Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses manufakturing
atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang siap dipasarkan. Perhitungan
biaya produksi ini akan dilakukan mulai dari awal pengolahan, hingga barang jadi atau
setengah jadi.
Akumulasi pengeluaran yang diperlukan oleh perusahaan untuk bisa memproses bahan baku
hingga menjadi produk jadi disebut sebagai biaya produksi. Cakupan biaya produksi memuat
3 unsur, antara lain adalah bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Production cost akan dibebankan kepada perusahaan hingga proses pengolahan menghasilkan
barang yang siap dijual di pasaran. Nantinya, biaya tersebut akan diperhitungkan untuk per
unit produknya, sehingga memudahkan penghitungan dan pengambilan angka keuntungan.
Biaya ini nantinya akan menimbulkan terbentuknya harga pokok barang jadi saat akhir
periode akuntansi. Keseluruhan pengorbanan ekonomi yang digunakan dalam kegiatan
pengolahan bahan baku hingga menjadi barang jadi dan siap untuk dipasarkan disebut biaya
produksi.
Pengeluaran perusahaan berupa biaya produksi juga diartikan sebagai pengeluaran yang pasti
dibutuhkan untuk menghasilkan barang jadi. Sifat biaya ini banyak dianggap pasti akan
dikeluarkan selama kegiatan produksi barang masih terus berlangsung.
Seperti salah satu contohnya adalah ketika kamu membangun sebuah bangunan yang
memerlukan penghitungan yang tepat agar dapat melakukannya dengan tepat dan cepat. Buku
berjudul Buku Pintar Menghitung Biaya Bangunan oleh Rio Manullang dapat membantu
Grameds memahami hal tersebut.
Unsur biaya tetap mempunyai jumlah nominal sama yang harus dibayarkan pada setiap
proses produksinya. Biaya tetap tidak akan mengalami pembengkakan sekalipun proses
produksi sedang padat, sehingga bisa meningkatkan output.
Perusahan bisa merencanakan anggaran untuk biaya tetap tersebut karena sifatnya yang sudah
pasti, sehingga tidak perlu khawatir akan terjadi penambahan atau pengurangan. Biaya
produksi tetap ini biasanya akan dikeluarkan selama proses produksi masih tetap berjalan.
Salah satu contoh biaya tetap yang harus dibayarkan perusahaan dengan jumlah yang sama,
meskipun volume produksinya berubah adalah biaya sewa pabrik. Perusahaan diharuskan
membayar biaya tersebut secara rutin sesuai dengan harga yang sudah disepakati.
Bentuk lainnya dari biaya tetap adalah pengeluaran perusahaan untuk membayar gaji bulanan
karyawan. Pengeluaran perusahaan lain yang juga bersifat tetap adalah biaya gaji untuk
satpam pabrik yang menggunakan sistem pembayaran bulanan.
Biaya variabel hanya akan diperlukan pada saat proses produksi berlangsung, sehingga
menjadi dasar pengeluaran per unit yang akan dilaporkan. Jenis biaya variabel yang ada
diperlukan pada proses produksi adalah pembelian bahan baku.
Pengeluaran untuk membeli bahan baku biasanya akan dipengaruhi oleh target output selama
proses produksi. Biaya variabel ini akan selalu mengalami perubahan selama proses produksi
tersebut mengalami perubahan.
Saat proses produksi terhenti, berarti biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan
manufaktur adalah nol. Variable cost merupakan komponen biaya produksi yang penting
untuk menentukan harga barang saat pemasaran berlangsung, dalam hitungan per unit.
Biaya produksi per unit akan diketahui dengan cara memperhitungkan average cost ini.
Selanjutnya, perusahaan bisa menentukan persentase laba yang ingin dicapai dari biaya rata-
rata tersebut. Average cost akan dibandingkan dengan biaya tetap saat mengambil keputusan
produksi.
Dari hasil perbandingan, akan dapat diperoleh informasi mengenai biaya manakah yang lebih
tinggi antara fixed dan variable cost. Hal ini bisa dijadikan sebagai patokan perusahaan untuk
menentukan laba yang ideal.
Perhitungan biaya marginal dilakukan dengan menambahkan variabel cost pada saat proses
produksi. Perusahaan juga bisa mengaitkan fixed cost dengan biaya marginal saat akan
memproduksi output tambahan.
Fungsi dari biaya marginal adalah untuk membantu perusahaan memaksimalkan kegiatan
operasional secara menyeluruh. Hal ini akan membuat perusahaan bisa mencapai nilai
keuntungan maksimal produk secara lebih efisien.
Marginal cost baru bisa dihitung setelah biaya tetap dan variabel sudah diketahui oleh
perusahaan. Perhitungan marginal cost dilakukan dengan cara membagi peningkatan biaya
dan perubahan kuantitas target produksi.
Biaya total ini baru bisa diperhitungkan ketika perusahaan sudah memiliki output berupa
barang jadi yang siap untuk dijual. Perhitungan biaya total ini harus dilakukan setiap periode
produksi terselesaikan agar bisa segera dilaporkan.
Total cost ini bersifat menyeluruh karena mencakup segala pengeluaran perusahaan selama
proses produksi. Biaya bahan baku, administrasi, dan pemasaran harus ikut diperhitungkan
dalam total cost ini.
Dalam mengendalikan biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan terdapat konsep serta
metode akutansi biaya yang dapat dilakukan. Buku Akuntansi Biaya Edisi ke-2 oleh Firdaus
A. Dunia dan Wasilah Abdullah dapat membantu Grameds dalam memahami akutansi biaya.
3. Contoh Biaya Produksi
Biaya produksi diperhitungkan selama proses pengolahan produk dalam suatu bisnis pada
perusahaan manufaktur. Salah satu contoh yang akan dibahas kali ini adalah pada perusahaan
manufaktur yang bergerak dalam bidang makanan dimana hasil outputnya adalah mie.
Dalam hal ini Perusahaan Makanan Sehat memproduksi mie kuning yang siap masak dengan
output barang jadi sebesar 4.000 pack selama satu bulan. Berikut adalah rincian biaya
produksi mie kuning tersebut selama satu bulan.
Total biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan 4.000 pak mie kuning adalah
Rp.18.000.000. Dari total pengeluaran tersebut dapat ditentukan biaya produksi per unit
dengan cara membagi total biayanya ke total jumlah produk. Perhitungannya adalah Rp.
18.000.000 : 4.000 = Rp. 4.500.
Selanjutnya, perusahaan bisa menetapkan harga jual dengan cara memperhitungkan biaya
produksi per unit ditambah dengan persentase keuntungan.
Pada produk mie kuning ini, persentase keuntungan yang digunakan adalah 40% dari biaya
produksi. Jadi, perhitungan harga jual per unitnya adalah Rp.4500 + (40% x Rp.4500) = Rp.
6.300
Perusahaan akan bisa menentukan harga jual dengan lebih tepat dengan mengetahui total
biaya produksi. Di samping itu, informasi biaya ini juga berguna bagi perusahaan untuk
meminimalisir potensi resiko selama proses produksi berlangsung.
Sebagai ilustrasi perhitungan produksi, berikut disajikan data pengeluaran PT Antara selama
satu bulan. PT Antara merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi hijab
dengan total output sebesar 5.000 unit selama satu bulan.
Produk hijab dari PT. Antara ini dipasarkan melalui 3 toko besar dan e-commerce. Berikut
adalah data laporan pengeluaran PT Antara selama satu bulan.
Tahap 1 :
Bahan baku yang digunakan = saldo awal bahan baku + pembelian bahan baku – saldo akhir
bahan
= Rp. 30.000.000 + (Rp.50.000.000+Rp. 5.000.000) – Rp.30.000.000
= Rp. 55.000.000
Tahap 2 :
Biaya Produksi = bahan baku + tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik
= Rp.55.000.000 + Rp.30.000.000 + 5.000.000
= Rp.90.000.000
Biaya produksi per unit = biaya produksi : total unit
= Rp. 90.000.000 : 5.000
= 18.000
Tahap 3 :
Harga Pokok Produksi = total biaya produksi + saldo awal persediaan – saldo akhir
= Rp.90.000.000 + Rp. 40.000.000 – Rp.5.000.000
= Rp. 125.000.000
Tahap 4
Harga Pokok Penjualan = Harga pokok produksi + persediaan barang awal – persediaan akhir
= Rp. 90.000.000 + Rp. 80.000.000 – Rp.50.000.000
= Rp. 140.000.000