Anda di halaman 1dari 26

MATA KULIAH DOSEN PENGAMPU

PENGANTAR EKONOMI MIKRO Yusuf Asyahri, SE, ME

TEORI BIAYA PRODUKSI

DI SUSUN OLEH :

1. AGNI AMALIA MADHANI (200105020139)


2. ACHMAD RINALDI (200105020169)
3. MUARIP (200105020166)
4. NURSYIFA (200105020174)
5. RISDA RISDIANA (200105020158)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PERBANKAN SYARIAH
2020/2021

1
KATA PEGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Teori Biaya Produksi” sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Teori Ekonomi
Mikro.
Ucapan terima kasih kami kepada dosen dan semua teman-teman yang telah memberikan
motivasi juga inspirasi kepada kami sehingga tugas Mata Kuliah Teori Ekonomi Mikro ini dapat
diselesaikan. Dalam makalah ini dibahas tentang bagaimana teori produksi berlaku kepada para
pelaku produksi barang atau jasa.
Dalam penulisan makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekurangan, untuk itu penulis
memerlukan kritik dan saran yang bermanfaat untuk lebih baiknya pembuatan makalah di masa
mendatang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan seluruh
masyarakat Indonesia.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................. 2


DAFTAR ISI ............................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................... 4


1.1 Latar Belakang ........................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................ 4
1.4 Manfaat ....................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ........................................................... 5


2.1 Pengertian Teori Biaya Produksi ............................................... 5
2.2 Produksi, Produktivitas, dan Biaya ............................................ 5
2.3 Biaya Produksi Jangka Pendek .................................................. 6
2.4 Bentuk Kurva Biaya Jangka Pendek …………………………... 9
2.5 Biaya Produksi Dalam Jangka Panjang ………………………... 12
2.6 Skala Ekonomi ………………………………………………… 15
2.7 Skala Non Ekonomi …………………………………………… 18
BAB III PENUTUP .................................................................. 25
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ............................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Biaya Produksi merupakan Faktor penting yang harus diperhatikan ketika suatu perusahaan
akan menghasilkan suatu produksi. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan tentu menginginkan
keuntungan yang besar dalam setiap usaha produksinya. Oleh karena itu, diperlukannya suatu
pemahaman tentang teori-teori biaya produksi agar suatu perusahaan dapat memperhitungkan
biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu output barang.
Ongkos atau biaya sumber daya produksi bagi sebuah perusahaan adalah sama dengan nilai
sumber-sumber produksi tersebut di dalam penggunaan alternatifnya yang terbaik. Pembahasan
tentang perilaku produksi inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk melihat sejauh mana
sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan konsumen-konsumennya. Untuk itu, dalam
makalah ini akan dibahas tentang teori produksi dalam ilmu ekonomi mikro.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah pengertian biaya produksi dan bagaimana hubungan antara produksi, produktivitas,
dan biaya?
b. Bagaimanakah konsep biaya produksi jangka pendek dan jangka panjang?
c. Bagaimana bentuk kurva jangka panjang dan jangka pendek?
1.3 Tujuan
a. Memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah.
b. Mengetahui pengertian biaya produksi dan hubungan antara produksi, produktivitas, dan biaya.
c. Mengetahui teori biaya produksi jangka pendek dan jangka panjang.
d. Mengetahui bentuk kurva biaya jangka pendek dan jangka panjang
1.4 Manfaat
Diharapkan manfaat dari penulisan makalah ini baik penulis maupun pembaca bisa menambah

pemahaman dan pengetahuan serta menambah wawasan kita bersama terhadap teori biaya

produksi

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Biaya Produksi


Biaya dalam pengertian Produksi ialah semua “beban” yang harus ditanggung oleh
produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang
dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah
yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan
tersebut. Semua faktor-faktor produksi yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari proses
produksi dan juga berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang. Input yang
digunakan untuk memproduksi output tersebut sering disebut biaya oportunis. Biaya oportunis
sendiri merupakan biaya suatu faktor produksi yang memiliki nilai maksimum yang menghasilkan
output dalam suatu penggunaan alternatif.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut: bahan baku atau bahan dasar
termasuk bahan setengah jadi, bahan-bahan pembantu atau penolong, upah tenaga kerja dari tenaga
kerja kuli hingga direktur, penyusutan peralatan produksi, uang modal, sewa, biaya penunjang
seperti (biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan
asuransi), biaya pemasaran seperti biaya iklan dan pajak
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Biaya Eksplisit
Biaya Eksplisit ialah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan dalam memperoleh faktor
produksi (nilai dan semua input yang dibeli untuk produksi). Pembayarannya berupa uang untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan perusahaan. Contoh:
biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll.
2. Biaya Implisit
Biaya implisit disebut juga imputed cost (ongkos tersembunyi), ialah taksiran biaya atas
faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan dan ikut digunakan dalam proses produksi
yang dimiliki oleh perusahaan. Contoh: Penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.

2.2 Produksi, Produktivitas, dan Biaya


Keputusan tingkat produksi senantiasa berkaitan dengan tingkat produktivitas factor –
factor produksi yang digunakan. Produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat produksi yang

5
sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah. Dengan kata lain, produktivitas dan biaya
mempunyai hubungan terbalik. Jika produktivitas makin tinggi, biaya produksi akan semakin
rendah. Begitu juga sebaliknya. Perilaku biaya juga berhubungan dengan periode produksi. Dalam
jangka pendek ada factor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang
besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang, karena semua factor
produksi adalah variable, biaya juga variable. Artinya, besarnya biaya produksi dapat disesuaikan
dengan tingkat produksi.
Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah meningkatkan produktivitas
disbanding dalam jangka pendek. Itu sebabnya ada perusahaan yang mampu menekan biaya
produksi, sehingga setiap tahun biaya produksi per unit makin rendah. Pola pergerakan biaya rata-
rata ini berkaitan dengan karakter fungsi produksi jangka panjang. Untuk perusahaan yang
ber”skala hasil menarik” (Increasing return to scale atau IRS), penambahan tingkat produksi justru
menurunkan biaya produksi. Sebaliknya dengan perusahaan yang ber”skala hasil menurun”
(decreasing return to scale atau DRS).

2.3 Biaya Produksi Jangka Pendek


Biaya produksi jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan telah dapat
menambah faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses prooduksi. Dalam biaya produksi
jangka pendek ditinjau dari hubungannnya dengan produksi, maka dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Dalam hubungannya dengan tujuan biaya:
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya Langsung merupakan biaya-biaya yang dapat diidentifikasi secara langsung pada
suatu proses tertentu ataupun output tertentu. Sebagai contoh adalah biaya bahan baku langsung
dan tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan. Begitu juga dengan supervise, listrik, dan biaya
overhead lainnya yang dapat langsung ditelusuri pada departemen tertentu.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya Tidak Langsung merupakan biaya-biaya yang tidak dapat diidentifikasi secara
langsung pada suatu proses tertentu atau output tertentu, misalnya biaya lampu penerangan dan
Air Conditioning pada suatu fasilitas.
2. Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan:
a. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost / TFC)

6
Biaya Tetap Total adalah biaya yang tetap harus dikeluarkan walaupun perusahaan tidak
berproduksi. Biaya tetap merupakan biaya setiap unit waktu untuk pembelian input tetap.
Misalnya: gaji pegawai, biaya pembuatan gedung, pembelian mesin-mesin, sewa tanah dan lain-
lain. Biaya tetap dapat dihitung sama seperti biaya variabel, yaitu dari penurunan rumus
menghitung biaya total. Penurunan rumus tersebut, adalah:
TC = FC + VC FC = TC – VC
Keterangan: TC = Biaya Total (Total Cost)
FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya tetap (FC) adalah biaya yang besarnya tidak berubah seiring dengan berubahnya
jumlah produksi (Q). Berapapun jumlah produksi apakah mengalami kenaikan atau penurunan,
maka jumlah biaya (P) yang dikeluarkan adalah tetap.

b. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost / VC)


Biaya Variabel Total adalah biaya yang dikeluarkan apabila berproduksi dan besar kecilnya
tergantung pada banyak sedikitnya barang yang diproduksi. Semakin banyak barang yang
diproduksi biaya variabelnya semakin besar, begitu juga sebaliknya. Biaya variabel rata-rata dapat
dihitung dengan menggunakan rumus:
VC = TC – FC
Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besarnya berubah searah dengan berubahnya jumlah
produksi. Itulah sebabnya kurva VC ini mengarah ke kanan atas.

c. Biaya Total (Total Cost / TC)


Biaya total merupakan jumlah keseluruhan biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan
yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Dengan kata lain, biaya total adalah jumlah biaya
tetap dan biaya variabel.
Biaya total dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
TC = FC + VC
Biaya variabel merupakan unsur biaya total karena biaya total memiliki sifat yang juga dimiliki
oleh biaya variabel, yaitu bahwa besarnya biaya total itu berubah-ubah seiring dengan berubah-
ubahnya jumlah output yang dihasilkan.

7
Biaya Total (TC) adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel. Kurva TC memiliki
bentuk yang persis sama dengan bentuk kurva Biaya Variabel (VC), serta antara keduanya terpisah
oleh suatu jarak vertikal yang selalu sama.
d. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost / AFC)
Biaya Tetap Rata-Rata adalah hasil bagi antara biaya tetap total dan jumlah barang yang
dihasilkan. Rumus :
AFC = FC / Q
Keterangan: FC = Biaya Tetap Total
Q = Kuantitas

e. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost / AVC)


Biaya variabel rata-rata adalah biaya variable satuan unit produksi.
Rumusnya:
AVC = VC/Q
keterangan: VC = Biaya Variabel Total
Q = Kuantitas

f. Biaya Total Rata-Rata (Average Cost / AC)


Average Cost adalah biaya total rata-rata yang dapat dihitung dari Total Cost dibagi
banyaknya jumlah barang tertentu (Q). Nilainya dihitung menggunakan rumus di bawah ini:
AC = TC /Q atau (VC+FC)/Q
AC = AVC + AFC

8
2.4 Bentuk Kurva Biaya Jangka Pendek

• Kurva Biaya-biaya Total


Dalam gambar diatas digambarkan 3 jenis kurva yang termasuk dalam golongan kurva –kurva
biaya total rata-rata, yaitu:
· Kurva TFC yang menggambarkan biaya tetap total
· Kurva TVC yang menggambarkan biaya berubah total
· Kurva TC yang menggambarkan biaya total
Pada pemulaannya apabila jumlah faktor berubah adalah sedikit, produksi marjinal meninngkat
dan menyebabkan TVC berbentuk agak landai (lihat bagian ab) tetapi, apabila produksi sudah
semakin banyak, produksi marjinal semakin berkurang da menyebabkan kurva TVC semakin
tegak(lihat bagian bc).

9
• Kurva Biaya Rata-rata
Kurva dalam gambar dibawah berdasarkan kepada angka-angka yang terdapat dalam kurva biaya
tetap rata-rata berbentuk menurun darikiri atas ke kanan bawah. Bentuk yang demikian disebabkan
karna ia menggambarkan bahwa semakin besar jumlah produksi, semakin kecil biaya tetap rata-
rata.

Analisis Biaya Produksi Jangka Pendek


Terdapat banyak pembedaan jenis biaya:
· Biaya langsung yaitu biaya yang langsung masuk dalam proses produksi suatu barang, bahan
baku, tenaga kerja dll.
· Biaya tidak langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi
misalnya biaya telepon, listrik, iklan dll.
· Biaya eksplisit yaitu biaya yang muncul atau kelihatan dalam proses produksi.
· Biaya implisit yaitu biaya yang tidak kelihatan dalam proses produksi namun sebenarnya
ada dan dikeluarkan (suprayitno,Eko,2008,hal. 198)
Perilaku biaya produksi jangka pendek
Perubahan Output menurun (Decreasing Return to input variable);
Fungsi output; Q=bX – cX2
Fungsi biaya ; TC= a +bQ =cQ2

10
TVC= bQ – cQ2 +dQ3 ; TFC=a
MC>AC>AVC
Perubahan Output menaik dan menurun (Increasing Decreasing Return to input variable);
Fungsi output; Q=bx + cX2 – dX3
Fungsi biaya ; TC= a + bQ –cQ2 +dQ3
TVC= bQ –cQ2 +dQ3 ; TFC=a
mc>AC>AVC
Dalam jangka pendek, bentuk kurva total biaya rata-rata (ATC) berbentuk U. Kurva biaya jangka
pendek rata-rata jatuh di awal, mencapai minimum dan kemudian mulai naik. Alasan untuk biaya
rata-rata turun pada awal produksi adalah bahwa faktor-faktor tetap dari suatu perusahaan tetap
sama. (Ini adalah faktor yang tidak berubah dengan tingkat output) Perubahan hanya terjadi pada
faktor-faktor variabel seperti bahan baku, tenaga kerja, dll. (Ini adalah faktor yang bervariasi
dengan tingkat output).
Ketika biaya tetap didistribusikan pada output ketika produksi diperluas, maka biaya rata-rata
mulai turun. Ketika perusahaan sepenuhnya menggunakan skala operasinya (ukuran pabrik), biaya
rata-rata adalah minimum. Perusahaan kemudian beroperasi dengan kapasitas optimalnya. Jika
perusahaan dalam jangka pendek meningkatkan tingkat outputnya dengan pabrik tetap yang sama;
ekonomi skala produksi berubah menjadi diseconomies dan biaya rata-rata kemudian mulai
meningkat tajam.

• HUBUNGAN KURVA MC DENGAN AVC DAN AC

Dalam menggambarkan kurva-kurva biaya rata-rata perlulah disadari dan diingat bahwa kurva
AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik terendah dari masing-masing kurva tersebut. Hal
itu harus dibuat agar tidak menyalahi hukum matematik.

Contoh yang berikut dapat memberikan penerangan mengapa sifat perpotongan yang baru
dijelaskan ini harus wujud. Misalkan pada waktu produksi sebesar 10, nilai AVC adalah Rp 100.
Dengan pemisalan ini maka TVC adalah 10 x RP 100 = Rp 1000. Misalkan untuk menambah 1
unit produksi lagi biaya marjinalnya adalah Rp 56. Dengan demikian TVC adalah Rp 1000 + Rp
56 = Rp 1056 dan oleh karenanya AVC adalah Rp 1056/11 = Rp 96. Sekarang kita isalkan pula

11
bahwa biaya marjinal adalah Rp 155. Maka sekarang TVC adalah Rp 1000 + Rp 155 = Rp 1155,
dan oleh sebab itu AVC adalah Rp 1155/11 = Rp 105. Contoh ini pada hakikatnya menunjukan
bahwa:

❖ Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC di bawah kurva
AVC maka kurva AVC sedang menurun).
❖ Apabila MC > AVC, maka nilai AVC akan semakin besar (berarti kalau kurva MC di atas
AVC maka kurva AVC sedang menaik).

Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam (1) dan (2) maka kurva AVC dipotong oleh kurva
MC di titik terendah dari kurva AVC.

2.5 BIAYA PRODUKSI DALAM JANGKA PANJANG


Dalam produksi jangka panjang semua input diperlakukan sebagai input variabel. Jadi,
tidak ada input tetap. Maka dalam konsep biaya jangka panjang semua biaya dianggap sebagai
biaya variabel (variabel cost), tidak ada biaya tetap. Dalam jangka panjang, perusahaan dapat
menambah semua faktor-faktor produksi yang akan digunakan oleh perusahaan. Jangka panjang,
yaitu jangka waktu di mana semua faktor produksi dapat mengalami perubahan, yaitu jumlah
daripada faktor-faktor produksi yang digunakan oleh perusahaan dapat ditambah apabila
memang dibutuhkan.

12
• CARA MEMINIMKAN BIAYA DALAM JANGKA PANJANG
Dalam jangka panjang perusahaan dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus
menentukan besarnya kapasitas pabrik (plant size) yang akan meminumkan biaya produksi.
Dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik digambarkan oleh kurva biaya total rata-rata (AC).
Dengan demikian analisis mengenai bagaimana bagaimana produsen menganalisis kegiatan
produksinya dalam usahanya meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan
kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.

Contoh yang menggambarkan bagaimana analisis tersebut dibuat ditunjukkan dalam


gambar diatas. Dimisalkan terdapat tiga kapasitas pabrik yang dapat digunakan oleh pengusaha.
Kapasitas 1 ditunjukkan oleh AC1, kapasitas 2 ditunjukkan oleh AC2, dan kapasitas 3 ditunjukkan
oleh AC3. Dalam contoh ini pada hakikatnya pengusaha mempunyai tiga pilihan dalam
menggnakan alat-alat produksi: kapasitas 1, kapasitas 2, kapasitas 3.berturut-turut biaya produksi
yang akan dikeluarkan untuk menggunakan masing-masing kapasitas tersebut adalah seperti
ditunjukkan oleh AC1, AC2, AC3.
Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan adalah tingkat produksi
yang ingin dicapai. Apabila perusahaan tersebut ingin mencapai produksi 100 unit, adalah lebih
baik untuk menggunakan kapasitas 1 (lihat titik A). Kalau yang digunakan adalah kapasitas 2
(seperti dalam gambar, biaya produksinya adalah lebih tinggi ( lihat titik B). Kapasitas 1 adalah

13
kapasitas yang paling efisien, dan akan meminimumkan biaya produksi, untuk produksi di bawah
130 unit. Untuk produksi di antara 130 dan 240 unit, kapasitas 2 adalah yang paling efisien, karena
biaya produksi adalah paling minimum dengan menggunakan kapasitas tersebut. Ini dapat dilihat
misalnya untuk produksi sebanyak 160 unit. Seperti dapat dilihat dalam gambar. AC1 berada di
atasAC2, yang berarti dengan menggunakan kapasitas satu biaya akan lebih tinggi daripada
menggunakan kapasitas 2. Untuk produksi melebihi 240 unit, misalnya 275 unit, kapasitas 3 adalah
yang harus digunakan produsen. Penggunaan ini akan meminimumkan biaya.
Dari contoh ini dapat disimpulkan bahwa peminimumman biaya jangka panjang tergantung
kepada 2 faktor berikut:
·Tingkat produksi yang ingin dicapai
·Sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia.

• KURVA BIAYA TOTAL RATA-RATA JANGKA PANJANG


Kurva LRAC dapat didefinisikan sebagai kurva yang menunjukkan biaya rata-rata yang
paling minimum untuk berbagai tingkat produksi apabila perusahaan dapat selalu mengubah
kapasitas produkisnya.

Kurva LRAC bukanlah dibentuk berdasarkan kepada beberapa kurva AC saja, tetapi
berdasarkan kepada kurva AC yang tidak tehingga banyaknya. Yaitu ia tidak dibentuk oleh tiga
kurva AC, akan tetapi oleh kurva AC yang sangat banyak, yaitu ia tidak dibentuk oleh tiga kurva
AC, akan tetapi oleh kurva AC yang sangat banyak, oleh karena kurva AC banyak jumlahnya
maka kurva LRAC adalah suatu kurva yang berupa garis lengkung yang berbentuk U. Kurva

14
LRAC tersebut merupakan kurva yang menyinggung beberapa kurva AC jangka pendek. Titik-
titik persinggungan tersebut merupakan biaya produksi yang paling optimum/minimum untuk
berbagai tingkat produksi yang akan dicapau pengusaha di dalam jangka panjang.
Kurva LRAC tidak menyinggung kurva-kurva AC pada bagian (di titik) yang terendah dari
kurva AC. Dalam Gambar diatas hanya kurva ACx yang disinggung oleh kurva LRAC pada bagian
kurva ACx yang paling rendah, yaitu titik B. Kurva AC yang terketak di sebelah kiri dari ACx
disinggung oleh kurva LRAC di bagian yang lebih tinggi dan di sebelah kiri dari titik terendah.
Perhatikanlah misalnya kurva AC2. Jelas kelihatan bahwa titik A bukanlah titik terendah pada
kurva AC2. Titik tersebut terletak di sebelah kiri dari titik terendah AC2. Kurba AC yang terletak
di sebelah kanan dari kurva ACx disinggung oleh kurva LRAC juga di bagian yang terletak lebih
tinggi dari minimum pada AC yang bersangkutan, dan titik singgung tersebut terletak di sebelah
kanan dari titik yang terendah. Titik C pada kurva AC3 jelas menggambarkan keadaan tersebut.
Di dalam jangka panjang titik terendah dari suatu AC tidak menggambarkan biaya
yang paling minimum untuk memproduksi suatu tingkat produksi. Terdapat kapasitas produksi
lain (AC lain) yang dapat meminimumkan biaya. Sebagai buktinya perhatikanlah AC1 dan AC2.
Titik A1 adalah titik terendah pada AC1. Dengan demikian dalam jangka pendek, produksi
sebesar QA dapat diproduksikan dengan biaya yan lebih rendah dari titik mana pun pada AC1.
Tetapi dalam jangka panjang biaya itu belum merupakan biaya yang paling minimum, karena
apabila kapasitas produksi yang berikut digunakan (AC2), produksi sebesat QA akan
mengeluarkan biaya sebanyak seperti ditunjukan oleh titik A pada AC2. Dari contoh ini dapat
disimpulkan bahwa kurva LRAC, walaupun tidak menghubungkan setiap titik terendah dari AC,
menggambarkan biaya minimum perusahaan dalam jangka panjang.

2.6 Skala Ekonomi


Skala Ekonomis, dalam ilmu mikro ekonomi, merujuk kepada keuntungan biaya yang
berhubungan dengan ekspansi usaha. Ada beberapa factor yang menyebabkan rata-rata biaya
produksi per unit turun saat jumlah output meningkat. “Skala Ekonomis” adalah konsep lama dan
merujuk pada pengurangan biaya per unit saat ukuran fasilitas dan tingkat penggunaan input
lainnya meningkat. Sumber –sumber umum skala ekonomi adalah pembelian (Sebagian besar
membeli bahan melalui kontrak jangka panjang ), manajemen (meningkatkan spesialisasi manajer

15
), keuangan (memperoleh beban bunga yang lebih rendah saat meminjam dari bank dan memiliki
akses ke berbagai instrumen keuangan yang lebih besar), pemasaran (mengalokasikan biaya iklan
selama rentang yang lebih besar di pasar media output), dan teknologi (mengambil keuntungan
dari hasil skala dalam fungsi produksi). Setiap factor ini mengurangi biaya rata-rata produksi
jangka panjang ( LRAC ) dengan mengubah kurva biaya total rata-rata jangka pendek ( SRATC )
ke bawah dan ke kanan. Skala ekonomis ini sebagian juga berasal dari belajar sambil melakukan.
Skala ekonomis adalah sebuah konsep praktis yang penting untuk menjelaskan fenomena
dunia nyata seperti pola-pola perdagangan internasional, jumlah perusahaan di pasar, dan
bagaimana perusahaan bisa “terlalu besar untuk gagal”. Pemanfaatan skala ekonomi membantu
menjelaskan mengapa perusahaan tumbuh besar di beberapa industri. Ini juga merupakan
pembenaran untuk kebijakan perdagangan bebas, karena beberapa skala ekonomi mungkin
memerlukan pasar yang lebih besar daripada yang mungkin dalam suatu negara tertentu –
misalnya, tidak akan efisien bagi pembuat Liechtenstein untuk memiliki mobil sendiri, jika mereka
hanya akan menjual untuk pasar lokal mereka. Sebuah produsen mobil satunya mungkin
menguntungkan, namun, jika mereka ekspor mobil untuk pasar global selain menjual ke pasar
lokal. Skala ekonomi juga berperan dalam monopoli “alamiah.”
• Monopoli Alami
Monopoli alami sering didefinisikan sebagai perusahaan yang menikmati skala ekonomis
untuk ukuran perusahaan yang wajar, karena itu selalu lebih efisien bagi satu perusahaan untuk
memperluas daripada mendirikan perusahaan baru, monopoli alami tidak memiliki
saingan. Karena tidak memiliki saingan, maka kemungkinan monopoli memberikan kekuatan
pasar yang signifikan. Oleh karena itu, beberapa industri yang dikategorikan sebagai monopoli
alami telah diatur atau dimiliki oleh Negara.
• Skala ekonomis dan Skala Hasil
Skala ekonomi terkait dengan betapa mudahnya menjadi bingung dengan gagasan ekonomi
teoritis terhadap skala hasil. Di mana skala ekonomi mengacu pada biaya suatu perusahaan, skala
hasil menggambarkan hubungan antara input dan output dalam jangka panjang (semua input

16
variabel) fungsi produksi. Sebuah fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika proporsi
peningkatan semua input dan output aadalah sama. Hasil akan mengalami penurunan jika,
katakanlah, penggandaan hasil input kurang dari dua kali lipat output, dan meningkat jika input
dua kali lipat lebih dari output. Jika fungsi matematika digunakan untuk mewakili fungsi produksi,
dan jika fungsi produksi adalah homogen ( sama ), maka skala hasil yang diwakili oleh tingkat
homogenitas fungsi. fungsi produksi homogen dengan skala hasil konstan adalah homogenitas
tingkat pertama, peningkatan skala hasil yang diwakili oleh derajat homogenitas lebih besar dari
satu, dan penurunan skala hasil dengan derajat homogenitas yang kurang dari satu.
Jika perusahaan merupakan pesaing sempurna di semua pasar input, dan dengan demikian
harga unit per dari semua input tidak terpengaruh oleh berapa banyak masukan pembelian yang
dilakukan perusahaan, maka dapat ditampilkan bahwa pada tingkat output tertentu, perusahaan
memiliki skala ekonomi jika dan hanya jika skala hasil meningkat, dan memiliki skala
disekonomis jika dan hanya jika skala hasil mengalami penurunan, dan tidak memiliki skala
ekonomi maupun disekonomis jika skala hasilnya konstan. Dalam hal ini, dengan persaingan
sempurna di pasar output ekuilibrium jangka panjang, maka akan melibatkan semua perusahaan
yang beroperasi pada titik minimum kurva jangka panjang mereka rata-rata biaya (yaitu, di
perbatasan antara skala ekonomi dan skala disekonomis).
Namun, jika perusahaan pesaing tidak sempurna berada di pasar input, maka kesimpulan di
atas berubah. Misalnya, jika kembali terjadi peningkatan skala hasil dalam beberapa rentang
tingkat produksi, namun perusahaan nya begitu besar dalam satu atau lebih pasar input yang
meningkatkan pembelian atas input yang meningkatkan biaya input per-unit, maka perusahaan
bisa memiliki skala disekonomis di berbagai tingkat output. Sebaliknya, jika perusahaan mampu
mendapatkan diskon besar dari pembelian input, maka ia bisa memiliki skala ekonomi dalam
beberapa rentang tingkat output meskipun ia mengalami penurunan hasil produksi di rentang
output.

17
2.7 Skala Non Ekonomi
Skala non ekonomis adalah kebalikan dari skala ekonomis. Apabila kenaikan skala produksi
perusahaan menyebabkan biaya rata-rata menjadi lebih rendah, perusahaan tersebut
memperlihatkan hasil yang menaik saat skala bertambah, atau skala ekonomi. Apabila biaya rata-
rata tidak berubah saat skala prouksi bertambah, perusahaan tersebut memperlihatn hasil yang
konstan saat skala bertambah. Apabila kenaikan skala produksi perusahaan menyebabkab biaya
rata-rata menjadi lebih tinggi, perusahaan itu menperlihatkan hasil yang menurun saat skala
bertambah atau skala disekonomi.
Kurva biaya rata-rata jangka panjang (LRAC) perusahaan memperlihatkan biaya yang
berkaitan dengan berbagai skala yang dapat dipilih perusahaan itu untuk beroperasi dalam jangka
panjang.

Perbedaan antara skala non ekonomi internal dengan skala disekonomis eksternal

Sebagaimana skala ekonomi, skala disekonomis juga terbagi ke dalam dua kategori:

• Skala non ekonomis internal


• Skala non ekonomis eksternal

Di bawah skala disekonomis internal, naiknya biaya rata-rata adalah karena faktor internal
perusahaan. Jadi, itu hanya berlaku pada perusahaan tersebut, tidak pada perusahaan lainnya.

Sebaliknya, dalam skala disekonomis eksternal, penyebab kenaikan biaya per unit berasal dari
faktor eksternal. Perusahaan tidak memiliki kontrol atas faktor-faktor tersebut. Selain itu,
kenaikan biaya terjadi pada semua perusahaan di dalam industri.

Penyebab skala non ekonomi internal

Empat alasan mengapa skala disekonomi muncul. Berikut adalah rinciannya:

1. Inefisiensi birokrasi. Ketika perusahaan menjadi besar, operasi menjadi lebih kompleks
dan mengarah pada komunikasi yang kurang efektif. Perusahaan tidak bisa

18
mengandalkan metode lama untuk beroperasi pada skala yang lebih besar. Mereka
memerlukan transformasi.
2. Menurunnya motivasi dari manajemen dan karyawan. Kompleksitas kerja
mengurangi fokus dan menguras banyak energi. Tanpa kompensasi yang memadai
(misalnya cuti lebih panjang dan gaji lebih besar), itu dapat mengarah pada demotivasi.
3. Duplikasi pekerjaan dan fungsi bisnis. Ketika operasi menjadi lebih besar, perusahaan
mungkin membentuk beberapa divisi baru. Namun, tanpa pemetaan dan pembagian kerja
yang jelas, itu hanya akan mengarah pada duplikasi.
4. Meningkatnya biaya pengaturan khusus. Misalnya, ketika jumlah output besar,
perusahaan memerlukan pengaturan pembuangan limbah secara khusus. Pengaturan
tersebut seringkali mahal.

1) Inefisiensi birokrasi

Perusahaan yang lebih besar membutuhkan pengembangan hirarki manajerial yang luas.
Transisi semacam itu tidak selalu berakhir dengan sukses. Ketika skala operasi kecil,
perusahaan mengadopsi struktur organisasi yang lebih fleksibel. Dan ketika skala operasi
menjadi lebih besar, perusahaan mengadopsi struktur organisasi yang lebih tinggi (tall
organizational structure) dengan beberapa lapis rantai komando. Tapi, transisi semacam itu
seringkali gagal karena karyawan dan manajemen tidak bisa beradaptasi. Mereka terbiasa
dengan struktur datar tanpa beberapa rantai komando. Rantai komando yang lebih kompleks
menghasilkan distorsi informasi. Maksud saya, pengambil keputusan atas tidak menerima
pesan yang sama persis dengan informasi operasional di tingkat paling bawah. Itu karena
informasi mengalir melalui sejumlah lapisan manajerial. Pada akhirnya, itu menghasilkan
pengambilan keputusan yang buruk. Selain itu, operasi yang lebih besar meningkatkan
prosedur administrasi dan birokrasi. Itu seringkali menghambat pengambilan keputusan
yang cepat. Perusahaan lebih mengandalkan bentuk komunikasi tertulis seperti papan
pengumuman dan memo. Dan, komunikasi semacam itu memiliki kelemahan karena tidak
memungkinkan umpan balik.

19
2) Kapasitas optimum

Manufaktur besar memerlukan berbagai tahapan yang berbeda. Ketika masing-masing


proses manufaktur telah mencapai kapasitas optimum, mereka tidak dapat menghasilkan
lagi. Ini menimbulkan masalah seperti kemacetan akibat lebih banyak orang menggunakan
mesin yang sama.

3) Demotivasi

Ketika bisnis tumbuh, jumlah karyawan meningkat. Perusahaan mengadopsi spesialisasi


dan membagi proses yang kompleks menjadi beberapa tugas kecil. Karyawan melakukan
tugas yang sama dari waktu ke waktu. Ketika operasi meningkat seiring dengan
peningkatan output, masing-masing karyawan harus menyelesaikan tugas yang lebih
banyak. Meski masih melakukan tugas yang sama, mereka kemungkinan lebih stres
karena target yang lebih tinggi. Meningkatnya target mengurangi kemungkinan interaksi
karyawan. Mereka merasa terisolasi dan dengan mudah kehilangan fokus. Itu pada
akhirnya mengarah pada penurunan produktivitas karena mereka kehilangan motivasi.

4) Kurangnya koordinasi

Ukuran bisnis yang semakin besar membuat koordinasi dan pemberdayaan karyawan
menjadi lebih sulit. Manajer lebih sulit berhubungan sehari-hari dengan para pekerja dan
membangun lingkungan kerja yang kondusif seperti mendengarkan aspirasi mereka.
Sehingga, manajer menghadapi kesulitan untuk mengkoordinasikan operasi dan
memastikan bahwa setiap orang memainkan peran mereka secara efektif.

Situasi semacam itu mengharuskan perusahaan untuk mempekerjakan atau


mempromosikan lebih banyak pengawas untuk mengawasi peningkatan operasi dan
memantau kinerja karyawan. Hasilnya, mereka menanggung lebih banyak biaya.

20
Penyebab skala disekonomis eksternal

Ketika ukuran output industri meningkat, itu akan menghasilkan beberapa persoalan, yang mana
menyebabkan kenaikan biaya per unit bagi semua perusahaan di industri.

a. Peningkatan harga input

Beberapa input tersedia secara lebih terbatas. Peningkatan produksi menciptakan lebih
banyak permintaan terhadap input tersebut. Ketika permintaan begitu besar sedangkan
jumlah sumber daya relatif terbatas, itu akan mengarah pada kelangkaan di pasar.
Akibatnya, harga input secara perlahan akan bergerak naik. Dampaknya mungkin tidak
hanya terhadap satu perusahaan tetapi seluruh perusahaan di industri. Misalnya, laju
pertumbuhan industri eCommerce yang pesat meningkatkan permintaan terhadap
programmer untuk menangani big data. Pasokan menjadi kendala karena kualitas tenaga
kerja lokal yang rendah dan tidak memenuhi kualifikasi. Kemudian, perusahaan di
industri merekrut programmer asing untuk memenuhi kebutuhan. Akhirnya, mereka harus
membayar lebih tinggi untuk merekrut tenaga kerja asing. Di sisi lain, programmer asing
juga memiliki posisi tawar yang lebih kuat. Ketika menyadari pasar tenaga kerja tidak
mencukupi, mereka kemungkinan akan menegosiasikan gaji yang lebih tinggi.

b. Eksternalitas negatif

Perkembangan pesat industri menciptakan lebih banyak eksternalitas negatif. Tanpa


kontrol dari pemerintah, itu berkontribusi terhadap peningkatan biaya rata-rata jangka
panjang, tidak hanya bagi perusahaan di industri tertentu, tetapi juga di hampir semua
industri. Contohnya adalah peningkatan risiko pemanasan global dan perubahan iklim
akibat polusi. Tidak hanya meningkatkan resiko menjalankan bisnis di satu industri, itu
juga memunculkan konsekuensi lain seperti pajak karbon, yang mana menjadi tambahan
biaya bagi bisnis. Pada lingkup yang lebih kecil, eksternalitas negatif juga muncul dalam
kasus aglomerasi. Ketika pertumbuhan industri di suatu area meningkat, itu dapat
menyebabkan kemacetan lalu lintas sehingga meningkatkan biaya logistik.

21
• Penyesuaian jangka panjang terhadap kondisi jangka pendek
Apabila ada laba jangka pendek dalam sebuah industri, perusahaan baru akan masuk dan
peusahaan yang sudah ada akan mengembangkan usahanya. Peristiw itu menggeser kurva
penawaran industri tersebut ke kana. Apabila itu terjai, harga turun an pada akhirnya laba hilang.
Apabila terdapat kerugian jangka pendek dalam sebuah industri, sejumlah peusahaan keluar
dan sejumlah perusahaan mengurangi skala. Peristiwa itu menggeser kurva penawaran industri
tersebut ke kiri, sehingga menaikkan harga dan menghilangkan kerugian. Ekuilibrium persaingan
jangka panjang tercapai apabila P = SRMC = SRAC = LRAC dan laba = nol. Dalam pasar yang
efisien, modal investasi mengalir menuju ke peluang-peluang laba.

Peningkatan jumlah produksi dari Q ke Q2 menyebabkan turunnya biaya produksi per unit
dari C ke C.

Sifat skala ekonomi dan skala tidak ekonomi dari kegiatan berbagai perusahaan merupakan
faktor yang sangat penting dalam menentukan jumlah perusahaan di suatu industri. Keadaan ini
juga akan mempengaruhi bentuk kurva biaya total rata-rata jangka panjang yang dihadapi oleh
setiap perusahaan. Secara kasar dapat dibedakan tiga bentuk kurva LRAC (Long Run Average
Cost) sebagaimana yang akan dipampangkan berikut ini.

22
Beberapa Kemungkinan Kapasitas Pabrik dan Kurva LRAC

Pada grafik (i) kurva LRAC sangat cepat penurunannya, tetapi ia sangat cepat pula mengalami
kenaikan. Ini berarti kenaikan produksi yang sedikit saja telah menimbulkan skala ekonomi yang
sangat menguntungkan, tetapi pada tingkat produksi yang relatif rendah, skala tidak ekonomi
sudah mulai terlihat. Industri yang LRAC-nya berbentuk demikian pada umumnya terdiri dari
banyak perusahaan, dan masing-masing perusahaan tersebut berukuran kecil.
Sedangkan pada grafik (ii), pada permulaannya skala ekonomi juga sangat menguntungkan,
tetapi ia juga tidak berlangsung lama karena diikuti oleh kurva LRAC yang datar setelahnya. Hal
ini mengindikasikan bahwa pada mulanya skala tidak ekonomi belum lagi menguasai kegiatan
perusahaan.
Mulai berlakunya skala tidak ekonomi ditunjukkan oleh tingkat produksi yang tinggi. Industri
yang mempunyai kurva LRAC yang berbentuk demikian terdiri dari beberapa perusahaan besar
dan beberapa perusahaan kecil. Jadi, besarnya perusahaan-perusahaan dalam industri tersebut
tidak seragam meskipun jumlahnya relatif besar.

Kemudian, apabila kurva LRAC seperti yang ditunjukkan pada grafik (iii), maka industri
biasanya terdiri dari perusahaan-perusahaan yang sangat besar ukurannya, dan jumlah perusahaan
dalam industri tersebut relatif sedikit. Dengan kata lain, hanya ada beberapa perusahaan saja yang

23
terdapat pada industri tersebut. Hal ini dapat terjadi karena skala ekonomi tetap wujud hingga ke
jumlah produksi yang sangat banyak.

24
BAB III
PENUTUP

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh
faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-
barang yang diproduksikan perusahaan tersebut. Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan
faktor-faktor produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua
faktor-faktor produksi yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga
berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur seperti: Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan
setengah jadi; Bahan-bahan pembantu atau penolong; Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli
hingga direktur; Penyusutan peralatan produksi, uang modal / sewa; biaya penunjang seperti biaya
angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi; Biaya
pemasaran seperti biaya iklan; dan Pajak.
Biaya produksi jangka pendek adalah jangka waktu dimana perusahaan telah dapat menambah
faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses prooduksi. Sedangkan dalam biaya produksi
jangka panjang semua biaya adalah variable.

25
DAFTAR PUSTAKA

SUKIRNO, S. (2013). Mikroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Perpustakaan Nasional.


https://www.academia.edu/34759077/Biaya_Produksi_Jangka_Panjang
https://inspirasitugas.wordpress.com/tag/biaya-rata-rata-jangka-panjang/
https://www.coursehero.com/file/p6isg3j/Biaya-Marginal-adalah-tambahan-biaya-yang-
disebabkan-karena-tambahan-satu-
unit/#:~:text=B.%20Biaya%20Marginal%20Jangka%20Panjang,sama%20dengan%20perubah
an%20biaya%20variabel.
https://ekonomi.bunghatta.ac.id/index.php/id/artikel/809-biaya-produksi-jangka-panjang-dan-
pendek#:~:text=Maka%20dalam%20konsep%20biaya%20jangka,yang%20akan%20digunakan
%20oleh%20perusahaan.&text=Dalam%20jangka%20panjang%20hanya%20dikenal,rata%2D
rata%20(ATC)
https://www.situsekonomi.com/2019/04/beberapa-bentuk-kurva-lra.html

26

Anda mungkin juga menyukai