Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Akuntansi

Akuntansi adalah suatu proses pencatatan transaksi keuangan, yang

akan menghasilkan laporan keuangan yang dibutuhkan oleh berbagai pihak.

Pihak yang dimaksud adalah pihak berkepentingan dalam setiap organisasi,

maupun perusahaan baik dalam masyarakat maupun pemerintah.

Atkinson(2011) mendefinisikan akuntansi sebagai proses

mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk

memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi

mereka yang menggunakan informasi tersebut.

Menurut Charles T. Horngren, dan Walter T. Harison (2011) Akuntansi

merupakan sistem informasi yang mengukur sistem aktifitas bisnis

memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada

para pengambil keputusan.

2.1.2 Akuntansi Biaya

Akuntansi biaya adalah suatu proses pencatatan keuangan yang

didalamnya terjadi penggolongan dan peringkasan atas suatu biaya produksi,

penjualan produk ataupun jasa menggunakan suatu cara tertentu lengkap

dengan penjelasannya. Akuntansi biaya sangat dibutuhkan oleh setiap

perusahaan, karena data historis yang disajikan dalam pencatatannya akan


sangat penting digunakan oleh manajemen dalam mengambil keputusan atau

kebijakan diwaktu yang akan datang.

Menurut Mulyadi (2010) akuntansi biaya adalah proses pencatatan,

penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan

produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya.

Kholmi dan Yuninsih (2009) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai proses

pelacakan, pencatatan, pengalokasian, serta pelaporan yang disertai analisis

terhadap berbagai macam biaya-biaya yang berkaitan dengan aktivitas

produksi sebuah perusahaan dalam menghasilkan barang atau jasa.

2.1.3 Biaya Dan Penggolongannya

Menurut Mulyadi (2012) mendefinisikan dalam arti luas biaya adalah

pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah

terjadi atau mungkin terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan

dalam arti sempit biaya merupakan bagian dari harga pokok yang

dikorbankan dalam usaha untuk memperoleh penghasilan.

Supriyono (2011) membedakan biaya kedalam dua pengertian yang

berbeda yaitu biaya dalam arti cost dan biaya dalam arti expense. Biaya dalam

arti cost (harga pokok) adalah jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang

dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang diperlukan perusahaan, baik

pada masa lalu (harga perolehan yang telah terjadi) maupun pada masa yang

akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Sedangkan expense (beban)

adalah biaya yang dikorbankan atau dikonsumsi dalam rangka memperoleh

pendapatan (revenues) dalam suatu periode akuntansi tertentu.


Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya adalah

sumber ekonomi yang dapat diukur dengan satuan moneter yang dikeluarkan

untuk memperoleh penghasilan.

Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan menjadi beberapa macam.

Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak

dicapai dengan penggolongan tersebut. Ada beberapa penggolongan biaya

sebagai berikut:

1. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran

Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan

dasar penggolongan biaya, dimana biaya dapat digolongkan atas objek

yang dibiayai.

2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Didalam Perusahaan

Didalam perusahaan manufaktur terdapat tiga fungsi pokok biaya,

oleh karena itu biaya dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

a) Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengelolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Menurut objek

pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi:

 Biaya bahan baku, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

bahan yang menjadi bagian pokok dari produksi selesai.

 Biaya tenaga kerja langsung, adalah biaya yang dikeluarkan untuk

membayar tenaga kerja yang langsung menangani proses produksi.

 Biaya overhead pabrik, adalah biaya yang dikeluarkan bagian

produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung,
seperti biaya bahan penolong, gaji mandor, biaya tenaga kerja tidak

langsunglainnya, perlengkapan (supplies) pabrik, penyusutan, listrik

dan air, biaya pemeliharaan dan suku cadang, dll biaya dipabrik

(Sutrisno, 2000).

b) Biaya Pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produknya. Menurut Hansen dan

Mowen (2001), Mulyadi (2005) menggolongkan biaya pemasaran

menjadi dua golongan yaitu:

 Biaya untuk mendapatkan pesanan (order getting cost) yaitu semua

biaya yang dikeluarkan dalam usaha untuk memperoleh pesanan.

 Biaya untuk memenuhi pesanan (order filling cost) yaitu semua

biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengusahakan agar produk

sampai ketangan pembeli/konsumen.

c) Biaya Administrasi Dan Umum merupakan biaya-biaya untuk

mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.

3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya Dengan Produk Yang

Dibiayai

a) Biaya langsung adalah biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang

dibiayai, sehingga dapat mudah diidentifikasi atau dilacak pada objek

biaya.

b) Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, sehingga biaya ini tidak mudah

untuk diidentifikasi atau dilacak pada objek biaya.


4. Penggolongan Biaya Menurut Tingkah Laku Dalam Hubungannya Dengan

Volume Kegiatan

a) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah atau

(constant) dalam kisaran volume kegiatan tertentu.

b) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah bersama

dengan berubahnya volume kegiatan dimana perubahan tersebut

proporsional.

c) Biaya semi variabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

perubahan volume kegiatan.

5. Penggolongan Biaya Menurut Hubungannya Dengan Periode Pembukuan

Dalam hubungannya dengan periode pembukuan, biaya dapat digolongkan

menjadi dua yaitu:

a) Pengeluaran modal (capital expenditure) adalah pengeluaran biaya yang

manfaatnya dapat dinikmati untuk lebih dan satu periode akuntansi.

b) Pengeluaran penghasilan (revenue expenditure) adalah pengeluaran

biaya yang manfaatnya dapat hanya dinikmati pada periode yang

bersangkutan, yaitu periode yang terjadi biaya tersebut.

2.1.4 Harga Pokok Produksi

1. Pengertian Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2012) harga pokok produksi adalah total biaya-

biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang

siap jual.
Menurut Bustami dan Nurlela (2009) harga pokok produksi adalah

kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk

dalam proses awal dikurang persediaan produk dalam proses akhir.

Harga pokok produksi terikat pada periode waktu tertentu. Harga pokok

produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan

produk dalam proses awal dan akhir.

Perhitungan harga pokok produksi sangat mempengaruhi

penentuan harga jual suatu produk sekaligus penetapan laba yang

diinginkan. Dengan demikian ketepatan dalam melakukan perhitungan

harga pokok produksi benar-benar diperhatikan karena apabila terjadi

kesalahan dalam perhitungan akan menyebabkan kerugian bagi

perusahaan. Pada umumnya, sebagian besar dari perusahaan yang

menghasilkan barang-barang dan jasa masih menghadapi persoalan

dalam menentukan harga pokok produksi.

2. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Bustami & Nurlela (2010) Penentuan harga pokok adalah

bagaimana memperhitungkan biaya kepada suatu produk, pesanan atau

jasa yang dapat dilakukan dengan cara memasukkan seluruh biaya

produksi atau hanya memasukkan unsur biaya produksi variabel saja.

Metode penentuan kos produksi adalah cara memperhitungkan

unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi. Dalam memperhitungkan


unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua pendekatan full

costing dan variabel costing. Mulyadi (2016)

a) Metode full costing

Bustami & Nurlela (2010) Metode full costing adalah suatu metode

dalam penentuan harga pokok suatu produk dengan memperhitungkan

semua biaya produksi, seperti biaya bahan baku langsung, tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik tetap.

b) Metode variabel costing

Bustami & Nurlela (2010) Metode variabel costing adalah suatu

metode dalam penentuan harga pokok suatu produk, hanya

memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variabel saja seperti

bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik

variabel. Dalam metode ini biaya overhead tetap tidak diperhitungkan

sebagai biaya produksi tetapi biaya overhead tetap akan diperhitungkan

sebagai biaya periode yang akan dibebankan dalam laporan laba rugi

tahun berjalan.

2.1.5 Biaya Bersama

Mursyidi (2010) Biaya bersama (joint cost) atau dikenal juga dengan

biaya produksi bersama (joint production cost) adalah biaya produksi yang

tersiri dari bahan baku, tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang

sama dalam satu kali proses produksi menghasilkan berbagai jenis produk

utama. Jenis jenis produk yang dihasilkan tersebut dapat dibedakan

berdasarkan kualitas, bentuk fisik, sifat dan lain sebagainya. Biaya bersama
terjadi karena satu fasilitas atau proses terpaksa digunakan untuk mengelolah

beberapa produk sekaligus karena secara teknis atau ilmiah beberapa produk

tersebut tidak dapat dipisahkan pengelolahannya sampai titik pisah tertentu.

Mulyadi (2011). Biaya produk bersama adalah biaya yang dikeluarkan

sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam

produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Bastian Bustami dan Nurlela (2009) menjelaskan yang dimaksud

dengan biaya bersama adalah biaya yang diolah secara bersama seperti biaya

tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik untuk menghasilkan

beberapa produk.

Biaya bersama merupakan biaya yang diolah secara bersama sehingga

menghasilkan dua atau lebih produk dengan mengolah bahan baku secara

bersama. Perusahaan yang menghasilkan dua atau lebih produk perlu

mengalokasikan biaya yang dianggap sebagai biaya bersama agar dapat

menetukan harga pokok produksi dari masing-masing produk.

2.1.6 Metode Alokasi Biaya Bersama

Mulyadi (2012) biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap

produk bersama dengan menggunakan beberapa metode, sebagai berikut:

1. Metode Harga Pasar / Nilai Jual Relatif

Metode ini banyak digunakan untuk mengalokasikan biaya bersama

kepada produk bersama. Dasar pemikiran metode ini adalah bahwa harga jual
suatu produk merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

mengelolah produk tersebut.

Pada metode ini, perhitungan alokasi biaya bersama yang dilakukan

kepada setiap produk bersama didasarkan pada jumlah nilai jual yang didapat

dari formula.

Nilai Jual = Volume Produk dihasilkan x Harga Jual Per m3

Nilai jual yang didapat ini kemudian dihitung persentasinya, yaitu

dengan membagi jumlah nilai jual per produk terhadap jumlah seluruh nilai

jual.

Alokasi biaya produk bersama masing-masing produk ialah:

Alokasi Biaya Bersama = Nilai Relatif Per Produk x Total

Biaya Produk Bersama

2. Metode Satuan Fisik

Metode satuan fisik mencoba menetukan harga pokok produk bersama

sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir.

Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar

koefisien fisik, yaitu kontitas bahan baku yang terdapat dalam masing-masing

produk. Koefisien ini dinayatakan dalam satuan berat, volume atau satuan

lainnya.

Pada metode ini, perhitungan alokasi biaya produksi bersama yang

dilakukan kepada setiap produk bersama didasarkan pada satuan kuantitas

yang sama. Dalam hal ini, produksi secara bersama yang dihasilkan adalah
dengan satuan m3, sehingga pengalokasian dengan metode ini sama dengan

metode biaya rata-rata satuan

Biaya Rata-rata Satuan = Jumlah Biaya Produk Bersama

Jumlah Satuan Produk

3. Metode Rata-Rata Per satuan

Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan

diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan oleh

perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk bersama dari suatu

proses tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini harga pokok masing-

masing produk dihitung sesuai dengan proporsi kuantitas yang diproduksi.

Formulasi alokasi biaya yang terpakai untuk masing-masing produk

ialah:

Biaya Rata-rata Satuan = Jumlah Biaya Produk Bersama

Jumlah Satuan Produk

Alokasi biaya produk bersama untuk masing-masing produk, sebagai

berikut:

Alokasi Biaya Bersama = Kuantitas Produk dihasilkan x

Alokasi Biaya Produksi Bersama

Rata-rata Satuan
Perhitungan alokasi biaya produksi bersama diperoleh dengan formula:

Alokasi Biaya Produksi Bersama = Kuantitas Produk Yang

dihasilkan x Harga

Pokok Per m3

4. Metode Rata-Rata Tertimbang

Jika dalam metode rata-rata biaya per satuan dasar yang dipakai dalam

mengalokasikan biaya bersama adalah kuantitas produksi, maka dalam

metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi dikalikan terlebih dahulu

dengan angka penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar

alokasi. Penentuan angka penimbang untuk tiap-tiap produk didasarkan pada

jumlah bahan yang dipakai, sulitnya pembuatan produk.

Pada metode ini, perhitungan alokasi biaya produk bersama dilakukan

yaitu dengan memberikan faktor penimbang kepada setiap jenis produk

didalam menikmati biaya bersama. Penimbang yang digunakan adalah

kuantitas tiap jenis produk dibagi total produk yang dihasilkan dikali seratus.

Nilai Penimbang = Kuantitas Tiap Jenis Produk x 100

Total Produk Yang dihasilkan

Alokasi biaya produksi bersama untuk masing-masing produk pada

metode ini, dihitung dari:

Alokasi Biaya Bersama = Persentase atas Nilai Penimbang x

Total Biaya Produksi Bersama


2.1.7 Profit / Laba

Salah satu tujuan utama dari kegiatan operasi perusahaan adalah

mendapatkan laba yang maksimal. Maka penting bagi manajemen

memperkirakan besarnya laba yang diharapkan oleh perusahaan.

Simamora (2002) Menjelaskan bahwa laba adalah perbedaan

pendapatan dengan beban, jikalau pendapatan melebihi beban maka hasilnya

adalah laba bersih. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba

adalah selisih pendapat dengan beban apabila pendapatan melebihi jumlah

beban yang dikeluarkan.

Daniel Wijaya (2001) menjelaskan pengertian laba adalah pendapatan

penjualan setelah dikurangi dengan biaya yang digunakan untuk menjalankan

usaha.

Soemarso (2004) menjelaskan laba (net income) merupakan selisih

lebih semua pendapatan dan keuntungan terhadap semua biaya-biaya

kerugian. Ahmed Riohi Belkaoui (2004) laba bersih merupakan kelebihan

dan kekurangan pendapatan dibandingkan dengan biaya yang telah habis

masa berlaku serta keuntungan dan kerugian dari perusahaan dari penjualan,

pertukaran, atau konversi lainnya dari aktiva.

1. Jenis- Jenis Laba

Laba adalah salah satu hal yang paling penting dalam sebuah perusahaan,

laba terdiri atas beberapa jenis yaitu:

a) Laba kotor merupakan selisih dari hasil penjualan dengan harga pokok

penjualan.
b) Laba operasional merupakan selisih antara laba kotor dengan total beban

operasional.

c) Laba bersih merupakan angka terakhir dalam perhitungan laba atau rugi

dimana untuk mencarinya laba operasional ditambah pendapatan lain-lain

dikurangi dengan beban lain-lain.

2. Pengklasifikasikan Laba

Laba yang didapat oleh perusahaan berbeda sesuai dengan urutan dan

jenisnya. Untuk memudahkan manajemen dalam menentukan laba apakah

yang akan dihasilkan oleh perusahaan. Laba yang akan dicapai tersebut

digolongkan terlebih dahulu, dikaitkan dengan penetapan pengukuran laba

menurut Supriyono (2009) adalah sebagai berikut:

a) Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan

harga pokok penjualan. Laba ini dinamakan laba kotor hasil penjualan

bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode

tertentu.

b) Laba bersih operasi perusahaan merupakan laba kotor dikurangi dengan

jumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.

c) Laba bersih sebelum potongan pajak merupakan pendapatan perusahaan

secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseroan, yaitu perolehan

apabila laba operasi dikurangi atau ditambah dengan selisih pendapatan

dan biaya lain-lainnya.

d) Laba kotor sesudah potong pajak merupakan laba bersih setelah ditambah

atau dikurangi dengan pendapatan dengan pajak perseroan.


3. Unsur-Unsur Laba

a) Pendapatan (revenue) adalah arus masuk atau penambahan nilai atas

aktiva suatu entitas atau penyelesaian kewajiban-kewajiban (atau

kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi

barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lain yang merupakan

operasi utama atau operasi inti berkelanjutan.

b) Beban (expense) adalah arus keluar atau pemakaian lain nilai aktiva

atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi keduanya) yang berasal

dari penyerahan barang, pemberian jasa, pelaksanaan aktivitas-

aktivitas lain yang merupakan operasi utama dari operasi inti yang

berkelanjutan dari suatu entitas.

c) Keuntungan (gain) adalah kenaikan ekuitas (aktiva bersih) yang

berasal dari transaksi periteral (menyatakan sesuatu yang bersifat

sampingan, tidak merupakan yang utama) atau insidental pada suatu

entitas dari transaksi lain dan kejadian serta situasi lain yang

mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau

investasi pemilik.

d) Kerugian (losses) adalah penurunan ekuitas atau aktiva bersih yang

berasal dari transaksi periteral (menyatakan sesuatu yang bersifat

sampingan, tidak merupakan hal yang utama) atau insidental pada

suatu entitas dari transaksi lain dan kejadian serta situasi lain yang

mempengaruhi entitas kecuali yang dihasilkan dari beban atau

distirbusi kepada pemilik.


4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laba

Menurut Mulyadi (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi laba antara

lain:

a) Biaya

Biaya timbul dari perolehan atau mengolah suatu produk atau jasa akan

mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.

b) Harga jual

Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume

penjualan produk atau jasa yang bersangkutan.

c) Volume penjualan dan produksi

Besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produksi

produk atau jasa tersebut, selanjutnya volume produksi akan

mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi.


2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

No Nama/Tahun Judul Metode Hasil


Penulis Penelitian Penelitian Penelitian
1. Faradhiba Analisis Penelitian Menunjukan bahwa
(2014) Alokasi Deskriptif alokasi biaya bersama
Biaya Kualitatif berdasarkan table
Bersama menggunakan perbandingan bahwa
Untuk metode nilai jual perbedaan pengalokasian
Menentukan relative. biaya berbeda karena
Harga Pokok UD.Vanela
Produksi memperhitungkan harga
Pada UD. pokok produk untuk
Vanela keseluruhan produk
sehingga biaya-biaya
yang seharusnya
dialokasikan tiap produk
tidak dialokasikan dengan
sesuai sedangkan untuk
perhitungan alokasi biaya
bersama sesuai dengan
pengalokasian biaya yang
seharusnya.

2. Intan Pitriani Analisis Penelitian Menunjukan bahwa


(2014) Alokasi Kualitatif perhitungan harga
Biaya menggunakan produksi dengan cara
Bersama metode joint mengalokasikan biaya
Untuk cost dengan bersama dengan
Produk pendekatan menggunakan metode
Bersama metode full nilai jual relatif atau
Dalam costing metode nilai harga pasar
Menentukan memperoleh hasil yaitu
Harga Pokok harga pokok produksi dari
Produksi masing-masing produk
Tempat jauh lebih rendah dari
Aqua Gelas harga jual yang ditetapkan
Pada UD. oleh perusahaan.
Suradi
3. Ayu Wandira Analisis Penelitian Dalam menghitung
(2019) Alokasi kuantitatif alokasi biaya bersama,
Biaya dengan metode perusahaan menggunakan
Bersama analisis metode rata-rata
Dalam deskriptif tertimbang, namun
Menentukan komperatif didapatkan hasil yang
Harga Pokok hampir sama antara
Produksi, produk eks tebu dengan
Joint-Product tetes, dengan
dan By- perbandingan harga jual
Product pada dipasar produk eks tebu
PT. Pabrik jauh lebih tinggi
Gula Takalar dibandingkan dengan
tetes. Maka menurut teori
seharusnya menggunakan
metode harga pasar.
4. Hanifah, Analisis Metode analisis Menunjukan bahwa
Handayani, dan Alokasi deskriptif berdasarkan beberapa
Bintara (2020) Biaya kuantitatif metode alokasi biaya
Bersama bersama yang diuji
Pada PT. dengan beberapa kriteria
Sandimas yang signifikan,
Katusa khususnya gross margin
Keramik percentage PT. Sandimas
Industri Katusa Keramik Industri
dapat disimpulkan bahwa
metode yang efektif
digunakan oleh
perusahaan pada periode
bulan januari 2018 adalah
metode NRV.
5. Putri Ayu Analisis Penelitian Menunjukan bahwa
Lestari (2022) Alokasi deskriptif pabrik roti Carissa belum
Biaya kualitatif, jenis menggunakan alokasi
Bersama data yang biaya bersama dalam
Dalam digunakan menentukan harga pokok
Menentukan kualitatif dan produksinya, perusahaan
Harga Pokok kuantitatif hanya menghitung harga
Produksi pokok produksi dengan
Pada Pabrik metode sederhana dan
Roti Carissa masih didasarkan pada
Kabupaten asumsi.
Bogor

Sumber data dari penelitian terdahulu: Faradhiba (2014), Intan Pitriani


(2014), Ayu Wandira (2019), Hanifah, Handayani, dan Bintara (2020), &
Putri Ayu Lestari (2022).
2.3 Kerangka Pemikiran

UD Si Dalle-dalle adalah usaha yang memproduksi beras, dedak dan menir.

Dalam proses produksi produk tersebut dibutuhkan alternatif yaitu perhitungan

biaya bersama dari masing-masing produk. Biaya bersama (joint cost) metode

yang digunakan dalam perhitungan biaya bersama pada UD Si Dalle-dalle yaitu

dengan mengacu kepada nilai jual relatif. Dalam perhitungan biaya bersama perlu

dibedakan antara produk utama dan produk sampingan. Dari hasil perhitungan

biaya bersama, maka kenaikan profit dari setiap produk dapat diketahui. Berikut

kerangka pikir yang telah dijabarkan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

UD SI DALLE-DALLE

BIAYA BERSAMA

PENGALOKASIAN
BIAYA BERSAMA

PRODUK PRODUK
UTAMA SAMPINGAN

ANALISIS DATA

LABA

HASIL

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai