Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI MANAJERIAL

BAB 8
KONSEP BIAYA DAN PRODUKSI
Dosen pengampu : I Dewa Arik Permana, SE, MM.

Disusun oleh :
KELOMPOK 10

I Putu Yudi Ekayana (1802612010088) (12)

I Wayan Egi Permana (1802612010089) (13)

Rai Agus Adi Wiratama (1802612010110) (34)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
DENPASAR
TAHUN AJARAN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini memuat tentang “KONSEP BIAYA DAN PRODUKSI”. Makalah ini disusun agar
pembaca dapat mengetahui tentang apa yang dibahas.
Makalah ini pasti tidak lepas dari kesalahan. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya. ekiranya makalah yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.

ii
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penulis...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Biaya Jangka Pendek.....................................................................................................3


2.2 Biaya Jangka Panjang....................................................................................................5
2.3 Kurva Pembelajaran.......................................................................................................5
2.4 Peran Manajer dalam Minimasi Biaya.........................................................................14
BAB III PENUTUP......................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................15
3.2 Saran............................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Biaya Produksi merupakan Faktor penting yang harus diperhatikan ketika suatu perusahaan

akan menghasilkan suatu produksi. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan tentu menginginkan

keuntungan yang besar dalam setiap usaha produksinya. Oleh karena itu, diperlukannya suatu

pemahaman tentang teori-teori biaya produksi agar suatu perusahaan dapat memperhitungkan

biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu output barang.

Ongkos atau biaya sumber daya produksi bagi sebuah perusahaan adalah sama dengan nilai

sumber-sumber produksi tersebut di dalam penggunaan alternatifnya yang terbaik. Di dalam

dunia ekonomi modern, terutama mengenai makna biaya dan produksi, menjadi salah satu hal

yang harus diperhatikan yang tidak bisa dipisahkan layaknya uang keping logam yang memiliki

dua muka yang berbeda namun dalam satu kesatuan.

Seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi, ilmu pengetahuan, dan bertambahnya


penduduk, memaksa kebutuhan hidup terus meningkat. Pada saat ini Kebutuhan hidup tidak bisa
diambil langsung dari alam, akan tetapi harus diolah dahulu dengan cepat, efesien, dan harga
terjangkau. Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian orang untuk memperoleh
keuntungan. Akan tetapi,  permintaan pasar berubah-ubah sehingga menyulitkan perusahaan
untuk melakukan kegiatan produksinya, produk apa yang akan di produksi?  Namun dalam
melakukan proses produksi suatu barang, perusahaan seharusnya memperhatikan beberapa hal
sebelum melakukan produksi, salah satunya kekuatan finansial yang mereka miliki, seperti biaya
produksi.

Biaya produksi merupakan proses mengeluarkan pengorbanan yang biasanya dapat berupa
uang atau peralatan, agar produksi dapat dilaksanakan. Selain biaya produksi, ada biaya-biaya
lain yang harus diperhatikan, seperti biaya admintrasi, biaya keuangan, dan biaya pemasaran.
Selain itu biaya produksi dapat dibagi dua pula berdasarkan jangka yaitu jangka pendek dan
jangka panjang. Dalam kasus perusahaan besar yang memiliki aset yang cukup banyak, dalam
melakukan proses produksi tentu sudah ada perhitungan yang matang jumlah produk yang harus
diproduksi supaya memperoleh keuntungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Biaya Jangka Pendek ?
2. Apa itu Biaya Jangka Panjang ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kurva Pembelajaran ?
4. Apa saja peran Manajer dalam Minimasi Biaya ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Biaya Jangka Pendek
2. Mengetahui apa itu Biaya Jangka Panjang
3. Mengetahui arti dari Kurva Pembelajaran
4. Mengetahui apa saja peran Manajer dalam Minimasi Biaya

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 BIAYA JANGKA PENDEK


Teori Produksi jangka pendek/ satu faktor berubah adalah teori produksi yang sederhana
menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga
kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam
analisa tersebut bahwa faktor-faktor produksi lainnya jumlahnya tetap, yaitu modal dan tanah
jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat
diubah jumlahnya adalah tenaga kerja.
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung
pada jumlah produksi. Ada atau tidak ada produksi, faktor produksi ini harus ada dan tetap
tersedia. Mesin-mesin pabrik adalah salah satu contoh. sampai pada interval produksi tertentu
jumlah mesin tidak perluh ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun sampai nol unit,
jumlah mesin tidak bisa dikurangi.
Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat produksinya. Makin
besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi variabel yang digunakan, begitu juga
sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik rokok adalah contohnya. Jika perusahaan ingin
meningkatkan produksi, maka jumlah buruh hariannya ditambah. Sebaliknya jika ingin
mengurangi produksi, buruh harian dapat dikurangi.
Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variable terkait dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor produksi tersebut. Mesin dikatakan sebagai
faktor produksi tetap karena dalam jangka pendek (kurang dari setahun) susah untuk ditambah
atau dikurangi. sebaliknya buruh dikatakan faktor produksi variable karena jumlah kebutuhannya
dapat disediakan dalam waktu kurang dari satu tahun.
Teori produksi tidak mendefinisikan jangka pendek dan jangka panjang secara kronologis.
Periode jangka pendek adalah periode produksi di mana perusahaan tidak mampu dengan segera
melakukan penyesuaian jumlah penggunaan salah satu atau beberapa faktor produksi.

Biaya produksi jangka pendek diturunkan dari fungsi produksi jangka pendek. Perbedaan
fungsi produksi jangka pendek dengan jangka panjang terletak pada pemakaian input, dimana di
dalam jangka pendek terdapat input yang bersifat tetap (fixed inputs) sedangkan di dalam jangka
panjang tidak terdapat input yang bersifat tetap, semuanya adalah variabel (variable inputs).
Jenis biaya jangka pendek diuraikan di bawah ini.

a. Total Costs (TC)

TC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli input (faktor
produksi) untuk menghasilkan output atau produk akhir.

3
b. Total Fixed Costs (TFC)

TFC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli input yang bersifat
tetap (fixed inputs). TFC jumlahnya tetap berapapun jumlah output diproduksi.

c. Total Variable Costs (TVC)

TVC adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membeli input yang bersifat
variabel (variable inputs). TVC jumlahnya tidak tetap dan sangat tergantung kepada jumlah
output yang diproduksi.

d. Average Costs (AC)

AC adalah biaya rata-rata per-unit output (AC = TC/Q).

e. Average Fixed Costs (AFC)

AFC adalah biaya tetap rata-rata per-unit output (AFC = TFC/Q).

f. Average Variable Costs (AVC)

AVC adalah biaya variabel rata-rata per-unit output (AVC = TVC/Q).

g. Marginal Costs (MC)

MC adalah biaya tambahan yang terjadi akibat ditambahnya produksi sebanyak satu unit (MC =
∆TC/∆Q)

Contoh dari  biaya produksi jangka pendek dapat dilihat pada Tabel 2.1.

                        Tabel 2.1. Biaya produksi jangka pendek


       -----------------------------------------------------------------------------------------------------
        Q          TFC          TVC        TC           AFC          AVC         AC            MC
       -----------------------------------------------------------------------------------------------------
         0 50               0           50                0              0              0
         1           50            25         75             50           25            75            25
         2           50            35         85             25           17,5         42,5         10
         3           50            40         90             16,67      13,33       30              5
         4           50            50        100            12,5        12,5         25             10
       ------------------------------------------------------------------------------------------------------

4
2.2 BIAYA JANGKA PANJANG

Sebagaimana telah dikemukakan dalam konsep produksi jangka panjang, bahwa dalam
produksi jangka panjang semua input diperlakukan sebagai input variabel. Jadi, tidak ada input
tetap. Maka dalam konsep biaya jangka panjang semua biaya dianggap sebagai biaya variabel
(variabel cost), tidak ada biaya tetap. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat menambah semua
faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh perusahaan. Jangka panjang, yaitu jangka
waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlah daripada faktor-
faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan dapat ditambah apabila memang dibutuhkan.
Faktor-faktor produksi tersebut adalah: faktor pasar, faktor bahan mentah, faktor fasilitas
angkutan, dan
Karena hal itulah biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total,biaya
variabel,biaya rata-rata,dan biaya marginal.

 Biaya total (jangka panjang)


Jangka panjang dalam pengertian ini tidak terkait dengan waktu. Penyebutan jangka
panjang oleh para ekonom menandai suatu proses produksi dimana sumber daya yang digunakan
tidak ada lagi yang bersifat tetap. Semua sumber daya yang digunakan dalam proses produksi
bersifat variable atau jumlahnya dapat berubahubah. Produksi dalam jangka panjang
memungkinkan perusahaan untuk mengubah skala produksi (tingkat produksi) dengan cara
mengubah, baik mengubah maupun mengurangi jumlah sumberdaya. Hal ini tentu akan
berdampak pada biaya yang ditimbulkan. Dalam jangka panjang hanya dikenal biaya total rata-
rata (ATC).

2.3 KURVA PEMBELAJARAN ( LEARNING CURVE)

Pada awalnya orang percaya bahwa bila seseorang melakukan suatu pekerjaan yang sama
secara berulang-ulang, maka karyawan tersebut akan menjadi semakin lancar dalam
menyelesaikan pekerjaan tersebut sejalan dengan pengalamannya. Dengan semakin lancarnya
pelaksanaan pekerjaan tersebut, maka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya pun
semakin cepat atau pendek. Dengan kata lain, bila suatu pekerjaan diulang secara ajeg, maka
waktu yang digunakan akan menjadi lebih pendek dibanding dengan saat pertama kali dikerjakan
dan secara ajeg pula akan turun dengan tingkat tertentu sesuai dengan tingkat pengalaman,
adaptasi, dan belajarnya. Gejala ini menunjukkan adanya adaptasi pekerja terhadap pekerjaan
yang dihadapinya. Adaptasi terhadap pekerjaan tersebut didorong oleh keinginan setiap individu
pekerja untuk melaksanakan gerakan ekonomis. Gejala tersebut dapat dijelaskan melalui “kurva
belajar” atau “Kurva Pengalaman”. Gejala Learning Curve terjadi pada setiap macam organisasi
usaha manusia Learning Curve adalah sebuah gejala yang universal. Selagi di situ ada manusia
yang terlibat dalam kegiatan, maka di situ pasti ada proses belajar betapa pun kecil kadarnya.

5
Belajar adalah produk pengalaman. Belajar hanya dapat terjadi melalui usaha untuk
menyelesaikan suatu persoalan dan oleh karena itu hanya terjadi selama kegiatan. Bagaimanapun
juga, pengalaman sebelumnya adalah ‘a significant role’ yang mengubah persepsi seseorang

        Kurva Pembelajaran atau kurva pengalaman (learning curve) adalah sebuah kurva garis
yang menunjukkan hubungan antara waktu yang diperlukan untuk produksi dan jumlah
komulatif unit yang diproduksi. Teori pembelajaran atau pengalaman telah diaplikasikan secara
luas di dunia bisnis. Di dunia manufaktur, kurva pengalaman dapat digunakan untuk
mengestimasi waktu untuk mendisain produk dan produksi, serta biayanya. Kurva pengalaman 
penting dan menjadi bagian yang integral dalam perencanaan strategi perusahaan. Keputusan
harga, investasi dan biaya operasi didasarkan pada kurva pengalaman. Kurva pengalaman juga
diaplikasikan selain pada level individu, juga pada level organisasi. Pengalaman/pembelajaran
individual akan berdampak pada perbaikan hasil ketika orang mengulang suatu proses dan
memperoleh ketrampilan atau efisiensi dari pengalaman mereka. Dengan demikian “practice
makes perfect”. Sementara pengalaman atau pembelajaran organisasional merupakan hasil dari
latihan sebagaimana dalam pengalaman atau pembelajaran individual, tetapi juga datang dari
perubahan administrasi, peralatan, dan disain produk.

        Pola atau gejala belajar tersebut pertama kali diobservasi pada tahun 1925 oleh komandan
Wright – Patterson Air Force Base di Ohio (( Miquel A. Requero, “An Economic Study Of The
Military Airframe Industry”, Wright Patterson Air Force Base, Ohio Department of The Air
Force, October 1957, pp 213)) . Dan, di dalam literatur, gejala Learning Curve pertama kali
dilaporkan oleh T.P. Wright[1] dalam “Factory Affecting The Cost Of Airplanes” Journal of
Aeronautical Sciences, vol. 3, no. 4, (1936), pp. 122-128. Wright melaporkan bahwa pengalaman
berperanan di dalam meningkatkan produktifitas, hal itu tercermin di dalam jam kerja langsung
rata-rata untuk memproduksi kerangka pesawat (tanpa mesin) yang menurun dengan tingkat
terntu bila jumlah yang diproduksi menjadi dua kali lipat. Jumlah jam kerja langsung rata-rata
untuk memproduksi kerangka pesawat yang keempat adalah 80% dari yang diperlukan untuk
unit yang kedua; untuk kerangka pesawat yang kedelapan hanya 80% dari unit yang keempat,
dan untuk kerangka pesawat yang keseratus hanya 80% dari yang kelima puluh. Dengan
demikian disimpulkan bahwa tingkat belajar dari pengalaman pada pembuatan kerangka pesawat
tersebut dalah 80% pada jumlah kelipatan dua.

6
Konsep learning curve (kurva pembelajaran) menyatakan bahwa:

1. Bertambahnya pengalaman sampai pada batas tertentu dapat meningkatkan efisiensi.


2. Bila jumlah produksi meningkat dua kali maka waktu yang diperlukan untuk
mengerjakan satu satuan unit produk berkurang dengan tingkat konstanta tertentu.

    Misalnya, diketahui learning curve 80% artinya bila produksi pertama butuh waktu 100 JTKL
maka waktu rata-rata akumulasi setiap satuan unit produksi yang kedua, kemudian keempat dan
selanjutnya kedelapan adalah untuk yang kedua sebesar 80% x 100 = 80, yang keempat adalah
80% x 80% x 100 = 64, dan yang kedelapan sebesar 80% x 80% x 80% x 100 = 51. Batas nilai
pembelajaran biasanya berkisar antara angka 60 - 50.

Konsep Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman


        Dengan menggunakan pendekatan tabel, maka faktor perbaikan per unit atau pun faktor
perbaikan komulatif dapat langsung ditentukan dengan hanya melihat tabel tanpa perlu
menghitung, terutama bila jumlah produknya sangat banyak. Namun bila tidak tersedia tabel
maka model analisis yang menggunakan logaritma dapat menjadi cara yang cukup mudah untuk
mengestimasi output.

7
Rumusnya adalah sebagai berikut:

Dimana
x = jumlah unit produk
Yx = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang ke-x
K = jumlah jam kerja langsung yang diperlukan untuk membuat unit produk yang pertama
x = log b/log 2 dimana b = persentase tingkat pembelajaran.
Pada bagian aritmatik, dengan koordinat linier, hubungan antara waktu rata-rata dengan
banyaknya unit yang diproduksi berupa sebuah kurva yang menurun dengan cepat dan kemudian
agak landai .

Pada bagian yang berskala logaritmik hubungan tersebut berupa sebuah garis lurus

8
Asumsi Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman

Teori kurva pemngalaman didasarkan pada tiga asumsi:

1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu atau unit produk
tertentu akan berkurang setiap kali tugas tersebut dilakukan.
2. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu akan menurun pada
suatu tingkat penurunan.
3. Pengurangan waktu akan mengikuti pola yang dapat diprediksi.

        Setiap asumsi tersebut di atas ditemukan kebenarannya pada industri pesawat terbang
dimana kurva pengalaman pertama kali diaplikasikan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan
pada industri pesawat terbang menunjukkan bahwa setiap kali orang melakukan pekerjaan yang
sama akan terdapat penurunan waktu penyelesaian sebesar 20% atau tingkat kecepatan belajar
atau tingkat kurva pengalaman sebesar 80% untuk setiap dua kali jumlah produk yang
dihasilkan.  Dengan demikian bila orang membuat produk pertama, kedua dan keempat, serta ke
delapan maka waktu yang dipergunakan untuk menyelesaikan berturut-turut adalah adalah
100%, 80%, dan 80%x80%, serta 80%x80%x80% dari waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan produk yang pertama. Dengan demikian bila dibuat kurva pengalamannya akan
terlihat seperti gambar  ......

9
Estimasi Persentase Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman

        Jika produksi telah dilakukan beberapa kalo maka persentase learning dapat dengan mudah
diperoleh dari catatan-catatan produksi. Semakin panjang atau banyak data historis yang tersedia,
maka estimasi dapat lebih akurat. Oleh karena berbagai variasi masalah mungkin saja terjadi
selama tahapan produksi, maka banyak perusahaan tidak mengumpulkan data untuk kepentingan
analisis learning sampai semua unit selesai diproduksi.
Lain dari itu penggunaan analisis statistik juga dimungkinkan. Misalnya dengan mencari bentuk
model yang paling cocok untuk data-data historis yang ada apakah ekxponensial atau garis lurus.
Jika produksi belum pernah dilakukan, maka mengestimasi persentase learning menjadi hal yang
sedikit memerlukan pengamatan langsung, atau dengan salah satu cara berikut:

1. Mengasumsikan persentase learning sama dengan persentase learning pada industri


sejenis.
2. Mengasumsikan bahwa persentase learning sama dengan yang digunakan untuk
pembuatan produk yang sama atau mirip.
3. Menganalisis kemiripan dan perbedaan antara saat  permulaan produksi yang diusulkan
dan yang terjadi dan mengembangkan persentase learning yang sesuai dengan situasi.

Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Individu

       Ada beberapa faktor yang  mempengaruhi kinerja individu dan tingkat pembelajaran.
Setidaknya ada dua unsur yakni 1) tingkat pembelajaran  dan 2) tingkat kinerja atau performance
awal. Sebagai ilustrasi, misalnya ada dua pelamar A dan B. Keduanya menjalani tes mekanis
sederhana yang diberikan oleh departemen personalia sebagai bagian dari aplikasi mereka untuk
bekerja di perakitan bidang manufaktur. A memiliki titik awal performance waktu jauh lebih
cepat dari B tetapi memiliki tingkat belajar lebih lambat dari B. Meskipun B memiliki

10
performance awal yang lebih rendah dari A. tetapi  jelas merupakan pilihan yang baik karena
memiliki tingkat belajar yang lebih cepat daripada A. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pembelajaran merupakan hal penting selain tingkat kinerja awal.

        Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk  meningkatkan kinerja individu
berdasarkan kurva pembelajaran
yakni:

1. Perekrutan/pemilihan pekerja yang memadai. Sebuah tes harus diberikan untuk


membantu memilihpekerja. Tes ini harus mewakili pekerjaan yang direncanakan: tes
ketangkasan untuk perakitan kerja, tes kemampuan mental untuk pekerjaan mental, tes
untuk interaksi dengan pelanggan untuk pekerjaan front office, dan sebagainya.
2. Pelatihan yang meamdai. Semakin efektif pelatihan, semakin cepat laju pembelajaran.
3. Motivasi. Peningkatan produktivitas berdasarkan kurva pembelajaran tidak tercapai
kecuali ada hadiah atau reward. Hadiah dapat berupa uang (individu atau kelompok
rencana insentif) atau nonmoneter (karyawan penghargaan bulan, dll).
4. Spesialisasi pekerjaan. Sebagaimana diketahui bahwa semakin sederhana tugas, semakin
cepat belajar. sejauh faktor kebosanan tidak mengganggu. Namun,  jika faktor kebosanan
telah berubah menjadi faktor yang bersifat mengganggu, maka mendesain ulang tugas
perlu dilakukan.
5. Hanya melakukan satu atau sedikit pekerjaan pada satu waktu. Pembelajaran akan lebih
cepat untuk pekerjaan yang dilakukan satu per satu hingga selesai pada satu waktu
daripada melakukan banyak pekerjaan secara simultan secara bersamaan 
6. Gunakan alat atau peralatan yang membantu atau mendukung kinerja.
7. Menyediakan akses cepat dan mudah untuk bantuan. Manfaat pelatihan diwujudkan dan
dilanjutkan dengan senantiasa menyediakan pendampingan.
8. Mengijinkan pekerja untuk membantu mendesain ulang tugas-tugas mereka.

        Studi terkait Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Individu telah dilakukan
oleh para pakar seperti Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman, Blankenship & Taylor, dan

11
Cochran. Penelitian mereka berhasil menemukan beberapa gejala sehubungan dengan kurva
pembelajaran individu. Temuan-temuan tersebut antara lain:

 Gejala  Kurva Belajar Mesin-manusia

Studi Miguel A. Requero dan W.B. Hirschman pada perusahaan pesawatan terbang untuk
pekerjaan perakitan dan pekerjaan mesin menemukan bahwa

1. Apabila konsep belajar dikaitkan dengan orang, maka semakin kecil proporsi manusia,
maka semakin berkurang kapasitas untuk belajar,
2. Learning Curve  pada akhir kontrak menunjukkan kurva belajar yang justru
menaik( memburuk). Hal ini dapat terjadi  bila pekerja dipindahkan ke bagian lain dan
menyebabkan kegiatan menjadi tidak efisien.
3. Gejala kurva menaik (memburuk) dapat terjadi di tengah kontrak. Gejala tersebut terjadi
karena pemberhentian kegiatan sementara, sebagai misal karena disebabkan oleh
pengenalan perubahan model, atau memindahkan kegiatan pada tempat yang baru. Segera
setelah kegiatan tersebut dimulai lagi, kurva akan menurun dengan cepat dan mendekati
slope kurva yang lama.

 Gejala Kurva Belajar dari Pengalaman

        Penelitian Blankenship & Taylor pada tahun 1938 di pabrik tekstil dan kemudian penelitian
E.N. Corlett & V.J. Marcombe tentang Gejala kurva belajar dalam pelatihan  Gejala belajar dari
pengalaman yang memungkinkan seseorang memperbaiki kinerjanya tampak dengan jelas di
dalam proses pelatihan 

        Pada 10 minggu pertama, terjadi peningkatan kinerja yan sangat tajam, dan hal itu terjadi
pada setiap keompk baik covering, trimming maupun hemming. Setelah 10 minggu yang
pertama, peningkatan kinerja lebih rendah dibanding sebelumnya. Dan, pada minggu ke-30 dan
seterusnya, relatif tidak ada perbaikan kinerja lagi pada ketiga kelompok tersebut, dan bahkan
pada minggu setelah ke-40, tidak ada lagi perbaikan kinerja. Kiranya gejala inilah yang umum
terjadi bila seoran melaksanakan suatu kegiatan. Semakin lama seseorang mengerjakan
pekerjaan yang sama, semakin ahli ia mengerjakan pekerjaan itu, dan semakin sedikit waktu
yang ia butuhkan untuk mengerjakan setiap unitnya. Atau dengan kata lain, semakin sering
seseorang menghadapi suatu masalah, semakin berpengalaman ia menangani masalah tersebut.

 Gejala Kehilangan Pedoman

        Penelitian ini didasarkan pada lapran Cochran pada bulan Januari, 1969[14] Sebuah kelas
dengan 18 gadis yang belajar mengetik selama periode satu tahun,  menunjukkan bagaimana
pengaruh tidak ada kegiatan selama beberapa hari berturut-turut terhadap adaptasi seseorang.
Apakah tingkat kecepatan seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan berubah bila ia berhent
untuk sementara waktu? Hasil penelitian tersebut mampu menjawab pertanyaan tersebut.

12
        Hal yang dapat kita pelajari dari penelitian yang telah dilakukan oleh Cochran pada bulan
Januari 1969 ini adalah bahwa proses belajar dari pengalaman bagi seseorang yang mengerjakan
pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu tertentu, ia seakan-akan harus
belajar untuk mulai mengerjakan pekerjaan berulang akan terputus bila ia berhenti selama waktu
tertentu, ia seakan-akan harus belajar untuk mulai mengerjakan suatu pekerjaan yang kurang
dikenalnya. kehilangan pedoman, yaitu istilah untuk menandai peristiwa tersebut, akan
menyebabkan produktifitas menurun, namun, itu tidak berlangsung lama karena kecepatan akan
kembali seperti sebelumnya, dan proses belajar dari pengalaman tersebut akan berlanjut.
Semakin sering seseorang mengerjakan suatu pekerjaan yang sama, semakin kecil pengaruh
tahap kehilangan pedoman baginya.

Learning Curve/ Kurva Belajar/ Kurva Pengalaman Organisasi

        Tidak hanya individu, Organisasi juga belajar. Bagaimanapun, pembelajaran organisasi
adalah penting untuk mempertahankan keunggulan kompetitif. Untuk individu, relatif mudah
untuk menjelaskan konsep bagaimana pengetahuan diperoleh dan dipertahankan dan bagaimana
hal ini menghasilkan efek belajar individu. Sedikit berbeda dalam konteks organisasi, sumber
utama pembelajaran organisasi adalah pembelajaran individu karyawan. Sebuah organisasi
memperoleh pengetahuan dalam teknologi, struktur, dokumen dan prosedur operasi standar.
Dengan demikian, dalam konteks organisasi, diharapkan dua jenis pembelajaran terjadi secara
simultan dan sering memberikan efek kombinasi dengan kurva pembelajaran tunggal. Misalnya,
sebagai unit manufaktur menjadi berpengalaman, pengetahuan tertanam dalam perangkat lunak
dan perkakas yang digunakan untuk produksi.

        Pengetahuan tertanam dalam struktur organisasi. Sebagai contoh, ketika sebuah organisasi
menggeser kelompok teknik industri dari sebuah organisasi fungsional terpusat dalam satu
daerah ke sebuah organisasi terdesentralisasi di mana individu-individu dikerahkan pada bagian 
tertentu dari lantai pabrik, maka pengetahuan tentang bagaimana menjadi lebih produktif
tertanam di struktur organisasi..Pengetahuan dapat terdepresiasi jika individu meninggalkan
organisasi. Misalnya,  sebuah perusahaan mempekerjakan beberapa karyawan baru untuk
menggantikan karyawan lama yang keluar.  Agar tidak mengganggu proses dalam mencapai
target produksi, karyawan baru tersebut ditempatkan melalui program pelatihan empat minggu. 
Hal ini menyebabkan biaya awal naik selama produksi karena para pekerja belum
berpengalaman. Meski pengetahuan dapat tertanam, namun  juga dapat terdepresiasi jika
teknologi menjadi tidak dapat diakses atau sulit untuk digunakan. Contoh dari hal ini adalah
kesulitan dalam mengakses data yang dikumpulkan dan disimpan dalam floopy disk. Sekarang,
data tersebut sulit diakses karena data yang direkam oleh peralatan yang lama tidak dapat dibaca
dengan peralatan yang baru atau peralatan yang lama sudah tidak dapat dioperasikan lagi.
Pengetahuan dapat juga terdepresiasi jika catatan perusahaan dan proses rutin hilang. Misalnya
ketika sebuah perusahaan memutuskan untuk memproduksi kembali produk-produk yang sudah
lama dihentikan, perusahaan tidak dapat menemukan catatan atau cetak biru produks tersebut.

13
Peneltian Dr. S.A. Billon, College of Busniness, Michigan State University.memberikan
informasi bahwa bahwa dalam “confidence limits” tertentu, Learning Curve linier bisa
digunakan untukmemprediksi kebutuhan waktu produksi. Namun, ditemukan pula bahwa, 1)
Learning Rate cenderung berbeda antara perusahaan yang satu dengan yang lain untuk
pembuatan produk yang sama. 2 ) Learning Rate cenderung berbeda untuk pembuatan produk
yang berbeda meskipum oleh satu perusahaan yang sama. 3) Learning Rate cenderung berbeda
untuk pembuatan produk yang sama dengan model yang berbeda yang dibuat-buat oleh satu
perusahaan yang sama.

2.4 PERAN MANAJER DALAM MINIMASI BIAYA


Sebagai seorang manajer dalam sebuah perusahaan produksi tentu kita harus selalu
dapat berpikir untuk meraup keuntungan yang semaksimal mungkin dengan pertimbangan biaya
produksi yang seminimum mungkin. Maka dari itu,manajer patut memainkan perannya sebagai
peminimasi biaya produksi perusahaannya. Adapun scenario yang dapat dilakukan di antaranya ;
a.        biaya harus dipandang sebagai keuntungan potensial (potential profit), bukan sekedar
pengeluaran atau ongkos produksi yang memang harus dikeluarkan. dengan demikian reduksi
biaya produksi melalui peningkatan efisiensi akan meningkatkan keuntungan.
b.        Setelah persepsi tentang biaya produksi diatas berubah, manajemen harus melaksanakan
aktivitas produksi bernilai tambah (bukan sekedar mengubah input menjadi output) dengan jalan
berproduksi pada biaya produksi yang minimum. Dengan cara ini perusahaan akan
meningkatkan daya saing melalui strategi penetapan harga (pricing strategy) yang kompetitif di
pasar.
c.        Keunggulan kompetitif produk dipasar akan meningkatkan pangsa pasar (market share) yang
berarti akan meningkatkan penerimaan total (TR) dari penjualan produk itu.
d.       Strategi reduksi biaya produksi dan penetapan harga produk yang kompetitif dipasar akan
meningkatkan keuntungan perusahaan, karena keuntungan perusahaan adalah benefit antara TR
dan Total Cost (TC).

Dengan melakukan kiat di atas,maka seorang manajer dapat memaksimalkan penjualan


produknya dan meminimumkan biaya produksi yang ditimbulkan dari produksi produknya.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan
barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk menghasilkan barang atau jasa
diperlukan faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian
pengusaha. Semua faktor-faktor produksi yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari
proses produksi dan juga berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang. Biaya
produksi dapat meliputi unsur-unsur seperti: Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan
setengah jadi; Bahan-bahan pembantu atau penolong; Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli
hingga direktur; Penyusutan peralatan produksi, uang modal / sewa; biaya penunjang seperti
biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi;
Biaya pemasaran seperti biaya iklan; dan Pajak. Biaya produksi jangka pendek adalah jangka
waktu dimana perusahaan telah dapat menambah faktor-faktor produksi yang digunakan dalam
proses prooduksi. Sedangkan dalam biaya produksi jangka panjang semua biaya adalah variabel.

3.2 Saran

Seiring dengan berkembangnya ilmu teknologi, ilmu pengetahuan, dan bertambahnya penduduk,
memaksa kebutuhan hidup terus meningkat. Pada saat ini Kebutuhan hidup tidak bisa diambil
langsung dari alam, akan tetapi harus diolah dahulu dengan cepat, efesien, dan harga terjangkau.
Keadaan ini dimanfaatkan dengan baik oleh sebagian orang untuk memperoleh keuntungan.
Perilaku biaya produksi akan berkaitan dengan jangka waktu atau periode produksi. Melihat
ketidaksempurnaan dalam makalah yang kami buat ini, maka kami sarankan kepada para
pembaca untuk mempelajari lebih mendalam lagi teori dan praktik biaya produksi. Namun,
meskipun demikian kami berharap makalah kami ini dapat dijadikan referensi awal bagi para
pembaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://fadhilasildano.blogspot.com/2018/05/teori-biaya-produksi.html
https://wahonodiphayana.blogspot.com/2015/10/ekonomi-manajerial-bab-ii-konsep-
biaya.html
http://iiiiiiiiiiyut.blogspot.com/2016/11/ekonomi-manajerial-biaya-produksi.html
https://sites.google.com/site/operasiproduksi/learning-curve
http://katapelita.blogspot.com/2014/11/manajerial-teori-dan-estimasi-biaya_66.html

16

Anda mungkin juga menyukai