Anda di halaman 1dari 18

SUB MATERI

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Konsep Biaya Relevan............................................................................3
2.2 Biaya Eksplisit dan Biaya Implisit..........................................................4
1. Biaya Eksplisit..................................................................................4
2. Biaya Implisit...................................................................................4
2.3 Biaya Incremental dan Sunk Cost...........................................................5
2.4 Biaya Jangka Pendek dan Biaya Jangka Panjang....................................5
1. Biaya Produksi Jangka Pendek dan Kurva........................................5
2. Biaya Produksi Jangka Panjang dan Kurva......................................11
2.5 Analisis Pulang -Pokok.........................................................................16
1. Analisis Pulang –Pokok Linear.................................................................17

BAB III PENUTUP................................................................................................21


3.1 Kesimpulan ............................................................................................21
3.2 Saran ......................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................

-i-
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Biaya Relevan

Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang
tepat akan berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya
tersebut. Biasanya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang
harus dibayar. Jika kita membeli sebuah produk secara tunai dan kemudian
segera menggunakan produk tersebut, maka tidak akan ada masalah yang
timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk tersebut. Namun
demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara waktu dan
kemudian baru rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang
bermacam-macam pada beberapa periode waktu yang tak terbatas. K

Biaya yang akan digunakan untuk suatu penggunaan tertentu


disebut biaya relevan (relevant cost). Pada saat penghitungan biaya yang akan
digunakan untuk melengkapi formulir pajak pendapatan sebuah perusahaan,
para akuntan diperlukan untuk membuat perincian jumlah rupiah yang
aktual yang dikeluarkan untuk membeli tenaga kerja, bahan baku dan
peralatan modal yang digunakan dalam produksi. Dan untuk tujuan-tujuan
pembayaran pajak, pengeluaran rupiah historis adalah biaya relevan yang
dimaksudkan di atas.

Sumber daya ekonomi mempunyai nilai karena sumber daya tersebut


bisa digunakan untuk memproduksi barang-barang dan jasa untuk konsumsi.
Ketika sebuah perusahaan menggunakan suatu sumber daya untuk memproduksi
sebuah produk tertentu perusahaan tersebut juga menawarkan sumber daya

-1-
tersebut kepada para pemakai alternatif.

Oleh karena itu konsep biaya tumbal menunjukkan kenyataan bahwa


semua keputusan didasarkan pada pilihan diantara tindakan alternatif. Biaya
tumbal sebuah sumber daya ditentukan oleh nilai penggunaan alternatif terbaik
dari sumber daya tersebut.

2.2 Biaya Eksplisit dan Implisit

1. Biaya Eksplisit
Biaya eksplisit adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan perusahaan, atau
biaya yang dikeluarkan dimana terdapat pembayaran kas. Misalnya pengeluaran
untuk membeli bahan baku untuk produksi, untuk membayar tenaga kerja langsung
yang berkaitan dengan produksi dan sebagainya.

2. Biaya Implisit
Biaya implisit adalah nilai dari input yang dimiliki perusahaan yang
digunakan dalam proses produksi, tetapi tidak sebagai pengeluaran nyata yang
dikeluarkan perusahaan. Biaya implisit juga dapat diartikan sebagai biaya non kas
yang diukur dalam konsep biaya kesemptan. Biaya implisit yang berkaitan dengan
setiap keputusan jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya ini tidak melibatkan
pengeluaran kas dan karena itu sering diabaikan dalam analisis keputusan. Karena
pembayaran kas tidak dilakukan untuk biaya implisit, konsep biaya kesempatan
harus digunakan untuk mengukurnya.

Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya


implisit. Upah yang dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk
bahan-bahan baku, bunga yang dibayarkan kepada para pemegang obligasi
perusahaan dan sewa bangunan merupakan contoh-contoh dari pengeluaran
eksplisit. Biaya implisit berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih
sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit ini tidak memasukkan pengeluaran-
pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali diabaikan dalam analisis
pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari ladang jika
ia tidak menggunakan ladang tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-
kegiatan pertaniannya.

2.3 Biaya Incremental dan Sunk Cost

Biaya Inkremental adalah biaya yang akan timbul sebagai akibat


dari adanya suatu keputusan. Biaya incremental ini merupakan perubahan
biaya total yang disebabkan oleh adanya suatu keputusan yang sedang
dibuat.
Biaya incremental ini harus diidentifikasi secara tepat, hanya
biaya-biaya yang berubah secara nyata sebagai hasil dari suatu keputusan
yang bisa dimasukkan, tetapi semua biaya berubah sebagai akibat dari
adanya keputusan tersebut harus dimasukkan. Faktor-faktor produksi
yang menganggur (tak terpakai) yang tidak mempunyai penggunaan
alternatif tidak mempunyai biaya incremental dan oleh karena itu bisa
dianggap tidak mempunyai biaya.

2.4 Biaya Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat


output dan harga secara, tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang
hubungan antara biaya dan output suatu perusahaan atau dengan kata
lain fungsi biayanya tergantung pada fungsi produksi perusahaan dan
fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan
tersebut.

1. Biaya Jangka Pendek

Yang dimaksudkan jangka pendek yaitu jangka waktu dimana sebagian


faktor produksi tidak dapat ditambah jumlahnya. Jangka pendek adalah periode
berlakunya dua kondisi, yaitu, perusahaan yang ada menghadapi batasan yang
dipaksakan oleh sejumlah faktor produsi tetap dan perusahaan baru tidak dapat
masuk, dan perusahaan yang ada tidak dapat keluar dari industri.

Macam-macam biaya dalam jangka pendek, antara lain:

1) Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah berapapun jumlah barang
yang diproduksi. Biaya untuk sewa tanah, sewa gedung, penyusutan mesin, gaji
pegawai tetap, gaji manajer, bunga pinjaman bank adalah contoh-contoh biaya
tetap. Misalnya, biaya gaji yang dikeluarkan perusahaan setiap bulan
Rp10.000.000. Selama satu bulan itu meskipun jumlah produksi bertambah biaya
gaji bulan itu tidak bertambah kecuali jika ada penambahan tenaga kerja.

Biaya tetap dibedakan menjadi dua macam yaitu:

a) Biaya Tetap Total atau Total Fixed Cost (TFC)

Biaya tetap merupakan jumlah keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam


jumlah tetap dalam jangka waktu tertentu. Besarnya biaya tetap tidak tergantung
pada besar kecilnya kuantitas produksi yang dilaksanakan. Bahkan bila untuk
sementara produksi dihentikan, biaya ini tetap harus dibayar.

b) Biaya Tetap Rata-Rata atau Average Fixed Cost (AFC)

Biaya tetap rata-rata adalah biaya tetap yang dibebankan pada setiap
satuan output yang dihasilkan. Biaya ini dihitung debgan membagi biaya tetap
total dengan jumlah output yang diproduksi. Pada produksi biaya tetap rata-
ratanya , selanjutnya pada produksi . Sehingga dapat disimpulkan bahwa
seberapa banyak output yang dihasilkan jumlah biaya tetap total akan sama.
Tetapi semakin banyak output yang dihasilkan, biaya tetap rata-rata atau AFC
akan semakin kecil dan semakin sedikit output yang dihasilkan, AFC semakin
besar. Ini dapat diketahui dari bentuk kurva AFC yang melengkung ke kanan
dari atas ke bawah.

2) Biaya Variabel atau Variable Cost (VC)

Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya tidak tetap atau berubah-
ubah sesuai dengan jumlah output yang dihasilkan. Semakin banyak output yang
dihasilkan maka biaya variabel yang dikeluarkan juga semakin banyak.
Sebaliknya, semakin sedikit output yang dihasilkan, semakin sedikit pula biaya
variabel yang dikeluarkan. Biaya bahan baku, bahan pembantu, bahan bakar, dan
upah tenaga kerja langsung merupakan contoh biaya variabel.

Jenis biaya variabel dapat dibedakan sebagai berikut:

a). Biaya Variabel Total atau Total Variable Cost (TVC)

Biaya variabel total merupakan seluruh biaya yang harus dikeluarkan


selama masa produksi output dalam jumlah tertentu untuk memperoleh faktor
produksi yang dapat diubah jumlahnya. Dimisalkan bahwa faktor produksi yang
dapat berubah jumlahnya adalah tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan
memperoleh pendapatan sebesar Rp 50.000. Bahan-bahan mentah merupakan
variabel yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi
produksi, semakin banyak bahan mentah yang yang diperlukan. Oleh sebab itu,
biaya berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja
yang digunakan.

b). Biaya Variabel Rata-Rata atau Average Variable Cost (AVC)

Biaya variabel rata-rata adalah b iaya variabel yang dibebankan pada tiap
unit produk yang dihasilkan.

3) Biaya Total atau Total Cost (TC)

Biaya total merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untk memproduksi


semua output, baik barang maupun jasa. Biaya total dapat dihitung dengan
menjumlahkan biaya tetap total (TFC) dengan biaya variabel total (TVC), yang
dirumuskan sebagai berikut

4) Biaya Rata-rata atau Average Cost (AC)

Biaya rata-rata atau AC merupakan biaya yang dikeluarkan untuk setiap


unit produksi.

(1) Biaya Tetap Rata-rata (AFC)

Apabila biaya tetap total ( TFC) untuk memperoduksi sejumlah barang


tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah
biaya tetap rata-rata. Dengan demikian rumus untuk menghitung biaya tetap rata-
rata atau AFC adalah:

AFC=TFC/Q

Dalam tabel 1.1 biaya tetap rata-rata ditunjukan dalam kolom (7), dan
angka-angka tersebut didapat dengan membagi nilai biaya tetap total (yang
terdapat dalam kolom 3) dengan jumlah produsi ( yang ditujukan dalam kolom 2)
pada setiap jumlah tenaga kerja yang digunakan.
(2) Biaya Berubah Rata-rata (AVC)

Apabila biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang


(Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut nilai yang diperoleh adalah biaya
berubah rata-rata. Biaya berubah rata-rata dihitung dengan rumus:

AVC=TVC/Q

Dalam tabel 1.1, biaya berubah rata-rata ditunjukan kolom (8) dan angka-
angka tersebut diperoleh dengan mebagi nilai biaya berubah total (dalam kolom 4)
dengan jumlah produksi (data dalam kolom 2).

(3) Biaya Total Rata-rata (AC)

Apabila biaya total (TC) untuk memprodksi sejumlah barang tertentu (Q)
dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya total
rata-rata. Nilainya dihitung menggunakan rumus dibawah ini:

AC=TC/Q atau AC=AFC+AVC

Dalam tabel 1.1 biaya total rata-rata ditunjukan dalam kolom (9), untuk
mendapat angak-angka tersebut, sesuai dengan yang bru ddinyatakan diatas, dua
cara dapat digunakan. Yang pertama adalah dengan mebagi nilai-nilai dalam
kolom (5) dengan jumlah produksi yang dinyatakan dalam kolom (2). Cara yang
kedua adalah dengan menambahkan biaya tetap rata-rata dan biaya berubah rata-
rata yang terdapat dalam kolom (7) dan (8).

5) Biaya marginal atau Marginal Cost (MC)

Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah produksi


sebanyak satu unit dinamakan biaya marjinal . Dengan demikian, berdasarkan
kepada definisi ini biaya marjinal dapat dicari dengan mengunakan rumus:

MCn =TCn – TCn-1


Dimana MCn adalah biaya marjinal produksi ke-n TCn adalah biaya pada
waktu jumlah produksi adalah n dan TCn-1 adalah biaya total pada waktu jumlah
produksi adalah n-1 . akan tetapi pada umumnya pertambahan nilai satu unit
faktor produksi akan menambah beberapa unit produksi.

2. Biaya Jangka Panjang

Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah atau menciutkan semua


faktor produksi atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu, biaya
produksi tidak perlu lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Di dalam
jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan adalah
biaya berubah. Hal ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan bukan saja dapat
menambah tenaga kerja tetapi juga dapat menambah jumlah mesin dan peralatan
produksi lainnya, luas tanah yang digunakan (terutama dalam kegiatan pertanian)
dan luas bangunan atau luas pabrik yang digunakan. Akibatnya, dalam jangka
panjang terdapat banyak kurva jangka pendek yang dapat dilukiskan.

1) Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang

Karena dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas


produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plant size) yang akan
meminimumkan biaya produksi. Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik
digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC). Dengan demikian analisis
mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usahanya
meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk
kapasitas yang berbeda-beda. Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi
yang digunakan adalah tingkat produksi yang ingin dicapai. Sehingga
peminimuman biaya jangka panjang tergantung kepada 2 faktor, yaitu:

 Tingkat produksi yang ingin dicapai.

 Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia.


a) Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang

Kurva LRAC (Long Run Average Cost) atau biaya total rata-rata jangka
panjang adalah kurva yang menunjukkan biaya rata-rata yang paling minimum
untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu mengubah
kapasitas produksinya. Kurva LRAC adalah suatu kurva yang berbentuk U yang
jauh lebih datar daripada kurva biaya total rata-rata jangka pendek. Selain itu,
semua kurva jangka pendek berada di atas kurva jangka panjang. Hal ini timbul
karena perusahaan memiliki fleksibilitas yang lebih tinggi pada jangka panjang.
Pada intinya, dalam jangka panjang perusahaan dapat memilih kurva jangka
pendek yang ingin digunakan. Tetapi dalam jangka pendek, perusahaan harus
menggunakan salah satu kurva jangka pendek yang telah dipilih sebelumnya.
Kurva LRAC merupakan kurva yang menyinggung berbagai kurva AC jangka
pendek. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling
optimum atau minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai
pengusaha dalam jangka panjang. Satu hal perlu diingat dalam menggambarkan
kurva LRAC adalah bahwa kurva itu tidak menyinggung kurva-kurva AC pada
bagian (di titik) yang terendah dari kurva AC.
Dapat disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan
setiap titik terendah dari AC, menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam
jangka panjang.

b) Kurva Biaya Jangka Pendek


Baik biaya tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya
jangka pendek sebuah perusahaan. Sebuah kurva biaya total jangka pendek
ditunjukkan oleh gambar 5.1.(a). Tampak jelas pada gambar tersebut, biaya total
atau total cost (TC) pada setiap tingkat output adalah jumlah dari biaya tetap,
total atau fixed cost (JFC) dan biaya variabel total atau variabel cost (TVC).
Karena biaya-biaya, apakah biaya rata-rata ataupun biaya marjinal,
digunakan hampir untuk semua tujuan-tujuan pembuatan keputusan operasional,
maka akan sangat bermanfaat bagi kita untak menelaah biaya-biaya ini.
TFC
Average Fixed Cost (AFC) = Q

TVC
Average Variabel Cost (AVC) = Q

Average Total Cost (AC) = AFC + AVC

TC dTC

Marginal Cost = Q dQ

c) Kurva Biaya Jangka Panjang


Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai input tetap,
oleh karena itu semua biaya jangka panjang adalah variabel. Selain itu,
sebagaimana kurva-kurva biaya jangka pendek mengggunakan kombinasi-
kombinasi input yang optimal (least cost combination) untuk memproduksi
setiap tingkat output (pada skala pabrik tertentu), maka kurva-kurva biaya
jangka panjang juga dibuat dengan menggunakan asumsi bahwa sebuah pabrik
yang optimal (pada tingkat teknologi tertentu) digunakan untuk memproduksi
tingkat output tertentu.
Dengan harga-harga input yang konstan dua kali lipat, input akan
menduakali lipatkan biaya totalnya yang menghasilkan sebuah fungsi biaya total
TC yang linear, seperti dilukiskan oleh gambar 5.2.
Jika fungsi produksi sebuah perusahaan bersifat decreasing returns to
scale, seperti telah dilukiskan pada gambar 5.3, input harus lebih dari dua kali
lipat untuk menghasilkan output dua kali lipat.

total (Rp)
z
Decreasing
Increasing productivity of variable
productivity of factors
variable factors TC FC

VC
TVC
Output
0 Q Q Q
1 2 3

Biaya per unit


(Rp)
MC

AC
AVC

Output
0
Q Q Q
1 2 3

Gambar 5.1. Kurva-kurva biaya jangka pendek

Rp

TC

Output

Gambar 5.2. Fungsi Biaya Total (TC) yang menunjukkan sistem produksi yang
Constant Returns to Scale

Selanjutnya dengan menganggap harga-harga input tidak bertambah


(konstan), fungsi biaya yang berkaitan dengan suatu sistem produksi akan
meningkat dengan tingkat kenaikan yang semakin besar, seperti ditunjukkan
gambar 5.3.
Fungsi produksi yang mula-mula menunjukkan increasing returns dan
kemudian decreasing returns telah dilukiskan dalam gambar 5.3. Di sini
proporsi kenaikan biaya lebih kecil dari proporsi kenaikan output pada kisaran
decreasing returns to scale, tetapi lebih besar pada saat terjadi decreasing
returns to scale.

Semua hubungan langsung antara fungsi produksi dan fungsi biaya yang
dijelaskan di atas didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga input adalah
konstan. Jika harga-harga input merupakan fungsi dari output, maka fungsi biaya
tersebut akan menunjukkan kenyataan itu. Misalnya, fungsi biaya suatu
prusahaan pada keadaan constant returns input yang dibeli, akan berbentuk
seperti ditunjukkan oleh gambar 5.3. proporsi kenaikan biaya akan lebih besar
dari proporsi kenaikan output.

Rp

TC

Output

Gambar 5.3. Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang
Increasing Returns to Scale

Kemudian, tampak bahwa walupun biaya dan produksi berhubungan,


sifat dari harga-harga input harus ditelaah lebih dahulu sebelum kita mencoba
untuk menghubungkan sebuah fungsi biasa dengan fungsi produksi yang
mendasarinya. Harga-harga input dan produktivitas secara bersama-sama
menentukan fungsi biaya total tersebut.

2.5 Analisis Pulang - Pokok


Analisis pulang-pokok (break even analysis) atau sering juga
disebut analisis konstribusi laba merupakan teknik analisis penting yang
digunakan untuk mempelajari hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan
dan laba. Sifat analisis pulang-pokok ini dilukiskan dalam gambar 5.4 yakni
sebuah grafik dasar pulang-pokok, yang terbentuk dari kurva biaya total
(TC) dan penerimaan dan penerimaan total (TR) suatu perusahaan.
Volume output ditunjukkan oleh sumbu horisontal, sedangkan penerimaan
dan biaya ditunjukkan pada sumbu vertikal. Karena biaya tetap (FQ)
selalu konstan tanpa memandang berapapun jumlah output yang
dihasilkan, maka FC tersebut ditunjukkan oleh garis yang mendatar.
Biaya variabel (VQ) pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara
kurva TC dan kurva FC. Kurva TR menunjukkan hubungan
harga/permintaan akan produk perusahaan tersebut dan laba/kerugian pada
setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TR dan kurva TC.
Walaupun gambar 5.4 disebut grafik pulang-pokok dan bisa
digunakan untuk menentukan kuantitas output di mana perusahaan tersebut
dimulai memperoleh laba yang positif, nilai analitisnya bisa juga digunakan
untuk menentukan tingkat output pulang-pokok. Grafik tersebut
menggambarkan hubungan penerimaan dan biaya pada seluruh tingkat output
dan oleh karena itu bisa digunakan untuk menganalisis apa yang terjadi
terhadap laba jika volume output berubah-ubah.

Rp (juta) TC
rugi
TR
laba

rugi FC
0 Titik peluang-pokok dijualdijual
Laba maksimum

Gambar 5.4. Grafik Pulang-pokok

a. Analisis Pulang-pokok Linear

Dalam penerapan analisis pulang-pokok, hubungan yang linier biasanya


digunakan untuk menyederhanakan analisis tersebut. Analisis pulang-pokok
nonlinear cukup menarik secara intelektual karena alasan pokok yaitu: (1)
tampaknya masuk akal untuk menduga bahwa banyak kasus kenaikan penjualan
bisa dicapai hanya jika harga diturunkan, dan (2) analisis fungsi biaya
menunjukkan bahwa biaya variabel rata-rata (AVC) akan turun pada
kisaran output tertentu dan kemudian meningkat. Namun demikian, seperti
tampak pada contoh, analisis linear cukup memadai untuk berbagai
penggunaan.
Grafik pulang-pokok memungkinkan seseorang memusatkan
perhatiannya terhadap unsur-unsur pokok dari laba seperti penjualan, biaya
tetap (FC), dan biaya variabel (VC). Selain itu, walaupun grafik peluang-
pokok linear dilukiskan mulai dari tingkat output sama dengan nol sampai
dengan tingkat output yang paling tinggi, tetapi tak seorang pun yang
menggunakan analisis ini yang akan memikirkan tingkat output yang tertinggi
dan terendah tersebut. Dengan kata lain, para pengguna grafik pulang-pokok
sesungguhnya hanya memperhatikan kisaran output yang relevan dan di dalam
kisaran tersebut fungsi linear mungkin cukup tepat.
Gambar 5.5 menunjukkan sebuah grafik pulang-pokok yang linear.
Biaya tetap (FQ) sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal.
Biaya variabel (VC) dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya
total (TQ) akan meningkat sebesar Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit
tambahan output yang dihasilkan. Produk tersebut dianggap dijual dengan
harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total (TR) adalah sebuah garis
lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut lebih curam daripada
slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima
penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang
dihasilkan, tetapi hanya mengeluarkan sebesar Rp 1.800,- untuk biaya tenaga
kerja, bahan-bahan dan input-input variabel lainnya.
Sampai titik pulang-pokok, yang ditunjukkan oleh perpotongan antara
garis TR dan garis TC, perusahaan tersebut menderita kerugian. Selain
melampaui titik tersebut, perusahaan itu mulai memperoleh laba. Gambar 5.5
menunjukkan titik pulang-pokok pada tingkat penjualan dan tingkat biaya
sebesar Rp 150 juga yang terjadi pada tingkat produksi sebanyak 50.000
unit.

Rp (juta)

Titik
Peluan TR Laba bersih
g- laba
Pokok

150 TC
VC

60 rugi FC
FC
Kuantitas
yang
0 50 80
diproduksi dan
yang dijual
Gambar 5.5. Grafik Pulang-pokok Yang Linear

Untuk dapat menggunakan sumber daya, produsen harus


membayar kepada pemilik sumber daya paling tidak opportunity cost dari
sumber daya tersebut bagi pemiliknya.
Biaya eksplisit perusahaan adalah pembayaran tunai untuk sumber
daya yang dibeli di pasar sumber daya: upah, sewa, bunga, asuransi, pajak
dan sejenisnya. Disamping adanya pengeluaran tunai langsung ini, atau
biaya eksplisit, perusahaan juga menghadapi biaya implisit yang
merupakan opportunity cost dari penggunaan sumber daya milik
perusahaan atau pemilik perusahaan. Contohnya meliputi penggunaan
bangunan milik perusahaan sendiri, penggunaan dana perusahaan atau
waktu dari pemilik perusahaan.

Beberapa sumber daya, seperti tenaga kerja disebut sebagai sumber


daya variabel karena dapat dilihat dengan cepat untuk mengubah jumlah
output. Dalam jangka panjang tidak ada sumber daya tetap. Dalam jangka
pendek, setidaknya ada satu sumber daya tetap.
Dapat diperdebatkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan karena
faktor-faktor variabel tidak perlu berhubungan dengan biaya variabel.
Misalnya, jika perusahan tidak perlu membayar satu senpun kepada
pemilik faktor tetap, bila perusahaan tidak mengganakan faktor apapun;
maka semua pembayaran untuk faktor semacam itu harus dimasukkan
dalam faktor tetap. Pembedaan antara biaya tetap dan biaya variabel. Jika
output naik, maka biaya total selalu naik. Hanya biaya rata-rata dan biaya
marjinal yang dapat turun apabila output naik.
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial – Ekonomi Mikro Terapan Untuk


Manajemen Bisnis. Yogyakarta: Edisi 4 : BPFE.
Kurniawan Paulus, Made Kembar Sri Budhi. 2015. Pengantar Teori Ekonomi
Makro dan Mikro. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Sugiarto, dkk. 2002. Ekonomi Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai