PENGGOLONGAN BIAYA
Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas daar tujua yang ingin dicapai. Dalam
akuntansi biaya dikenal konsep Different Cost for Different purpose. Berdasarkan konsep
tersebut makan biaya digolongkan kepada hal-hal berikut.
Dalam penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan terdapat biaya primer
(prime cost),yaitu biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik keduanya disebut biaya penggolongan atau
biaya konversi (conversation cost)
Untuk jelasnya penggolongan biaya tersebut dapat digambarkan dengan bagan seperti
berikut.
Contoh
Untuk mengerjakan pesanan seratus stel seragam pakaian olahraga diperlukan biaya-
biaya berikut.
Bahan baku Rp 500.000,00
Bahan penolong Rp 75.000,00
Tenaga kerja langsung Rp 600.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 125.000,00
Contoh
Perusahaan industry yang memproduksi shampoo merk “terkenal” selama bulan Februari
1993 telah mengeluarakan biaya produksi sebagai berikut
Bahan baku Rp 1.900.000,00
Bahan penolong Rp 1.000.000,00
Tenaga kerja Rp 2.500.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 600.000,00
Produk yang dihasilkan selama bulan Februari 1993 sebanya 10.000 botol (dianggap tidak
terdapat produk yang belum selesai).
Jadi, harga pokokk per satuan dapat dihitung seperti berikut
Rp 6.000.000,00
10.000
Rp 600,00
Berdasarkan dua cara diatas dapat diketahui efisian atau tidak dalam pelaksanaan proses
produksi. Bila perhitungan sesudah proses produksi dilakukan ternyata lebih besar
daripada perhitungan awal, maka timbul kerugian. Dalam ha linin perusahaan dikatakan
kurang efisien. Sebaliknya bila perhitungan sesudah proses produksi dilakukan ternyata
lebih kecil daripada perhitungan awal timbul keuntunga dan perusahaan dikatakan lebih
efisian.
Contoh
Suatu perusahaan dalam mengerjakan produk tertentu berdasarkan pengalaman
ditetapkan biaya-biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut.
Biaya bahan baku Rp 1.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung Rp 750.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 1.250.000,00
Tetapi setelah produk selesai dikerjskan diperoleh data tentang pengeluaran biaya sebagai
berikut
Biaya bahan baku Rp 1.100.000,00
Biaya tenaga kerja langsung Rp 1.000.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 800.000,00
Berdasarkan contoh perhitungan diatas secara keseluruhan berarti efisien. Tetapi bila
ditinjau dari masing-masing unsur biaya produksi ada yang efisien ada yang kurang
efisien. Dalam ha linin pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ternyata
kurang efisien, tetapi atas pengeluaran biaya overhead pabrik ternyata efisien.
BAB 2
AKUNTANSI KEUANGAN PERUSAHAAN INDUSTRI
Sedangkan biaya yang berhunungan dengan proses produksi disebut biaya produksi,
maka dalam hal ini yang termasuk dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lain yang terjadi di pabrik atau biasa disebut biaya
produksi tak langsung (biaya overhead pabrik)
Pada akhir periode akuntansi saldo dari perkiraan pembelian bahan baku di tutup ke
perkiraan ikhtisar produksi dengan jurnal penutup
Tetapo biaya produksi tak langsung tersebut pada waktu terjadi biaya sudah dicatat dalam
perkiraan biaya produksi tak langsung (BOP), maka jurnal penutup yang harus dibuat adalah
sebagai berikut
Ikhtisar produksi Rp xxx
Biaya produksi tak langsung Rp xxx
Bila pada akhir periode akuntansi setelah diadakan inventarisasi stock secara fisik
ternyata terdapat persediaan barang dalalm proses akhir, maka persediaan barang
dalam proses akhir melalui jurnal penyesuaian ke perkiraan ikhtisar produksi adalah
sebagai berikut
Dari uraian diatas bila kita himpun dalam perkiraan ikhtisar produksi akan tampak
seperti berikut
Ikhtisar Produksi
Pembelian bahan baku Rp xxx Persediaan bahan baku (akhir) Rp xxx
Persediaan bahan baku (awal) Rp xxx Persediaan barang dalam Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Proses (akhir)
Biaya produksi tak langsung Rp xxx Potongan pembelian bahan Rp xxx
Persediaan barang dalam Rp xxx Baku
Proses (awal) Retur pembelian bahan baku Rp xxx
Saldo (harga pokok produksi) Rp xxx
Rp xxx Rp xxx
h. Produk jadi
Setelah produk selesai dikerjakan dan dipindahkan ke gudang tidak perlu di jurnal.
Hal ini disebabkan karena waktu terjadi biaya produsi, biaya tersebut sudah
dikumoulkan dalam oerkiraan ikhtisar produksi. Maka, untuk mengetahui harga
pokok produk jadi pada periode yang bersangkutan cukup dengan cara mencari
selisih antara jumlah di sisi debit dan mengkredit perkiraan ikhtisar produksi atau
juga dapat dihitung dengan rumus seperti contoh berikut
Rp xxx
Retur dan potongan pembelian (Rp xxx)
Jumlah pembelian bersih Rp xxx
Kas/piutang dagang
Penjualan
Untuk kita mengetahui harga pokok penjualan harus dihitung dahulu dengan rumus
berikut.
Dari harga pokok penjualan pada akhir periode akuntansi juga harus ditutup ke perkiraan
produksi dengan jurnal penutup sebagai berikut.
Jika pembelian bahan baku sering dilakukan, maka atas transaksi pembelian
bahan baku ssebaiknya dibuatkan jurnal khusus
b. Retur pembelian bahan baku
Retur pembelian bahan baku dilakukan bila sebagian bahan baku yang sudah
dibeli ternyata tidak sesuai dengan pesanan atau rusak dan harus
dikembalikan. Kalau terjadi hal yang demikian dicatat melalui jurnal dengan
mendebet kas/piutang dagang dan mengkredit persediaan bahan baku sebesar
bahan baku yang dikembalikan.
Bentuk jurnalnya sebagai berikut
BDP-BBB Rp xxx
Persediaan bahan baku Rp xxx
Pada system perpetual setiap terjadi pembelian bahan baku, retur pembelian
bahan baku maupun pemakaian bahan baku harus dicatat dalam kartu
persediaan seperti contoh berikut.
Gaji dan upah tersebut bila dibayar harus dicatat dengan jurnal sebagai berikut
Gaji dan upah yang sudah dibayar menjadi beban produksi dicatat dengang
jurnal
Kesimpulan
1. Timbulnya biaya tenaga kerja langsung dicatat dalam jurnal dengan mendebit perkiraan
gaji dan upah dan mengkredit perkiraan utang gaji dan upah
2. Pada saat gaji dan upah dibayar dicatat dengan jurnal mendebit utang gaji dan upah dan
mengkredit perkiraan kas
3. Gaji dan upah yang sudah dibayar menjadi beban produksi. Pembebanan inindicatat
dengan jurnal mendebit perkiraan barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung dan
mengkredit perkiraan gaji dan upah
e. Akuntansi biaya produksi tak langsung (BOP)
Pemakaian biaya produksi tak langsung digunakan pada
1. Upah tidak langsung
2. Pemakaian bahan penolong
3. Biaya penyusitan mesin
4. Biaya penyusutan gedung pabrik dan lain-lain
Biaya tersebut sebelum dibebankan kepada produk dikumpulkan dan
dicatat pada perkiraan biaya overhead pabrik (BOP). Dengan demikian,
biaya produksi tak langsung yang sesungguhnya terjadi akan merupakan
elemen harga pokok produksi. Biaya produksi tak langsung yang
sesungguhnya dicatat dalam jurnal dengan mendebit perkiraan biaya
overhead pabrik (BOP) dan mengkredit perkiraan berbagai rekening di
kredit (bila unsur biaya produksi tak langsung tidak diketahui jenisnya).
Tetapi kalau BOP yang sesungguhnya diketahui jenisnya, maka jurnalnya
dengan mendebit perkiraan BOP dan mengkredit setiap jenis BOP
tersebut.
1. Bila jenis BOP tidak dikeatahui jurnalnya sebagai berikut
BOP Rp xxx
Berbagai rekening di kredit Rp xxx
BOP Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx
Biaya penyusutan gedung pabrik Rp xxx
Biaya penyusutan mesin Rp xxx
Biaya asuransi gedung pabrik Rp xxx
BDP-BOP Rp xxx
BOP yang dibebankan
Rp xxx
Kadang-kadang dalam praktek antara BOP yang sesungguhnya terjadi dengan BOP yang
dibebankan tidak sama, sebab pembebanan BOP kepada produk biasanya berdasarkan tariff yang
telah ditentukan dimuka.
Bila terjadi hal yang demikian harus dibuatkan perkiraan BOP sesungguhnya dan BOP
yang dibebankan dan pada akhir periode akuntansi perkiraan BOP yang dibebankan harus
ditutup ke perkiraan BOP sesungguhnya dengan jurnal sebagai berikut
Kalau BOP dibebankan kepada produksi berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka maka
hubungan perkiraan BOP dengan BDP
1. Pada perkiraan BOP sesungguhnya disebelah debet sebesar A adalah BOP yang
sesungguhnya terjadi selama proses produksi
2. Perkiraan BOP sesungguhnya di sebelah kredit sebesar B. perkiraan BOP dibebankan
sebesar B didebit dan dikredit serta perkiraan BDP-BOP disebelah debet adalah
merupakan BOP dibebankan kepada produk
Antara BOP sesungguhnya dengan BOP yang dibebnkan kadang-kadang tidak sama, jika terjadi
hal demikian akan terjadi selisih BOP. Selisih tersebut biasanya, dibebankan kepada harga pokok
penjualah. Kalau BOP yang dibebankan lebih besar daripada BOP sesunggunhya, berarti selisih
laba. Selisih laba ini akan dijurnal seperti berikut
BDP-BTK Rp xxx
BDP-BOP Rp xxx
Produk yang dikerjakan pada periode tertentu pada akhir periode akuntansi
kadang-kadang produk tersebut belum selesai (masih dalam proses). Untuk
produk yang ada dalam proses pada akhir periode akan merupakan persediaan
produk dalam proses akhir. Persediaan produk dalam proses akhir harus
dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Persediaan barang dalam proses Rp xxx
BDP-BBB Rp xxx
BDP-BTK Rp xxx
BDP-BOP Rp xxx
g. Akuntansi penjualan produk jadi
Penjualan produk jadi dicatat dengan mendebit perkiraan kas/piutang dagang
dan mengkredit perkiraan penjualan. Dengan dijualnya produk berarti
persediaan produk jadi berkurang. Produk jadi yang dijual harus diketahui
berapa harga pokoknya.
Untuk mengetahui harga pokok produk jadi yang dijual dicari dengan rumus
berikut
Produk jadi yang sudah laku dijual dicatat dengan jurnal seperti berikut