A. KOMPETENSI DASAR
Pengetahuan
Menganalisis harga pokok produksi perusahaan manufacture
Keterampilan
Menyusun harga pokok produksi perusahaan manufacture
B. KEGIATAN PEMBELAJARAN
I. BIAYA/COST , BEBAN/EXPENSE
Biaya / cost (dalam arti luas) adalah pengorbanan sumber ekonomis yang telah terjadi atau
mungkin akan terjadi yang diukur dengan satuan uang untuk mencapai tujuan tertentu. Atas
dasar pengertian biaya tersebut terdiri dari beberapa ciri yaitu :
1. Merupakan pengorbanan barang atau jasa yang mempunyai sifat langka (manfaat)
2. Dinyatakan dalam satuan uang ( misal : rupiah, dollar, dll)
3. Mempunyai tujuan tertentu (yaitu untuk memperoleh penghasilan)
4. Meliputi pengorbanan yang telah terjadi dan yang diperkirakan akan terjadi
Sedangkan pengertian biaya (dalam arti sempit) adalah pengorbanan ekonomis yang diperlukan
untuk memperoleh barang atau jasa, dalam hubungannya usaha untuk memperoleh penghasilan
Beban adalah biaya yang secara langsung atau tidak langsung telah dimanfaatkan dalam usaha
memperoleh dalam suatu periode atau sebagai biaya yang sudah tidak memberikan manfaat
ekonomis pada kegiatan usaha periode berikutnya.
Akuntansi Biaya adalah suatu proses pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran dan penyajian
laporan mengenai transaksi keuangan yang berhubungan dengan biaya pembuatan dan
penjualan produk/penyerahan jasa serta analisa dan penafsiran terhadap hasilnya
Contoh :
PT “HS” membeli dua jenis bahan baku, masing-masing sebagai berikut :
Bahan baku A : 3.000 kg @ Rp 800,00 = Rp 2.400.000,00
Bahan baku B : 2.000 kg @ Rp 700,00 = Rp 1.400.000,00
Jumlah : 5.000 kg Rp 3.800.000,00
Biaya angkutan yang dibayar untuk bahan baku A dan B tersebut diatas Rp 250.000,00.
Alokasi biaya angkutan kepada bahan baku A dan B, dihitung :
Dibebankan kepada bahan baku A :
3.000
x Rp 250.000,00=Rp 150.000,00
5.000
Dari hasil perhitungan diatas, tampak bahwa alokasi biaya angkutan bahan baku atas dasar
perbandingan kuantitas tiap jenis bahan, akan menghasilkan biaya angkutan tiap Kg yang
sama untuk setiap jenis bahan baku.
b. Atas dasar perbandingan harga faktur tiap jenis bahan baku yang dibeli
Contoh :
Suatu perusahaan membeli tiga jenis bahan baku, dengan data faktur sebagai berikut
Bahan A : 600 Kg @ Rp 1.000,00 = Rp 600.000,00
Bahan B : 700 Kg @ Rp 1.200,00 = Rp 840.000,00
Bahan C : 500 Kg @ Rp 800,00 = Rp 400.000,00
Jumlah Rp 1.840.000,00
Biaya angkutan untuk ketiga jenis bahan baku tersebut, adalah sebesar Rp 92.000,00.
Alokasi biaya angkutan bahan baku yang dibeli, adalah :
600.000
Untuk bahan A : x Rp 92.000,00=Rp 30.000,00
1.840.000
840.000
Untuk bahan B : x Rp 92.000,00=Rp 42.000,00
1.840.000
400.000
Untuk bahan C : x Rp 92.000,00=Rp 20.000,00
1.840.000
Tiap bahan baku yang dibeli, masing-masing dibebani dengan biaya angkutan sbb :
Bahan baku A : Rp 30.000,00: 600 = Rp 50,00
5
Bahan baku B : Rp 42.000,00 : 700 = Rp 60,00
Bahan baku C : Rp 20.000,00 : 500 = Rp 40,00
Maka harga pokok tiap Kg bahan baku yang dibeli, masing-masing sebagai berikut :
Bahan baku A : Rp 1.000,00 + Rp 50,00 = Rp 1.050,00
Bahan baku B : Rp 1.200,00 + Rp 60,00 = Rp 1.260,00
Bahan baku C : Rp 800,00 + Rp 40,00 = Rp 840,00
Penentuan Harga Pokok Bahan Baku yang Dipakai Dalam Proses Produksi
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi dapat dihitung sebagai berikut :
Persediaan bahan baku awal periode Rp xxxxx
Ditambah :
Pembelian selama periode Rp xxxxx
Bahan baku yang tersedia untuk dipakai Rp xxxxx
Dikurangi :
Persediaan bahan baku akhir periode Rp xxxxx
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi Rp xxxxx
Ada tiga metode penilaian persediaan bahan baku, yang biasa diterapkan untuk menentukan
harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi, yaitu
1. Metode FIFO (First In First Out),
2. Metode LIFO (Last In First Out) dan
3. Metode rata-rata tertimbang (Average Cost Method)
Pada saat terjadi transaksi pemakaian bahan baku dalam proses produksi, bahan baku yang
tersedia terdiri atas persediaan awal bulan Juli sebanyak 2.000 Kg @ Rp 500,00. Bahan tersebut
merupakan bahan yang lebih dulu masuk ke gudang, sehingga bahan inilah yang dianggap lebih
dulu keluar dari gudang untuk diproses. Kekurangannya dari bahan yang masuk proses tanggal 7
Juli, sebanyak 2.000 Kg, diambil dari bahan yang masuk (dibeli) tanggal 5 Juli dengan harga Rp
550,00 per Kg. Muku jurnal pemakaian bahan baku sebagai berikut :
6
Harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi tanggal 14 Juli 2016, sebanyak
3.000 Kg, dihitung sebagai berikut :
Bahan baku yang tersedia pada tanggal 14 Juli 2016, terdiri atas 1.000 Kg @ Rp 550,00 (sisa dari
yang dibeli tanggal 5 Juli) dan 4.000 Kg @ Rp 525,00 yang dibeli tanggal 10 Juli. Dengan
demikian harga pokok bahan baku yang dipakai tanggal 14 Juli, terdiri atas :
Dari hasil perhitungan diatas, selanjutnya bagian akuntansi mencatat kembali dalam jurnal
pemakaian bahan baku sebagai berikut :
BDP – Biaya bahan baku Rp 1.600.000,00 -
Persediaan bahan baku - Rp 1.600.000,00
Untuk memudahkan perhitungan harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi,
dan untuk kepentingan pengawasan terhadap persediaan bahan baku, untuk setiap jenis bahan
baku disediakan kartu persediaan. Sebagai contoh, dari data bahan baku “A” pada contoh di
muka dicatat dalam kartu persediaan, sebagai berikut :
PT “HS”
Bandung
KARTU PERSEDIAAN
Dengan demikian jumlah yang dicatat debet pada perkiraan BDP – biaya bahan baku, dan kredit
pada perkiraan persediaan bahan baku, adalah sebesar Rp 2.150.000,00
Sementara harga pokok bahan baku yang masuk dalam proses produksi tanggal 14 Juli 2016,
dihitung sebagai berikut :
Jumlah yang dipakai sebanyak 3.000 Kg
Bahan baku yang masuk terakhir sebelum tanggal 14 Juli, adalah bahan baku yang dibeli
tanggal 10 Juli, yaitu sebanyak 4.000 Kg @ Rp 525,00. Dengan demikian harga pokok
bahan baku yang dipakai dala proses produksi tanggal 14 Juli, adalah sebesar :
3.000 X Rp 525,00 = Rp 1.575.000,00
Dengan menerapkan metode LIFO, data mengenai bahan baku pada contoh dimuka, dicatat
dalam kartu persediaan sebagai berikut :
PT “HS”
Bandung
KARTU PERSEDIAAN
Jumlah tersebut dicatat dalam jurnal pemakaian bahan baku sebagai berikut:
BDP – Biaya bahan baku Rp 2.240.000,00 -
Persediaan bahan baku - Rp 2.240.000,00
Setelah terjadi transaksi pembelian bahan baku pada tanggal 12 Mei, harga pokok rata-rata tiap
Kg bahan baku akan berubah, dan dihitung sebagai berikut :
Saldo persediaan setelah
Pemakaian tanggal 10 Mei 2016 1.500 Kg @ Rp 640,00 = Rp 960.000,00
Pemakaian tanggal 12 Mei 2016 3.000 Kg @ Rp 700,00 = Rp 2.100.000,00
Persediaan per 12 Mei 2016 4.500 Kg Rp 3.060.000,00
Harga pokok rata-rata tiap Kg, Rp 3.060.000,00 : 4.500 = Rp 680,00
Dengan demikian harga pokok bahan baku yang dipakai dalam proses produksi tanggal 14 Mei
2016, adalah sebesar 3.000 x Rp 680,00 = Rp 2.040.000,00.
Jumlah ini dicatat dalam jurnal pemakaian bahan baku, seperti pada contoh di atas.
Dari data persediaan bahan baku pada contoh di atas, dalam kartu persediaan akan tampak :
CV “SATRIA”
Bandung
KARTU PERSEDIAAN
9
besar, yaitu dengan mendebet akun“pembelian bahan baku” dan mengkredit akun hutang usaha.
Dalam hal pembelian bahan baku yang dilakukan secara kredit jarang terjadi, maka transaksi
pembelian bahan baku dicatat dalam jurnal umum sebagai berikut :
Pembelian bahan baku yang dilakukan secara tunai, dicatat dalam jurnal pengeluaran kas, yaitu
dengan mendebet akun pembelian bahan baku dan kredit pada akun kas
Akun pembelian bahan baku pada akhir periode akan menunjukan saldo debet. Jumlah ini
menunjukkan harga pokok bahan baku yang disediakan untuk diproses dalam periode yang
bersangkutan. Oleh karena itu saldo akun pembelian bahan baku setiap akhir periode
dipindahkan (ditutup) ke akun ikhtisar biaya produksi yaitu dengan jurnal sbb :
Saldo akun retur pembelian bahan baku, merupakan pengurangan terhadap harga pokok bahan
baku yang dibeli. Oleh karena itu saldo akun retur pembelian bahan baku, setiap akhir periode
dipindahkan ke kredit akun ikhtisar biaya produksi dengan jurnal :
Contoh :
Sebagai ilustrasi berikut contoh prosedur akuntansi biaya bahan baku dengan sistem periodik.
Misalkan dari kegiatan PT RALYA selama bulan Juli 2020, diperoleh data mengenai bahan
baku sebagai berikut :
- Persediaan bahan baku, 1 Juli 2020 Rp 1.800.000,00
- Pembelian kredit bahan baku Rp 6.700.000,00
- Retur pembelian bahan baku Rp 200.000,00
- Persediaan bahan baku per 31 Juli 2020
Setelah diadakan pemeriksaan secara fisik Rp 2.300.000,00
Atas dasar data tersebut di atas, jurnal yang dibuat untuk mencatat biaya bahan buku selama
bulan Juli 2020, adalah sebagai berikut :
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan bahan baku akhir periode :
Persediaan bahan baku Rp 2.300.000,00 -
Ikhtisar biaya produksi - Rp 2.300.000,00
Setelah posting dari pos-pos jurnal di atas, akun yang bersangkutan dalam buku besar akan
tampak sebagai berikut :
Persediaan Bahan Baku
Juli 1 Saldo Rp 1.800.000,00 Juli 31 Penyesuaian Rp 1.800.000,00
Juli 31 Penyesuaian Rp 2.300.000,00
11
Pembelian Bahan Baku
Jumlah Rp 6.700.000,00 Juli 31 Penutup Rp 6.700.000,00
Ikhtisar Produksi
Juli 31 Penyesuaian Rp 1.800.000,00 Juli 31 Penutup Rp 200.000,00
Juli 31 Penutup Rp 6.700.000,00 Juli 31 Penyesuaian Rp 2.300.000,00
Bahan baku yang dipakai dalam proses produksi selama bulan Juli 2016, jika dihitung :
Persediaan BB, 1 Juli 2020 Rp 1.800.000,00
Pembelian selama bulan Juli Rp 6.700.000,00
Dikurangi, retur pembelian (Rp 200.000,00)
Jumlah Pembelian Rp 6.500.000,00
Bahan baku yang tersedia untuk diproses Rp 8.300.000,00
Persediaan bahan baku, 31 Juli 2020 (Rp2.300.000,00)
Harga pokok Bahan baku yang dipakai selama bulan Juli 2020 Rp 6.000.000,00
Tenaga kerja adalah usaha fisik atau mental yang dipakai dalam kegiatan usaha perusahaan.
Biaya tenaga kerja adalah jasa (sumber daya manusia) yang dinilai dengan satuan uang, yang
dikorbankan dalam usaha memperoleh penghasilan
Berikut ini contoh daftar gaji dan upah yang disusun untuk minggu ke 2 bulan Januari 2016 :
Data yang terdapat di dalam daftar upah diatas, menunjukkan informasi sebagai berikut :
a. Jumlah upah kotor Rp 269.000,00
12
b. Pajak penghasilan karyawan (PPh. Pasal 21) yang dipotong dari karyawan Rp 12.700,00.
Jumlah ini harus disetorkan kepada kantor pajak, sehingga merupakan hutang bagi
perusahaan
c. Jumlah Rp 30.000,00, merupakan pinjaman karyawan dari perusahaan. Pada saat
perhitungan upah yang harus dibayar, jumlah tersebut diperhitungkan sebagai pengurangan
dari upah kotor
d. Upah bersih yang harus diterima karyawan, adalah sebesar Rp 226.300,00. Jumlah ini
merupakan hutang perusahaan kepada karyawan
Dari keterangan diatas, maka jurnal yang harus dibuat untuk mencatat data yang terdapat dalam
daftar upah, adalah sebagai berikut :
Gaji dan upah Rp 269.000,00 -
- Hutang gaji dan upah - Rp 226.300,00
- PPh. Karyawan yang harus disetor - Rp 12.700,00
- Piutang pada karyawan - Rp 30.000,00
Pada saat upah dibayarkan kepada karyawan, catatan dalam jurnal pengeluaran kas, adalah :
Hutang gaji dan upah Rp 226.300,00 -
- Kas - Rp 226.300,00
Dan jika pajak penghasilan karyawan disetorkan ke kantor pajak (kas negara), maka jurnal yang
harus dibuat adalah :
PPh. Karyawan yang harus disetor Rp 12.700,00 -
- Kas - Rp 12.700,00
Seperti telah disebutkan dimuka, upah langsung merupakan biaya tenaga kerja yang dapat
langsung dibebankan kepada produk, sehingga jumlah upah langsung dialokasikan ke perkiraan
barang dalam proses – biaya tenaga kerja. Sementara upah tak langsung dialokasikan ke
perkiraan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Dengan demikian jurnal untuk mencatat alokasi
gaji dan upah dari contoh di atas, adalah sebagai berikut :
BDP – biaya tenaga kerja Rp 219.000,00 -
BOP sesungguhnya Rp 50.000,00 -
- Gaji dan upah - Rp 269.000,00
Jika dalam daftar gaji dan upah, selain upah langsung dan upah tak langsung terdapat juga data
gaji dan upah bagian pemasaran dan bagian administrasi umum, maka jurnal untuk mencatat
alokasi gaji dan upah akan tampak seperti dalam contoh di bawah ini
Contoh :
Daftar gaji dan upah pada akhir bulan Maret 2016, menunjukkan data sebagai berikut
Upah langsung Rp 456.000,00
Upah tak langsung Rp 690.000,00
13
Gaji dan upah bag. Pemasaran Rp 840.000,00
Gaji bag. Administrasi umum Rp 974.000,00
Jumlah Rp 2.960.000,00
Jurnal untuk mencatat alokasi gaji dan upah dari contoh di atas, adalah :
BDP – biaya tenaga kerja Rp 456.000,00 -
BOP sesungguhnya Rp 690.000,00 -
Beban gaji bagian penjualan Rp 840.000,00 -
Beban gaji bagian administrasi umum Rp 974.000,00
Gaji dan upah - Rp 2.960.000,00
Upah langsung adalah upah yang dibayarkan kepada pegawai yang secara fisik berhubungan
dengan pembuatan produk.
Misalnya
Daftar upah suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu, antara lain menunjukkan data sbb :
Jawab :
Dari data diatas, dibuat jurnal sebagai berikut :
Upah langsung Rp 5.600.000,00 -
Upah tak langsung Rp 1.800.000,00 -
Hutang upah - Rp 7.080.000,00
PPh. Karyawan yang harus disetor - Rp 320.000,00
Akun upah langsung dari contoh diatas, pada akhir periode akan menunjukkan saldo debet
sebesar Rp 5.600.000,00. Jumlah ini adalah upah langsung yang digunakan dalam proses
produksi pada periode itu. Oleh karena itu saldo tersebut pada akhir periode dipindahkan ke
perkiraan Ikhtisar biaya produksi yaitu dengan jurnal penutup yakni :
Ikhtisar biaya produksi Rp 5.600.000,00 -
Upah langsung - Rp 5.600.000,00
Biaya overhead pabrik, adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi yang tidak dapat dibebankan secara
langsung kepada suatu unit pekerjaan, atau kepada suatu hasil produksi tertentu
Dalam pembahasan selanjutnya, jika biaya overhead pabrik tidak disebut rinciannya, maka jurnal
untuk mencatat biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi :
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xx -
Perkiraan-perkiraan yang harus dikredit - Rp xx
Misal:
Biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi Rp 9.100.000,00.
Dalam contoh di muka biaya overhead pabrik yang dibebankan kepada produk, Rp 9.000.000,00
yaitu 36.000 jam mesin dengan tarip Rp 250,00 per jam.
Jumlah tersebut dicatat dengan jurnal :
BDP – Biaya overhead pabrik Rp 9.000.000,00 -
Biaya overhead pabrik yang dibebankan - Rp 9.000.000,00
15
Saldo perkiraan biaya overhead pabrik yang dibebankan pada akhir periode dipindahkan
(ditutup) ke perkiraan biaya overhead pabrik sesungguhnya yaitu dengan jurnal :
Biaya overhead pabrik yang dibebankan Rp 9.000.000,00 -
Biaya overhead pabrik sesungguhnya - Rp 9.000.000,00
Setelah saldo perkiraan biaya overhead pabrik yang dibebankan dipindahkan ke perkiraan biaya
overhead pabrik sesungguhnya, saldo perkiraan biaya overhead pabrik sesungguhnya
menunjukkan selisih antara biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi dengan biaya
overhead pabrik yang dibebankan kepada produk
Saldo perkiraan biaya overhead pabrik sesungguhnya tiap akhir bulan dipindahkan ke perkiraan
selisih biaya overhead pabrik. Seperti pada contoh dimuka, selisih rugi sebesar Rp 100.000,00
akan tampak sebagai saldo debet perkiraan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu
dipindahkan dengan jurnal sbb :
Selisih biaya overhead pabrik Rp 100.000,00 -
Biaya overhead pabrik sesungguhnya - Rp 100.000,00
Selisih biaya overhead pabrik yang menguntungkan atau saldo kredit perkiraan biaya overhead
pabrik sesungguhnya dipindahkan ke perkiraan selisih biaya overhead pabrik dengan jurnal
Biaya overhead pabrik sesungguhnya Rp xx -
Selisih biaya overhead pabrik - Rp xx
Selisih biaya overhead pabrik yang merugikan (saldo debet) dipindahkan dengan jurnal :
Harga pokok penjualan Rp xx -
- Selisih biaya overhead pabrik - Rp xx
Dalam hal selisih biaya overhead pabrik dipindahkan ke perkiraan ikhtisar rugi-laba selisih yang
menguntungkan dipindahkan dengan jurnal :
Selisih biaya overhead pabrik Rp xx -
- Ikhtisar rugi-laba - Rp xx
Misalnya
Biaya-biaya produksi tak langsung yang terjadi pada suatu perusahaan selama bulan Juli 2020 :
1. Upah tak langsung, menurut daftar upah sebesar Rp 1.800.000,00. Data tersebut dicatat
debet pada akun upah tak langsung dan kredit pada akun “hutang upah dan PPh.
2. Biaya asuransi pabrik yang menjadi beban bulan Juli 2016, sebesar Rp 100.000,00. Data ini
dicatat dengan jurnal :
Biaya asuransi pabrik Rp 100.000,00 -
Asuransi pabrik dibayar dimuka - Rp 100.000,00
3. Biaya tenaga listrik keperluan pabrik untuk bulan Juli, ditaksir sebesar Rp 400.000,00.
Dicatat dengan jurnal :
Biaya tenaga listrik Rp 400.000,00 -
Hutang biaya (listrik) - Rp 400.000,00
4. Dibayar macam-macam biaya untuk pemeliharaan pabrik, sebesar Rp 300.000,00. Dicatat
pada jurnal :
Biaya pemeliharaan pabrik Rp 300.000,00 -
Kas - Rp 300.000,00
5. Bahan penolong yang habis dipakai dalam proses produksi, sebesar Rp 1.200.000,00.
Dicatat dengan jurnal :
Biaya bahan penolong Rp 1.200.000,00 -
Persediaan bahan penolong Rp 1.200.000,00
6. Biaya penyusutan mesin yang menjadi beban bulan Juli 2016, berjumlah Rp 300.000,00.
Dicatat dengan jurnal :
Biaya penyusutan mesin Rp 300.000,00 -
Akumulasi penyusutan mesin - Rp 300.000,00
7. Biaya penyusutan gedung pabrik yang menjadi beban bulan Juli 2016, berjumlah Rp
200.000,00. Dicatat dengan jurnal :
Biaya penyusutan gedung pabrik Rp 200.000,00 -
Akumulasi penyusutan gedung pabrik - Rp 200.000,00
Dari pos jurnal diatas, akun biaya produksi tak langsung, pada akhir periode menunjukkan saldo
Upah tak langsung Rp 1.800.000,00
Biaya asuransi pabrik Rp 100.000,00
Biaya tenaga listrik Rp 400.000,00
Biaya pemeliharaan pabrik Rp 300.000,00
Biaya bahan penolong Rp 1.200.000,00
Biaya penyusutan mesin Rp 300.000,00
Biaya penyusutan gedung pabrik Rp 200.000,00
Saldo akun-akun tersebut, dipindahkan ke akun “ikhtisar biaya produksi” dengan jurnal :
Ikhtisar biaya produksi Rp 4.300.000,00
Upah tak langsung Rp 1.800.000,00
Biaya asuransi pabrik Rp 100.000,00
Biaya tenaga listrik Rp 400.000,00
Biaya pemeliharaan pabrik Rp 300.000,00
Biaya bahan penolong Rp 1.200.000,00
Biaya penyusutan mesin Rp 300.000,00
Biaya penyusutan gedung pabrik Rp 200.000,00
17
Akuntansi persediaan barang dalam proses awal periode
Harga pokok barang dalam proses awal periode, dicatat debet pada perkiraan persediaan barang
dalam proses. Dalam system pencatatan periodik, saldo perkiraan tersebut tidak akan berubah
selama periode, dan baru pada akhir periode dipindahkan ke perkiraan Ikhtisar biaya produksi.
Sebagai contoh, misalnya perkiraan persediaan barang dalam proses suatu perusahaan pada
tanggal 1 Juli 2016, menunjukkan saldo debet sebesar Rp 1.200.000,00. Jumlah tersebut
merupakan biaya produksi yang telah melekat dan dibawa oleh produk yang tidak selesai
diproses pada bulan Juni. Oleh karena itu ditambahkan kepada biaya produksi yang terjadi bulan
Juli, dengan jurnal sebagai berikut :
Dari pos-pos jurnal pada contoh dimuka, perkiraan ikhtisar biaya produksi dalam buku besar
pada akhir bulan Juli 2016, akan tampak sebagai berikut :
Ikhtisar Rugi-Laba
18
Rp15.300.000,00
Saldo perkiraan ikhtisar biaya produksi seperti terlihat diatas, sebesar Rp 15.300.000,00. Jumlah
ini merupakan jumlah harga pokok produk yang selesai diproses selama bulan Juli 2016
Perkiraan ikhtisar biaya produksi selanjutnya ditutup ke perkiraan ikhtisar rugi-laba, yaitu
Ikhtisar rugi-laba Rp 15.300.000,00
Ikhtisar biaya produksi Rp 15.300.000,00
Maka
Rumus untuk menghitung Harga Pokok Produksi/Harga pokok produk selesai adalah
19