II-1
II-2
barang jadi yang siap untuk dijual. Suatu perusahaan perlu mengetahui tentang
besarnya harga pokok produksi yang dihasilkan karena informasi ini dapat
dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam menentukan harga jual maupun
untuk memperkirakan besarnya keuntungan yang akan diperoleh dari hasil
penjualan barang tersebut.
Terdapat beberapa pengertian harga pokok produksi yang dikemukaan
oleh beberapa ahli:
Harga pokok produksi merupakan akumulasi perhitungan dari biaya-biaya
yang dibebankan ke dalam produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Menurut
Bastian Bustami Nurlela (2013:49)[1] harga pokok produksi adalah akumulasi
biaya-biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses
awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir. Menurut Surjadi (2013:
4)[8] menyebutkan harga pokok produksi adalah bagian dari harga perolehan atau
harga beli aktiva yang ditunda pembebanannya atau yang belum dimanfaatkan
dalam rangka merealisasikan pendapatan. Sedangkan menurut Dewi dan Kristanto
(2013:13)[9] harga pokok produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk
diproses sampai selesai, baik sebelum maupun selama periode akutansi berjalan.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa Harga
Pokok Produksi adalah akumulasi biaya yang digunakan selama proses produksi
untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.yang siap jual dalam sebuah
periode akuntansi berjalan.
2.2.2 Komponen Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi adalah untuk mengetahui besarnya
biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk. Menurut
Mulyadi (2015:16)[5] bahwa komponen yang membentuk harga pokok produksi
adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi. Komponen biaya yang termasuk harga pokok produksi
adalah sebagai berikut:
II-6
a. Menurut Sifat
Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya terdiri dari enam
macam, yaitu :
1) Biaya Bahan Penolong
Biaya bahan penolong yaitu bahan yang tidak menjadi bagian produk
jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetaplah
nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi
tersebut.
2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan, biasanya berupa biaya suku
cadang (spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan
harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan
perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, kendaraan, dan aktiva
lainnya yang diguna kan untuk keperluan pabrik.
3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, yaitu tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk
atau pesanan tertentu.
4) Biaya yang Timbul Sebagai Akibat Penilaian terhadap Aktiva Tetap
Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah biaya-
biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan
equipmen, dan aktiva tetap lain yang digunakan pabrik.
1) Biaya Overhead Pabrik Lain yang Secara Langsung Memerlukan
Pengeluaran Uang Tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk ke
dalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada
pihak luar, misalnya biaya listrik PLN, dsb. (air, telepon)
Tabel II.3
Jurnal Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
Tanggal Jurnal Reff Debit Kredit
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
(Pembebanan BOP kepada pesanan)
Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
(Penutup BOP yang dibebankan)
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Persediaan Bahan Penolong xxx
Gaji dan Upah xxx
(BOP Sesungguhnya)
Selisih Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
(Selisih BOP)
Sumber: Mulyadi:194
II-10
Dari beberapa pengertian metode harga pokok pesanan di atas maka dapat
dikatakan bahwa metode harga pokok pesanan merupakan pengumpulan
biaya produksi untuk menentukan harga pokok produk yang diterapkan pada
perusahaan yang menghasilkan produk berdasarkan pesanan.
II-11
Tabel II.4
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Full Costing
Sumber: Mulyadi:18
2. Variabel costing
sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan,
kontrak, tumpukan produk atau pesanan pelanggan yang spesifik.
Pendekatan yang dipakai oleh perusahaan dalam membuat laporan adalah
full costing. Menurut Bustami dan Nurlela (2013:48)[2] metode full costing
adalah suatu metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya
memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja. Sedangkan Menurut
Mulyadi (2012:17)[11] metode full costing adalah metode penentuan harga
pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam
harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap.
3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan istilah
overhead pabrik.
4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi
pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga pokok pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.
5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi
dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan
tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang
bersangkutan.
Sedangkan karakteristik metode harga pokok pesanan menurut Surjadi (2013:23)
[19] adalah sebagai berikut :
1. Tujuan produksi: melayani pesanan pembeli yang bentuknya tergantung pada
spesifikasi pemesan, sifat produksinya terputus-putus, dan tiap-tiap pesanan
dapat dipisahkan identitasnya secara jelas.
Dari beberapa uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa untuk dapat
menghasilkan harga pokok pesanan yang baik maka perhitungan harga pokok
pesanan harus memenuhi karakteristik tertentu diantaranya memproduksi produk
sesuai dengan spesifikasi pemesan, harga pokok produksi dihitung secara
individual pada saat pesanan selesai diproduksi dan pesanan yang sudah selesai
segera diserahkan kepada pemesan.
Dari beberapa uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa harga pokok
pesanan bermanfaat bagi manajemen untuk menetapkan harga jual dan
pengendalian biaya pesanan.
Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa perhitungan harga pokok
pesanan didapat dari penjumlahan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik.
II-21
Penetapan harga jual dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal
maupun faktor eksternal perusahaan. Oleh karena itu perusahaan memerlukan
pertimbangan untuk menetapkan harga jual. Menurut Ahmad (1996:142)[1],
terdapat tiga faktor yang mempengaruhi harga jual, yaitu : (1) Tujuan Perusahaan,
(2) Situasi pasar meliputi: sifat, biaya, dan operasi, (3) Biaya produksi dan
operasi. Terdapat uraian dari masing – masing faktor yang mempengaruhi
penetapan harga jual, yaitu sebagai berikut :
1. Tujuan Perusahaan
Tujuan perusahaan merupakan faktor utama yang mempengaruhi dalam
penetapan harga jual, karena tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan
laba. Apabila ada kesalahan dalam penetapan harga jual dapat mengakibatkan
kegagalan perusahaan dalam menjual produknya dan pada akhirnya tujuan
perusahaan tidak akan tercapai atau perusahaan tidak akan mendapatkan laba.
2. Situasi Pasar
Situasi pasar merupakan faktor yang mempunyai pengaruh penting dalam
menentukan harga jual suatu produk, karena situasi pasar ini meliputi
konsumen, sifat biaya dan operasi. Dimana konsumen berupaya keras dalam
menawarkan harga pada produsen dengan harga yang rendah, sedangkan
produk tersebut dijual dengan harga tinggi. Hal ini bisa berpengaruh terhadap
situasi pasar yang tidak menetu karena harga tidak seimbang.
3. Biaya produksi dan operasi
Biaya produksi dan operasi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk
membuat barang dan biaya produk tersebut bisa sampai ketangan konsumen.
bengkel, mobil, dok kapal, dan perusahaan lain yang menjual jasa reparasi
dan bahan dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa. Volume jasa
dihitung berdasarkan waktu yang diperlukan untuik melayani konsumen,
sehingga perlu dihitung harga jual per satuan waktu yang dinikmati oleh
konsumen. Sedangkan volume bahan dan suku cadang yang diperlukan
sebagai pelengkap penyerahan jasa dihitung berdasarkan kuantitas bahan dan
suku cadang yang diserahkan jasa kepada konsumen, sehingga perlu dihitung
harga jual per satuan bahan dan suku cadang yang dijual kepada konsumen.
tersebut dijadikan satu, kemudian ditambah jumlah tertentu dari biaya tidak
langsung serta laba yang diinginkan. Metode ini banyak digunakan oleh
perusahaan-perusahaan jasa dan perusahaan profesional.
5. Return on Capital Employed Pricing
Return on capital employed pricing yaitu metode yang menentukan
persentase mark up tertentu dari capital employed, yaitu kapital yang
dianggap mempunyai peranan dalam memproduksi barang dan jasa.
II-1