Anda di halaman 1dari 9

3.7 Menganalisis biaya produksi prototype produk barang/jasa 4.

7 Menghitung biaya produksi


prototype produk barang/jasa 3.8 Menerapkan proses kerja pembuatan prototype produk
barang/jasa 4.8 Membuat prototype produk barang/jasa 3.9 Menentukan pengujian kesesuaian
fungsi prototype produk barang/jasa 4.9 Menguji prototype produk barang/jasa 3.10 Menganalisis
perencanaan produksi massal 4.10 Membuat perencanaan produksi massal

BIAYA PRODUKSI PROTOTYPE


PRODUK BARANG/JASA
1. BIAYA PRODUKSI PROTOTYPE BARANG/JASA
Salah satu hal yang perlu dilakukan adalah memperhitungkan mengenai biaya produksi. Banyak yang
beranggapan bahwa biaya produksi adalah hal yang sepele. Namun sebaliknya, biaya produksi sangat
penting dalam dunia bisnis.
Bagi suatu perusahaan memperoleh laba merupakan tujuan utama untuk kelangsungan hidup dan
kemajuan perusahaan. Untuk memperoleh laba ada 3 faktor utama, yaitu jumlah barang yag harus di
produksi, biaya per unit, dan harga jual per unit produk tersebut.
Salah satu cara untuk mencapai laba adalah memperhatikan biaya, dianataranya biaya harga pokok
penjualan di upayakan dapat ditekan seminimal mungkin. Harga pokok merupakan faktor yang
penting dalam pertimbangan untuk menetapkan harga jual yang diharapkan nantinya memperoleh
laba.
• PENGERTIAN BIAYA
Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Menurut
ilmu ekonmi, biaya terbagi menjadi 2, yaitu biaya eksplisit dan biaya emplisit. Biaya ekspilist adalah
biaya-biaya yang terlihat secara fisiki sperti uang. Sedangkan biaya implisit adalah biaya-biaya yang
tidak terlihat secara langsung yaitu misalnya penyusutan barang modal.
Menurut Mulyadi (2010:8), biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau yang kemungkin tidak terjadi utuk tujuan tertentu.
Biaya prosuksi adalah akumulasi dari seluruh biaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dengan
tujuan menghasilka suatu produk/barang. Biaya produksi ini diperlukan untuk mendukung proses
pengolahan bahan baku menjadi produk yang jadi siap dipasarkan kepada konsumen.
Biaya produksi adalah keseluruhan biaya produksi ekonomi yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi
suatu barang. Biaya produk ini mempunyai definisi yang berbeda dengan biaya operasional. Bedanya
dengan biaya operasional adalah biaya atau pengeluaran oleh suatu perusahaan untuk mendukung
sistem kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
• KLASIFIKASI BIAYA
Penggolongan menurut Mulyadi (2009:13-16) adalah sebagai berikut:
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran dalam cara penggolongan ini, nama objek
pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran
adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran sehubungan dengan bahan bakar disebut
“biaya bahan bakar”.
• Pengeluaran biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Dalam perushaan manufaktur
biaya dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok: biaya prosuksi, biaya pemasaran, serta
biaya administrasi atau umum.
• Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dibagi mejadi 2 golongan:
• biaya langsung. Biaya langsung adlah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah
karena adanya suatu yang dibiayai. Dengan demikian dengan mudah diindentifikasikan
dengan sesuatu yang dibiayai.
• biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya ini tidak mudah diidentifikaikan denga
prosuk tertentu.
• Penggolongan menurut perilakunya dlama hubungnnya dengan perubahan volume penjualan.
Biaya dapat digolongkan menjadi 4:
• biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berupa sebanding dengan
perubahan volume egiatan
• biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
• biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tepat untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah engan tujuan dengan jumlah konstanta pada volume produksi tertentu.
• biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan
tertentu.
• Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya. Biaya ini dapat dibagi menjadi 2:
• pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi.
• pengeluaran pendapat adalah biaya yag mempunyai manfaat dalam periode akuntansi
terjadinya pengeluaran tersebut.
• BIAYA PRODUKSI
Biaya berbeda dengan biaya dengan non produksi perbedaanya adalah biaya non produksi merupakan
biaya yang erat kaitannya dengan fungsi pengembangan, pemasaran, layanyanan pelanggan, design
maupun administrasi pada umunya.
1. Analisis biaya produksi
Untuk menghitung Biaya Tetap Total/Total Fixed Cost (TFC) adlah dengan cara menambah Biaya
Tetap/Fixed Cost (FC) dengan Biaya Variabel/Variabel Cost (VC).
Biaya total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang harus dikeluarkan oleh perushaan untuk membeli
semua keperluan baik barang maupun jasa yang akan digunaka dalam proses produksi demi
menghasilkan/produksi suatu barang. Total Fixed Cost dihitung untuk memperoleh faktor produksi
yang tidak dapat berubah jumlahnya.
1. Biaya Variabel Total/Total Variabel Cost (TVC) adlah keseluruhan biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor produksi variabel.
• Cara menghitung Biaya Rata-Rata/Average Variable Cost (AFC) adalah cara biaya total
dibagi dengan jumlah produksi.
• Cara menghitung Variabel Rata-Rata/Average Variabel Total (TVC) dengan jumlah produksi.
• Cara menghitung biaya Total Rata-Rata/Average Total Cost (AC) adalah dengan cara Biaya
Total dibagi dengan jumlah produksi.
• Biaya Marginal/Marginal Cost (MC) diperoleh melalui hasil penambahan Biaya Produksi
yang digunakan untuk menambaha produksi satu unit barang/produksi.
Laporan Biaya Produksi
Laporan biaya produksi disebut pula sebaga laporan harga pokok produksi. Perhitungan laporan biaya
produksi ini mengutamakan perhitungan 3 hal yaitu:
1. Data produksi. Dibuat pelaporan mengenai rincian jumlah produk yang melalui proses
pembuatan, jumlah produk yang telah selesai diproduksi, serta keseluruhan jumlah
produksi yang dihasilkan dari awal sampai akhir dalam suatu periode.
2. Biaya yang dibebankan. Dibuat pelaporan mengenai rincian harga satuan per produk / per
barang yang didalamanya telah meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
overhead pabrik.
3. Perhitungan harga pokok. Dibuat pelaporan mengenai rincian harga pokok ketika produk
telah selesai diproduksi, dan memasuki departemen produksi, hingga memasuki gudang
penemepatan produk yang telah selesai diproduksi.
Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi berfungsi sebagai dasar dalam menentukan harga jual. Untuk menetapkan
harga jual, penting bagi perusahaan untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan untuk
memproduksi batang yang akan dijual. Biaya tersebut sring disebut sebagai harga pokok produksi.
• UNSUR – UNSUR BIAYA PRODUKSI
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bahan Baku Langsung (Direct Material)
Semua bahan baku yang secara fisik bisa diidentifikasi sebagai bagian dari barang jadi dan yang dapat
ditelusuri pada barang jadi itu dengan cara yan sederhana dan ekonomis, atau merupakan setiap baha
baku yang menjadu bagian yang tak terpisahkan dari produk jadi.sebaai contoh, dalam membuat
pakaina pria, kain merupakan bahan langsung.
• Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour)
Tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produksi jadi dan dapat
dibebankan secara layak ke produk tertentu atau merupakan upah yang diperoleh pekerja yang
mengubah bahan dari keadaa mentah menjadi produk jadi. Sebagai contoh, upah yang dibayarkan
kepada pekerja pabrik pakaian yang memotong kain dan menjahit hasil potongan tersebut aalah biaya
tenaga kerja langsung.
• Overhead pabrik (Factory Overhead)
Terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu.
Overhead pabrik biasanya memasukkan semua buiaya manufaktur kecuali bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung. Terkadang biaya ini disebut sebagai overhead produksi
(manufacturing overhead) atau beban pabrik (factory burden). Overhead pabrik. Penekanannya disini
adalah pada istilah biaya produksi. Sebagai contoh, upah pengendali persediaan
adalah overhead pabrik. Namun, gaji seorang tugas penjualan merupakan beban pemasaran.
Elemen-elemen dari biaya Overhead Pabrik yaitu:
1. Biaya bahan baku idak langsung
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung
3. Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap
4. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
5. Biaya lisrtik dan air pabrik
6. Biaya asuransi
7. Operasi lain-lain
Perusahaan perlu mengkalkulasikan biaya produksi sebagai dasar perhitungan harga pokok produksi.
Dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan dapat menggunakan dua metode yaitu full
costing dan variable costing. Pada metode full costing semua biaya produksi diperhitungkan baik
yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. Biaya-biaya produksi tersebut yaitu terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabbrik baik yang bersifat variabel
maupun tetap sedangkan pada metode variable costing biaya produksi yang diperhitungkan hanyalah
yang bersifat variabel saja.
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam
harga pokok roduksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi
terdapat dua pendekatan, yaitu full costing dan variable costing.
1. Full Costing
Full Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungan semua unsur
biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap ditambaha dengan
biaya nonproduksi (biaya pemasaran dan biaya adminsitrasi dan umum). Dengan demikian harga
pokok produksi menurut full costing terdiri dari unsur biaya produksi.
• Variable Costing
Variable Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitunkan
biaya produksi yang berperilaku variable ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel ditambah dengan biaya
nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variable) dan biaya
terdiri.
PROSES KERJA PEMBUATAN
PROTOTYPE PRODUK BARANG/JASA
1. PENGERTIAN PRODUK DAN JASA
Kegiatan produksi menunjukkan cara/motode atau teknik menciptakan atau menambah nilai
guna barang/jasa dengan menggunakan sumber-sumber ekonomi. Kegiatan produksi yang
melibatkan alat dan mesin dengan skala besar disebut industri. Manfaat (utility) yang diciptakan
melalui proses produksi terdiri atas manfaat bentuk, manfaat tempat, maupun manfaat waktu.

Manfaat (utility) yang diciptakan melalui proses produksi terdiri atas manfaat bentuk, manfaat tempat,
dan manfaat waktu.

1. Manfaat bentuk (form utility). Seorang wirausaha membuka usaha pengelola limbah plastik
menjadi berbagai pot bunga plastik.
2. Manfaat tempat (place utility). Seorang wirausaha membuka usaha penjualan batu-batu
kali yang diambil dari sungai/kali di desa dan dijual di daerah perkotaa.
3. Manfaat waktu (time utility). Seorang wirausaha melakukan kegiatan menyimpan sebagian
padi hasil panennya untuk dimanfaatkan pada musim panceklik.
Setiap kegiatan produksi menghasilkan produk berupa barang atau jasa. Produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli,
digunakan, atau dikonsumsi pasar guna memenuhi kebutuhan. Jadi, produk adalah hasil yang
diperoleh dari kegiatan produksi. Namun, pengertian produk sebagai hasil produksi sering diartikan
hanya sebatas barang. Barang yang merupakan produk dari kegiatan produkasi disebut dengan
produk.

Yang dikatakan produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud,
termasuk didalamnya masalah warna, harga nama baik perusahaan, nama baik toko yang menjual,
dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima pembeli guna memuaskan
keinginannya.

Yang dimaksud dengan “produk” dalam materi ini adalah barang atau jasa.

Macam/jenis produk Berdasarkan sifat/intensitas kebutuhan pemakainya ::

Produk primer : produk utama yang dibutuhkan masyarakat.

Produk sekunder : produk penunjang kehidupan masyarakat agar lebih baik.

Produk tersier : produk kebutuhan pelengkap.

Berdasarkan tujuan pemakainya :

Shopping goods : memerlukan pertimbangan kualitas, harga, gaya kemasan dan jenis.

Convinience goods : bersifat mudah dicari bila diperlukan setiap saat dan tersedia di toko terdekat.

Speciality goods : kebutuhan konsumen yang membutuhkan layanan khusus.

Unsough goods : barang yang tidak dicari dan pemasarannya dengan mendatangi konsumen.

Berdasarkan motivasi pemebeli dan penggunaannya :


Consumers goods : barang yang dibeli untuk langsung dihabiskan.

Industrial goods : barang (bahan baku) atau bahan mentah yang dibeli untuk diolah menjadi barang
jadi atau barang setengah jadi.

Bussines goods : barang dibeli untuk dijual kembali, dikombinasikan dengan barang lain, dibuat
inovatif dan mencirikan perusahaan penjual.

B. PEMBEDAAN PRODUK BARANG DAN PRODUK JASA


Pembedaan antara produk dan jasa sukar dilakukan, karena pembelian suatu produk seringkali
disertai dengan jasa-jasa tertentu (misalnya instansi). Pembelian suatu jasa sering pula meliputi
barang-barang yg melengkapinya (misalnya makanan di restoran). Meskipun demikian kotler
mendefinisikan jasa sebagai tindakan atau perbuatan yg dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada
pihak yang lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan
kepemilikan sesuatu.

Berikut ini empat karakteristik utama jasa yg membedakan dari barang.

1. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau bends, maka jasa
adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat memiliki, maka jasa
hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak dimiliki. meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan
didukung oleh produk fisik, esensi yg dibeli pelanggan adalah kinerja yg diberikan oleh produsen
kepadanya.

Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum
dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible pada jasa memiliki dua pengertian.

1. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.


2. Sesuatu yang tidak dapat dengan mudah di definisikan, diformulasikan, atau dipahami
secara rohaniah.
Dengan demikian, orang tidak dapat menilai kualitas jasa sebelum mengonsumsinya sendiri. Bila
pelanggan membeli suatu jasa, ia hanya menggunakan, memanfaatkan, atau menyewa jasa tersut.
Pelanggan yang bersangkutan tidak lantas memiliki jasa yang dibelinya. Oleh karna itu, untuk
mengurangi ketidakpastian, para pelanggan akan memerhatikan tanda-tanda atau bukti kualitas jasa
tersebut.
Mereka akan menyimpulkan kualitas jasa dari tempat (place), orang (people) peralatan equipment
bahan-bahan komunikasi (communication materials), simbol dan harga yang mereka amati. Oleh
karna itu, tugas pemasar jasa adalah “manage the evidence” dan “langibilize the intangible”. Dalam
hal ini, pemasar jasa menghadapi tantangan untuk memberikan bukti-bukti fisik dan perbandingan
pada penawaran abstraknya.
• Inseparability
Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sebaliknya, jasa umumnya dijual
terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikomsumsi secara bersamaan. Interaksi antara
penyedia jasa dan pelanggan ini, efektifitas individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur
penting. Dengan demikian, kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, kompensasi,
pelatihan, dan pengembangan karyawan .

• Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardizedoutput,artinya banyak variasi
bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa,kapan, dan di mana sajatersebut di hasilkan. Para
pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi ini dan sering kali meminta pendapat orang
lain sebelum memutuskan untuk memilih dalam hal ini penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap
dalam pengendalian kualitasanya. ketiga tahap itu adalah sebagai berikut.
1. Melakukan inventasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik.
1. Melakukan standardisasi proses pelaksanaan jasa (service performance
process}.Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyipakan suatu cetak biru
{blue- print) jasa yang menggambarkan peristiwa dan proses jasa dalam suatu
diagram alur, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial yang
dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa tersebut.
2. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survei
pelanggan, dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik
dapat dideteksi dan dikoreksi.
2. Perishabilty jasa adalah komoditas tidak tahan lama. Kursi kereta api yang kosong, kamar
hotel yang tidak dihuni, akan berlalu dan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan
untuk digunakan di waktu lain. Jika permintaan berfluktuasi, berbagai masalah muncul
berkaitan dengan kapasitas menganggur (saat permintaan sepi) dan pelanggan tidak
terlayani dengan baik sehingga mereka beralih ke penyedia jasa lain. Penawaran suatu
perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa jenis jasa.
Pada kenyataannya, suatau penawaran dapat bergerak bebas diantara dua kutub ekstrem, yaitu
murni berupa barang dan jasa murni. Berdasarkan kenyataan ini, barang atau jasa dapat dibedakan
menjadi lima kategori.

1. Produk fisik murni, yaitu semata-mata terdiri atas produk fisik.


2. Produk fisik disertai dengan jasa pendukung.
3. Hybrid, yaitu penawaran terdiri atas barang dan jasa yang sama besar porsinya.
4. Jasa utama yang didukung dengan barang dan jasa minor.
5. Jasa murni, misalnya kemoterapi, jasa psikologi dan konsultasi hukum.
Berikut ini disajikan+ klasifikasi jasa dan contohnya.

Basis Klasifikasi Contohnya

Segmen pasar Konsumen akhir Konsumen organisasional Salon kecantikan Konsu

Rented goods service Owned goods service Penyewaan mobil Repa


Tingkat
Non-goods service Pemandu wisata

Keterampilan penyedia jasa Profesional service Non-profesional service Dokter Sopir (taksi, angk

Tujuan organisasi jasa Profit service Non-profit Bank Yayasan sosial

Regulasi Regulated service Non-regulated service Angkutan umum penyem


Tingkat intensitas karyawan Equiqment base service People based ATM Pelatih olahraga (fi

Tingkat kontak penyedia jasa dengan


High-contact service Long-contact service Universitas Bioskop
pelanggan
Dalam kaitan dengan pengendalian perusahan, sebagian besar manajer menjalankan Total Quality
Management (TQM) sebagai prioritas untuk peningkatan dan pengendalian kualitas produk.
Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan proses produk akhir. Hal ini penting agar
produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena
produk tersebut dibuang atau dikerjakan ulang. Sebaiknya perhatian terhadap kualitas harus dimulai
pada saat awal pembangunan produk. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal
pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.
C. PENGERTIAN PROTOTIPE PRODUK
Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan pada produk akhir (finished goods),
melainkan saat awal pembangunan produk (product development) agar produk akhir yang dihasilkan
adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang
(destroy) atau dikerjakan ulang (rework/ repair). Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan
awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.

Prototipe produk (purwa-rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan
yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang
akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang
sangat penting karena prototipe dibuat untuk diserahkan pada pelanggan (lead-user) agar pelanggan
dapat mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun
masukan mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan
prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama
antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).

Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis
produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk
pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah
produk sesuai kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang
disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya,
tetapi tidak rakit dengan proses akhir (finishing) ditujukan untuk menjawab pertanyaan
akan performance dan ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.

Berikut tahapan prototipe:

1. Pendefinisian produk
Merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan
perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan
aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
2. Working model
Dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada
skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan
menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model
juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe
rekayasa.
3. Prototipe rekayasa (engineering prototype)
Dibuat seperti halnya working model namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas
maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis
tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada
tahapan produksi. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja
operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
4. Prototipe produksi (production prototype)
Bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan
dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data
kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
5. Qualified production item
Dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam
jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun
peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan
kepada umum.
Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki
pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung
jawab, ketahanan dan kerusakan (wear-and-tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan
konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.

• Model Merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look-like-models).
Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang
diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai
dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.
• Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan
sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden
akan menyamakannya dengan produk akhir.
D. TAHAPAN PROTOTIPE PRODUK
1. Pendefinisian produk : Pendefinisian produk merupakan penerjemahan konsep teknikal
yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen ke dalam bentuk
perancangan. Termasuk aspek hokum produk dan aspek hokum yang melibatkan
keamanan serta perlindungan terhadap konsumen.
2. Working model : Tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan. Ia
dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan
produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat.
3. Prototipe rekayasa (engineering prototipe) : Dibuat seperti halnya working model,
namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working
model.
4. Prototipe produksi (production prototype) : Ia merupakan bentuk yang dirancang
dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi.
5. Qualified production item : Dibuat dengan skala penuh, berfungsi secara penuh, dan di
produksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala
bentuk standar maupun peraturan yang di berlakukan.
6. Model : Merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun.
http://sapamultimedia.blogspot.com/2018/10/pkk-modul-7-menganalisis-biaya-produksi.html

Anda mungkin juga menyukai