Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORY BIAYA

Matakuliah Ekonomi Manajerial

Dosen Pembimbing

Achmad Agus Priyono. SE

Oleh:

Nurhaidah : 21501081245

Lika Handayani : 21501081235

JURUSAN MANAJEMEN L

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat tuhan yang maha esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini penulis membahas mengenai “TEORY BIAYA”
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
bapak Achmad Agus Priyono,SE Selaku dosen mata kuliah Ekonomi Manajerial yang telah
memberikan pengarahan dan masukan kepada kelompok kami.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Malang , 20 April 2017


BAB I

PENDAHULAN

A. Latar Belakang.
Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan
berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biasanya, biaya
berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar. Jika kita membeli
sebuah produk secara tunai dan kemudian segera menggunakan produk tersebut, maka
tidak akan ada masalah yang timbul dalam pendefinisian dan pengukuran biaya produk
tersebut. Namun demikian, jika barang tersebut dibeli lalu disimpan untuk sementara
waktu dan kemudian baru rumit lagi, jika barang tersebut merupakan aset yang
bermacam-macam pada beberapa periode waktu yang tak terbatas. Lantas berapa biaya
penggunaan aset tersebut selama periode tertentu, inilah yang akan kita bahas pada isi
makalah ini.
B. Rumusan Masalah.
1. Bagaimana Konsep-konsep Biaya Relevan
2. Bagaimana incremental dan sunk cost
3. Bagamaina Biaya Jangka Pendek dan Jangka Panjang
4. Bagaiman Kurva Biaya Jangka Pendek dan Biaya Jangka Panjang
5. Dan menganalisis Pulang Pokok dan Kontribusi Laba
C. Tujuan.
Supaya mahasiswa dan mahasiswi Unisma Khususnya jurusan Manajemen L bisa
memahami dan mengerti Bagaimana Konsep-konsep Biaya Relevan, Bagaimana
incremental dan sunk cost, Bagamaina Biaya Jangka Pendek dan Jangka Panjang,
Bagaiman Kurva Biaya Jangka Pendek dan Biaya Jangka Panjang, Dan menganalisis
Pulang Pokok dan Kontribusi Laba.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Biaya.
Pengertian biaya dalam ilmu ekonomi adalah biaya kesempatan. Konsep ini dipakai
analisis teori biaya produksi. Dalam konsep ini ada biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya
eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan
keuangan. Contoh biaya eksplisit adalah biaya listrik, telepon dan air, pembayaran gaji
buruh dan gaji karyawan. Biaya implisit adalah biaya kesempatan, antara lain biaya tenaga
kerja, biaya barang modal dan biaya kewirausahaan. Biaya barang modal, dalam biaya
ekonomi penggunaan barang modal bukanlah berapa besar uang yang harus dikeluarkan
untuk menggunakannya, melainkan berapa besar pendapatan yang diperoleh bila mesin
disewakan kepada perusahaan lain. Wirausahawan adalah orang yang mengkombinasikan
berbagai faktor produksi untuk ditransformasi menjadi output berupa barang dan jasa. Atas
keberanian menanggung resiko, pengusaha mendapat balas jasa berupa laba. Laba adalah
kelebihan pendapatan yang diperoleh dibanding dengan pengeluaran yang dilakukan.
B. Biaya Eksplisit dan Implisit.
Biaya eksplisit adalah pengeluaran-pengeluaran nyata dari kas perusahaan untuk membeli
atau menyewa jasa-jasa faktor produksi yang dibutuhkan dalam berproduksi. Contoh: biaya
tenaga kerja, sewa gedung, dll. Biaya implisit adalah biaya yang tidak terlihat. Biaya implisit
ini tidak dikeluarkan langsung dari kas perusahaan. Biaya implisit diperhitungkan dari faktor-
faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan.
Biaya penggunaan sumber daya mencakup biaya eksplisit dan biaya implisit, upah yang
dibayarkan, pengeluaran untuk listrik, pembayaran untuk bahan-bahan baku, bunga yang
dibayarkan kepada para pemegang obligasi perusahaan dan sewa bangunan. Biaya implisit
berkenan dengan setiap keputusan yang jauh lebih sulit untuk dihitung. Biaya-biaya implisit
ini tidak memasukkan pengeluaran-pengeluaran tunai dan oleh karena itu seringkali
diabaikan dalam analisis pembuatan keputusan. Sewa yang bisa diterima seorang petani dari
ladang jika la tidak menggunakan lading tersebut merupakan biaya implisit dari kegiatan-
kegiatan pertaniannya.
C. Biaya Incremental dan Sunk Cost.
Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan
output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi). Incremental cost juga
merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur
dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga
fixed. Contoh: penambahan biaya total produksi karena keputusan manajemen untuk
penambahan tenaga kerja dan bahan baku.Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur
keluar, dan tidak relevan lagi untuk memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat.
Logika dari definisi biaya ini adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif
keputusan yang dibuat untuk melapisi pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap
ada (keluar). Contoh, saya tertarik untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya
membayar uang tanda atau down payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika,
saya tertarik untuk membeli motor low rider. Saya harus membayar lunas sebesar Rp.56 juta
untuk bisa mendapatkan motor tersebut. Pilihan dari kedua opsi tersebut, apakah saya
membeli motor sport atau membeli motor low rider, itu tidak akan berpengaruh kepada uang
tanda sebesar 2 juta tadi.
D. Biaya Jangka Pendek Dan Jangka Panjang.
a. Pengertian jangka panjang.
Jangka panjang adalah jangka waktu dimana perusahan dapat menambah salahsatu
factor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, dalam analisis
dimisalkan bahwa sebagian dari factor-faktor produksi yang digunkan dianggap tetap
jumlahnya.
b. Jangka pendek.
Jangka waktu dimana semua factor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu
jumlahnya dapat ditambah apabiala pertambahan itu diperlukan.
Penggunaan konsep biaya relevan untuk keputusan penentu tingkat output dan harga secara,
tepat membutuhkan suatu pemahaman tentang hubungan antaa biaya dan output suatu
perusahaan atau dengan kata lain fungsi biayanya tergantung pada fungsi produksi preusahaan
dan fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan tersebut.
E. Kurva Jangka Pendek Dan Jangka Panjang
a. Kurva Biaya Jangka Pendek.
Baik biaya tetap maupun biaya variabel akan mempengaruhi biaya jangka pendek
sebuah perusahaan. (a). Tampak jelas pada gambar tersebut, biaya total atau total cost
(TC) pada setiap tingkat output adalah jumlah dari biaya tetap total atau fixed cost
(TFC) dan biaya variabel total atau variabel cost (TVC). Karena biaya-biaya, apakah
biaya rata-rata atau biaya marjinal, digunakan hamper untuk semua tujuan-tujuan
pembuatan keputusan operasional, maka akan sangat bermanfaat bagi kita untak
menelaah biaya-biaya ini.
Average Fixed Cost = AFC =
Average Variabel Cost = AVC =
Average (Total) Cost = AC
= AFC + AVC
Marginal Cost =
TC=FC+VC
Biaya variable merupakan unsur biaya total karena biaya total memiliki sifat yang juga
dimiliki oleh biaya variable yaitu besarnya biaya total itu berubah-ubah seiring berubah-
ubahnya jumlah output yang dihasilkan.
.b. Kurva Biaya Jangka Panjang
Dalam jangka panjang, suatu perusahaan tidak mempunyai input tetap, oleh
karena itu semua biaya jangka panjang adalah variabel. Selain itu, sebagaimana
kurva- kurva biaya jangka pendek mengggunakan kombinasi-kombinasi input yang
optimal (least cost combination) untuk memproduksi setiap tingkat output (pada skala
pabrik tertentu), maka kurva-kurva biaya jangka panjang juga dibuat dengan
menggunakan asumsi bahwa sebuah pabrik yang optimal (pada tingkat teknologi
tertentu) digunakan untuk memproduksi tingkat output tertentu.
Dengan harga-harga input yang konstan dua kali lipat input akan
menduakali lipatkan biaya totalnya yang menghasilkan sebuah fungsi biaya total JQ
yang linear, seperti dilukiskan. Jika fungsi produksi sebuah perusahaan bersifat
decreasing returns to scale, seperti telah dilukiskan pada gambar 5.10. input harus
lebih dari dua kali lipat untuk menghasilkan output dua kali lipat. Fungsi Biaya Total
(TC) yang menunjukkan sistem produksi yang Constant Returns to Scale Selanjutnya
dengan menganggap harga-harga input tidak bertambah (konstan), fungsi biaya yang
berkaitan dengan suatu sistem produksi akan meningkat dengan tingkat kenaikan
yang semakin besar, seperti ditunjukkan dalam Fungsi produksi yang mula-mula
menunjukkan increasing returnsan.
Fungsi produksi ini ditunjukkan dalam proporsi kenaikan biaya lebih kecil
dari proporsi kenaikan output pada kisaran decreasing returns to scale, tetapi lebih
besar pada saat terjadi decreasing returns to scale. Semua hubungan langsung antara
fungsi produksi dan fungsi biaya yang dijelaskan di atas didasarkan pada asumsi
bahwa harga-harga input adalah konstan. Jika harga-harga input merupakan fungsi
dari output, maka fungsi biaya tersebut akan menunjukkan kenyataan itu. Misalnya,
fungsi biaya suatu prusahaan pada keadaan constant returns input yang dibeli, akan
berbentuk dalam proporsi kenaikan biaya akan lebih besar dari proporsi kenaikan
output. Di lain pihak, potongan kuantitas (pembelian) akan rnenghasilkan sebuah
fungsi produksi yang meningkat pada decreasing return. Kemudian, tampak bahwa
walupun biaya dan produksi berhubungan, sifat dari harga-harga input harus ditelaah
lebih dahulu sebelum kita mencoba untuk menghubungkan sebuah fungsi biasa
dengan fungsi produksi yang mendasarinya. Harga- harga input dan produktivitas
secara bersama-sama menentukan fungsi biaya total tersebut.
LTC=LVC
Keterangan: LTC= Biaya Total Jangka Panjang
LVC= Biaya Variable Jangka Panjang

Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang


Increasing Returns to Scale.
 Return To Scale
Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya pola produksi di mana mula-
mula increasing returns to scale kemudian decreasing returns to scale. Scale produksi
yang ekonomis (economies of scale), yang menyebabkan biaya rata-rata jangka
panjang atau log-run average cost (LRAC) menurun, terjadi karena hubungan produksi
dan hubungan pasar.
Spesialisasi dalam penggunaan tenaga kerja merupakan salah satu factor penting
yang menghsilkan economies of scale. Para pekerja disebuah perusahaan kecil
biasanya mempunyai beberapa pekerjaan, dan keahlian mereka untuk suatu jenis
pekerjaan biasanya lebih rendah dari para pekerja yang hanya berspesialisasi dalam
satu pekerjaan saja dan produktivitas tenaga kerja seringkali lebih tinggi dalam suatu
perusahaan yang besar, dimana individu bisa dipekerjakan untuk suatu pekerjaan
tertentu. Hal tersebut akan menurunkan unit biaya produksi untuk skala produksi yang
lebih besar.
Fungsi Biaya Total (TC) Yang Menunjukkan Sistem Produksi Yang Mula-mula
Increasing Returns To Scale Kemudian Decreasing Returns To Scale. Faktor teknologi
juga bisa menimbulkan economies of scale. Skala produksi yang besar biasanya
memungkinkan penggunaan peralatan modern yang canggih. Produktivitas peralatan
tersebut seringkali juga meningkatkan jumlah produksi lebih cepat dari pada biaya,
Misalnya, pemangkit listrik yang berkekuatan 500.000 kilowatt biasanya
membutuhkan biaya tidak sampai dua-kali dari biaya pembangkit listrik yang
berkekuatan 250.000 kilowatt.
Adanya potongan-potongan kuantitas (pembelian) juga bisa menyebabkan
economies of scale melalui pembelian bahan baku, persediaan dan input-input lainnya
secara besar-besaran. Keadaan yang ekonomis ini meluas sampai biaya kapital.
Biasanya, semakin besar suatu perusahaan maka ia mempunyai akses yang lebih
besar pula terhadap pasar modal dan bisa memperoleh dana dengan tingkat bunga yang
lebih rendah. Faktor- faktor tersebut dan yang lain-lainnya bisa menghasilkan
increasing returns to scale dan oleh karena itu akan menurunkan biaya-biaya.
Ada beberapa tingkat output, economies to scale biasanya tidak berlangsung
lama, karena kemudian biaya rata-rata atau average cost (AC) mulai meningkat.
Kenaikan AC pada tingkat output yang tinggi seringkali disebabkan oleh keterbatasan
menajemen dalam mengkoordinasi sebuah organisasi pada saat manajemen tersebut
mencapai ukuran yang sangat besar daripada output (yang menyebabkan kenaikan unit
biaya) dan manajemen menjadi kurang efisien yang akhirnya meningkatkan biaya
produksi suatu produk. Walaupun keberadaan diseconomies of scale seperti itu masih
diperdebatkan oleh para peneliti, namun kenyataan menunjukkan bahwa diseconomies
memang terjadi dalam industri-industri tertentu.
F. Analisis Peluang Pokok
Analisis peluang-pokok (break enven analysis) atau sering juga disebut analisis
konstribusi laba merupakan teknik analisis penting yang digunakan untuk mempelajari
hubungan-hubungan antara biaya, penerimaan dan laba. Sifat analisis peluang-pokok ini
dilukiskan dalam gambar 6.10 yakni sebuah grafik dasar peluang- pokok, yang terbentuk dari
kurva biaya total (TC) dan penerimaan dan penerimaan total (TR) suatu perusahaan. Volume
output ditunjukkan oleh sumbu horisontal, sedangkan penerimaan dan biaya ditunjukkan
pada sumbu vertikal. Karena biaya tetap (FQ) selalu konstan tanpa memandang berapapun
jumlah output yang dihasilkan, maka FC tersebut ditunjukkan oleh garis yang mendatar.
Biaya variabel (VQ) pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TC dan kurva
FC. Kurva TR menunjukkan hubungan harga/permintaan akan produk perusahaan tersebut
dan laba/kerugian pada setiap output ditunjukkan oleh jarak antara kurva TR dan kurva TC.
 Analisis Peluang-pokok Linear.
Dalam penerapan analisis peluang-pokok, hubungan yang linier biasanya
digunakan untuk menyederhanakan analisis tersebut. Analisis peluang-pokok nonlinear
cukup menarik secara intelektual karena alasan pokok yaitu: (1) tampaknya masuk akal
untuk menduga bahwa banyak kasus kenaikan penjualan bias dicapai hanya jika harga
diturunkan, dan (2) analisis fungsi biaya menunjukkan bahwa biaya variabel rata-rata
(AVC) akan turun pada kisaran output tertentu dan kemudian meningkat. Namun
demikian, seperti tampak pada contoh, analisis linear cukup memadai untuk berbagai
penggunaan.
Unsur-unsur pokok dari laba seperti: penjualan, biaya tetap (FC), dan biaya variabel (VC).
Selain itu, walaupun grafik peluang-pokok linear dilukiskan mulai dari tingkat output sama
dengan nol sampai dengan tingkat output yang paling tinggi, tetapi tak seorang pun yang
menggunakan analisis ini yang akan memikirkan tingkat output yang tertinggi dan terendah
tersebut. Dengan kata lain, para pengguna grafik peluang-pokok sesungguhnya hanya
memperhatikan kisaran output yang relevan dan di dalam kisaran tersebut fungsi linear
mungkin cukup tepat.
 Peluang-Pokok Yang Linear. Biaya Tetap.
(FQ) sebesar Rp 60 juta ditunjukkan oleh sebuah garis horisontal. Biaya variabel
(VC) dianggap sebesar Rp 1.800,- per unit, maka biaya total (TQ) akan meningkat sebesar
Rp 1.800,- per unit untuk setiap satu unit tambahan output yang dihasilkan. Produk
tersebut
dianggap dijual dengan harga Rp 3.000,- per unit, jadi penerimaan total (TR)
adalah sebuah garis lurus dari titik origin. Slope dari garis TR tersebut lebih curam
daripada slope TC. Hal tersebut terjadi karena perusahaan tersebut akan menerima
penghasilan sebanyak Rp 3.000,- untuk setiap unit produk yang dihasilkan, tetapi hanya
mengeluarkan sebesar Rp 1.800,- untuk biaya tenaga kerja, bahan-bahan dan input-input
variabel lainnya.

 Analisis Peluang-Pokok Secara Aljabar.


Walaupun grafik peluang-pokok merupakan flat yang sangat berguna untuk
melukiskan hubungan laba atau output, tetapi teknik-teknik aljabar biasanya merupakan
suatu alat yang lebih efisien untuk menganalisis masalah-masalah pengambilan
keputusan. Teknik aljabar untuk menyelesaikm masalah peluang-pokok bias
digambarkan dengan menggunakan hubungan-hubungan biaya dan penerimaan.
P = Harga jual per unit
Q = Kuantitas yang diproduksi dan yang dijual
TFC = Total Fixed Cost (Biaya tetap Total)
AVC = Average Variable Cost (Biaya variabel Rata-rata)
Kuantitas peluang-pokok, yang didefinisikan sebagai volume output dimana TR
(P.Q) persis sama dengan TC (TFC + AVC.Q). Dalam contoh yang digambarkan oleh
gambar 6.1l, P Rp 3.000,00 AVC = Rp 1.800,00 dan TFC = Rp 60 juta. Kuantitas
peluang-pokok diperoleh sebagai berikut:
Catatan: P.Q = RFC + AVC.Q
(P-AVC) Q = TFC
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Hubungan-hubungan biaya memainkan peran kunci dalam hampir semua keputusan
manajerial. Konsep-konsep biaya menunjukkan hubungan antara fungsi biaya dengan fungsi
produksi dan beberapa hubungan jangka pendek dan jangka panjang. Walaupun konsep biaya
relevan berbeda-beda untuk suatu keadaan dengan keadaan lainnya, tetapi ada beberapa
hubungan yang umum ditemui dalam analisis biaya tersebut. Pertama, biaya relevan biasanya
didasarkan pada konsep penggunaan alternatif. Biaya relevan suatu sumberdaya ditentukan
oleh nilainya dalam penggunaan alternatif yang terbaik. Kedua, biaya relevan dari sebuah
keputusan hanya mencakup biaya-biaya yang dipengaruhi oleh tindakan yang sedang
dilakukan. Inilah yang disebut dengan biaya inkremental. Jika satu biaya tertentu tidak
berubah dengan adanya suatu tindakan, maka biaya inkremental yang relevan adalah sama
dengan nol.
Penggunaan konsep biaya relevan membutuhkan suatu informasi tentang hubungan biaya
atau output dari sebuah perusahaan atau fungsi biayanya. Fungsi biaya tersebut ditentukan
oleh fungsi produksi dan fungsi penawaran input yang digunakan perusahaan tersebut, di
mana fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara input dan output dan harga-harga
input mengubah hubungan fisik tersebut menjadi fungsi biaya atau output. Dua fungsi biaya
yang utama yang digunakan dalam pembuatan keputusan-keputusan manajerial adalah fungsi
biaya jangka pendek yang digunakan dalam keputusan-keputusan sehari-hari dan fungsi biaya
jangka panjang yang digunakan untuk tujuan-tujuan perencanaan. Jangka pendek adalah
periode waktu di mana beberapa sarana produksi sebuah perusahaan tidak bisa diubah, dan
jangka panjang adalah periode waktu yang cukup panjang yang memungkinkan perusahaan
untuk mengubah sistem produksinya secara penuh melalui penambahan, pengurangan atau
penggantian asset-asetnya.
DAFTAR PUSTAKA
Salvatore, Dominick. 2005. Managerial Economics = Ekonomi Manajerial Dalam
Perekonomian Global, buku 1. Terjemahan. “ Dominick Salvatore “2005. Salemba Empat.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai