Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AKUNTANSI BIAYA

“Konsep Biaya dan Laporan Keuangan”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

NAMA ANGGOTA :
1. Nada Fadia Hayya (1802106012)
2. Sherlyana Juwita Ningrum (1802106018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah akuntansi biaya tentang “Konsep Biaya dan Laporan Keuangan” ini
dengan baik walaupun masih banyak kekurangan didalamnya. Tidak lupa kami

1
ucapkan terimakasih kepada Ibu Farida Styaningrum, M.Pd. selaku Dosen
pengampu mata kuliah Akuntansi Biaya.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Konsep Biaya dan Laporan Keuangan. Kami
menyadari bahwa di dalam makalah masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan untuk
penyusunan makalah berikutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami dan dapat memberikan wawasan yang
lebih luas kepada pembaca. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun.

Madiun, 22 Maret 2021

Penyusun

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
RumusanMasalah
Tujuan
BAB II PEMBAHSAN

BAB III PENUTUP


A.Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar  Belakang
Pemahaman terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati
terhadap karakteristik dan transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen
laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan biaya namun sebaiknya tidak
dimasukkan sebagai komponen biaya. Karakteristik biaya dapat dipahami dengan
mengenali batasan atau pengertian yang berkaitan dengan biaya.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat
dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan
keuangan. Dalam makalah ini akan membahas tentang biaya yang sebagai dasar
pencatatan nilai dalam akuntansi pada tahap pembebanan. Konsep dasar yang
melandasi pembebanan biaya adalah konsep upaya dan hasil.
Atas dasar konsep tersebut biaya dapat dipisah menjadi dua yaitu : biaya yang
masih menjadi potensi jasa (melekat pada aktiva), dan biaya yang potensi jasanya
dianggap sudah habis dalam rangka menghasilkan pendapatan. Pembebanan biaya
satu periode akuntansi di dasarkan pada kriteria penentuan habisnya manfaat
biaya tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Biaya ?
2. Apakah Perbedaan antara Biaya dan Beban ?
3. Bagaimana Pengklasifikasian Biaya ?
4. Bagaimana Prosedur dalam Siklus Akuntansi Biaya ?
5. Bagaimana Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Biaya
2. Mengetahui Perbedaan antara Biaya dan Beban
3. Mengetahui Pengklasifikasian Biaya
4. Mengetahui Prosedur dalam Siklus Akuntansi Biaya
5. Mengetahui Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur
D.

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN BIAYA
Akuntansi biaya sebagai bidang khusus akuntansi merupakan sistem informasi
akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi biaya kepada manajemen
yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda.
Dalam mempelajari akuntansi biaya seyogyanya kita mempunyai pengertian
yang baik mengenai istilah biaya (cost) dan istilah –istilah lainnya yang berkaitan
erat dengan istilah ini agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman dan
penerapannya.
2. PERBEDAAN ANTARA BIAYA DAN BEBAN
Istilah biaya (cost) tidaklah sama dengen beban (expense) dan kerugian (loss).
Sering kali istilah-istilah ini digunakan dalam pengertian yang sama. Mengenai
perbedaan dari ketiga istilah ini dapat dilihat dari definisi yang dnyatakan atas
istilah-istilah tersebut sebagai berikut.
a. Biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan
untuk memperoleh barang / jasa yang berguna untuk masa yang akan
datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi.
Biasanya tercermin dalam laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset
(asset) perusahaan, misalnya pembelian mobil (kendaraan ) dengan harga
perolehan Rp 30.000.000 dan diperkirakan bermanfat selam lima tahun,
maka perusahaan dikatakan memiliki aset dengan biaya (cost) sebesar Rp
30.000.000. Oleh karena bermanfaat selama lima tahun, maka secara
proporsional biaya ini dialokasikan sebagai beban (expense) sebesar Rp
6.000.000 dalam periode akuntansi yang berjalan.
b. Beban (expense) merupakan biaya (cost) yang telah memberikan suatu
manfaat (expired cost), dan termasuk pula penurunan dalam aset atau
kenaikan dalam liabilitas sehubungan dengan penyerahan barang dan jasa
dalam rangka memperoleh pendapatan, serta pengeluaran-pengeluaran
yang hanya memberi manfaat untuk tahun buku yang berjalan.

5
Jika manfaat dari barang atau jasa itu diterima, maka biaya (cost) menjadi
beban (expense) atau dengan kata lain biaya (cost) yang telah habis masa
manfaatnya(expired) merupakan beban (expense), sedangkan biaya (cost)
yang manfaatnya masih akan diterima digolongkan sebagai set. Sebagai
contoh, asuransi yang dibayar di muka merupakan biaya dan disajikan
sebagai aset lancar dalam laporan posisi keuangan (neraca). Apabila
manfaatnya telah diterima atau habis karena berlalunya waktu maka akan
menjadi beban asuransi dan disajikan dalam laporan laba rugi.
c. Kerugian (lost) adalah biaya yang timbul ketika barang atau jasa diperoleh
pada hakikatnya tidak mempunyai nilai sama sekali atau tanpa manfaat
apa-apa lagi karena kondisi-kondisi tertentu. Beban dan kerugian kedua-
duanya mengurangi pendapatan tetapi disajikan terpisah dalam laporan
laba rugi. Termasuk juga dalam hal ini transaksi-transaksi yang
mengurangi aset neto perusahaan yang buka beban-beban atau
pengembalian modal kepada pemilik.

3. KLASIFIKASI BIAYA
Klasifikasi biaya diperlukan untuk menyampaikan dan meyajikandata biaya agar
berguna bagi manajemen dalam mencapai berbagai tujuannya. Sebelum
memutuskan bagaimana menghimpun dan mengalokasikan biaya dengan baik,
manajemen dapat melakukan pengklasifikasian biaya atas dasar :
1). Objek biaya
a. produk
b. departemen, dan lain lain
2). Perilaku biaya
3). Periode akuntansi
4). Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional

6
Berdasarkan Objek Biaya
Objek biaya merupakan suatu dasar yang digunakan untuk melakukan perhitngan
biaya. Oleh karena itu, dalam sebuah perusahaan terdapat banyak hal yang
dijadikan sebagi objek biaya di antaranya adalah objek biaya berdasarkan :
a. Produk
b. Jasa
c. Proyek
d. Konsumen
e. Merek
f. Aktivitas
g. Departemen
Mengingat begitu banyaknya objek biaya yang dapat digunakan oleh perusahaan,
namun yang paling umum dilakukan perusahaan adalah berdasarkan produk,
separtemen dan aktivitas. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi biaya berdasarkan
produk dan departemen, sedangkan untuk aktivitas akan dibahas pada bagian
Activity Based Costing.

Berdasarkan Produk
Kegiatan manufaktur merupakan proses transformasi atas bahan-bahan menjadi
barang dengan menggunakan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Biaya biaya yang
terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur ini disebut biaya produksi. Biaya
ini diklasifikasikan dalam tiga elemen utama sehubungan dengan produk yang
dihasilkan, yaitu : bahan langsung, tenaga kerja langsungdan overhead pabrik.
Pengklasifikasian seperti ini diperlukan untuk tujuan pengukuran laba dan
penentuan harga pokok produk yang akurat atau tepat serta pengendalian biaya.

7
Dalam bentuk pengklasifikasian yang lain bahan langsung dan tenaga
kerja langsung digabungkan atau dijumlahkan menjadi biaya utama yang
merupakan biaya biaya yag secara langsung berhubungan dengan produksi.

Penggabungan atau penjumlahan tenaga kerja langsung dan overhead


disebut baiay konversi yang merupakan biaya-biaya yang mengolah bahan
langsung menjadi produk yang selesai. Meskipun tenaga kerja langsung adalah
bagian dari kedua klasifikasi tersebut, perhitungan ganda bukan merupakan
msalah, karena pengklasifikasian ini merupakan suatu metode analisis untuk
membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian, bukan
dimaksudkan untuk tujuan penentuan harga pokok.
Biaya bahan langsung merupakan biaya perolehan dari seluruh bahan
langsung yang menjadi bagian yang integral yang membentuk barang jadi,
misalnya kayu yang dipakai untuk membuat meja dan kursi. Di samping itu
dibutuhkan juga bahan tidak langsung yaitu semua bahan yang tidak dapat
diidentifikasi dengan mudah dan ekonomis terhadap produk yang selesai atau
biasanya bukan merupakan baiay yang berarti dalam menghasilkan produk
tersebut. Biaya ini dikelompokkan sebagai elemen baiay overhead pabrik atau
biaya produksi tidak langsung, misalnya lem atau paku yang digunakan untuk
membuat meja atau kursi tersebut.
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja langsung
yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin ikut dalam proses
produksi untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi. Contoh –contoh dari
tenaga kerja langsung adalah pekerja-pekerja yang vertugas sebagai operator-
operator mesin di pabrik atau yang bertugas sebagai bagian pemotong kayu dalam
membuat meja dan kursi.

8
Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan upah dari semua tenaga
kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam memproduksi suatu produk. Biaya
ini sulit dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, sebagai contoh adalah upah
penjaga malam, mandor, gaji karyawan administrasi pabrik, dan gaji karyawan
bagian pemeliharaan. Biaya-biaya tenaga kerja langsung ini juga dikelompokkan
sebagai elemen biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak langsung yang
akan diuraikan berikut ini.
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya untuk memproduksi suatu
produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Istilah lain untuk
biaya ini adalah biaya produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai dengan sifat
biaya overhead pabrik yang terdiri atas berbagai elemen-elemen biaya yang tidak
dapat dibebankan secara langsung kepada satuan-satuan, pekerjaan-pekerjaan atau
produk-produk tertentu. Dengan demikian baiay-biaya tidak langsung ini
dihimpun dan dialokasikan kepada pekerjaan atau produk yang dihasilkan melalui
kelompok biaya yang disebut biaya overhead pabrik. Biaya ini lebih jauh dapat
diklasifikasikan dalam tiga unsur pokok:
 Bahan tidak langsung
 Tenaga kerja tidak langsung
 Biaya produksi tidak langsung lainnya, seperti : asuransi peralatan
pabrik, penyusutan peralatan pabrik, dan lain-lain.

Pengklasifikasian biaya berdasarkan produk diperlukan untuk tujuan


penentuan harga pokok produk, penetapan harga, pengukuran laba yang akurat
serta untuk tujuan pengendalian biaya. Bentuk pengklasifikasian lainnya adalah
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dijumlahkan untuk menjadi biaya
utama yang merupakan biaya-biaya yang secara langsung berhubungan dengan
produksi.

Biaya Tenaga Biaya Bahan Biaya Utama


Kerja Langsung Baku Langsung

9
Penggabungan atau penjumlahan biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik disebut dengan biaya konversi yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Meskipun tenaga
kerja langsung adalah bagian dari kedua klasifikasi tersebut, perhitungan ganda
bukan merupakan sebuah permasalahan karena pengklasifikasian ini merupakan
suatu metode analisis untuk membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, bukan dimaksudkan untuk tujuan penentuan harga pokok.

Biaya Tenaga Biaya Overhead


Biaya Konversi Kerja Langsung Pabrik

Berdasarkan Departemen
Dalam kategori biaya-biaya dikelompokkan menurut departemen –
departemen atau unit-unit organisasi yang lebih kecil dari suatu pabrik di mana
biaya-biaya tersebutterjadi.
Pengelompokkan biaya seperti ini dapat membantu manajemen dalam
menentukan harga pokok produk yang lebih tepat, dan pada akhirnya dapat
mengukur laba yang layak. Di samping itu juga berguna dalam mengendalikan
biaya pabrik, terutama biaya overhead pabrik. Dalam perusahaan manufaktur
terdapat dua jenis departemen atau bagian, sebagai berikut :
1. Departemen Produksi, merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan
manufaktur di mana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas
produk, baik dengan tangan maupun dengan menggunakan mesin. Biaya
yang terjadi dalam departemen ini seluruhnya dibebankan secara langsung
kepada produk yang bersangkutan. Jika dalam suatu departeman terdapat
dua jenis mesin yang berbeda atau lebih maka untuk penentuan biaya
produk yang tepar, departemen tersebut dapat dibagi menjadi beberapa
pusat biaya.

10
2. Departemen pendukung (service department), merupakan suatu unit
organisasi yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi.
Departemen ini memberikan jasanya kepada departemen-departemen lain
dalam perusahaan, kepada departemen produksi maupun departemen
pendukung lainnya. Sebagai contoh dari departemen pendukung adalah
departemen pemeliharaan, utilitas, perencanaan dan pengendalian
produksi, upah dan gaji, akuntansi biaya, kafetaria, dan lain-lain. Semua
biaya yang terjadi dalam departemen ini dikelompokkan sebagai biaya
overhead pabrik (factory overhead). Sehubungan dengan pembebanan
biaya overhead ke departemen departemen manufaktur tersebut di atas kita
dapat mengelompokkan biaya-biaya atas beban departemen langsung
(direct departmental charges) dan beban departemen tidak langung
(indirect departmental charges).
Beban departemen langsung adalah biaya biaya yang terjadi atau berasal
dari suatu departemen dan langsung dapat dibebankan pada masing masing
departemen, baik departemen produksi maupun departemen pendukung.
Beban departemen tidak langsung adalah biaya-biaya yang terjadi di mana
manfaatnya diterima secara bersama oleh beberapa departemen. sehingga biaya
tersebut tidak dapat dibebankan secara langsung pada masing masing departemen,
tetapi dialokasikan dengan menggunakan basis tertentu. Sebagai contoh sewa
gedung, penyusutan gedung. dan listrik. Biaya departemen tidak langsung ini
dalam istilah yang lain disebut biaya gabungan (common cost).

Perilaku Biaya
Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau
volume maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu biaya
variabel (variable cost), biaya tetap (fixed cost), dan biaya semi variabel (semi
variable cost). Agar dapat memudahkan manajemen dalam menyusun
perencanaan atau anggaran operasi dan mengendalikan biaya dengan baik maka
untuk maksud tersebut biaya semi variabel harus dipecah menjadi unsur variabel
dan unsur tetap, kemudian digabungkan kepada biaya variabel atau biaya tetap.

11
Dengan demikian hanya terdapat dua jenis dari biaya, yaitu biaya variabel dan
biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dalam total berubah secara langsung
dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, volume produksi ataupun
volume penjualan Di samping itu, biaya variabel mempunyai karakteristik umum
yang lain di mana biaya per unitnya tidak berubah. Contoh dari biaya-biaya
produksi yang dapat didentifikasıkan sebagai biaya variabel adalah biaya bahan
langsung dan biaya tenaga kerja langsung, serta beberapa elemen biaya overhead
pabrik dan elemen biaya penjualan.

Gambar 2.1 Pola Perilaku Bahan Baku Langsung

Sebagai Biaya Variabel

12
Gambar 2.1 menggambarkan pola perilaku biaya bahan langsung yang
berubah secara proporsional terhadap adanya perubahan tingkat kegiatan atau
output tertentu. Biaya bahan langsung per unit barang jadi Rp1.000 pada tingkat
10.000 unit, maka total biaya bahan langsung Rp10.000.000. Dengan menambah
volume produksi 20% atau menjadi 12.000 unit maka biaya langsung juga akan
bertambah dengan proporsional sebesar 20% sehingga menjadi Rp12.000.000.
Garis vertikal pada Gambar 2.1 menunjukkan biaya dalam rupiah, sedangkan
garis horizontal menunjukkan volume produksi. Garis lurus yang menunjukkan
biaya variabel dapat ditentukan dengan menarik garis dari titik nol yaitu
pertemuan antara garis horizontal dan garis vertikal ke titik-titik temu dari volume
produksi dan total biaya bahan langsung yang telah dipilih.
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total tetap tidak berubah dengan
adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat
kegiatan yang relevan atau dalam periode waktu tertentu. Biaya tetap per unit
akan berubah dengan adanya perubahan volume produksi. Dalam jangka panjang
biaya tetap juga akan menjadi biaya variabel.

Gambar 2.2 Pola Perilaku Biaya Tetap

13
Gambar 2.2 menunjukkan pola perilaku biaya tetap. Sebagai contoh batas-
batas yang relevan dari volume produksi adalah 30.000 unit sampai dengan
80.000 unit per tahun dengan biaya sewa gudang Rp100.000.000. Jika produksi
yang mungkin daput dilaksanakan oleh
perusahaan kurang dari30.000 unit, perusahaan dapat menyewa gedung yang lebih
kecil, dengan biaya sewa yang lebih rendah, misalnya Rp 60.000.000. Akan
tetapi, bila berproduksi di atas 80.000 unit maka biaya sewa akan meningkat
menjadi Rp 120.000.000. Biaya tetap ini dapat juga berubah pada periode waktu
tau tahun berikutnya karena adanya perubahan dalam syarat sewa menyewa.

Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung


unsur tetap dan unsur variabel. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya
harus dipisah menjadi elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel. Unsur tetap
ini biasanya merupakan biaya minimun yang harus dikeluarkan untuk jasa yang
digunakan. Sebagai contoh dari biaya semi variabel ini; biaya listrik, biaya
telepon, biaya angkutan, dan lain-lain. Pembebanan atas biaya listrik terdiri atas
elemen tetap satu beban minimum dari daya (VA) yang harus dibayar tanpa
melihat adanya pemakaian dan elemen variabel yang akan dibebankan
berdasarkan pemakaian KWH yang tertera dalam alat meteran listrik dikali
dengan tarif-tarif yang ditentukan. Untuk mencari Biaya Semi variabel yaitu
Biaya Tetap ditambah dengan Biaya Variabel.

Gambar 2.3 Pola Perilaku Biaya Semi Variabel

14
Gambar 23 menunjukkan biaya listrik yang mempunyai karakteristik tetap
dan variabel, dengan asumsi biaya tetap (abodement) atas daya (VA) yang diambil
sebesar 10.000 KVA adalah Rp 40.000. Tarif atau harga per KWH pemakaian Rp
20. Apabila pada bulan ini pemakaian sebesar 4.000 maka baya pemakaian
(beban) yang merupakan unsur variabel adalah 4.000 x Rp20 =Rp 20.000. Total
biaya listrik yang harus dibayar berjumlah Rp120.000.

Berdasarkan Periode Akuntansi


Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi, biaya-
biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya tersebut dibebankan
terhadap pendapatan. Pengklasifikasian seperti ini berguna bagi manajemen dalam
membandingkan beban beban expenses) dengan pendapatan (revenues) secara
layak dalam rangka penyusunan laporan keuangan. Sehubungan dengan periode
akuntansi ada dua kategori kelompok biaya sebagai berikut.
Biaya Produk.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya poduksi yaitu
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya biaya ini pada
saat terjadinya dicatat dan dialokasikan sehagai persediaan (inventory), tetapi
apabila terjadi penjualan atas persediaan atau produk, maka biaya dari persediaan
akan menjadi “harga/beban pokok penjualan” (expenses) yang akan dibandingkan
dengan pendapatan yang telah terealisir dari penjualan tersebut.
Biaya Periode.
Biaya- biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan / produk tetapi
berhubungan dengan periode waktu atau periode akuntansi. Biaya periode ini bisa
bermanfaat untuk memperoleh pendapatan dalam beberapaperiode akuntansi dan
ada juga yang memberi manfaat hanya untuk periode akuntansi yang berjalan.
Contoh biaya ini adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi.
Jika dihubungkan dengan manfaat yang diterima dari suatu pengeluaran, di
mana biaya yang dikeluarkan ini hanya bermanfaat untuk satu periode akuntansi,
maka disebut pengeluaran pendapatan (revenue espenditure) dan dicatat sebagai
beban (expenses). Apabila biaya ini memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi disebut pengeluaran modal (capital expenditure) dan mula-mula dicatat
sebagai aset dan berdasarkan berlalunya waktu akan berubah menjadi beban.

15
Contoh pengeluaran pendapatan adalah biaya perawatan mesin, sedangkan contah
untuk pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian gedung di mana
awalnya akan dicatat sebagai gedung (bagian dari aset tetap) dan secara bertahap
dibebankan melalui beban penyusutan gedung.
Kebijakan manajemen dalam bidang keuangan juga memengaruhi ketepatan
kedua pengelompokan dari biaya periode ini. Pertimbangannya tidak hanya
berdasarkan pada masa manfaatnya saja tetapi juga kepada besarnya jumlah
pengeluaran. Manajemen juga menetapkan batas jumlah pengeluaran tertentu
(materiality) yang dapat dikategorikan sebagai pengeluaran modal. Misalnya
untuk pengeluaran Rp 500.000 atau lebih dicatat sebagai pengeluaran modal dan
untuk pengeluaran dibawah itu langsung dicatat sebagai beban periode akuntansi
berjalan.
Penyesuaian atas biaya periode ini dari aset menjadi beban karena berlalunya
waktu atau habis masa manfaatnya, biasanya terdapat pada biaya-biaya yang
berhubungan dengan fungsi penjualan dan fungsi administrasi sebagai contoh
mengenai beban penyusutan gedung di atas.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Dari uraiandiatasmakadapatdiambilkesimpulanbahwaAkuntansi biaya
adalah bagian dari akuntansi manajemen dimana merupakan salah satu
dari bidang khusus akuntansi yang menekankan pada penentuan dan
pengendalian biaya. Bidang ini terutama berhubungan dengan biaya-biaya
untuk memproduksi suatu barang, hingga saat ini masih banyak orang
yang beranggapan bahwa akuntansi biaya hanya dapat diterapkan padahal
bidang manufaktur saja padahal kenyataannya hampir setiap jenis bidang
usaha dapat memperoleh manfaat dari akuntansi
biaya.Tujuanakuntansibiayayaituuntukpenentuanhargapokok,

16
perencanaanbiaya, pengendalianbiaya,
dasaruntukpengambialankeputusankhusus.
Hubungan akuntansi biaya dengan akuntansi keuangan tercermin pada
tujuan akuntansi biaya untuk penentuan harga pokok produk dan sekaligus
menentukan nilai persediaan

17
DaftarPustaka

Dunia, Firdaus A dan Abdullah, Wasillah. 2012. AkuntansiBiaya


.Jakarta .SalembaEmpat

18

Anda mungkin juga menyukai