Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH EKONOMI MANAJERIAL

TEORI DAN ESTIMASI BIAYA

Oleh;
KELOMPOK 2
MUSDAWINA (000801562022)
MUSDALIFAH HR (001301562022)
MUH KHAERUL ACO (000501562022)
NUR KHOFIFAH RAUF (004401562022)
AINUN ZAHIRA HAERUL (003801562022)
ERNAWATI RIDJAL (004201562022)
SUNARTI (003501562022)

MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Ekonomi
Manajerial yang berjudul Teori dan Estimasi Biaya.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan membaca beberapa
referensi berupa buku dan jurnal. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Dari segala hal tersebut, kami sadar bahwa masih ada kekurangan baik dari
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami menerima saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami berharap semoga makalah Ekonomi Manajerial ini bisa
memberikan manfaat bagi pembaca.

Makassar, November 2022

Kelompok II

ii
DAFTAR ISI

Sampul ........................................................................................................................ i

Kata Pengantar .......................................................................................................... ii

Daftar Isi ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Fungsi Biaya Jangka Pendek ............................................................................ 3
B. Kurva Biaya Jangka Panjang ........................................................................... 8
C. Ukuran Pabrik dan Skala Ekonomis .......................................................... 11
D. Kurva Pembelajaran ................................................................................. 13
E. Minimasi Biaya Secara Internasional-Skala Ekonomis yang Baru ................. 16
F. Manajemen Logistik atau Penawaran Berantai ................................................ 17
G. Analisis Biaya Volume laba dan Tuasan Operasi ........................................... 18
H. Estimaaasi Empiris Fungsi Biaya..................................................................... 23
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 31

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, setelah mengalami pertambahan penduduk dan
perkembangan teknologi secara terus menerus. Situasi kehidupan masyarakat
menjadi berubah. Di lain pihak jenis dan jumlah kebutuhan hidup menjadi makin
tidak terbatas. Barang-barangyang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
tidak dapat lagi diambil langsung dari alam, tetapi harus diproduksi lebih dahulu.
Istilah biaya bisa diartikan dengan sebagai cara dan pengertian yang tepat akan
berubah-ubah, tergantung pada bagaimana penggunaan biaya tersebut. Biaya
eksplisit berarti pengeluaran actual perusahaan untuk mempekerjakan tenaga kerja,
menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam produksi termasuk di
dalamnya adalah upah tenaga kerja, harga sewa modal, perlengkapan, gedung, dan
harga pembelian bahan mentah serta barang setengah jadi. Biaya implisit berarti
nilai input yang dibeli dan digunakan oleh perusahaan dalam aktivitas produksinya
sendiri. Biaya implisit meliputi gaji tertinggi yang dapat diperoleh oleh si
pengusaha apabila bekerja di tempat alternative terbaiknya (mengelola perusahaan
lain), dan pendapatan tertinggi yang dapat diperoleh perusahaan dari
menginvestasikan modalnya dalam alternative lain yang paling menguntungkan
atau menyewakan tanah dan bangunan yang dimiliki kepada penawar tertinggi
(dibandingkan dengan menggunakan sendiri).
Biaya alternative atau biaya oportunitas seluruh input baik yang dimiliki atau
dibeli perusahaan. Biaya ekonomi harus dibedakan dari biaya akuntansi yang hanya
mengacu pada pengeluaran aktual perusahaan atau biaya eksplisit, yang digunakan
untuk membeli atau menyewa input. Biaya akuntansi atau biaya historis penting
untuk laporan keuangan perusahaan dan untuk pajak. Bagi tujuan pengambilan
keputusan manajerial (yang merupakan perhatian utama dalam hal ini), biaya
ekonomis atau biaya oportunitas adalah konsep biaya relevan yang harus digunakan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa fungsi biaya jangka pendek?
2. Apa fungsi biaya jangka panjang?
3. Bagaimana ukuran pabrik dan skala ekonomis?
4. Bagaimana bagaimana model kurva pembelajaran?
5. Bagaimana menimasi biaya secara internasional – skala ekonomis yang baru?
6. Bagaimana manajemen logistic atau penawaran berantai?
7. Bagaimana analisis biaya volume laba dan tuasan operasi?
8. Bagaimana estimasi empiris fungsi biaya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui fungsi biaya jangka pendek!
2. Untuk mengetahui kurva biaya jangka panjang!
3. Untuk mengetahui ukuran pabrik dan skala ekonomis!
4. Untuk mengetahui bagaimana model kurva pembelajaran!
5. Untuk mengetahui menimasi biaya secara internasional – skala ekonomis yang
baru!
6. Untuk mengetahui manajemen logistic atau penawaran berantai!
7. Untuk mengetahui analisis biaya volume laba dan tuasan operasi!
8. Untuk mengetahui estimasi empiris fungsi biaya!

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Biaya Jangka Pendek
1. Pengertian Fungsi Biaya Total Dan Biaya Unit Jangka Pendek
Jangka pendek adalah suatu periode di mana beberapa input perusahaan
adalah tetap (tidak dapat diubah dengan mudah, kecuali mungkin dengan beban
yang besar). Kewajiban total perusahaan per periode waktu untuk seluruh input
tetap disebut biaya tetap total (total fixed cost/TFC). Biaya ini meliputi
pembayaran bunga terhadap modal yang dipinjam, pengeluaran sewa terhadap
pabrik dan perlengkapan (atau depresiasi yang diasosiasikan dengan lamanya
waktu pemilikan pabrik dan perlengkapan), pajak kepemilikan benda-benda dan
gaji (termasuk untuk top manajemen) yang tetap karena kontrak, yang harus
dibayar selama umur kontrak tanpa melihat apakah perusahaan berproduksi atau
tidak. Biaya variable total (total fixed cost/TFC), di sisi lain, adalah kewajiban
total perusahaan per periode waktu untuk seluruh input variable yang digunakan.
Input variable adalah input yang dapat dengan mudah diubah oleh perusahaan
dalam waktu yang singkat. Termasuk dalam biaya variable pembayaran adalah
untuk bahan mentah, bahan bakar, depresiasi yang dikaitkan dengan penggunaan
pabrik dan peralatan, Sebagian besar biaya tenaga kerja, pajak, dan lain-lain.
Biaya total (total cost/TC) sama dengan biaya tetap total (TFC) ditambah dengan
biaya variable total (TVC). Artinya:
TC = TFC + TVC

Dengan keterbatasan yang ditimbulkan oleh pabrik dan peralatan yang ada,
perusahaan dapat mengubah-ubah outputnya dalam jangka pendek dengan
melakukan variasi penggunaan input variable. Hal ini menyebabkan
meningkatnya fungsi TFC, TVC, dan TC dari perusahaan. Fungsi ini
menunjukkan biaya tetap, variabel, dan biaya total yang minimal bagi perusahaan
untuk menggunakan kombinasi berbagai tingkat output tertentu dengan asumsi

3
bahwa perusahaan menggunakan kombinasi input yang optimum atau dengan
biaya rendah. Sehingga, biaya total untuk memproduksi suatu tingkat output
tertentu diperoleh dengan mengalikan kuantitas optimum dari masing-masing
input dikalikan dengan harga input dan kemudian menambahkan seluruh biaya
ini. Dalam mendefinisikan fungsi biaya, seluruh input dinilai atas dasar biaya
opurtunitasnya, yang mencakup baik eksplisit maupun yang implisit. Harga input
diasumsikan tetap konstan dengan mengabaikan kuantitas yang diminta pada
masing-masing input oleh perusahaan.
Dari fungsi biaya tetap total, biaya variabel total, dan biaya total, kita dapat
menurunkan fungsi biaya per unit (biaya tetap rata-rata, rata-rata variabel,
variabel total dan marginal). Biaya tetap rata-rata (average fixed cost/AFC)
sama dengan biaya tetap total (TFC) dibagi dengan tingkat output (Q). Biaya
variabel rata-rata (average variabel cost/AVC) sama dengan biaya tetap total
(TVC) dibagi dengan output. Biaya total rata-rata juga sama dengan biaya tetap
rata-rata ditambah dengan biaya variabel rata-rata. Terakhir, biaya marginal
(marginal cost/MC) adalah perubahan biaya total atau perubahan dalam biaya
variabel total (TVC) akibat perubahan dalam jumlah output per unit. Sehingga,
𝑇𝐹𝐶
AFC = 𝐴𝐹𝐶 =
𝑄

𝑇𝑉𝐶
AVC = 𝐴𝑉𝐶 =
𝑄

𝑇𝐶
ATC = = 𝐴𝐹𝐶 + 𝐴𝑉𝐶
𝑄

𝛥𝑇𝐶 𝛥𝑇𝑉𝐶
MC = =
𝛥𝑄 𝛥𝑄

4
Tabel 7.1
Skedul biaya tetap total dan per unit jangka pendek

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Kuantitas Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya
output tetap variabel total tetap variabel total marginal
total total rata- rata- rata-
rata rata rata
0 $60 $0 $60 - - - -
1 60 20 80 $60 $20 $80 $20
2 60 30 90 30 15 45 10
3 60 45 105 20 15 35 15
4 60 80 140 15 20 35 35
5 60 135 195 12 27 39 55

Karena perbedaan antara TC dan TVC adalah TFC, yang merupakan biaya
tetap, maka perubahan dalam TC dan perubahan dalam TVC per unit perubahan
output (MC) adalah identik. Dalam terminologi kalkulus dapat dinyatakan:
𝑑(𝑇𝐶) 𝑑(𝑇𝑉𝐶) 𝑑(𝑇𝐹𝐶)
𝑀𝐶 = = 𝑘𝑎𝑟𝑒𝑛𝑎 = =0
𝑑𝑄 𝑑𝑄 𝑑𝑄

Figur 7.1

5
Panel di atas menunjukkan bahwa TVC adalah nol pada saat output nol dan
meningkat sejalan dengan pertambahan output. Pada titik G’ hukum hasil yang
semakin menurun mulai berlaku. Kurva TC mempunyai bentuk yang sama
dengan kurva TVC dan berada di atas TVC sebesar $60 (TFC). Panel bawah
menunjukkan kurva AVC, ATC, dan MC yang berbentuk U. AFC = ATC – AVC
dan menurun secara continue seiring dengan peningkatan output. Kurva MC
mencapai minimum sebelum kurva AVC dan ATC mencapai minimum dan
memotong kedua kurva tersebut dari bawah pada titik terendahnya.
2. Kurva Biaya Total Dan Biaya Per Unit Jangka Pendek
Tabel 7.1 menunjukkan skedul hipotesis biaya total dan biaya per unit
perusahaan dalam jangka pendek. Skedul ini diplot dalam figur 7.1. Dari kolom
2 tabel 7.1 kita lihat TFC adalah $60 berapa pun tingkat outputnya. TVC (kolom
3) adalah nol pada saat output nol dan meningkat sejalan dengan penambahan
output. Sampai dengan titik G’ (titik belok pada panel atas figur 7.1), perusahaan
menggunakan sedikit input variabel dengan input tetap dan hukum hasil yang
menurun menjadi tidak berlaku. Sehingga, kurva TVC menghadap ke bawah atau
bertambah pada suatu tingkat menurun.
Setelah titik G’ (untuk tingkat output yang lebih besar dari 1,5 unit pada panel
atas figur 7.1), hukum hasil yang semakin menurun berlaku, dan kurva TVC
menghadap ke atas atau naik pada tingkat pertumbuhan yang semakin bertambah.
Karena TC = TFC + TVC, kurva TC mempunyai bentuk yang sama dengan kurva
TVC tetapi berada di atas kurva TC sebesar $60 setiap tingkat output. Skedul TVC
dan TC diplot pada panel atas figur 7.1.
Nilai AFC yang ditunjukkan dalam kolom 5 diperoleh dengan membagi nilai
TFC pada kolom 2 dengan kuantitas output pada kolom 1. AVC (kolom 6) sama
dengan TVC (kolom 3) dibagi dengan output (kolom 1). ATC juga sama dengan
AFC ditambah AVC. MC (kolom 8) ditunjukkan oleh perubahan TVC (kolom 3)
atau perubahan TC (kolom 4) dibagi dengan output (kolom 1). ATC juga sama
dengan AFC ditambah dengan AVC. MC (kolom 8) ditunjukkan oleh perubahan

6
TVC (kolom 3) atau perubahan TC (kolom 4) per unit perubahan output (kolom
1). Sehingga, MC tidak tergantung pada TFC. Skedul biaya-biaya per unit ini
diplot dalam panel figur 7.1. (ingat bahwa MC diplot setengahnya di antara
berbagai tingkat output). Dari tabel 7.1 dan panel figur 7.1 kita lihat bahwa kurva
AVC, ATC, dan MC pertama menurun dan kemudian naik (sehingga berbentuk
U). karena jarak vertikal antara kurva ATC dan AVC sama dengan AFC, kurva
AFC terpisah tidak digambarkan. Ingat bahwa FC menurun sehingga secara
continue sejalan dengan meningkatnya output karena sejumlah biaya tetap total
disebarkan ke dalam unit output yang lebih banyak. Secara grafis, AVC adalah
kemiringan garis dari titik asal menuju kurva TVC, ATC sama dengan kemiringan
garis dari titik asal menuju kurva TC, sementara MC adalah kemiringan kurva
TVC. Ingat bahwa kurva MC mencapai titik minimal sebelum (pada tingkat
output yang lebih rendah) dan memotong dari bawah kurva AVC dan ATC pada
titik terendahnya.
Kita dapat menjelaskan bahwa U dari kurva AVC sebagai berikut. Dengan
tenaga kerja sebagai satu-satunya input variabel, TVC untuk setiap tingkat output
(Q) sama dengan tingkat upah (w yang diasumsikan tetap) dikalikan dengan
kuantitas tenaga kerja (L) yang digunakan. Jadi,
𝑇𝑉𝐶 𝑤𝐿 𝑤 𝑤
𝐴𝑉𝐶 = = = =
𝑄 𝑄 𝑄/𝐿 𝐴𝑃L
Karena produk fisik rata-rata tenaga kerja (APL atau Q/L) biasanya meningkat
pertama kali mencapai maksimum, dan kemudian menurun. Hal tersebut diikuti
kurva AVC juga pertama kali menurun, mencapai minimum, dan kemudian naik.
Karena kurva AVC berbentuk U, kurva ATC juga berbentuk U. Kurva ATC
berlanjut turun setelah kurva AVC mulai naik selama penurunan AFC melebihi
peningkatan kurva AVC.

7
Figur 1.2
Bentuk U dari kurva MC dapat dijelaskan secara serupa sebagai berikut :
𝛥𝑇𝑉𝐶 𝛥𝑤𝐿 𝑤(𝛥𝐿) 𝑤 𝑤
MC= = = = 𝛥𝑄/𝛥𝐿 = 𝑀𝑃
𝛥𝑄 𝛥𝑄 𝛥𝑄 L

Karena produk marginal tenaga kerja (MPL atau 𝛥𝑄/𝛥𝐿 ) pertama kali
meningkat, mencapai maksimum, dan kemudian menurun, kurva MC juga
pertama kali menurun, mencapai minimum kemudian meningkat.
B. Fungsi Biaya Jangka Panjang
1. Pengertian Biaya Produksi Jangka Panjang
Biaya produksi jangka panjang merupakan perhitungan biaya produksi yang
mana semua factor produksinya bisa mengalami perubahan. Jenis biaya produksi
ini berbeda dengan dengan jangka pendek, karena semua factor produksi dalam
biaya produksi jangka panjang bisa mengalami perubahan. Oleh karena itu,
semua factor produksi bisa mengalami perubahan jumlah, maka antara biaya
tetap dan biaya berubah, tidak perlu dibedakan. Artinya perusahaan dapat
menambah jumlah tenaga kerja, peralatan produksi, mesin, dan lain sebagainya.
Biaya produksi jangka panjang merupakan perhitungan biaya produksi yang
mana semua factor produksinya bisa mengalami perubahan. Jenis biaya produksi

8
ini berbeda dengan dengan jangka pendek, karena semua factor produksi dalam
biaya produksi jangka panjang bisa mengalami perubahan. Oleh karena itu,
semua factor produksi bisa mengalami perubahan jumlah, maka antara biaya
tetap dan biaya berubah, tidak perlu dibedakan. Artinya perusahaan dapat
menambah jumlah tenaga kerja, peralatan produksi, mesin, dan lain sebagainya.
Produksi jangka panjang, yaitu semua faktor produksi dapat berubah dan
ditambah sesuai kebutuhan. Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang
jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah produksi. Ada atau tidak
ada produksi, faktor produksi ini harus ada dan tetap tersedia. Mesin-mesin
pabrik adalah salah satu contoh. Sampai pada interval produksi terntentu jumlah
mesin tidak perlu ditambah. Tetap jika tingkat produksi menurun sampai nol unit,
jumlah mesin tidak bisa dikurangi. Jumlah penggunaan faktor produksi variabel
tergantung pada tingkat produksinya.
Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang d
igunakan. Begitu juga sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik rokok adalah
contohnya. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka jumlah buruh
hariannya ditambah. Sebaliknya jika ingin mengurangi produksi, buruh harian
dapat dikurangi.
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi
atau input yang akan digunakannya. Oleh karena itu biaya produksi tidak perlu
lagi dibedakan antara biaya tetap dan biaya berubah. Didalam jangka panjang
tidak ada biaya tetap, semua jenis biaya yang dikeluarkan merupakan biaya
berubah.
2. Kurva Biaya Jangka Panjang dan Kurva Biaya Rata-rata Jangka Panjang

9
a. Kurva Biaya Jangka Panjang

Kurva biaya jangka panjang lebih mudah untuk dianalisis dibanding kurva
biaya jangka pendek. Dalam jangka panjang semua input adalah variabel
sehingga hanya terdapat satu kurva biaya total yang disebut biaya total jangka
panjang (LTC = Long-run Total Cost). selanjutnya kurva biaya rata-rata juga
hanya satu yaitu biaya rata-rata jangka panjang (LAC= Long-run Average
Cost), dibandingkan dengan kurva biaya rata-rata jangka pendek ada tiga
macam.
b. Kurva Biaya Total Rata-rata Jangka Panjang
Biaya Rata-Rata Jangka Panjang merupakan biaya rata-rata yang paling
minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu
berubah kapasitas produksinya. Biaya rata-rata jangka panjang dapat dihitung
menggunakan rumus:
𝐿𝑇𝐶
𝐿𝐴𝐶 =
𝑄

Keterangan:
LAC = Biaya rata-rata jangka panjang
Q = Jumlah output

10
Kurva Biaya Total Rata-Rata Jangka Panjang (Long Run Average Cost)
atau LRAC dapat didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-
rata yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan
dapat selalu mengubah kapasitas produksinya. Kurva LRAC dibentuk bukan
hanya didasarkan kepada beberapa kurva AC (Average Cost) saja, tetapi
berdasarkan kepada kurva AC yang jumlahnya tidak terhingga. Sehingga
menyebabkan bentuk kurva LRAC seperti huruf U (berupa garis lengkung).
Kurva LRAC ini merupakan kurva yang menyinggung berbagai kurva AC
jangka pendek. Titik-titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi
yang paling minimum untuk berbagai tingkat produksi yang akan dicapai
perusahaan dalam jangka panjang.
C. Ukuran Pabrik dan Skala Ekonomis
Skala ekonomis merujuk pada suatu situasi dimana pertumbuhan output secara
proporsional lebih cepat dibandingkan input. Sehingga setiap input yang memiliki
harga konstan mempunyai biaya yang lebih rendah di setiap outputnya. Sehingga
skala hasil meningkat tercermin dalam penurunan kurva LAC begitu pun
sebaliknya. Titik terendah pada kurva LAC terjadi pada tingkat output dimana
tekanan terhadap hasil meningkat dan menjadi seimbang dengan tekanan terhadap
skala hasil menurun.
Skala hasil meningkat atau biaya yang menurun timbul karena alasan teknologi
dan keuangan. Pada tingkat teknologi, efesiensi sangat mungkin terjadi karena
dengan 7 teknologi waktu produksi menjadi sangat singkat tanpa harus

11
mengeluarkan banyak biaya. Contohnya saja untuk mempercepat aliran air bisa
digunakan pipa yang diameternya dua kali lipat lebih besar. Tindakan ini tidak perlu
menggunakan dana dua kali lipat lebih besar untuk mempercepat waktu pengerjaan.
Lalu pada tingkat keuangan efisiensi bisa terjadi ketika perusahaan besar
membeli bahan baku dalam jumlah yang besar sehingga mendapatkan diskon.
Perusahaan besar biasanya dapat menjual obligasi dan saham secara lebih
menguntungkan dan menerima pinjaman dari bank pada tingkat bunga yang lebih
rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan juga dapat mencapai
skala ekonomis atau biaya yang menurun dalam iklan dan usaha-usaha promosi
lainnya. Untuk seluruh alasan teknologi dan keuangan ini, kurva LAC dari
perusahaan cenderung menurun sejalan dengan dengan ekspansi perusahaan dan
menjadi lebih besar.
Skala ekonomis harus dibedakan dari cakupan ekonomis. Cakupan ekonomis
berarti menurunnya biaya yang sering dialami perusahaan ketika memproduksi dua
atau lebih produk secara bersama dibandingkan dengan memproduksinya sendiri-
sendiri. Sebagai contoh perusahaan jasa penerbangan dapat melakukan ekspansi
dengan menyediakan jasa kargo sehingga menurunkan biaya dari masing-masing
operasi. Contoh lainnya disediakan oleh perusahaan yang memproduksi produk
kedua dengan tujuan untuk menggunakan produk sampingan (yang sebelumnya
harus dibuang oleh perusahaan dengan mengeluarkan biaya yang timbul dari
produk-produk utama.

12
Kemungkinan bentuk kurva LAC seperti diatas, dimana panel kiri menunjukkan
kurva LAC bentuk U, yang menggambarkan pertama-tama skala hasil meningkat
dan kemudian skala hasil menurun. Panel tengah menunjukkan kurva LAC yang
hamper berbentuk L, yang menggambarkan bahwa skala ekonomis cepat berganti
menjadi skala hasil tetap atau meningkatkan LAC secara perlahan. Panel kanan
menunjukkan kurva LAC yang menurun secara continu, seperti dalam kasus mopoli
alami.
D. Kurva Pembelajaran
Ketika perusahaan memperoleh pengalaman dalam memproduksi suatu
komunitas atau jasa, biaya produksi rata-ratanya biasanya menurun. Artinya, untuk
suatu tingkat output periode waktu, peningfkatan output total secara komulatif
selama beberapa periode, waktu, seringkali memberikan pengalaman.
Memproduksiyang memungkinkan perusahaan menurunkan biaya rata-rata
produksi. Kurva pembelajaran menunjukkan penurunan dalam biaya input rata-rata
dalam produksi serta peningkatan output total secara komulatif sepanjang waktu.
Sebagai contoh, perusahaan mungkin membutuhkan waktu 1.000 jam untuk merakit
peswat terbang yang keseratus, tetapi hanya membutuhkan waktu 700 jam untuk
merakit pesawat terbang ke 200 karena para manajer dan pekerja menjadi lebih
efisien dengan pengalaman produksi yang mereka peroleh. Hal tersebut berlawanan
dengan skala ekonomis, yang merujuk pada penurtunan biaya rata-rata pada saat
output perusahaan meningfkatkan per periode waktu.
Gambar dibawah ini menunjukkan sebuah kurva pembelajaran yang
mengindikasikan bahwa biaya rata-rata menurun dari $250 unbtuk memproduksi
unit produk yang ke100 (titik f), menjadi $200 untuk memproduksi unit yang ke 200
(titik G), dan menjadi $165 untuk unit yang ke 400 (titik H). memperhatikan bahwa
biaya rata-rata menurun pada tingkat penurunan yang semakin berkurang sehingga
kurva pembelajran cembung terhadap daerah asal. hal ini merupakan bentuk umum
dari kurva pembelajaran; dimana perusahaan biasanya mencapaiu penurunan

13
terbesar dalam biaya input rata-rata Ketika proses produksi relative baru dan
penurunan yang lebih sedikit Ketika perusahaan sudah dewasa.
Kurva pembelajaran dapat dinyatakan secara aljabar berikut: C = aQ h dimana C
adalah input rata-rata untuk unit output ke- Q , a adalah biaya rata-rata dari unit
output pertama, dan b akan negatif karena biaya input rata-rata menurun seiring
meningkatnya output total secara komulatif. Semakin besar nilai obsulut b, semakin
cepat penurunan biaya input rata-rata. Dengan mencari logaritma dari kedua sisi
bersamaan. 8-10, kita memperoleh
Log C = log a + b log Q
Dalam bentuk logaritma dari persamaan 8-11, b merupakan kemiringan dari
kurva pembelajaran.

Parameter dari kurva pembelajaran dalam log pada persamaan 8-11 ( log a dan
b) dapat diestimasi dengan analisis regresi terhadap data historis dari biaya rata-rata
dan output komulatif. Misalnya, dengan melakukan hal tersebuyt memberikan hasil
sebgai berikut;
Log C = 3-0,3 log Q
Dalam persamaan 8-12, C dinyatrkan dalam dolar, log a = 3, b = -0,3 sehingga
biaya rata-rata untuk unit yang ke-100 adalah;
log C = 3-0,3 log 100
karena log 100 adalah 2 (diperoleh dengan dimasukkan angka 100 pada
kalkulator anda dan menekan tombol “log”) kita memperoleh :

14
log C = 3-0,3 (2)
= 3- 0,6
= 2,4
Karena anti log dari 2,4 adalah 251,19; biaya input rata-rata (C) dari unit output
ke100 adalah 251,19. Biaya input rata-rata untuk unit ke-200 adalah
Log C = 3-0,3 log 200
= 3 – 0,3 (2,30103)

= 3 – 0,690309

= 2,309691
Sehingga, C = 204,03.
Mahasiswa dapat menentukan dengan cara analog untuk unit ke 400 C = 165,72.
Dalam kenyataannya, nilai yang ditunjukkan dalam kurva pembelajaran pada
gambar 8-7.
Kurva pembelajaran telah dialami oleh berbagai sector manufaktur dan jasa, dari
memproduksi pesawat terbang, peralatan, pembangunan kapal, penyulingan produk
minyak bumi, hingga pengoperasian pusat pembangkit tenaga listrik. Kurva
pembelajaran juga digunakan untuk meramalkan kebutuhan personel, mesin, dan
bahan mentah, serta untuk penjadwalan produksi, menentukan harga jual output,
bahkan untuk mengevaluasi harga dari pemasok. Sebagai contoh, pada awalnya
Texas instrument sebagai produsen cip (chip) computer, mengadopsi strategi
penetapan harga yang agresif didasarkan pada kurva pembelajaran. Menyakini
bahwa kurva pembelajaran dalam memproduksi cip computer adalah curam, Texas
instrument mempertahankan harga perunit tetap rendah untuk meningkatkan output
total kumulatif dengan cepat dan memperoleh manfaat dari belajar sambil bekerja.
Strategi tersebut berhasil, dan Texas instrument menjadi salah satu pemain utama
dipasar dunia.
Seberapa cepat kurva pembelajaran (biaya input rata-rata) menurun dapat
berbeda antarperusahaan dan akan semakin besar Ketika tingkat pengatian

15
karyawan semakin kecil, semakin semakin sedikit gangguan produksi (yang akan
mengarah kepada “melupakan”), dan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
menstranfer pengetahuan dari memproduksi produk lain yang serupa. Biaya rata-
rata pada umumnya menurun sebesar 20 hingga 30 persen untuk setiap pengadaan
output kumulatif untuk banyak perusahaan. Namun demikian, perusahaan tidak
hanya bergantungan pada pengalaman produksinya saja untuk menurunkan biaya,
tetapi menggali lebih dalam lagi industri mereka untuk memperoleh wawasan
mengenai bagaimana meningkatkan produktifitas.
E. Minimisasi Biaya Secara Internasioanl-skala Ekonomis yang Baru
1. Perdagangan Internasional dalam Input
Selama dekade yang lalu perdagangan internasional untuk komponen dan
suku cadang telah meningkat secara tajam. Sekarang, lebih banyak lagi produk
yang dibuat oleh perusahaan internasional, suku cadang dan komponennya dibuat
di berbagai negara. Alasannya adalah untuk meminimumkan biaya produksi.
Sumber input asing (foreign sourcing of inputs) sering kali bukan masalah
pilihan untuk memperoleh laba yang lebih tinggi, tetapi hanya merupakan
persyaratan untuk tetap kompetitif. Perusahaan yang tidak mencari input yang
lebih murah ke luar negeri menghadapi kehilangan daya saing di pasar dunia dan
bahkan pasar domestik.
Begitu meluasnya pertumbuhan pada perdaganga internasional dalam input
dan pembukaan fasilitas produksi di luar negeri yang bergerak sangat cepat,
melalui perusahaan multinasional dengan cabang di berbagai negara,
dibandingkan hanya dari satu negeri seperti pada masa lalu. Hal ini memengaruhi
leboh dari multinasional. Tentu saja, perusahaan yang sampai beberapa tahun lalu
beroperasi secara eksklusif di pasar domestic sekarang ini membeli input dan
komponennya dari luar negeri dalam kuantitas yang meningkat dan
memindahkannya ke beberapa produksinya di luar negeri.
2. Skala Ekonomis Internasional Baru

16
Perusahaan harus secara konstan melakukan eksplorasi sumber-sumber input
yang murah dan produksi di luar negeri untuk tetap kompetitif dalam dunia yang
semakin sempit. Tentu saja, proses ini dapat dipertimbangkan sebagai suatu skala
ekonomis internasional baru (new international economies of scale) dalam
ekonomi global saat ini.
Skala ekonomis internasional yang baru dapat dicapai pada lima area dasar
yaitu Pengembangan produk, Pembelian, Produksi, Manajemen Permintaan, dan
Pemenuhan Pesanan. Dalam pengembangan produk, perusahaan dapat
mendesain suatu produk inti untuk seluruh perekonomian dunia, dan kemudian
mengembangkannya menjadi berbagai turunan dan variasi produk untuk pasar
lokal. Perusahaan juga dapat mencapai skala ekonomisyang baru dengan
membeli bahan mentah, suku cadang, dan komponen secara global dibandingkan
dengan membeli secara lokal, tidak masalah di mana operasinya berada.
Perusahaan juga dapat mengoordinasikan produknya pada pusat-pusat
manufaktur berbiaya rendah dengan perakitan Akhil di lokasi berbiaya tinggi
namun dekat dengan pasar. Mereka juga dapat memperkirakan permintaan untuk
produknya dan melakukan manajemen permintaan dengan basis dunia dan bukan
dengan basis nasional. Perusahaan juga dapat mencapai skala ekonomis yang
besar dengan mengapalkan produk dari pabrik yang terdekat dengan konsumen,
memungkinkan perusahaan untuk menyimpan lebih sedikit stok di seluruh dunia.
Skala ekonomis internasional yang baru ini cenderung menjadi lebih penting
seiring dengan perperakan kita maendekati ekonomi global.
F. Manajemen Logistik atau Penawaran Berantai
Logistik (logistic) atau manajemen penawaran berantai, merujuk pada
penggabungan di tingkat korporat atas fungsi pembelian, transportasi, pergudangan,
distribusi, dan pelayanan konsumen, daripada dilakukan sendiri-sendiri secara
terpisah di antara mereka ditingkat divisi. Logistic atau manajemen penawaran
berantai tampaknya tidak sesedrhana hanya sekadar cara mengurangi biaya
transportasi, tetapi menjadikan hal tersebut sebagai keunggulan kompetitif.

17
Ada tiga alasan munculnya dan pertumbuhan yang cepat atas logistik. Pertama
adalah pengembangan algoritma yang baru dan lebih cepat dan komputer-komputer
yang lebih cepat yang secara Juas mernfasilitasi pemecahan permasalahan logistik
yang kompleks. Kedua adalah pertumbuhan penggunaan manajemen persediaan just
in time, di mana pembelian input dan penjualan produk lebih rumit dan terintegrasi
lebih tertutup dengan keseluruhan fungsi-fungsi lain dalam perusahaan. Alasan
ketiga adalah meningkatnya Kecenderungan menuju globalisasi produksi dan
distribusi dunia saat ini. Dengan produksi, distribusi, pemasaran, dau aktivitas
keuangan perusahaan utama dunia yang tersebar di seluruh dunia, kebutuhan
manajemen logistik menjadi lebih penting dan menguntungkan.
G. Analisis Biaya Volume Laba dan Tuasan Operasi
Dalam subbab ini kita membahas tentang biaya volume laba sering disebut
dengan analisis titik impas dan tuasan operasi. Teknik analisis yang sederhana ini
sering digunakan dalam membuat keputusan manajerial dan dapat berguna apabila
di aplikasikan pada lingkungan yang tepat.
1. Analisis Biaya Volume Laba
Biaya-volume-laba atau analisis titik impas (cost-volume-profit or breakeven
analysis) membahas hubungan antara penerimaan total. biaya total, dan laba total
perusahaan pada berbagai tingkat output. Biaya volume laba atau analisis titik
impas sering digunakan para eksekutif bisnis untukmenentuka volume penjualan
yang diperlukan bagi perusahaan untuk mencapai titik impas. laba total dan
kerugian pada tingkat penjualan lainnya. Analisis tersebut menggunakan grafik
biaya-volume-laba dimana kurva penerimaan (TR) dan biaya total (TC)
ditunjukkan oleh garis lurus seperti pada gambar.
Penerimaan total dan biaya total diplot pada sumbu vertikal di mana output
atau penjualan per periode waktu diplot pada sumbu horisontal. Kemiringan
kurva TR mengacu pada harga konstan sebesar $10 per unit di mana perusahaan
dapat menjual outputnya. Kurva TC mengindikasikan biaya tetap total (FC)
sebesar $200 (titik potong vertikal) dan biaya variabel rata-rata konstan sebesar

18
$5 (kemiringan dari kurva TC). Hal ini sering merupakan kasus bagi banyak
perusahaan untuk perubahan kecil dalam output atau penjualan. Perusahaan balik
modal dengan TR = TC = $400 pada Q = 40 per periode waktu (titik B dalam
gambar). Perusahaan mengalami kerugian pada tingkat output yang rendah dan
memperoleh keuntungan pada tingkat output yang lebih tinggi.

Grafik biaya-volume-laba atau titik impas adalah alat yang fleksibel untuk
menganalisis secara cepat pengaruh perubahan berbagai kondisi terhadap
perusahaan. Sebagai contoh kenaikan harga komoditas dapat ditunjukkan oleh
peningkatan kemiringan kurva TR, kenaikan biaya tetap total perusahaan dapat
ditunjukkan oleh kenaikan dalam titik potong vertikal kurva TC, dan kenaikan
biaya variabel rata-rata ditunjukkan oleh kenaikan kemiringan kurva TC. Grafik
tersebut kemudian akan menunjukkan perubahan dalam titik impas dari
perusahaan dan laba atau rugi pada tingkat output atau penjualan lainnya.
Analisis biaya-volume-laba dapat juga dilakukan secara aljabar, sebagai
berikut :
Penerimaan total adalah sama dengan harga jual (P) per unit dikalikan
kuantitas output atau penjualan (Q), Sehingga : TR = (P) (Q)

Kemiringan dari kurva penerimaan total (TR) merujuk pada harga produk,
yaitu sebesar $10 per unit. Titik potong vertikal kurva biaya total (TC) mengacu

19
pada biaya tetap total (TFC) sebesar $200 dan kemiringan kurva TC terhadap
biaya variabel rata-rata sebesar $S. Perusahaan balik modal dengan TR = TC =
$400 pada output (Q).

Sebesar 40 unit per periode waktu (titik B pada gambar). Rugi pada
perusahaan terjadi pada tingkat output yang lebih kecil dan laba diperoleh pada
tingkat output yang lebih besar.
untuk output pada titik impas (QB) kita memperoleh :

Sebagai contoh, apabila TFC = $200, P = $10, dan AVC = $5

Tingkat output ini merupakan tingkat output balik modal yang ditunjukkan
dalam grafik biaya volume laba yaitu P – AVC disebut dengan margin kontribusi
per unit (contribution margin per unit) karena mencerminkan bagian dari harga
penjualan yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dari perusahaan dan
memberikan laba. Secara lebih umum, misalkan bahwa perusahaan berharap
memperoleh suatu laba tertentu dan ingin memperkirakan kuantitas yang harus
dijual untuk dapat memperoleh laba tersebut.
Analisis biaya volume laba atau titik impas dapat digunakan untuk
menentukan target output QT di mana target laba (πT) dapat dicapai. Untuk
melakukan hal ini, kita tinggal menambahkan (πT)
Ke dalam pembilang dalam Persamaan dan diperoleh :

Sebagai contoh, jika perusahaan yang diwakili oleh grafik biaya volume laba
tersebut ingin memperoleh target laba sebesar $100, target output menjadi :

20
Untuk melihat bahwa output Q = 60 benar-benar menghasilkan target laba
(πT) = $100, ingat bahwa :

TR = (P) (Q) = ($10) (60) = $600


TC = TFC + (AVC) (Q) = $200 + ($5) (60) = $500
dan :
πT = TR - TC = $600 - $500 = $100
Sementara grafik dan analisis linear biaya-volume-laba sering digunakan oleh
para eksekutif bisnis, agen pemerintah, dan perusahaan nirlaba, penggunaan
semestinya hanya apabila asumsi harga dan biaya variabel rata-rata yang
dianggap konstan berlaku Analisis biaya volume laba juga mengasumsikan
bahwa perusahaan memproduksi produk tunggal atau kombinasi produk yang
konstan. Sepanjang waktu, kombinasi produk berubah, dan menjadi sulit untuk
mengalokasikan biaya tetap di antara berbagai macam produk. Mengabailkan
hambatan ini, analisis biaya volume laba dapat menjadi sangat berguna dalam
pengambilan keputusan manajerial.
2. Tuasan Operasi
Tuasan operasi (operating leverage) mengacu pada rasio biaya tetap total
dengan biaya variabel total pada perusahaan. Semakin tinggi rasio ini, semakin
tinggi tuasan suatu perusahaan. Apabila perusahaan menjadi lebih otomatis atau
makin tinggi tuasan (mengganti biaya variabel dengan biaya tetap), biaya tetap

21
total perusahaan naik tetapi biaya variabel totalnya turun. Karena tingginya biaya
overhead, maka tingkat output balik modal perusahaan naik.

Perpotongan antara TR dan TC menentukan kuantitas balik modal QB = 40


(seperti dalam gambar).
Jika biaya tetap total naik dari $200 (titik potong vertikal dari kurva TC)
menjadi $300 (titik potong vertikal dari kurva TC) sementara biaya variabel rata-
rata perusahaan turun dari AVC = $5 (kemiringan dari kurva TC) menjadi AVC
= $3.33 (kemiringan dari TC'), output balik modal akan naik menjadi QB = 45
(ditunjukkan oleh perpotongan antara TR dan TC'). Juga menunjukkan bahwa
semakin tinggi rasio antara biaya tetap total dengan biaya variabel total (semakin
tinggi tuasan perusahaan tersehut), semakin sensitif laba perusahaan terhadap
perubahan dalam output atau penjualan. Misalnya, kenaikan output atau

penjualan dari 60 menjadi 70 unit meningkatkan laba dari $100 (jarak vertikal
antara kurva TR dan TC atau TC' menjadi $150 untuk TC dan menjadi $166,67
untuk kurva TC'. Daya respons atau sensitivitas laba total perusahaan (π)
terhadap perubahan dalam output atau penjualan (Q) dapat diukur dengan derajat
tuasan operasi (degree of operating leverage/DOL). DOL tidak lain adalah
elastisitas laba terhadap penjualan dan didefinisikan sebagai persentase
perubahan laba dibagi persentase perubahan dalam output penjualan sehingga :

Tetapi π = Q (P - AVC) - TFC dan Δπ = ΔQ(P - AVC). Dengan memasukkan


nilai ini ke dalam Persamaan kita memperoleh:

22
Sebagai contoh, untuk peningkatan output dari 60 menjadi 70 unit, derajat tuasan
operasi dengan TC adalah :
H. Estimasi Empiris Fungsi Biaya
Estimasi empiris fungsi biaya penting untuk mencapai berbagai tujuan keputusan

manajerial. Pengetahuan tentang fungsi biaya jangka pendek sangat penting bagi
perusahaan dalam menentukan tingkat output optimum pada harga yang
dibebankan. Pengetahuan tentang fungsi biaya jangka panjang penting dalam
perencanaan untuk skala optimum pabrik yang dibangun perusahaan pada jangka
panjang.
1. Masalah Data dan Pengukuran dalam Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka
Pendek
Metode yang paling umum dalam mengestimasi fungsi biaya perusahaan
jangka pendek adalah analisis regresi, di mana biaya variabel total diregresikan
terhadap output dan beberapa variabel lainnya, seperti harga input dan kondisi
operasi selama periode waktu di mana ukuran pabrik tetap. Yang biasa diestimasi
adalah fungsi biaya variabel total dan bukan fungsi biaya total karena sulitnya
mengalokasikan biaya tetap ke dalam berbagai produk yang diprodusi oleh
perusahaan.
Jika harga input naik, maka akan menyebabkan pergeseran ke atas seluruh
fungsi biaya tersebut. Sehingga, harga input harus dimasukkan sebagai variabel
penjelas dalam analisis regresi untuk mengidentifkasi pengaruhnya secara
independen terhadap biaya. Variabel bebas lainnya yang harus dimasukkan ke
dalam analisis regresi adalah biaya bahan bakar dan material, kualitas input,
teknologi yang digunakan oleh perusahaan, kondisi cuaca, dan perubahan dalam
kombinasi produksi dan kualitas produk. Variabel bebas atau penjelas yang

23
benar-benar tercantum dalam regresi tergantung pada situasi tertentu yang akan
diteliti. Sehingga, kita dapat menyatakan sebagai:
C = f(Q,X1,X2,…Xn)
Dimana C merujuk pada biaya variabel total, Q adalah output, dan X berarti
determinan lain dari biaya perusahaan. Dengan menggunakan analisis regresi
berganda kita untuk mengisolasi pengaruh perubahan masing-masing variabel
bebas atau variabel penjelas terhadap biaya. Dengan berkonsentrasi pada
hubungan antara biaya dan output, kita dapat mengidentifikasi kurva biaya
variabel total perusahaan.
Salah satu masalah mendasar yang timbul dalam estimasi empiris fungsi biaya
adalah bahwa biaya oportunitas harus dikeluarkan dari data biaya akuntansi yang
ada. Sehingga Gedung di mana perusahaan itu beroperasi, biaya penggunaan
gedung itu bukanlah nol tetapi sel lectap, seperti mesin, yang didasarkan atas
penggunan aktual asel fersebut thandingkan dengan depresiasi asel berdasarkam
waktu semata) harus diestimasi dan dimasukkan dalam hianya produksi saat ini
untuk masing-masing produk. Data-data ini sering kali sulit diperolch dari data
akuntansi yang tersedia.
Tidak saja biaya yang ada harus dialokasikan secara tepat ke dalam berbagai
produk yang diproduksi olch perusahaan tetapi harus diperhatikan juga masalah
dalam memasangkan (match) biaya dengan output sepanjang waktu
(mengalokasikan biaya pada periode waktu pada saat output diproduksi dan
bukan pada periode waktu ketika biaya terjadi). Secara spesifik, biaya output
terkait yang terlalu cepat atau ketinggalan harus disesuaikan untuk mencapai
hubungan yang tepat antara biaya dan output. Sebagai contoh, suatu perusahaan
mungkin menunda semuanya kecuali biaya pemeliharaan darurat sampai suatu
periode slack produksi, biaya pemeliharaan ini harus dialokasikan pada periode
produksi terdahulu.
2. Bentuk Fungsional Fungsi Biaya Jangka Pendek

24
Teori ekonomi memostulatkan bentuk S (kubik) kurva TVC seperti
ditunjukkan pada panel kiri Figur 7-10, dengan bentuk U kurva AVC dan MC
yang terkait. Persamaan umum untuk fungsi ini yaitu:

TVC = ɑ(Q) + bQ2 + cQ3


AVC = TVC/Q = ɑ + bQ2 + cQ3
MC = ɑ + 2bQ + 3cQ2
Panel kanan pada Figur 7-10 menunjukkan suatu perkiraan linear kurva TVC
kubik, yang sering memberikan kecocokan empiris yang lebih baik terhadap
data-data pada daerah output yang diobservasi. Persamaan estimasi perkiraan
linear untuk bentuk S kurva TVC kubik dan kurva AVC dan MC yang berkaitan
adalah
TVC = ɑ + bQ (1)
AVC = ɑ/Q + b (2)
MC = b (3)
Setelah mengestimasi parameter kurva TVC (nilai dari ɑ dan b pada
Persamaan (1)), kita dapat menggunakan menggunakan parameter hasil estimasi
ini untuk menurunkan fungsi AVC dan MCdari perusahaan tersebut, seperti
ditujukan pada persamaan (2) dan (3). catat bahwa parameter estimasi ɑ

25
(konstanta dalam estimasi regresi persamaan (1)) tidak dapat di interpretasikan
sebagai biaya tetap perusahaan karena kita melakukan estimasi fungsi TVC.
Karena Q = 0 biasanya dihilangkan dari titik observasi aktual pada kurva TVC
(dari Q’ menjadi Q’’ pada panel kanan Figur 7-10), tidak ada signifikansi
ekonomis yang dapat diambil dari parameter ɑ. Perhatikan juga bahwa kurva
AVC pada panel kanan menjadi agak datar, mendekati nilai b (kurva horizontal).
3. Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka Panjang dengan Cross-Sectional
Regression Analysis
Estimasi empiris kurva biaya jangka panjang lebih sulit dibandingkan estimasi
kurva biaya jangka pendek. Tujuan estimasi kurva biaya jangka panjang adalah
untuk menentukan skala pabrik terbaik yang dibangun oleh perusahaan untuk
meminimumkan biaya dalam memproduksi tingkat output yang diharapkan
dalam jangka panjang. Secara teoretis, kurva biaya jangka panjang dapat
diestimasi dengan analisis regresi menggunakan baik data deret-waktu (observasi
biaya-kuantitas untuk perusahaan atau pabrik yang diberikan melampaui waktu)
atau data lintas bagian cross-sectional data (data biaya kuantitas untuk sejumlah
perusahaan pada suatu titik yang diberikan).
Namun, analisis regresi dengan menggunakan data cross-section untuk
mengestimasi kurva biaya jangka panjang juga memunculkan beberapa
kesulitan, Satu hal, perusahaan yang berbeda secara geografis mungkin
membayar harga yang berbeda untuk input mereka, sehingga harga input harus
dimasukkan bersama dengan tingkat output sebagai variabel penjelas dalam
regresi. Bahkan akan Iebih sulit untuk melakukan rekonsiliasi antara perbedaan
praktik akuntansi dan operasional perusahaan yang berbeda dalam sampel.
Sebagai contoh, beberapa perusahaan membayar upah yang lebih rendah tetapi
memberikan kesejahteraan (program asuransi kesehatan yang lebih baik, liburan
yang lebih lama, dsb.) yang lebih baik dibandingkan perusahaan-perusahaan lain
yang memberikan kesejahteraan yang lebih sedikit kepada pekerjanya. Jika
hanya upah yang dimasukkan dalam biaya tenaga kerja, perusahaan yang

26
menggaji lebih rendah kelihatan mempunyai biaya tenaga kerja lebih rendah
dibandingkan perusahaan yang menggaji pegawainya lebih tinggi. Berbagai
perusahaan dalam sampel juga mungkin mempunyai kebijakan depresiasi yang
sangat berbeda.
Mungkin juga sangat sulit untuk menentukan kebijakan tersebut jika masing-
masing perusahaan beroperasi pada skala pabrik optimum pada tingkat output
optimum (yaitu pada titik kurva SAC yang merupakan bagian dari kurva LAC).
Secara khusus, untuk bisa mengestimasi kurva LAC A" C" G" R" pada Figur 7-
11, perusahaan yang dicerminkan oleh SAC, SAC1, SAC2, SAC3, dan SAC4
harus beroperasi pada titik A", C",G", dan R". Jika dalam kenyatannya empat
perusahaan justru berproduksi pada titik A*, D*, G", dan R* kita akan
mengestimasi bentuk kurva LAC', yang mengestimasi terlalu tinggi derajat skala
ekonomis maupun disekonomis.Seperti akan lihat dalam Aplikasi Kasus,
estimasi kurva biaya rata-rata dalam jangka panjang kelihatannya menunjukkan
skala hasil yang meningkat tajam (kurva LAC jatuh) pada tingkat output yang
lebih rendah diikuti oleh skala hasil yang hampir tetap pada tingkat output yang
lebih tinggi (kurva LAC kelihatannya berbentuk L atau mendekati L).
4. Mengestimasi Fungsi Biaya Jangka Panjang dengan Teknik Rekayasa dan
Survival
Teknik rekayasa (engineering technique) menggunakan pengetahuan
mengenai hubungan fisik antara input dan output yang dinyatakan oleh fungsi
produksi untuk menentukan kombinasi input optimum yang dibutuhkan dalam
memproduksi berbagai tingkat ouput. Teknik rekayasa secara khusus berguna
dalam mengestimasi fungsi biaya produk baru atau produk hasil pengembangan
dari aplikasi teknologi baru, di mana data historis tidak tersedia.
Kelebihan teknik rekayasa dibanding analisis regresi dengan data cross-
section adalah bahwa teknik rekayasa didasarkan pada teknologi saat ini,
sehingga terhindarkan tercampurnya teknologi lama dan baru yang digunakan
oleh perusahaan yang berbeda dalam analisis cross-section. Demikian juga

27
masalah perbedaan harga input karena perbedaan geografis tidak tampak. Banyak
kesulitan dalam alokasi biaya dan masalah akuntansi dalam penilaian input yang
menghambat analisis regresi juga dapat dihindari. Namun, Teknik rekayasa
bukanlah tak bermasalah. Masalah timbul karena Teknik ini hanya berhubungan
dengan aspek teknis perusahaan tanpa mempertimbangkan biaya administrasi,
keuangan dan pemasaran; Teknik ini berhubungan dengan produksi pada kondisi
ideal dibanding dengan kondisi dunia nyata; dan teknik ini didasarkan atas
teknologi saat ini, yang tidak lama lagi mungkin menjadi usang. Hasil yang
diperoleh kelihatannya mempertegas hasil yang diperoleh dengan analisis regresi
cross-section. Sehingga kurva LAC kelihatannya berbentuk L.
Teknik survival (survival technique) pertama kali ditemukan oleh John Stuart
Mill pada tahun 1850-an dan dikembangkan oleh George Stigler satu abad
kemudian. Dalam bentuknya yang asli, teknik ini hanya merumuskan bahwa jika
perusahaan besar dan kecil berada pada industri yang sama, dalam jangka
panjang skala ekonomis harus konstan atau mendekati konstan. Dengan skala
ekonomi yang besar atas interval output yang luas, perusahaan yang besar dan
lebih efisien (perusahaan dengan LAC yang lebih rendah) akan menyingkirkan
perusahaan yang lebih kecil dan kurang efisien, meninggalkan hanya perusahaan
besar dalam jangka panjang. Stigler membuat konsep ini lebih operasional
dengan mengusulkan untuk mengklasifikasi perusahaan pada suatu industri
berdasarkan ukuran klasifikasi dan menghitung pangsa masing-masing
klasifikasi ukuran tersebut terhadap output industri. Jika sepanjang waktu pangsa
dari output industri yang berasal dari perusahaan kecil menurun sementara output
yang berasal dari perusahaan besar meningkat, hal ini merupakan bukti adanya
skala ekonomis yang signifikan. Jika kasus yang terjadi berlawanan, kita
memperoleh skala ekonomis.
Strigler mengaplikasikan teknik ini untuk industri baja dan mengukur pangsa
output industri dari perusahaan kecil, menengah, dan perusahaan besar pada
tahun1930,1938, dan 1951. Dia menemukan bahwa pangsa output industri yang

28
berasal dari perusahaan kecil dan besar menurun sepanjang waktu, sementara
untuk perusahaan berukuran sedang meningkat. Sehingga kita dapat
menyimpulkan bahwa kurva LAC pada industri baja berbentuk U tetapi
mempunyai dasar yang datar (skala hasil tetap beroperasi pada interval output
yang lebar). Stigler juga mengaplikasikan teknik ini pada industri otomotif dan
menyimpulkan bahwa skala ekonomis berlaku pada tingkat output kecil, tetapi
skala hasil tetap berlaku pada sisa interval output (kurva LAC tampak berbentuk
L).

Meskipun teknik survival mudah diaplikasikan, teknik ini secara implisit


mengasumsikan bentuk kompetisi yang tinggi struktur pasar di mana teknik
survival bergantung hanya pada efisiensi ekonomi. Jika perusahaan terlindungi
dari kompetisi karena peraturan pemerintah atau halangan untuk masuk,
perusahaan yang efisien tetap bertahan, dan prinsip survival tetap terdistorsi atau
tidak berlaku. Ketidaksempurnaan pasar seperti diferensiasi produk (eksistensi
berbagai merek produk yang berbeda) atau keunggulan lokasi, mungkin juga
menyebabkan beberapa perusahaan tetap bertahan meskipun teknik survival
relatif tidak efisien. Lebih jauh lagi, teknik survival tidak memberikan
kemungkinan bagi kita untuk mengukur derajat skala ekonomis atau
disekonomis.

29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Estimasi biaya erat kaitannya dengan analisis biaya, yaitu pekerjaan yang
menyangkut pengkajian biaya kegiatan-kegiatan terdahulu yang akan dipakai
sebagai bahan untuk Menyusun perkiraan biaya. Dengan kata lain, Menyusun
estimasi biaya berarti melihat masa depan, memperhitungkan dan mengadakan
perkiraan atas hal-hal yang akan mungkin terjadi. Sedangkan analisis biaya
menitikberatkan pada pengkajian dan pembahasan biaya egiatan masa lalu yang
akan dipakai sebagai masukan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Salvatore, Dominick. Managerial Economics. Jakarta: Salembe Empat, 2011.

Afriandy, Iqbal. “Teori dan Estimasi Biaya”.


https://www.academia.edu/11696012/Teori_Dan_Estimasi_Biaya

31

Anda mungkin juga menyukai