Anda di halaman 1dari 8

AKUNTANSI MANAJEMEN

KONSEP-KONSEP BIAYA

OLEH KELOMPOK 2:

LUH MELLY ASTARI 1817051028

NI PUTU AYU KRISNA WEDA YANTI 1817051032

KOMANG RATIH MAHADEWI WIDARMI. L 1817051035

PUTU CORNELIA 1817051043

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
KONSEP-KONSEP BIAYA

1. Konsep Biaya
Menurut Sodikin (2015), Biaya merupakan pengukur semua elemen
laporan keuangan yang berbasis biaya historis. Contohnya: perusahaan pada
hari ini membeli persediaan (inventory) secara tunai sebesar Rp 100.000,-.
Jumlah seratus ribu rupiah inilah yang menjadi biaya pada saat transaksi
pembelian dan menjadi biaya historis setelah transaksi berlalu. Sepanjang
persediaan belum terjual, maka persediaan merupakan asset (berupa
persediaan) di neraca dan apabila persediaan tersebut telah terjual, maka
dapat diakui sebagai beban di laporan laba rugi yang diukur dengan biaya
historis yaitu Rp100.000,-.
IAI (2012) menggunakan istilah biaya sebagai padanan cost dan beban
sebagai padanan expense. Biaya (cost) adalah kas dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan manfaat
saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Beban (expense) merupakan
kas yang telah terpakai dan tidak dapat memberikan manfaat lagi dimasa
yang akan datang.

2. Klasifikasi Biaya Berdasar Fungsi Perusahaan


Pada perusahaan manufaktur, biaya berdasar fungsinya dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
1. Fungsi produksi, bertugas dan bertanggung jawab untuk memproduksi
barang dengan kualitas tertentu. Pada fungsi ini, memunculkan biaya
produksi yaitu biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku
(mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai yang
siap dijual. Elemen-elemen biaya produksi terdiri dari:
a. Bahan baku, yaitu bahan yang digunakan untuk membuat produk
selesai dan dapat diidentifikasi ke produk. Misalnya, kayu
digunakan untuk membuat daun pintu dan jedela, kertas yang
digunakan untuk membuat buku, benang yang digunakan untuk
membuat kain mori dan kain mori yang digunakan untuk membuat
baju.
b. Tenaga Kerja Langsung, yaitu tenaga yang langsung menangani
proses produksi dan dapat diidentifikasi ke produk. Contohnya,
penjahit dan tukang las. Sehingga, gaji atau upah TKL merupakan
elemen biaya produksi.
c. Overhead Pabrik, yaitu bahan tak langsung, upah tak langsung,
penyusutan mesin dan peralatan pabrik, biaya listrik untuk
penerangan dan pembangkit tenaga pabrik, dan Pajak bumi dan
bangunan (PBB) untuk gedung pabrik.
2. Fungsi nonproduksi (komersial), terdiri dari:
a. Fungsi administrasi, melakukan kegiatan-kegiatan administrasi
secara umum. Pada fungsi ini, terdapat biaya administrasi yaitu biaya
administrasi secara umum, seperti gaji para eksekutif, biaya
penyelenggaraan akuntansi, gaji pegawai bagian administrasi, dan
biaya bahan habis pakai.
b. Fungsi pemasaran bertugas untuk melakukan kegiatan dalam rangka
memasarkan produk. Pada fungsi ini, dapat menimbulkan biaya
pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk
selesai, termasuk biaya iklan, biaya gaji para pramuniaga, dan biaya
angkut barang-barang yang dijual.

3. Klasifikasi Biaya Berdasar Perioda Penandingan


Akuntansi (keuangan) menggunakan konsep proper matching costs
against revenues. Agar konsep penandingan biaya terhadap pendapatan
diterapkan secara wajar, biaya dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Biaya Produk, yaitu biaya untuk memperoleh atau membuat
barang/produk dan disebut juga inventoriable cost yaitu dapat
dilekatkan dengan persediaan. Biaya produk pada perusahaan
manufaktur yaitu biaya baik langsung maupun tak langsung yang
dikeluarkan untuk membuat barang/produk. Sedangkan, pada
perusahaan dagang, biaya produk terdiri atas biaya untuk memperoleh
barang dagangan, yang meliputi: harga beli dan biaya pengangkutan.
Biaya produk ini ditandingkan dengan pendapatan pada perioda yang
bersesuaiaan. Dimana harus dilaporkan sebagai asset selama belum
dijual dan diakui sebagai beban (dengan nama harga pokok penjualan)
apabila barang tersebut sudah terjual.
2. Biaya Perioda, yaitu biaya yang diidentifikasi dengan interval waktu
tertentu karena tidak diperlukan untuk memperoleh barang/produk
yang akan dijual. Biaya perioda diakui sebagai beban (expanse) pada
perioda terjadinya. Artinya, ia ditandingkan dengan pendapatan ketika
biaya itu terjadi. Contohnya, gaji manager pemasaran, gaji direktur,
biaya iklan, biaya listrik, biaya telepon, dll.

4. Klasifikasi Biaya Berdasar Dapat Ditelusurinya ke Objek Biaya.


Untuk penilaian persediaan dalam perusahaan pemanufakturan, misalnya,
objek biayanya adalah produk selesai atau produk yang sedang diproses.
Akuntansi managemen menggunakan beberapa objek biaya dengan pemilihan
spesifik, bergantung pada sifat bisnis dan kehendak managemen. Jika objek
biayanya adalah produk, maka dikenal biaya langsung produk dan biaya
taklangsung produk. Jika objek biayanya adalah departemen maka dikenal
biaya langsung departemen dan biaya taklangsung departemen.
Biaya langsung (direct cost) adalah biaya yang dapat diidentifikasi ke
suatu objek biaya tertentu karena hanya dikeluarkan untuk manfaat objek
biaya itu sendiri. Adapun biaya taklangsung (indirect cost) adalah biaya yang
dikeluarkan untuk lebih dari satu objek biaya dan tidak dapat ditelusur secara
langsung ke salah satu objek biaya tertentu, oleh karena itu biaya tersebut
bersifat umum dan disebut common cost.
Biaya taklangsung harus dialokasi ke berbagai objek biaya yang secara
bersama-sama menerima manfaat biaya tersebut. Pengalokasian ini berguna
untuk menentukan porsi biaya yang dinikmati oleh masing- masing objek
biaya. Sebagai contoh, biaya iklan untuk berbagai macam produk dialokasi ke
masing-masing produk berdasarkan nilai jual relatif produk-produk tersebut.
Sewa gedung yang digunakan oleh beberapa departemen dialokasi ke masing-
masing departemen berdasar luas lantai yang dinikmati oleh masing-masing
departemen.

5. Klasifikasi Biaya Berdasar Perubahan Voluma Kegiatan.


Ditinjau dari hubungannya dengan perubahan voluma kegiatan, biaya
dapat dibagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost)
adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu perioda
tertentu. Sewa kendaraan sebulan sebesar Rp300.000 adalah contoh biaya
tetap. Jika jumlah kilometer yang ditempuh dianggap sebagai voluma
kegiatan, maka berapa pun kilometer yang ditempuh dalam perioda sebulan
tidak akan memengaruhi jumlah sewa. Biaya tetap per unit berbanding terbalik
dengan voluma kegiatan. Bila kendaraan menempuh jarak 300 kilometer
dalam sebulan, maka biaya per kilometernya adalah Rp1.000 (Rp300.000 :
300); bila 200 kilometer, maka Rp1.500; dan bila 100 kilometer, maka
Rp3.000. Semakin besar voluma kegiatan, semakin kecil biaya tetap per
unitnya. Sebaliknya, semakin kecil voluma kegiatan, semakin besar biaya
tetap per unitnya. Jadi, biaya tetap adalah biaya yang totalnya tetap untuk satu
perioda tertentu dan per unitnya berubah-ubah berbanding terbalik dengan
voluma kegiatan.
Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi
secara proporsional dengan variasi voluma kegiatan, tetapi jumlah per unitnya
tetap. Sebagai contoh adalah upah tenaga kerja langsung sebesar Rp1.000
untuk setiap unit produk yang dihasilkan. Upah adalah Rp1.000 bila hanya
satu unit yang dapat diproduksi; Rp5.000 bila 5 unit yang diproduksi.
Perhatikan bahwa upah total berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang
dihasilkan, akan tetapi upah per unitnya konstan. Biaya bahan baku, komisi
penjualan berdasarkan persentase penjualan, dan biaya telepon berdasarkan
lamanya penggunaan merupakan contoh biaya variabel.
6. Klasifikasi Biaya Berdasar Kemampuan Manager untuk
Mengendalikan
Manager dalam pengendalian biaya menggolongkan biaya menjadi
biaya terkendali dan biaya tak terkendali. Jika suatu biya dapat
dipengaruhi dan dikendalikan oleh manager, maka biaya menjadi
tanggung jawab manager dan sebaliknya.
Biaya terkendali merupakan biaya yang secara signifikan dipengaruhi
dan dikendalikan oleh manager tertentu pada periode tertentu. Sedangkan
biaya tak terkendali merupakan biaya yang secara signifikan tidak dapat
dipengaruhi dan dikendalikan oleh manager tertentu pada periode tertentu.
Suatu biaya dapat diperrtimbangkan sebagai biaya tak terkendali pada
managemen bawah dan menengah. Seperti misalnya biaya yang timbuk
akibat keputusan ekspansi. Keputusan ekspansi adalah wewenang
managemen teras. Dalam hal ini akibat keputusan ekspansi adalah
terkendali bagi managemen teras, berbeda dengan managemen bawah dan
menengah yang mengalami tak terkendali atas ekspansi ini. Diketahui
bahwa biaya terkendali dipengaruhi oleh jenjang managemen. Selain itu,
karakteristik keterkendalian adalah dimensi waktu, biaya dapat
dikendalikan dalam jangka panjang tapi tidak dalam jangka pendek.
Misalnya biaya promosi berupa iklan oleh program pengiklanan telah
diputuskan dan ditanda tangani, maka manager tidak lagi bertanggung
jawab dalam pengubahan biaya.
Keterkendalian menyangkut pada jenjang managemen dan dimensi
waktu, dalam pengambilan keputusan ekspansi oleh managemen misalnya
dapat mengakibatkan tambahan biaya depresiasi, pajak bumi dan
bangunan, upah pegawai, dan pemeliharaan. Setelah ekspensi berjalan,
beberapa biaya tambahan akan memberikan manfaat kepada kegiatan
bagian lain yang dapat dikendalikan oleh kepala bagian masing – masing.
Tambahan biaya tenaga kerja, biaya pemeliharaan dan biaya habis pakai
untuk periode berikutnya dapat dikendalikan merupakan terkendali bagi
kepala bagian. Namun biaya depresiasi dan pajak bumi dan bangunan
timbuk akibat keputusan ekspansi merupakan tanggung jawab
management eras. Sehingga depresiasi tambahan dibebankan kepada
bagian – bagian melalui proses pengalokasian common cost tapi bukan
tanggung jawab kepala bagian masing – masing.

7. Klasifikasi Biaya Berdasar Pengambilan Keputusan


Menurut Siregar, dkk (2013), pentingnya dilakukan klasifikasi dengan
pembedaan ke dalam biaya relevan, biaya tak relevan, biaya terhindarkan
dan biaya tak terhindarkan. Biaya relevan adalah biaya yang akan terjadi
di masa mendatang dan berbeda di antara berbagai alternative keputusan.
Agar biaya dikatakan biaya relevan harus memenuhi dua kriteria yaitu
“akan datang” dan “berbeda”. Oleh karena dua kriteria tersebut
menyebabkan biaya relevan perlu dipertimbangkan dalam membuat
keputusan. Contohnya yaitu managemen dalam proses memilih alternatif
menggunakan mesin merk A atau merk B. Apakah upah operator mesin
photocopy yang akan terjadi adalah relevan dalam pengambilan keputusan
ini? jawabnya bergantung pada ada atau tidaknya perbedaan jumlah upah.
Upah operator mesin adalah relevan apabila jumlah upah operator mesin A
yang dikeluarkan berbeda dengan jumlah upah operator mesin B. selisih di
antara kedua upah dinamakan differential cost. Berbeda dengan
sebelumnya, apabila jumlah upah operator mesin A dan mesin B sama,
maka upah tidaklah relevan untuk pengambilan keputusan dan differential
cost menjadi nol.
Biaya tak relevan adalah biaya yang tidak memenuhi satu maupun
kedua kriteria biaya relevan. Sehingga biaya tak relevan tidak perlu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Biaya tak relevan
contohnya yaitu nilai buku aset tetap. Nilai buku merupakan biaya aset
tetap yang belum didepresiasi. Sehingga keputusan yang diambil oleh
managemen terhadap aset tetap tidak akan mengubah biaya yang masih
tersisa. Misalnya managemen mengambil keputusan untuk menggunakan
aset tersebut. adanya keputusan ini tidak dapat mengurangi ataupun
menghilangkan biaya depresiasi di masa yang akan datang. Ini juga
berlaku pada keputusan managemen apabila mengganti aset tetap lama
dengan yang baru, nilai buku aset tetap akan tetap dibebankan sebagai
biaya periode mendatang sebesar nilai bukunya.
Biaya terhindarkan merupakan biaya yang dapat dihindarkan, jika satu
alternative keputusan diambil. Contohnya berupa penjualan perusahaan
terhadap tiga produk yaitu X, Y, dan Z. Pada bagian produk X akan
ditutup, sehingga gaji pegawai dapat dihindarkan, dengan artian biaya gaji
tidak perlu dikeluarkan oleh perusahaan. Namun biaya penyusutan aset
tetap seperti ruangan tempat bagian bekerja, ini karena biaya ini tidak
dapat dihindari. Biaya tak terhindarkan adalah biaya yang tak dapat
terhindarkan dalam pengambilan keputusan. Contoh: Dalam kaitannya
dengan relevansi biaya terhadap keputusan, biaya relevan yaitu biaya
terhindarkan dan biaya tak relevan yaitu biaya tak terhindarkan.

8. Klasifikasi biaya berdasarkan dampak keputusan terhadap kas


keluar
Klasifikasi biaya yang lebih spesifik lagi adalah sunk cost dan out-of-
pocket cost. Sunk cost adalah biaya yang telah dikeluarkan dan yang tidak
dapat diubah oleh keputusan sekarang atau masa yang akan datang.
Dengan kata lain biaya ini tidak akan pernah relevan dengan pengambilan
keputusan sekarang.
Biaya tunai (out-of-pocket cost) adalah biaya yang membutuhkan
pengeluaran kas di masa mendatang akibat keputusan sekarang atau
keputusan yang akan dating.

9. Klasifikasi lain : biaya kesempatan


Biaya kesempatan (opportunity cost) adalah manfaat potensial yang
hilang atau dikorbankan karena dipilihnya satu alternative keputusan
tertentu. Manfaat potensial ini dapat berupa pendapatan, laba bersih,
ataupun penghematan biaya.
Contohnya, sebuah perusahaan pengangkutan sedang menghadapi dua
pilihan. Pilihan pertama adalah mengoprasikan bisnya untuk pengangkutan
umum dengan laba bersih taksiran sebulan Rp.3.000.000. Pilihan kedua
adalah menyewakan bisnya kepada perusahaan lain dengan pendapatan
sewa taksiran sebulan Rp.3.500.000 tanpa harus mengeluarkan biaya.
Apabila perusahaan memutuskan untuk mengambil pilihan pertama, biaya
kesempatannya adalah Rp.3.500.000. seandainya perusahaan memutuskan
untuk mengambil pilihan kedua, biaya kesempatannya adalah
Rp.3.000.000. Manakah keputusan yang harus dipilih? Keputusan yang
bijaksana adalah memilih alternative yang biaya kesempatannya paling
rendah, yakni menyewakan bisnya kepada perusahaan lain.
Biaya kesempatan tidak dicatat di akun buku besar. Biaya kesempatan
hanya ada dalam pengertian ekonomik.

Laba taksiran pengangkutan umum …………………. Rp.3.000.000

(-) Biaya kesempatan ……………………………… 3.500.000

Laba (rugi) taksiran alternative 1 ………………….. .Rp.(500.000)

Laba taksiran penyewaan ……………………………Rp.3.500.000

(-) Biaya kesempatan ……………………………….. 3.000.000

Laba taksiran alternative 2 ………………………….Rp. 500.000

Dari perhitungan diatas, laba alternative 2 Rp.500.000 lebih baik


daripada laba alternative 1 yang menanggung rugi Rp.500.000. jadi,
alternative 2 seharusnya dipilih oleh manager perusahaan pengangkutan
diatas.
DAFTAR PUSTAKA

Siregar, dkk. 2013. Akuntansi Manajemen. Jakarta : Selemba Empat


Sodikin, Slamet Sugiri. 2015. Akuntansi Manajemen. Jogjakarta: UPP STIM
YKPN

Anda mungkin juga menyukai