Sitti Muliana
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : muliana200785@gmail.com
Misnawati
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : misnawatiii19@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perhitungan
harga pokok produksi dangke pada UD. Melona Baba. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu data primer. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga pokok produksi dangke yang
dihasilkan dari penelitian bulan Maret 2020 menurut perusahaan perhitungan harga
pokok produksi dengan rata-rata produksinya senilai 810 unit dangke menggunakan
metode full costing adalah sebesar Rp. 16.636. Sedangkan jika perusahaan
meningkatkan produksi menjadi 1.000 unit dangke, maka perhitungan harga pokok
produksi dengan menggunakan metode full costing yaitu Rp. 15.375.
Kata Kunci : Harga Pokok Produksi
Sitti Muliana
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : muliana200785@gmail.com
Misnawati
STIE Tri Dharma Nusantara
Email : misnawatiii19@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this research is to find out how to calculate the cost of goods
manufactured dangke at UD. Melona Baba. The type of data used in this research is
qualitative and quantitative data. The data source used in this research is primary data.
The analytical method used is descriptive quantitative. The results showed that the cost
of goods manufactured dangke which was produced from the research in March 2020
according to the company calculating the cost of goods manufactured with an average
production of 810 units of dangke using the full costing method was Rp. 16,636.
Meanwhile, if the company increases production to 1,000 units of dangke, then the
calculation of the cost of production using the full costing method is Rp. 15,375.
Key Words : Cost of Production
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut
antara lain memperoleh laba yang maksimal, dapat bersaing di pasar, serta dapat
memberikan manfaat bagi masyarakat. Untuk mencapai laba, perusahaan harus dapat
melakukan kegiatan penjualan yang paling menguntungkan dan salah satu indikatornya
140
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
adalah laba kotor. Laba kotor ini berpengaruh oleh harga jual, biaya produksi dan
volume penjualan. Harga jual suatu produk ditentukan dari harga pokok produksi. Jika
perhitungan harga pokok produksi tidak tetap, maka akan mempengaruhi penentuan
harga jual produk yang tidak tepat juga. Misalnya, perhitungan harga pokok produksi
yang tinggi, maka akan menghasilkan penentuan harga jual yang tinggi pula, akibatnya
suatu produk tidak mampu bersaing di pasar. Begitu juga sebaliknya, jika perhitungan
harga pokok produksi rendah, maka akan menghasilkan penentuan harga pokok
produksi yang rendah pula. Akibatnya perusahaan tidak mencapai laba yang maksimal
walaupun harga jual dapat bersaing di pasar.
Komponen pembentukan laba adalah pendapatan yang diperoleh dari hasil
penjualan produksi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sedangkan biaya adalah
pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi atau
menghasilkan suatu barang atau jasa. Biaya tersebut disebut biaya harga pokok atau
harga pokok produksi. Untuk menentukan besarnya biaya tersebut harus tepat dan
akurat sehingga harga pokok akan menunjukkan harga pokok sesungguhnya. Penentuan
harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi
tersebut adalah untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok
persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan dijadikan dalam neraca.
Pembebanan biaya secara akurat pada obyek biaya bertujuan untuk mengukur
dan membebankan seakurat mungkin biaya sumber daya yang digunakan oleh obyek
biaya. Pada dasarnya dalam keadaan normal, harga jual produk atau jasa harus dapat
menutup biaya penuh yang bersangkutan dengan produk atau jasa dan menghasilkan
laba yang dikehendaki. Kenyataannya, penetapan harga jual yang ideal terkadang sulit
dilakukan, nilai kurs dan mata uang yang belum stabil, kenaikan harga minyak dunia,
serta kenaikan tarif dasar listrik yang akhir-akhir ini kembali marak dengan menyulitkan
perusahaan dalam menetapkan perencanaan laba serta harga jual yang sesuai dengan
permintaan dan penawaran di pasar konsumen.
Dalam memproduksi suatu produk, setiap perusahaan selalu memperhatikan laba
atau rugi. Kebijaksanaan dari perusahaan sangat diperlukan dalam memperhitungkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam mencapai tujuan tersebut. Untuk
mencapai tujuannya, perusahaan harus memperhitungkan dengan benar biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk guna menentukan harga jual produk.
Penentuan harga jual yang tidak tepat sering kali berakibat fatal pada masalah
keuangan perusahaan atau badan usaha dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha
tersebut. Ketidaktepatan tersebut akan menimbulkan resiko pada perusahaan, misalnya
kerugian yang terus menerus atau menumpuknya produk digudang karena macetnya
pemasaran. Untuk itu setiap perusahaan harus menetapkan harga jualnya secara tepat
karena harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan
pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan.
Dalam penentuan harga pokok produksi, perusahaan harus menentukan metode
yang tetap sehingga nantinya dapat menghasilkan laba yang sesuai dengan harapan
perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Harga pokok produksi sendiri
terdiri dari beberapa unsur, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku terdiri dari biaya-biaya yang berkaitan
langsung dengan pembuatan suatu produk. Biaya tenaga kerja langsung merupakan
biaya untuk membayar orang-orang yang terlibat langsung dalam proses pembuatan
produksi. Biaya overhead terdiri dari biaya-biaya yang tidak termasuk pada biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik tetap dan biaya overhead
141
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
pabrik variabel. Dalam metode full costing, biaya overhead pabrik baik yang tetap
maupun variabel, dibebankan/dimasukkan dalam perhitungan harga pokok produksi
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan
melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi
yang belum laku terjual, dan harus dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok
penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjual.
Biaya yang dikorbankan untuk pengolahan produk tersebut disebut biaya
produksi. Sedangkan biaya produksi merupakan biaya yang berhubungan langsung
maupun tidak langsung dengan proses produksi. Biaya bahan baku merupakan harga
perolehan dari bahan yang dipakai dalam pengolahan proses produksi. Semua biaya
yang terjadi untuk memperoleh bahan baku dan menempatkannya dalam keadaan siap
untuk diolah merupakan harga pokok bahan yang dibeli. Tidak hanya harga dalam
faktur saja, tetapi juga biaya lainnya yang berhubungan dengan kegiatan produksi.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang jasanya dapat diidentifikasi atau
diikuti maupun manfaatnya pada produk tertentu, sedangkan biaya tenaga kerja
langsung adalah pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan sebagai balas
jasa atas kinerja yang dilakukan oleh tenaga kerja langsung dalam pengolahan barang
jadi. Penggolongan biaya tenaga kerja harus sesuai fungsi pokok dalam perusahaan,
supaya dapat dibedakan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur harga pokok produksi
dengan biaya tenaga kerja yang merupakan unsur dari biaya operasional perusahaan.
Biaya pabrik tidak langsung (overhead pabrik) meliputi biaya-biaya yang secara
tidak langsung digunakan dalam proses produksi. Biaya overhead pabrik terdiri dari
bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan biaya pabrik lainnya. Kesulitan
dalam pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam proses produksi disebabkan oleh
sulitnya mengidentifikasi secara langsung dengan barang yang dihasilkan.
Ada dua metode yang digunakan dalam pengumpulan harga pokok produksi,
yang mana kedua metode ini dipengaruhi oleh cara produksi produk. Untuk perusahaan
yang mengolah produknya secara terus menerus dan masal melalui satu atau lebih
departemen produksi, maka metode yang digunakan adalah metode harga pokok proses
yaitu biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu tertentu dan
biaya produksi perunit dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari
proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan. Pada perusahaan yang
melakukan produksi berdasarkan pesanan, mengumpulkan harga pokok produksinya
menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method).
Pelaporan biaya produksi sama halnya dengan periode pelaporan laba rugi, yaitu
dilaksanakan pada setiap akhir periode akuntansi. Tujuan perhitungan biaya produksi
adalah untuk mengetahui besarnya pengeluaran yang harus dikeluarkan perusahaan
dalam satu proses produksi di setiap akhir periode. Perhitungan biaya produksi ini
sangat penting, karena apabila terjadi kesalahan dalam perhitungan biaya produksi maka
akan berpengaruh terhadap harga pokok produksi dan pada akhirnya berpengaruh
terhadap harga jual produk.
UD. Melona Baba adalah sebuah perusahaan yang memproduksi Dangke
(makanan khas Enrekang) dari olahan susu sapi. Setelah dilakukan studi awal pada
perusahaan tersebut, diketahui bahwa UD. Melona Baba menentukan harga jual hanya
berdasarkan harga pasar, tanpa pernah menghitung harga pokok produksi Dangke. Oleh
karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Penentuan
Harga Pokok Produksi”, dengan mengambil studi kasus UD. Melona Baba Enrekang.
Rumusan Masalah
142
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
143
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
144
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
tertentu. Metode harga pokok pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok
produk dimana biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa
secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan identitasnya
(Supriyono, 1999). Artinya metode harga pokok pesanan akan melakukan proses
produksinya ketika ada pesanan dari konsumen atau pelanggan. Pembuatan produk
dilakukan sesuai dengan spesifikasi atau karakteristik yang telah ditentukan dan
dipesan oleh pelanggan. Jadi metode ini lebih bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pelanggan atau konsumen yang berbeda-beda.
2. Metode Harga Pokok Proses (Procces Costing Method)
Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok produk
dimana biaya dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan,
triwulan, ataupun tahunan (Supriyono, 1999). Metode ini lebih menekankan pada
persediaan produk yang selanjutnya akan dijual kepada konsumen.
Penentuan Biaya Produksi
Menurut Mulyadi (2015), metode penentuan biaya produksi adalah cara
perhitungkan unsur-unsur biaya kedalam biaya produksi. Dalam memperhitungkan
unsur-unsur biaya ke dalam biaya produksi, terdapat dua pendekatan yaitu :
1. Metode Full Costing
Metode full costing (absorption costing atau convestional costing) menurut Ursy,
Hammer, and Matz (1990) adalah this process result in the assignment of a share of
both fixed and variabel factory overhead to production and is referred to as
absorption, full, or conventional costing. Sedangkan full costing menurut Mulyadi
(2007) adalah metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan
semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang
berperilaku variabel maupun tetap.
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari
unsur biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik
variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan biaya non produksi
(biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).
2. Metode Variable Costing
Metode variable costing (marginal costing atau direct costing) menurut Usry,
Hammer, and Matz (1994) adalah direct costing, also referred to as variabel
costing or marginal costing, charges units of product with only those
manufacturing costs that vary directly with volume. Sedangkan menurut Mulyadi
(2007), mendefinisikan variable costing sebagai metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel
ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi
variabel (biaya pemasaran variabel, dan biaya administrasi dan umum variabel) dan
biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi
dan umum tetap).
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka penulis memilih lokasi
penelitian pada UD. Melona Baba yang beralamat JL. Raya Poros Makassar KM. 200
Dusun Baba, Kelurahan Cendana, Kecamatan Cendana, Kabupaten Enrekang, Sulawesi
145
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian selama dua bulan dari bulan Februari
2020 sampai bulan Maret 2020.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
metode deskriptif kuantitatif, untuk menghitung harga pokok produksi dangke dan
keterlibatan produksi yang terdiri dari :
Biaya Bahan Baku xxx
Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik xxx +
Total Biaya Produksi xxx
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Harga Pokok Produksi Dangke pada UD. Melona Baba
Penentuan harga pokok produksi, perusahaan harus menentukan metode yang
tetap sehingga nantinya dapat menghasilkan laba yang sesuai dengan harapan
perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Biaya harga pokok produksi
Dangke itu sendiri terdiri dari beberapa unsur, yaitu : biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya-biaya produksi yang dimaksud
sebagai berikut :
1. Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku untuk memproduksi Dangke yaitu susu sapi, dimana susu sapi itu
berasal dari ternak sendiri. Menurut hasil wawancara bahwa dalam sehari bisa
menghasilkan susu antara 25-30 liter susu sapi per hari, tergantung kekentalan susu.
Harga susu dinilai sesuai harga pasaran yaitu Rp. 10.000 per liter. Bahan baku
dibeli setiap hari jika persediaan bahan baku yang tersedia di rumah berproduksi
berkurang, supaya proses produksi tetap berjalan walaupun dalam masa pandemi
COVID 19. Satu liter susu perah bisa menghasilkn satu buah Dangke atau bisa
dikatakan sesuai dengan harga dan keuntungan yang ditargetkan sehingga
perhitungan ekonominya tetap berjalan.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Berdasarkan pengamatan dan wawancara, tenaga kerja yang mengolah susu
menjadi Dangke sebanyak 3 orang. Tenaga kerja ini bekerja dari jam 7 pagi sampai
jam 5 sore. Tenaga kerja digaji/diupah perbulan bukan berdasarkan banyaknya hasil
produksi. Hari kerja 1 bulan sebanyak 27 hari kerja. Adapun jumlah gaji karyawan
disesuaikan dengan jumlah hari dia bekerja atau bisa dikatakan sesuai standar hari
dia bekerja.
3. Biaya Overhead Pabrik
a. Bahan Penolong
Biaya overhead pabrik pada UD. Melona Baba terdiri dari bahan penolong
berupah getah papaya. Getah pepaya berfungsi untuk memadatkan bahan susu.
Getah pepaya dibeli dengan harga Rp. 25.000 per botol berukuran 240 ml.
b. Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan
Untuk mengolah susu menjadi Dangke diperlukan proses memasak. Hal ini
berarti memerlukan peralatan berupa kompor, panci yang berukuran 35 liter.
Kompor yang digunakan adalah kompor gas, maka dalam penelitian ini biaya
gas akan dibebankan ke produk.
Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dangke
Pada bagian ini, teknik yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik adalah dengan melakukan
deskripsi perhitungan biaya produksi pada UD. Melona Baba. Penulis menjabarkan
secara rinci biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan beserta perhitungannya.
146
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
147
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
Keuntungan per unit dari produksi Dangke adalah Rp. 8.364, jika dikalikan dengan
produksi rata-rata perbulan sebesar Rp. 8.364 x 810 = Rp. 6.774.840.
Diteliti lebih lanjut, jika perusahaan meningkatkan produksi menjadi 1.000 unit
Dangke, maka biaya tenaga kerja langsung akan mengalami penurunan yaitu total gaji
dibagi unit produksi Rp. 3.000.000/1.000 sebesar Rp. 3.000 per unit. Perhitungan untuk
biaya overhead pabrik dibebankan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.
Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Jumlah Harga Jumlah
Biaya BOP/Unit
Unit/Bulan Perolehan/Satuan Unit Produksi
Overhead Pabrik
1 2 3 (1) x (2) / (3)
Biaya Penolong
Getah Pepaya 1 Rp. 12.500 1.000 Rp. 13
BOP yang Dibebankan
a. Gas 4 Rp. 80.000 1,000 Rp. 80
b. Panci 1 Rp. 250.000 24.000 Rp. 10
c. Listrik 1 Rp. 200.000 1,000 Rp. 200
d. Kompor 1 Rp. 300.000 120.000 Rp. 3
e. Kulkas 1 Rp. 2.300.000 120.000 Rp. 19
f. Bangunan 1 Rp. 369.000.000 180.000 Rp. 2.050
Total BOP Rp. 2.375
Sumber : Data diolah (2020)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, perhitungan harga pokok
produksi untuk per unit jika produksi rata-rata perbulan sebesar Rp. 1.000 unit sebesar
Rp. 15.375 yang terdiri dari Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung +
Biaya Overhead Pabrik = Rp. 10.000 + Rp. 3.000 + Rp. 2.375. Ini menunjukkan bahwa
semakin banyak produksi maka harga pokok produksi akan turun walaupun tidak
signifikan dengan kenaikan produksi.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan pada UD. Melona Baba,
maka perhitungan harga pokok produksi dengan rata-rata produksinya senilai 810 unit
dangke menggunakan metode Full Costing adalah sebesar Rp. 16.636. Sedangkan jika
perusahaan meningkatkan produksi menjadi 1.000 unit dangke, maka perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode Full Costing yaitu Rp. 15.375. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin banyak produksi, maka harga pokok produksi akan turun
walaupun tidak signifikan dengan kenaikan jumlah produksi.
Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, sebaiknya perusahaan memiliki perhitungan
harga pokok produksi sendiri karena banyaknya pesaing dan harga jualnya juga sangat
berbeda-beda. Cara untuk bisa mempertahankan pelanggan yaitu, bisa menghitung
harga pokok produksi sebagai pertimbangan penentuan harga jual yang bisa bersaing
dan produksi ditingkatkan untuk menghasilkan harga pokok produksi yang rendah tanpa
harus mengurangi kualitas dari produk tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1994. Variabel Costing, Tangerang, Binarupa Aksara.
2012. Akuntansi Biaya. Edisi Kelima. Yogyakarta : Unit Penerbit dan
Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
149
Jurnal Economix Volume 8 Nomor 2 Desember 2020
150