KOMPETENSI DASAR
3.8. Menghitung harga pokok produksi
4.8. Menentukan BEP dan keuntungan usaha
MATERI
A. Harga Pokok
1. Pengertian Biaya
Biaya merupakan data yang paling penting bagi akuntansi secara keseluruhan. Dalam
akuntansi terdapat istilah cost dan expenses yang berbeda-beda. Pengertian biaya dapat
dipandang dari dua sudut, yaitu:
- pengertian biaya (expenses)
- pengertian biaya sebagai harga pokok (cost).
Biaya didefinisikan sebagai harga perolehan atau harga pokok (cost) adalah :
jumlah yang dapat diukur dalam satuan uang dalam bentuk kas yang dibayarkan, nilai
aktiva lainnya yang diserahkan atau dikorbankan, hutang yang timbul atau tambahan
modal, dalam rangka pemilikan barang dan jasa yang dibutuhkan perusahaan baik
masa lalu (harga perolehan yang terjadi) maupun pada masa yang akan datang (harga
perolehan yang akan terjadi).
Dari hasil penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa harga pokok pada suatu saat dapat
berubah menjadi biaya.Selama produk belum laku dijual, maka harga pokok tersebut masih
merupakan harga pokok dalam pengertian aktiva. Apabila hasil produksi tersebut terjual, maka
harga pokok berubah menjadi biaya, yaitu sebagai harga pokok penjualan yang akan
dipertemukan dengan penghasilan dalam periode yang bersangkutan.
3. Hansen dan Mowen (2012) biaya adalah kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini atau di masa depan bagi
organisani. Biaya dikatakan sebagai setara kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan
barang atau jasa yang diinginkan.
Berdasarkan beberapa pengertian yang ada di atas, maka dapat disimpulkan bahwa :
BIAYA adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang dengan
tujuan untuk memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang.
2. Objek Biaya
Menurut Ilham (2013) pada dasarnya OBJEK BIAYA adalah setiap kegiatan atau aktivitas
yang memerlukan adanya pengukuran atau penentuan biayanya secara tersediri.
3. Penggolongan Biaya
1) Objek pengeluaran.
Dalam penggolongan berdasarkan obyek pengeluaran merupakan dasar dari penggolongan
biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan baku, maka semua pengeluaran
yang berhubungan dengan bahan baku disebut dengan “biaya bahan baku”
Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi dibagi menjadi: biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead
cost).
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut juga dengan biaya utama (prime
cost), sedangkan biaya kerja langsung dan biaya overhead pabrik sering disebut dengan
biaya konversi (convertion cost), yang merupakan biaya untuk mengkonversi (mengubah)
bahan baku menjadi produk jadi.
a. Biaya Produksi
yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Biaya produksi dapat digolongkan
kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
b. Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan
pemasaran produk.
Contohnya adalah biaya iklan; biaya promosi; biaya pendalaman dinas; biaya gaji
manajer, biaya perjalanan dinas, dan lain-lain.
d. Biaya keuangan
yaitu semua biaya yang berhubungan dengan kegiatan keuangan atau penyediaan dana
yang diperlukan perusahaan, misalnya biaya bunga.
Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
Biaya langsung departemen (direct departemental costs) adalah semua biaya yang
terjadi di dalam departemen tertentu.
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya
produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead costs).
c. Biaya Semifixed
Biaya semifixed adalah biaya tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
dengan jumlah yang konstan pada volume produksi tertentu.
Menurut Hansen dan Mowen (2013) harga pokok produksi (cost of goods manufactured)
mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang hanya
dibebankan terhadap barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur dari bahan langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa harga pokok produksi adalah :
semua biaya, baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk memproduksi
suatu barang selama periode tertentu.
Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan pada produk karena pengamatan secara fisik dapat
digunakan dalam mengukur kuantitas yang dikonsumsi setiap produk.Bahan yang menjadi
bagian produk berwujud atau bahan yang digunakan dalam penyediaan jasa umumnya
diklasifikasikan sebagai bahan langsung.
Seperti halnya bahan langsung, pengamatan secara fisik dapat digunakan dalam mengukur
kuantitas karyawan yang terlibat dalam memproduksi suatu produk dan jasa.Karyawan yang
mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa kepada pelanggan
diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.
c. Overhead
Semua biaya produksi – selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung – dikelompokkan
dalam satu kategori yang disebut overhead.
Pada perusahaan manufaktur, overhead juga dikenal sebagai bahan pabrik (factory burden) atau
overhead manufaktur (manufacturing overhead).Kategori biaya overhead memuatberbagai
hal.Selain bahan langsung, banyak masukan diperlukan untuk membuat produk.
1. Biaya Bahan
a. Pengertian biaya bahan
Bahan merupakan istilah yang digunakan untukmenyebutkan barang-barang yang diolah
dalam prosesproduksi menjadi produk selesai.
Bahan yang diolah dibedakanmenjadi bahan baku dan bahan pembantu atau bahan
penolong.
Bahan baku adalah bahan yang dapat diidentifikasikan secaralangsung dengan
produk yang dihasilkannya, nilainya relatifbesar dan umumnya sifat bahan baku
masih melekat padaproduk yang dihasilkan.
Misalnya :
- Kedelai adalah bahan baku untuk produksi tempe.
- Kain adalah bahan baku untuk produksi pakaian
Nilai bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dinamakan dengan biaya bahan
baku, sedangkan nilai bahan pembantu atau bahan penolong yang digunakan dalam proses
produksi disebut dengan biaya bahan pembantu atau biaya bahan penolong.
Biaya Bahan= kuantitas bahan dalam proses produksi x harga beli bahan
c. Dalam suatu periode akuntansi seringkali terjadi fluktuasi harga sehingga harga beli bahan
baku menjadi berbeda-beda. Hal ini menyebabkan harga pokok persediaan bahan baku di
gudang berbeda satu sama lainnya, meskipun jenisnya sama. Oleh karena itu, timbul
masalah dalam penentuan harga pokok bahan baku yang digunakan dalam proses produksi.
Untuk mengatasinya, ada beberapa metode penentuan harga pokok produksi, yaitu :
Pembayaran kompensasi kepada tenaga kerja perusahaan pada dasarnya dikelompokan dalam
pengeluaran gaji dan upah.Gaji digunakan untuk menyebutkan kopensasi yang dibayarkan
secara regular dalam jumlah relatif tetap dan biasanya dibayar kepada tenaga yang memberi
jasa manajerial dan klerikal kepada perusahaan. Upah digunakan untuk menyebut kompensasi
yang dibayar berdasakan jam kerja, hari kerja, atau berdasarkan unit produksi atau jasa tertentu.
Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi lebih lanjut diklasifikasikan kedalam biaya tenaga
kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah
upah yang dibayarkan tenaga kerja yang secara langsung menangani proses pengolahan bahan
baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai.
Contoh upah tukang potong dan serut kayu dalam pembuatan mebel, tukang jahit, border,
pembuatan pola dalam pembuatan pakaian, tukang linting rokok dalam pabrik rokok, dan
operator mesin jika menggunakan mesin.
Sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada
tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolaan bahan. Formulasi yang bisa
digunakan dalam penentuan upah tenaga kerja langsung dalam perusahaan adalah sebagai
berikut :
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, buruh
tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya yang tidak secara mudah diidentifikasikan atau
dibebankan langsung pada suatu pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan biaya akhir tertentu
seperti kontrakkontrak pemerintah. Istilah lain yang dipakai untuk overhead pabrik adalah
beban pabrik, biaya pabrikase, biaya pabrikase tidak langsung (Carter dan Usry, 2006:
411).
Biaya overhead pabrik dapat dikelompokkan menjadi beberapa elemen sebagai berikut
(Mulyadi, 1993) :
6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya
reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN, dan
sebagainya.
Berdasarkan perubahannya terhadap perubahan volume produksi biaya overhead
pabrik dibagai menjadi 3 kategori, yaitu:
biayaoverhead pabrik variabel, yaitu biaya overhead pabrik yang jumlah totalnya
mengalami perubahan secara proporsional sesuai dengan perubahan volume
produksi.
biaya overhad pabrik tetap,yaitu biaya overhead pabrik yang dalam kapasitas
relevan jumlah totalnya tetap relevan meskipun volume produksi berbeda-beda.
biayaoverhead pabrik semi variabeladalah biaya overhead pabrik yang jumlah
totalnya berubah secara tidak proporsional dengan perubahan volume produksi.
2.) Ada berbagai macam dasar yang dapat dipakai untukmembebankan biaya overhead
pabrik kepada produk, diantaranyaadalah:
Satuan Produk
Metode ini adalah metode yang paling sederhana dan langsungmembenankan biaya
overhead pabrik kepada produk.Metode inicocok digunakan dalam perusahaan
yang hanya memproduksi satumacam produk saja. Bila perusahaan mengahasilkan
beberapamacam produk yang serupa dan berhubungan erat satu denganyang lain
(perbedaan hanya pada berat dan volume), pembebananbiaya Overhead pabrik
dapat dilakukan dengan dasar tertimbang(weight basic) atau dasar nilai (point
basic).
Jam Mesin
Apabila biaya overhead pabrik bervariasi dngan waktu penggunaan mesin
(misalnya bahan bakar/ listrik yang dipakai untuk menjalankan mesin), maka dasar
yang dipakai untuk membebankan biaya overhead pabrik adalah jam mesin.
Harga pokok produksi adalah semua biaya yang telah dikorbankan dalam proses
produksi atau kegiatan mengubah bahan baku menjadi produk selesai yang meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Harga pokok barang yang diproduksi meliputi semua biaya bahan langsung yang
dipakai, upah langsung serta biaya produksi tidak langsung, dengan perhitungan saldo
awal dan saldo akhir barang dalam pengolahan.
Jumlah biaya produksi yang melekat pada produk atau barang yang dihasilkan yang
diukur dalam satuan mata uang dalam bentuk kas yang dibayarkan atau nilai jasa yang
diserahkan atau dikorbankan, atau hutang yang timbul, atau tambahan modal yang
diperlukan perusahaan dalam rangka proses produksi baik pada masa lalu maupun
masa yang akan datang.
semua biaya yang telah dikorbankan dalam proses produksi atau kegiatan mengubah
bahan menjadi produk jadi yang meliputi baiya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik.
Biaya- biaya yang tidak berhubungan dengan unit yang masuk dalam penentuan harga pokok
produksi merupakan biaya non produksi.
d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang disajikan
dalam neraca.
Didalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan
harga pokok produksi yang pada tanggal neraca masih dalam proses untuk tujuan tersebut,
manajemen perlu menyelenggarakan catatan biaya produksi tiap periode. Biaya produksi
yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal neraca disajikan dalam
neraca sebagai harga pokok persediaan produk dalam proses.
Secara ekstrim pola pengumpulan harga pokok dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu metode
harga pokok pesanan dan metode harga pokok proses (Supriyono, 1999:36-37). Penetapan metode
tersebut pada suatu perusahaan tergantung pada sifat atau karakteristik pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai yang akan mempengaruhi metode pengumpulan harga pokok yang
digunakan.
Perhitungan:
Biaya Bahan Baku 5 kg x Rp 8000,00 = Rp 40.000.00 (BBB)
Biaya tenaga Kerja 6 jam x Rp 5000,00 = Rp 30.000.00 (BTK)
Biaya Overhead Pabrik 50% x Rp 40.000 ,00 = Rp 20.000,00 (BOP)
Harga pokok = BBB + BTK + BOP = Rp 40.000,00 + Rp 30.000,00 + Rp 20.000,00
= Rp. 90.000,00
Harga pokok 1 unit produk = Rp 90.000.00 : 6 = Rp 15.000.00 / unit
Dari contoh tersebut diatas dapat diketahui bahwa harga pokok dapat digunakan untuk pedoman
menetukan harga jual, dan dapat diketahui besarnya persentase laba yakni :
Dengan keuntungan sebesar 25% tersebut maka dapat diketahui tujuan perusahaan tercapai atau
tidak.Juga efisien atau tidak.Bila mengingat besar bunga Bank untuk waktu sekarang tidak ada 25%
maka dapat disebut bahwa efisiensi tercapai.
Pengertian BEP dalam akuntansi adalah titik impas dimana posisi jumlah pendapatan dan biaya
sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu kegiatan
usaha.
Untuk menghitung BEP kita perlu mengetahui titik impas terlebih dahulu.Titik impas adalah titik
dimana penjualan benar-benar menutupi biaya pengeluaran.
Untuk menghitung titik impas dalam volume penjualan kita perlu mengetahui nilai dari tiga (3)
variable berikut :
1. Biaya tetap (biaya yang tidak tergantung pada volume penjualan) misalnya sewa gedung
2. Biaya variable (biaya yang tergantung pada volume penjualan) misalnya biaya bahan baku
3. Harga Jual produk
Rumus BEP
FC
BEP =
P−VC
Dimana :
BEP = Break even point
FC = Fixed cost
P = Price unit
VC = Variable cost
FC
BEP = VC
1−
S
S = Sales volume
Contoh soal
Diketahui PT Mutiara Abadi memiliki usaha dibidang penyediaan hand towel untuk hotel, dengan
data berikut ini :
- Kapasitas produksi yang mampu dipakai adalah 100.000 unit hand towel
- Harga jual setiap unit hand towel diperkirakan Rp 5.000,00
- Total biaya tetap sebesar Rp 150.000.000,00
- Total biaya variable sebesar Rp 250.000.000,00
Rp 250.000 .000,00
Biaya variable unit = = Rp. 2.500,00 / unit
100.000
Rp150.000 .000,00
BEP unit = = 60.000 unit
Rp 5.000,00−Rp 2.500,00
Jadi perusahaan harus menjual 60.000 unit hand towel agar BEP
Rp150.000 .000,00
BEP rupiah = Rp 250.000 .000,00 = Rp. 300.000.000,00
1−
Rp 500.000 .000,00
Jadi perusahaan harus mendapatkan omset sebesar Rp. 300.000.000,00 agar terjadi BEP