Manfaat (utility) yang diciptakan melalui proses produksi terdiri atas manfaat bentuk, manfaat tempat,
dan manfaat waktu.
1. Manfaat bentuk (form utility). Seorang wirausaha membuka usaha pengelola limbah plastik
menjadi berbagai pot bunga plastik.
2. Manfaat tempat (place utility). Seorang wirausaha membuka usaha penjualan batu-batu
kali yang diambil dari sungai/kali di desa dan dijual di daerah perkotaa.
3. Manfaat waktu (time utility). Seorang wirausaha melakukan kegiatan menyimpan sebagian
padi hasil panennya untuk dimanfaatkan pada musim panceklik.
Setiap kegiatan produksi menghasilkan produk berupa barang atau jasa. Produk merupakan segala
sesuatu yang dapat ditawarkan kepada produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli,
digunakan, atau dikonsumsi pasar guna memenuhi kebutuhan. Jadi, produk adalah hasil yang
diperoleh dari kegiatan produksi. Namun, pengertian produk sebagai hasil produksi sering diartikan
hanya sebatas barang. Barang yang merupakan produk dari kegiatan produkasi disebut dengan
produk.
Yang dikatakan produk adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud,
termasuk didalamnya masalah warna, harga nama baik perusahaan, nama baik toko yang menjual,
dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer yang diterima pembeli guna memuaskan
keinginannya.
Yang dimaksud dengan “produk” dalam materi ini adalah barang atau jasa.
Shopping goods : memerlukan pertimbangan kualitas, harga, gaya kemasan dan jenis.
Convinience goods : bersifat mudah dicari bila diperlukan setiap saat dan tersedia di toko terdekat.
Unsough goods : barang yang tidak dicari dan pemasarannya dengan mendatangi konsumen.
Industrial goods : barang (bahan baku) atau bahan mentah yang dibeli untuk diolah menjadi barang
jadi atau barang setengah jadi.
Bussines goods : barang dibeli untuk dijual kembali, dikombinasikan dengan barang lain, dibuat
inovatif dan mencirikan perusahaan penjual.
1. Intangibility
Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek, alat, atau bends, maka jasa
adalah suatu perbuatan, kinerja (performance), atau usaha. Bila barang dapat memiliki, maka jasa
hanya bisa dikonsumsi tetapi tidak dimiliki. meskipun sebagian besar jasa dapat berkaitan dan
didukung oleh produk fisik, esensi yg dibeli pelanggan adalah kinerja yg diberikan oleh produsen
kepadanya.
Jasa bersifat intangible, maksudnya tidak dapat dilihat, dirasa, dicium, didengar, atau diraba sebelum
dibeli dan dikonsumsi. Konsep intangible pada jasa memiliki dua pengertian.
• Variability
Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan non-standardizedoutput,artinya banyak variasi
bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa,kapan, dan di mana sajatersebut di hasilkan. Para
pembeli jasa sangat peduli dengan variabilitas yang tinggi ini dan sering kali meminta pendapat orang
lain sebelum memutuskan untuk memilih dalam hal ini penyedia jasa dapat melakukan tiga tahap
dalam pengendalian kualitasanya. ketiga tahap itu adalah sebagai berikut.
1. Melakukan inventasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik.
1. Melakukan standardisasi proses pelaksanaan jasa (service performance
process}.Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyipakan suatu cetak biru
{blue- print) jasa yang menggambarkan peristiwa dan proses jasa dalam suatu
diagram alur, dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor potensial yang
dapat menyebabkan kegagalan dalam jasa tersebut.
2. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survei
pelanggan, dan comparison shopping, sehingga pelayanan yang kurang baik
dapat dideteksi dan dikoreksi.
2. Perishabilty jasa adalah komoditas tidak tahan lama. Kursi kereta api yang kosong, kamar
hotel yang tidak dihuni, akan berlalu dan hilang begitu saja karena tidak dapat disimpan
untuk digunakan di waktu lain. Jika permintaan berfluktuasi, berbagai masalah muncul
berkaitan dengan kapasitas menganggur (saat permintaan sepi) dan pelanggan tidak
terlayani dengan baik sehingga mereka beralih ke penyedia jasa lain. Penawaran suatu
perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa jenis jasa.
Pada kenyataannya, suatau penawaran dapat bergerak bebas diantara dua kutub ekstrem, yaitu
murni berupa barang dan jasa murni. Berdasarkan kenyataan ini, barang atau jasa dapat dibedakan
menjadi lima kategori.
Keterampilan penyedia jasa Profesional service Non-profesional service Dokter Sopir (taksi, angk
Prototipe produk (purwa-rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan
yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang
akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang
sangat penting karena prototipe dibuat untuk diserahkan pada pelanggan (lead-user) agar pelanggan
dapat mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun
masukan mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan
prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama
antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).
Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis
produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk
pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah
produk sesuai kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang
disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya,
tetapi tidak rakit dengan proses akhir (finishing) ditujukan untuk menjawab pertanyaan
akan performance dan ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.
1. Pendefinisian produk
Merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan
perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan
aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
2. Working model
Dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada
skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan
menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model
juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe
rekayasa.
3. Prototipe rekayasa (engineering prototype)
Dibuat seperti halnya working model namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas
maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis
tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada
tahapan produksi. Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja
operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
4. Prototipe produksi (production prototype)
Bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan
dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data
kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
5. Qualified production item
Dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam
jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun
peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan
kepada umum.
Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki
pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung
jawab, ketahanan dan kerusakan (wear-and-tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan
konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.
• Model Merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look-like-models).
Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang
diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai
dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.
• Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan
sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden
akan menyamakannya dengan produk akhir.
D. TAHAPAN PROTOTIPE PRODUK
1. Pendefinisian produk : Pendefinisian produk merupakan penerjemahan konsep teknikal
yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen ke dalam bentuk
perancangan. Termasuk aspek hokum produk dan aspek hokum yang melibatkan
keamanan serta perlindungan terhadap konsumen.
2. Working model : Tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan. Ia
dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan
produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat.
3. Prototipe rekayasa (engineering prototipe) : Dibuat seperti halnya working model,
namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working
model.
4. Prototipe produksi (production prototype) : Ia merupakan bentuk yang dirancang
dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi.
5. Qualified production item : Dibuat dengan skala penuh, berfungsi secara penuh, dan di
produksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala
bentuk standar maupun peraturan yang di berlakukan.
6. Model : Merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun.
http://sapamultimedia.blogspot.com/2018/10/pkk-modul-7-menganalisis-biaya-produksi.html