Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI


2.1. Biaya
2.1.1 Pengertian Biaya
Bagi perusahaan yang bergerak di bidang produksi, istilah biaya sangat
penting artinya, sebab biaya harus relevan dengan proses produksi yang sedang
dibiayainya. Pada dasarnya biaya diukur dari sumber-sumber ekonomi yang
dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang akan dipergunakan dalam
aktivitas perusahaan. Biaya sangat berpengaruh terhadap suatu kemajuan
perusahaan karena mempengaruhi laba yang dihasilkan. Jika biaya lebih besar dari
pendapatan maka perusahaan akan mengalami kerugian tetapi jika biaya lebih
kecil dari pendapatan maka perusahaan akan mendapatkan keuntungan.
Ada banyak definisi mengenai biaya menurut para ahli. Menurut Dunia
dkk. (2020:5)[5], biaya merupakan nilai pengorbanan untuk memperoleh barang
atau jasa yang mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Biaya
biasanya tercermin sebagai asset perusahaan dalam laporan posisi keuangan.
Menurut Mulyadi (2015:8)[5], mendefinisikan biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Adapun menurut Dewi dan
Kristanto (2013:4)[10], biaya diartikan sebagai sumber daya yang dilepaskan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari ketiga pengertian biaya di atas dapat disimpulkan bahwa biaya
merupakan suatu pengorbanan ekonomi dalam satuan uang yang telah atau akan
terjadi untuk memperoleh manfaat atau tujuan tertentu dari pengorbanan tersebut.
2.1.2 Klasifikasi Biaya
Biaya dalam suatu perusahaan merupakan suatu komponen yang sangat
penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam usaha mencapai tujuan.
Tujuan itu dapat tercapai apabila biaya yang dikeluarkan sebagai suatu bentuk
pengorbanan oleh perusahaan telah diperhitungkan secara tepat dan akurat.
Pengklasifikasian biaya diperlukan untuk menyajikan informasi biaya yang
digunakan atas dasar tujuan yang hendak dicapai perusahaan.

II-1
II-2

Berkaitan dengan hal tersebut Mulyadi (2015:13), mengklasifikasikan


biaya kedalam 5 (lima) bagian, yaitu :
1. Menurut objek pengeluaran
Penggolongan ini didasarkan atas nama objek pengeluarannya, misalnya nama
objek pengeluaran bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan
dengan bahan bakar disebut dengan biaya bahan bakar.
2. Menurut fungsi pokok dalam perusahaan
Dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok yaitu :
a. Biaya produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produksi jadi yang siap untuk dijual. Contohnya: biaya bahan
baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan dan lain-lain.
b. Biaya pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk.
c. Biaya administrasi dan umum
Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan
pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan bagian
keuangan, akuntansi, personalia dan bagian hubungan masyarakat, biaya
pemeriksaan akuntan, biaya photocopy.
3. Menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokan
menjadi dua golongan:
a. Biaya langsung (Direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
b. Biaya tidak langsung (Indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan
oleh sesuatu yang dibiayai.
4. Menurut perilakunya
II-3

Biaya yang digolongkan menurut perilaku dalam hubungannya dengan


perubahan volume kegiatan dapat dikelompokan menjadi:
a. Biaya variable, adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. Contohnya biaya bahan baku.
b. Biaya semivariabel, adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
c. Biaya semifixed, adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
d. Biaya tetap, adalah biaya yang jumlah totalnnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi.
5. Menurut jangka waktu manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:
a. Pengeluaran modal (Capital expenditures)
Pengeluaran modal adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu
periode akuntansi ( biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender)
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.
Dari penjelasan mengenai penggolongan biaya di atas, kita dapat
mengetahui bahwa penggolongan biaya tergantung pada tujuan penggunaannya.
Tidak semua penggolongan biaya dipakai oleh perusahaan. Perusahaan dapat
menerapkan salah satu dari beberapa penggolongan biaya yang dianggap perlu
dalam kegiatan operasionalnya.
2.2. Sistem Biaya
Setelah dilakukan penggolongan biaya yang bertujuan untuk
mempermudah dalam memberikan informasi biaya dalam menentukan harga
pokok produksi, terdapat sistem biaya yang merupakan serangkaian kegiatan
dalam rangka menentukan biaya produksi dan harga pokok produk dalam suatu
proses produksi (Mursyidi 2010:25)[7].
II-4

Mursyidi (2010:26)[7] menyebutkan juga bahwa ada tiga jenis sistem yang
dapat digunakan untuk mengalokasikan dan membebankan biaya ke unit produksi,
yaitu:
1. Sistem Biaya Sesungguhnya (Actual cost system)
Dalam sistem biaya sesungguhnya, disebut sistem biaya historis (historical
cost system), biaya dikumpukan dan diperhitungkan terhadap harga pokok
produk berdasar biaya yang telah terjadi, atau biaya yang telah dikeluarkan
dalam suatu proses produksi.
2. Sistem Biaya Standar (Standard Cost System)
Dalam sistem biaya standar, harga pokok produksi serta operasi produksi
dihitung berdasarkan biaya yang telah ditentukan dimuka (pre-determined
cost) baik dari segi kualitas maupun nilai uangnya.
3. Sistem Biaya Normal (Normal Cost System)
Dalam mengatasi masalah atau kelemahan biaya actual, dikembangkan sistem
biaya normal dimana hanya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung
yang dicatat (diukur) berdasarkan jumlah sesungguhnya, sedangkan biaya
overhead pabrik dicatat berdasarkan tarif ditentukan dimuka (pre-determined
overhead rate).

2.3. Harga Pokok Produksi


2.3.1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi merupakan akumulasi biaya yang terjadi dan


dibebankan dalam proses produksi. Perhitungan harga pokok produksi
memberikan informasi tentang berapa besarnya biaya yang dikeluarkan dalam
pengolahan bahan baku sampai menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Suatu
perusahaan perlu mengetahui tentang besarnya harga pokok produksi yang
dihasilkan karena informasi ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
menentukan harga jual maupun untuk memperkirakan besarnya keuntungan yang
akan diperoleh dari hasil penjualan barang tersebut.
Terdapat beberapa pengertian harga pokok produksi yang dikemukaan
oleh beberapa ahli. Menurut Mulyadi (2015:14)[5], harga pokok produksi
II-5

merupakan sejumlah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi yang siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin,
biaya bahan baku, biaya bahan penolong dan biaya gaji karyawan. Menurut
Nafarin (2015:497)[3], harga pokok produksi atau biaya produk adalah semua
biaya yang berkaitan dengan produk (barang) yang diperoleh, dimana didalamnya
terdapat unsur biaya produk berupa biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik. Menurut Bastian Bustami Nurlela (2013:40)
[6], harga pokok produksi adalah bagaimana memperhitungkan biaya kepada
suatu produk atau pesanan atau jasa, yang dapat dilakukan dengan cara
memasukan seluruh biaya produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi
variable saja. Sedangkan menurut Dewi dan Kristanto (2013:13)[9], harga pokok
produksi adalah biaya barang yang dibeli untuk diproses sampai selesai, baik
sebelum maupun selama periode akutansi berjalan.
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa Harga
Pokok Produksi adalah akumulasi biaya yang digunakan selama proses produksi
untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi.yang siap jual dalam sebuah
periode akuntansi berjalan.
2.3.2. Komponen Harga Pokok Produksi
Perhitungan harga pokok produksi adalah untuk mengetahui besarnya
biaya produksi yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk. Menurut
Mulyadi (2015:16)[5] bahwa komponen yang membentuk harga pokok produksi
adalah biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk mengubah bahan baku
menjadi barang jadi. Yang termasuk kedalam komponen harga pokok produksi
adalah sebagai berikut:
II-6

1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)


Menurut Mulyadi (2015:275)[5] bahan baku langsung adalah bahan yang
membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Contohnya: busa yang
digunakan untuk membuat bantal. Sedangkan menurut Dunia, dkk. (2020:20)
[5] bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri secara
mudah dan ekonomis ke objek biaya, misalnya ke barang jadi. Berdasarkan
dari para ahli dapat dikatakan bahwa biaya bahan baku langsung adalah biaya
yang timbul akibat pemakaian suatu bahan untuk membentuk bagian
menyeluruh dari produk jadi.

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)


Menurut Dunia dkk. (2020:20)[5] biaya tenaga kerja langsung adalah gaji
atau upah uang dibayarkan untuk semua tenaga kerja yang terlibat secara
langsung dalam proses produksi untuk menghasilkan barang jadi. Mulyadi
(2015:319)[5] mengatakan bahwa, biaya tenaga kerja adalah harga yang
dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia. Berdasarkan pendapat
dari para ahli maka dapat dikatakan bahwa biaya tenaga kerja adalah biaya
yang dibayarkan kepada tenaga kerja (manusia) yang mengeluarkan usaha
untuk mengolah produk.
3. Biaya Overhead Pabrik
Dunia dkk. (2020:20)[5] menyebutkan biaya overhead pabrik (factory
overhead) adalah semua biaya untuk memproduksi suatu produk selain biaya
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Menurut Dewi dan
Kristanto (2013:13)[9] biaya overhead pabrik (biaya produksi tidak
langsung) adalah seluruh biaya manufaktur yang terkait dengan objek biaya
namun tidak dapat ditelusuri ke objek biaya (barang dalam proses dan
kemudian barang jadi) dengan cara ekonomis. Berdasarkan pendapat diatas
dapat dikatakan bahwa biaya overhead pabrik adalah seluruh biaya dalam
proses produksi, yang tidak dapat digolongkan dalam biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi (2015:194)[5] biaya overhead
pabrik dapat digolongkan dalam tiga cara penggolongan, yaitu:
a. Menurut Sifat
II-7

Penggolongan Biaya overhead pabrik menurut sifatnya terdiri dari enam


macam, yaitu:
1) Biaya Bahan Penolong, yaitu bahan yang tidak menjadi bagian produk
jadi atau bahan yang meskipun menjadi bagian produk jadi tetaplah
nilainya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga pokok produksi
tersebut.
2) Biaya Reparasi dan Pemeliharaan, biasanya berupa biaya suku cadang
(spareparts), biaya bahan habis pakai (factory supplies) dan harga
perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan
dan pemeliharaan emplasemen, kendaraan, dan aktiva lainnya yang
digunakan untuk keperluan pabrik.
3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung, yaitu tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk
atau pesanan tertentu.
4) Biaya yang Timbul sebagai Akibat Penilaian terhadap Aktiva Tetap,
biaya-biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya-biaya depresiasi emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin
dan equipment, dan aktiva tetap lain yang digunakan pabrik.
5) Biaya Overhead Pabrik Lainn yang Secara Langsung Memerlukan
Pengeluaran Uang Tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk
kedalam kelompok ini adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada
pihak luar, misalnya biaya listrik PLN, dsb.
b. Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume
Produksi
Biaya Overhead menurut penggolongan di bagi menjadi tiga yaitu:
1) Biaya overhead Tetap, yaitu biaya overhead yang tidak berubah dalam
kisaran perubahan volume kegiatan tertentu.
2) Biaya overhead Variabel, yaitu biaya overhead yang berubah
sebanding dengan volume kegiatan.
3) Biaya overhead Semivariabel, yaitu biaya overhead yang berubah
tidak sebanding dengan volume kegiatan.
II-8

c. Menurut Hubungannya dengan Departemen


Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya terdiri dari dua
macam yaitu:
1) Biaya overhead pabrik langsung departemen yaitu biaya overhead
yang terjadi dalam departemen tertentu dan manfaatnya hanya
dinikmati departemen tersebut. Contoh: biaya gaji mandor departemen
produksi.
2) Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen, yaitu biaya
overhead yang manfaatnya dinikmati lebih dari satu departemen.
Contoh : Biaya depresiasi gedung.
2.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Pengumpulan harga pokok produksi sangat ditentukan oleh cara produksi.
Menurut Dunia dan Abdullah (2019:53)[4] ada dua macam pengumpulan harga
pokok produksi yaitu:
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job-Order Cost Method)
2. Metode Harga Pokok Proses (Prosess Cost Method)
Adapun penjelasan mengenai kedua metode tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:

2.4.1. Metode Harga Pokok Pesanan


Perusahaan yang menggunnakan metode harga pokok pesanan melakukan
pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar, maka
biaya-biaya produksi secara terus menerus dicatat dan dibebankan kepada masing-
masing pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau dihasilkan, seperti bahan
langsung dan tenaga kerja langsung. Pekerjaan pesanan merupakan suatu jumlah
unit satuan produk, sehingga harga pokok produk per unit yang dihasilkan
dihitung dengan membagi total biaya produk untuk masing-masing pesanan
dengan jumlah satuan produk dari pesanan-pesanan tersebut (Dunia dan Abdullah
2019:53)[4].

Menurut Mulyadi (2015:38)[5] karakterisrik perusahaan tersebut adalah


sebagai berikut:
II-9

1. Proses pengolahan produk terjadi secara terputus-putus. Jika pesanan yang


satu selesai dikerjakan, proses produksi dihentikan, dan dimulai dengan
pesanan berikutnya.

2. Produk dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan oleh


pemesan. Dengan demikian pesanan yang satu dapat berbeda dengan
pesanan lain.

3. Produksi ditujukan untuk memenuhi pesanan, bukan untuk memenuhi


persediaan di gudang.

2.4.1.1. Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan

Karakteristik usaha perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan


berpengaruh terhadap pengumpulan biaya produksinya. Menurut Mulyadi
(2015:38)[5] metode pengumpulan biaya produksi dengan menggunakan metode
harga pokok pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan


spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga pokok
produksinya secara individual.

2. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan


produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung.

3. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung disebut dengan
istilah overhead pabrik.

4. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok produksi


pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, sedangkan
biaya overhead pabrik diperhitungkan kedalam harga pokok pesanan
berdasar tarif yang ditentukan di muka.

5. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
II-10

untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam
pesanan.

2.4.2. Metode Harga Pokok Proses

Selain perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan, terdapat


perusahaan yang berproduksi secara massa melaksanakan produksinnya
berdasarkan proses. Menurut Dunia dan Abdullah (2019:53)[4] perusahaan yang
berproduksi berdasarkan proses melaksanankan produksi secara masal/banyak dan
homogen secara berkesinambungan, maka dapat digunakan metode harga pokok
proses yang mengakumulasi data biaya berdasarkan departemen-departemen di
mana proses produksi dilaksanakan. Contoh industry yang melakukan proses
produksi secara masal ini adalah baja, semen, bahan kimia, kertas, dan tekstil.

2.4.2.2. Karakteristik Metode Harga Pokok Proses

Menurut Widilestariningtyas, dkk (2012:38)[1] metode pengumpulan biaya


produksi ditentukan oleh karakter proses produk perusahaan. Dalam perusahaan
yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah sebagai berikut :

a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

b. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.

c. Kegiatan produksinya dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang


berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dikatakan bahwa perbedaan antara harga


pokok pesanan dan harga pokok proses, yaitu:

Tabel 2.1
Perbedaan Harga Pokok Pesanan dan Harga Pokok Proses

Aspek Harga Pokok Pesanan Harga Pokok Proses


Per departemen
Pengumpulan
Berdasarkan pesanan produksi per periode
biaya produksi
akuntansi
Perhitungan Dilakukan pada saat Dilakukan setiap
II-11

akhir periode
harga pokok per pesanan telah selesai
akuntansi(akhir
satuan produk diproduksi
bulan)
Sifat produksi Spesifikasi pemesan Homogen dan standar
Tujuan produksi Melayani pesanan Mengisi persediaan

2.5 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi


Metode penentuan harga pokok produksi adalah suatu cara
memperhitungkan unsur-unsur biaya produksi ke dalam harga pokok produksi.
Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi,
terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variable costing.
Mulyadi (2015:17)[5] membagi metode penentuan harga pokok produksi
menjadi dua, yaitu:
1. Full costing
Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam harga pokok
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap. Dengan
demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari
unsur biaya produksi berikut ini:

Perhitungan Harga Pokok Produksi


Metode Full Costing

Biaya Bahan Baku xxx  


Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx  
Biaya OverheadPabrik Variabel xxx  
Biaya Overhead Pabrik Tetap xxx  
Biaya Produksi   xxx
Sumber: Mulyadi (2015:18)
Gambar II-1
Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode Full Costing
II-12

Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri
dari unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variable, dan biaya overhead pabrik
tetap) ditambah dengan biaya non-produksi (biaya pemasaran, biaya
administrasi dan umum).

2. Variabel costing

Variabel costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang


hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke
dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan
demikiann harga pokok produksi menurut metode variable costing terdiri
dari unsur biaya produksi berikut ini:

Perhitungan Harga Pokok Produksi


Metode Full Costing

Biaya Bahan Baku xxx  


Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx  
Biaya OverheadPabrik Variabel xxx  
Biaya Produksi   xxx
Sumber: Mulyadi(2015:19)
Gambar II-1
Perhitungan Harga Pokok Produksi Metode Variable Costing

Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan variable costing


terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel yaitu biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel ditambah
dengan biaya non-produksi variabel yaitu biaya pemasaran variabel, biaya
administrasi dan umum variabel ditambah biaya tetap yaitu biaya overhead
pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap.
file:///E:/DATA%20KK/Tugas%20Akhir/docdownloader.com_bab-ii-tinjauan-
pustaka-21-biaya-211-biaya-secara-umum-2111-pengertian-biaya-secara-
umum.pdf

II-1

Anda mungkin juga menyukai