Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK TEORI AKUNTANSI

ASET TETAP, ASET TAK BERWUJUD, DAN INVESTASI


JANGKA PANJANG

Oleh:
Iqbal Fadly 1402160126
Annisa Vidyarti 1402160315
Yosef Valentino 1402160340
Jeny Andari 1402160356
Elsha Pertiwi 1402164053

Kelompok 8
Kelas AK-40-05

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Teori
Akuntansi dengan judul Tugas Kelompok Teori Akuntansi Aset Tetap, Aset
Tak Berwujud, Dan Investasi Jangka Panjang.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen mata kami Bapak Budi selaku dosen mata kuliah Teori Akuntansi
yang telah mmemberikan kami tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Terima kasih.

Bandung, 20 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ………………………………………………………………... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Aset ....................................................................................................... 3
2.2 Pengertian Aset Tetap ............................................................................................ 4
2.3 Sifat Aset Tetap ....................................................................................................... 4
2.4 Penggolongan Aset Tetap ....................................................................................... 5
2.4.1 Aset Tetap Berwujud ....................................................................................... 5
2.4.2 Aset Tetap Tidak Berwujud ............................................................................ 6
2.4.3 Investasi Jangka Panjang ................................................................................ 8
2.5 Ciri Tambahan Aset Tetap..................................................................................... 8
2.6 Pengukuran Pada Saat Perolehan Aset Tetap ..................................................... 9
2.7 Prinsip Penilaian Aset Tetap Menurut FASB .................................................... 10
2.8 Sewa Guna dan Kos Bunga .................................................................................. 13
2.8.1 Sewa Guna ...................................................................................................... 13
2.8.2 Kos Bunga ....................................................................................................... 17
BAB III............................................................................................................................. 19
PENUTUP........................................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara umum, akuntansi mencakup kegiatan pengidentifikasian,
pencatatan, dan pelaporan. Akuntansi memiliki siklus, dari transaksi hingga
pembuatan laporan keuangan yang akan menjadi sumber informasi bagi
pengguna. Transaksi yang terjadi berupa pemasukan dan pengeluaran yang
dilakukan oleh suatu entitas, lembaga, atau institusi. Siklus akuntansi terjadi
setiap hari dan berakhir dalam satu periode yang kemudian dimulai kembali
pada periode selanjutnya. Sehingga, dapat dikatakan bahwa akuntansi
merupakan hal penting bagi suatu entitas untuk mengetahui bagaimana
operasi yang dilakukan selama satu periode.
Proses dalam siklus akuntansi berawal dari adanya transaksi yang
dibuktikan dengan bukti transaksi, kemudian dicatat ke dalam jurnal,
diposting ke buku besar, dilanjutkan pembuatan neraca saldo, lalu jurnal
penyesuaian, neraca saldo setelah disesuaikan, dan laporan keuangan, yang
terdiri dari laporan laba rugi, laporan perubahan modal, laporan posisi
keuangan (neraca), laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai salah satu pos dari laporan posisi
keuangan, yaitu aset tetap.
Berbeda dengan aset lancar, aset tetap memiliki umur ekonomis lebih
dari satu tahun dan menjadi alat pendukung operasional perusahaan. Aset
tetap dibagi menjadi dua golongan, yaitu aset tetap berwujud dan aset tetap
tidak berwujud. Aset tetap berwujud seperti halnya tanah, bangunan,
peralatan (equipment), mesin, dan kendaraan. Sedangkan aset tetap tidak
berwujud meliputi hak paten, goodwill, franchise, hak cipta, dan hak merek.

1
Selain itu, aset tetap yang lainnya yaitu investasi jangka panjang.
Investasi ini dapat berupa surat-surat berharga sebagai bukti klaim atau aset.
Segala pos akun termasuk aset tetap memiliki penilaian dan pengukuran
masing-masing. Dalam makalah ini, selain dipaparkan mengenai penjelasan
aset tetap, juga akan menjelaskan mengenai bagaimana pengakuan aset tetap,
pengukuran, serta teori yang terkait yang juga didukung oleh FSAB
(Financial Accounting Standards Board).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, berikut adalah
beberapa rumusan masalah.
1. Apakah pengertian, sifat, penggolongan, dan ciri tambahan aset tetap?
2. Bagaimana pengukuran dan kos aset tetap saat perolehan?
3. Bagaimana prinsip penilaian aset tetap menurut FASB?
4. Bagaimana teori yang menjelaskan terkait sewa guna dan kos bunga?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Aset


Aset adalah semua hak yang dapat digunakan dalam operasi perusahaan.
Yang dapat dimasukkan ke dalam kolom asset salah satunya adalah gedung
atau bangunan. Jadi kalau suatu perusahaan memiliki gedung senilai satu
miliar rupiah, maka aset yang dihitung adalah satu miliar rupiah itu. Selain
gedung, yang bisa dihitung sebagai aset bisa termasuk: merek dagang, paten
teknologi, uang kas, mobil, dll. Aset dipahami sebagai harta total. Namun
biasanya untuk keperluan analisis dirinci menjadi beberapa kategori, seperti:

1. Aset lancar
2. Investasi jangka panjang
3. Aset tetap
4. Aset tidak berwujud
5. Aset pajak tangguhan
6. Aset lain

Daftar aset dalam neraca disusun menurut tingkat likuiditasnya, mulai


dari yang paling likuid hingga yang tidak likuid.

Aktiva pada neraca disajikan pada sisi kiri secara berurutan dari atas ke
bawah. Penyusunan neraca dimulai dari yang paling likuid (lancar), yaitu
mulai dari aktiva lancar, aktiva tetap dan seterusnya. Komponen aktiva lancar
menurut Kasmir sebagai berikut: “kas, surat-surat berharga, piutang,
persediaan, dan sebagainya” (2008:31) Komponen aktiva tetap menurut
Kasmir sebagai berikut: “Tanah, bangunan, mesin, kendaraan, peralatan, dan
lainnya. Berdasarkan teori di atas aktiva disusun secara berurutan dari mulai
yang likuid sampai yang kurang likuid atau yang gampang dengan mudah
diuangkan.

3
2.2 Pengertian Aset Tetap

Aset tetap dalam akuntansi adalah aset berwujud yang dimiliki untuk
digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan
untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Jenis aset tidak lancar ini
biasanya dibeli untuk digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk
dijual kembali. Contoh aset tetap antara lain adalah properti, bangunan,
pabrik, alat-alat produksi, mesin, kendaraan bermotor, furnitur, perlengkapan
kantor, komputer, dan lain-lain. Aset tetap biasanya memperoleh keringanan
dalam perlakuan pajak. Kecuali tanah atau lahan, aset tetap merupakan
subyek dari depresiasi atau penyusutan.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Aset_tetap)

2.3 Sifat Aset Tetap


Beberapa sifat atau ciri aset tetap adalah:
1. Tujuan dari pembeliannya bukan untuk dijual kembali atau
diperjualbelikan sebagai barang dagangan, tetapi untuk dipergunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan.
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
3. Jumlahnya cukup material.

Sifat pertama dari aset tetap tersebut yang membedakan aset tetap dari
persediaan barang dagangan. Misalnya mobil yang dimiliki PT. Astra sebagai
produsen mobil, hasil produksi/rakitan yang berupa mobil untuk dijual harus
digolongkan sebagai persediaan barang dagangan (inventory), sedangkan
mobil yang dipakai untuk antar-jemput pegawai digunakan oleh direksi dan
para manajer perusahaan harus digolongkan sebagai aset tetap. Sifat kedua
dari aset tetap, merupakan salah satu alasan mengapa aset tetap harus
disusutkan.Biaya penyusutan merupakan alokasi dari biaya penggunaan aset

4
tetap selama masa manfaatnya, secara sistematis dan teratur (menggunakan
metode tertentu yang diterapkan secara konsisten).

2.4 Penggolongan Aset Tetap

2.4.1 Aset Tetap Berwujud


Menurut David P. Arda, aktiva tetap berwujud dapat dibedakan menurut:
1. Umur
2. Jenis
3. Sifat
- Bila dibedakan menurut umur, maka aktiva tetap berwujud
digolongkan atas:
a. Aktiva tetap berwujud yang memiliki umur terbatas
(Limited Life Plant Equipment). Merupakan aktiva
berwujud yang umur/ masa penggunaan yang terbatas dari
segi waktu. Seperti bangunan, mesin, peralatan, kendaraan.
Karena itu, untuk aktiva tetap berwujud memiliki umur
terbatas, maka setiap akhir periode atau pada waktu
penutupan buku, harus dihitung penyusutannya (depresiasi).
b. Aktiva tetap berwujud memiliki umur tak terbatas
(Unlimited Life Plant Equipment). Aktiva tetap berwujud
yang memiliki waktu yang tidak terbatas dari segi umur
penggunaannya.. Sebagaimana diketahui bahwa tanah dapat
dipakai dalam jangka waktu tidak terbatas, oleh karena itu
tidak perlu disusutkan.
- Bila dibedakan menurut jenisnya, maka aktiva tetap berwujud dapat
dibagi atas:
a. Bangunan (Building), baik bangunana kantor, bangunan
pabrik toko, gudang.
b. Peralatan (Equipment), baik untuk kantor, toko, pabrik,
ataupun gudang.
c. Mesin-mesin.

5
d. Kendaraan.
e. Tanah.
f. Dll.
- Bila dibedakan menurut sifatnya, maka aktiva tetap berwujud dapat
dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Aktiva tetap berwujud yang memiliki tenaga
penggerak,seperti mobil dan mesin.
b. Aktiva tetap berwujud yang tidak memiliki tenaga
penggerak, seperti tanah,peralatan dan bangunan.

2.4.2 Aset Tetap Tidak Berwujud


Aset tetap tidak berwujud (Intangible asset) adalah aset nonmoneter
teridentifikasi tanpa wujud fisik, yaitu hak-hak istimewa, atau posisi yang
menguntungkan guna menghasilkan pendapatan. Jenis utama aset tetap tidak
berwujud adalah sebagai berikut:
a. Paten
Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada penemu
atas hasil penemuannya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu
tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan
persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya. (UU 14
tahun 2001, pasal 1 ayat 1)
b. Hak Cipta
Hak cipta adalah sebuah bentuk perlindungan hukum bagi para penulis
literatur, musisi, artistik dan pekerjaan sejenis.Pemilik hak cipta
memiliki hak eksklusif seperti hak mencetak, mencetak ulang, menyalin
pekerjaan, menjual atau mendistribusikan salinan itu dan untuk
mengerjakan atau mencatat pekerjaan. Undang-undang hak cipta tahun
1978 melindungi umur hak cipta itu selama umur penulis ditambah 50
tahun. Hak cipta dapat dijual atau secara kontrak diserahkan ke pihak
lainnya. Biaya hak cipta diukur sesuai dengan prinsip biaya. Jika sebuah

6
hak cipta tidak memiliki umur ekonomis untuk keseluruhan umur
hukumnya, maka biaya hak cipta harus diamortisasi selama periode
diharapkan menghasilkan pendapatan. Hak cipta tidak boleh
diamortisasi melebihi sisa unsur hukumnya atau 40 tahun, mana yang
lebih singkat.
c. Merek Dagang
Merek dagang adalah tanda, kata atau logo perusahaan yang digunakan
untuk merujuk ke dirinya sendiri, merek dan produk-produknya dan
yang tidak ingin membiarkan pesaingnya untuk untuk digunakan. Pada
dasarnya, tujuan hukum merek dagang adalah untuk memungkinkan
perusahaan bentuk eksklusif identifier yang mereka dan hanya dapat
mereka gunakan untuk menandai produk mereka. Pesaing tidak dapat
menyalin dan menggunakan merek dagang atau dalam keadaan tertentu,
dapat mereka menggunakan kata-kata teknis yang berbeda yang secara
jelas dimaksudkan untuk menyebabkan kebingungan dengan merek
dagang yang sebenarnya.
d. Goodwill
Merupakan bagian dari aktiva dalam neraca, yang mencerminkan
kelebihan pembayaran atas aktiva yang dibutuhkan perusahaan
dibandingkan dengan nilai pasar. Atau aktiva tak berwujud yang
mempresentasikan jumlah yang lebih besar dari nilai buku yang dibayar
oleh suatu perusahaan untuk mendapatkan perusahaan lain. Secara
teoritis, merupakan nilai sekarang dari kelebihan laba suatu perusahaan
pada masa yang akan datang dalam suatu industri. Nilainya sama
dengan harga pembelian dikurangi nilai buku dari aktiva neto
perusahaan yang diinginkan dikurangi jumlah aktiva neto perusahaan
yang diinginkan dikurangi jumlah aktiva-aktiva perusahaan yang
diinginkan yang bisa didepresiasikan, yang ditambahkan ke nilai pasar
wajar. Nilai pasar yang wajar akan sama dengan harga pembelian.

7
2.4.3 Investasi Jangka Panjang
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dananya digunakan akan
diputar dan baru dapat dicairkan apabila sudah tiba jangka waktu tertentu
biasanya paling cepat 1 tahun. Investasi jangka panjang juga bisa diartikan
sebagai penanaman sebagian kekayaan modal dari seseorang atau
perusahaan terhadap perusahaan atau personal lain untuk mendapatkan
penghasilan tetap atau menguasai objek lain tersebut.

Tujuan dari investasi jangka panjang adalah sebagai berikut:

● Mengarahkan dana khusus, misalnya dana untuk kepentingan sosial


atau kepentingan ekspansi suatu perusahaan
● Pengendali perusahaan atau orang tertentu dengan kepemilikan usaha
tersebut
● Menjamin adanya bahan baku dan pasar untuk produk yang akan
dihasilkan
● Menurunkan persaingan antar perusahaan sejenis
● Mendapatkan penghasilan pasif dalam setiap periode, seperti bunga,
royalti, deviden atau uang sewa.

2.5 Ciri Tambahan Aset Tetap


Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva
tetap memiliki ciri-ciri tambahan sebagai berikut:
1. Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk
memperlancar/mempermudah produksi barang-barang lain atau untuk
menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para pelanggannya dalam
kegiatan normal perusahaan.
2. Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus
dibuang atau diganti.

8
3. Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan
pihak lain dalam mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan
bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.
4. Aktiva tetap seluruhnya nonmoneter : manfaatnya diterima dari
penggunaan atau penjualan jasa-jasa dan bukan dari pengubahannya
menjadi sejumlah uang tertentu.
5. Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi suatu periode
yang lebih panjang dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan.
Akan tetapi terdapat terkecualian. Misalnya suatu bangunan atau peralatan
tidak klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa
manfaatnya kurang dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti
halnya,beberapa unsur memiliki usia asli yang lebih pendek dari pada satu
siklus operasi perusahaan.

2.6 Pengukuran Pada Saat Perolehan Aset Tetap


Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset
tetap didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Pengukuran aset tetap harus memperhatikan kebijakan tentang ketentuan
nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap. Jika nilai perolehan aset tetap di
bawah nilai satuan minimum kapitalisasi maka atas aset tetap tersebut tidak
dapat diakui dan disajikan sebagai aset tetap. Aset-aset tersebut diperlakukan
sebagai persediaan/aset lainnya.
Aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk dikategorikan sebagai aset
tetap pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset
adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh entitas dan diperlukan untuk
menyiapkan aset tetap tersebut agar dapat digunakan sebagaimana mestinya
sebagai aset tetap. Biaya perolehan aset tetap menurut PSAK Nomor 16
Revisi Tahun 2007 meliputi:

9
1. Biaya perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
boleh dikreditkan setelah dikurangi dengan diskon pembelian dan
potongan lain
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen. Contoh biaya yang dapat
diatribusikan secara langsung adalah:
a. Biaya persiapan tempat
b. Biaya penanganan dan penyerahan awal
c. Biaya perakitan dan instalasi
d. Biaya pengujian aset apakah dapat beroperasi dengan baik, setelah
dikurangi hasil penjualan dari produk yang dihasilkan atas pengujian
tersebut
e. Komisi profesional seperti arsitek dan insinyur
3. Estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi asset

Pada umumnya nilai perolehan suatu aset tetap sama dengan jumlah
biaya (bisa berupa kas maupun non-kas) untuk memperoleh aset tersebut,
selain hal tersebut, aset tetap dapat diperoleh dari pertukaran aset
nonmoneter. Prinsip utama pada pengukuran aset tetap yang diperoleh dari
pertukaran aset tetap ini adalah dengan menggunakan nilai wajarnya, dalam
hal nilai wajar aset tetap yang dipertukarkan tidak diketahui, nilai buku dari
aset tersebut dapat digunakan.

2.7 Prinsip Penilaian Aset Tetap Menurut FASB


Dalam menilai suatu objek untuk tujuan penyajian, akuntansi dapat
menggunakan berbagai dasar penilaian (bases for valuation), tergantung pada
makna yang ingin ditunjukkan melalui pos laporan keuangan. Penilaian pos
aset dimaksudkan untuk menentukan berapa jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada tiap pos aset dan apa dasar penilaiannya.

10
A. Tujuan dan Basis Penilaian
Tujuan dari penilaian aset adalah untuk merepresentasi atribut pos-
pos aset yang tarkait dengan tujuan laporan keuangan dengan
menggunakan basis penilaian yang sesuai. Sedangkan tujuan pelaporan
keuangan sendiri yaitu untuk menyediakan informasi yang dapat
membantu pengguna laporan keuangan dalam menilai jumlah, waktu,
dan ketidakpastian aliran kas bersih ke entitas.

B. Konsep dan Basis Penilaian


Hendriksen dan Van Breda (1992) dalam (Suwardjono 2005)
membahas konsep dan dasar penilaian aset untuk tujuan pelaporan
keuangan dari dua dimensi yaitu arah aliran aset dan waktu. Bila suatu
aset telah dikuasi oleh suatu entitas, masalah penilaian yang muncul
adalah dasar apa yang digunakan untuk mempresentasikan makna atau
atribut aset secara tepat. Nilai yang diperoleh atas dasar pertukaran
pemerolehan disebut dengan nilai masuk (input/entry value) sedangkan
jika dilihat dari nilai pertukaran pemanfaatan disebut nilai keluaran
(output/exit value). Nilai masukan didasari pada jumlah rupiah yang
harus dikeluarkan atau dikorbankan untuk memperoleh suatu aset
tertentu yang masuk ke dalam entitas. FASB mengidentifikasi lima
makna atau atribut yang dapat direpresentasi berkaitan dengan aset,
dasar penilaian menurut FASB (SFAC No. 5, prg. 67) dapat diringkas
sebagai berikut:
1. Historical Cost
Tanah, gedung, perlengkapan, perlengkapan pabrik, dan
kebanyakan persediaan dilaporkan atas dasar kos historisnya. Kos
historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang
dikorbankan untuk memperoleh aset tersebut. Kos historis ini
nantinya akan disesuaikan dengan penyusutan nilai manfaat aset
tersebut.
2. Current (Replacement) Cost

11
Beberapa persediaan disajikan sebesar nilai sekarang. Nilai
sekarang adalah jumlah rupiah kas atau setaranya yang harus
dikorbankan apabila aset tertentu diperoleh sekarang.
3. Current Market Value
Beberapa jenis ini investasi dalam surat berharga disajikan atas
dasar nilai pasar saat ini. Nilai pasar saat ini adalah jumlah rupiah
kas atau setaranya yang dapat diperoleh entitas dengan menjual
aset tersebut dalam kondisi perusahaan yang normal (tidak akan
dilikuidasi). Nilai pasar sekarang juga digunakan untuk aset yang
memiliki kemungkinan akan laku dijual dibawah nilai bukunya.
4. Net Realizable Value
Beberapa jenis piutang jangka pendek dan persediaan barang
disajikan sebesar nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih
merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang akan diterima
(tanpa didiskon) dari aset tersebut dikurangi dengan pengorbanan
(kos) yang diperlukan untuk mengonversi aset tersebut menjadi kas
atau setaranya.
5. Present (or discounted) Value of Future Cash Flows
Piutang dan investasi jangka panjang disajikan sebesar nilai
sekarang penerimaan kas dimasa mendatang sampai piutang
terlunasi (dengan tarif diskon implisit) dikurangi dengan tambahan
kos yang mungkin diperlukan untuk mendapatkan penerimaan
tersebut.
6. Fair Value
Berdasarkan FAS 157, nilai wajar adalah harga yang dapat
diterima untuk menjual aset atau membayar transfer kewajiban di
pasaran saat tanggal pengukuran.

12
2.8 Sewa Guna dan Kos Bunga

2.8.1 Sewa Guna


A. Pengertian
Peraturan pelaksanaan atas Pajak Penghasilan terkait dengan
kegiatan sewa guna usaha diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan
Nomor 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha (Leasing) (selanjutnya disebut KMK No.
1169/KMK.01/1991). Pasal 1 KMK No. 1169/KMK.01/1991
mendefinisikan sewa guna usaha (leasing) sebagai kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha
dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak
opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu
tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Yang dimaksud dengan barang modal adalah setiap aktiva tetap
berwujud, termasuk tanah sepanjang di atas tanah tersebut melekat
aktiva tetap berupa bangunan (plant), dan tanah serta aktiva dimaksud
merupakan satu kesatuan kepemilikan, yang mempunyai masa manfaat
lebih dari satu tahun dan digunakan secara langsung untuk
menghasilkan atau meningkatkan, atau memperlancar produksi dan
distribusi barang atau jasa oleh lessee. Selanjutnya yang dimaksud
dengan lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan
barang modal dengan pembiayaan dari lessor, sedangkan lessor adalah
perusahaan pembiayaan atau perusahaan sewa-guna-usaha yang telah
memperoleh izin usaha dari Menteri Keuangan dan melakukan kegiatan
sewa-guna-usaha. Adapun yang dimaksud dengan dengan opsi adalah
hak lessee untuk membeli barang modal yang disewa-guna-usaha atau
memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa guna usaha.
(www.bppk.kemenkeu.go.id)

13
B. Teori Terkait
1. Perlakuan Leasing Menurut PSAK 30
PSAK No. 30 tentang Sewa mengatur bahwa suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan jika sewa tersebut
mengalihkan secara substansial seluruh risiko dan manfaat yang
terkait dengan kepemilikan aset. Suatu sewa diklasifikasikan
sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan secara
substansial seluruh risiko dan manfaat yang terkait dengan
kepemilikan aset.
Sesuai PSAK 30 terkait dengan akuntansi leasing maka
perlakuan akuntansi untuk aset dalam sewa pembiayaan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual:
1. disajikan sebagai aset tersedia untuk dijual, jika jumlah
tercatatnya terutama dapat dipulihkan melalui transaksi
penjualan dari pada penggunaan lebih lanjut
2. diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya
dan nilai wajar setelah dikurangi beban penjualan aset tersebut
3. diungkapkan dalam laporan keuangan untuk memungkinkan
evaluasi dampak keuangan adanya perubahan penggunaan aset.
Perlakuan akuntansi untuk transaksi Leasing disesuaikan
dengan jenis sewanya masing-masing:
1. Financial Lease: selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat
tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual
lessee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa
2. Operating Lease: jika transaksi terjadi pada nilai wajar maka
laba/rugi harus diakui tetapi jika terjadi dibawah nilai wajar
maka laba/rugi harus diakui segera kecuali rugi tersebut
dikompensasikan dengan pembayaran sewa di masa depan yang
lebih rendah dari harga pasar, maka rugi tersebut harus
ditangguhkan dan diamortisasi secara proporsional dengan
pembayaran sewa selama periode penggunaan aset. Jika harga

14
jual diatas nilai wajar selisih lebih tersebut ditangguhkan dan
diamortisasi selama periode penggunaan aset.
(https://bppk.kemenkeu.go.id)

2. Perlakuan Perpajakan
Pencatatan transaksi leasing diatur dalam Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 dan Surat Edaran Dirjen
Pajak No SE-10/PJ.42/1994. Menurut Keputusan Menteri
Keuangan ini hanya mengatur mengenai tata cara pencatatan
transaksi leasing secara sale and lease back dengan hak opsi
sehingga untuk jenis leasing lainnya, misalnya Pembiayaan
Konsumen harus mengacu kepada PSAK No. 30.
Dalam praktek sehari-hari, sering ditemukan kesalahpahaman
dari akuntansi perusahaan sehingga dalam perpajakan
memperlakukan transaksi Pembiayaan Konsumen layaknya Sale
and Lease Back dengan Hak Opsi.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan tersebut, kegiatan sewa
guna usaha digolongkan sebagai Sewa Guna Usaha (SGU) dengan
hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :
1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna
usaha pertama ditambah dengan nilai sisa barang modal, harus
dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan
lessor;
2. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 huruf b Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 masa sewa guna usaha
ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal
Golongan I, 3 tahun untuk barang modal Golongan II dan III,
dan 7 tahun untuk Golongan Bangunan;
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi
bagi lessee.

15
Ketentuan perpajakan memperlakukan SGU dengan Hak Opsi
secara berbeda dari akuntansi. Adapun perbedaannya sebagai
berikut:
Secara akuntansi, pencatatan dilakukan secara Capital Lease,
dimana:
1. aktiva leasing langsung dibukukan sebagai aktiva tetap leasing
dan disusutkan sesuai dengan masa manfaatnya;
2. lessee membebankan biaya penyusutan aktiva SGU dan beban
bunga SGU

Secara perpajakan, dilakukan secara Operating Lease, dimana:


1. aktiva tetap leasing baru diakui setelah lessee melaksanakan
hak opsinya, dengan biaya perolehan sebagai dasar penyusutan
sebesar nilai opsi tersebut
2. lessee membebankan angsuran pokok dan bunga SGU sebagai
biaya leasing

Sedangkan untuk transaksi pembiayaan konsumen, pencatatan


secara akuntansi maupun perpajakan sama, yaitu dilakukan secara
Capital Lease.
Dalam pelaksanaannya suatu perjanjian SGU dengan hak opsi
kadang-kadang terputus, sehingga masa sewa guna usaha menjadi
lebih pendek dari masa yang semula disepakati. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa hal:
a. force majeur, yaitu putusnya transaksi SGU karena bencana
alam seperti kebakaran dan lain-lain, sehingga barang modal
yang diperoleh secara finance lease mengalami rusak berat dan
tidak dapat dipakai lagi.
b. default, yaitu terputusnya transaksi SGU karena lessee tidak
dapat memenuhi pembayaran lease payment serta kewajiban
lainnya sehingga kontrak finance lease berakhir lebih cepat.

16
c. sebab ekonomis, yaitu lessee mengakhiri masa lease sebelum
waktunya karena pertimbangan ekonomis semata-mata, dengan
membayar sekaligus kewajiban yang tersisa.
Berdasarkan Ketentuan Pasal 14 huruf c Keputusan Menteri
Keuangan Nomor: 1169/KMK.01/1991, dinyatakan apabila masa
SGU dengan hak opsi ternyata lebih pendek dari masa SGU
menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan dimaksud, maka
Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan
penghasilan pihak lessor.
Berdasarkan Ketentuan Pasal 16 huruf d Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991, dinyatakan apabila masa
SGU dengan hak opsi ternyata lebih pendek dari masa SGU
menurut Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan dimaksud, maka
Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembebanan biaya
SGU. Berdasarkan penegasan dalam butir 8 Surat Edaran Direktur
Jenderal Pajak No. SE-29/PJ.42/ 1992 tanggal 19 Desember 1992
bahwa dalam hal perjanjian finance lease menyatakan jangka waktu
yang lebih pendek atau pada pelaksanaannya berakhir dalam jangka
waktu yang lebih pendek dari jangka waktu minimum yang
disyaratkan perlakuan perpajakannya disamakan dengan operating
lease. (https://bppk.kemenkeu.go.id)

2.8.2 Kos Bunga


Kos bunga timbul karena adanya pinjaman untuk pembangunan aset
dimana aset tersebut belum dapat menghasilkan pendapatan. Perusahaan
harus menangguhkan (mengkapitalisasi) kos bunga, setelah pembangunan
selesai atau aset siap digunakan dan aset sudah mampu menghasilkan
pendapatan. Pada saat itulah perusahaan harus mengakui bunga sebagai
biaya (expense) dan mempertemukannya dengan pendapatan yang
dihasilkannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menerapkan

17
pendekatan di atas adalah kualifikasi aset, periode kapitalisasi, dan jumlah
bunga yang dikapitalisasi.
Perlakuan atas kos bunga yang timbul selama pembangunan aset telah
menjadi kontroversi yang berlarut-larut dalam akuntansi. Setidaknya
terdapat empat pendekatan yang diajukan untuk memperlakukan bunga yang
timbul dalam rangka pendanaan aset tetap yang dibangun sendiri dalam
buku Hendriksen (2008):

1. Tidak mengkapitalisasi kos bunga selama pembangunan. Dalam


pendekatan ini, bunga dianggap sebagai kos pendanaan dan tidak
termasuk kos pembangunan aset. Jika perusahaan menerbitkan ekuitas
(saham), tidak mendanai pembangunan asetnya melalui utang, kos
bunga tidak akan terjadi. Sanggahan utama terhadap pendekatan ini
menyatakan bahwa, penggunaan kas, dari manapun sumbernya,
menimbulkan kos bunga meskipun implisit, yang tidak seharusnya
diabaikan.
2. Hanya mengkapitalisasi bunga sesungguhnya yang terjadi selama
periode pembangunan. Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa
bunga merupakan biaya produksi, tetapi hanya jumlah yang benar-benar
dibayarkan yang merupakan biaya.
3. Mengkapitalisasi semua bunga atas modal yang dipinjam, tanpa
mempersoalkan alasan peminjaman. Pendekatan ini untuk menghindari
masalah penentuan berapa besar investasi yang dibiayai oleh utang dan
berapa oleh ekuitas. Keseluruhan investasi diasumsikan timbul dari
utang, tetapi dengan pembatasan bahwa total bunga yang dikapitalisasi
tidak boleh melebihi total biaya bunga yang ditanggung selama periode
itu.
4. Mengkapitalisasi bunga atas semua dana yang diinvestasikan, tanpa
mempersoalkan apakah dana itu diperoleh dari peminjaman atau dari
sumber ekuitas. Pendekatan yang terakhir, didasarkan oleh asumsi
bahwa bunga itu merupakan biaya ekonomi.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah mengupas beberapa masalah seputar aset tetap dan aset tetap tak
berwujud, dapat disimpulkan bahwa aset tetap merupakan semua aktiva
perusahaan aktiva yang dimiliki dan dipergunakan (dalam operasi) oleh
perusahaan karena bermanfaat dalam proses mendapatkan penghasilan untuk
beberapa periode akuntansi dan masih mempunyai manfaat lebih dari satu tahun.
Sedangkan, aset tetap tak berwujud merupakan aktiva nonmoneter yang dimiliki
perusahaan dengan tidak memiliki wujud secara nyata, berupa hak-hak istimewa
yang dimiliki perusahaan yang diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi
dan sosial bagi perusahaan di masa yang akan datang.
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang mana dana yang
digunakan akan diputar dan baru dapat dicairkan apabila sudah tiba jangka waktu
tertentu biasanya paling cepat satu tahun.
Sewa guna usaha (leasing) sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk
penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance
lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Dalam sewa guna usaha dalam bentuk konstruksi akan memunculkan kos bunga.
Kos bunga timbul karena adanya pinjaman untuk pembangunan aset dimana aset
tersebut belum dapat menghasilkan pendapatan.

19
DAFTAR PUSTAKA

Hendriksen, Eldon S.; Van Breda, Michael F. 2008. Teori Akunting: Buku Dua.
INTERAKSARA: Tangerang.
http://www.jejakakuntansi.net/2017/01/penhgertian-aktiva-dan-aktiva-tetap.html
http://kdardika.blogspot.com/2012/09/pengukuran-cost-dan-expense.html
http://keuda.kemendagri.go.id/asset/dataupload/paparan/modul-penerapan-
akuntansi-berbasis-akrual/modul2/09.Kebijakan-Akuntansi-Aset-Tetap-dan-
Penyusutan.p
www.repository.widyatama.ac.id
https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/10/pengertian-investasi-jangka-
panjang-tujuan-bentuk-jenis-jenis-dan-contoh.html
www.bppk.kemenkeu.go.id
www.academia.edu
www.id.wikipedia.org/
www.mangihot.blogspot.com

20

Anda mungkin juga menyukai