Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH EFISIENSI PENGENDALIAN BIAYA DAN TINGKAT

PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP


RENTABILITAS EKONOMI
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2013-2017)

Proposal Usulan Penelitian

DESRINA FAJRIN
NPM. 15.06.1.0005

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAJALENGKA
Terakreditasi BAN-PT DEPDIKNAS RI
Nomor : 227/SK/BAN-PT/Ak-XVI/S/X1/2013
2018
PROPOSAL USULAN PENELITIAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam tata perekonomian nasional terdapat tiga sektor kekuatan

penggerak ekonomi yang melaksanakan berbagai kegitan usaha, yaitu sektor

Negara, Swasta dan Koperasi. Ketiga sektor tersebut diharapkan dapat bekerja

sama untuk mencapai kedudukan ekonomi yang kuat. Pesatnya perkembangan

insfrastruktur serta semakin mudahnya para pengusaha menembus sekat dan

dinding antar negara menjadikan dunia usaha semakin kompetitif. BEI atau Bursa

Efek Indonesia merupakan pasar modal yang ada di Indonesia. BEI menggunakan

sistem perdagangan bernama Jakarta Automates Tranding System (JATS) sejak 22

mei 1995. Hingga saat ini terdapat 532 perusahaan yang tergabung di Bursa Efek

Indonesia.

Perusahaan-perusahaan tersebut terbagi menjadi beberapa sektor industri,

salah satunya adalah industri manufaktur. Manufaktur sendiri berarti proses

membuat atau mengubah bahan mentah menjadi barang yang dapat dikonsumsi

manusia dengan tangan atau mesin. Industri manufaktur di Bursa Efek Indonesia

terbagi menjadi 3 sektor utama, yaitu sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka

industri dan sektor barang konsumsi. Sektor barang konsumsi masih dibagi lagi

menjadi 5 sub sektor salah satunya adalah sub sektor makanan dan minuman.

Industri ini memiliki posisi yang cukup baik di Indonesia, hal tersebut dapat

dibuktikandenga peran pentingnya terhadap pertumbuhan nilai Produk Domestik

Bruto (PDB) nasional.


Hal tersebut terjadi karena masyarakat Indonesia cenderung bersifat

konsumtif dalam memenuhi kebutuhan pokok. Menurut www.investor.co.id

industri makanan dan minuman menduduki posisi ke-3 dari empat industri

manufaktur yang diminati oleh investor, karena industri manufaktur sub makanan

dan minuman memiliki prospek yang bagus. Selain itu, dalam akun kemenrian

perindustrian (www.kemenprin.go.id) menyatakan bahwa kinerja manufaktur

sepanjang tahun 2015 berkontribusi sebesar 18,1% dan salah satu penyokong

terbesar berasal dari sektor makanan dan minuman.

Kondisi tersebut diperkuat dengan adanya pernyataan bahwa sektor

industri makanan dan minuman sudah mulai mengalami perbaikan sejak

pertengahan kuartal IV/2015. Pernyataan tersebut di ugkapkan oleh Adhi S.

Lukman, beliau merupakan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan

Minuman Indonesia. Menurut Cyrillus Harinowo, Komisaris Independen BCA

dan Unilever Indonesia, terdapat beberapa perusahaan makanan dan minuman

yang sedang berkembang pesat, yaitu Indofood, Wings, Mayora, Garudafoods,

ABC, Dua Kelinci, Teh Sosro dan Ultra Jaya.

Dalam menjalankan operasinya, setiap perusahaan selalu diarahkan pada

tujuan yang telah ditetapkan, tujuan utama perusahaan adalah untuk

memaksimalkan kekayaan bagi para pemegang sahamnya atau kepada pemilik

perusahaan (stalkholder). Salah satu keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat

dari tinggi atau rendahnya suatu Rentabilitas. Dalam hal ini rentabilitas digunakan

untuk mengukur efisiensi penggunaan seluruh modalnya yang ada dalam

perusahaan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam prosentase (%).


Laba bersih PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) sepanjang semester

I 2018 merosot 12,7% menjadi Rp 1,96 trliliun dari periode yang sama tahun

sebelumnya Rp 2,24 triliun. Menurunnya kinerja grup perkebunan serta

meningkatnya sejumlah komponen beban disebut berkontribusi terhadap

penurunan perusahaan induk makanan minuman yang dipimpin oleh generasi

kedua keluarga Salim tersebut. Mengutip laporan keuangan perusahaan, pada

paruh pertama 2018 Indofood membukukan penjualan Rp 36 triliun, naik tipis

0,9% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 35,6 triliun.

Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood Anthoni Salim

mengatakan kenaikan penjualan itu antara lain disumbang oleh oleh pertumbuhan

industri fast moving consumer goods (FMCG) yang mulai menunjukan perbaikan

serta meningkatnya penjualan dari momentum hari raya Lebaran sehingga turut

menunjang kinerja anak usaha perseroan di industri makanan minuman yaitu PT

Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). "Meskipun demikian pada paruh

pertama 2018 kinerja Grup Agribisnis kurang menggembirakan," kata Anthoni

dikutip dari keterangan resmi, Selasa (31/7).

Hal itu salah satunya tercermin dari dicatatkannya rugi entitas asosiasi dan

ventura bersama yang melonjak menjadi Rp 29,4 miliar dari sebelumnya hanya

rugi sekitar Rp 3,97 miliar. Sementara itu, meningkatnya beban keuangan

perusahaan dari Rp 673 miliar menjadi Rp 1,12 triliun di semester I 2018 semakin

menggerus perolehan laba perseroan. Akibatnya, selain menyebabkan penurunan

laba bersih, perolehan laba bersih pun tergerus menjadi 5,4% dari sebelumnya

6,3%.
Menanggapi kondisi perekonomian yang makin menantang kedepan,

Anthoni mengatakan tetap memandang positif kondisi perekonomian hingga

penghujung tahun, sambil tetap mewaspadai dengan pergerakan harga komoditas

dan nilai tukar mata uang asing. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar

diperkirakan mampu memberi tekanan besar terhadap kinerja keuangan Indofood

kedepan.

Analis Bahana Sekuritas Michael Setjoadi mengatakan pelemahan nilai

tukar yang telah terjadi selama beberapa bulan terakhir ini, diperkirakan masih

akan terjadi akibat tekanan global. Hal ini diperkirakan dapat berpengaruh

terhadap kinerja keuangan Indofood, terutama dalam hal pembelian bahan baku

yang berasal dari impor serta utang perusahaan dalam mata uang dolar. Michael

mengatakan, PT Indofood Sukses Makmur, melalui anak usahanya di bidang

industri makanan minuman seperti Bogasari dan Indofood CBP sukses Makmur

masih memeoiki ketergantungan terhadap bahan baku impor, seperti gandum.

Ditambah lagi Indofood masih memiliki utang valas sebesar US$587 juta dan

utang Indofood CBP sebesar US$57 juta, diperkirakan bisa memberi tekanan

lebih besar ke perusahaan. "Setiap pelemahan 1% rupiah, berpotensi menggerus

laba bersih Indofood CBP sebesar 1,7% dan 3,6% untuk Indofood Sukses

Makmur," kata Michael dikutip dalam risetnya.

Fenomena di atas dapat berpengaruh terhadap kondisi tingat Rentabilitas

Perusahaan. Menurut Budi Raharjo (2009) rentabilitas adalah kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan selama periode tertentu. Bila yang

digunakan adalah seluruh modal yang tertanam didalamnya, dalam hal ini seluruh
aktiva atau kekayaan perusahaan maka kita kenal Rentabilitas Ekonomis.

Rentabilitas Ekonomis (ROA = Return on total Asset atau earning power of total

investment) atau imbalan modal perusahaan adalah perbandingan antara

laba/keuntungan sebelum biaya bunga dan pajak (EBIT = Earning before interest

and taxes) dengan seluruh aktiva atau kekayaan perusahaan. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada

didalamnya untuk menghasilkan keuntungan.

Namun demikian apabila terjadi kenaikan rentabilitas yang juga diikuti

oleh kenaikan biaya yang relatif besar dan tingkat perputaran modal kerja yang

relatif lambat berarti belum efektifnya Perusahaan dalam pengelolaan

usaha.Untuk dapat memperoleh rentabilitas yang maksimal suatu perusahaan

tidak lepas dari pengelolaan modal kerja dan efisiensi dari pengendalian biayanya.

Dalam fungsi manajemen suatu perusahaan, dalam pengelolaan biaya

harus terdapat pengendalian dimana fungsi ini merupakan proses yang digunakan

manajemen untuk pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan dengan

membandingkan antara hasil dengan tujuan yang ingin dicapai. Pengendalian

biaya ini dimaksudkan agar perusahaan mampu bertahan. Biaya yang memiliki

peran besar dalam mempengaruhi keberhasilan perusahaan mencapai tujuannya

untuk memperoleh laba adalah biaya operasional dan biaya komersial. Tanpa

aktivitas operasional yang terarah maka seluruh produk yang dihasilkan tidak

akan memiliki manfaat apapun bagi perusahaan (Jane Irene Watania, 2013 dalam

Panji Prasetyo, 2017).


Dalam rangka peningkatan efisiensi, pengelolaan modal kerja sangat

memegang peranan penting dalam menjalankan usahanya untuk memperoleh

pendapatan hasil operasinya. Pada dasarnya jumlah modal kerja dari suatu periode

ke periode selalu berubah sehingga perlu pengelolaan yang profesional. Adanya

modal kerja yang cukup sangat penting untuk beroperasi seekonomis mungkin

atau digunakan secara efektif. Modal kerja tidak boleh terlalu besar atau terlalu

kecil dan juga harus dijaga agar tidak menimbulkan masalah, pencapaian modal

kerja yang tinggi, perushaan harus menjalankan aktivitasnya dengan efisien dan

efektif, modal kerja yang cukup memungkinkan perusaan untuk beroperasi dalam

rangka pencapaian laba yang ditargetkan (Pratiwi, 2014).

Banyak teori/ pendapat yang menyatakan bahwa pengendalian biaya yang

dilakukan dengan efektif dan efisien akan sangat mempengaruhi tinggi rendahnya

tingkat rentabilitas, akan tetapi teori tersebut tidak selamanya benar dan harus

dapat diuji kebenarannya. Hal itu telah dibuktikan dengan beberapa penelitian

terdahulu mengenai pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja.

Hasil penelitian menurut Hinda Cahyawati, dkk (2014) menyimpulkan

bahwa ada pengaruh signifikan perputaran modal kerja dan efisiensi pengendalian

biaya terhadap rentabilitas ekonomi. Sedangkan menurut Rizka Hadya, dkk

(2017) Tingkat Perputaran modal kerja tidak berpengaruh terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor industri logam dan sejenisnya

yang terdaftar di BEI periode 2012-2016.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan dapat ditunjukkan hasil

yang tidak konsisten untuk waktu dan tempat yang berbeda. Maka dari itu
penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut temuan-

temuan empiris mengenai pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat

perputaran modal kerja pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia.

Berikut ini merupakan hasil Perbandingan antara Laba/Keuntungan

sebelum biaya bunga dan pajak (EBIT) dengan seluruh aktiva atau kekayaan

perusahaan. Data di bawah ini diperoleh dari laporan keuangan perusahaan

manufaktur sub sector makanandan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2013-2017:

Table 1.1
Perbandingan Tingkat Rentabilitas Ekonomi pada Perusahaan
Makanan dan Minuman (%)
No. Nama Perusahaan 2013 2014 2015 2016 2017
1. PT. Tiga Pilar Sejahtera 12,21 9,22 8,16 13,85 -6,29
Food,Tbk
2. PT. Tri Banyan Tirta,Tbk 4,11 2,66 0,76 2,40 -2,97
3. PT. Prasidha Aneka Niaga,Tbk 8,35 -1,29 -3,22 0,61 10,17
4. PT. Sekar Bumi,Tbk 11,71 13,71 5,28 2,11 1,59
5. PT. Sekar Laut,Tbk 3,77 4,98 5,33 4,42 4,40
6. PT. Siantar TOP,Tbk 9,94 9,88 11,72 5,50 8,96
Sumber: Annual Report 2013-2017 perusahaan Manufaktur sub sektor makanan
dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (data diolah kembali, 2018)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat rentabilitas ekonomi

perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia dari periode 2013 sampai dengan 2017 sangat beragam. PT. Tiga

Pilar Sejahtera Food,Tbk, Pada PT. Tri Banyan Tirta,tbk dan PT. Sekar

Bumi,Tbk nilai rentabilitas ekonomi memiliki kecenderungan menurun, namun

pada PT. Prasidha Aneka Niaga,Tbk, PT. Sekar Laut,Tbk, PT. Siantar TOP,Tbk
nilai rentabilitas memiliki kecenderungan meningkat. Nilai rentabilitas ekonomi

tertinggi dicapai oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera Food,Tbk yaitu sebesar 13,85% dan

nilai rentabilitas ekonomi terendah dicapai pula oleh PT. Tiga Pilar Sejahtera

Food,Tbk.

Standar pengukuran tingkat Rentabilitas dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

Tabel 1.2
Standar Pengukuran Tingkat Efisiensi Rentabilitas

>15% Sangat Efisien


10%-14% Efisien
Profitabilitas 1%-9% Cukup Efisien
<1% Kurrang Efisien
Sumber : Kep.Ment. Koperasi dan UKM : 129/KEP/MKUKM/XI/2002

Dilihat dari lima sampel yang diambil rata-rata tingkat Rentabilitas

Ekonomi yang dimiliki besar kurang lebih 5%, ini berarti bahwa tiap Rp.100

modal yang dimiliki mampu menghasilkan laba usaha sebesar Rp.5 atau masih

dapat dikatakan dibawah standar, di samping itu jika dilihat dari tingkat suku

bunga pinjaman yang berlaku sekarang, modal yang dimiliki oleh Perusahaan

bukan hanya dari modal sendiri tetapi juga dari modal pinjaman, sedangkan

tingkat suku bunga pinjaman pada tahun 2017 yaitu sebesar 10%. Dengan tingkat

rentabilitas ekonomi yang rendah dibandingkan tongkat suku bunga pinjaman

akan sulit bagi perusahaan untuk dapat mengembalikan modal pinjaman tersebut.

Salah satu solusi dari Fenomena di atas yaitu dengan memperhatikan

factor-faktor yang mempengaruhi Rentabilitas Ekonomi tersebut. Faktor-faktor

tersebut diantanya yaitu Efisiensi Pengendalian Biaya karena biaya yang


dikeluarkan oleh perusahaan harus dikendalikan semaksimal mugkin, sehingga

tidak terjadi pembengkakan biaya, jika biaya operasional yang dikeluarkan rendah

maka laba yang diperoleh lebih besar sehingga menyebabkan meningkatnya

rentabilitas ekonomi. Faktor lainnya yaitu Tingkat Perputaran Modal Kerja, dalam

perusahaan, modal kerja yang tinggi memberikan gambaran bahwa efektivitas

penggunaan modal kerja semakin tinggi. Kenaikan tingkat perputaran modal kerja

akan turut meningkatkan rentabilitasnya, dan sebaliknya penurunan tingkat

penurunan tingkat perputaran modal kerja mengakibatkan turunnya rentabilitas.

Dengan dasar permasalahan inilah, penelitian dimaksudkan untuk

melakukan pengujian temuan-temuan empiris tersebut, maka penulis merasa

terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul : ”PENGARUH EFISIENSI

PENGENDALIAN BIAYA DAN TINGKAT PERPUTARAN MODAL

KERJA TERHADAP RENTABILITAS EKONOMI (Studi Pada Perusahaan

Manufaktur Sub Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Periode 2013-2017)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Seperti yang terdapat dalam latar belakang diatas, disebutkan bahwa tinggi

rendahnya rentabilitas ekonomi dari suatu perusahaan akan tercapai jika dilakukan

efisiensi biaya dan modal kerja yang ada. Dari uraian tersebut maka permasalahan

yang dalam penelitian ini adalah:


1. Bagaimana pengaruh efisiensi pengendalian biaya terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Bagaimana pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagaimana pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat perputaran

modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan manufaktur sub

sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang

tingkat rentabilitas ekonomi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Makanan dan

Minuman dan mengetahui apakah ada atau tidaknya pengaruh efisiensi

pengendalian biaya dan tingkat perputaran modal kerja terhadap rentabilitas

ekonomi pada pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia . Serta untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti sidang skripsi

strata 1 (S-1) pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis jurusan Akuntansi Universitas

Majalengka.
2. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi pengendalian biaya terhadap rentabilitas

ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat perputaran modal kerja terhadap

rentabilitas ekonomi pada perusahaan manufaktur sub sektor makanan dan

minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

c. Untuk mengetahui pengaruh efisiensi pengendalian biaya dan tingkat

perputaran modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi pada perusahaan

manufaktur sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti

Sebagai tambahan ilmu atas hasil penelitian yang dilakukan dan sebagai

koleksi perpustakaan pribadi.

b. Bagi Perusahaan/Badan

Dengan hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan informasi mengenai

kondisi rentabilitas koperasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

sehingga dapat membantu dalam hal pengambilan keputusan dan sebagai


bahan pertimbangan untuk dapat mengelola lebih baik modal koperasi yang

ada sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja koperasi.

c. Bagi Pihak Lain

Menjadi bahan referensi dan memberikan tambahan informasi bagi penelitian

selanjutnya dalam tema yang sama.

2. Kegunaan Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan,

memperluas wawasan, serta dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan lebih lanjut khususnya mengenai pengaruh efisiensi pengendalian

biaya dan tingkat perputan modal kerja terhadap rentabilitas ekonomi.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Makanan

dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia than 22012-2017. Data

pnelitian ini diperoleh melalui situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id

2. Waktu Penelitian

Adapun waktu penelitian yang dilakukan yaitu dari bulan Oktober 2018

sampai dengan bulan Februari 2019.

Anda mungkin juga menyukai