Biaya merupakan pengukur semua elemen laporan keuangan berbasis biaya historis. Pemahaman mengenai biaya penting karena biaya dapat menjadi dasar pengambilan keputusan ekonomik. Biaya sebagai padanan cost, tidak boleh disamakan dengan beban, sebagai terjemahan expense, ataupun aset, sebagai padanan asset. Definisi biaya yang paling mudah dipahami adalah bahwa biaya merupakan harga yang disepakati oleh pihak-pihak yang bertransaksi ketika transaksi terjadi. Adapun pengertian lain, biaya yaitu semua pengorbanan yang secara langsung ataupun tidak langsung dikeluarkan untuk melakukan kegiatan tertentu, misalnya kegiatan produksi atau membeli aset tetap. Sesaat setelah transaksi terjadi, biaya tersebut menjadi biaya historis. Contoh sebagai penjelas : Perusahaan pada hari ini membeli persediaan secara tunai dengan harga Rp 100.000. jumlah seratus ribu rupiah inilah yang menjadi bisnis historis setelah transaksi berlalu. Sepanjang persediaan belum terjual, maka persediaan adalah aset perusahaan. Jika persediaan tersebut telah terjual, maka akuntansi akan melaporkannya sebagai beban di laporan laga-rugi. Aset (berupa persediaan) di neraca dan beban (berupa beban/harga pokok penjualan) di laporan laba-rugi diukur dengan biaya historis. Sebetulnya pembedaan makna cost dari expense banyak dibicarakan di teori akuntansi keuangan, bukan di akuntansi managemen. Di akuntansi managemen, pembedaan seperti itu tidak begitu penting. Dari penjelasan tersebut, istilah biaya terutama untuk menunjuk pada aliran-keluar sumber daya ekonomik atau komitmen untuk mengeluarkan kegiatan tertentu.
B. Klasifikasi Biaya berdasar Fungsi Perusahaan
Untuk menjalankan usaha dengan baik, perusahaan membagi-bagi kegiatan berdasarkan fungsi-fungsi pokok. Pada perusahaan pemanufakturan, fungsi kegiatannya dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Fungsi produksi Fungsi produksi bertugas dan bertanggungjawab untuk memproduksi barang dengan kualitas tertentu. Tempat untuk memproduksi barang disebut pabrik, yang mengolah bahan baku dengan bantuan tenaga manusia dan mesin/peralatan menjadi produk selesai. 2. Fungsi non produksi Fungsi non produksi disebut juga fungsi komersial yang terdiri dari : a. Fungsi administrasi yaitu melakukan kegiatan-kegiatan akuntansi, personalia, pengkajian, dan lain sebagainya. b. Fungsi pemasaran yaitu bertugas melakukan kegiatan dalam rangka memasarkan hasil produksi. Misalnya mengiklankan hasil produksi, melakukan promosi penjualan, melakukan penjualan barang, dan menentukan saluran distribusi. Fungsi-fungsi yang ada pada perusahaan pemanufakturan, biaya dikelompokkan menjadi 3 yaitu : 1. Biaya produksi Biaya produksi adalah biaya yang diperlukan untuk memperoleh bahan baku (mentah) dari pemasok dan mengubahnya menjadi produk selesai yang siap dijual. Elemen biaya produksi terdiri atas : a. Bahan baku yaitu bahan yang digunakan untuk membuat produk selesai. Bahan baku dapat diidentifikasi ke produk dan merupakan bagian integral dari produk tersebut. Contoh : kayu yang digunakan untuk membuat daun pintu dan jendela, kertas yang digunakan untuk membiuat buku, dll. b. Tenaga kerja langsung yaitu tenaga yang langsung menangani proses produksi. Oleh karena itu dapat diidentifikasi ke produk. Gaji atau upah tenaga kerja langsung merupakan elemen biaya produksi. Contoh : operator mesin fotokopi, penjahit, tukang las, pembuat daun pintu dan jendela, serta tukang batu. c. Overhead pabrik yaitu biaya-biaya selain dari bahan baku dan tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk memproduksi barang. Yang termasuk dalam klasifikasi overhead pabrik adalah bahan taklangsung, upah tak langsung, penyusutan mesin dan peralatan pabrik, penyusutan gendung pabrik, bahan habis pakai untuk pabrik, pajak bumi dan bangunan (PBB) untuk gedung pabrik, biaya pemeliharaan mesin-mesin dan peralatan pabrik, dan biaya listrik untuk penerangan dan pembangkit tenaga pabrik. 2. Biaya pemasaran Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan produk selesai, termasuk biaya iklan, biaya gaji para pramuniaga, dan biaya angkut barang-barang yang dijual. 3. Biaya administrasi Biaya administrasi adalah biaya yang diperlukan untuk administrasi secara umum, seperti gaji para eksekutif, biaya penyelenggaraan akuntansi, gaji pegawai bagian administrasi, dan biaya bahan habis pakai. Biasanya biaya pemasaran dan biaya administrasi secara bersama-sama disebut biaya non produksi. Pada perusahaan dagang tidak terdapat biaya produksi karena perusahaan tersebut tidak menjual barang dari hasil kegiatan produksinya sendiri, melainkan dari pembelian barang dalam bentuk sudah jadi. Pada perusahaan jasa juga tidak terdapat biaya produksi.
C. Klasifikasi Biaya berdasar Perioda Penandingan
Akuntansi (keuangan) menggunakan konsep preper matching costs against revenues. Agar konsep penandingan biaya terhadap pendapatan diterapkan secara wajar, maka perlu pembagian biaya yaitu : 1. Biaya produk Biaya produk adalah biaya untuk memperoleh atau membuat barang/produk. Biaya ini dipertemukan (ditandingkan) dengan pendapatan pada periode penjualan produk. Biaya produk pada perusahaan pemanufakturan adalah biaya baik langsung maupun taklangsung yang dikeluarkan untuk membuat barang/produk. Pada perusahaan dagang, biaya produk terdiri atas biaya untuk memperoleh barang dagangan, yang meliputi harga beli dan biaya pengangkutan. Biaya produk baik pada perusahaan dagang maupun pada perusahaan pemanufakturan disebut juga inventoriable cost, artinya biaya yang dapat dilekatkan kepada persediaan (inventory). 2. Biaya perioda Biaya perioda adalah biaya yang diidentifikasi dengan interval waktu tertentu karena tidak diperlukan untuk memperoleh barang/produk yang akan dijual. Biaya perioda diakui sebagai beban atau expense pada perioda terjadinya. Artinya, ia ditandingkan dengan pendapatan ketika biaya itu terjadi. Biaya ini tidak boleh dimasukkan sebagai elemen biaya persediaan karena itu disebut juga non- inventoriable cost. Contoh : gaji manager pemasaran, gaji direktur, penyusutan gedung kantor administrasi, biaya iklan, dll. Biaya perioda dibebankan ke perioda dikeluarkannya biaya tersebut. Dengan begitu akan kita jumpai beban gaji, beban telepon, beban administrasi, dll.
D. Klasifikasi Biaya berdasar Dapat Ditelusurinya ke Objek Biaya
Objek biaya adalah apapun yang menjadi sasaran biaya. Objek biaya dapat berupa produk, dapartemen, atau kegiatan. Untuk penilaian persediaan dalam perusahaan pemanufakturan, misalnya objek biayanya adalah produk selesai atau produk yang sedang diproses. Akuntansi managemen menggunakan beberapa objek biaya dengan pemilihan spesifik, bergantung pada sifat bisnis dan kehendak managemen. Jika objek biayanya adalah produk maka dikenal biaya langsung produk dan biaya taklangsung produk. Jika objek biayanya adalah dapartemen maka dikenal biaya langsung dapartemen dan biaya taklangsung dapartemen. Pembagian yang objek biayanya adalah produk yaitu sebagai berikut : 1. Biaya langsung (direct cost) yaitu biaya yang dapat ditelusur atau diidentifikasi ke suatu objek biaya tertentu karena hanya dikeluarkan untuk manfaat objek biaya itu sendiri. 2. Biaya taklangsung (indirect cost) yaitu biaya yang dikeluarkan untuk lebih dari satu objek biaya dan tidak dapat ditelusuri secara langsung ke salah satu objek biaya tertentu. Oleh karena itu biaya tersebut bersifat umum dan disebut common cost. Biaya taklangsung tidak dapat ditelusur ke objek biaya secara individual, pembebanan biayanya ke berbagai objek biaya tersebut menggunakan proses pengalokasian. Pengalokasian ini berguna untuk menentukan porsi biaya yang dinikmati oleh masing- masing objek biaya. Contoh : biaya iklan untuk berbagai macam produk dialokasi ke masing-masing produk berdasarkan nilai jual relatif produk-produk tersebut, sewa gedung yang digunakan oleh beberapa departemen dialokasi ke masing-masing departemen berdasar luas lantai yang dinikmati oleh masing-masing departemen. Metode apapun yang dipakai sebenarnya bersifat sembarang atau arbitrary.
E. Klasifikasi Biaya berdasar Perubahan Voluma Kegiatan
Ditinjau dari hubungannya dengan perubahan voluma kegiatan biaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Biaya tetap (fixed cost) Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap, tidak berubah untuk suatu perioda tertentu. Biaya ini tidak akan naik atau turun meskipun voluma kegiatannya bervariasi. Contoh : Jika jumlah kilometer yang ditempuh dianggap dalam perioda sebulan tidak akan memengaruhi jumlah sewa. Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan voluma kegiatan. Misalnya yaitu sewa kendaraan sebulan sebesar Rp 300.000. Bila kendaraan menempuh 300 kilometer dalam sebulan, maka biaya per kilometernya adalah Rp 1.000; bila 200 kilometer maka Rp 1.500 dan bila 100 kilometer maka Rp 3.000. Semakin besar voluma kegiatan, semakin kecil biaya tetap per unitnya. Sebaliknya, semakin kecil voluma kegiatan, semakin besar biaya tetap per unitnya. 2. Biaya variabel (variable cost) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya bervariasi secara proporsional dengan variasi voluma kegiatan, tetapi jumlah per unitnya tetap. Contoh : upah tenaga kerja langsung sebesar Rp 1.000 untuk setiap unit produk yang dihasilkan. Upah adalah Rp 1.000 bila hanya satu unit yang dapat diproduksi; Rp 5.000 bila 5 unit yang diproduksi; dan Rp 10.000 bila 10 unit yang diproduksi. Dari contoh tersebut bahwa upah total berubah-ubah sesuai dengan jumlah produk yang dihasilkan, akan tetapi upah per unitnya konstan. Contoh lain yaitu biaya bahan baku, komisi penjualan berdasarkan persentase penjualan dan biaya telepon berdasarkan lamanya penggunaan.