Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian Biaya

Akuntansi biaya sebagai bidang khusus akuntansi merupakan sistem informasi akuntansi
yang bertujuan untuk menyediakan informasi biaya kepada manajemen yang dapat digunakan
untuk berbagai tujuan yang berbeda.

Dalam mempelajari akuntansi biaya seyogyanya kita mempunyai pengertian yang baik
mengenai istilah biaya (cost) dan istilah –istilah lainnya yang berkaitan erat dengan istilah ini
agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman dan penerapannya.

2. Perbedaan Antara Biaya Dan Beban

Istilah biaya (cost) tidaklah sama dengen beban (expense) dan kerugian (loss). Sering kali
istilah-istilah ini digunakan dalam pengertian yang sama. Mengenai perbedaan dari ketiga
istilah ini dapat dilihat dari definisi yang dnyatakan atas istilah-istilah tersebut sebagai
berikut.

a. Biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk


memperoleh barang / jasa yang berguna untuk masa yang akan datang, atau
mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi. Biasanya tercermin dalam
laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset (asset) perusahaan, misalnya pembelian
mobil (kendaraan ) dengan harga perolehan Rp 30.000.000 dan diperkirakan
bermanfat selam lima tahun, maka perusahaan dikatakan memiliki aset dengan biaya
(cost) sebesar Rp 30.000.000. Oleh karena bermanfaat selama lima tahun, maka
secara proporsional biaya ini dialokasikan sebagai beban (expense) sebesar Rp
6.000.000 dalam periode akuntansi yang berjalan.
b. Beban (expense) merupakan biaya (cost) yang telah memberikan suatu manfaat
(expired cost), dan termasuk pula penurunan dalam aset atau kenaikan dalam liabilitas
sehubungan dengan penyerahan barang dan jasa dalam rangka memperoleh
pendapatan, serta pengeluaran-pengeluaran yang hanya memberi manfaat untuk
tahun buku yang berjalan. Jika manfaat dari barang atau jasa itu diterima, maka biaya
(cost) menjadi beban (expense) atau dengan kata lain biaya (cost) yang telah habis
masa manfaatnya(expired) merupakan beban (expense), sedangkan biaya (cost) yang
manfaatnya masih akan diterima digolongkan sebagai set. Sebagai contoh, asuransi
yang dibayar di muka merupakan biaya dan disajikan sebagai aset lancar dalam
laporan posisi keuangan (neraca). Apabila manfaatnya telah diterima atau habis
karena berlalunya waktu maka akan menjadi beban asuransi dan disajikan dalam
laporan laba rugi.
c. Kerugian (lost) adalah biaya yang timbul ketika barang atau jasa diperoleh pada
hakikatnya tidak mempunyai nilai sama sekali atau tanpa manfaat apa-apa lagi karena
kondisi-kondisi tertentu. Beban dan kerugian kedua-duanya mengurangi pendapatan
tetapi disajikan terpisah dalam laporan laba rugi. Termasuk juga dalam hal ini
transaksi-transaksi yang mengurangi aset neto perusahaan yang buka beban-beban
atau pengembalian modal kepada pemilik.

3. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya diperlukan untuk menyampaikan dan meyajikandata biaya agar berguna
bagi manajemen dalam mencapai berbagai tujuannya. Sebelum memutuskan bagaimana
menghimpun dan mengalokasikan biaya dengan baik, manajemen dapat melakukan
pengklasifikasian biaya atas dasar :
1). Objek biaya
a. produk
b. departemen, dan lain lain
2). Perilaku biaya
3). Periode akuntansi
4). Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional

Berdasarkan Objek Biaya


Objek biaya merupakan suatu dasar yang digunakan untuk melakukan perhitngan biaya.
Oleh karena itu, dalam sebuah perusahaan terdapat banyak hal yang dijadikan sebagi objek
biaya di antaranya adalah objek biaya berdasarkan :
a. Produk
b. Jasa
c. Proyek
d. Konsumen
e. Merek
f. Aktivitas
g. Departemen
Mengingat begitu banyaknya objek biaya yang dapat digunakan oleh perusahaan, namun
yang paling umum dilakukan perusahaan adalah berdasarkan produk, separtemen dan
aktivitas. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi biaya berdasarkan produk dan departemen,
sedangkan untuk aktivitas akan dibahas pada bagian Activity Based Costing.

Berdasarkan Produk
Kegiatan manufaktur merupakan proses transformasi atas bahan-bahan menjadi barang
dengan menggunakan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Biaya biaya yang terjadi sehubungan
dengan kegiatan manufaktur ini disebut biaya produksi. Biaya ini diklasifikasikan dalam tiga
elemen utama sehubungan dengan produk yang dihasilkan, yaitu : bahan langsung, tenaga
kerja langsungdan overhead pabrik. Pengklasifikasian seperti ini diperlukan untuk tujuan
pengukuran laba dan penentuan harga pokok produk yang akurat atau tepat serta
pengendalian biaya.
Dalam bentuk pengklasifikasian yang lain bahan langsung dan tenaga kerja langsung
digabungkan atau dijumlahkan menjadi biaya utama yang merupakan biaya biaya yag secara
langsung berhubungan dengan produksi.

Penggabungan atau penjumlahan tenaga kerja langsung dan overhead disebut baiay
konversi yang merupakan biaya-biaya yang mengolah bahan langsung menjadi produk yang
selesai. Meskipun tenaga kerja langsung adalah bagian dari kedua klasifikasi tersebut,
perhitungan ganda bukan merupakan msalah, karena pengklasifikasian ini merupakan suatu
metode analisis untuk membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian,
bukan dimaksudkan untuk tujuan penentuan harga pokok.
Biaya bahan langsung merupakan biaya perolehan dari seluruh bahan langsung yang
menjadi bagian yang integral yang membentuk barang jadi, misalnya kayu yang dipakai
untuk membuat meja dan kursi. Di samping itu dibutuhkan juga bahan tidak langsung yaitu
semua bahan yang tidak dapat diidentifikasi dengan mudah dan ekonomis terhadap produk
yang selesai atau biasanya bukan merupakan baiay yang berarti dalam menghasilkan produk
tersebut. Biaya ini dikelompokkan sebagai elemen baiay overhead pabrik atau biaya produksi
tidak langsung, misalnya lem atau paku yang digunakan untuk membuat meja atau kursi
tersebut.
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja langsung yang
secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin ikut dalam proses produksi untuk
menghasilkan suatu produk atau barang jadi. Contoh –contoh dari tenaga kerja langsung
adalah pekerja-pekerja yang vertugas sebagai operator-operator mesin di pabrik atau yang
bertugas sebagai bagian pemotong kayu dalam membuat meja dan kursi. Biaya tenaga kerja
tidak langsung merupakan upah dari semua tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat
dalam memproduksi suatu produk. Biaya ini sulit dihubungkan dengan produk yang
dihasilkan, sebagai contoh adalah upah penjaga malam, mandor, gaji karyawan administrasi
pabrik, dan gaji karyawan bagian pemeliharaan. Biaya-biaya tenaga kerja langsung ini juga
dikelompokkan sebagai elemen biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak langsung
yang akan diuraikan berikut ini.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya untuk memproduksi suatu produk selain
dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Istilah lain untuk biaya ini adalah biaya
produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai dengan sifat biaya overhead pabrik yang terdiri atas
berbagai elemen-elemen biaya yang tidak dapat dibebankan secara langsung kepada satuan-
satuan, pekerjaan-pekerjaan atau produk-produk tertentu. Dengan demikian baiay-biaya tidak
langsung ini dihimpun dan dialokasikan kepada pekerjaan atau produk yang dihasilkan
melalui kelompok biaya yang disebut biaya overhead pabrik. Biaya ini lebih jauh dapat
diklasifikasikan dalam tiga unsur pokok:
 Bahan tidak langsung
 Tenaga kerja tidak langsung
 Biaya produksi tidak langsung lainnya, seperti : asuransi peralatan pabrik,
penyusutan peralatan pabrik, dan lain-lain.

Pengklasifikasian biaya berdasarkan produk diperlukan untuk tujuan penentuan harga


pokok produk, penetapan harga, pengukuran laba yang akurat serta untuk tujuan
pengendalian biaya. Bentuk pengklasifikasian lainnya adalah bahan baku langsung dan
tenaga kerja langsung dijumlahkan untuk menjadi biaya utama yang merupakan biaya-biaya
yangBiaya
secara langsung berhubungan
Tenaga
dengan produksi.
Biaya Bahan Biaya Utama
Kerja Langsung Baku Langsung
Penggabungan atau penjumlahan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik
disebut dengan biaya konversi yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan
baku menjadi barang jadi. Meskipun tenaga kerja langsung adalah bagian dari kedua
klasifikasi tersebut, perhitungan ganda bukan merupakan sebuah permasalahan karena
pengklasifikasian ini merupakan suatu metode analisis untuk membantu manajemen dalam
melaksanakan fungsi pengendalian, bukan dimaksudkan untuk tujuan penentuan harga
pokok.

Biaya Tenaga Biaya Overhead


Biaya Konversi
Kerja Langsung Pabrik

Berdasarkan Departemen
Dalam kategori biaya-biaya dikelompokkan menurut departemen – departemen atau
unit-unit organisasi yang lebih kecil dari suatu pabrik di mana biaya-biaya tersebutterjadi.
Pengelompokkan biaya seperti ini dapat membantu manajemen dalam menentukan harga
pokok produk yang lebih tepat, dan pada akhirnya dapat mengukur laba yang layak. Di
samping itu juga berguna dalam mengendalikan biaya pabrik, terutama biaya overhead
pabrik. Dalam perusahaan manufaktur terdapat dua jenis departemen atau bagian, sebagai
berikut :
1. Departemen Produksi, merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan manufaktur di
mana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas produk, baik dengan tangan
maupun dengan menggunakan mesin. Biaya yang terjadi dalam departemen ini
seluruhnya dibebankan secara langsung kepada produk yang bersangkutan. Jika dalam
suatu departeman terdapat dua jenis mesin yang berbeda atau lebih maka untuk
penentuan biaya produk yang tepar, departemen tersebut dapat dibagi menjadi
beberapa pusat biaya.
2. Departemen pendukung (service department), merupakan suatu unit organisasi yang
secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi. Departemen ini memberikan
jasanya kepada departemen-departemen lain dalam perusahaan, kepada departemen
produksi maupun departemen pendukung lainnya. Sebagai contoh dari departemen
pendukung adalah departemen pemeliharaan, utilitas, perencanaan dan pengendalian
produksi, upah dan gaji, akuntansi biaya, kafetaria, dan lain-lain. Semua biaya yang
terjadi dalam departemen ini dikelompokkan sebagai biaya overhead pabrik (factory
overhead). Sehubungan dengan pembebanan biaya overhead ke departemen
departemen manufaktur tersebut di atas kita dapat mengelompokkan biaya-biaya atas
beban departemen langsung (direct departmental charges) dan beban departemen
tidak langung (indirect departmental charges).
Beban departemen langsung adalah biaya biaya yang terjadi atau berasal dari suatu
departemen dan langsung dapat dibebankan pada masing masing departemen, baik
departemen produksi maupun departemen pendukung.
Beban departemen tidak langsung adalah biaya-biaya yang terjadi di mana manfaatnya
diterima secara bersama oleh beberapa departemen. sehingga biaya tersebut tidak dapat
dibebankan secara langsung pada masing masing departemen, tetapi dialokasikan dengan
menggunakan basis tertentu. Sebagai contoh sewa gedung, penyusutan gedung. dan listrik.
Biaya departemen tidak langsung ini dalam istilah yang lain disebut biaya gabungan
(common cost).

Perilaku Biaya
Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau volume
maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu biaya variabel (variable
cost), biaya tetap (fixed cost), dan biaya semi variabel (semi variable cost). Agar dapat
memudahkan manajemen dalam menyusun perencanaan atau anggaran operasi dan
mengendalikan biaya dengan baik maka untuk maksud tersebut biaya semi variabel harus
dipecah menjadi unsur variabel dan unsur tetap, kemudian digabungkan kepada biaya
variabel atau biaya tetap. Dengan demikian hanya terdapat dua jenis dari biaya, yaitu biaya
variabel dan biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dalam total berubah secara langsung dengan
adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, volume produksi ataupun volume penjualan
Di samping itu, biaya variabel mempunyai karakteristik umum yang lain di mana biaya per
unitnya tidak berubah. Contoh dari biaya-biaya produksi yang dapat didentifikasıkan sebagai
biaya variabel adalah biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, serta beberapa
elemen biaya overhead pabrik dan elemen biaya penjualan.
Gambar 2.1 Pola Perilaku Bahan Baku Langsung

Sebagai Biaya Variabel

Gambar 2.1 menggambarkan pola perilaku biaya bahan langsung yang berubah secara
proporsional terhadap adanya perubahan tingkat kegiatan atau output tertentu. Biaya bahan
langsung per unit barang jadi Rp1.000 pada tingkat 10.000 unit, maka total biaya bahan
langsung Rp10.000.000. Dengan menambah volume produksi 20% atau menjadi 12.000 unit
maka biaya langsung juga akan bertambah dengan proporsional sebesar 20% sehingga
menjadi Rp12.000.000.
Garis vertikal pada Gambar 2.1 menunjukkan biaya dalam rupiah, sedangkan garis
horizontal menunjukkan volume produksi. Garis lurus yang menunjukkan biaya variabel
dapat ditentukan dengan menarik garis dari titik nol yaitu pertemuan antara garis horizontal
dan garis vertikal ke titik-titik temu dari volume produksi dan total biaya bahan langsung
yang telah dipilih.
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total tetap tidak berubah dengan adanya
perubahan tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang relevan
atau dalam periode waktu tertentu. Biaya tetap per unit akan berubah dengan adanya
perubahan volume produksi. Dalam jangka panjang biaya tetap juga akan menjadi biaya
variabel.

Gambar 2.2 Pola Perilaku Biaya Tetap


Gambar 2.2 menunjukkan pola perilaku biaya tetap. Sebagai contoh batas-batas yang
relevan dari volume produksi adalah 30.000 unit sampai dengan 80.000 unit per tahun dengan
biaya sewa gudang Rp100.000.000. Jika produksi yang mungkin daput dilaksanakan oleh
perusahaan kurang dari30.000 unit, perusahaan dapat menyewa gedung yang lebih kecil,
dengan biaya sewa yang lebih rendah, misalnya Rp 60.000.000. Akan tetapi, bila berproduksi
di atas 80.000 unit maka biaya sewa akan meningkat menjadi Rp 120.000.000. Biaya tetap ini
dapat juga berubah pada periode waktu tau tahun berikutnya karena adanya perubahan dalam
syarat sewa menyewa.

Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung unsur tetap
dan unsur variabel. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya harus dipisah menjadi
elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel. Unsur tetap ini biasanya merupakan biaya
minimun yang harus dikeluarkan untuk jasa yang digunakan. Sebagai contoh dari biaya semi
variabel ini; biaya listrik, biaya telepon, biaya angkutan, dan lain-lain. Pembebanan atas biaya
listrik terdiri atas elemen tetap satu beban minimum dari daya (VA) yang harus dibayar tanpa
melihat adanya pemakaian dan elemen variabel yang akan dibebankan berdasarkan
pemakaian KWH yang tertera dalam alat meteran listrik dikali dengan tarif-tarif yang
ditentukan. Untuk mencari Biaya Semi variabel yaitu Biaya Tetap ditambah dengan Biaya
Variabel.

Gambar 2.3 Pola Perilaku Biaya Semi Variabel


Gambar 23 menunjukkan biaya listrik yang mempunyai karakteristik tetap dan variabel,
dengan asumsi biaya tetap (abodement) atas daya (VA) yang diambil sebesar 10.000 KVA
adalah Rp 40.000. Tarif atau harga per KWH pemakaian Rp 20. Apabila pada bulan ini
pemakaian sebesar 4.000 maka baya pemakaian (beban) yang merupakan unsur variabel
adalah 4.000 x Rp20 =Rp 20.000. Total biaya listrik yang harus dibayar berjumlah
Rp120.000.

Berdasarkan Periode Akuntansi


Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi, biaya-biaya
dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya tersebut dibebankan terhadap pendapatan.
Pengklasifikasian seperti ini berguna bagi manajemen dalam membandingkan beban beban
expenses) dengan pendapatan (revenues) secara layak dalam rangka penyusunan laporan
keuangan. Sehubungan dengan periode akuntansi ada dua kategori kelompok biaya sebagai
berikut.
Biaya Produk.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya poduksi yaitu bahan langsung,
tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya biaya ini pada saat terjadinya dicatat dan
dialokasikan sehagai persediaan (inventory), tetapi apabila terjadi penjualan atas persediaan
atau produk, maka biaya dari persediaan akan menjadi “harga/beban pokok penjualan”
(expenses) yang akan dibandingkan dengan pendapatan yang telah terealisir dari penjualan
tersebut.
Biaya Periode.
Biaya- biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan / produk tetapi berhubungan dengan
periode waktu atau periode akuntansi. Biaya periode ini bisa bermanfaat untuk memperoleh
pendapatan dalam beberapaperiode akuntansi dan ada juga yang memberi manfaat hanya
untuk periode akuntansi yang berjalan. Contoh biaya ini adalah biaya pemasaran dan biaya
administrasi.
Jika dihubungkan dengan manfaat yang diterima dari suatu pengeluaran, di mana biaya
yang dikeluarkan ini hanya bermanfaat untuk satu periode akuntansi, maka disebut
pengeluaran pendapatan (revenue espenditure) dan dicatat sebagai beban (expenses). Apabila
biaya ini memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi disebut pengeluaran modal
(capital expenditure) dan mula-mula dicatat sebagai aset dan berdasarkan berlalunya waktu
akan berubah menjadi beban. Contoh pengeluaran pendapatan adalah biaya perawatan mesin,
sedangkan contah untuk pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian gedung di
mana awalnya akan dicatat sebagai gedung (bagian dari aset tetap) dan secara bertahap
dibebankan melalui beban penyusutan gedung.
Kebijakan manajemen dalam bidang keuangan juga memengaruhi ketepatan kedua
pengelompokan dari biaya periode ini. Pertimbangannya tidak hanya berdasarkan pada masa
manfaatnya saja tetapi juga kepada besarnya jumlah pengeluaran. Manajemen juga
menetapkan batas jumlah pengeluaran tertentu (materiality) yang dapat dikategorikan sebagai
pengeluaran modal. Misalnya untuk pengeluaran Rp 500.000 atau lebih dicatat sebagai
pengeluaran modal dan untuk pengeluaran dibawah itu langsung dicatat sebagai beban
periode akuntansi berjalan.
Penyesuaian atas biaya periode ini dari aset menjadi beban karena berlalunya waktu atau
habis masa manfaatnya, biasanya terdapat pada biaya-biaya yang berhubungan dengan fungsi
penjualan dan fungsi administrasi sebagai contoh mengenai beban penyusutan gedung di atas.

Anda mungkin juga menyukai