Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1. Biaya
2.1.1 Pengertian Biaya
Bagi perusahaan yang bergerak di bidang produksi, istilah biaya sangat
penting artinya, sebab biaya harus relevan dengan proses produksi yang sedang
dibiayainya. Pada dasarnya biaya diukur dari sumber-sumber ekonomi yang
dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang akan dipergunakan dalam
aktivitas perusahaan. Biaya sangat berpengaruh terhadap suatu kemajuan
perusahaan karena mempengaruhi laba yang dihasilkan. Jika biaya lebih besar dari
pendapatan maka perusahaan akan mengalami kerugian tetapi jika biaya lebih
kecil dari pendapatan maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan.
Ada banyak definisi mengenai biaya menurut para ahli. Menurut Dunia
dkk. (2020:5)[22] biaya merupakan nilai pengorbanan untuk memperoleh barang
atau jasa yang mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Biaya
biasanya tercermin sebagai asset perusahaan dalam laporan posisi keuangan.
Menurut Mulyadi (2015:8)[5] mendefinisikan biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Adapun menurut Dewi dan
Kristanto (2013:4)[10] biaya diartikan sebagai sumber daya yang dilepaskan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari ketiga pengertian biaya di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan suatu pengorbanan ekonomi dalam satuan uang yang telah atau akan
terjadi untuk memperoleh manfaat atau tujuan tertentu dari pengorbanan tersebut.
2.1.2 Klasifikasi Biaya
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan.
Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai suatu bentuk
pengorbanan oleh perusahaan telah diperhitungkan secara tepat dan akurat.
Pengklasifikasian biaya diperlukan untuk menyajikan informasi biaya yang
digunakan atas dasar tujuan yang hendak dicapai perusahaan.

II-1
II-2

Berkaitan dengan hal tersebut Mulyadi (2015:13) mengklasifikasikan


biaya kedalam 5 (lima) bagian, yaitu :
1. Menurut objek pengeluaran
Penggolongan ini didasarkan atas nama objek pengeluarannya,
misalnya nama objek pengeluaran bahan bakar, maka semua
pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut dengan
biaya bahan bakar.
2. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok yaitu :
a. Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah
bahan baku menjadi produksi jadi yang siap untuk dijual, misalnya
biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan dan
lain-lain.
Menurut objek pengeluarannya secara garis besar, biaya produksi
dibagi menjadi tiga yaitu:
1) Biaya bahan baku
Bahan baku merupakan bahan yang memberntuk bagian
menyeluruh produk jadi. Di dalam memperoleh bahan baku,
perusahaan tidak hanya mengeluarkan biaya sejumlah harga
beli saja, tetapi juga mengeluarkan biaya-biaya pembelian,
pergudangan, dan biaya perolehan lainnya.
2) Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja yang
berhubungan langsung dengan proses produksi. Misalnya (gaji
karyawan pabrik, biaya kesejahteraan karyawan pabrik, upah
lembur karyawan pabrik, upah mandor pabrik dan gaji manajer
pabrik).
3) Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik dapat digolongkan dengan tiga cara
penggolongan:
II-3

a) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya,


dikelompokan menjadi beberapa golongan berikut ini
(biaya bahan penolong, biaya reparasi, pemeliharaan, dll).
b) Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya
dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan,
yang dibagi menjadi tiga golongan yaitu biaya overhead
pabrik tetap, variabel dan semi variabel).
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya
dengan departemen, yang digolongkan menjadi dua yaitu biaya
overhead langsung departemen dan biaya overhead tidak
langsung departemen.
b. Biaya pemasaran
Biaya pemesaran merupakan biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contohnya: biaya iklan,
biaya pengangkutan, dan biaya gaji bagian pemasaran.
c. Biaya administrasi dan umum
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya yang terjadi untuk
melaksanakan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
Contohnya: biaya gaji karyawan bagian akuntansi, bagian
keuangan, bagian personalia dan bagian hubungan masyarakat.
3. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokan
menjadi dua golongan:
a. Biaya langsung (Direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-
satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
b. Biaya tidak langsung (Indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
4. Menurut perilakunya
II-4

Biaya yang digolongkan menurut perilaku dalam hubungannya dengan


perubahan volume kegiatan dapat dikelompokan menjadi:
a. Biaya variable, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya
bahan baku.
b. Biaya semivariabel, adalah biaya yang berubah tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
c. Biaya semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume
kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada
volume produksi tertentu.
d. Biaya tetap, adalah biaya yang jumlah totalnnya tetap dalam kisar
volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur
produksi.
5. Menurut jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
a. Pengeluaran modal (Capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih
dari satu periode akuntansi ( biasanya periode akuntansi adalah
satu tahun kalender)
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai
manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Dari penjelasan mengenai penggolongan biaya di atas, kita dapat
mengetahui bahwa penggolongan biaya tergantung pada tujuan penggunaannya.
Tidak semua penggolongan biaya dipakai oleh perusahaan. Perusahaan dapat
menerapkan salah satu dari beberapa penggolongan biaya yang dianggap perlu
dalam kegiatan operasionalnya.
2.1 Harga Pokok Produksi
2.2.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

Perhitungan harga pokok produksi memberikan informasi tentang berapa


besarnya biaya yang dikeluarkan dalam pengolahan bahan baku sampai menjadi
II-5

barang jadi yang siap untuk dijual. Suatu perusahaan perlu mengetahui tentang
besarnya harga pokok produksi yang dihasilkan karena informasi ini dapat
dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam menentukan harga jual maupun
untuk memperkirakan besarnya keuntungan yang akan diperoleh dari hasil
penjualan barang tersebut.
Terdapat beberapa pengertian harga pokok produksi yang dikemukaan
oleh beberapa ahli:
Harga pokok produksi merupakan akumulasi perhitungan dari biaya-biaya
yang dibebankan ke dalam produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Menurut
Bastian Bustami Nurlela (2013:49)[1] harga pokok produksi adalah akumulasi
biaya-biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses
awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Menurut Surjadi (2013:
4)[8] menyebutkan harga pokok produksi adalah bagian dari harga perolehan atau
harga beli aktiva yang ditunda pembebanannya atau yang belum dimanfaatkan
dalam rangka merealisasikan pendapatan. Sedangkan menurut Dewi dan Kristanto
(2013:13)[9] harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk
diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akutansi berjalan.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa Harga
Pokok Produksi adalah akumulasi biaya yang digunakan selama proses produksi
untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.yang siap jual dalam sebuah
periode akuntansi berjalan.
2.2.2 Komponen Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi adalah untuk mengetahui besarnya
biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk. Menurut
Mulyadi (2015:16)[5] bahwa komponen yang membentuk harga pokok produksi
adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi. Komponen biaya yang termasuk harga pokok produksi
adalah sebagai berikut:
II-6

1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)


Menurut Mulyadi (2015:275)[5] bahan baku langsung adalah bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Contohnya: busa yang
digunakan untuk membuat bantal.

Sedangkan menurut Dewi dan Kristanto (2013:19)[9] bahwa bahan baku


(direct material) merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari
produk jadi. Berdasarkan pendapat dari para ahli dapat dikatakan bahwa biaya
bahan baku langsung adalah biaya yang timbul akibat pemakaian suatu bahan
untuk membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)


Menurut Dewi dan Kristanto (2013:13)[9] biaya tenaga kerja langsung
atau upah langsung adalah biaya yang dibayarkan kepada tenaga kerja
langsung. Mulyadi (2015:319)[5] Tenaga kerja merupakan usaha fisik atau
mental yang dikeluarkan karyawan untuk mengolah produk. Biaya tenaga
kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia
tersebut. Berdasarkan pendapat dari para ahli maka dapat dikatakan bahwa
biaya tenaga kerja adalah biaya atau harga yang dibayarkan kepada tenaga
kerja (manusia) yang mengeluarkan usaha untuk mengolah produk.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead Pabrik adalah biaya produksi yang tidak termasuk ke
dalam biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Menurut
Carter (2009:40)[3] biaya overhead pabrik terdiri atas semua biaya
manufaktur yang tidak secara langsung ditelusuri ke output tertentu. Adapun
Dunia dan Abdullah (2012:246)[4] menyatakan bahwa biaya overhead pabrik
adalah biaya-biaya yang harus terjadi meksipun biaya tersebut secara
langsung tidak mempunyai hubungan yang dapat diukur dan diamati terhadap
satuan-satuan aktivitas tertentu. Sedangkan Menurut Mulyadi (2015:194)[5]
biaya overhead pabrik dapat digolongkan dalam tiga cara penggolongan,
yaitu:
II-7

a. Menurut Sifat
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya terdiri dari enam
macam, yaitu :
1) Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong yaitu bahan yang tidak menjadi bagian produk
jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetaplah
nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi
tersebut.
2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan, biasanya berupa biaya suku
cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan
harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, kendaraan, dan aktiva
lainnya yang diguna kan untuk keperluan pabrik.
3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, yaitu tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk
atau pesanan tertentu.
4) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian terhadap Aktiva Tetap
Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah biaya-
biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan
equipmen, dan aktiva tetap lain yang digunakan pabrik.
1) Biaya Overhead Pabrik Lain yang Secara Langsung Memerlukan
Pengeluaran Uang Tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada
pihak luar, misalnya biaya listrik PLN, dsb. (air, telepon)

b. Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume


Produksi
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya terdiri dari
tiga macam, yaitu:
1) Biaya Overhead Tetap, yaitu biaya overhead yang tidak berubah
dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu.
II-8

2) Biaya Overhead Variabel, yaitu biaya overhead yang berubah


sebanding dengan volume kegiatan.
3) Biaya Overhead Semivariabel, yaitu biaya overhead yang berubah
tidak sebanding dengan volume kegiatan.
c. Menurut Hubungannya dengan Departmen
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya terdiri dari
dua macam, yaitu:
1) Biaya Overhead pabrik langsung Departmen
Biaya overhead pabrik langsung departmen yaitu biaya overhead
yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya
dinikmati departemen tersebut. Contoh:biaya gaji mandor
departemen produksi.
2) Biaya Overhead pabrik tidak langsung Departmen
Biaya overhead pabrik tidak langsung department yaitu biaya
overhead yang manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen.
Contoh: biaya depresiasi gedung.

Adapun Bustami dan Nurlela (2013:13)[2] menjelaskan bahwa biaya


overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi tiga elemen, yaitu:
1. Bahan Tidak Langsung
Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong) adalah bahan yang
digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih
kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk selesai.
Contoh: amplas, pola kertas, oli dan minyak pelumas, paku, sekrup dan
mur,staples, asesoris pakaian, vanili, garam, pelembut, pewarna.
2. Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah biaya tenaga kerja yang
membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri
kepada produk selesai. Contoh: Gaji satpam pabrik, gaji pengawas pabrik,
pekerja bagian pemeliharaan, penyimpanan dokumen pabrik, gaji operator
telepon pabrik , pegawai pabrik , pegawai bagian gudang pabrik , gaji
II-9

resepsionis pabrik, pegawai yang menangani barang.


3. Biaya Tidak Langsung Lainnya
Biaya tidak langsung lainnya adalah biaya selain bahan tidak langsung dan
tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk
selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Contoh: pajak
bumi dan bangunan pabrik, listrik pabrik, air pabrik, telepon pabrik, sewa
pabrik, asuransi pabrik, penyusutan pabrik, peralatan pabrik, pemeliharaan
mesin pabrik, gaji akuntan pabrik, reparasi mesin dan peralatan pabrik.

Tabel II.3
Jurnal Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Tanggal Jurnal Reff Debit Kredit
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
(Pembebanan BOP kepada pesanan)
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
(Penutup BOP yang dibebankan)
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Persediaan Bahan Penolong xxx
Gaji dan Upah xxx
(BOP Sesungguhnya)
Selisih Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
(Selisih BOP)
Sumber: Mulyadi:194
II-10

Dari beberapa pengertian biaya overhead pabrik di atas dapat dikatakan


bahwa biaya overhead pabrik merupakan seluruh biaya produksi yang tidak
dapat ditelusuri secara langsung kepada produk seperti biaya bahan penolong,
biaya tenaga kerja tidak langsung, dan biaya tidak langsung lainnya.

2.2.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi


Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi.
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melakukan produksinya atas
dasar pesanan yang diterima dari pihak luar. Sedangkan perusahaan yang
berproduksi berdasar produksi proses melaksanakan pengolahan produksinya
untuk memenuhi persediaan di gudang . Menurut Dunia dan Abdullah
(2013:53)[4] ada dua macam pengumpulan harga pokok produksi yaitu:

1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job-Order Cost Method)


Perusahaan menggunakan metode harga pokok pesanan apabila
perusahaan mendapatkan pesanan produk dari pihak luar. Pesanan biasanya
merupakan produk yang berbeda dari produk yang biasanya di produksi oleh
perusahaan. Menurut Mulyadi (2012:35)[11] metode harga pokok pesanan
adalah suatu metode pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga
pokok produk pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar
pesanan. Adapun Mardiasmo (2007:27)[10] menyatakan bahwa metode harga
pokok pesanan yaitu metode pengumpulan biaya produksi yang diterapkan
pada perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Sedangkan
Bustami dan Nurlela (2013:91)[2] menyatakan bahwa harga pokok pesanan
adalah perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah suatu sistem akuntansi
yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak,
tumpukan produk atau pesanan pelanggan yang spesifik.

Dari beberapa pengertian metode harga pokok pesanan di atas maka dapat
dikatakan bahwa metode harga pokok pesanan merupakan pengumpulan
biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk yang diterapkan pada
perusahaan yang menghasilkan produk berdasarkan pesanan.
II-11

2. Metode Harga Pokok Proses


Perusahan menggunakan metode harga pokok proses apabila
perusahaan melakukan produksi secara terus-menerus untuk produk yang
sama pada setiap periode untuk mengisi persediaan gudang perusahaan.
Menurut Mulyadi (2012:63)[11] metode harga pokok proses adalah suatu cara
menentukan harga pokok produk di mana biaya produksi dikumpulkan dan
dihitung untuk suatu periode tertentu dan dibebankan kepada proses yang
bersangkutan. Sedangkan Mardiasmo (2007:90)[10] menyatakan bahwa
metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan biaya produksi
melalui departemen produksi atau pusat pertanggung jawaban biaya, yang
umumnya diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk secara
massa. Selanjutnya Bustami dan Nurlela (2013:91)[2] menyatakan bahwa
metode harga pokok proses adalah suatu metode dimana bahan baku, tenaga
kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya atau departemen. Biaya
yang dibebankan ke setiap unit produk yang dihasilkan ditentukan dengan
membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya atau departemen
tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang
bersangkutan.

Dari beberapa pengertian metode harga pokok proses di atas maka


dapat dikatakan bahwa metode harga pokok proses merupakan pengumpulan
biaya produksi dalam periode tertentu untuk dibebankan kepada produk di
dalam departemen yang bersangkutan dan diterapkan kepada perusahaan
yang memproduksi secara massa.

2.2.4 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi


Metode penentuan harga pokok produsi adalah suatu cara memperhitungkan
unsur-unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi. Menurut Mulyadi
(2012:17)[11] dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam harga pokok
produksi terdapat dua metode penentuan biaya, yaitu :
1. Full costing
II-12

Full costing merupakan metode penentuan harga pokok poduksi yang


menghitung semua biaya produksi tanpa memisahkan biaya yang bersifat
variabel dan tetap. Menurut Bustami dan Nurlela (2013:48)[2] metode full
costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk,
hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja.
Sedangkan Menurut Mulyadi (2012:17)[11] metode full costing adalah
metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur
biaya produksi ke dalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang
variabel maupun tetap.

Tabel II.4
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Full Costing

Perhitungan Harga Pokok Produksi


Metode Full Costing

Biaya Bahan Baku xxx


Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx
Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx
Harga Pokok Produksi xxx
Biaya Administrasi dan Umum xxx
Biaya Pemasaran xxx
Total Harga Pokok Produksi xxx
II-13

Sumber: Mulyadi:18

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan harga pokok


produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari harga pokok
produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap ditambah dengan biaya
komersial yaitu biaya pemasaran biaya administrasi dan umum.

2. Variabel costing

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok poduksi yang


menghitung semua biaya produksi dengan memisahkan biaya variabel dan
biaya tetap. Menurut Bustami dan Nurlela (2013:48)[2] metode variabel
costing adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk
dengan memperhitungkan semua biaya produksi seperti biaya bahan baku
langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead tetap. Sedangkan
menurut Mulyadi (2012:18)[11] metode variabel costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi
yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel.
Tabel II.5
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Variabel Costing

Perhitungan Harga Pokok Produksi


Metode Variabel Costing

Biaya Bahan Baku xxx


Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Biaya Overhead Pabrik Variabel xxx
Harga Pokok Produksi Variabel xxx
Biaya Administrasi dan Umum Variabel xxx
Biaya Komersil xxx
II-14

Total Biaya Variabel xxx


Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx
Biaya Pemasaran Tetap xxx
Biaya Administrasi dan Umum Tetap xxx
Total Biaya Tetap xxx
Total Harga Pokok Produk xxx
Sumber: Mulyadi:19

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan harga pokok


produk yang dihitung dengan pendekatan variabel costing terdiri dari biaya
harga pokok produksi variabel yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel ditambah dengan biaya variabel
yaitu biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum variabel
ditambah dengan biaya tetap yaitu biaya overhead pabrik tetap, biaya
pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.

2.3 Metode Harga Pokok Pesanan


2.3.1 Pengertian Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan digunakan oleh perusahaan yang melakukan
produksi berdasarkan pesanan yang diterima dari pihak luar. Perusahaan
mengumpulkan biaya produksinya sesuai dengan setiap jenis pesanan yang
diterima. Setiap pesanan yang diterima biasanya merupakan produk yang
mempunyai model yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Menurut
Mulyadi (2012:35)[11] metode harga pokok pesanan adalah suatu metode
pengumpulan biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk pada
perusahaan yang menghasilkan produk atas dasar pesanan. Adapun Mardiasmo
(2007:27)[10] menyatakan bahwa metode harga pokok pesanan yaitu metode
pengumpulan biaya produksi yang diterapkan pada perusahaan yang
menghasilkan produk atas dasar pesanan. Sedangkan Bustami dan Nurlela
(2013:91)[2] menyatakan perhitungan biaya berdasarkan pesanan adalah suatu
II-15

sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan,
kontrak, tumpukan produk atau pesanan pelanggan yang spesifik.
Pendekatan yang dipakai oleh perusahaan dalam membuat laporan adalah
full costing. Menurut Bustami dan Nurlela (2013:48)[2] metode full costing
adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja. Sedangkan Menurut
Mulyadi (2012:17)[11] metode full costing adalah metode penentuan harga
pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat dikatakan bahwa metode


harga pokok pesanan merupakan pengumpulan biaya produksi untuk menentukan
harga pokok produk yang diterapkan pada perusahaan yang menghasilkan produk
berdasarkan pesanan dan pendekatan yang dipakai dalam membuat laporan adalah
full costing yaitu pendekatan yang menghitung semua unsur biaya ke dalam harga
pokok produk.

2.3.2 Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan


Dalam metode harga pokok berdasar pesanan, biaya-biaya produksi
dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok produksi per satuan
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut
dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan. Metode harga
pokok pesanan memiliki karakteristik tertentu yang membedakannya dengan
metode lain. Karakteristik metode harga pokok pesanan menurut Mulyadi
(2012:38)[11] adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi
pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok produksinya
secara individual.
2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungan dengan produk
menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan biaya
produksi tidak langsung.
II-16

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah
overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan
tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan.
Sedangkan karakteristik metode harga pokok pesanan menurut Surjadi (2013:23)
[19] adalah sebagai berikut :
1. Tujuan produksi: melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada
spesifikasi pemesan, sifat produksinya terputus-putus, dan tiap-tiap pesanan
dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.

2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan:


a. Sistem harga pokok histories untuk bahan dan TKL dan FOH dengan
menggunakan tarif ditentukan dimuka.
b. Sistem harga pokok yang ditentukan di muka untuk semua elemen biaya
produksi.
3. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan
yang bersangkutan selesai. Harga pokok per satuan untuk pesanan tertentu :
Total Harga Pokok Pesanan
Total satuan produk pesanan yang bersangkutan

4. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produk selesai dan


biasanya segera akan diserahkan kepada pemesan.
Adapun karakteristik metode harga pokok pesanan menurut Supriyono (2011:55)
[18] adalah sebagai berikut:
II-17

1. Tujuan produksi perusahaan untuk melayani pesanan pembeli yang


bentuknya tergantung pada spesifisasi pemesan, sehingga sifat produksinya
terputus-putus dan setiap pesanan dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
2. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap pesanan dengan tujuan dapat
dihitung harga pokok pesanan dengan relatif teliti dan adil.
3. Jumlah total harga pokok untuk pesanan tertentu dihitung pada saat pesanan
yang bersangkutan selesai, dengan menjumlahkan semua biaya yang
dibebankan kepada pesanan yang bersangkutan. Harga pokok satuan untuk
pesanan tertentu dihitung dengan membagi jumlah total harga pokok pesanan
yang bersangkutan dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan.
4. Pesanan yang sudah selesai dimasukkan ke gudang produksi selesai dan
biasanya segaera akan diserahkan (dijual) kepada pemesan sesuai dengan
saat/tanggal pesanan harus diserahkan.

Dari beberapa uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa untuk dapat
menghasilkan harga pokok pesanan yang baik maka perhitungan harga pokok
pesanan harus memenuhi karakteristik tertentu diantaranya memproduksi produk
sesuai dengan spesifikasi pemesan, harga pokok produksi dihitung secara
individual pada saat pesanan selesai diproduksi dan pesanan yang sudah selesai
segera diserahkan kepada pemesan.

2.3.3 Manfaat Metode Harga Pokok Pesanan


Menggunakan metode harga pokok pesanan bagi perusahaan yang
menjalankan produksinya berdasarkan pesanan akan sangat bermanfaat bagi
perusahaan. Perusahaan dapat menghitung biaya pesanan per produk dengan
efektif. Menurut Bustomi dan Nurlela (2013:62)[2] penentuan biaya pesanan
sangat bermanfaat untuk penetapan harga jual dan pengendalian biaya. Umumnya
calon pelanggan selalu meminta estimasi biaya terlebih dahulu sebelum mereka
memesan, dan seringkali mereka memesan atau memberikan pekerjaan,
membandingkan dengan pesaing. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat
mengestimasi biaya secara akurat dan dapat bersaing dengan perusahaan lain dan
menghasilkan laba yang optimal.
II-18

Sedangkan Menurut Mulyadi (2012:39)[11], Dalam perusahaan yang


produksinya berdasarkan pesanan, Informasi harga pokok produksi per pesanan
bermanfaat bagi manajemen untuk:
1. Menentukan harga jual yang akan dibebankan akan dibebankan kepada
pemesan
Perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan memproses produknya
berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Dengan demikian
biaya produksi pesanan yang satu akan berbeda dengan biaya produksi
pesanan yang lain, tergantung pada spesifikasi yang dikehendaki oleh
pemesan. Oleh karena itu, harga jual yang dibebankan kepada pemesan
sangat ditentukan oleh besarnya biaya produksi pesanan yang lain, tergantung
pada spesifikasi yang dikehendaki oleh pemesan.
2. Mempertimbangkan penerimaan atau penolakan pesanan
Adakalanya harga jual produk yang dipesan oleh pemesan telah terbentuk di
pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah
menerima atau menolak pesanan. Untuk memungkinkan pengambilan
keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok
pesanan yang akan diterima tersebut. Informasi total harga pokok pesanan
perusahaan memberikan dasar perlindungan bagi manajemen agar di dalam
menerima pesanan tidak mengalami kerugian.
3. Memantau realisasi biaya produksi
Informasi taksiran biaya produksi pesanan tertentu dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu dasar untuk menetapkan harga jual yang akan dibebankan
kepada pemesan. Informasi taksiran biaya produksi juga bermanfaat sebagai
salah satu dasar untuk mempertimbangkan diterima tidaknya suatu pesanan.
Jika pesanan telah diputuskan untuk diterima, manajemen memerlukan
informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam
memenuhi pesanan tertentu.
4. Menghitung laba atau rugi bruto tiap pesanan
Informasi laba atau rugi bruto tiap pesanan diperlukan untuk mengetahui
kontribusi tiap pesanan dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan
laga atau rugi. Oleh karena itu, metode harga pokok pesanan digunankan oleh
II-19

manajemen untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang


sesungguhnya dikeluarkan untuk tiap pesanan guna menghasilkan laba atau
rugi tiap pesanan.
5. Menentukan harga pokok persedian produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga
pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal
neraca masih dalam proses.

Dari beberapa uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa harga pokok
pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk menetapkan harga jual dan
pengendalian biaya pesanan.

2.3.4 Perhitungan Metode Harga Pokok Pesanan


Perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode harga pokok
pesanan digunakan oleh perusahaan yang memproduksi produknya berdasarkan
pesanan yang diterima dari konsumen. Biaya produksi yang digunakan untuk
menghitung harga pokok pesanan adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik. Menurut Mulyadi (2012:40)[11] total harga
pokok pesanan dapat dihitung dengan unsur biaya produksi dan biaya non
produksi. Biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik sedangkan biaya non produksi yaitu biaya administrasi
& umum dan biaya pemasaran. Tahapan dalam perhitungan harga pokok pesanan
dengan metode full costing menurut Mulyadi (2012:45)[11] yaitu:
1. Menghitung Biaya Bahan Baku Langsung
II-20

Setelah perusahaan membeli bahan yang diperlukan untuk proses produksi,


selanjutnya perusahaan dapat menghitung biaya bahan baku dengan
menggunakan rumus:
Biaya Bahan Baku = Jumlah produksi x harga bahan baku per unit produk

2. Menghitung Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja tidak langsung dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Biaya Tenaga Kerja Langsung = Jumlah produksi x Tarif TKL

3. Menghitung Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua, yaitu biaya overhead pabrik yang
dibebankan dan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Biaya overhead pabrik
yang dibebankan dihitung diawal sebelum melakukan produksi dengan
menggunakan rumus:
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan = Jumlah produksi x Tarif BOP

4. Menghitung Harga Pokok Pesanan


Harga pokok pesanan didapat dari penjumlahan biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Sehingga harga pokok
produksi dapat dirumuskan :
Biaya Bahan Baku Rp xxx
Biaya Tenaga Kerja Rp xxx
Biaya Overhead Pabrik: Rp xxx
Harga Pokok Pesanan Rp xxx

Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa perhitungan harga pokok
pesanan didapat dari penjumlahan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
II-21

2.4 Harga Jual


2.4.1 Pengertian Harga Jual
Harga jual merupakan sejumlah nilai yang dibebankan perusahaan kepada
pembeli atas barang atau jasa yang dijual. Terdapat berbagai faktor dalam
menentukan harga jual yang diantaranya tidak dapat diukur dan dikendalikan,
misalnya permintaan dan penawaran. Penetapan harga jual yang salah dapat
mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian karena barang atau jasa yang
dijual tidak laku di mayarakat. Oleh karena itu harga jual yang ditetapkan oleh
perusahaan harus mampu menutupi semua biaya produksi agar laba dapat
dihasilkan dalam jangka waktu yang panjang.
Harga jual didapatkan dari perhitungan biaya produksi ditambah
persentase laba yang diinginkan oleh perusahaan. Menurut Mulyadi (2001:79)
[12], pada prinsipnya harga jual adalah besarnya harga yang akan dibebankan
kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambah
biaya noproduksi dan laba yang diharapkan. Kemudian menurut Supriyono
(1992:332)[18], harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu
unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau
diserahkan. Adapun menurut Swastha (2007:147)[20], harga jual adalah nilai
tukar suatu barang atau jasa, yaitu jumlah uang yang pembeli sanggup membayar
kepada penjual untuk suatu barang tertentu. Sedangkan menurut Laksana
(2008:107](8), harga jual adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh
beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya atau produk
yang dibeli oleh kelompok konsumen tertentu dalam suatu program pemasaran
tertentu.
Dari beberapa pengertian harga jual di atas dapat dikatakan bahwa harga
jual adalah sejumlah biaya produksi dan non produksi ditambah laba yang
diharapkan oleh perusahaan yang kemudian dibebankan kepada pembeli atau
pelanggan atas barang atau jasa yang dijual.

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Harga Jual


II-22

Penetapan harga jual dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal
maupun faktor eksternal perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan
pertimbangan untuk menetapkan harga jual. Menurut Ahmad (1996:142)[1],
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi harga jual, yaitu : (1) Tujuan Perusahaan,
(2) Situasi pasar meliputi: sifat, biaya, dan operasi, (3) Biaya produksi dan
operasi. Terdapat uraian dari masing – masing faktor yang mempengaruhi
penetapan harga jual, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan merupakan faktor utama yang mempengaruhi dalam
penetapan harga jual, karena tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan
laba. Apabila ada kesalahan dalam penetapan harga jual dapat mengakibatkan
kegagalan perusahaan dalam menjual produknya dan pada akhirnya tujuan
perusahaan tidak akan tercapai atau perusahaan tidak akan mendapatkan laba.
2. Situasi Pasar
Situasi pasar merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam
menentukan harga jual suatu produk, karena situasi pasar ini meliputi
konsumen, sifat biaya dan operasi. Dimana konsumen berupaya keras dalam
menawarkan harga pada produsen dengan harga yang rendah, sedangkan
produk tersebut dijual dengan harga tinggi. Hal ini bisa berpengaruh terhadap
situasi pasar yang tidak menetu karena harga tidak seimbang.
3. Biaya produksi dan operasi
Biaya produksi dan operasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membuat barang dan biaya produk tersebut bisa sampai ketangan konsumen.

Adapun Supriyono (1992:333)[18] menjabarkan faktor- faktor yang menentukan


harga jual adalah sebagai berikut :
1. Tujuan perusahaan, khususnya laba dan Return On Investment (ROI) yang
diharapkan
2. Biaya, khususnya biaya masa depan
3. Pendapatan yang diharapkan
4. Jenis Produk atau jasa yang dijual
5. Jenis industri
II-23

6. Citra atau kesan masyarakat


7. Pengaruh pemerintah, khususnya undang-undang, keputusan, peraturan, dan
kebijakan pemerintah
8. Tindakan atau reaksi pesaing
9. Tipe pasar yang dihadapi
10. Trend ekonomi
11. Gaya manajemen
12. Tujuan non laba (nirlaba
13. Tanggung jawab sosial masyarakat

Sedangkan Machfoedz (2001:249)[9] mengatakan bahwa terdapat empat


faktor yang mempengaruhi harga jual, yaitu: (1) Faktor Laba yang Diinginkan,
(2)Faktor Produk atau Penjualan Produk tersebut, (3) Faktor Biaya dan Produk
tersebut, (4) Faktor di Luar Perusahaan (Konsumen). Terdapat uraian dari masing-
masing faktor penetapan harga jual, yaitu sebagai berikut :
1. Faktor laba yang diinginkan
a. Apakah pengembalian modal (return on capital) sudah mencukupi
b. Berapa laba yang dibutuhkan untuk membayar deviden
c. Berapa laba yang dibutuhkan untuk perluasan
d. Berapa trend penjualan yang diinginkan

2. Faktor produk atau penjualan produk tersebut


a. Apakah volume penjualan tersebut bisa direalisir
b. Apakah ada diskriminasi
c. Apakah ada kapasitas menganggur
d. Apakah harga tersebut logis untuk diterapkan

3. Faktor biaya dan produk tersebut


a. Apakah biaya variabel dan biaya tetapnya tinggi
b. Apakah harga tersebut adalah harga pertama
c. Apakah penggunaan modal sudah efektif
d. Apakah ada biaya bersama karena ada produk campuran

4. Faktor di luar perusahaan (konsumen)


II-24

a. Apakah permintaan terhadap produk tersebut elastisitas atau inelastisitas


b. Siapa langganan yang akan dicapai
c. Apakah produk dipasar homogen atau heterogen
d. Persaingan tajam atau tidak

Dari penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan


harga jual di atas, dapat dikatakan bahwa terdapat banyak faktor yang harus
diperhatikan dan dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual. Faktor utama
yang mempengaruhi harga jual adalah tujuan perusahaan untuk mendapatkan laba.

2.4.3 Metode Penetapan Harga Jual


Penetapan harga jual mempengaruhi pembeli dalam membeli suatu barang
atau jasa. Penetapan harga jual yang tepat akan mempangaruhi keberhasilan
perusahaan dalam menjual produknya sedangkan kegagalan perusahaan dalam
menjual produknya disebabkan oleh ketidakmampuan perusahaan dalam
mengendalikan harga. Perusahaan belum dikatakan berhasil jika penetapan harga
jualnya hamya berdasarkan biaya produksi tanpa menjamin adanya laba sehingga
perusahaan harus menetapkan harga jual berdasarkan biaya produksi dan laba
yang sesuai dengan kualitas produk.
Menurut Mulyadi (2001:351)[12] terdapat dua metode penetapan harga jual
yaitu:
1. Cost-Plus Pricing
Cost-Plus Pricing adalah penentuan harga jual dengan cara menambah laba
yang diharapkan dengan menambah biaya penuh masa yang akan datang
untuk memproduksi dan memasarkan produk. Dalam keadaan normal, harga
jual dapat menutupi biaya penuh dan dapat menghasilkan laba yang
diharapkan. Laba yang diharapkan dihitung berdasarkan investasi yang
ditanamkan untuk menghasilkan produk atau jasa.
2. Time and Material Pricing
Penentuan harga jual waktu dan bahan pada dasarnya merupakan cost-plus
pricing. Harga jual ini ditentukan sebesar biaya penuh ditambah dengan laba
yang diharapkan. Metode penentuan harga jual ini digunakan oleh perusahaan
II-25

bengkel, mobil, dok kapal, dan perusahaan lain yang menjual jasa reparasi
dan bahan dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa. Volume jasa
dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untuik melayani konsumen,
sehingga perlu dihitung harga jual per satuan waktu yang dinikmati oleh
konsumen. Sedangkan volume bahan dan suku cadang yang diperlukan
sebagai pelengkap penyerahan jasa dihitung berdasarkan kuantitas bahan dan
suku cadang yang diserahkan jasa kepada konsumen, sehingga perlu dihitung
harga jual per satuan bahan dan suku cadang yang dijual kepada konsumen.

Adapun menurut Machfoedz (2001:64)[9] terdapat lima metode penetapan


harga jual yaitu: (1) Gross Margin Pricing, (2) Direct Cost Pricing, (3) Full Cost
Pricing, (4) Time and Material Pricing, (5) Return on Capital Employed Pricing.
Terdapat uraian dari masing-masing metode, yaitu sebagai berikut :
1. Gross Margin Pricing
Gross Margin Pricing yaitu dengan menentukan cost barang yang dijual
ditambah mark up yang diinginkan perusahaan. Umumnya digunakan oleh
perusahaan perdagangan dimana produk yang dijual tidak dibuat sendiri,
sehingga tidak banyak aktiva tetap yang digunakan.

2. Direct Cost Pricing


Direct cost pricing yang lebih dikenal dengan nama marginal income pricing,
karena harya memperhitungkan biaya-biaya yang berhubungan secara
proforsional dengan volume penjualan, sehingga menghasilkan marginal
income yang dipakai sebagai penentuan harga jual ialah berapa marginal
income yang dikehendaki oleh perusahaan.
3. Full Cost Pricing
Full cost pricing yaitu metode yang memperhitungkan semua biaya yang
dipakai dalam pembuatan produk tersebut ditambah persentase laba yang
diinginkan untuk menutup biaya operasi dan laba yang diinginkan.
4. Time and Material Pricing
Time and material pricing yaitu metode yang menentukan tarif tertentu dari
upah langsung dan tarif lainnya dari bahan baku masing-masing. Tarif
II-26

tersebut dijadikan satu, kemudian ditambah jumlah tertentu dari biaya tidak
langsung serta laba yang diinginkan. Metode ini banyak digunakan oleh
perusahaan-perusahaan jasa dan perusahaan profesional.
5. Return on Capital Employed Pricing
Return on capital employed pricing yaitu metode yang menentukan
persentase mark up tertentu dari capital employed, yaitu kapital yang
dianggap mempunyai peranan dalam memproduksi barang dan jasa.

Sedangkan Menurut Swastha (2007:154)[20] terdapat dua metode


penetapan harga jual yaitu:
1. Cost-Plus Pricing Method
Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga jual untuk satu
unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya per unit ditambah
dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang diinginkan pada unit tersebut.
Rumus : Biaya Total + Marjin = Harga jual
2. Mark-Up Pricing Method
Variasi lain dari metode cost-plus adalah mark-up pricing method yang
banyak dipakai para pedagang. Pedagang yang membeli barang-barang
dagangan akan menentukan harga jual setelah menambah harga beli dengan
sejumlah mark-up.
Rumus: Harga Beli + Mark Up = Harga Jual

Dari penjelasan mengenai metode penetapan harga jual di atas, dapat


dikatakan bahwa terdapat banyak faktor yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual. Metode yang digunakan oleh
perusahaan disesuaikan dengan jenis perusahaan dan produk yang dijualnya.
file:///E:/DATA%20KK/Tugas%20Akhir/docdownloader.com_bab-ii-tinjauan-
pustaka-21-biaya-211-biaya-secara-umum-2111-pengertian-biaya-secara-
umum.pdf

II-1

Anda mungkin juga menyukai