Anda di halaman 1dari 37

TUGAS MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

NILAI TAMBAH EKONOMIS DAN NILAI TAMBAH PASAR


ANALISIS RASIO KEUANGAN

KELOMPOK 3
KELAS MM2

Ainun Zahira Haerul (003801562022)


Rahmadhany Natsir (003601562022)
Fitri Hasrianti (001701562022)
Nur Khofifah Rauf (004401562022)
Dzuljalali (005001562022)
Herlina (004301562022)
Musdalifah HR (001301562022)

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Maha Pengasih dan Maha


Penyayang. Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan
beberapa referensi dari buku dan jurnal. Kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam makalah ini.
Oleh karena itu kami memohon saran dan kritik yang membangun dari
pembaca guna memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini bisa
memberikan manfaat bagi pembaca.

Makassar, April 2023

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
A. Nilai Tambah Ekonomis dan Nilai Tambah Pasar........................................ 3
1. Aset dan Kapital Operasional ......................................................................... 3
2. Laba Operasi Bersih Sejumlah Pajak ........................................................... 6
3. Aliran Kas Bebas (Free Cash Flow) .............................................................. 7
4. Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA) ............ 9
5. Penilaian Perusahaan Keseluruhan............................................................ 11
6. Model Nilai Korporasi (Corporate Value Model) ...................................... 12
B. ANALISIS RASIO KEUANGAN ......................................................................... 19
1. Pembagian Analisis Rasio............................................................................. 19
2. Rasio Keuangan dan Analaisis Kesulitan Keuangan............................. 20
3. Masalah Inflasi dan Analisis Keuangan ..................................................... 27
4. Analisis Indeks dan Common Size ............................................................. 29
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 32
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 32
B. Saran ...................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 34

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi dari manajemen keuangan adalah melakukan analisis
perusahaan akan mendapat sumber dana (financing policy) diperoleh dari
investasi. Pendanaan perusahaan manajer keuangan menghadapi
masalah aykni pada saat menentukan berapa harga saham yang akan
diterbitkan. Harga saham saat initial public offering (PO) ditentukan pada
harga dimana kondisi dan kinerja perusahaan yang sekarang. Penentuan
harga penawaran saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurangya minat
investor untuk membeli saham karena investor mengganggap nilai terlalu
tinggi (overvalued) sehingga target saham yang terjual kepada investor
tidak tercapai.
Perusahaan yang berbeda memiliki perbedaan pada struktur keuangan
pajak dan jumlah nonoperating asset seperti surat berharga (sebuah
dokumen yang memiliki nilai uang yang diakui dan dilindungi hukum untuk
kepentingan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan, atau sejenis
lainnya) sehingga perbedaan ini menyebabkan perbedaan pada ukuran-
ukuran akuntansi tradisional seperti return on equity/ ROI (jumlah
pendapatan bersih per dana investor yang masuk) serta rasio-rasio lain
sehingga dua perusahaan dengan tingkat operasi yang mirirp
menampakkan efisensi operasi yang berbeda. Rasio-rasio digunakan
sebagai ukuran dalam penilaian kinerja manajer. Seorang manajer dinilai
kinerja berdasarkan operating income (EBIT) yang dihasilkan dari operating
asset/ asset operasional. Penilaian dengan rasio lain kurang tepat karena
rasio-rasio tersebut dihitung dari ukuran yang bukan berada di bawah
pengendalian manajer.
Sementara dengan dasar operating asset yang sama, kinerja manajer
dapat dibandingkan satu sama lainnya.

1
B. Tujuan
Penulis menulis makalah dengan tujuan ingin memberikan informasi
kepada pembaca mengenai nilai tambah ekonomis dan nilai tambah pasar
dalam manajemen keuangan ?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nilai Tambah Ekonomis dan Nilai Tambah Pasar
Jika harga saham terlalu rendah (undervalued) investor akan berebut
untuk membelinya karena investor ingin mendapatkan keuntungan dari
kenaikan saham mendatang (capital gain). Namun pada perusahaan
kurang baik karena saham dengan jumlah yang sama dapat terjual pada
harga per lembar yang lebih tinggi. Dengan demikian penentuan harga
saham mencerminkan nilai perusahaan secara akurat sangat penting
dalam memaksimalkan harga saham. Penentuan harga saham
menyangkut pendapatan yang akan diterima di masa dating (cashflow).
Model Dividen Growth menyatakan bahwa nilai saham adalah present value
dari dividen yang diharapkan terjadi dengan rumusnya :

D1
Po =
ke − g
Model ini diaplikasikan pada perusahaan yang :
a. Membayar dividen
b. Memiliki pertumbuhan earing, dividen payout ratio dan struktur modal
yang relatif konstan
c. Diharapkan tetap beroperasi.
1. Aset dan Kapital Operasional
Memodifikasi data akuntansi adalah dengan membagi total asset
menjadi 2 bagian yakni :
a. Operating asset terdiri dari : kas, piutang dagang, persediaan dan
asset tetap. Operating asset dibagi menjadi 2 bagian :
1) Modal kerja/ working capital.
2) Asset tetap/ fixed asset.
b. Nonoperating asset terdiri dari: surat berharga/ marketable
securities, investasi pada subsidiary dan tanah.

3
Sumber modal utama bagi perusahaan adalah investor, namun tidak
semua modal diperoleh dari investor karena dana bisa didapat dari
supplier, utang dagang, dana utang gaji dan utang pajak. Utang dagang,
utang gaji dan utang pajak bersifat bebas, tidak ada biaya/fee atas
pemakaiannya . Oleh karena itu perusahaan memiliki asset lancer
sebesar Rp. 100.000.000,- dengan utang dagang sebesar Rp.
10.000.000,- serta utang gaji dan pajak sebesar Rp. 10.000.000,- maka
nilai investor, supplied working capital akan sebesar Rp. 80.000.000,- .
Modal kerja operasional adalah semua asset yang digunakan dalam
menjalankan operasi perusahaan, Jika operating working capital
dikurangi utang dagang dan utang gaji/ pajak maka akan didapat modal
kerja operasi bersih/ net operating working capital. Modal kerja
operasional bersih adalah sama dengan semua asset lancer yang tidak
memberi bunga, semua utang lancer yang tidak mensyaratkan bunga.
Sebagai contoh PT. Rifki memiliki laporan keuangan seperti table
dibawah ini dengan menggunakan rumus nilai net operating working
capital dan total operating capital tahun 1999 akan menjadi :
Modal Kerja Operasi Bersih = (kas + piutang dagang + persediaan) –
(utang dagang + akrual)
= (Rp.10 + Rp.375 + Rp.615) – (Rp60 +
Rp 140)
= Rp 800 juta
Tabel 1. Neraca PT. Rifki 31 Desember 1999
(Dalam Jutaan Rupiah)
Asset 1999 1998 Utang dan 1999 1998
Kewajiban
Kas 10 15 Utang Dagang 60 30
Investasi Jangka 0 65 Utang Wesel 110 60
Pendek
Piutang Dagang 375 315 Akrual 140 130

4
Persediaan 615 415 Total Kewajiban 310 220
Lancar
Total Asset 1.000 810 Obligasi 754 580
Lancar
Pabrik dan 1.000 870 Total Utang 1.064 800
Peralatan
Saham Preferen 40 40
(400.000 lembar)
Saham Biasa (5o 130 130
juta lembar)
Laba di Tahan 766 710
Total Utang dan 766 840
Modal
Total Asset 2.000 1.680 Total Passiva 2.000 1.680
Keterangan :
Total Modal Operasi PT. Rifki = Modal Kerja Operasi Bersih + Aset Tetap
Bersih
= Rp.800 + Rp.1.000
= Rp.1.800 juta
Sedangkan pada akhir 1998, PT. Rifki memiliki net operating working capital
sebesar :
Modal Kerja Operasi Bersih = (Rp.15 + Rp.315 + Rp415) – (Rp30 + Rp130)
= Rp585 juta
Penambahan Rp 870 juta pada food asset, kaan menaikkan total operating
capital tahun 1997 menjadi : Total Modal Operasi = Rp585 + Rp870 =
Rp1.455 juta
Oleh karena itu, PT. Rifki mengalami kenaikan operating capital sebesar
Rp345 juta yaitu : dari Rp1.455 menjadi Rp1.800 juta. Peningkatan ii
berdampak pada working capital yang naik Rp585 juta menjadi Rp800 juta/
naik sekitar Rp215 juta.

5
2. Laba Operasi Bersih Sejumlah Pajak
Jika dua perusahaan memiliki utang yang berbeda, dan juga
perbedaan jumlah pembayaran bunga, perusahaan tersebut memiliki
kinerja operasi yang sama tetapi berbeda pada penghasilan bersih atau
net income, maka perusahaan dengan lebih banyak utang akan memiliki
net income yang lebih kecil. Tampak bahwa walaupun angka net income
merupakan indikator keuangan yang penting namun angka tersebut tidak
sepenuhnya mencerminkan kinerja sesungguhnya dari operasi
perusahaan atau efektifitas kerja manajer dan karyawannya. Untuk dapat
melakukan evaluasi kinerja manajer secara lebih baik maka dimunculkan
suatu formula yaitu laba operasi bersih sesudah pajak atau net operating
profit after taxes (NOPAT) yang merupakan sejumlah laba perusahaan
yang akan dihasilkan jika perusahaan tersebut tidak memiliki utang dan
tidak memiliki asset financial. NOPAT didefinisikan sebagai:
Nopat = EBIT (1-tarif pajak)
Menggunakan data dari laporan keuangan Tabel 5.2, maka NOPAT
dari PT Rifki akan sebesar:
NOPAT: Rp 283.8(1-0,4) = Rp 283.8(0,6) = Rp170.3 juta
Pada tahun 1999 PT Rifki mampu menghasilkan after-tax operating
profit sebesar Rp170.3 juta, yang lebih besar sebanding NOPAT tahun
1998 yaitu Rp263(0,6) = Rp157,8 juta. Laporan keuangan yang terlihat
pada table 5.2 memperlihatkan penurunan laba per lembat saham (EPS)
Dari tahun 1998 ke 1999. Penurunan pada EPS ini disebabkan kanaikan
pada pembayaran bunga dan bukan karena penurunan operating profit.
Table 5.1 menunjukkan adanya kenaikan utang dari 1998 ke 1999.
Kenaikan ini akibat kenaikan investasi pada operating capital yang
sebagian besar didanai utang.

6
Tabel 2. Laporan Rugi Laba PT. Rifki
Dalam Jutaan Rupiah)
1999 1998
Penjualan bersih 3.000.00 2.850,00
Biaya Lain-lain 2.616,20 2.497,00
Depresiasi 100,00 90,00
Total Operating Cost 2.716,20 2.587,00
Earning Before Interest and Taxes (EBIT) 283,80 263,00
Dikurangi Bunga 88,00 60,00
Earning Bunga Tax (EBIT) 195,80 203,00
Pajak (40%) 78,30 81,00
Net Income sebelum Dividen Saham Preferen 117,50 122,00
Dividen Saham Preferen 4,00 4,00
Net Income untuk Pemegang Saham 113,50 118,00
Dividen Saham Biasa 57,50 53,00
Tambahan Laba Ditahan 56,00 65,00
Data Per Saham :
Harga Saham Biasa 23,00 24,00
Earning Per Share (EPS) 2,27 2,36
Dividen Per Share (DPS) 1,15 1,06
Book Value Per Share (BVPS) 17,92 16,80

3. Aliran Kas Bebas (Free Cash Flow)


Aliran kas bersih atau net cash flow merupakan penjumlahan dari net
income ditambah non-cash adjustment. Perlu dicatat bahwa aliran kas
tidak dapat dipertahankan terus-menerus terkecuali fixed asset yang
telah diapresiasikan diganti. Sehingga manajemen perusahaan tidak
sepenuhnya bebas menggunakan aliran kas yang ada. Aliran kas bebas
atau free cash flow –fcf adalah cash flow yang tersedia untuk dibagikan
kepada para investor stelah perusahaan melakukan investasi pada fixed
asset dan working capital yang diperlukan untuk mempertahankan
kelansungan usahannya. Dengan kata lain aliran kas bebas adalah kas

7
yang tersedia diatas kebutuhan investasi yang profitable. Free cash flow
ini sebenarnya merupakan hak pemegang saham.
Ketika kita mempelajari laporan rugi/laba/ maka penekanan akan
diletakkan pada laba akutansi. Namun demikian nilai operasi perusahaan
ditentukan oleh aliran kas yang akan dihasilkan sekarang dimasa dating.
Secara khusu nilai dari operasi perusahaan bergantung pada aliran kas
bebas yang dihrapkan terjadi atau expected free cash flow. Nilai ini
merupakan laba operasi sesudah pajak atau after –tax operating profit
dikurangi nilai investasi. Fixed estet dan working capital yang diperlukan
untuk mempertahankan operasi perusahaan. Jadi free cash flow
mencerminkan sejumlah kas yang secara actual tersedia untuk
dibagikan kepada investor . berdasar uraian tersebut dapat dinyatakan
bahwa cara yang dapat dilakukan nanajer untuk meningkatkan nilai
perusahaannya adalah dengan menaikkan free cash flow.
Jika kita mengambil kasus PT.Rifki tahun 1999 yang memiliki NOPAT
sebesar Rp.170,3 juta, maka operating cash flow PT Rifki adalah NOPAT
plus penyesuaian non cash. Karena noncash adjustment pada PT Rifki
hanya terdiri dari depresiasi maka,
Aliran kas operasional = NOPAT + Deprestasi
= Rp170.3 + Rp100
= Rp270,3 juta
Pada tahun 1998 dan 1999 PT Rifki memiliki operating asset atau
operating capital sebesar Rp 1.455 juta dan Rp 1.800 juta. Jadi selama
tahun 1999 terdapat net investment in operating capital sebesar:
Investasi Bersih pada modal operasi = Rp1.800 - Rp1.455
= Rp 345 juta.
Nilai asset tetap bersih naik dari Rp870 ke Rp 1.000 juta atau sebesar
Rp130 juta. Sementara deprestasi yang terjadi adalah Rp 100 juta,
sehingga gross investment pada fixed asset Rp 130+Rp 100 = Rp 230
juta untuk tahun 1999. Kita dapat menentukan investasi bruto pada
modal operasi atau gross investment in operating capital yaitu :

8
Investasi Bruto = investasi Bersih + Depresiasi
=Rp345+Rp100 = Rp455 juta
Dengan demikian free cash flow PT rifki untuk tahun 1999 sebesar:
Free cash flow = aliran kas operasi – investasi bruto pada modal operasi
= Rp270,3-Rp445 = Rp174,7 juta
atau
FCF = NOPAT – Investasi Bersih Pada Modal Operasi
= Rp170,3-Rp345 = Rp174,7 juta.
4. Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added (EVA)
Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran
pemegang sahan. Selain member manfaat bagi pemegang saham,
tujuan ini juga menjamin sumber daya perusahaan yang langka
dialokasikan efisien dan member manfaaat ekonomi . kemakmuran
pemegang saham dimaksimalkan dengan kenaikan nilai pasar dari
modal perusahaan diatas nilai modal yang disetor pemegang saham.
Kenaikan ini disebut Market Value Added (MVA).
MVA = Nilai Pasar Ekuity – Modal Ekuity Yang Disetor Pemegang
Saham
= (Jumlah Saham Beredar) (Saham) – Total Nilai Ekuity
Sebagai ilustrasi jika PT ABC memiliki market value of equity Rp 150
juta dan nilai modal yang disetor adalah Rp 10 juta. Maka MVA PT ABC
adalah: Rp150-Rp10 =Rp140 juta.
MVA mengukur dampak tindakan manajerial sejak perusahaan berdiri,
sementara economic value Added (EVA) menitikberatkan pada
efektivitas manajerial pada tahun tertentu.
EVA = Laba Bersih Operasi Setelah Pajak (NOPAT) – Biaya Modal
Setelah pajak yang diperlukan untuk mendukung operasi
= EBIT (1-Pajak perusahaan) – (Modal Operasi) (Biaya Modal
setelah pajak)
EVA mampu menghitung laba ekonomi yang sebenarnya atau trus
ecomomic profit suatu perusahaan pada tahun tertentu dan sangat

9
berbeda jika dibanding laba akuntansi . EVA mencerminkan residual
income yang tersisa setelah semua biaya modal termasuk modal saham,
telah dikurangkan. Sedangkan laba akuntansi dihitung tanpa
mengurangkan biaya modal.
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang
diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Perlu dicatat bahwa
EVA dapat juga diterapkan pada tingkat divisi atau subsidiary
perusahaan. Nilai perusahaan akan meningkat jika perusahaan
membiayai investasi dengan net present value yang positif, karena net
present value yang positif akan memberikan economic value added
kepada pemegang saham.
Tabel 3. Market Value Added (MVA) dan Economic Value Added
(EVA) PT. Rifki
(Dalam Jutaan Rupiah)
1999 1998
Perhitungan MVA
Harga Per lembar Saham 23,00 26,00
Jumlah Saham Baredar (Juta) 50,00 50,00
Market Value of Equity 1.150,00 1.300,00
Book Value of Equity 896,00 840,00
MVA = Market Value – Book Value 254,00 460,00
Perhitungan EVA
EBIT
Tarif Pajak (t) 283,80 263,00
NOPAT = EBIT (1-t) 40% 40%
Total Invenstor Supplied Operating Working 170,30 157,80
Capital 1.800,00 1.455,00
Biaya Modal Setelah Pajak (%) 11% 10,8%
Biaya Modal (Rp) 198,00 157,10
EVA = NOPAT – Biaya Modal (27,70) 0,70

10
Dapat dikemukakan bahwa dari tahun 1998 sampai 1999 net income
turun, namun penurunan itu tidak sedrastis penurunan EVA, Net income
terbukti tidak mencerminkan moday yang dipergunakan sehingga angka
ini kurang akurat jika di gunakan dalam penentuan tujuan atau target
perusahaan atau pengukuran kinerja manajerial.
Secara umum dapat dinyatakan dua pengamatan yaitu : Pertama, ada
hubungan antara MVA dan EVA, namun sifatnya tidak selalu searah.Jika
suatu perusahaan memiliki EVA negative, maka MVA mungkin saja akan
bernilai negative dan sebaliknya jika EVA positif maka belum tentu MVA
perusahaan positif. Kedua, EVA secara umum lebih bermanfaat
disbanding MVA untuk mengevaluasi kinerja menajerial sebagian bagian
dari incentive compensation program dengan alasan :
a. EVA menunjukkan nilai tambah atau value added yang terjadi pada
tahun tertentu,sedangkan MVA mencerminkan kinerja perusahaan
selama hidupnya
b. EVA dapat diterapkan pada tingkat divisi atau unit dari perusahaan
besar secara individual, sedangkan MVA harus diterapkan untuk
perusahaan secara keseluruhan
5. Penilaian Perusahaan Keseluruhan
Pada proses penilaian saham perusahaan umumnya investor akan
menentukan dengan dividen cash flow model.Model ini mengasumsikan
bahwa perusahaan saat ini akan segera membayar dividen pembayaran
itu diharapkan akan terus-menerus selama perusahaan berdiri.
Perusahaan yang berdiri atau perusahaan pada tahap pertumbuhan
mengalami kenaikan penjualan yang menuntut adanya penambahan
asset. Lebih dari itu pertumbuhan pada asset tersebut biasanya didanai
dengan penambahan utang atau modal baru. Dari sisi perusahaan
dengan skala kecil ini, tidak mudah uuntuk melakukan penambahan
modal karena terbatasnya informasi dan akses ke pasar modal.Sehingga
dapat dimengerti banyak peruusahaan yang berada pada tahap
pertumbuhan tidak membayar dividen kepada pemiliknya.

11
6. Model Nilai Korporasi (Corporate Value Model)
Konsep free cash flow model menyatakan bahwa free cash flow
adalah kas yang dihasilkan dari operasi yang secara actual tersediah
untuk dibagikan kepada investor, termasuk pemegang saham,
pemegang obligasi dan pemegang saham preferen, Nilai peruusahaan
merupakan present value dari aliran kas bebas atauu free cash flow yang
dihasilkan dimasa dating.oleh karena itu nilai PT ABC (table) dapat
dihituung sebagai present value dari expected free cash flow, yaitu
mendiskontokan pada tingkat biaya modal, ditambah nilai dari non
operating asset. Rumus nilai perusahaan atau nilai operasi perusahaan
dapat dinyatakan sebagai berikut :
Nilai Operasi = PV Free Cash Flows Yang Diharapkan
FCF1 FCF2 FCFdst
= + + ….. +
(1+kc)1 (1+kc)2 (1+kc)dst

tFCF
= ∑i=1
(1+kc)t

12
Tabel 4. LAPORAN RUGI LABA PT ABC (Dalam Jutaan Rupiah)

Aktual Proyeksi
1998 1999 2000 2001 2002

Penjualan 700 850 1,000 1,100 1,155

Biaya Lain-lain 599 734 911 935 982

Depresiasi 28 31 34 36 38

Total Operating Cost 627 765 945 971 1020

EBIT 73 85 55 129 135

Dikurangi: Bunga 13 15 16 17 19

Pendapatan sebelum pajak 60 70 39 112 116

pajak (40%) 24 28 15.6 44.8 46.4

Pendapatan Bersih 36 42 23.4 67.2 69.6

Deviden Saham Preferen 6 7 7.4 8 8.3

Pendapatan Bersih untuk saham biasa 30 35 16 59.2 45.3

Saham Biasa - - - 44.2 45.3

Tambahan Laba Ditahan 30 35 16 15 16


Jumlah Saham 100 100 100 100 100
Dividen per Lembar 0.442

13
Tabel 5. NERACA PT ABC
(Dalam Jutaan Rupiah)

Aktual Proyeksi

Aset 1998 1999 2000 2001 2002


Kas 17 20 22 23 24
Marketable Securities 63 70 80 84 88
Piutang Dagang 85 100 110 116 121
Persediaan 170 200 220 231 234

Total Asset Lancar 335 390 432 454 476

Pabrik dan Peralatan 279 310 341 358 376

Total Asset 614 700 773 812 852

Kewajiban dan Modal


Utang Dagang 17 20 22 23 24
Utang Wesel 123 140 160 168 176
Akrual 43 50 55 58 61

Total Utang Lancar 183 210 237 249 261

Obligasi 124 140 160 168 176


Saham Preferen 62 70 80 84 88
Saham Biasa 200 200 200 200 200
Laba Ditahan 45 80 96 111 127

Total Modal 245 280 296 311 327

Total Utang dan Modal 641 700 773 812 852

Kita akan mengasumsikan biaya modal PT ABC adalah 10,84%.untuk


menghitung nilai perusahaan,digunakan pendekatan seperti noncostant
dividen growth model dengan:
a. Asumsi peusahaan akan mengalami pertumbuhan nonkonstan
selama N tahun, setelah itu tumbuh pada tingkat yang sama

14
b. Menghitung expected free cash flow untuk tiap tahun selama N tahun
dan tentukan Pv dari tiap cash flow.
c. Setelah N tahun kita dapat menggunaan constant growth modal untuk
menemukan nilai perusahaan pada tahun N. Nilai akhir (terminal
value) ini adalah jumlah PV untuk tahun N+1 dan seterusnya yang
didiskontokan ke tahun N. Kemudian nilai pada tahun N tersebut
didiskontokan kebelakang sehingga didapat PV pada tahun 0.
d. Menjumlah semua PV, yaitu dari free cash flow tahunan selama
periode pertumbuhan non-konstan ditambah PV dari terminal value,
sehingga didapat nilai operasi perusahaan. Nilai ini sering di sebut
goin concern value dan jika kita tambahkan terhadap nonoprationg
asset akan didapat total nilai perusahaan.
Tabel 6. menggambarkan perhitungan free cash flow tiap tahun
dengan model yang di uraikan di muka. Net operating working capital
pada baris pertama tabel tersebut dihitung menggunakan data 1998.
Net operating working capital yang dibutuhkan
= (kas + Piutang Dagang + Persediaan) – (Utang Dagang + Akrual)
= (Rp17 + Rp85 + 170) – (Rp17 + Rp43)
= Rp212 juta
Tabel 6. NERACA PT ABC
(Dalam Jutaan Rupiah)
Aktual Proyeksi
1998 1999 2000 2001 2002
Net Operating Working Capital 212 250 275 289 303
Net pabrik dan Peralatan 279 310 341 358 376

Net Operating Assat 560 616 647 679


491
Net Investasi pada Operating Asset 69 56 31 32

NOPAT=EBIT×(1-t) 51 33 77.4 81
Net Investasi pada Operating Asset 69 56 31 32
Free Cash Flow (18) (23) 46.4 49

15
Net pabrik dan peralatan merupakan investasi bersih yang
ditanamkan pada fixed asset seperti mesin dan fasilitas produksi jangka
panjang. Investasi bersih pada pabrik dan peralatan ditambah dengan
investasi bersih pada modal kerja – net operating working capital –
menghasilkan nilai investasi bersih pada operating asset yang
memperlihatkan perubahan operating assetdari tahun sebelumnya.untuk
tahun 1999 nilai investasi baru ini sebesar Rp560 juta – Rp491 juta =
Rp69 juta. NOPAT atau net operating profit after taxes didapat dari
pendapatan sebelum pajak (EBIT) dikalikan (1-tarif pajak). Pada tabel
2.4 kita memperkirakan EBIT tahun 1999 sebesar Rp85 juta, sehingga
dengan tarif pajak 40% maka NOPAT tahun 1999 adalah Rp85 juta × (1-
40%) = Rp51 juta.
Sekarang kita bisa melihat bahwa NOPAT tahun 1999 sebesar Rp51
juta belum dapat menutupi kebutuhan dan untuk tambhan investasi
operating asset selama tahun tersebut yang besarnya Rp69 juta.
Sehingga free cash flow untuk tahun 1999 adalah adalah Rp51 juta –
Rp69 juta = negatif Rp18 juta.
Nilai free cash flow yang negatif ini merupakan hal yang lumrah pada
perusahaan yang baru berdiri dan memiliki pertumbuhan yang tinggi
karena adanya tuntutan tambahan investasi pada operating asset. Aliran
kas negatif berarti perusahaan harus memperoleh dana baru dari
investor sehingga terjadi penambahan utang wesel. Obligasi, saham
preferen seperti Tabel 5.4 tahun 1998 ke tahun 1999. Pemegang saham
PT ABC bahkan tidak menerima pembayaran dividen sampai tahun 2001
karena net income diinvestasikan lagi ke dalam asset.
Salah satu varian dari constan dividend growth model yang dapat
digunakan untuk menghitung nilai perusahaan pada tahun N adalah
sebagai berikut:

16
= =

Jika biaya modal 10.84%, free cash flow pada tahun 2002 sebesar
Rp49 juta dan tingkat pertumbujan 5%, maka nilai operasi PT ABC pada
31 Desember 2002 sebesar:

Gambar 3. Value Of Operation dengan Tingkat Pertumbuhan


Nonkonstan

Angka Rp880,99 juta disebut terminal value karena merupakan nilai


pada akhir periode pemrakiraan. Angka ini juga berarti nilai jual asset
operasi pada 31 Desember 2002. Untuk menentukan nilai operasi saat
ini yaitu pada 31 Desember 1998, nilai aliran kas tiap tahun kita
diskontakan pada tingkat biaya modal 10,84%. Jumlah PV semua cash
flow adalah sebesar Rp615,27 juta yang menunjukkan perkiraan nilai
saat ini, 31 Desember 1998, yang akan diterima jika semua operating
asset dijual.
Telah ditemukan bahwa total nilai suatu perusahaan adalah niali
operating asset ditambah nilai nonoperating asset. Operating asset
meliputi semua item selain marketabel securities. Marketable secruities
merupakan financial asset dan tidak digunakan untuk mendukung
berjalannya proses produksi. Pada Tabel 5.4 nilainya Rp63 juta.

17
Sehingga total nilai PT ABC pada 31 Desember 1998 adalah Rp615,27
+ Rp63 juta = Rp678,27 juta.
Jika nilai perusahaan pada tahun 1998 adalah Rp678,27 juta maka
berapakah nilai saham biasa? Kita telah mengetahui bahwa nilai utang
wesel ditambah utangjangka panjang adalah Rp123 juta + Rp124 =
Rp247 juta, sedangkan nilai saham preferen Rp62 juta. Ketiganya
memiliki hak mendapatkan pembayaran terlebih dahulu dibandingkan
saham biasa. Sehingga nilai saham biasa sebesar Rp678,27– Rp247 –
Rp62 = Rp369,27 juta. Nilai sebesar Rp369,27 juta merupakan nilai
pasar saham biasa PT ABC. Nilai ini dapat kita bagi menjadi dua yaitu
book-value of equity yang mencerminkan investasi aktual yang dilakukan
investor, dan tambahan nilai pasar atau market value added yang
dihasilkan oleh manajemen dan kegiatan produksi. Jika pada tahun 1998
nilai buku ekuitas sebesar Rp245 juta maka nilai MVA sebesar Rp369,27
juta – Rp245 juta = Rp124,27 juta. Sedangkan nilai pasar per lembar
saham biasa adalah Rp369,27 juta/100 juta lembar = Rp3,69 per lembar.

18
B. ANALISIS RASIO KEUANGAN
Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis
kelemahan dan kekuatan di bidang finansial akan sangat membantu dalam
menilai prestasi manajemen amsa lalu dan prospeknya di masa datang.
Rasio tersebut dapat memberikan indikasi apakah perusahaan memiliki kas
yang cukup untuk memenuhi kewajiban finansialnya, besarnya piutang
yang cukup rasional, efisiensi manajemen persediaan, perencanaan
penegluaran investasi yang baik, dan struktur modal yang sehat sehingga
tujuan memaksimalkan kemakmuran pemegaang sahat dapat dicapai.
Untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan
prestasi satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga
diketahui adanya kecenderungan selama periode tertentu, selain itu dapat
pula dilakukan dengan cara membandingkan dengan perusahaan sejenis
dalam industry itu sehingga dapat diketahui bagaimana posisi perusahaan
dalam industri.
1. Pembagian Analisis Rasio
Karena perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai, maka
analisis keuangan juga beragam. Pemegang sahar preferen dan obligasi
akan lebih menitikberatkan pada aliran kas dalam jangka Panjang.
Sementara pemilik (pemegang saham) dan calon investor akan melihat
dari segi profitabilitas dan reisiko, karena kestabilan harga saham sanga
bergantung dengan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh dividen di
masa datang.
Rasio keuangan terbagi atas empat kelompok, yaitu sebagai berikut.
a. Rasio likuisitas, yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial yang berjangka pendek tepat pada
waktunya.
b. Rasio aktivitas, menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan
dalam menggunakan assets untuk memperoleh penjualan.
c. Financial leverage ratio, menunjukkan kapasitas perusahaan untuk
memenuhi kewajiban baik itu jangka pendek maupun jangka Panjang.

19
d. Rasio profitabilitas, dapat mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan
penjualan, assets maupun laba bagi modal sendiri.
2. Rasio Keuangan dan Analaisis Kesulitan Keuangan
Studi mengenai kebangkrutan perusahaan pertama kali dikemukakan
oleh Beaver (1966) yang menggunakan 29 rasio keuangan perusahaan
pada lima tahun sebelum terjadi kebangkrutan. Beaver membuat enam
kelompok rasio yaitu : cash flow artios, net income rasio, debt-to-total
asset ratios. Dari keenam kelompk rasio tersebut, beaver menemukan
bahwa rasio dari aliran kas (cash flow) terhadap kewajiban total (total
debt) merupakan predictor yang paling baik untuk menentukan tingkat
kebangkrutan sebuah perusahaan.
a. Rasio Likuiditas
Likuiditas perusahaan, menunjukkan kemampuan untuk membayar
kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas
perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancer yaitu aktiva
yang mudah untuk diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat
berharga, piutang, persediaan. Dengan menggunakan laporan
keuangan yang terdiri atas Neraca, Laporan Rugi-laba, laporan
perubahan modal maka rasio-rasio tersebut:
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Utang Lancar
Rp 50.190.000
=
Rp 25.523.000
= 1,96
Semakin tinggi current ratio ini berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek.
Aktiva lancer yang dimaksud termasuk kas, piutang, surat berharga
dan persediaan. Dari aktiva lancer tersebut, persediaan merupakan
aktiva lancer yang kurang liquid dibanding dengan yang lain.

20
Aktiva Lancar −Persediaan
Acid Test Ratio =
Utang Lancar
Rp 50.190.000 − Rp 27.530.000
=
Rp 25.523.000
= 0,88
Rasio ini hanya memperhitungkan aktiva lancar yang liquid yakni
aktiva lancar di luar persediaan.
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah
dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara
membandingkan rasio aktivitas dengan standar industry, maka dapat
diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri. Periode
pengumpulan piutang, yaitu rata-rata hal yang diperlukan untuk
mengubah piutang menjadi kas. Biasanya ditentukan dengan
membagi piutang dengan rata-rata penjualan harian. Ada yang
menggunakan pituang rata-rata yang dibagi menjadi penjualan kredit,
hal ini dilakukan apabila piutang awal tahun sangat berbeda dengan
piutang akhir tahun.
Piutang x 360
Periode Pengumpulan Piutang =
Penjualan Kredit
Rp 18.320.000 x 360
=
Rp 112.760.000

= 58,49 hari.

Penjualan kredit
Perputaran Piutang =
Piutang
Rp 112.760.000
=
Rp 18.320.000

= 6,15.

Kedua rasio tersebut berhubungan, di mana hari dalam satu tahun,


360 dibagi dengan periode pengumpulan piutang, 58,49 hari akan
menghasilkan perputaran piutang, 6,15 kali. Apabila piutang

21
berfluktuasi sangat besar maka sebaiknya menggunakan pitang rata-
rata.
Terlalu tinggi periode pengumpulan piutang itu berarti bahwa
kebijakan kredit terlalu liberal atau bebas, akibatnya timbul bed-bedt
dan investasi dalam piutang menjadi terlalu besar akibatnya
keuntungan akan menurun. Sebaliknya periode pengumpulan piutang
yang terlalu besar akibatnya keuntungan akan menurun. Sebaliknya
periode pengumpulan piutang yang terlalu penduduk pendek berarti
kebijakan kredit terlalu ketat dan besar kemungkinannya perusahaan
akan kehilangan untuk memperoleh keuntungan. Untuk itu standar
kredit perlu diperlonggar.
Harga Pokok Penjualan
Perputaran Persediaan =
Rata−rata Persediaan
Rp 85.300.000
=
Rp 27.000.000
= 3,16 kali
Pengguna rata-rata di sini, seperti halnya perputaran piutang
dimaksudkan agar lebih tepat lagi apabila persediaan mengalami
perubahan yang cukup besar. Yang penting adalah apabila kita akan
membandingkan dengan yang telah dicapai pada periode sebelumnya
maka harus konsisten. Perusahaan yang perputaran persediaanya
yang makin tinggi itu berarti makin efisien, tetapi perputaran yang
terlalu tinggi juga tidak baik, untuk itu perlu ditentukan keseimbangan.
Perputaran aktiva tetap, adalah rasio antara penjualan dengan
aktiva tetap neto. Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya seperti gedung, kendaraan, mesin-
mesin, perlengkapan kantor.
Penjualan
Perputaran Aktiva =
Aktiva Tetap
Rp 112.760.000
=
Rp 31.700.000
= 3,56 kali

22
Perputaran total aktiva, menunjukkan bagaimana ektivitas
perusahaan menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan
penjualan dan mendapatkan laba. Tingkat perputaran ini juga
ditentukan oleh perputaran aktiva itu sendiri.
Penjualan
Penjualan Total Aktiva =
Total Aktiva
Rp 112.760.000
=
Rp 81.890.000
= 3,58 kali
c. Financial Leverage
Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang
untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai
leverage berarti menunakan modal sendiri 100%. Penggunaan utang
itu sendiri bagi perusahaan mengandung tiga dimensi (1) pemberi
kredit akan menitikberatkan pada besarnya jaminan atas kredit yang
diberikan, (2) dengan menggunakan utang maka apabila perusahaan
mendapatkan keuntungan yang lebih besar dari beban tetapnya maka
pemilik perusahaan keuntungannya akan meningkat dan (3) dengan
menggunakan utang maka pemilik memperoleh dana dan tidak
kehilangan perusahaan.
Total Utang
Debt Ratio =
Total Aktiva
Rp 47.523.000
=
Rp 81.890.000
= 58,03%
Debt rasio sebesar 58,03% berarti bahwa total aktiva yang dimiliki
perusahaan 58,03% dibiayai dengan utang. Semakin tinggi rasio ini
maka semakin besar rasio yang dihadapi, dan investor akan meminta
tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga
menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai
aktiva.

23
Total Utang
Debt to Equity Ratio =
Total Modal Sendiri
Rp 47.523.000
=
Rp 34.367.000
= 138,28%
Time interest earned rasio, adalah rasio antara laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan memenuhi bebab tetapnya berupa bunga,
atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa
perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu
membayar bunga.
Laba Sebelum Bunga dan Pajak
Time Interest Earned Ratio =
Beban Bunga
Rp 11.520.000
=
Rp 3.160.000
= 3,65 kali
Fixed charge coverage ratio, mengukur berapa besar kemempuan
perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembeyaran
dividen saham preferen, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa.
Karena tidak jarang perusahaan menyewa aktifitasnya dari
perusahaan lising dan harus membayar angsuran tertentu . Misalkan
pembeyaran sewa yaqng harus dibayar Rp 1.500.000.
EBIT + Bunga +Pembayaran Sewa
Fixed Charge Coverge =
Bunga + Pembayaran Sewa
Rp 11.520.000 + Rp 3.160.000 + Rp 1.500.000
=
Rp 3.160.000 + Rp 1.500.000
= 3,47 kali
Debit service coverage, mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman. Jadi
sama dengan leverage yang lain, hanya dengan memasukkan
angsuran pokok pinjaman. Misalkan angsuran pokok pinjaman
sebesar Rp 2.000.000, dan tariff pajak 40% maka:

24
Laba Sebelum bunga dan Pajak
Debt Service Coverge = Angsuran Pokok Pinjaman
Bunga + Sewa
(1 − Tarif Pajak)

Rp 11.520.000
= Rp 2.000.000
Rp 3.160.000 + Rp 1.500.000 +
(1 − 40%)

= 1,44 kali
d. Rasio Profitablitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat
berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi
pemegang sahan aakan melihat keuntungan yang benar-benar akan
diterima dalam bentuk dividen.
Penjualan − Harga Pokok Penjualan
Gross Profit Margin =
Penjualan
Rp 27.460
=
Rp 112.760
= 24,35%
Gross profit margin 24,35% berate bahwa setiap Rp1, penjualan
mampu menghasilkan laba kotot sebesar Rp0,2435. Semakin tinggi
profibilitasnya berarti semakin baik, tetapi perlu diperhatikan bahw
grofit margin sangat dipengaruhi oleh harga pokok penjualan.
Apabila harga pokok penjualan meningkat maka gross profit margin
akan menurun begitu pula sebaliknya.
Laba Setelah Pajak
Net Profit Margin =
Penjualan
Rp 4.347.000
=
Rp 112.760.000
= 3,86%
Apabila gross profit margin selama suatu periode tidak berubah
sedangkan net profit marginnya mengalami penurunan maka berarti

25
bahwa biaya meningkat relative lebih besar daripada peningkatan
penjualan.
Laba Setelah Pajak
Return on Investment =
Total Aktiva
Rp 4.347.000
=
Rp 81.890.000
= 5,31%
Return on investment atau return on assets menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. Return on investmen sebesar 5,31% berarti bahwa
dengan menggunakan Rp1.000.aktiva akan menghasilkan laba bersih
setelah pajak sebesar Rp53,10.
Laba Setelah Pajak
Return on Equity =
Modal Sendiri
Rp 4.347.000
=
Rp 34.367.000
= 12,65%
Return on equality atau return on net worth mengukur kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham
perusahaan, apabila proporsi utang makin besar maka rasio ini juga
akan makin besar.
EBIT
Profit Margin =
Penjualan
Rp 11.520.000
=
Rp 112.760.000
= 10,22%
EBIT
Rentabilitas Ekonomis =
Total Aktiva
Rp 11.520.000
=
Rp 81.890.000
= 14,07%

26
Dengan menggunakan hubungan antara perputaran aktiva dengan
net provit margin maka dapat dicari earning power atau return on
assets ratio. Earning power adalah hasil kali net profit margin dengan
perputaran aktiva.
Penjualan Laba setelah Pajak
Earning Power = x
Total Aktiva Penjualan
Rp 112.760.000 Rp.4.347.000
= x
Rp 81.890.000 Rp 112.760.000
Rp 4.347.000
Earning Power =
Rp.81.890
= 5,31%
Earning power, merupakan tolak ukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan aktivayang digunakan. Apabila
perputaran aktiva meningkat dan net profit margin tetap maka eraning
power juga akan meningkat. Dua perusahaan mungkin akan
mempunyai earning power yang sama meskipun perputaran aktiva
dan net profit margin yang berbeda.
3. Masalah Inflasi dan Analisis Keuangan
Inflasi mengakibatkan harga-harga secara umum meningkat dan bagi
perusahaan inflasi merupakan factor eksternal yang tidak terkendali.
Sebagai contoh, berikut Neraca PT. ABL 31 Desember 1988.

Aktiva Pasiva

Kas Rp. 40.000,- Modal Saham Rp.240.000,-


Persedian 100.000,-
Aktiva Tetap 100.000,-

Rp.240.000,- Rp.240.000,-

Aktiva tetap didepresiasi dengan metode garis lurus selama 10 tahun.


Metode Pencatatan persedian dengan FIFO (frist in first out). Indeks
inflasi diperkirakan 20%. Contoh penjualan untuk tahun pertama seperti:

27
Penjualan Bersih Rp 170.000
Harga Pokok Penjualan
Persediaan Awal Rp 100.000
Pembelian Rp 120.000
Persediaan Siap Jual Rp 220.000
Persediaan Akhir Rp 120.000 Rp 100.000
Depresiasi (Rp100.00/10) Rp 10.000
Biaya Administrasi & Umum Rp 30.000
Laba Bersih SEbelum Pajak Rp 30.000

Rp 30.000
Profit Margin = = 17,65%
Rp 170.000

Rp 30.000
Return on Assets = = 12,50%
Rp 240.000

Misalkan nilai persediah akhit tahun 1989 karena inflasi akan menjadi
Rp.120.000,- maka keadaan neraca akhir 31 Desember 1989 menjadi

Aktiva Pasiva

Kas Rp. 60.000,- Modal Saham Rp.240.000

Persedian 120.000,- Laba ditahan 30.000,-

Aktiva Tetap 90.000,-

Rp.270.000,- Rp.270.000,-

Dengan metode FIFO maka persedian dijual dengan harga [ada saat
persediaan itu dibeli. Tetapi tidak memperhatikan inflasi, sehingga harga
tersebut lebih rendah dari pada replacement cost. Begitu juga terhadap
aktiva tetap, bahwa replacement cost aktiva tetap adalah Rp.120.000,-
Penggunaan metode FIFO semacam ini cenderung akan menghasilkan
perhitungan yang keliru, mengakibatkan over estimate terhadap profit
yang diperoleh. Untuk itu sebaiknya menggunakan metode LIFO.

28
Dengan demikian tidak terjadi over estimate terhadap keuntungan yang
diperoleh

Penjualan Bersih Rp 170.000


Harga Pokok Penjualan Rp 120.000
Depresiasi (Rp 120.000/10) Rp 12.000
Biaya Administrasi & Umum Rp 30.000

Laba Bersih Rp 8.000

Rp 8.000
Profit Margin = = 4,70%
Rp 170.000

Rp 8.000
Return on assets = = 3,33%
Rp 240.000

4. Analisis Indeks dan Common Size


Dengan menggunakan neraca dan laporan rugi laba selama beberapa
periode maka dapat dilakukan analisis dalam persentase. Analisis
common size menyajikan persentase setiap elemen terhadap total
aktiva, dan untuk laporan rugi laba persentase setiap elemen terhadap
penjualan.
Sedangkan analisis indeks menyatakan persentase elemen neraca
terhadap tahun tertentu sebagai tahun dasar, kemudian mencari indeks
untuk periode berikutnya. Bgitu juga dengan laporan keuangan, indeks
tersebut juga didasarkan atas tahun tertentu sebagai tahun dasar.
Dengan analisis indeks dapat diketahui fluktasi setiap elemen baik
neraca maupun rugi laba selama periode tertentu.

29
Tabel 7. Analisis Indeks
Neraca PT SIlih Berganti
31 Desember 1986 1987 1988 1989
Aktiva
Kas 100,00% 108,27% 119,09% 500,20%
Surat Berharga 100,00% 90,28% 103,82% 388,19%
Piutang 100,00% 91,98% 98,41% 312,72%
Persediaan 100,00% 96,15% 118,26% 278,83%
Total Aktiva Lancar 100,00% 95,03% 110,54% 306,33%
Aktiva Tetap Neto 100,00% 94,64% 90,22% 220,82%
Total Aktiva 100,00% 94,88% 102,68% 273,23%
Passiva
Utang Dagang 100,00% 85,79% 83,22% 308,86%
Utang Wesel 100,00% 66,29% 82,20% 346,08%
Utang Pajak 100,00% 98,44% 77,77% 446,91%
Utang Gaji 100,00% 91,42% 105,13% 406,86%
Total Utang Lancar 100,00% 81,79% 85,72% 354,31%
Utang Jangka Panjang 100,00% 109,09% 116,36% 311,55%
Total Modal Sendiri 100,00% 95,50% 106,51% 188,48%
Total Passiva 100,00% 94,88% 102,68% 273,23%

Tabel 8. Analisis Indeks Laporan Rugi Laba


PT SIlih Berganti
31 Desember 1986 1987 1988 1989
Penjualan Bersih 100,00% 108,00% 127,48% 187,09%
Harga Pokok Penjualan 100,00% 105,20% 110,88% 155,69%
Laba Kotor 100,00% 116,70% 179,06% 284,66%
Biaya Pemasaran 100,00% 126,91% 121,71% 207,95%
Biaya Administrasi & Umum 100,00% 94,68% 113,67% 194,68%
Laba Sebelum Bunga dan
Pajak (EBIT) 100,00% 128,86% 264,97% 401,62%

30
Bunga Utang 100,00% 134,49% 234,18% 315,82%
Laba Sebelum Pajak 100,00% 126,74% 276,61% 434,06%
Pajak Pendapatan 48% 100,00% 105,61% 230,50% 361,69%
Laba Setelah Pajak 100,00% 146,24% 319,19% 500,86%

Tabel 9. Analisis Common Size


Neraca PT SIlih Berganti
31 Desember 1986 1987 1988 1989
Aktiva
Kas 3,10% 3,54% 3,60% 5,68%
Surat Berharga 2,20% 2,09% 2,22% 3,12%
Piutang 22,37% 21,69% 21,44% 25,60%
Persediaan 33,62% 34,07% 38,72% 34,31%
Total Aktiva Lancar 61,29% 61,39% 65,99% 68,71%
Aktiva Tetap Neto 38,71% 38,61% 34,01% 31,29%
Total Aktiva 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
Passiva
Utang Dagang 11,87% 10.73% 9,62% 13,42%
Utang Wesel 10,38% 7,25% 8,31% 13,15%
Utang Pajak 3,91% 4,05% 2,96% 6,39%
Utang Gaji 5,01% 4,83% 5,13% 7,46%
Total Utang Lancar 31,17% 26,87% 26,02% 40,42%
Utang Jangka Panjang 26,87% 30,89% 30,45% 30,63%
Total Modal Sendiri 41,97% 42,24% 43,53% 28,95%
Total Utang dan Modal Sendiri 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%

31
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fungsi dari manajemen keuangan adalah melakukan analisis
perusahaan akan mendapat sumber dana (financing policy) diperoleh dari
investasi. Pendanaan perusahaan manajer keuangan menghadapi
masalah yakni pada saat menentukan berapa harga saham yang akan
diterbitkan. Harga saham saat initial public offering (PO) ditentukan pada
harga dimana kondisi dan kinerja perusahaan yang sekarang. Penentuan
harga penawaran saham yang terlalu tinggi menyebabkan kurangya minat
investor untuk membeli saham karena investor mengganggap nilai terlalu
tinggi (overvalued) sehingga target saham yang terjual kepada investor
tidak tercapai.
Perusahaan yang berbeda memiliki perbedaan pada struktur keuangan
pajak dan jumlah nonoperating asset seperti surat berharga (sebuah
dokumen yang memiliki nilai uang yang diakui dan dilindungi hukum untuk
kepentingan transaksi perdagangan, pembayaran, penagihan, atau sejenis
lainnya) sehingga perbedaan ini menyebabkan perbedaan pada ukuran-
ukuran akuntansi tradisional seperti return on equity/ ROI (jumlah
pendapatan bersih per dana investor yang masuk) serta rasio-rasio lain
sehingga dua perusahaan dengan tingkat operasi yang mirirp
menampakkan efisensi operasi yang berbeda. Rasio-rasio digunakan
sebagai ukuran dalam penilaian kinerja manajer.
EVA memberikan pengukuran yang lebih baik atas nilai tambah yang
diberikan perusahaan kepada pemegang saham. Perlu dicatat bahwa EVA
dapat juga diterapkan pada tingkat divisi atau subsidiary perusahaan. Nilai
perusahaan akan meningkat jika perusahaan membiayai investasi dengan
net present value yang positif, karena net present value yang positif akan
memberikan economic value added kepada pemegang saham.

32
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini semoga bermanfaat bagi
pembaca. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diharapkan
para pembaca agar dapat memberikan saran atau kritik demi
kelancaran makalah ini. Atas perhatiannya diucapkan terima kasih.

33
DAFTAR PUSTAKA

Dr. R. Agus Sartono, M.B.A,. Buku Manajemen Keuangan Teori dan


Aplikasi Edisi 4
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2021/08/20/roe
https://lifepal.co.id/media/surat-berharga/

34

Anda mungkin juga menyukai