Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TEORI AKUNTANSI
KONSEP BIAYA

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Teori Akuntansi

Dosen Pengampu : Suhesti Ningsih, SE., MM

Disusun Oleh :
Dedi Irawan Putra (2020SA123)
Dhiya Fadhila Sya’ban (2019SA040)
Eka Ayu Novitasari (2019SA048)

INSTITUT TEKNOLOGI BISNIS AAS INDONESIA


TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, yang atas rahmat
dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.

Makalah ini merupakan hasil dari tugas kelompok bagi para mahasiswa, untuk
belajar dan mempelajari lebih lanjut tentang Konsep Biaya pada Mata Kuliah Teori
Akuntansi. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk menumbuhkan proses belajar mandiri
kepada mahasiswa, agar kreativitas dan penguasaan materi kuliah dapat optimal sesuai
dengan yang diharapkan.

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam


mengetahui tentang Konsep Biaya pada Mata Kuliah Teori Akuntansi.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa menjadi sahabat dalam belajar
untuk meraih prestasi yang gemilang. Kritik dan saran dari dosen pengampu mata kuliah
dan juga teman-teman sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan dalam
belajar pada masa mendatang.

Sukoharjo, 09 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................. 2

C. Batasan Masalah............................................................................................... 2

D. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A. Pengertian Biaya............................................................................................... 3

B. Pengakuan Biaya............................................................................................... 6

C. Basis Asosiasi................................................................................................... 8

D. Penyajian Biaya................................................................................................ 13

BAB III PENUTUP............................................................................................... 14

KESIMPULAN..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asset sebagai potensi jasa atau manufaktur ekonomik direpresentasi dengan


kos sebagai penguantifikasi besar-kecilnya (magnituda) potensi tersebut. Kos sebagai
bahan olah akuntansi akan mengalami tiga tahap perlakuan yaitu pengukuran,
penelusuran, dan pembebanan. Oleh karena itu, secara konseptual dan atas dasar
konsep kontinuitas usaha, kos akan diperlakukan mula-mula sebagai asset dan baru
kemudian diperlakukan sebagai beban pendapatan atau biaya. Akan tetapi, operasi
perusahaan pada umumnya merupakan usaha berlanjut yang kompleks dan yang
menuntut pemerolehan potensi jasa bukan untuk jangka pendek melainkan jangka
panjang sehingga jasa tersebut tidak akan segera habis dalam waktu singkat. Jadi,
secara konseptual kos diperlakukan dahulu sebagai asset dan baru kemudian sebagai
biaya.
Dengan landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil,
masalah teoritis dalam tahap pembebanan adalah pemecahan aliran kos yang telah
diakui sebagai asset yang menjadi bagian yang merupakan biaya periode berjalan
dalam rangka penentuan laba periodic dan bagian yang baru akan menjadi biaya dalam
perioda-perioda berikutnya.
Pemahaman terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati
terhadap karekteristik dari transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen laporan
lain yang sifatnya hamper sama dengan biaya namun sebaiknya tidak dimasukkan
sebagai komponen biaya. Karekteristik biaya dapat dipahami dengan mengenali
batasan atau pengertian yang berkaian dengan biaya. Dengan pemahaman seperti ini,
transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat dengan mudah diidetifikasi sehinnga
dapat disajikan dengan benar dalam laporan keuangan. Dalam makalah ini akan
membahas tentang cost yang sebagai dasar pencatatan nilai dalam akuntansi pada
tahap pembebanan. Konsep dasar yang melandasi pembebanan cost adalah konsep
upaya dan hasil (efforts and accomplishment). Atas dasar konsep tersebut cost dapat
dipisah menjadi dua yaitu: cost yang masih menjadi potensi jasa (melekat pada
aktiva), dan cost yang potensi jasanya dianggap sudah habis dalam rangka
menghasilkan pendapatan. Pembebanan cost satu periode akuntansi di dasarkan pada

1
kreteria penentuan habisnya manfaat cost tersebut. Apakah manfaat cost habis dalam
rangka penyerahan produk/jasa, atau sering disebut dengan biaya (expenses). Kedua,
apakah manfaat cost habis karena sebab lain, yang digolongkan sebagai rugi (losses),
dalam makalah ini akan mengutip tentang masalah manfaat cost yang yang
kemungkinan bias disebut biaya dan juga bias disebut rugi, yang semua itu tergantung
pada masa manfaat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian biaya menurut standar akuntansi?
2. Bagaimana pengakuan atas terjadinya biaya?
3. Bagaimana basis asosiasi dalam biaya?
4. Bagaimana penyajian biaya dalam laporan keuangan?

C. Batasan Masalah
Dalam makalah ini dibatasi hanya akan membahas masalah mengenai :
1. Pengertian Biaya
2. Basis Asosiasi dalam Biaya
3. Penyajian Biaya dalam Laporan Keuangan

D. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian biaya;
2. Untuk mengetahui dan memahami pengakuan atas terjadinya transaksi biaya;
3. Untuk mengetahui dan memahami basis asosiasi didalam biaya;
4. Untuk mengetahui dan memahami penyajian biaya dalam laporan keuangan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Biaya

Pengertian biaya tidak dapat dipisahkan dengan pengertian kos dan asset dan
juga rugi(loss). Pembahasan tersebut hanya menyebutkan bahwa bila kos tidak
memenuhi difinisi asset ( dapat ditangguhkan pembebanannya terhadap pendapatan),
kos tersebut dapat masuk sebagai biaya atau rugi. Dalam SFAC No. 6, FASB
mendefinisi biaya(expenses) dan rugi (losses)sebagai berikut:
Expenses are outflows or other using up of assets or incurrence of liabilities (or
combination of both) from delivering or producing goods, rendering services, or
carrying out other activities that constitute the entity’s ongoing major or central
operations (prg.80);
Losses are decreases in equities (net assets) from peripheral or incidental
transactions of an entity and from all other transactions and other event and
circumstances affecting the entity except those that result from expenses or
distribution to owners (prg.83).
Kalau kewajiban merupakan bayangan cermin asset, definisi biaya oleh FASB di
atas merupakan lawan atau kebalikan dari definisi pendapatan. Pendapatan arahnya
masuk sedangakan biaya arahnya keluar kesatuan usaha. APB juga mendefinisi biaya
sebagai kebalikan pendapatan sebagai berikut (APBN statement No. 4, prg. 134):
Expenses – gross decreases in assets or gross increases in liabilities recognized
and measured in conformity with generally accepted accounting principles that result
from those types of profit-directed activities of an enterprise that can change owners’
equity.
APB selanjutnya menjelaskan bahwa seperti pendapatan, biaya timbul hanya
dalam kaitannya dengan kegiatan penciptaan laba yang mengakibatkan perubahan
ekuitas. IAI (IASC) mendefinisi biaya dalam standar Akuntansi Keuangan
(2002)sebagai berikut:
Expenses are decreases in economic benefits during the accounting period in the
form of outflows or depletions of asets or incurrences of liabilities that result in
decrases in equity, other than those relating to equity participants (hlm.17).

3
Dari berbagai sumber di atas dan sebagai lawan dari pendapatan, terdapat dua
karakteristik penting yang melekat pada makna biaya yaitu:
1. Aliran keluar atau penurunan asset (outflow of assets, gross decrases in assets,
decreases in economic benefitd, using up of assets, consumption of assets, use of
economic services, expired costs, applicable costs to current period).
2. Akibat kegiatan yang membentuk operasi utama yang menerus (ongoing major
operations, profit-directed activities, for the purpose of generating revenues,
creation of revenues, earning activities).

Selain dua karakteristik utama di atas, terdapat karakteristik lain yang bersifat sebagai
konsekuensi, pendukung, atau penjelas. Karakteristik utama dan pendukung dibahas
berikut ini:
1. Penurunan Aset
Untuk dapat mengatakan bahwa biaya timbul, harus terjadi transaksi atau kejadian
yang menurun asset atau menimbulkan aliran keluar asset atau sumber ekonomik.
Asset dalam hal ini harus diartikan sebagai semua asset perusahaan sebagai satu
kesatuan (bukan hanya asset tertentu misalnya sediaan bahan baku). Pemakaian
bahan baku untuk pembuatan produk tidak dapat disebut sebagai biaya kalau
produk tersebut belum terjual (keluar dari kesatuan usaha) karena kalau produk
belum terjual belum terjadi penurunan asset. Yang terjadi hanyalah perubahan
bentuk asset sebagai potensi jasa.
2. Operasi Utama yang Menerus
Tidak semua penurunan atau konsumsi asset membentuk biaya. Agar menjadi
biaya konsumsi tersebut harus berkaitan dengan kegiatan utama atau sentral
kesatuan usaha. Yang dimaksud dengan kegiatan utama adalah kegiatan
penciptaan pendapatan (laba) yang direpresentasi dalam kegiatan memproduksi /
mengirim barang atau menyerahkan/ melaksanakan jasa. Karena dianggap bahwa
perusahaan ingin mendapatkan dan mengukur laba dengan tepat, harus ada kaitan
yang logis antara biaya dan pendapatan.
3. Kenaikan Kewajiban
Semua badan autoritatif mendefinisi biaya tidak hanya dari sudut penurunan asset
tetapi juga dari kenaikan kewajiban. Alasannya adalah agar makna biaya cukup
luas untuk mencakupi pula pos-pos yang timbulkan dalam penyesuaian akhir
tahun.

4
4. Penurunan Ekuitas
Definisi APB dan IAI secara eksplisit menyebutkan bahwa penurunan asset
akhirnya akan mengubah ekuitas (can change owners’equity) atau menurunkan
ekuitas (result in decrases in equity). Pendefinisian ini sebenarnya menegaskan
bahwa akuntansi menganut konsep kesatuan usaha sehingga ekuitas secara
konseptual adalah utang perusahaan kepada pemilik. Bila ekuitas akhirnya tidak
terpengaruh, jelas turunnya asset bukan merupakan biaya.
5. Aliran Fisis atau Moneter
Tampaknya FASB memisahkan antara pengertian biaya dan pengukuran biaya.
Bahwa biaya timbul dari penyerahan atau produksi barang (from delivering or
producing goods) atau dari pelaksanaan  jasa (rendering servise) memberi isyarat
bahwa FASB memaknai biaya (penurunan asset) sebagai kejadian fisis (physical
event). Bila asset diganti dengan barang dan jasa ( seperti disarankan Kam), aliran
tersebut jelas menunjukkan aliran fisis. Untuk mencapai makna semantic biaya
yang tepat, Kam (1990) menggabungkan berbagai makna yang dikandung oleh
berbagai definisi dan mengusulkan pendefinisian biaya.
6. Rugi
Seperti halnya untung, argument yang diajukan untuk menjawab perlu atau
tidaknya biaya dibedakan dengan rugi. FASB memfokuskan pengertian biaya
hanya untuk penurunan asset yang berkaitan dengan operasi utama atau sentral.
Sebagai lawan makna untung, kata-kata kunci yang melekat pada pengertian rugi
adalah:
1) Penurunan ekuitas (asset bersih).
2) Transaksi peripheral atau incidental.
3) Selain apa yang didefinisikan sebagai biaya atau selain distribusi ke pemilik.
Seperti untung, dari tiga karakteristik diatas, yang paling membedakan rugi
dengan biaya adalah karakteristik. Karakteristik sebenarnya juga karakteristik
biaya tetapi dipandang dari sudut pengaruh akhir yaitu menurunkan ekuitas.
Seperti untung, rugi dapat merupakan jumlah kotor atau jumlah bersih.
Karakteristik juga merupakan karakteristik biaya karena biaya harus berkaitan
dengan operasi dalam arti luas dan bukan dengan kegiatan pendanaan.

5
B. Pengakuan Biaya
Pengakuan biaya tidak dibedakan dengan pengakuan rugi. Pengakuan menyakut
masalah kriteria pengakuan (recognition criteria) yaitu apa yang harus dipenuhi agar
penurunan nilai asset yang memenuhi definisi biaya atau rugi dapat diakui dan
masalah saat pengakuan (recognition rules atau timing) yaitu peristiwa atau kejadian
apa yang menandai bahwa kriteria pengakuan telah dipenuhi. Tidak seperti pendapatan
atau untung, biaya dan rugi tidak mengalami masalah pembentukan dan realisasi.
1. Kriteria Pengakuan Biaya atau rugi pada umumnya diakui bilamana salah
satu dari dua kriteria berikut dipenuhi (SFAC No. 5, prg. 85):
a. Konsumsi manfaat (consumption of benefits) Biaya atau rugi diakui bilamana
manfaat ekonomik yang dikuasai suatu entitas telah dimanfaatkan atau
dikonsumsi dalam pengiriman atau pembuatan barang, penyerahan atau
pelaksanaan jasa, atau kegiatan lain yang merepresentasi operasi utama atau
sentral entitas tersebut.
b. Lenyapnya atau berkurangnya manfaat masa datang (loss or lack of future
benefits). Biaya atau rugi diakui bilamana asset yang telah diakui sebelumnya
diperkirakan telah berkurang manfaat ekonomiknyan atau tidak lagi
mempunyai manfaat ekonomik.
2. Kaidah atau Saat Pengakuan
Kejadian (event) apa yang menandai bahwa salah satu dari kriteria di atas telah
dipenuhi? Dengan kata lain, kapan dan bagaimana jumlah rupiah biaya yang
diperkirakan telah menghasilkan pendapatan diakui? Sebagai pedoman bagi
penyusun standar atau manajemen (kebijakan akuntansi perusahaan), perlu
dirumuskan pedoman umum saat pengakuan di tingkat rerangka konseptual.
3. Konsumsi Manfaat
Konsumsi manfaat ekonomik selama suatu perioda dapat diakui langsung pada
saat terjadinya atau diakui bersamaan dengan pengakuan pendapatan yang
berkaitan. Berbagai jenis atau pos biaya menghendaki cara pengakuan yang
berbeda.
4. Lenyapnya atau Berkurangnya Manfaat Masa Datang
Biaya atau rugi diakui bila telah menjadi nyata atau jelas bahwa manfaat
ekonomik masa datang suatu asset yang diakui sebelumnya telah berkurang atau
lenyap atau bahwa kewajiban timbul atau bertambah tanpa adanya manfaat.

6
5. Kaidah Pengakuan APB
Kaidah pengakuan di atas sebenarnya dilandasi oleh basis asosiasi yang oleh APB
disebut sebagai  prinsip pengakuan biaya pervasive atau luas (pervasive expense
recognition principles).
6. Hubungan Kos dan Biaya
Beberapa sumber mendefinisi biaya dalam kaitannya dengan pengertian kos
karena memang biaya tidak dapat dipisahkan dengan kos. Akan tetapi, kos tidak
selalu dapat disebut biaya karena kos dapat juga merepresentasi asset. Dengan kos
sebagai pengukur, kriteria konsumsi manfaat dan kelenyapan manfaat dapat
dinyatakan dalam bentuk keterbatasan kos (cost expiration). 
7. Proses dan Konsep Penandingan
Proses penandingan adalah proses penentuan laba dengan mengukur atau menakar
dahulu pendapatan untuk suatu perioda dan barulah kemudian menentukan biaya
yang berkaitan dengan pendapatan tersebut. Konsep atau prinsip penandingan
adalah dasar pemikiran untuk menghubungkan pendapatan dan biaya sehingga
laba yang dihasilkan lebih bermakna. Prinsip penandingan menjadi suatu
kebutuhan (necessity) dalam akuntansi.
8. Kelayakan Ekonomik
Penandingan yang tepat harus didasarkan pada kelayakan ekonomik dan bukan
fisis. Memang penandingan menuntut identifikasi konsumsi manfaat asset atau
jasa secara fisis tetapi nilai asset atau jasa yang dikonsumsi juga harus ditentukan
secara tepat dengan memperhatikan kondisi yang melingkupinya. Oleh karena itu,
dasar penandingan yang paling utama adalah kelayakan ekonomik (economic
reasonanbleness) bukannya dasar aliran fisis semata-mata.
9. Menandingkan Bukan Mengkompensasi
Ada kalanya biaya komisi penjualan, biaya angkut pengiriman barang (ekspedisi),
dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan transaksi penjualan dikurangkan
langsung terhadap hasil penjualan dan hanya jumlah rupiah netonya dicatat dalam
akun penjualan dan penjualan dilaporkan sebesar jumlah netonya. Perlakuan
semacam ini secara teoritis tidak layak. Karena karakteristik yang berbeda, upaya
harus dipisahkan dengan hasil. Semua kos yang mempresentasi upaya harus tetap
dicatat sebagai kos (atau biaya kalau langsung dibebankan). Sebaliknya, seluruh
hasil penjualan produk harus dicatat seluruhnya secara utuh sebagai pendapatan.

7
C. Basis Asosiasi
Dalam rangka menghubungkan biaya dan biaya, perlu dipertimbangkan basis asosiasi
yang menggambarkan penandingan yang secara ekonomik layak. Berbagai basis
asosiasi dibahas berikut ini:
1. Asosiasi Sebab Akibat
Konsep upaya dan capaian menyatakan bahwa biaya merupakan upaya dalam
rangka mendapatkan capaian berupa pendapatan. Ini berarti ada hubungan sebab
akibat antara biaya dan pendapatan. Oleh karena itu, basis penandingan yang
paling masuk akal adalah sebab akibat. Walaupun basis ini lebih merupakan
asumsi daripada kenyataan karena dalam banyak hal sulit untuk dibuktikan secara
menyakinkan bahwa biaya menyebabkan pendapatan. Walaupun demikian,
hubungan sebab akibat mempunyai validitas karena pengamatan terhadap operasi
perusahaan pada umumnya menunjukkan bahwa pendapatan tidak akan terjadi
tanpa penyerahan barang atau jasa. Dalam hal perusahaan pemanufakturan,
produk fisis dapat digunakan sebagai sarana atau takaran hubungan sebab akibat.
Bila penyerahan 800 unit produk (dengan kos  Rp 10.800) mendatangkan
prndapatan Rp 15.000, dapat dikatakan penyerahan produk tersebut menyebabkan
pendapatan. Dalam hal ini, kos yang harus ditandingkan dengan pendapatan (yang
menjadi biaya) adalah seluruh kos potensi jasa yang melekat pada produk yang
telah terjual yang mendatangkan pendapatan (sales revenues). Secara umum dapat
dikatakan bahwa semua kos produksi yang wajar dan perlu harus dilekatkan pada
unit produk dan baru diakui sebagai biaya pada saat produk tersebut terjual.
Penandingan sebab-akibat semacam ini disebut penandingan langsung (direct
matching) dan untuk perusahaan pemanufakturan penandingan langsung seperti
itu disebut dengan penandingan produk (product matching).  Paton dan Littleton
(1970) menyatakan dasar ini adalah yang paling ideal ini menuntut bahwa semua
potensi jasa (termasuk kos administrative dan penjualan) tergabung menjadi satu
dan melekat pada produk (menjadi kos produk).
2. Identifikasi Kos Produk
Karena produk terjual merupakan takaran penandingan, Kos produk akan dipecah
menjadi dua komponen yaitu Kos produk yang telah terjual dan Kos produk yang
belum terjual dan masih menjadi aset perusahaan. Kos yang melekat pada produk
terjual akan langsung dibebankan sebagai biaya. Kos sdiaan baru dibebankan
sebagai biaya kalau produk telah terjual. Masalah teknik yang timbul adalah tidak

8
semua Kos potensi jasa dapat dengan mudah dikaitkan dengan unit produk.
Demikian juga, tidak semua unsur Kos produksi dapat secara langsung dikaitkan
dengan unit fisis produk atau dengan suatu angkatan produksi. Dalam hal
penjualan angsuran, yang mengakui pendapatan dalam suatu periode hanya
sebesar kas yang diterima, penandingan langsung atas dasar sebab-akibat
mengalami kesulitan teknis untuk menentukan Kos yang dianggap telah
menghasilkan penerimaan tersebut. Dengan kata lain, tidak ada dasar yang cujkup
teliti untuk memecah Kos kedalam bagian yang telah menjadi sebab. Dalam hal
tertenti pemecah tersebut menjadi sangat arbitrer sehingga penandingan langsung
tidak mudah diterapkan untuk penjualan angsuran.
3. Produk Usang atau Musiman
Masalah lain yang berkaitan dengan penandingan atas dasar sebab-akibat adalah
adanya produk musiman yang tidak laku dijual. Persoalanya adalah apakah Kos
produk musiman yan tidak terjual merupakan sebab ( sebagai biaya ) atau bukan
(sebagai rugi ). Dalam keadaan yang khusus sebagai Kos sediaan barang yang
tidak terjual dalam suatu periode secara logis dapat dijadikan komponen Kos
barang terjual. Sebagai contoh, suatu toko pakaian musiman harus menyediakan
berbagai ukuran dan warna yan cukup banyak untuk memenuhi selera konsumer
dengan konsekuensi yang tidak terhindarkan dan cukup pasti bahwa sebagian dari
sediaan pakaian jadi tersebut tidak akan laku terjual pada akhir musim tertentu.
4. Barang Rusak
Pesoalan yang sama dengan barang musiman dapat diterapkan untuk produk
rusak. Apakah Kos produk rusak dapat dianggap sebagai sebagai upaya atau sebab
untuk menimbulkan pendapat? Kelayakan ekonomik menuntut pertimbangan
dengan memperhatikan kodisi yang melingkupi suatu masalah. Bila kerusakan
produk merupakan hal yang normal atau bahkan merupakan prasyarat. Untuk
menghasilkan barang dengan kualitas baik, Kos barang yang rusak dapat di
anggap sebagai upaya menghasilkan pendapatan.
5. Identifikasi Kos Nonproduk
Kalau penandingan atas dasar sebab-akibat akan dipertahankan maka secara logis
tidak seluruh Kos nonproduksi akan dibebankan sebagai biaya. Oleh karena itu,
perlu diadakan alokasi agar dapatdicapai penandinganyang tepat antara biaya dan
pendapatan yang dihasilkan. Kos nonproduksi tidak menyebabkan pendapatan
karena sulit secara teknis untuk menelusuri hubungan sebab-akibat tersebut. Sulit

9
untuk mengatakan bahwa bagian dari Kos nonproduksi yang ditunda
pembebananya tersebut akan menghasilkan pendapatan dimasa mendatang. Dalam
kaitanya dengan penandingan sebab-akibat, Koa nonproduksi tidak harus ditunda
pembebananya untuk dikaitkan dengan pendapatan masa datang yang dapat
dikaitkan dengan Kos nonproduksi tersebut.
6. Biaya Antisipasian
Biaya Antisipasian ( anticipated expenses ) adalah biaya yang dianggap
menyebabkan timbulnya pendapatan tetapi baru terjadi setelah pendapatan diakui.
Sebagai contoh adalah Kos yang berkaitan dengan kegiatan purna-jual (after- sale
costs) seperti jaminan penjualan, jaminan reparasi gratis, dan pengumpulan
piutang.
7. Alokasi Sistematik dan Rasional
Alokasi sistematik dan rasional merupakan penandingan dengan periode sebagai
penakar pendapatan dan biaya. Proses ini sering disebut penandingan periode
(period matching). Dalam pengkuan biaya, diasumsi bahwa yang menerima
manfaat dari potensi jasa adalah periode bukanya produk. Dasar penandingan ini
sebenarnya merupakan alternatif dasar sebab-akibat karena tidak selalu mudah
mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pendapatan dan biaya. Proses
alokasi menimbulkan banyak metode alokasi. Memenuhi definisi aset. Paton dan
Littleton mengemukakan bahwa aset pada dasarnya merupakan beban tangguh
(deferred charges). Dilain pihak, bila alokasi bersifat arbitrer, hal tersebut lebih
baik tidak dilakukan karena alokasi akan memberi kesan adanya ketepatan
(preciseness) padahal kenyataanya tidak demikian.
8. Kriteria Penangguhan
Kriteria penangguhan. Kriteria penguji umum yang dapat dijadikan dasar untuk
menentukan apakah suatu jenis Kos jasa yang terjadi pada suatu periode
akandibebankan langsung atau akan ditunda. Karena suatu Kos jasa yang terjadi
memenuhi kriteria tambahan ini, pada umumnya Kos tersebut dapat dibebenkan
langsung pada periode terjadinya kecuali untuk sediaan barang dan biaya
prabayaran (prepaid expenses). Dapat disimpulkan bahwa Kos nonoperasi yang
berulang terjadinya cukup beralasan untuk langsung dibebankan dari pada ditunda
atau disediakan untuk mencapai tepat- tanding.

10
9. Alokasi Kos Bergabung Bersama
Alokasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari untuk mencapai
penandingan sebab-akibat. Karena karakteristik operasi perusahaan pada
umumny, penentuan kos produk secara tepat membutuhkan alokasi untuk kos
bergabung (joint cost) atau kos bersama (common cost) betapapun dasar alokasi
tersebut agak bersifat arbitrer. Kedua jenis kos ini sama-sama merupakan kos
fasilitas, kegiatan, proses, atau departemen jasa yang dinikmati oleh beberapa
angkatan produk atau objek kos lain (misalnya departemen produksi). Akan tetapi
keduanya berbeda dalam hal penyerapan oleh produk. Kos bersama tidak diserap
langsung oleh produk tetapi diserap melalui departemen produksi. Kos bergabung
terjadi karena satu fasilitas atau proses proses terpaksa digunakan untuk mengolah
beberapa produk sekaligus karena secara teknis atau alamiah beberapa produk
tersebut tidak dapat dipisahkan pengolahannya sampai titik tertentu ( split pont).
Kos fasilitas pengolahan pabrik gula sampai titik dipisahkannya guka dan tetes
merupakan contoh kos bergabung.
10. Alokasi Bukan Sarana Pemerataan Laba
Dalam akuntansi manajerial dikenal metoda yang disebut pengkosan normal
(normal costing). Dengan metoda ini, kos overhead dibebankan ke produk atas
dasar tarif taksiran untuk suatu perioda. Tujuannya adalah agar kos produksi
untuk perioda interim (bukanan) menggambarkan kos yang tepat dibanding kos
aktual perioda tersebut. Hal ini dilakukan mengingat pos-pos overhead tidak
terjadi merata sepanjang tahun. Misalnya kos pemeliharaan mesin hanya terjadi
sekali setahjun di bulan Mei, depresiasi baru diperhitungkan dan diakui pada
bulan Dsember, dan gaji ke-13 dibayarkan pada bulan Puasa. Dengan demikian,
menentukan kos produksi untuk keperluan keputuan manajerial atas dasar kos
aktual bulanan dapat menyesatkan. Misalnya, penentuan harga untuk order khusus
yang datang pada bulan Juli harus memeperhitungkan kos pemeliharaan yang
dibayar pada bulan Mei dan depresiasi yang baru dicatat akhir tahun. Bila
didasarkan atas kos aktual, harga yang ditawarkan dapat menjadi terlalu rendah.
11. Pendekatan Nonalokasi
Alokasi hanya dapat dipertahankan bila tiga karakteristik berikut dipenuhi :
a. Ketertambahan (additivity). Keseluruhan harus sama dengan hasil
penggunggungan bagian-bagian.

11
b. Ketakraguan (unambiguity). Metode alokasi harus unik dan jelas untuk tiap
tujuan.
c. Ketepertahankanan (defensibibiy). Untuk metoda alokaso yang dipilih,
penentu kebijakan harus  dapat mempertahankan argumen yang meyakinkan.

Hanya karakteristik pertama dan kedua dipenuhi oleh alokasi dalam akuntansi.
Alokasi mengalami masalah dalam karakteristik ketiga. Hampir seluruh alokasi
dalam akuntansi bersifat takterjelaskan; artinya tidak dapat didukung tetapi dapat
ditolak. Lebih tegasnya, para akuntan tidak dapat membuktikan bahwa alokasi
memberi informasi yang bermanfaat sementara itu tidak ada bukti yang dapat
membantah bahwa informasi hasil alokasi tersebut tidak bermanfaat.
12. Pembebanan Artiber
Suatu kos biasanya akan langsung dibebankan dalam perioda
terjadinya (immediate recognition). Ini berarti bahwa kos ditandingkan dengan
pendapatan secara arbitrer. Konsep yang melandasi pembebanan semacam ini
semata-mata adalah kepraktisan(expediency). Memang pada umumnya pengakuan
segera kos sebagai biaya atau rugi dilakukan karena manfaat masa datang tidak
terukur atau tidak cukup pasti. Contoh yang paling jelas adalah pengakuan segera
selisih kurs utang valuta asing akibat kenaikan nilai tukar mata uang asing atau
pengakuan segera kos riset dan pengembangan. Walaupun demikian, kalau
terdapat alasan yang kuat atau karena kebijakan khusus akibat kejadian luar biasa,
dapat saja selisih kurs tersebut dikapitalisasi meskipun manfaat ekonomik masa
datang tidak ada lagi atau sulit dihubungkan dengan perioda masa datang.

Masalah pembebanan kos dan basis asosiasi di atas berlaku untuk semua jenis potensi
jasa. Masalah khusus terjadi dalam hal sediaan dan aset tetap, khususnya fasilitas fisis
yaitu gedung/prabrik dan perlengkapan (plant and equipments). Uraian berikut
membahas masalah teoretis yang menyangkut pos-pos tersebut.
1. Sediaan
Secara umum masalah teoretis sediaan berkaitan dengan pengukuran kos barang
terjual dalam rangka penandingan dengan pendapatan dan masalah penilaian.
Proses pengukuran dan penilian pada umumnya dilakukan pada akhir periode.
Dengan demikian masalah pengukuran dan penilaian sediaan pada akhirnya
periode dapat dinyatakan sebagai berikut:

12
a. Penentuan besarnya kos barang terjual untuk ditandingkan dengan
penjualan sehingga dapat ditentukan besarnya laba perusahaan. Penentuan
ini melibatkan berbagai metoda asosiasi sebagai dasar pemecahan kos
produksi menjadi kos yang melekat pada sediaan dan ang melekat pada
barang terjual.
b. Penentuan nilai sediaan sebagai unsur aset lancar perusahaan. Penentuan
nilai sediaan sangat penting untuk menilai likuiditas operasi perusahaan.
2. Tanah
Apakah tanah perlu didepresiasi atau tidak bergantung pada karakteristik atau
fungsi tanah dalam operasi perusahaan. Sebagai tempat usaha, fungsi untuk
ditempati tidak akan pernah habis. Oleh karenanya, dapat dianggap bahwa kos
tanah tidak perlu didepresiasi atau diamortisasi menjadi biaya operasi. Dengan
kata lain, fungsi tanah untuk menyediakan jasa ditempati tanpa batas waktu
(selamanya) cukup menjadi alasan kebijakan untuk memperlakukan kos tanah
sebagai investasi permanen dalam fasilitas produksi. Perlakuan semacam ini
makin didukung untuk tanah hak milik permanen. Karena karakteristik kos tanah
sebagai investasi permanen, tanah tersebut perlu dipisahkan dari fasilitas fisis lain
yang dapat didepresiasi dalam pelaporannya.

D. Penyajian Biaya
Penyajian biaya tidak dapat dilepaskan dari penyajian pendapatan dan sarana untuk itu
adalah statemen laba-rugi. Penyajian elemen pendapatan, untung, biaya, dan rugi
bergantung pada konsep tentang apa saja yang membentuk laba.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Biaya mempunyai dua karakteristik utama yaitu aliran atau penurunan aset
atau kenaikan kewajiban dan berkaitan dengan operasi utama yang menerus. Rugi
dibedakan dengan biaya karena timbul dari sumber yang secara tidak langsung
berkaitan dengan operasi utama perusahaan. Rugi berasal dari transaksi, kegiatan,
atau sumber berupa kegiatan periferal, transfer non timbal-balik, penahanan aset,
atau faktor lingkungan. Kriteria pengakuan biaya adalah pemanfaatan dan
kelenyapan. Biaya diakui bilamana manfaat ekonomik telah dikonsumsi dalam
rangka penyerahan barang atau jasa untuk mendatangkan pendapatan atau bilamana
manfaat ekonomik masa datang telah lenyap.

Biaya diukur dengan kos yang sebelumnya melekat pada aset. Biaya dapat
dipandang sebagai bagian kos yang telah terhabiskan dalam rangka menciptakan
pendapatan. Bagian kos yang terhabiskan dapat dihubungkan dengan pendapatan
atas dasar hubungan sebab-akibat, alokasi sistematik dan rasional, atau pengakuan
segera. Basis asosiasi atas dasar sebab-akibat atau penandingan langsung atas dasar
produk merupakan basis yang paling ideal. Akan tetapi, alasan kepraktisan
danketaktersediaankanan (univentoriability) beberapa faktor kos (administrative
dan pemasaran) menjadikan akuntansi beralih ke penandingan tak langsung atau
penandingan perioda. Dengan kata lain, takaran penandingan bukan lagi produk
melainkan periode.

14
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. (2006). Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga.


Yogyakarta: BPFE.

Callen, J1978, financial cost allocation: A Game Theoritical Approach ”Accounting


riview”, april (http://muhaimin-mz.blogspot.com/2011/10/biaya-
expenses.html) di akses pada tanggal 09 Maret 2022

15

Anda mungkin juga menyukai