini digunakan untuk menguji hipotesis Efisiensi

Pengendalian Biaya dan Tingkat Perputaran Modal kerja terhadap Rentabilitas

Ekonomi. Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis secara parsial yang

digunakan untuk menguji antara (X1) dan (X2) terhadap Y.

Uji t dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel pada tingkat

signifikan α 5%. Pengujian signifikansi koefisien korelasi, selain menggunakan

tabel, juga dapat dihitung dengan uji t yang ditunjukkan dengan rumus :

thitung ¿ r
√ n−2
√1−r 2
Sumber : Sugiyono (2018:27)

Keterangan :

thitung = Nilai t

r = Nilai koefisien korelasi


64

n = Jumlah sampel

Dengan kaidah pengujian sebagai berikut :

1. Jika thitung > ttabel : maka Ho ditolak Ha diterima

Artinya terdapat pengaruh secara signifikan antara Efisiensi Pengendalian

Biaya Dan Tingkat Perputaran modal kerja terhadap Rentabilitas Ekonomi.

2. Jika thitung < ttabel : maka Ho diterima Ha ditolak

Artinya tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara Efisiensi

Pengendalian Biaya Dan Tingkat Perputaran modal kerja terhadap

Rentabilitas Ekonomi.

3.5.2.2. Uji Secara Simultan dengan menggunakan (Uji F)

Uji simultan yang digunakan dalam penelitian ini dengan alat uji F.

Menurut Imam Ghozali (2012:98 dalam Zikri, 2018) uji statistik F pada dasarnya

menunjukkan apakah semua variabel independen atau variabel bebas yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen atau variabel terikat. Jadi uji F ini untuk mengetahui apakah

Efisiensi Pengendalian Biaya dan Tingkat Perputaran Modal kerja secara

bersama-sama atau simultan dapat mempengaruhi variabel Rentabilitas Ekonomi.

Variabel independen secara individu dikatakan memiliki pengaruh

terhadap variabel dependen, apabila variabel tersebut memiliki nilai signifikan

(sig) ≤ 0,005. Pengujian ini dapat dilakukan dengan membandingkan nilai f hitung

dengan ftabel. Rumus uji F sebagai berikut :

2
R /k
Fhitung¿
( 1−R ) / ( n−k −1 )
2
65

Sumber : Sugiyono (2018:284)

Keterangan :

R2 = Koefisien korelasi ganda

K = Jumlah variabel independen

n = Jumlah sampel

Membandingkan fhitung dengan ftabel :

1. Jika Fhitung ≥ Ftabel : maka Ho ditolak dan Ha diterima

Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel independen tersebut secara

simultan berpengaruh terhadap variabel dependennya.

2. Jika Fhitung ≤ Ftabel : maka Ho diterima dan Ha ditolak

Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel independen tersebut secara

simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependennya.

Berdasarkan uji hipotesis tersebut maka digunakan uji dua belah pihak seperti

gambar dibawah ini (Sugiyono, 2018:247) :

Ho diterima

Ho ditolak Ho ditolak
-t tabel /-F tabel 0 t tabel / F tabel

Gambar 3.1
Penerapan Uji Dua Pihak

Anda mungkin juga menyukai