Anda di halaman 1dari 16

C.

PENGGOLONGAN BIAYA
Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas daar tujua yang ingin dicapai. Dalam
akuntansi biaya dikenal konsep Different Cost for Different purpose. Berdasarkan konsep
tersebut makan biaya digolongkan kepada hal-hal berikut.

1. Menurut objek pengeluaran


Penggolongan biaya menurut obyek penggeluaran untuk :
a. Membeli bahan baku yang disebut biaya bahan baku
b. Menbayar tenaga kerja yang disebut biaya tenaga kerja dan
c. Membayar biaya-biaya lainya yang erjadi dipabrik yang disebut biaya overhead
pabrik (BOP) atau biaya pabrik lainya
2. Atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan
Pada umumnya dalam suatu perusahaan industry terdapat tiga fungsi pokok yaitu fungsi
produksi, pemasaran, serta administrasi dan umum. Oleh karenanya, penggolongan biaya
dapat dikelompokan sesuai dengan fungsi-fungsi tersebut, sehingga terdapat tiga
kelompok biaya pada perusahaan industry.
a. Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi:
Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik
b. Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam hubunganya
dengan pengaturan atau koordinasi kegiatan produksi
Contoh : gaji bagian administrasi dan keuangan
c. Biaya penjualan atau pemasaran
Biaya penjualan/pemasaran adalah biaya yang terjadi sehubungan dengan
kegiatan penjualan/pemasaran
Contoh :gaji bagian pemasaran, dan biaya iklan

Dalam penggolongan biaya berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan terdapat biaya primer
(prime cost),yaitu biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, sedangkan biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik keduanya disebut biaya penggolongan atau
biaya konversi (conversation cost)
Untuk jelasnya penggolongan biaya tersebut dapat digambarkan dengan bagan seperti
berikut.

3. HUBUNGAN BIAYA DENGAN SESUATU YANG DIBIAYAI


a. Biaya produksi langsung
Biaya produksi langsung adalah biaya yang terjadi, penyebab satu-satunya adalah
karena adanya sesuatu yang dibiayai. Biaya ini langsung diperhitungkan ke dalam
harga pokok produksi.
Biaya produksi langsung terdiri atas biaya-biaya berikut
1) Biaya bahan baku langsung
Artinya semua bahan untuk membentuk suatu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan dari barang jadi dan dapat langsung diperhitungkan dalam aharga
pokok produk.
Contoh: kertas pada perusahaan percetakan
Barang pada perusahaan tekstil
Tanah liat untuk membuat batu bata
2) Biaya tenaga kerja langsung
Artinya adalah upah para pekerja yang secara langsung membuat produk dan
jasanya dapat langsung diperhitungkan ke dalam harga pokok produk.
Contoh : Upah tukang membuat batu bata
Upah tukang cetak pada perusahaan percetakan
b. Biaya produksi tak langsung
Biaya produksi tak langsung adalah biaya selain biaya bahan langsung dan biaya
tenaga kerja langsung yang erjadi dipabrik. Biaya ini lazim disebut biaya
overhead pabrik (BOP). Biaya produksi tak langsung dapat dikelompokan
menjadi biaya-biaya berikut.
1) Biaya bahan penolong
Artinya bahan yang diperlukan untuk pembuata produk dan
penggunaanya relative kecil
Contoh : Benang dan lem pada perusahaan sepatu
Kancing baju pada perusahaan konfeksi
2) Biaya tenaga kerja tak langsung
Artinya upah untuk tenaga kerja yang secar atidaka langsung
berhubungan dengan pembuatan produksi.
Contoh : Upah mandor pabrik
Upah penjaga gedung pabrik
3) Biaya produksi tak langsung lainya
Contoh: Biaya penyusutan mesin
Biaya asuransi gedung pabrik
Biaya perlengkapan mesin

4. TINGKAH LAKU TERHADAP PERUBAHAN VOLUME PRODUKSI


a. Biaya tetap atau konstan
Biaya tetap atau konstan adalah biaya yang jumlahnya tetap pada batas-batas
tertentu. Biaya tersebut tidak terpengaruh oleh perubahan volume produksi.
Contoh : Gaji untuk direktur produksi
Biaya penyusutan mesin
Biaya sewa dan asuransi
b. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya akan berubah sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
Contoh : biaya bahan baku
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya lembur
c. Biaya semi variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan.
Biaya semi variabel mengandung biaya tetap dan biaya variabel. Biaya semi
variabel sering disebut sebagai biaya campuran (mixed cost).
Contoh : Biaya pemeriksaan produksi
Biaya pengawasan produksi
Biaya penelitian

5. MENURUT WAKTU MANFAATNYA


Penggolongan biaya menurut waktu manfaatnya dibagi atas pengeluaran modal dan
pengeluaran penghasilan.
a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure)
Pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang dapat dinikmati/masa manfaat lebih
dari satu periode akuntansi (1 tahun).
Pada saat terjadinya pengeluaran modal dicatat sebagai harga pokok aktiva dan
dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara
mengalokasikan sebagian harga pokok aktiva tersebut sebagai penyusutan,
amortisasi atau deflesi.
Contoh : biaya reparasi mesin yang cukup besar pada saat pengeluaran dicatat
sebgai tambahan harga pokok mesin
b. Pengeluaran penghasilan
Pengeluaran penghasilan adalah pengeluaran biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi (1 tahun) dimana biaya tersebut terjadi.
Pada saat terjadinya pengeluaran, penghasilan tersebut dibebankan sebagai biaya
dan diperhitungkan sebagai penghasilan yang diperoleh di dalam periode
akuntansi dimana biaya tersebut terjadi.
Contoh : biaya pemeliharaan mesin
Biaya bagian penjualan

D. TUJUAN AKUNTANSI BIAYA


Sesuai dengan uraian diatas bahwa akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi
umum atau akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen maka tujuan akuntansi biaya adalah
sebagai berikut.
1. Menyajikan informasi biaya untuk perhitungan harga pokok produksi
2. Menyajikan informasi biaya untuk pengendalian biaya
3. Menyajikan informasi biaya untuk membantu manajemen dalam pembuatan anggaran
dan perencanaan laba
4. Menyajikan informasi biaya untuk pengambilan suatu keputusan

E. METODE PENGUMPULAN BIAYA


Metode pengumpulan biaya produksi ditentukan oleh cara produksi. Pada dasarnya cara
memproduksi dapat dibedakan menjadi 2, yaitu cara memproduksi atas dasar pesanan dan atas
dasar produksi massa.

1. Cara memproduksi atas dasar pesanan


Dengan memproduksi atas dasar pesanan tersebut perusahaan baru melaksanakan
produksinya bila ada pesanan.
Contoh : perusahaan percetakan
Perusahaan kapal terbang
Pada perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, cara mengumoulkan biaya
produksi menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost method).
Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap jenis pesanan dan harga pokok per satuan
dihitung dengan rumus berikut.

Jumlah biaya produksi setiap pesanan

Harga pokok per satuan =

Jumlah produk yang dipesan

Contoh
Untuk mengerjakan pesanan seratus stel seragam pakaian olahraga diperlukan biaya-
biaya berikut.
Bahan baku Rp 500.000,00
Bahan penolong Rp 75.000,00
Tenaga kerja langsung Rp 600.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 125.000,00

Jumlah biaya produksi Rp 1.300.000,00

Maka harga pokok satu stel pakaian olahraga dihitung


Rp 1.300.000,00
100
Rp 13.000,00

2. Cara memproduksi yang didasarkan atas produksi massa


Perusahaan yang melaksanakan produksinya dengan berdasarkan atas produksi massa,
biasanya perusahaan tersebut memproduksi barang untuk keperluan persediaan di gudang
Contoh : Perusahaan jamu
Perusahaan kosmetik
Perusahaan semen
Perusahaan yang berproduksi massa di dalam mengumpulkan biaya produksi dengan
menggunakan metode harga pokok proses (process cost method).
Dalam metode inin biaya produksi dikumpulkan selama periode tertentu. Sedangkan
harga pokok per satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu dihitung dengan
rumus berikut.

Jumlah biaya produksi selama periode tertentu

Harga pokok per satuan

Jumlah satuan produksi yang dihasilkan selama periode


tertentu

Contoh
Perusahaan industry yang memproduksi shampoo merk “terkenal” selama bulan Februari
1993 telah mengeluarakan biaya produksi sebagai berikut
Bahan baku Rp 1.900.000,00
Bahan penolong Rp 1.000.000,00
Tenaga kerja Rp 2.500.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 600.000,00

Jumlah biaya produksi Rp 6.000.000,00

Produk yang dihasilkan selama bulan Februari 1993 sebanya 10.000 botol (dianggap tidak
terdapat produk yang belum selesai).
Jadi, harga pokokk per satuan dapat dihitung seperti berikut
Rp 6.000.000,00
10.000
Rp 600,00

F. SISTEMATIKA AKUNTANSI BIAYA


Dalam akuntasi biaya terdapat dua cara menghitung biaya produksi
1. Perhitugan biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan
Dalam menghitung biaya produksi sebelum proses produksi dilakukan biasanya biaya
produksi ditetapkan berdasarkan pengeluaran yang sudah lalu, kemudian diperhitungkan
adanya kemungkinan yang akan erjadi pada masa yang akan dating. Perhitungan inin
berguna untuk menentukan harga pokok produksi.
2. Perhitungan biaya produksi setelah proses produksi selesai
Menurut cara ini menghitung besarnya biaya produksi didasarkan atas pencatatan biaya-
biaya yang sesungguhnya terjadi sehingga diperoleh jumlah biaya untuk produksi tertentu

Berdasarkan dua cara diatas dapat diketahui efisian atau tidak dalam pelaksanaan proses
produksi. Bila perhitungan sesudah proses produksi dilakukan ternyata lebih besar
daripada perhitungan awal, maka timbul kerugian. Dalam ha linin perusahaan dikatakan
kurang efisien. Sebaliknya bila perhitungan sesudah proses produksi dilakukan ternyata
lebih kecil daripada perhitungan awal timbul keuntunga dan perusahaan dikatakan lebih
efisian.
Contoh
Suatu perusahaan dalam mengerjakan produk tertentu berdasarkan pengalaman
ditetapkan biaya-biaya yang dikeluarkan adalah sebagai berikut.
Biaya bahan baku Rp 1.000.000,00
Biaya tenaga kerja langsung Rp 750.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 1.250.000,00

Jumlah pokok produksi Rp 3.000.000,00

Tetapi setelah produk selesai dikerjskan diperoleh data tentang pengeluaran biaya sebagai
berikut
Biaya bahan baku Rp 1.100.000,00
Biaya tenaga kerja langsung Rp 1.000.000,00
Biaya overhead pabrik Rp 800.000,00

Jumlah pokok produk sesungguhnya Rp 2.900.000,00

Berdasarkan contoh perhitungan diatas secara keseluruhan berarti efisien. Tetapi bila
ditinjau dari masing-masing unsur biaya produksi ada yang efisien ada yang kurang
efisien. Dalam ha linin pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ternyata
kurang efisien, tetapi atas pengeluaran biaya overhead pabrik ternyata efisien.
BAB 2
AKUNTANSI KEUANGAN PERUSAHAAN INDUSTRI

A. PENGERTIA PERUSAHAAN INDUSTRI


Perusahaan industry (manufactur firm) adalah perusahaan yang kegiatanya mengolah
bahan baku manjadi barang jadi. Barang jadi tersebut kemudian dijual oleh
perusahaa. Kegiatan tersebut dinamakan proses produksi.

Sedangkan biaya yang berhunungan dengan proses produksi disebut biaya produksi,
maka dalam hal ini yang termasuk dalam biaya produksi adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja, dan biaya-biaya lain yang terjadi di pabrik atau biasa disebut biaya
produksi tak langsung (biaya overhead pabrik)

Menurut kegiatan usahanya suatu perusahaan dapat dibedakan atas perusahaan


jasa, perusahaan dagang,dan perusahaan industry.
1. Perusahaan jasa
Perusahaan jasa adalah perusahaan yang kegiatan usahanya membantu kepada
pihak lain (badan lain) dengan mendapat imbalan yang disebut pendapatan jasa
2. Perusahaan dagang
Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya melakukan
pembelian barang dagang kemudian menjualnya kembali tanpa merubah bentuk
barang
3. Perusahaan industry
Perusahaan industry adalah perusahaan yang kegiata usahanya membeli bahan
baku dari perusahaan lain kemudian mengolahnya menjadi produk jadi dan
akhirnya dijual. Dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi memerlukan
tambahan biaya, yaitu biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain yang terjadi selama
pengolahan.

B. AKUNTANSI PERUSAHAAN INDUSTRI


Akuntansi dalam perusahaan industry selain menyediakan informasi keuangan
juga menyediakan informasi biaya produksi untuk kepentingan manajemen. Oleh
karenanya, perusahaan industry disamping menyelenggarakan akuntansi umum
(akuntansi keuangan) juaga proses pengumpulan biaya produksi yang disebut
akuntansi biaya. Akuntansi biaya dalam perusahaan industry dapat
diselenggarakan dengan system berikut.
1. System akuntansi umum (periodik)
Berdasarkan kegiatan perusahaan industry, maka perusahaan industry
mempunyai perkiraan-perkiraan:
a. Pembelian bahan baku
b. Persediaan bahan baku
c. Biaya tenaga kerja langsung
d. Biaya produksi tak langsung/biaya overhead pabrik
e. Persediaan produk dalam proses
f. Persediaan produk jadi
g. Harga pokok produksi
Perkiraan persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan produk
jadi berfungsi untuk mengetahui persediaan akhir periode akuntansi melalui jurnal penyesuaian.
Sedangkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tak langsung pada
akhir periode akuntansi dipindahkan keperkiraan ikhtisar produksi untuk mengetahui berapa
jumlah biaya produksi selama periode tertentu. System periodic biasanya diterapkan oleh
perusahaan yang tidak segera ingin mengetahui informasi biaya.
Mengingat kegiatan industry diawali dari pembelian bahan baku, melakukan proses
produksi menjadi produk jadi, dan menjualnya, maka proses akuntansinya di mulai dari kegiatan
berikut
a. Pembelian bahan baku
Pada waktu terjadi pembelian bahan baku dicatat dengan jurnal

Pembelian bahan baku Rp xxx -


Kas/utang dagang - Rp xxx

Pada akhir periode akuntansi saldo dari perkiraan pembelian bahan baku di tutup ke
perkiraan ikhtisar produksi dengan jurnal penutup

Ikhtisar produksi Rp xxx


Pembelian bahan baku Rp xxx
b. Pemakaian bahan baku
Dalam pemakaian bahan baku untuk proses produksi tidak perludi jurnal sehinga
tidak perlu dicatat dalam perkiraan buku besar. Tetapi untuk mengetahui jumlah
pemakaian bahan baku dapat dihitung dengan rumus berikut.
(Ditambah) Persediaan bahan baku (awal) Rp xxx
Pembelian bahan baku bersih Rp xxx

Jumlah bahan baku siap diproduksi Rp xxx


(Dikurangi) Persediaan bahan baku (akhir) Rp xxx

Jumlah pemakaian bahan baku Rp xxx


Pada akhir periode akuntansi jumalah pemakaian bahan baku ditutup ke perkiraan
ikhtisar produksi dengan jurnal penutup.

Ikhtisar produksi Rp xxx


Persediaan bahan baku (akhir) Rp xxx
Persediaan bahan baku (awal) Rp xxx
Pembelian bahan baku Rp xxx
c. Persediaan bahan baku awal
Bila pada awal periode akuntansi terdapat saldo awal persediaan bahan baku, saldo
tersebut pada akhir periode melalui jurnal penyesuaian dipindahkan ke perkiraan
ikhtisar produksi.

Ikhtisar produksi Rp xxx


Persediaan bahan baku Rp xxx

d. Persediaan bahan baku akhir


Demikiani pula bila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan bahan baku
yang nilainya bisa diketahui atas dasar inventarisasi stock secara fisik, maka pada
akhir periode akuntansi melalui jurnal penyesuaian dipindahkan ke perkiraan ikhtisar
produksi

Persediaan bahan baku Rp xxx


Ikhtisar produksi Rp xxx

e. Biaya tenaga kerja langsung


Pembayaran biaya tenaga kerja langsung dicatat pada sebelah debet. Pada akhir
periode akuntansi biaya tenaga kerja langsung melalui jurnal penutup dipindahkan ke
perkiraan ikhtisar produksi, jurnalnya sebagai berikut.

Ikhtisar produksi Rp xxx


Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx

f. Biaya produksi tak langsung lainya


Yang termasuk biaya prosuksi tak langsung lainya adalah biaya-biaya yang terjadi
dipabrik selain bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya tersebut antara lain biaya bahan penolong, biaya listrik, biaya penyusutan
mesin, dan biaa asuransi pebrik
Biaya-biaya tersebut bila sudah terjadi dikumpulkan dalam perkiraan biaya produksi tak
langsung (BOP) atau dikumpulkan pada masing-masing jenis biaya produksi tak langsung. Pada
akhir periode akuntansi melalui jurnal penutup dipindahkan ke perkiraan ikhtisar produksi
dengan jurnal sebagai berikut.

Ikhtisar produksi Rp xxx


Biaya bahan penolong Rp xxx
Biaya penyusutan mesin Rp xxx
Biaya asuransi pabrik Rp xxx

Tetapo biaya produksi tak langsung tersebut pada waktu terjadi biaya sudah dicatat dalam
perkiraan biaya produksi tak langsung (BOP), maka jurnal penutup yang harus dibuat adalah
sebagai berikut
Ikhtisar produksi Rp xxx
Biaya produksi tak langsung Rp xxx

g. Barang dalam proses


Jika pada awal periode akuntansi perkiraan barang dalam proses di sebelah debet
terdapat saldo awal, maka saldo tersebut pada akhir periode akuntansi melalui jurnal
penyesuaian dipindahkan ke perkiraan ikhtisar produksi seperti berikut.

Ikhtisar produksi Rp xxx


Persediaan barang dalam proses Rp xxx

Bila pada akhir periode akuntansi setelah diadakan inventarisasi stock secara fisik
ternyata terdapat persediaan barang dalalm proses akhir, maka persediaan barang
dalam proses akhir melalui jurnal penyesuaian ke perkiraan ikhtisar produksi adalah
sebagai berikut

Persediaan barang dalam proses Rp xxx


Ikhisar produksi Rp xxx

Dari uraian diatas bila kita himpun dalam perkiraan ikhtisar produksi akan tampak
seperti berikut

Ikhtisar Produksi
Pembelian bahan baku Rp xxx Persediaan bahan baku (akhir) Rp xxx
Persediaan bahan baku (awal) Rp xxx Persediaan barang dalam Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp xxx Proses (akhir)
Biaya produksi tak langsung Rp xxx Potongan pembelian bahan Rp xxx
Persediaan barang dalam Rp xxx Baku
Proses (awal) Retur pembelian bahan baku Rp xxx
Saldo (harga pokok produksi) Rp xxx

Rp xxx Rp xxx

h. Produk jadi
Setelah produk selesai dikerjakan dan dipindahkan ke gudang tidak perlu di jurnal.
Hal ini disebabkan karena waktu terjadi biaya produsi, biaya tersebut sudah
dikumoulkan dalam oerkiraan ikhtisar produksi. Maka, untuk mengetahui harga
pokok produk jadi pada periode yang bersangkutan cukup dengan cara mencari
selisih antara jumlah di sisi debit dan mengkredit perkiraan ikhtisar produksi atau
juga dapat dihitung dengan rumus seperti contoh berikut

PERHIUNGAN HARGA POKOK PRODUK JADI


Nama Perusahaan
Hrga Pokok Produk Jadi
Untuk Thun Yang Berkahir 2xxx

Persediaan bahan baku (awal) Rp xxx


(Ditambah)
Pembelian bahan baku Rp xxx
Biaya angkut bahan baku Rp xxx

Rp xxx
Retur dan potongan pembelian (Rp xxx)
Jumlah pembelian bersih Rp xxx

Bahan baku yang siap untuk dipakai Rp xxx


(Dikurangi)
Persediaan bahan baku (akhir) (Rp xxx)

Pemakaian bahan baku Rp xxx


(Ditambah)
Rp xxx
Biaya tenaga kerja langsung
Biaya produksi tak langsung Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx
Biaya tenaga kerja tak langsung Rp xxx
Biaya penyusutan mesin Rp xxx
Biaya asuransi gedung dan sebagainya Rp xxx
Jumlah biaya produksi tak langsung
Rp xxx
Jumlah biaya produksi
(Ditambah) Rp xxx
Persediaan barang dalam proses (awal)
Rp xxx
Jumlah barang dalam proses
(Dikurangi) Rp xxx
Persediaan barang dalam proses (akhir)
Rp xxx
Harga pokok produk jadi

i. Penjualan produk jadi


Bila produk jadi dijual, maka harus dicatat melalui jurnal dengan mendebet
kas/piutang dagang dan mengkredit perkiraan penjualan. Jurnalnya sebagau berikut.

Kas/piutang dagang
Penjualan

Untuk kita mengetahui harga pokok penjualan harus dihitung dahulu dengan rumus
berikut.

Harga pokok produkk jadi Rp xxx


(Ditambah)
Persediaan produk jadi (awal) Rp xxx

Jumlah produk jadi siap dijual Rp xxx


(Dikurangi)
Persediaan produk jadi (akhir) (Rp xxx)

Harga pokok penjualan Rp xxx

Dari harga pokok penjualan pada akhir periode akuntansi juga harus ditutup ke perkiraan
produksi dengan jurnal penutup sebagai berikut.

Ikhtisar produksi Rp xxx


Persediaan produk jadi (akhir) Rp xxx
Persediaan produk jadi (awal) Rp xxx
Harga pokok penjualan Rp xxx

2. Akuntansi Perusahaan Industri dengan Sistem Perpetual (Akuntansi Biaya)


Sesuai dengan kegiatan perusahaan industry yang telah disebutkan dimuka, maka
proses akuntansi biaya pada perusahaan industry adalah sebagai berikut.
a. Akuntansi pembelian bahan baku
Pada saat pembelian bahan baku dicatat dalam jurnal umum dengan mendebit
perkiraan persediaan bahan baku dan mengkredit perkiraan utang dagang/kas.
Bentuk jurnalnya sebagai berikut

Persediaan bahan baku Rp xxx


Utang dagang/kas Rp xxx

Jika pembelian bahan baku sering dilakukan, maka atas transaksi pembelian
bahan baku ssebaiknya dibuatkan jurnal khusus
b. Retur pembelian bahan baku
Retur pembelian bahan baku dilakukan bila sebagian bahan baku yang sudah
dibeli ternyata tidak sesuai dengan pesanan atau rusak dan harus
dikembalikan. Kalau terjadi hal yang demikian dicatat melalui jurnal dengan
mendebet kas/piutang dagang dan mengkredit persediaan bahan baku sebesar
bahan baku yang dikembalikan.
Bentuk jurnalnya sebagai berikut

Kas/utang dagang Rp xxx


Persediaan bahan baku Rp xxx

c. Akuntansi pemakaian bahan baku


Akuntansi pemakaian bahan baku dipergunakan bila bahan baku yang dibeli
akan digunakan dalam pembuatan produk. Maka dicatat melalui jurnal dengan
mendebeit BDP-BBB dan mengkredit persediaan bahan baku sebesar bahan
baku yang dipakai.
Bentuk jurnalnya adalah sebagai berikut.

BDP-BBB Rp xxx
Persediaan bahan baku Rp xxx

Pada system perpetual setiap terjadi pembelian bahan baku, retur pembelian
bahan baku maupun pemakaian bahan baku harus dicatat dalam kartu
persediaan seperti contoh berikut.

d. Akuntansi biaya tenaga kerja langsung


Terjadinya biaya tenaga kerja langsung selama proses produksi dikumoulkan
dalam perkiraan barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung. Untuk
mengetahui besarnya biaya tenaga kerja bisa dilihat dari catatan daftar upah
dan gaji pada periode tertentu(misalnya setiap 1 minggu). Kemudian dicatat
dengan junal sebagai berikut.

Gaji dan upah Rp xxx


Utang gaji dan upah Rp xxx

Gaji dan upah tersebut bila dibayar harus dicatat dengan jurnal sebagai berikut

Utang gaji dan upah Rp xxx


Kas Rp xxx

Gaji dan upah yang sudah dibayar menjadi beban produksi dicatat dengang
jurnal

Barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung Rp xxx


Gaji dan upah Rp xxx

Kesimpulan
1. Timbulnya biaya tenaga kerja langsung dicatat dalam jurnal dengan mendebit perkiraan
gaji dan upah dan mengkredit perkiraan utang gaji dan upah
2. Pada saat gaji dan upah dibayar dicatat dengan jurnal mendebit utang gaji dan upah dan
mengkredit perkiraan kas
3. Gaji dan upah yang sudah dibayar menjadi beban produksi. Pembebanan inindicatat
dengan jurnal mendebit perkiraan barang dalam proses-biaya tenaga kerja langsung dan
mengkredit perkiraan gaji dan upah
e. Akuntansi biaya produksi tak langsung (BOP)
Pemakaian biaya produksi tak langsung digunakan pada
1. Upah tidak langsung
2. Pemakaian bahan penolong
3. Biaya penyusitan mesin
4. Biaya penyusutan gedung pabrik dan lain-lain
Biaya tersebut sebelum dibebankan kepada produk dikumpulkan dan
dicatat pada perkiraan biaya overhead pabrik (BOP). Dengan demikian,
biaya produksi tak langsung yang sesungguhnya terjadi akan merupakan
elemen harga pokok produksi. Biaya produksi tak langsung yang
sesungguhnya dicatat dalam jurnal dengan mendebit perkiraan biaya
overhead pabrik (BOP) dan mengkredit perkiraan berbagai rekening di
kredit (bila unsur biaya produksi tak langsung tidak diketahui jenisnya).
Tetapi kalau BOP yang sesungguhnya diketahui jenisnya, maka jurnalnya
dengan mendebit perkiraan BOP dan mengkredit setiap jenis BOP
tersebut.
1. Bila jenis BOP tidak dikeatahui jurnalnya sebagai berikut

BOP Rp xxx
Berbagai rekening di kredit Rp xxx

2. Setiap jenis BOP diketahui


a) Biaya bahan penolong
b) Biaya penyusutan gedung pabrik
c) Biaya penyusutan mesin
d) Biaya asuransi gedung pabrik
Bentuk jurnal

BOP Rp xxx
Biaya bahan penolong Rp xxx
Biaya penyusutan gedung pabrik Rp xxx
Biaya penyusutan mesin Rp xxx
Biaya asuransi gedung pabrik Rp xxx

Jurnal bila BOP tersebut dibebankan kepada produk

BDP-BOP Rp xxx
BOP yang dibebankan
Rp xxx
Kadang-kadang dalam praktek antara BOP yang sesungguhnya terjadi dengan BOP yang
dibebankan tidak sama, sebab pembebanan BOP kepada produk biasanya berdasarkan tariff yang
telah ditentukan dimuka.
Bila terjadi hal yang demikian harus dibuatkan perkiraan BOP sesungguhnya dan BOP
yang dibebankan dan pada akhir periode akuntansi perkiraan BOP yang dibebankan harus
ditutup ke perkiraan BOP sesungguhnya dengan jurnal sebagai berikut

BOP dibebankan Rp xxx


BOP yang sesungguhnya Rp xxx

Kalau BOP dibebankan kepada produksi berdasarkan tariff yang ditentukan dimuka maka
hubungan perkiraan BOP dengan BDP
1. Pada perkiraan BOP sesungguhnya disebelah debet sebesar A adalah BOP yang
sesungguhnya terjadi selama proses produksi
2. Perkiraan BOP sesungguhnya di sebelah kredit sebesar B. perkiraan BOP dibebankan
sebesar B didebit dan dikredit serta perkiraan BDP-BOP disebelah debet adalah
merupakan BOP dibebankan kepada produk
Antara BOP sesungguhnya dengan BOP yang dibebnkan kadang-kadang tidak sama, jika terjadi
hal demikian akan terjadi selisih BOP. Selisih tersebut biasanya, dibebankan kepada harga pokok
penjualah. Kalau BOP yang dibebankan lebih besar daripada BOP sesunggunhya, berarti selisih
laba. Selisih laba ini akan dijurnal seperti berikut

BOP sesungguhnya Rp xxx


Harga pokok pejualan Rp xxx
(sebesar selisih)
f. Akuntansi produk jadi
Produk yang sudah selesai diproduksi dipindahkan ke gudang produk jadi.
Pemindahan produk jadi dari bagian produksi ke bagian gudang produk jadi
harus dicatat dengan jurnal.

Persediaan barang dalam proses Rp xxx


BDP-BBB Rp xxx

BDP-BTK Rp xxx
BDP-BOP Rp xxx

Produk yang dikerjakan pada periode tertentu pada akhir periode akuntansi
kadang-kadang produk tersebut belum selesai (masih dalam proses). Untuk
produk yang ada dalam proses pada akhir periode akan merupakan persediaan
produk dalam proses akhir. Persediaan produk dalam proses akhir harus
dicatat dengan jurnal sebagai berikut.
Persediaan barang dalam proses Rp xxx
BDP-BBB Rp xxx
BDP-BTK Rp xxx
BDP-BOP Rp xxx
g. Akuntansi penjualan produk jadi
Penjualan produk jadi dicatat dengan mendebit perkiraan kas/piutang dagang
dan mengkredit perkiraan penjualan. Dengan dijualnya produk berarti
persediaan produk jadi berkurang. Produk jadi yang dijual harus diketahui
berapa harga pokoknya.
Untuk mengetahui harga pokok produk jadi yang dijual dicari dengan rumus
berikut

Persediaaan produk jadi (awal) Rp xxx


(Ditambah) Harga pokok produksi Rp xxx

Jumlah produk jadi siap dijual Rp xxx


(Dikurangi) Persediaan produk jadi (akhir) (Rp xxx)

Harga pokok penjualan Rp xxx

Produk jadi yang sudah laku dijual dicatat dengan jurnal seperti berikut

Kas/piutang dagang Rp xxx


Penjualan Rp xxx
Harga pokok penjualan Rp xxx
Persediaan produk jadi Rp xxx

Anda mungkin juga menyukai