A. Pengertian Biaya
Biaya adalah suatu pengorbanan atau juga pengeluaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan
atau juga peorangan yang bertujuan ialah untuk dapat memperoleh manfaat lebih dari
aktivitas yang dilakukan itu (Raharjaputra, 2009). Dalam istilah biaya tersebut, terkadang
cukup merepotkan dalam membedakan antara costs dan juga expenses.
Expenses adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan /perorangan yang
bersifat ialah sebagai aktivitas pendukung saja.
Perilaku Biaya
Hansen dan juga Mowen (2006) menggemukakan bahwa perilaku biaya adalah istilah yang
umum menggambarkan suatu perubahan biaya pada saat tingkat output itu berubah. Biaya
yang tidak berubah pada saat output berubah disebut dengan biaya tetap. Biaya variabel di
sisi lain adalah suatu peningkatan biayan dengan secara total pada saat terjadi suatu
peningkatan aktivitas output dan juga penurunan biaya dengan secara total ketika terjadi
suatu penurunan kegiatan output.
B. Penggolongan Biaya
Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan
ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam
bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi.
Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang
perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan
pemasaran, biaya contoh (sample).
Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan
Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntan, biaya photocopy.
Metode pengumpulan biaya ditentukan oleh cara berproduksi, pada dasarnya cara
berproduksi dibagi dua yaitu atas dasar pesanan dan masal. :
Harga pokok persatuan = Jumlah biaya produksi tiap pesanan / Jumlah produk
yang dipesan
Contoh :
Untuk mengerjakan seratus pesanan pakaian olah raga diperlukan biaya sebagai berikut :
Bahan bahan baku Rp 500.000 Bahan penolong Rp 75.000 Tenaga kerja langsung Rp
600.000 Biaya overhead pabrik Rp 125.000 Jumlah biaya produksi Rp 1.300.000 Maka harga
pokok satu stel seragam pakaian olah raga dihitung = Rp 1.300.000/100 = Rp 13.000 per stel.
Contoh : Perusahan industri yang memproduksi shampo selama bulan janari 2003 telah
mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut : Bahan bahan baku Rp 1.900.000 Bahan
penolong Rp 1.000.000 Tenaga kerja langsung Rp 2.500.000 Biaya overhead pabrik Rp
600.000 Jumlah biaya produksi Rp 6.000.000 Produk yang dihasilkan selama bulan
januari sebanyak 10.000 botol (dianggap tidak ada produk belum selesai), jadi harga
pokok per satuan dihitung : Rp 6.000.000 / 10.000 = Rp 600.000
MENGHITUNG PEMBEBANAN BIAYA BAHAN BAKU
Unsur Biaya Yang Membentuk Harga Pokok Bahan Baku Yang Dibeli
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku
yang diolah oleh perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian local, import, atau
dari pengolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku tersebut, banyak biaya yang juga
dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu biaya pergudangan, biaya perolehan lain dan biaya
pembelian. Unsure biaya yang banyak dikeluarkan dapat diperhitungkan sebagai harga pokok
bahan baku yang dibeli.
Sebelum unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku dibeli dibahas, sebelumnya
akan dibahas tentang system pembelian local bahan baku. Pembahasan ini berguna untuk
mendapatkan gambaran tentang unsure biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang
dibeli.
Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku. jika persediaan bahan baku yang ada di
gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point), Bagian
Gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk
dikirimkan ke Bagian Pembelian.
Prosedur Order Pembelian. Bagian Pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat
permintaan pembelian dari Bagian Gudang. Untuk pemilihan pemasok, Bagian Pembelian
mengirimkan surat permintaan penawaran harga (purchase price quotation) kepada para
pemasok, yang berisi peermintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-
masing pemasok tersebut. Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian
kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih.
Prosedur Penerimaan Bahan Baku. Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan
sesuai dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas
menerima barang, menccocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang
diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Jika barang yang diterima
sudah cocok dengan surat order pembelian tersebut, Bagian Penerimaan membuat laporan
penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi.
1. Bagian Produksi
2. Gudang
3. Pembelian
4. Penerimaan Barang
5. Akuntansi
Dokumen – dokumen yang dibuat dalam transksi pembelian bahan baku adalah:
a. Surat permintaan pembelian
b. Surat order pembelian
c. Laporan penerimaan barang
d. Faktur dari penjual.
Metode Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi
1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per
satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk menentukan
harga bahan baku yang pertama kali dipakai.
2. Metode Average
Dalam metode ini persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok
rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya.
2. Metode periodic
Dalam metode persediaan fisik hanya tambahan persediaan bahan baku dari
pembelian saja yang dicatat sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena
pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa biaya bahan
baku yang dipakai dalam produksi harus dilakukan dengan cara menghitung sisa
persediaan bahan baku yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi. Harga
pokok persediaan awal bahan baku ditambah dengan harga pokok bahan baku yang
dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan bahan baku yang
masih ada pada akhir periode merupakan biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi selama periode yang bersangkutan. Metode ini hanya dapat digunakan dalam
perusahaan relative kecil dan cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok
produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses, dimana fisik persediaan
bahan masih memungkinkan diawasi secara langsung oleh manajemen perusahaan.
Sehingga manajemen secara langsung dapat menentukan kapan, dalam jumlah berapa
bahan dibeli serta dapat menekan penyelewengan bahan serendah mungkin.
Contoh Soal:
Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 januari 2016 terdiri dari :
800 kg @ Rp. 2600 = Rp. 2.080.000
600 kg @ Rp. 2800 = Rp. 1.680.000
Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan januari 2016
Tgl Transaksi Kuantitas (Kg) Harga beli / kg Jumlah
8/1 Pemakaian 1000
13/1 Pembelian 1300 Rp. 2000 Rp. 2.600.000
19/1 Pembelian 600 Rp. 3500 Rp. 2..100.000
23/1 Pemakaian 1300
Jumlah pembelian Rp. 4.700.000
Diminta:
a. Hitunglah biaya bahan baku dan persediaan akhir dengan menggunakan metode
perpetual dan periodic FIFO
b. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi pembelian bahan baku dan pemakaian bahan
baku
Jawaban:
c. Catatan Kehadiran
Catatan Kehadiran merupakan catatan yang digunakan untuk mencatat waktu
kehadiran karyawan. Data ini memuat informasi mengenai waktu kedatangan dan waktu
selesai kerja karyawan. Dari data ini, diketahui lamanya karyawan tersebut bekerja. Kartu ini
biasa dipakai untuk perusahaan yang memproduksi satu jenis barang (Mass Production).
d. Kartu Jam Kerja
Kartu Jam Kerja merupakan dokumen waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja
langsung pabrik guna mengerjakan suatu pekerjaan. Dokumen ini diisi oleh mandor pabrik
dan diserahkan ke Bagian Gaji dan Upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam
hadir, sebelum digunakan untuk distribusi upah langsung kepada tiap jenis produk atau
pesanan.
e. Daftar Gaji dan Upah
Daftar Gaji dan Upah berisi jumlah gaji dan upah bruto (Kotor) tiap karyawan yang
dikurangi potongan-potongan berupa PPh pasal 21, utang karyawan, Jamsostek (Jaminan
Sosial Tenaga Kerja), dan sebagainya. Umumnya dalam sebuah perusahaan, tenaga kerja
langsung pada pabrik digolongkan menjadi 3 (Tiga) tingkatan, yakni golongan I, II, dan III.
Dengan demikian gaji yang diterima setiap golongan, berbeda-beda.
Ketika mengatur anggaran keuangan tiap bulan, pernahkah Anda menyisihkan sedikit uang
untuk mengantisipasi pengeluaran-pengeluaran tidak terduga? Jika Anda pernah
melakukannya, maka Anda adalah tipe orang yang selalu ‘sedia payung sebelum hujan’.
Saat ini mulai banyak orang yang mengatur anggaran keuangannya dengan sangat detail.
Mereka biasanya telah membagi keuangan mereka ke dalam kategori-kategori pengeluaran
yang rutin mereka lakukan setiap bulan. Misalnya saja, anggaran untuk makan, bensin,
hingga anggaran untuk cicilan rumah atau mobil. Sayangnya, belum banyak orang yang
memasukkan kategori “pengeluaran tidak terduga” dalam anggarannya. Padahal,
menganggarkan biaya tidak terduga dalam keuangan merupakan hal yang penting sebagai
upaya menjaga kondisi keuangan Anda agar tetap stabil.
Persiapan anggaran pengeluaran tidak terduga tidak hanya penting untuk dilakukan dalam
penyusunan anggaran rumah tangga, namun penting pula untuk dilakukan oleh perusahaan.
Istilah yang tepat untuk menyebut pengeluaran-pengeluaran tidak terduga sebuah perusahaan
adalah biaya overhead pabrik.
Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak
masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu
perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka
semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya)
dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak
langsung, pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan
yang diperlukan dalam proses produksi.
Sebelum menentukan anggaran biaya overhead pabrik, kita harus bisa menggolongkan biaya
overhead pabrik terlebih dahulu. Dengan adanya penggolongan, kita akan lebih mudah dalam
menentukan seberapa besar anggaran yang perlu disisihkan sebagai anggaran biaya overhead
pabrik sesuai dengan usaha di perusahaan kita. Biaya overhead pabrik dapat digolongkan ke
dalam tiga kriteria, yakni:
Bahan penolong yang dimaksud dalam hal ini adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari
hasil produksi atau bahan yang nilainya relatif kecil dibandingkan harga keseluruhan produk.
Tenaga kerja tak langsung yang dimaksud dalam biaya overhead pabrik adalah tenaga kerja
perusahaan yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk.
Biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimaksud dalam biaya overhead pabrik adalah biaya
suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies), dan harga jasa yang
perlu dikeluarkan perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan mesin produksi,
kendaraan, dan alat-alat perusahaan lainnya.
Penggolongan biaya overhead pabrik yang selanjutnya dibagi berdasarkan perilakunya dalam
hubungan dengan perubahan volume produksi. Perilaku biaya overhead pabrik ini dapat
dibagi menjadi tiga golongan:
a. Biaya overhead pabrik tetap, yakni biaya overhead pabrik yang tidak berubah meskipun
terjadi perubahan dalam volume produksi.
b. Biaya overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah sebanding
dengan perubahan volume produksi.
c. Biaya overhead pabrik semivariabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah namun
tidak sebanding dengan perubahan volume produksi. Untuk memudahkan penentuan tarif
biaya overhead pabrik, biasanya biaya overhead pabrik semivariabel akan dipecah menjadi
dua unsur yakni biaya tetap dan biaya variabel.
Selain departemen produksi, sebuah perusahaan pasti memiliki departemen lain yang
dikategorikan sebagai departemen pembantu. Berdasarkan hubungannya dengan departemen-
departemen yang ada dalam perusahaan, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi
dua kelompok, yaitu:
Untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan perlu memperhatikan jumlah tarif
biaya overhead pabrik yang akan digunakan. Terdapat tiga alternatif yang dapat perusahaan
digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik, yaitu:
Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead pabrik untuk pembebanan biaya
overhead pabrik ke pesanan maupun produknya dari awal sampai akhir proses.
Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap tahapan atau departemen
produksi yang ada di perusahaan. Jumlah tarif biaya overhead pabrik tergantung dari tahapan
atau departemen produksi yang ada.
Untuk bisa menghitung biaya overhead pabrik, terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan
oleh perusahaan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik didasarkan pada volume kegiatan yang akan
dilaksanakan di masa depan.
Dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, dapat dipilih berdasarkan satuan
produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam
mesin. Sementara itu faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembebanan biaya
overhead pabrik antara lain:
a. Memperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen
produksi
b. Memperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan hubungannya
dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.
c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik yang dapat dilakukan dengan rumus:
Selain rumus di atas, biaya overhead pabrik juga dapat dihitung berdasarkan jenis
perusahaan. Macam-macam penghitungan dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada
produk antara lain:
Apabila harga pokok bahan baku sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead
pabrik dapat dihitung dengan rumus:
Sebagai catatan, semakun besar biaya bahan baku yang dikeluarkan untuk mengolah produk,
maka semakin besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk. Metode ini
terbatas penggunaannya karena adanya kemungkinan sebuah produk dibuat dari bahan baku
dengan harga yang mahal, sementara produk lain dibuat dari bahan yang lebih murah. Dalam
kasus seperti ini, jika pengerjaan kedua produk sama, maka produk pertama akan menerima
beban biaya overhead pabrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang kedua.
Apabila sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat
dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai untuk membebankan
biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik
dihitung dengan rumus:
Penting sebagai catatan, metode ini memiliki kelemahan karena biaya overhead pabrik harus
dilihat sebagai tambahan nilai produk. Jumlah biaya tenaga kerja langsung juga dianggap
meliputi upah tenaga kerja dari berbagai tingkatan yang ada dalam perusahaan.
d. Jam tenaga kerja langsung
Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat
produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.
Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:
e. Jam mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin maka dasar yang
dipakai membebankan adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan
rumus: