Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

ANALISIS PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DANGKE


(STUDI KASUS UD. MELONA BABA KABUPATEN ENREKANG)

Sitti Muliana
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : muliana200785@gmail.com
Misnawati
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : misnawatiii19@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan
harga pokok produksi dangke pada UD. Melona Baba. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data primer. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pokok produksi dangke yang
dihasilkan dari penelitian bulan Maret 2020 menurut perusahaan perhitungan harga
pokok produksi dengan rata-rata produksinya senilai 810 unit dangke menggunakan
metode full costing adalah sebesar Rp. 16.636. Sedangkan jika perusahaan
meningkatkan produksi menjadi 1.000 unit dangke, maka perhitungan harga pokok
produksi dengan menggunakan metode full costing yaitu Rp. 15.375.
Kata Kunci : Harga Pokok Produksi

DETERMINATION ANALYSIS OF PRODUCTION COST OF DANGKE


(CASE STUDY UD. MELONA BABA ENREKANG DISTRICT)

Sitti Muliana
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : muliana200785@gmail.com
Misnawati
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : misnawatiii19@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this research is to find out how to calculate the cost of goods
manufactured dangke at UD. Melona Baba. The type of data used in this research is
qualitative and quantitative data. The data source used in this research is primary data.
The analytical method used is descriptive quantitative. The results showed that the cost
of goods manufactured dangke which was produced from the research in March 2020
according to the company calculating the cost of goods manufactured with an average
production of 810 units of dangke using the full costing method was Rp. 16,636.
Meanwhile, if the company increases production to 1,000 units of dangke, then the
calculation of the cost of production using the full costing method is Rp. 15,375.
Key Words : Cost of Production

PENDAHULUAN
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut
antara lain memperoleh laba yang maksimal, dapat bersaing di pasar, serta dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mencapai laba, perusahaan harus dapat
melakukan kegiatan penjualan yang paling menguntungkan dan salah satu indikatornya

140
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

adalah laba kotor. Laba kotor ini berpengaruh oleh harga jual, biaya produksi dan
volume penjualan. Harga jual suatu produk ditentukan dari harga pokok produksi. Jika
perhitungan harga pokok produksi tidak tetap, maka akan mempengaruhi penentuan
harga jual produk yang tidak tepat juga. Misalnya, perhitungan harga pokok produksi
yang tinggi, maka akan menghasilkan penentuan harga jual yang tinggi pula, akibatnya
suatu produk tidak mampu bersaing di pasar. Begitu juga sebaliknya, jika perhitungan
harga pokok produksi rendah, maka akan menghasilkan penentuan harga pokok
produksi yang rendah pula. Akibatnya perusahaan tidak mencapai laba yang maksimal
walaupun harga jual dapat bersaing di pasar.
Komponen pembentukan laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil
penjualan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan biaya adalah
pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau
menghasilkan suatu barang atau jasa. Biaya tersebut disebut biaya harga pokok atau
harga pokok produksi. Untuk menentukan besarnya biaya tersebut harus tepat dan
akurat sehingga harga pokok akan menunjukkan harga pokok sesungguhnya. Penentuan
harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi
tersebut adalah untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok
persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan dijadikan dalam neraca.
Pembebanan biaya secara akurat pada obyek biaya bertujuan untuk mengukur
dan membebankan seakurat mungkin biaya sumber daya yang digunakan oleh obyek
biaya. Pada dasarnya dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa harus dapat
menutup biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan
laba yang dikehendaki. Kenyataannya, penetapan harga jual yang ideal terkadang sulit
dilakukan, nilai kurs dan mata uang yang belum stabil, kenaikan harga minyak dunia,
serta kenaikan tarif dasar listrik yang akhir-akhir ini kembali marak dengan menyulitkan
perusahaan dalam menetapkan perencanaan laba serta harga jual yang sesuai dengan
permintaan dan penawaran di pasar konsumen.
Dalam memproduksi suatu produk, setiap perusahaan selalu memperhatikan laba
atau rugi. Kebijaksanaan dari perusahaan sangat diperlukan dalam memperhitungkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk
mencapai tujuannya, perusahaan harus memperhitungkan dengan benar biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk guna menentukan harga jual produk.
Penentuan harga jual yang tidak tepat sering kali berakibat fatal pada masalah
keuangan perusahaan atau badan usaha dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha
tersebut. Ketidaktepatan tersebut akan menimbulkan resiko pada perusahaan, misalnya
kerugian yang terus menerus atau menumpuknya produk digudang karena macetnya
pemasaran. Untuk itu setiap perusahaan harus menetapkan harga jualnya secara tepat
karena harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.
Dalam penentuan harga pokok produksi, perusahaan harus menentukan metode
yang tetap sehingga nantinya dapat menghasilkan laba yang sesuai dengan harapan
perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Harga pokok produksi sendiri
terdiri dari beberapa unsur, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan
langsung dengan pembuatan suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung merupakan
biaya untuk membayar orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pembuatan
produksi. Biaya overhead terdiri dari biaya-biaya yang tidak termasuk pada biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead

141
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

pabrik variabel. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik baik yang tetap
maupun variabel, dibebankan/dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan
melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi
yang belum laku terjual, dan harus dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok
penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
Biaya yang dikorbankan untuk pengolahan produk tersebut disebut biaya
produksi. Sedangkan biaya produksi merupakan biaya yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan proses produksi. Biaya bahan baku merupakan harga
perolehan dari bahan yang dipakai dalam pengolahan proses produksi. Semua biaya
yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan menempatkannya dalam keadaan siap
untuk diolah merupakan harga pokok bahan yang dibeli. Tidak hanya harga dalam
faktur saja, tetapi juga biaya lainnya yang berhubungan dengan kegiatan produksi.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diidentifikasi atau
diikuti maupun manfaatnya pada produk tertentu, sedangkan biaya tenaga kerja
langsung adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebagai balas
jasa atas kinerja yang dilakukan oleh tenaga kerja langsung dalam pengolahan barang
jadi. Penggolongan biaya tenaga kerja harus sesuai fungsi pokok dalam perusahaan,
supaya dapat dibedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produksi
dengan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur dari biaya operasional perusahaan.
Biaya pabrik tidak langsung (overhead pabrik) meliputi biaya-biaya yang secara
tidak langsung digunakan dalam proses produksi. Biaya overhead pabrik terdiri dari
bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan biaya pabrik lainnya. Kesulitan
dalam pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam proses produksi disebabkan oleh
sulitnya mengidentifikasi secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Ada dua metode yang digunakan dalam pengumpulan harga pokok produksi,
yang mana kedua metode ini dipengaruhi oleh cara produksi produk. Untuk perusahaan
yang mengolah produknya secara terus menerus dan masal melalui satu atau lebih
departemen produksi, maka metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses
yaitu biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu dan
biaya produksi perunit dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari
proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan. Pada perusahaan yang
melakukan produksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya
menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method).
Pelaporan biaya produksi sama halnya dengan periode pelaporan laba rugi, yaitu
dilaksanakan pada setiap akhir periode akuntansi. Tujuan perhitungan biaya produksi
adalah untuk mengetahui besarnya pengeluaran yang harus dikeluarkan perusahaan
dalam satu proses produksi di setiap akhir periode. Perhitungan biaya produksi ini
sangat penting, karena apabila terjadi kesalahan dalam perhitungan biaya produksi maka
akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan pada akhirnya berpengaruh
terhadap harga jual produk.
UD. Melona Baba adalah sebuah perusahaan yang memproduksi Dangke
(makanan khas Enrekang) dari olahan susu sapi. Setelah dilakukan studi awal pada
perusahaan tersebut, diketahui bahwa UD. Melona Baba menentukan harga jual hanya
berdasarkan harga pasar, tanpa pernah menghitung harga pokok produksi Dangke. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Penentuan
Harga Pokok Produksi”, dengan mengambil studi kasus UD. Melona Baba Enrekang.
Rumusan Masalah

142
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan


sebagai berikut : bagaimana perhitungan harga pokok produksi dangke pada UD.
Melona Baba.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Harga Pokok Produksi
Menurut Bastian dan Nurlela (2010), harga pokok produksi adalah kumpulan
biaya produksi dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk dalam proses akhir.
Harga produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok produksi akan sama
dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan
akhir. Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.
Yang termasuk dalam unsur-unsur harga pokok produksi adalah :
1. Biaya Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai. Bahan
baku dapat diidentifikasi ke produk dan merupakan bagian integral dari produk
tersebut. Menurut Mulyadi (2010), bahan baku merupakan bahan yang membentuk
bagian yang menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang diolah dalam perusahaan
manufaktur dapat diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengolahan
sendiri.
Harga pokok bahan baku terdiri dari harga beli (harga yang tercantum dalam faktur
pembelian) ditambah dengan biaya pembelian dan biaya yang dikeluarkan untuk
menyiapkan bahan baku tersebut dalam keadaan siap untuk diolah. Harga beli dan
biaya angkut merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok
bahan baku. Sedangkan biaya pesan (order costs), biaya penerimaan,
pembongkaran, pemeriksaan asuransi, pergudangan, dan biaya akuntansi bahan
baku, merupakan unsur biaya yang sulit diperhitungkan kepada harga pokok bahan
baku yang dibeli.
2. Biaya Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah suatu fisik atau mental yang digunakan dalam membuat suatu
produk. Biaya tenaga kerja merupakan salah satu konversi biaya untuk mengubah
bahan baku menjadi produk jadi. Biaya tenaga kerja yang termasuk dalam
perhitungan biaya produksi digolongkan kedalam biaya tenaga kerja langsung dan
tenaga kerja tidak lansung. Menurut Mursyidi (2010), mengatakan bahwa biaya
tenaga kerja dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
a. Biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya tenaga kerja langsung berhubungan
dengan proses produksi, misalnya tukang dan pekerja pabrik.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung yaitu biaya tenaga kerja tidak langsung
berhubungan dengan produksi, misalnya gaji direktur produksi, pengawasan,
dan administrasi produksi.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah unsur biaya produksi selain bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya
overhead pabrik merupakan biaya yang paling kompleks dan tidak dapat
didefinisikan pada produk jadi, maka pengumpulan biaya overhead pabrik baru
dapat diketahui setelah barang pesanan selesai diproduksi. Biaya overhead pabrik
menurut Mulyadi (2012), adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung yang dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut :
a. Biaya Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau
bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil
bila dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.

143
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan


Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis
pakai, dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-
mesin dan ekuipmen, kendaraan.
c. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak
dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
Biaya tenaga kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya
kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung.
d. Biaya yang Timbul sebagai Akibat Penilaian terhadap Aktiva Tetap
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya-biaya depresiasi
emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, perkakas
laboratorium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
e. Biaya yang Timbul sebagai Akibat Berlalunya Waktu
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya asuransi kendaraan dan
asuransi kecelakaan karyawan.
f. Biaya Overhead Lain yang Secara Langsung Memerlukan Pengeluaran Uang
Tunai
Biaya yang termasuk dalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang
diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan sebagainya.
Metode Perhitungan Harga Pokok Produksi
Metode perhitungan harga pokok produksi suatu barang merupakan tujuan
pokok akuntansi biaya. Harga pokok produksi tersebut diperoleh pengumpulan biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang tersebut. Ada tiga metode
perhitungan harga pokok produksi yaitu :
1. Metode Harga Pokok Sesungguhnya (Actual Cost)
Dalam metode ini, perhitungan harga pokok produksi per unit berdasarkan biaya
bahan baku sesungguhnya, biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya, dan biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Metode perhitungan harga pokok produksi
sesungguhnya biasanya digunakan pada metode harga pokok proses yang
menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode periodik.
2. Metode Harga Pokok Normal (Normal Costing)
Pada metode ini, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan
biaya sesungguhnya karena biaya tersebut mudah untuk ditelusuri kepada produk
dan biaya overhead pabrik menggunakan tarif pembebanan dimuka. Metode ini
biasanya digunakan pada metode harga pokok pesanan (job-order costing) yang
menggunakan pencatatan persediaan produk jadi dengan metode perpetual.
3. Metode Harga Pokok Standar (Standard Costing)
Dalam metode ini, perusahaan terlebih dahulu menetapkan harga pokok produk per
unit dengan menggunakan standar tertentu, sehingga harga pokok produk per unit
bukan harga pokok sesungguhnya, tetapi harga pokok yang sesungguhnya. Metode
harga pokok standar ini biasanya digunakan pada perusahaan yang memproduksi
secara massal dan menggunakan pencatatan produk jadi dengan metode perpetual.
Metode Pengumpulan Biaya Produksi
Pengumpulan biaya produksi sangat ditentukan berdasarkan proses produksinya.
Proses produksi dibagi menjadi dua metode :
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Costing Method)
Menurut Dunia dan Wasilah (2011), metode harga pokok pesanan adalah suatu
sistem akuntansi biaya perpetual yang menghitung biaya menurut pekerjaan (jobs)

144
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

tertentu. Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa
secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya
(Supriyono, 1999). Artinya metode harga pokok pesanan akan melakukan proses
produksinya ketika ada pesanan dari konsumen atau pelanggan. Pembuatan produk
dilakukan sesuai dengan spesifikasi atau karakteristik yang telah ditentukan dan
dipesan oleh pelanggan. Jadi metode ini lebih bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan atau konsumen yang berbeda-beda.
2. Metode Harga Pokok Proses (Procces Costing Method)
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk
dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan,
triwulan, ataupun tahunan (Supriyono, 1999). Metode ini lebih menekankan pada
persediaan produk yang selanjutnya akan dijual kepada konsumen.
Penentuan Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (2015), metode penentuan biaya produksi adalah cara
perhitungkan unsur-unsur biaya kedalam biaya produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi, terdapat dua pendekatan yaitu :
1. Metode Full Costing
Metode full costing (absorption costing atau convestional costing) menurut Ursy,
Hammer, and Matz (1990) adalah this process result in the assignment of a share of
both fixed and variabel factory overhead to production and is referred to as
absorption, full, or conventional costing. Sedangkan full costing menurut Mulyadi
(2007) adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku variabel maupun tetap.
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari
unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi
(biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2. Metode Variable Costing
Metode variable costing (marginal costing atau direct costing) menurut Usry,
Hammer, and Matz (1994) adalah direct costing, also referred to as variabel
costing or marginal costing, charges units of product with only those
manufacturing costs that vary directly with volume. Sedangkan menurut Mulyadi
(2007), mendefinisikan variable costing sebagai metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel
ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi
variabel (biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum variabel) dan
biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi
dan umum tetap).
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka penulis memilih lokasi
penelitian pada UD. Melona Baba yang beralamat JL. Raya Poros Makassar KM. 200
Dusun Baba, Kelurahan Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang, Sulawesi

145
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian selama dua bulan dari bulan Februari
2020 sampai bulan Maret 2020.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, untuk menghitung harga pokok produksi dangke dan
keterlibatan produksi yang terdiri dari :
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik xxx +
Total Biaya Produksi xxx
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Harga Pokok Produksi Dangke pada UD. Melona Baba
Penentuan harga pokok produksi, perusahaan harus menentukan metode yang
tetap sehingga nantinya dapat menghasilkan laba yang sesuai dengan harapan
perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Biaya harga pokok produksi
Dangke itu sendiri terdiri dari beberapa unsur, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya produksi yang dimaksud
sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku untuk memproduksi Dangke yaitu susu sapi, dimana susu sapi itu
berasal dari ternak sendiri. Menurut hasil wawancara bahwa dalam sehari bisa
menghasilkan susu antara 25-30 liter susu sapi per hari, tergantung kekentalan susu.
Harga susu dinilai sesuai harga pasaran yaitu Rp. 10.000 per liter. Bahan baku
dibeli setiap hari jika persediaan bahan baku yang tersedia di rumah berproduksi
berkurang, supaya proses produksi tetap berjalan walaupun dalam masa pandemi
COVID 19. Satu liter susu perah bisa menghasilkn satu buah Dangke atau bisa
dikatakan sesuai dengan harga dan keuntungan yang ditargetkan sehingga
perhitungan ekonominya tetap berjalan.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Berdasarkan pengamatan dan wawancara, tenaga kerja yang mengolah susu
menjadi Dangke sebanyak 3 orang. Tenaga kerja ini bekerja dari jam 7 pagi sampai
jam 5 sore. Tenaga kerja digaji/diupah perbulan bukan berdasarkan banyaknya hasil
produksi. Hari kerja 1 bulan sebanyak 27 hari kerja. Adapun jumlah gaji karyawan
disesuaikan dengan jumlah hari dia bekerja atau bisa dikatakan sesuai standar hari
dia bekerja.
3. Biaya Overhead Pabrik
a. Bahan Penolong
Biaya overhead pabrik pada UD. Melona Baba terdiri dari bahan penolong
berupah getah papaya. Getah pepaya berfungsi untuk memadatkan bahan susu.
Getah pepaya dibeli dengan harga Rp. 25.000 per botol berukuran 240 ml.
b. Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
Untuk mengolah susu menjadi Dangke diperlukan proses memasak. Hal ini
berarti memerlukan peralatan berupa kompor, panci yang berukuran 35 liter.
Kompor yang digunakan adalah kompor gas, maka dalam penelitian ini biaya
gas akan dibebankan ke produk.
Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dangke
Pada bagian ini, teknik yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik adalah dengan melakukan
deskripsi perhitungan biaya produksi pada UD. Melona Baba. Penulis menjabarkan
secara rinci biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan beserta perhitungannya.

146
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

1. Biaya Bahan Baku


Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa produksi Dangke dalam satu hari
sebanyak 30 unit. Untuk memproduksi Dangke sebanyak 30 unit diperlukan susu
sebanyak 30 liter. Ini berarti 1 unit Dangke memerlukan 1 liter susu, harga satu liter
susu Rp. 10.000.
Tabel 1.
Perhitungan Biaya Bahan Baku Per Unit
Jenis Biaya Harga Susu Per Liter untuk 1 Unit Dangke
Susu Perah Rp. 10.000
Sumber : Data diolah (2020)
2. Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung yang melakukan proses produksi berjumlah 3 orang.
Gaji yang diberikan berupa gaji pokok tetap dan tidak berpengaruh pada jumlah
unit yang diproduksi. Tenaga tersebut mendapatkan gaji dalam satu bulan sebesar
Rp. 1.000.000 per orang. Adapun biaya tenaga kerja langsung selama satu bulan
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.
Tenaga Kerja Langsung Untuk Semua Kemasan Bulan Maret 2020
Jenis Jumlah Gaji/Bulan Total Gaji Produksi/Bulan BTKL/Unit
Biaya Karyawan 1 2 3 2/3
Tenaga
Kerja 3 orang Rp. 1.000.000 Rp. 3.000.000 810 Rp. 3.704
Langsung
Sumber : Data diolah (2020)
Biaya Overhead Pabrik
1. Biaya Bahan Penolong
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa selain bahan baku seperti susu,
perusahaan juga menggunakan bahan tambahan yaitu getah papaya. Getah pepaya
dibeli seharga Rp. 25.000 per botol yang ukuran 240 ml. Adapun pemakaian getah
pepaya dalam satu botol bisa dipakai dalam waktu dua bulan produksi Dangke,
karena satu buah Dangke hanya memerlukan satu tetes getah pepaya.
2. Biaya Bahan yang Dibebankan
a. Tabung Gas
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa untuk memproduksi Dangke
memerlukan proses yaitu melalui perebusan. Untuk merebus campuran bahan
baku utama pembuatan Dangke, perusahaan menggunakan 4 tabung gas yang
berukuran 3 kg dalam sebulan. Adapun biaya yang dikeluarkan adalah 4 tabung
gas x Rp. 20.000 = Rp. 80.000.
b. Panci
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa mereka menggunakan panci yang
bisa memuat 29-31 liter susu setiap harinya dengan harga Rp. 250.000 dengan
masa pemakaian 24 bulan atau (24 x 810 = Rp. 19.400 unit).
c. Listrik
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa biaya listrik yang dikeluarkan
oleh pengolahan Dangke berupa biaya yang ditetapkan diakhir karena tidak
menggunakan voucher listrik pra bayar dari PLN, melainkan menggunakan
tagihan yang dari PLN. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar tagihan
tersebut adalah Rp. 200.000 per bulan.
d. Kompor Gas

147
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa mereka menggunakan kompor gas


yang satu mata dengan harga Rp. 300.000 dengan masa pemakaian 120 bulan
atau (120 x 810 = Rp. 97.200 unit).
e. Kulkas
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa mereka menggunakan kulkas
untuk menyimpan Dangke jika sudah siap dijual supaya bentuknya tetap segar
dan hiegenis, dengan perolehan harga Rp. 2.300.000 dengan masa pemakaian
120 bulan (120 x 810 = Rp. 97.200).
f. Bangunan
Menurut hasil wawancara didapatkan bahwa gedung yang dipakai untuk proses
memproduksi Dangke adalah gedung pemilik usaha itu sendiri yang dijadikan
satu dengan rumah yang dia tempati saat ini, dengan perolehan harga Rp.
369.000.000 dengan masa pemakaian 180 bulan atau 180 x 810 = 145.800 unit.
Adapun taksiran biaya overhead pabrik untuk setiap kemasan dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3.
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Jumlah Harga Jumlah
Biaya BOP/Unit
Unit/Bulan Perolehan/Satuan Unit Produksi
Overhead Pabrik
1 2 3 (1) x (2) / (3)
Biaya Penolong
Getah Pepaya 1 Rp. 12.500 810 Rp. 15
BOP yang Dibebankan
a. Gas 4 Rp. 80.000 810 Rp. 99
b. Panci 1 Rp. 250.000 19.400 Rp. 13
c. Listrik 1 Rp. 200.000 810 Rp. 247
d. Kompor 1 Rp. 300.000 97.200 Rp. 3
e. Kulkas 1 Rp. 2.300.000 97.200 Rp. 24
f. Bangunan 1 Rp. 369.000.000 145.800 Rp. 2.531
Total BOP Rp. 2.932
Sumber : Data diolah (2020)
Total Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya untuk mendapatkan sebuah produk yang terdiri atas
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Adapun total
biaya produksi per bulan pada UD Melona Baba adalah Rp. 10.000 + Rp. 3.704 + Rp.
2.932 = Rp. 16.636.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka perhitungan harga
pokok produksi Dangke menggunakan metode full costing, dimana semua unsur biaya
produksi dimasukkan dalam penentuan harga pokok produksi berupa biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan perhitungan harga pokok produksi per unit Dangke adalah
sebesar Rp. 16.636 yang terdiri dari biaya bahan baku Rp. 10.000, biaya tenaga kerja
langsung Rp. 3.704 (total biaya tenaga kerja langsung per bulan dibagi jumlah produksi
perbulan yang rata-rata produksinya sebesar 810 unit) dan biaya overhead pabrik
sebesar Rp. 2.932 yang terdiri dari bahan penolong berupa getah pepaya, dan biaya
overhead pabrik yang dibebankan berupa gas, panci, listrik, kompor, kulkas dan
bangunan. Pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan perkiraan umur kemudian
dikalikan dengan rata-rata produksi perbulan. Dari hasil perhitungan harga pokok
produksi tersebut kita dapat mengetahui keuntungan dari hasil penjualan Dangke, yaitu
harga jual dikurangi dengan harga pokok produksi Rp. 25.000 - 16.636 = 8.364.
148
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

Keuntungan per unit dari produksi Dangke adalah Rp. 8.364, jika dikalikan dengan
produksi rata-rata perbulan sebesar Rp. 8.364 x 810 = Rp. 6.774.840.
Diteliti lebih lanjut, jika perusahaan meningkatkan produksi menjadi 1.000 unit
Dangke, maka biaya tenaga kerja langsung akan mengalami penurunan yaitu total gaji
dibagi unit produksi Rp. 3.000.000/1.000 sebesar Rp. 3.000 per unit. Perhitungan untuk
biaya overhead pabrik dibebankan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Jumlah Harga Jumlah
Biaya BOP/Unit
Unit/Bulan Perolehan/Satuan Unit Produksi
Overhead Pabrik
1 2 3 (1) x (2) / (3)
Biaya Penolong
Getah Pepaya 1 Rp. 12.500 1.000 Rp. 13
BOP yang Dibebankan
a. Gas 4 Rp. 80.000 1,000 Rp. 80
b. Panci 1 Rp. 250.000 24.000 Rp. 10
c. Listrik 1 Rp. 200.000 1,000 Rp. 200
d. Kompor 1 Rp. 300.000 120.000 Rp. 3
e. Kulkas 1 Rp. 2.300.000 120.000 Rp. 19
f. Bangunan 1 Rp. 369.000.000 180.000 Rp. 2.050
Total BOP Rp. 2.375
Sumber : Data diolah (2020)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perhitungan harga pokok
produksi untuk per unit jika produksi rata-rata perbulan sebesar Rp. 1.000 unit sebesar
Rp. 15.375 yang terdiri dari Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
Biaya Overhead Pabrik = Rp. 10.000 + Rp. 3.000 + Rp. 2.375. Ini menunjukkan bahwa
semakin banyak produksi maka harga pokok produksi akan turun walaupun tidak
signifikan dengan kenaikan produksi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada UD. Melona Baba,
maka perhitungan harga pokok produksi dengan rata-rata produksinya senilai 810 unit
dangke menggunakan metode Full Costing adalah sebesar Rp. 16.636. Sedangkan jika
perusahaan meningkatkan produksi menjadi 1.000 unit dangke, maka perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode Full Costing yaitu Rp. 15.375. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak produksi, maka harga pokok produksi akan turun
walaupun tidak signifikan dengan kenaikan jumlah produksi.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, sebaiknya perusahaan memiliki perhitungan
harga pokok produksi sendiri karena banyaknya pesaing dan harga jualnya juga sangat
berbeda-beda. Cara untuk bisa mempertahankan pelanggan yaitu, bisa menghitung
harga pokok produksi sebagai pertimbangan penentuan harga jual yang bisa bersaing
dan produksi ditingkatkan untuk menghasilkan harga pokok produksi yang rendah tanpa
harus mengurangi kualitas dari produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1994. Variabel Costing, Tangerang, Binarupa Aksara.
2012. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

149
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020

Bustami B, dan Nurlela. 2010. Akuntansi Biaya. Universitas Sanata Dharma,


Yogyakarta.
Dunia dan Wasilah. 2011. Akuntansi Biaya. Jakarta : Selemba Empat.
Mulyadi. 2007. Akuntansi Biaya. Yogyakarta : BPFE-UGM.
Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya. Bandung : PT. Refika Aditama.
Supriyono. 1999. Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok,
Edisi 2. Yogyakarta : BPFE.
Usry, Hammer and Matz. 1990. Cost Accounting. Soult Western Publishing, Tangerang,
Binarupa Aksara.

150

Anda mungkin juga menyukai