Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH TEORI AKUNTANSI

“ BEBAN (EXPENSES)”
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi yang diampu oleh
Drs. Haerial M.Si, AK.,CA.

Disusun Oleh:
Kelompok 3

Ririn A31114008
Irma Suryani A31114032
Bilqis Ratu Zhabrina A31114326

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2016

Page 1 of 21
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat hidayah-Nya yang berupa kesehatan kepada kita semua sehingga Makalah
yang berjudul Biaya (Expenses) ini dapat disusun dengan baik.
Makalah yang ini ditulis dalam upaya menyelesaikan tugas kuliah, dan lebih
dari itu sesungguhnya makalah ini jauh dari kesempurnaan. Dalam makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan kemampuan
dan pengetahuan pada diri penulis.
Dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari berbagai hambatan dan
rintangan, akan tetapi berkat kerjasama tim dan bantuan dari beberapa referensi maka
segala macam hambatan dapat teratasi.
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat digunakan dan dimanfatkan bagi
pembaca yang budiman. Dan penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna seperti yang pembaca harapkan, maka penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 27 Oktober 2016

Kelompok 4

Page 2 of 21
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .. ………………………………………………………… 1


KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Tujuan .............................................................................................. 5

BAB II BIAYA (EXPENSES)

2.1 Defenisi Beban ............................................................................... 6


2.2 Pengakuan Beban ........................................................................... 10
2.3 Pengukuran Beban .......................................................................... 11
2.4 Tantangan Untuk Menyusun Standar Akuntansi ............................ 17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

Page 3 of 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemahaman terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati
terhadap karekteristik dari transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen
laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan biaya namun sebaiknya tidak
dimasukkan sebagai komponen biaya. Karekteristik biaya dapat dipahami dengan
mengenali batasan atau pengertian yang berkaian dengan biaya.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat
dengan mudah diidetifikasi sehinnga dapat disajikan dengan benar dalam laporan
keuangan. Dalam makalah ini akan membahas tentang cost yang sebagai dasar
pencatatan nilai dalam akuntansi pada tahap pembebanan. Konsep dasar yang
melandasi pembebanan cost adalah konsep upaya dan hasil (efforts and
accomplishment).
Atas dasar konsep tersebut cost dapat dipisah menjadi dua yaitu: cost yang
masih menjadi potensi jasa (melekat pada aktiva), dan cost yang potensi jasanya
dianggap sudah habis dalam rangka menghasilkan pendapatan. Pembebanan cost satu
periode akuntansi di dasarkan pada kreteria penentuan habisnya manfaat cost
tersebut.
Pertama, apakah manfaat cost habis dalam rangka penyerahan produk /jasa,
atau sering disebut dengan biaya (expenses). Kedua, apakah manfaat cost habis
karena sebab lain, yang digolongkan sebagai rugi (losses), dalam makalah ini akan
mengutip tentang masalah manfaat cost yang yang kemungkinan bias disebut biaya
dan juga bias disebut rugi, yang semua itu tergantung pada masa manfaat.

Page 4 of 21
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai
berikut.
a) Apa pengertiaan biaya menurut IAI dan FASB ?
b) Bagaimanakah pengukuran dan pengakuan biaya ?
c) Bagaimanakah konsep perbandingan dalam biaya ?
d) Bagaimanakah hubungan sebab akibat dalam konsep perbandingan
biaya?

1.3 Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan tujuan penulisan makalah, yaitu:
a) Mengetahui pengertian, pengukuran serta pengakuan biaya.
b) Memahami hubungan konsep sebab akibat perbandingan biaya.

Page 5 of 21
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Beban


Dalam SFAC no 6, FASB mendefinisikan beban adalah aliran keluar atau
pemakaian aktiva dan timbulnya hutang selama satu periode yang berasal dari
penjualan atau produksi barang, atau penyerahan jasa atau pelaksanaan kegiatan
yang lain yang merupakan kegiatan utama suatu entitas.

Sedangkan menurut IAI mendefinisikan beban adalah penurunan manfaat


ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan
ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal (paragraf 70b).

FASB dan IAI memiliki sudut pandang yang berbeda dalam mendefinisikan
beban. IAI mendefinisikan biaya dari sudut pandang peristiwa moneter seperti
penurunan aktiva, kenaikan hutang atau ekuitas. Sedangkan FASB memiliki sudut
pandang sebagai berikut:

1. Tidak menunjukkan dengan jelas peristiwa moneter dan fisik. FASB lebih
menekankan pada peristiwa fisik yaitu penjualan barang atau produk yang
dihasilkan.
2. Pemakaian aktiva harus menunjukkan suatu Cost yang dinyatakan keluar sebagai
biaya.
3. Apabila dilihat dari sudut pandang tradisional definisi yang dikemukakan FASB
menunjukkan bahwa beban hanya dihasilkan dari pemakaian aktiva untuk tujuan
menghasilkan pendapatan pada periode yang berjalan.

IAI dan FASB membedakan Cost menjadi beban dan rugi, sedangkan IAI
tidak. IAI dan FASB memang mempertimbangkan pendapatan dalam
mengklasifikasi apakah Cost tersebut termasuk ke dalam beban ataukah rugi.
Apabila Cost tersebut tidak menghasilkan pendapatan, baik secara langsung maupun
tidak langsung, maka Cost tersebut akan dianggap sebagai rugi (misalnya pemberian

Page 6 of 21
donasi, pembayaran pajak, dan lain-lain). Sedangkan IAI membedakan Cost hanya
dari kadaluarsanya. Cost yang sudah kadaluarsa akan dialui sebagai beban,
sedangkan yang belum sebagai aset. Perbedaan tersebut dijelaskan oleh gambar di
bawah ini.

Menurut Suwardjono dinyatakan bahwa ada beberapa karakteristik penting


yang melekat pada makna beban:

1. Aliran keluar/penurunan asset


Untuk menyatakan timbulnya beban, transaksi atau kejadian harus terjadi
dalam penurunan aset / yang menimbulkan aliran keluar aset. Aset yang
dimaksud adalah semua aset perusahaan. Jadi konsumsi atau pemakaiannya
diartikan bahwa manfaat ekonomi aset itu telah habis karena melekat pada
barang atau jasa yang telah diserahkan dari kesatuan aset tersebut, sehingga
perusahaan sudah tidak menguasai lagi manfaat tersebut.

2. Operasi utama atau sentral


Dinyatakan oleh Suwardjono dalam Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan
Keuangan bahwa tidak semua penurunan atau konsumsi aset membentuk biaya,
untuk itu biaya konsumsi harus berkaitan dengan kegiatan utama. Yang
dimaksud kegiatan utama adalah kegiatan penciptaan pendapatan (laba) yang
direpresentasi dalam kegiatan memproduksi barang. Sehingga biaya adalah

Page 7 of 21
penurunan aset yang berkaitan dengan operasi dan bukan dengan investasi dan
pendanaan.

3. Kenaikan kewajiban
Terdapat suatu keadaan dimana perusahaan telah memanfaatkan barang dan
jasa namun sebelumnya tidak mengakuinya sebagai aset atau belum mengakui
kewajiban atas penggunaan barang dan jasa yang dikuasai pihak lain. Hal
tersebut menimbulkan keharusan perusahaan untuk membayar atau melakukan
pengorbanan ekonomik di masa datang sehingga timbul kewajiban. Misalnya
jasa pengiriman barang yang belum dibayar oleh perusahaan namun jasa
pengirimannya telah dinikmati perusahaan dan menimbulkan pendapatan.
Dengan demikian beban (untuk pengiriman) harus timbul dengan kenaikan
kewajiban.

4. Penurunan ekuitas
Dalam operasi sentral perusahaan, dengan adanya penurunan aset atau
kenaikan kewajiban akan mengubah ekuitas atau menurunkan ekuitas. Namun,
penurunan ekuitas merupakan karakteristik pendukung karena tidak setiap
penurunan aset mengakibatkan penurunan ekuitas. Misalnya pembagian deviden
yang menyebabkan penurunan aset tetapi tidak disebut sebagai beban.

5. Diukur atau dikaitkan dengan Cost


Dalam hal ini beban timbul dari adanya Cost yang dikeluarkan oleh
perusahaan untuk memperoleh aset. Beban diukur berdasarkan jumlah Cost dari
aset yang telah dimanfaatkan selama periode berjalan.

6. Bukan berasal dari transaksi dengan pemilik


Berdasarkan prinsip kesatuan usaha, maka harus ada pemisahan antara beban
yang dihasilkan oleh perusahaan dan pemilik. Beban yang diakui dalam laporan
keuangan merupakan beban yang berasal dari transaksi perusahaan, bukan
pemilik.

7. Untuk menghasilkan pendapatan


Beban merupakan pengorbanan perusahaan dari barang atau jasa yang telah
dikonsumsi perusahaan untuk memperoleh pendapatan.

Page 8 of 21
2.1.1 Cost dan Beban

Untuk memanfaatkan aset entitas memerlukan Cost dan beban


merepresentasikan perubahan nilai. Perubahan nilai diartikan sebagai perngorbanan
yang dilakukan untuk mendapatkan jasa. Jika tidak ada Cost maka tidak ada beban.

Secara konseptual menurut prinsip keberlangsungan usaha (going concern),


penggunaan akan barang dan jasa (aset) perusahaan ditujukan untuk jangka panjang
sehinggan Cost dari aset tersebut mengalami dua tahap yaitu pengakuan dan
pembebanan. Hal tersebut berarti Cost diakui sebagai aset kemudian diakui sebagai
beban untuk periode manfaat aset tersebut digunakan.

“Dengan landasan konsep dasar kontinuitas usaha serta upaya dan hasil,
masalah teoritis dalam tahap pembebanan adalah pemecahan aliran Cost yang telah
diakui sebagai aset menjadi bagian yang merupakan biaya perioda berjalan dalam
rangka penentuan biaya periodik dan bagian yang baru akan menjadi biaya dalam
perioda-perioda berikutnya.” (Suwardjono, Edisi Ketiga:397)

Selain itu terdapat pula definisi mengenai hubungan Cost dan beban menurut
American Accounting Association (AAA) pada tahun 1957 sebagai:

“beban adalah biaya yang telah kadaluarsa, secara langsung maupun tidak
langsung pada periode fiskal, dari aliran barang atau jasa ke pasar dan operasi
yang berhubungan”

2.1.2 Beban dan Rugi


Menurut definisi, yang dimasukkan dalam beban hanya perubahan –
perubahan yang tidak menguntungkan saja yang terjadi dalam proses memperoleh
pendapatan. Kebalikannya adalah bahwa aktiva yang habis atau menurunnya aktiva
dimana kejadian ini tidak berkaitan dengan proses penyediaan barang dan jasa bagi
pelanggan atau klien seharusnya dikelompokkan sebagai kerugian dan tidak
dikelompokkan sebagai beban. Kerugian dan beban merupakan perubahan yang
relevan dalam perhitungan laba bersih bagi pemegang saham dan perusahaan.

Menurut Suwardjono (Edisi Ketiga, Hlm. 9) terdapat tiga kata kunci pada
pengertian rugi yaitu penurunan ekuitas, bukan merupakan transaksi ke pemilik, dan
transaksi periferal atau insidental. Dalam hal ini yang membedakan biaya dan rugi

Page 9 of 21
adalah mengenai transaksi periferal atau insidental atau di luar kendali manajemen.
Berbeda dengan beban yang timbul akibat dari kendali manajemen yaitu aktivitas
penggunaan aset (barang dan jasa).

Namun, dari definisi yang terdapat dalam Konsep Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) tidak memisahkan biaya dengan rugi. Jadi
semua potensi jasa baik yang digunakan secara langsung ataupun tidak langsung
untuk memperoleh pendapatan disebut dengan biaya. IAI (1994) bahkan secara
spesifik menyebutkan hal tersebut seperti yang tertulis pada paragraf 78 berikut ini :
kerugian termasuk dalam kelompok beban. Pada dasarnya pembedaan antara beban
dan rugi hanya untuk kepentingan pengungkapan seperti pada pendapatan dan
untung.

2.2. Pengakuan Beban

Berdasarkan KDPPLK paragraf 94, beban diakui dalam laporan laba rugi
kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan penurunan
aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat diukur dengan andal. Ini
berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan kenaikan kewajiban
atau penurunan aktiva (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusunan aktiva
tetap). Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh (matching of cost
with revenue). Misalnya, berbagai komponen beban yang membentuk beban pokok
penjualan (cost or expense of goods sold) diakui pada saat yang sama sebagai
penghasilan yang diperoleh dari penjualan barang.

Kalau manfaat ekonomi diharapkan timbul selama periode akuntansi dan


hubungannya dengan penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak
langsung, beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang
rasional dan sistematis. Hal ini sering diperlukan dalam pengakuan beban yang
berkaitan dengan penggunaan aktiva seperti aktiva tetap, goodwill, paten, merk
dagang. Dalam kasus semacam itu, beban ini disebut penyusutan atau amortisasi.
Prosedur alokasi ini dimaksudkan untuk mengakui beban dalam periode akuntansi
yang menikmati manfaat ekonomi aktiva yang bersangkutan.

Page 10 of 21
Pengakuan beban menurut kerangka kerja IASB terdiri dari dua kriteria
utama yaitu :

1. Terdapat kemungkinan adanya keuntungan yang akan mengalir ke


perusahaan. Tingkat kemungkinan tersebut memang merupakan konsep yang
tidak mutlak. Hal tersebut tergantung pada ketersediaan bukti ketika laporan
keuangan akan disusun atau dipersiapkan.
2. Memiliki nilai yang dapat diukur dan reliabel. Dengan demikian untuk akun-
akun yang menggunakan estimasi, diperlukan bukti-bukti yang mendukung
validitas estimasi tersebut.
Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntungan
ekonomi di masa depan berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban dapat diukur secara reliabel.

Semua Cost dapat ditangguhkan pembebanannya apabila Cost tersebut


memenuhi kriteria sebagai aktiva yaitu:

 Memenuhi definisi aktiva (memiliki manfaat ekonomi masa


mendatang, dikuasai oleh perusahaan, dan berasal dari transaksi masa
lalu).
 Ada kemungkinan yang cukup bahwa manfaat ekonomi masa
mendatang yang melekat pada aktiva dapat dinikmati oleh entitas
yang menguasai.
 Besarnya manfaat dapat diukur dengan cukup andal.
Beban juga dapat timbul dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban
tanpa adanya pengakuan aktiva. Misalnya adanya hutang garansi produk.

2.3. Pengukuran Beban

Dalam mengukur beban dalam satu periode akuntansi, dibutuhkan berbagai


keputusan atau pertimbangan untuk menentukan bagaimana beban tersebut akan
dialokasikan pada periode-periode selanjutnya yang menunjukkan adanya
pendapatan. Dalam hal tersebut, terdapat berbagai standar akuntansi yang dapat
digunakan sebagai acuan atau pedoman. Misalnya, IAS 16/AASB 116 yang
menyatakan bahwa nilai-nilai aset yang dapat di depresiasi dapat diukur dengan
beberapa cara setelah pengakuannya (seperti model biaya perolehan atau model

Page 11 of 21
penilaian) dan beberapa pilihan alternatif untuk depresiasi (seperti metode garis
lurus, nilai menurun dan jumlah unit).

Sejalan dengan penilaian aktiva, biaya dapat diukur atas dasar jumlah rupiah
yang digunakan untuk penilaian aktiva dan hutang. Oleh karena itu, pengukuran
biaya dapat didasarkan pada:

 Cost Historis
Cost historis merupakan jumlah rupiah kas atau setaranya yang dikorbankan
untuk memperoleh aktiva. Pengukuran beban atas dasar Cost historis dapat
digunakan untuk jenis aktiva seperti gedung, peralatan, dan sebagainya.

 Cost Pengganti / Cost Masukan Terkini (Replacement Cost / Curent Input


Cost)
Cost masukkan terkini menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran yang
harus dikorbankan sekarang oleh suatu entitas untuk memperoleh aktiva yang
sejenis dalam kondisi yang sama. Contohnya, penilaian untuk persediaan.

 Setara Kas (Cash Equivalent)


Setara kas adalah jumlah rupiah kas yang dapat direalisir dengan cara
menjual setiap jenis aktiva di pasar bebas dalam kondisi perusahaan normal.

Meskipun pada prakteknya metode pengukuran yang masih banyak


digunakan adalah historical cost, namun dengan mulai diadopsinya IFRS di
Indonesia, maka pengukuran yang sesuai standar adalah dengan menggunakan
metode fair value. Dengan demikian, untuk pencatatan beban sebagai akibat dari
depresiasi (penyusutan), nilai yang dicantumkan dalam beban adalah nilai selisih
antara nilai wajar dengan nilai buku (apabila nilai wajar lebih kecil dari nilai
bukunya).

2.3.1 Alokasi Beban

Salah satu cara untuk mengukur beban adalah dengan mengalokasikan beban-
beban tersebut ke periode-periode dimana beban tersebut dinikmati. Hal ini biasanya
disebut dengan matching concept. Konsep tersebut memperlakukan Cost dengan
mengalokasikan Cost yang sudah kadaluarsa (beban) ke periode-periode dimana
beban tersebut terjadi. Namun, pengalokasian tersebut hanya bersifat estimasi.

Page 12 of 21
Dalam akuntansi, pencocokan antara beban dan pendapatan merupakan fungsi utama,
namun hal tersebut tetap saja sulit untuk dilakukan karena berhubungan dengan
penilaian akuntan tersebut. Akuntan harus mengidentifikasi mana aset yang telah
digunakan (kadaluarsa) dan jumlah yang harus ditulis sebagai tandingan pendapatan
pada periode tersebut.

Matching Concept adalah hal yang paling penting dalam akuntansi biaya
historis. Cost yang sudah kadaluarsa akan menjadi beban dan disajikan dalam
laporan laba rugi, sedangkan Cost yang belum kadaluarsa akan dicatat sebagai aset
dan disajikan dalam laporan posisi keuangan. Untuk mengatasi masalah penentuan
dan pengukuran Cost menjadi beban, terdapat tiga metode dari matching Cost yang
sering digunakan, yaitu:

a) Hubungan Sebab dan Akibat

Penggunaan barang dan jasa oleh perusahaan harus menghasilkan


pendapatan pada periode tersebut. Hubungan antara beban dan pendapatan harus
merupakan hubungan sebab akibat pada perusahaan tersebut. Maksudnya,
pendapatan timbul karena adanya outflow berupa beban. Dengan demikian
pendapatan merupakan akibat dari adanya beban. Sesuai dengan prinsip
pengakuan pendapatan, tidak ada Cost penjualan jika tidak ada pendapatan.

Misalnya, pada perusahaan konstruksi yang menerima kontrak jangka


panjang. Perusahaan tidak akan mengakui biaya yang dikeluarkan untuk
membangun proyek dalam kontrak sebagai Cost ataupun beban sebelum

Page 13 of 21
pendapatan diakui, melainkan diakui sebagai aset. Apabila pendapatan telah
diakui maka Cost atau beban pun akan diakui. Namun dalam prakteknya hal
tersebut susah untuk dilaksanakan. Misalnya, pendapatan sebesar Rp 100.000
dihasilkan dari beban Rp 60.000. Dari jumlah beban tersebut, Rp 15.000
merupakan beban gaji. Bila menggunakan konsep sebab akibat beban berupa gaji
sebesar Rp 15.000 tersebut dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 25.000
dari total pendapatan tersebut. Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak dapat
dinilai dan tidak dapat dibuktikan secara pasti.

b) Alokasi yang Sistematis dan Rasional

Tidak semua beban dapat dialokasikan dengan menggunakan konsep


sebab dan akibat. Sebagai salah satu alternatif, alokasi yang sistematis dan
rasional dapat digunakan. Tujuannya yaitu untuk mengakui beban dalam periode
akuntansi dimana pada periode tersebut beban itu dimanfaatkan atau telah
kadaluarsa. Jadi, beban dialokasikan pada periode dimana beban tersebut
dikonsumsi, bukan berdasar produk yang dihasilkan. Menurut IAS 16/AASB
116, depresiasi adalah alokasi yang sistematis dari jumlah yang dapat
didepresiasi dari sebuah aset selama umur ekonomisnya. Depresiasi merupakan
salah satu contoh dari proses alokasi.

Namun masalahnya, apakah depresiasi merupakan suatu prosedur, atau


kejiadian yang sebenarnya/nyata? Telah diketahui sebelumnya bahwa depresiasi
merupakan kejadian moneter yang disebabkan oleh kejadian fisik. Jadi depresiasi
merupakan fenomena yang terjadi, dan beban yang dicatat merupakan efek
moneternya. Berbagai cara untuk mengukur depresiasi dapat dipilih oleh
akuntans sesuai dengan standar yang ditentukan, selama cara yang digunakan
rasional dan sistematik, maka cara tersebut dapat diterima. Satu kelemahan dari
alokasi Cost adalah bergantung pada estimasi dan asumsi penyusunnya yang
mungkin bersifat subyektif. Namun, alasan lain yang mendukung dasar alokasi
ini yaitu:

 Banyak jenis beban yang berkaitan secara tidak langsung dengan pendapatan
periode berjalan sehingga akan lebih tepat jika dialokasikan berdasar periode
yang menikmati beban tersebut.

Page 14 of 21
 Dalam banyak hal, tidak mudah menghubungkan beban-beban tertentu dengan
pendapatan. Misalnya beban perawatan medis pegawai.
 Apabila terdapat beban yang tidak dapat dikaitkan dengan manfaat ekonomi di
periode berjalan ataupun periode selanjutnya, maka tidak ada alasan penundaan
pencatatan beban tersebut.
 Beban untuk kegiatan atau kejadian yang sifatnya normal dan berulang-ulang
serta jumlahnya relatif konstan, maka pengalokasian beban tersebut tidak
menggambarkan penandingan yang sempurna karena beban tersebut sebenarnya
berkaitan dengan periode sebelum atau sesudahnya. Namun hal tersebut tidak
mempengaruhi laba secara material.
 Seringkali suatu beban terdiri dari berbagai komponen beban lainnya (misalnya
beban penjualan yang terdiri dari beban angkut, potongan penjualan, dan lain-
lain) dan sulit untuk menelusuri dampak pendapatan dari masing-masing beban
tersebut. Namun pengalokasian beban tersebut pada periode berjalan tetap harus
dicatat.

c) Pengakuan Sesegera Mungkin

Merupakan konsep yang mengakui dan mengukur Cost yang


dikeluarkan sesegera mungkin sebagai beban karena tidak adanya manfaat
ekonomi yang dapat diukur secara reliabel. Contohnya yaitu biaya iklan
(advertising expenses) dan biaya penelitian (research expenditure). Biaya
iklan segera diakui sebagai beban karena manfaat ekonomi dari pengeluaran
tersebut tidak dapat diukur secara reliabel. Meningkatnya konsumen yang
membeli produk perusahaan bisa saja berasal dari pengaruh iklan pada
periode sebelumnya sehingga efek keuntungan dari adanya iklan pada
periode berjalan tidak dapat diukur dengan andal.

Begitupula dengan biaya penelitian yang manfaat ekonominya juga


tidak dapat diukur secara reliabel. Berbeda dengan biaya pengembangan
(development expenditure) yang dapat diestimasi nilai manfaat ekonominya
sehingga dapat dikapitalisasi sebagai aset, biaya penelitian belum tentu
menghasilkan keuntungan di masa mendatang sehingga tidak sesuai dengan

Page 15 of 21
kritera aset. Oleh karena itu biaya iklan dan penelitian harus dicatat sebagai
beban.

2.3.2 Kritik untuk Konsep Alokasi

Terdapat kritik pada praktik akuntansi saat ini yang sebagian besar
didasarkan pada alokasi. Menurut Thomas dalam buku Teori Akuntansi (Godfrey,
1994) alokasi tersebut secara teoritis tidak tepat. Terdapat tiga krtiteria untuk
menyesuaikan alokasi yaitu :

 Aditivitas
Apabila alokasi diambil dari total nilai, maka jumlah dari pengalokasian
tersebut harus sama dari total nilai sebelum alokasi, tidak kurang tidak lebih.
Misalnya, alokasi beban penyusutan kendaraan tiap tahun maka jumlah
alokasi untuk setiap tahun tersebut harus sama dengan nilai kendaraan
sebelum alokasi.

 Tidak ambigu
Pengalokasian harus dilakukan dengan cara yang jelas sesuai dengan
metode yang dipilih.

 Pertahanan
Akuntan yang telah memilih suatu metode akuntansi harus dapat
menyediakan pernyataan yang meyakinkan pilihannya dan
mempertahankannya dari kemungkinan adanya metode alternatif lainnya.

Dari ketiga kriteria tersebut dalam pratik nyata hampir tidak mungkin metode
alokasi yang digunakan oleh perusahaan dapat memenuhi ketiga kriteria tersebut.
Seringkali perusahaan menggunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan
tujuan perusahaan.

Akuntan beranggapan bahwa konsep alokasi sangatlah penting. Hal tersebut


dikarenakan input yang diperoleh perusahaan dapat memberikan manfaat ekonomi
pada periode berjalan dan periode selanjutnya. Jadi, konsep alokasi dibutuhkan untuk
menunjukkan penggunaan input tersebut pada periode berjalan.

Page 16 of 21
Namun, dari alokasi tersebut akuntan tidak dapat menunjukkan aliran kas
atau pendapatan yang didapat oleh perusahaan. Misalnya, untuk alokasi beban
penyusutan kendaraan yang menunjukkan penggunaan kendaraan sebesar alokasi
tersebut selama periode berjalan. Namun, tidak terdapat bukti bahwa perusahaan
mengkonsumsi kendaraan sebesar nilai alokasi tersebut.

Selain itu, akuntan beranggapan laporan keuangan lebih berguna bagi


pembaca dengan adanya alokasi beban. Namun, pada kenyataannya alokasi tersebut
tidak mencerminkan nilai yang sebenarnya pada laporan keuangan.

Pada kenyataannya penggunaan konsep alokasi pada umumnya untuk


menghindari beban yang timbul dari penggunaan jasa appraisal dalam penyusunan
laporan keuangan.

2.3.3 Dukungan untuk Konsep Alokasi

Salah satu alasan yang sangat kuat yang dapat mendukung metode alokasi
adalah objektifitasnya. Alokasi memang merupakan jalan tengah yang tidak mutlak
benar, namun metode tersebut mengalokasikan nilai yang memang terjadi (harga
perolehan) ke dalam periode-periode yang diestimasikan telah mengkonsumsi Cost
tersebut. Dengan demikian meskipun prinsip alokasi cenderung masih menggunakan
estimasi, namun yang dialokasikan tetap berdasarkan transaksi yang memang terjadi
dan terdapat bukti transaksi yang menguatkan objektivitasnya.

Selain itu, metode alokasi juga merupakan salah satu jalan keluar untuk Cost-
Cost yang sulit untuk dicari pasarnya sehingga sangat sulit untuk menggunakan nilai
wajar (fair value).

2. 4. Tantangan Untuk Penyusun Standar Akuntansi

2.4.1 Penandingan

Tugas untuk pembuat standar adalah membuat aturan agar laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi menyajikan informasi yang relevan dan representatif.
Dalam hal ini, konsep penandingan tidak dapat digunakan untuk mengakui item-item

Page 17 of 21
pada laporan posisi keuangan yang tidak memenuhi kriteria aset dan kewajiban.
Misalnya hal tersebut terjadi pada goodwill, tenaga kerja, dan kekayaan intelektual

2.4.2 Konservatisme

Pada konsep kondervatisme, terjadi asimetri informasi mengenai pengakuan


beban dan laba. Konsep ini mengharuskan untuk mengakui adanya beban sesegera
mungkin apabila ada kemungkinan beban tersebut akan terjadi. Namun dalam prinsip
ini pengakuan laba tidak akan dicatat hingga laba atau pendapatan tersebut benar-
benar terjadi. Konsep tersebut didasarkan oleh asumsi skeptis akuntan atau kehati-
hatian. Namun justru akhirnya konsep tersebut menghasilkan informasi yang tidak
relevan. Konsep konservatisme ini tidak berfokus pada bukti transaksi, tetapi lebih
pada ketakutan menyajikan nilai bersih aset dan laba terlalu tinggi. Dengan demikian
informasi yang mengandung penyimpangan konservatisme bukanlah merupakan
informasi yang netral. Oleh karena itu penyusun standar kini telah merevisi peraturan
dan menghilangkan konsep penandingan (matching concept) dan konsep
konservatisme ini.

2.4.3 Masalah Untuk Auditor

Pengakuan dan pengukuran beban haruslah sesuai dengan definisi dan kriteria
beban itu sendiri. Tidak berlakunya lagi konsep penandingan dan konsep
konservatisme harus dipahami betul oleh auditor. Auditor harus memahami secara
mendalam mengenai definisi dan kriteria beban karena hal tersebut merupakan
pedoman untuk menentukan apakah perusahaan yang diaudit telah mencatat transaksi
sesuai standar yang telah ditentukan atau tidak.

Kapitalisasi Cost perusahaan menjadi aset merupakan masalah yang cukup


rentan dan biasanya material. Apabila perusahaan mengakui Cost sebagai aset
padahal transaksi atau kejadian tersebut tidak memenuhi kriteria aset, maka bisa
terjadi pencatatan aset yang terlalu tinggi. Misalnya perusahaan WorldCom yang
bergerak di bidang penyedia telepon jarak jauh dan jasa internet. WorldCom
bangkrut karena menkapitalisasi beban operasi yang tidak tepat. WorldCom
membayar perusahaan lain untuk mendapatkan hak dalam mengakses jaringan
perusahaan tersebut. Biaya sebesar US$ 3.8 Milyar yang digunakan sebagai biaya
membayar ke perusahaan lain tersebut kemudian dianggap sebagai investasi modal

Page 18 of 21
karena dianggap memiliki manfaat ekonomi yang besar bagi perusahaan.
Pembayaran Cost tersebut mencerminkan aliran keluar aset yang harus ditandingkan
dengan pendapatan yang dihasilkan dari penempatan jasa telepon dan internet kepada
konsumen di periode yang sama. Hal tersebut mengakibatkan pencatatan laba yang
terlalu tinggi.

Selain itu auditor juga harus teliti dalam menganalisa pencatatan beban yang
terlalu rendah. Hal ini biasanya terjadi agar laba perusahaan terlihat tinggi. Contoh
kasus yang terjadi yaitu pengakuan aset hasil akuisisi oleh perusahaan yang dicatat
terlau rendah. Dengan demikian beban penyusutan untuk periode-periode selanjutnya
pun akan lebih rendah sehingga laba akan terlihat lebih besar. Praktek pencatatan
biaya sekaligus yang terlalu tinggi yang timbul karena akuisisi atau restrukturisasi
dikenal sebagai akuntansi “big bath”. Selain itu terdapat pula praktek yang dikenal
sebagai “cookie-jar” yang menghitung beban masa depan yang diekspektasi
perusahaan sekaligus pada saat akuisisi.

Masalah lain yang memerlukan ketelitian auditor adalah pencatatan beban


lainnya yang menggunakan estimasi, seperti persediaan yang usang, jaminan,
kerugian dalam perkara hukum, pembebanan piutang ragu-ragu dan kontrak
pembangunan yang dalam pengerjaan. Auditor harus menganalisa kewajaran atas
estimasi yang digunakan tersebut serta adanya bukti-bukti yang mendukung.

Page 19 of 21
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
IAI dan FASB membedakan Cost menjadi beban dan rugi, sedangkan IAI
tidak. IAI dan FASB memang mempertimbangkan pendapatan dalam
mengklasifikasi apakah Cost tersebut termasuk ke dalam beban ataukah rugi. Apabila
Cost tersebut tidak menghasilkan pendapatan, baik secara langsung maupun tidak
langsung, maka Cost tersebut akan dianggap sebagai rugi (misalnya pemberian
donasi, pembayaran pajak, dan lain-lain). Sedangkan IAI membedakan Cost hanya
dari kadaluarsanya. Cost yang sudah kadaluarsa akan dialui sebagai beban,
sedangkan yang belum sebagai aset.
Beban harus diakui dalam laporan laba rugi ketika penurunan keuntungan
ekonomi di masa depan berhubungan dengan penurunan aset atau peningkatan
kewajiban dapat diukur secara reliabel.
Akuntan beranggapan laporan keuangan lebih berguna bagi pembaca dengan
adanya alokasi beban. Namun, pada kenyataannya alokasi tersebut tidak
mencerminkan nilai yang sebenarnya pada laporan keuangan. Pada kenyataannya
penggunaan konsep alokasi pada umumnya untuk menghindari beban yang timbul
dari penggunaan jasa appraisal dalam penyusunan laporan keuangan.
Auditor harus teliti dalam menganalisa pencatatan beban yang terlalu rendah.
Hal ini biasanya terjadi agar laba perusahaan terlihat tinggi. Contoh kasus yang
terjadi yaitu pengakuan aset hasil akuisisi oleh perusahaan yang dicatat terlau rendah.
Dengan demikian beban penyusutan untuk periode-periode selanjutnya pun akan
lebih rendah sehingga laba akan terlihat lebih besar. Praktek pencatatan biaya
sekaligus yang terlalu tinggi yang timbul karena akuisisi atau restrukturisasi dikenal
sebagai akuntansi “big bath”. Selain itu terdapat pula praktek yang dikenal sebagai
“cookie-jar” yang menghitung beban masa depan yang diekspektasi perusahaan
sekaligus pada saat akuisisi. Masalah lain yang memerlukan ketelitian auditor adalah
pencatatan beban lainnya yang menggunakan estimasi.

Page 20 of 21
DAFTAR PUSTAKA

Chairiri, Anis dan Imam Ghozali. 2001. Teori Akuntansi Edisi Pertama. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro

Godfrey, J., et.al. 1994. Accounting Theory 7th Edition. Sydney: John Wiley and Sons

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba

Empat

Suwardjono. 2010. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan.

Yogyakarta: BPFE

Page 21 of 21

Anda mungkin juga menyukai