Anda di halaman 1dari 16

Materi

A. Pengertian Biaya
Biaya adalah suatu pengorbanan atau juga pengeluaran yang dilakukan oleh suatu perusahaan
atau juga peorangan yang bertujuan ialah untuk dapat memperoleh manfaat lebih dari
aktivitas yang dilakukan itu (Raharjaputra, 2009). Dalam istilah biaya tersebut, terkadang
cukup merepotkan dalam membedakan antara costs dan juga expenses.

Perbedaan Costs dan Expenses


Costs adalah suatu biaya dalam arti pengorbanan atau juga pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan atau juga individu yang berhubungan langsung dengan output atau produk yang
dihasilkan oleh perusahaan atau perorangan itu.

Expenses adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan /perorangan yang
bersifat ialah sebagai aktivitas pendukung saja.

Perilaku Biaya

Hansen dan juga Mowen (2006) menggemukakan bahwa perilaku biaya adalah istilah yang
umum menggambarkan suatu perubahan biaya pada saat tingkat output itu berubah. Biaya
yang tidak berubah pada saat output berubah disebut dengan biaya tetap. Biaya variabel di
sisi lain adalah suatu peningkatan biayan dengan secara total pada saat terjadi suatu
peningkatan aktivitas output dan juga penurunan biaya dengan secara total ketika terjadi
suatu penurunan kegiatan output.

B. Penggolongan Biaya

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan menjadi beberapa macam. Umumnya


penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan
penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “different costs for
different purpose”.
Biaya dapat digolongkan menurut:
1. Objek pengeluaran.
2. Fungsi pokok dalam perusahaan.
3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai.
4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan.
5. Jangka waktu manfaat.

1. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran


Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut “biaya bahan bakar”.
Contoh penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas
adalah sebagai berikut: biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya
depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga, biaya zat warna.

2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan


Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi
pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam perusahaan manufaktur,
biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok:
1. Biaya produksi.
2. Biaya pemasaran.
3. Biaya administrasi dan umum.

Biaya produksi, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan
ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam
bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi.
Biaya Pemasaran, merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk. Contohnya adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang
perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan
pemasaran, biaya contoh (sample).
Biaya administrasi dan umum, merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi
kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan
Bagian Keuangan, Akuntansi, Personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntan, biaya photocopy.

3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya Dengan Sesuatu Yang Dibiayai


Dalam hubungan dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi
dua golongan:
1. Biaya Langsung (direct cost)
2. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya Langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena
adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya
langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung ini akan mudah
diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya langsung terdiri dari biaya bahan
baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh
sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut
dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak
mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu. Contoh biaya tidak langsung, gaji mandor.

4. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan


Volume Aktivitas
Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan
menjadi:
1. Biaya variabel
Adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan.
Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
2. Biaya semivariabel
Adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiayan. Biaya
semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.
3. Biaya semifixed
Adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah
yang konstan pada volume produksi tertentu.
4. Biaya tetap
Adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya
tetap adalah gaji direktur produksi.

5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaat


Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Pengeluaran Modal (capital expenditure)
Adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya
periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai kos aktiva, dan dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati
manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Contoh pengeluaran modal
adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva tetap,
untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk.
Karena pengeluaran untuk keperluan tersebut biasanya melibatkan jumlah yang cukup besar
dan memiliki manfaat lebih dari satu tahun, maka pada saat pengeluaran tersebut dilakukan,
pengorbanan tersebut diperlakukan sebagai pengeluaran modal dan dicatat sebagai kos aktiva
(misalnya sebagai kos aktiva tetap atau beban yang ditangguhkan). Periode akuntansi yang
menikmati manfaat pengeluaran modal tersebut dibebani sebagian pengeluaran modal
tersebut berupa biaya depresiasi, biaya amortisasi, atau biaya deplesi.

2. Pengeluaran Pendapatan (revenue expenditure)


Adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut. pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai
biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran biaya tersebut.
contoh pengeluaran pendapatan antara lain adalah biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga
kerja.
C. Metode Pengumpulan Biaya

Metode pengumpulan biaya ditentukan oleh cara berproduksi, pada dasarnya cara
berproduksi dibagi dua yaitu atas dasar pesanan dan masal. :

1. Produksi atas dasar pesanan (custom production)


Pada perusahaan yang berproduksi secara pesanan, cara pengumpulan biaya produksinya
menggunakan metode harga pokok pesanan (Job Order Cost). Biaya produksi
dikumpulkan untuk tiap jenis pesanan dan harga pokok per satuan dihitung sebagai berikut
:

Harga pokok persatuan = Jumlah biaya produksi tiap pesanan / Jumlah produk
yang dipesan

Contoh :

Untuk mengerjakan seratus pesanan pakaian olah raga diperlukan biaya sebagai berikut :
Bahan bahan baku Rp 500.000 Bahan penolong Rp 75.000 Tenaga kerja langsung Rp
600.000 Biaya overhead pabrik Rp 125.000 Jumlah biaya produksi Rp 1.300.000 Maka harga
pokok satu stel seragam pakaian olah raga dihitung = Rp 1.300.000/100 = Rp 13.000 per stel.

2. Produksi atas dasar produksi massal (Mass Production)


Perusahaan yang ini berproduksi terus menerus selama ada permintaan pasar,artinya ada
pesanan atau tidak selama barang yang mereka produksi maka akan terus diproduksi.
Perusahaan yang berproduksi secara massa di dalam mengumpulkan biaya produksi
menggunakan harga pokok proses (process cost method). Dalam metode ini biaya
produksi dikumpulkan selama periode tertentu, sedangkan harga pokok per satuan produk
yang dihasilkan pada periode tertentu dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Harga pokok persatuan = Jumlah biaya produksi selama periode tertentu / Jumlah
produk yang dihasilkan selama periode tertentu

Contoh : Perusahan industri yang memproduksi shampo selama bulan janari 2003 telah
mengeluarkan biaya produksi sebagai berikut : Bahan bahan baku Rp 1.900.000 Bahan
penolong Rp 1.000.000 Tenaga kerja langsung Rp 2.500.000 Biaya overhead pabrik Rp
600.000 Jumlah biaya produksi Rp 6.000.000 Produk yang dihasilkan selama bulan
januari sebanyak 10.000 botol (dianggap tidak ada produk belum selesai), jadi harga
pokok per satuan dihitung : Rp 6.000.000 / 10.000 = Rp 600.000
MENGHITUNG PEMBEBANAN BIAYA BAHAN BAKU

Unsur Biaya Yang Membentuk Harga Pokok Bahan Baku Yang Dibeli

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku
yang diolah oleh perusahaan manufaktur dapat diperoleh dari pembelian local, import, atau
dari pengolahan sendiri. Dalam memperoleh bahan baku tersebut, banyak biaya yang juga
dikeluarkan oleh perusahaan, yaitu biaya pergudangan, biaya perolehan lain dan biaya
pembelian. Unsure biaya yang banyak dikeluarkan dapat diperhitungkan sebagai harga pokok
bahan baku yang dibeli.

Sebelum unsur biaya yang membentuk harga pokok bahan baku dibeli dibahas, sebelumnya
akan dibahas tentang system pembelian local bahan baku. Pembahasan ini berguna untuk
mendapatkan gambaran tentang unsure biaya yang membentuk harga pokok bahan baku yang
dibeli.

Prosedur Pembelian Bahan Baku

Prosedur Permintaan Pembelian Bahan Baku. jika persediaan bahan baku yang ada di
gudang sudah mencapai jumlah tingkat minimum pemesanan kembali (reorder point), Bagian
Gudang kemudian membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk
dikirimkan ke Bagian Pembelian.

Prosedur Order Pembelian. Bagian Pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat
permintaan pembelian dari Bagian Gudang. Untuk pemilihan pemasok, Bagian Pembelian
mengirimkan surat permintaan penawaran harga (purchase price quotation) kepada para
pemasok, yang berisi peermintaan informasi harga dan syarat-syarat pembelian dari masing-
masing pemasok tersebut. Setelah pemasok yang dianggap baik dipilih, Bagian Pembelian
kemudian membuat surat order pembelian untuk dikirimkan kepada pemasok yang dipilih.

Prosedur Penerimaan Bahan Baku. Pemasok mengirimkan bahan baku kepada perusahaan
sesuai dengan surat order pembelian yang diterimanya. Bagian Penerimaan yang bertugas
menerima barang, menccocokan kualitas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahan baku yang
diterima dari pemasok dengan tembusan surat order pembelian. Jika barang yang diterima
sudah cocok dengan surat order pembelian tersebut, Bagian Penerimaan membuat laporan
penerimaan barang untuk dikirimkan kepada Bagian Akuntansi.

Prosedur Pencatatan Penerimaan Bahan Baku di Bagian Gudang. Bagian Penerimaan


menyerahkan bahan baku yang diterima dari pemasok kepada Bagian Gudang. Bagian
Gudang menyimpan dan mencatat jumlah bahan baku yang diterima tersebut dalam kartu
gudang (stock card).

Transaksi pembelian bahan baku melibatkan:

1. Bagian Produksi
2. Gudang
3. Pembelian
4. Penerimaan Barang
5. Akuntansi
Dokumen – dokumen yang dibuat dalam transksi pembelian bahan baku adalah:
a. Surat permintaan pembelian
b. Surat order pembelian
c. Laporan penerimaan barang
d. Faktur dari penjual.

Metode Penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam produksi
1. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (FIFO)
Metode ini menentukan biaya bahan baku dengan anggapan bahwa harga pokok per
satuan bahan baku yang pertama masuk dalam gudang digunakan untuk menentukan
harga bahan baku yang pertama kali dipakai.

2. Metode Average
Dalam metode ini persediaan bahan baku yang ada di gudang dihitung harga pokok
rata-ratanya, dengan cara membagi total harga pokok dengan jumlah satuannya.

Metode pencatatan biaya bahan baku


1. Metode perpetual
Metode akuntansi persediaan terus menerus mengikuti mutasi atau perubahan di dalam
persediaan. Dalam metode mutasi persediaan, setiap mutasi bahan baku dicatat dalam
kartu persediaan. Dalam metode ini umumnya dipakai oleh perusahaan yang relative
besar dan cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok produksinya
dikumpulkan dengan metode harga pokok pesanan. Dalam perusahaan yang relative
besar manajemen tidak dapat secara langsung mengadakan pengawasan terhadap
persediaan bahan, oleh karena itu diperlukan adanya system pengawasan internal atas
bahan terutama melalui pembagian tugas secara fungsional yang tepat dan penentuan
prosedur akuntansi untuk melaksanakan kegiatan perusahaan.

2. Metode periodic
Dalam metode persediaan fisik hanya tambahan persediaan bahan baku dari
pembelian saja yang dicatat sedangkan mutasi berkurangnya bahan baku karena
pemakaian tidak dicatat dalam kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa biaya bahan
baku yang dipakai dalam produksi harus dilakukan dengan cara menghitung sisa
persediaan bahan baku yang masih ada di gudang pada akhir periode akuntansi. Harga
pokok persediaan awal bahan baku ditambah dengan harga pokok bahan baku yang
dibeli selama periode dikurangi dengan harga pokok persediaan bahan baku yang
masih ada pada akhir periode merupakan biaya bahan baku yang dipakai dalam
produksi selama periode yang bersangkutan. Metode ini hanya dapat digunakan dalam
perusahaan relative kecil dan cocok digunakan dalam perusahaan yang harga pokok
produksinya dikumpulkan dengan metode harga pokok proses, dimana fisik persediaan
bahan masih memungkinkan diawasi secara langsung oleh manajemen perusahaan.
Sehingga manajemen secara langsung dapat menentukan kapan, dalam jumlah berapa
bahan dibeli serta dapat menekan penyelewengan bahan serendah mungkin.

Akuntansi Biaya Bahan Baku

a. Jika perusahaan menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual) dalam


pencatatan persediannya
1. Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut
Persediaan bahan baku xxx
Hutang Dagang xxx
2. Jurnal untuk mencatat pengembalian pembelian bahan
Hutang Dagang xxx
Persediaan bahan baku xxx
3. Jurnal untuk mencatat pemakaian bahan baku
Barang dalam proses – BBB xxx
Persediaan bahan baku xxx
b. Jika perusahaan menggunakan metode persedian fisik (periodic) dalam pencatatan
persediannya
1. Jurnal untuk mencatat pembelian bahan baku adalah sebagai berikut
Pembelian bahan baku xxx
Hutang Dagang xxx
2. Jurnal untuk mencatat pengembalian pembelian bahan
Hutang Dagang xxx
Pengembalian pembelian bahan baku xxx
3. Jurnal untuk mencatat potongan pembelian bahan baku
Hutang dagang xxx
Potongan pembelian xxx
Kas xxx

Contoh Soal:
Persediaan bahan baku A pada tanggal 1 januari 2016 terdiri dari :
800 kg @ Rp. 2600 = Rp. 2.080.000
600 kg @ Rp. 2800 = Rp. 1.680.000
Transaksi pembelian dan pemakaian bahan baku selama bulan januari 2016
Tgl Transaksi Kuantitas (Kg) Harga beli / kg Jumlah
8/1 Pemakaian 1000
13/1 Pembelian 1300 Rp. 2000 Rp. 2.600.000
19/1 Pembelian 600 Rp. 3500 Rp. 2..100.000
23/1 Pemakaian 1300
Jumlah pembelian Rp. 4.700.000

Diminta:
a. Hitunglah biaya bahan baku dan persediaan akhir dengan menggunakan metode
perpetual dan periodic FIFO
b. Buatlah jurnal untuk mencatat transaksi pembelian bahan baku dan pemakaian bahan
baku

Jawaban:

a. Metode perpetual FIFO


KARTU PERSEDIAAN
Tgl Ket Persediaan Masuk Persediaan Keluar Saldo
Kua Harga Jumlah (Rp) Kua Harga Jumlah Kua Harga Jumlah (Rp)
ntita (Rp) ntita (Rp) (Rp) ntita (Rp)
s s s
(Kg) (Kg) (Kg)
1/1 Saldo 800 2.600 2.080.000
Awal 600 2.800 1.680.000
2/4 Pemaka 800 2.600 2.080.000
ian 200 2.800 560.000 400 2.800 1.120.000
10/4 Pembel 1300 2.000 2.600.000 400 2.800 1.120.000
ian 1300 2.000 2.600.000
17/4 Pembel 600 3.500 2.100.000 400 2.800 1.120.000
ian 1300 2.000 2.600.000
600 3.500 2.100.000
25/4 Pemaka 400 2.800 1.120.000
ian 900 2.000 1.800.000 400 2.000 800.000
600 3.500 2.100.000
Pembel 1900 4.700.000
ian
Pemaka 2300 5.560.000
ian
Saldo 1000 2.900.000
b. Meode periodic FIFO
Persediaan Awal 1400 Kg Rp. 3.760.000
Pembeliaan 1900 Kg Rp. 4.700.000+
Rp. 8.460.000
Persediaan akhir (FIFO) :
400 @Rp. 2.000 Rp. 800.000
600 @Rp. 3.500 Rp. 2.100.000 +
Rp. 2.900.000 +
Biaya bahan baku Jan Rp. 5.560.000

MENGHITUNG PEMBEBANAN BIAYA TENAGA KERJA

Pengertian Tenaga Kerja


Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dikeluarkan oleh para karyawan
atau pegawai untuk kegiatan produksi. Sedangkan biaya tenaga kerja adalah imbalan yang
diberikan oleh perusahaan kepada tenaga kerja yang dapat dinilai dengan satuan uang atas
pengorbanan yang diberikannya untuk kegiatan produksi.
Balas jasa dari perusahaan kepada tenaga kerja sering disebut dengan gaji atau upah.
Gaji adalah balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada pegawai tetap atau pegawai
kantor. Sedangkan upah adalah balas jasa yang diberikan kepada para pekerja tidak tetap
berdasarkan jasa kerja, hari kerja, atau satuan jasa yang dihasilkan.

Penggolongan Tenaga Kerja


1) Penggolongan Tenaga Kerja Menurut Fungsi Pokok Dalam Perusahaan
a) Tenaga Kerja Bagian Produksi (pabrik), yaitu tenaga kerja yang secara langsung terlibat
dalam kegiatan produksi.
b) Tenaga Kerja Bagian Pemasaran, yaitu adalah tenaga kerja yang berhubungan dengan
kegiatan pejualan hasil produksi.
c) Tenaga Kerja Bagian Administrasi dan Umum, yaitu tenaga kerja yang berhubungan
dengan kegiatan administrasi dan umum yang ada di kantor.
2) Penggolongan Tenaga Kerja Menurut Hubungannya Dengan Produk
a) Tenaga Kerja Langsung, yaitu tenaga kerja yang secara langsung menangani proses
pengolahan bahan baku menjadi barang jadi atau produk jadi atau dalam kegiatan
produksi.
b) Tenaga Kerja Tidak Langsung, yaitu tenaga kerja yang secara tidak langsung
menangani
pengolahan bahan tetapi membantu proses penyelesaian produk dalam perusahaan.
3) Penggolongan Tenaga Kerja Menurut Pendidikan/Kemampuannya
a) Tenaga Kerja Terdidik, yaitu tenaga kerja yang menduduki profesinya karena adanya
pendidikan secara formal
b) Tenaga Kerja Terlatih, yaitu tenaga kerja yang menduduki profesinya karena adanya
latihan
atau keterampilan yang diperoleh dari pendidikan non formal
c) Tenaga Kerja Tidak Terlatih, yaitu tenaga kerja yang tidak mempunyai keahlian khusus
4) Penggolongan Biaya Tenaga Kerja Menurut Kegiatan Departemen-departemen Dalam
Perusahaan
a) Biaya Tenaga Departemen Produksi
· Tenaga Kerja Departemen Pengolahan
· Tenaga Kerja Departemen Penelitian
· Tenaga Kerja Departemen Penyempurnaan
b) Biaya Tenaga Departemen Produksi
· Biaya Tenaga Kerja Bagian Personal (Gaji Karyawan Kantor)
· Biaya Tenaga Kerja Bagian Akuntansi (Gaji Manager Kantor)
· Biaya Tenaga Kerja Bagian (Gaji Sekretaris)
5) Penggolongan Tenaga Kerja Menurut Jenis Pekerjaannya
a) Tenaga Kerja Bagian Pabrik
Contoh: - Manager pabrik
- Karyawan Pabrik
- Pengawas / Mandor
b) Tenaga Kerja Bagian Kantor
Contoh: - Manager Personalia
- Karyawan Kantor
- Sekretaris
- Juru TIK
c) Tenaga Kerja Bagian Lapangan
Contoh: - Pemasaran
- Periklanan
- Penagihan
6) Penggolongan Tenaga Kerja Menurut jenis Pekerjaannya
Contoh: - Operator
- Mandor (Supervisor)
- Pemeriksa kualitas barang (Quality Control)
4. Dokumen dalam Pengolahan Gaji dan Upah
a. Dokumen Pendukung Perubahan Gaji dan Upah
Dokumen ini pada umumnya dikeluarkan oleh bagian kekaryawanan dan berupa surat-
surat keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, misalnya surat keputusan
pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, perubahan tarif upah, penurunan pangkat,
pemberhentian sementara, dan sebagainya. Tembusan dokumen ini dikirimkan ke Bagian
Gaji dan Upah untuk kepentingan pembuatan daftar gaji dan upah.
b. Kartu Jam Hadir
Kartu Jam Hadir merupakan dokumen yang digunakan oleh Bagian Pencatat Waktu
untuk mencatat jam hadir tiap karyawan di perusahaan. Catatan jam hadir dapat berupa daftar
gaji biasa, atau dapat pula berbentuk kartu hadir yang dicap dengan mesin pencatat waktu.

c. Catatan Kehadiran
Catatan Kehadiran merupakan catatan yang digunakan untuk mencatat waktu
kehadiran karyawan. Data ini memuat informasi mengenai waktu kedatangan dan waktu
selesai kerja karyawan. Dari data ini, diketahui lamanya karyawan tersebut bekerja. Kartu ini
biasa dipakai untuk perusahaan yang memproduksi satu jenis barang (Mass Production).
d. Kartu Jam Kerja
Kartu Jam Kerja merupakan dokumen waktu yang dibutuhkan oleh tenaga kerja
langsung pabrik guna mengerjakan suatu pekerjaan. Dokumen ini diisi oleh mandor pabrik
dan diserahkan ke Bagian Gaji dan Upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam
hadir, sebelum digunakan untuk distribusi upah langsung kepada tiap jenis produk atau
pesanan.
e. Daftar Gaji dan Upah
Daftar Gaji dan Upah berisi jumlah gaji dan upah bruto (Kotor) tiap karyawan yang
dikurangi potongan-potongan berupa PPh pasal 21, utang karyawan, Jamsostek (Jaminan
Sosial Tenaga Kerja), dan sebagainya. Umumnya dalam sebuah perusahaan, tenaga kerja
langsung pada pabrik digolongkan menjadi 3 (Tiga) tingkatan, yakni golongan I, II, dan III.
Dengan demikian gaji yang diterima setiap golongan, berbeda-beda.

5. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja


a) Pencatatan dan Penghitungan Waktu Kerja
Mencatat Waktu Kerja dilaksanakan oleh bagian personalia dengan dibuatkan kartu jam hadir
bulanan atau dapat pula didasarkan pada satuan produk yang dihasilkan pekerja yang
bersangkutan.
b) Perhitungan Jumlah Biaya Tenaga Kerja
Dari pencatatan dan perhitungan waktu kerja dapat dipakai, sebagai dasar untuk penyusunan
daftar gaji, baik untuk tenaga kerja langsung maupun tidak langsung, maupun tenaga kerja
bagian pemasaran, umum dan administrasi.

c) Pembayaran Gaji dan Upah


Ø Upah di bawah PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
Utang gaji dan upah karyawan dibayarkan oleh juru bayar kepada tiap karyawan yang berhak.
Setiap karyawan menandatangani daftar gaji dan upah sebagai bukti telah diterimanya gaji
dan upah. Bagian Akuntansi membuat jurnal sebagai berikut :
Utang Gaji dan Upah Rp. .........................
Kas Rp. ........................
Ø Upah di atas PTKP
· Pengakuan beban, jurnalnya adalah sebagai berikut :
Beban Gaji dan Upah Rp. .........................
Utang Gaji dan Upah Rp. ........................
Utang PPh ps. 21 Rp. ........................
· Pembayaran gaji dan upah, jurnalnya adalah sebagai berikut:
Beban Gaji dan Upah Rp. ...........................
Kas Rp. ........................
Ø Upah diatas PTKP termasuk jamsostek
· Pengakuan beban, jurnalnya adlah sebagai berikut:
Beban Gaji dan Upah Rp. ..........................
Utang Gaji dan Upah Rp. .......................
Utang PPh ps. 21 Rp. .......................
Utang Jamsostek Rp. .......................
· Pembayaran gaji dan upah, jurnalnya adalah sebagai berikut:
Utang Gaji dan Upah Rp. ..........................
Kas Rp. ......................
d) Penyetoran PPh Pasal 21
Ø Penyetoran PPh pasal 21 ke kantor perbendaharaan negara, Bagian Akuntansi membuat jurnal
sebagai berikut:
Utang PPh Pasal 21 Rp. ........................
Kas Rp. .......................
Ø Penyetoran pajak dan Jamsostek, jurnalnya adalah sebagai berikut:
Utang PPh Pasal 21 Rp. ......................
Utang Jamsostek Rp. ......................
Kas Rp. ........................
Pajak penghasilan (PPh) pasl 21 ditanggung oleh perusahaan. Namun, adakalanya PPh
pasal 21 sebagian ditanggung oleh perusahaan. Dalam hal demikian, jumlah PPh pasal 21
Bagian Produksi yang ditanggung perusahaan diperlakukan sebagai biaya overhead pabrik.
Sedangkan PPh pasal 21 Bagian Pemasaran dan Bagian Administrasi dan Umum, masing-
masing menjadi beban biaya penjualan dan biaya administrasi umum.

PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

Ketika mengatur anggaran keuangan tiap bulan, pernahkah Anda menyisihkan sedikit uang
untuk mengantisipasi pengeluaran-pengeluaran tidak terduga? Jika Anda pernah
melakukannya, maka Anda adalah tipe orang yang selalu ‘sedia payung sebelum hujan’.

Saat ini mulai banyak orang yang mengatur anggaran keuangannya dengan sangat detail.
Mereka biasanya telah membagi keuangan mereka ke dalam kategori-kategori pengeluaran
yang rutin mereka lakukan setiap bulan. Misalnya saja, anggaran untuk makan, bensin,
hingga anggaran untuk cicilan rumah atau mobil. Sayangnya, belum banyak orang yang
memasukkan kategori “pengeluaran tidak terduga” dalam anggarannya. Padahal,
menganggarkan biaya tidak terduga dalam keuangan merupakan hal yang penting sebagai
upaya menjaga kondisi keuangan Anda agar tetap stabil.

Persiapan anggaran pengeluaran tidak terduga tidak hanya penting untuk dilakukan dalam
penyusunan anggaran rumah tangga, namun penting pula untuk dilakukan oleh perusahaan.
Istilah yang tepat untuk menyebut pengeluaran-pengeluaran tidak terduga sebuah perusahaan
adalah biaya overhead pabrik.

Biaya overhead pabrik (manufacturing overhead costs) adalah biaya produksi yang tidak
masuk dalam biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Apabila suatu
perusahaan juga memiliki departemen-departemen lain selain departemen produksi maka
semua biaya yang terjadi di departemen pembantu tersebut (termasuk biaya tenaga kerjanya)
dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik biasanya muncul dari
biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk pemakaian bahan tambahan, biaya tenaga kerja tak
langsung, pengawasan mesin produksi, pajak, asuransi, hingga fasilitas-fasilitas tambahan
yang diperlukan dalam proses produksi.

PENGGOLONGAN BIAYA OVERHEAD PABRIK

Sebelum menentukan anggaran biaya overhead pabrik, kita harus bisa menggolongkan biaya
overhead pabrik terlebih dahulu. Dengan adanya penggolongan, kita akan lebih mudah dalam
menentukan seberapa besar anggaran yang perlu disisihkan sebagai anggaran biaya overhead
pabrik sesuai dengan usaha di perusahaan kita. Biaya overhead pabrik dapat digolongkan ke
dalam tiga kriteria, yakni:

1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya

Berdasarkan sifatnya, biaya overhead pabrik dapat dibagi menjadi:

a. Biaya bahan penolong

Bahan penolong yang dimaksud dalam hal ini adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari
hasil produksi atau bahan yang nilainya relatif kecil dibandingkan harga keseluruhan produk.

b. Biaya tenaga kerja tak langsung

Tenaga kerja tak langsung yang dimaksud dalam biaya overhead pabrik adalah tenaga kerja
perusahaan yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk.

c. Biaya reparasi dan pemeliharaan

Biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimaksud dalam biaya overhead pabrik adalah biaya
suku cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies), dan harga jasa yang
perlu dikeluarkan perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan mesin produksi,
kendaraan, dan alat-alat perusahaan lainnya.

2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam hubungan dengan


perubahan volume produksi.

Penggolongan biaya overhead pabrik yang selanjutnya dibagi berdasarkan perilakunya dalam
hubungan dengan perubahan volume produksi. Perilaku biaya overhead pabrik ini dapat
dibagi menjadi tiga golongan:

a. Biaya overhead pabrik tetap, yakni biaya overhead pabrik yang tidak berubah meskipun
terjadi perubahan dalam volume produksi.

b. Biaya overhead pabrik variabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah sebanding
dengan perubahan volume produksi.

c. Biaya overhead pabrik semivariabel, yakni biaya overhead pabrik yang berubah namun
tidak sebanding dengan perubahan volume produksi. Untuk memudahkan penentuan tarif
biaya overhead pabrik, biasanya biaya overhead pabrik semivariabel akan dipecah menjadi
dua unsur yakni biaya tetap dan biaya variabel.

3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan departemen.

Selain departemen produksi, sebuah perusahaan pasti memiliki departemen lain yang
dikategorikan sebagai departemen pembantu. Berdasarkan hubungannya dengan departemen-
departemen yang ada dalam perusahaan, biaya overhead pabrik dapat digolongkan menjadi
dua kelompok, yaitu:

a. Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental overhead expenses),


yakni biaya overhead pabrik yang ada dalam sebuah departemen dan manfaatnya hanya dapat
dinikmati oleh departemen tersebut.

b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect departemental overhead


expenses), yakni biaya overhead pabrik yang manfaatnya dapat dinikmati oleh lebih dari satu
departemen.

METODE PENENTUAN TARIF BIAYA OVERHEAD PABRIK

Untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik, perusahaan perlu memperhatikan jumlah tarif
biaya overhead pabrik yang akan digunakan. Terdapat tiga alternatif yang dapat perusahaan
digunakan untuk menentukan tarif biaya overhead pabrik, yaitu:

1. Plantwide Rate / Tarif Tunggal

Perusahaan hanya menggunakan tarif biaya overhead pabrik untuk pembebanan biaya
overhead pabrik ke pesanan maupun produknya dari awal sampai akhir proses.

2. Departemental Rate / Tarif Departementalisasi

Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap tahapan atau departemen
produksi yang ada di perusahaan. Jumlah tarif biaya overhead pabrik tergantung dari tahapan
atau departemen produksi yang ada.

3. Activity Rate / Tarif Setiap Aktivitas


Perusahaan menetapkan tarif biaya overhead pabrik untuk setiap aktivitas yang terjadi dalam
pembuatan produknya. Cara ini dikenal dengan Activity Based Costing (ABC).

MENGHITUNG BIAYA OVERHEAD PABRIK

Untuk bisa menghitung biaya overhead pabrik, terdapat tahap-tahap yang harus dilakukan
oleh perusahaan. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyusun anggaran biaya overhead pabrik

Penyusunan anggaran biaya overhead pabrik didasarkan pada volume kegiatan yang akan
dilaksanakan di masa depan.

2. Memilih dan menaksir dasar pembebanan biaya overhead pabrik

Dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk, dapat dipilih berdasarkan satuan
produk, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja langsung, jam
mesin. Sementara itu faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembebanan biaya
overhead pabrik antara lain:

a. Memperhatikan jenis biaya overhead pabrik yang dominan jumlahnya dalam departemen
produksi

b. Memperhatikan sifat-sifat biaya overhead pabrik yang dominan tersebut dan hubungannya
dengan dasar pembebanan yang akan dipakai.

c. Menghitung tarif biaya overhead pabrik yang dapat dilakukan dengan rumus:

BERBAGAI RUMUS TAMBAHAN PENGHITUNGAN BIAYA OVERHEAD


PABRIK

Selain rumus di atas, biaya overhead pabrik juga dapat dihitung berdasarkan jenis
perusahaan. Macam-macam penghitungan dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada
produk antara lain:

a. Jumlah satuan produk


Metode ini langsung membebankan biaya overhead pabrik kepada produk dan lebih cocok
digunakan dalam perusahaan yang hanya memproduksi satu jenis produk. Beban biaya
overhead pabrik untuk setiap produk dihitung dengan rumus:

b. Biaya bahan baku

Apabila harga pokok bahan baku sebagai dasar pembebanan, maka tarif biaya overhead
pabrik dapat dihitung dengan rumus:

Sebagai catatan, semakun besar biaya bahan baku yang dikeluarkan untuk mengolah produk,
maka semakin besar pula biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk. Metode ini
terbatas penggunaannya karena adanya kemungkinan sebuah produk dibuat dari bahan baku
dengan harga yang mahal, sementara produk lain dibuat dari bahan yang lebih murah. Dalam
kasus seperti ini, jika pengerjaan kedua produk sama, maka produk pertama akan menerima
beban biaya overhead pabrik yang lebih tinggi dibandingkan dengan produk yang kedua.

c. Biaya tenaga kerja

Apabila sebagian besar elemen biaya overhead pabrik mempunyai hubungan yang erat
dengan jumlah upah tenaga kerja langsung, maka dasar yang dipakai untuk membebankan
biaya overhead pabrik adalah biaya tenaga kerja langsung. Tarif biaya overhead pabrik
dihitung dengan rumus:

Penting sebagai catatan, metode ini memiliki kelemahan karena biaya overhead pabrik harus
dilihat sebagai tambahan nilai produk. Jumlah biaya tenaga kerja langsung juga dianggap
meliputi upah tenaga kerja dari berbagai tingkatan yang ada dalam perusahaan.
d. Jam tenaga kerja langsung

Apabila biaya overhead pabrik mempunyai hubungan erat dengan waktu untuk membuat
produk, maka dasar yang dipakai untuk membebankan adalah jam tenaga kerja langsung.
Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan rumus:

e. Jam mesin

Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dengan waktu penggunaan mesin maka dasar yang
dipakai membebankan adalah jam mesin. Tarif biaya overhead pabrik dihitung dengan
rumus:

Anda mungkin juga menyukai