Anda di halaman 1dari 7

Rangkuman Materi Kuliah

AKUNTANSI KEPRILAKUAN
THE BEHAVIORAL DIMENSION OF INTERNAL CONTROL
Dimensi Perilaku dalam Pengendalian Internal

Disusun Oleh :

BILQIS RATU ZHABRINA


A31114326

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
Chapter 13
The Behavioral Dimension of Internal Control
Dimensi Perilaku dalam Pengendalian Internal

A. Definisi Dan Lingkup Pengendalian Internal


Pertama kali pengendalian internal didefinisikan tahun 1949 oleh komite American
Institute of Accountants sebagai berikut:
Pengendalian internal terdiri dari rencana organisasi dan seluruh metode koordinasi
dan pengukur yang diadopsi didalam suatu bisnis untuk mengamankan asetnya
mengecek keakurasian dan reliabilitas data akuntansinya mendorong efisiensi
operasional dan mendukung dipatuhinya kebijaksanaan manajemen. Definisi ini
mungkin lebih luas. Dalam hal ini diakui bahwa suatu "sistem" pengendalian internal
lebih luas daripada hal-hal yang berkaitan langsung dengan fungsi departemen
akuntansi dan keuangan. Sistem seperti ini mencakup pengendalian budgetair, standard
costs, laporan operasional periodik, analisis statistik dan diseminasinya, program
pelatihan yang didisain untuk karyawan memenuhi tanggung jawabnya, dan staf auditor
internal untuk memberikan jaminan tambahan pada manajemen tentang kecukupan
prosedur.
Tahun 1958, suatu komite baru dalam American Institute of Certified Public
Accountant (AICPA) mencoba untuk mengklarifikasi definisi pengendalian internal,
yaitu:
Pengendalian internal dalam pengertian yang luas meliputi:
a. Pengendalian akuntansi terdiri dari perencanaan organisasi dan seluruh metode dan
prosedur yang berhubungan langsung dengan keamanan aset dan keandalan
pencatatan keuangan. Pengendalian ini termasuk "pengendalian sistem otorisasi dan
persetujuan, pemisahan tugas berkaitan dengan operasi atau pengamanan aset,
pengendalian fisik atas aset, dan audit internal.
b. Pengendalian administratif terdiri dari perencanaan organisasi dan "seluruh metode
dan prosedur yang berhubungan langsung dengan efisien operasional dan
dipatuhinya kebijakan manajerial dan biasanya berhubungan tidak langsung dengan
pencatatan keuangan. Pengendalian ini termasuk pengendalian seperti analisis
statistik, time and motion studies, laporan kinerja, program pelatihan karyawan dan
pengendalian kualitas.
Securities and Exchange Commission (SEC) mendefinisikan pengendalian internal
sebagai berikut:
Pengendalian internal terdiri dari perencanaan organisasi, prosedur dan pencatatan
yarg memperhatikan keamanan aset dan keandalan pencatatan keuangan dan
konsekuensinya didisain untuk menyediakan jaminan yang beralasan (reasonable)
bahwa:
a. Transaksi dilakukan sesuai dengan otorisasi manajemen baik otorisasi umum
maupun spesifik,
b. Transaksi dicatat (1) untuk memungkinkan penyiapan laporan keuangan yang sesuai
dengan generally accepted accounting principles (GAAP)/prinsip akuntansi
berterima umum (PABU) atau kriteria lain yang dapat diterapkan pada laporan
tersebut, dan (2) untuk memelihara akuntabilitas atas aset.

c. Akses atas aset diizinkan hanya bila ada otorisasi manajemen

d. Pencatatan akuntabilitas atas aset dibandingkan dengan aset yang ada pada interval
yang reasonable dan bila terjadi perbedaan dilakukan tindakan yang dibutuhkan.

Intemational Federation of Accountant (IFAC) yang pada tahun 1981 beranggotakan


80 badan akuntansi dari 59 negara yang berbeda memilih definisi yang lebih luas.
Sistem pengendalian internal adalah perencanaan orgarisasi dan seluruh sistem
koordinasi, keuangan dan lainnya, yang dibentuk oleh manajemen entitas untuk
membantu pencapaian tujuan manajemen untuk menjamin bisnis yang tertib dan
efisien, termasuk dipatuhinya kebijakan manajemen, keamanan aset, pencegahan atau
pendeteksian kecurangan dan kesalahan, keakuratan dan kelengkapan catatan akuntansi,
dan penyiapan informasi keuangan yang andal secara tepat waktu.

Unsur-Unsur Pengendalian Internal


Ada lima unsur-unsur dalam pengendalian internal perusahaan, yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
b. Prosedur Pengendalian (Control Procedure)
c. Aktivitas Pengendalian
d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
e. Pemantauan (Monitoring)
B. Manfaat Pengendalian Internal
Dari berbagai definisi di atas, tampak bahwa permasalahan pengendalian internal
merupakan masalah perilaku. Artinya permasalahan pengendalian internal disebabkan
oleh risiko bahwa personal yang seharusnya bertanggungjawab dalam organisasi
melakukan tindakan tidak diinginkan atau mereka gagal melakukan tindakan yang
diinginkan. Oleh karenanya, pengendalian internal menjadi penting bagi organisasi
karena kemampuannya untuk (1) mencegah atau paling tidak mengurangi terjadinya
perilaku yang tidak diinginkan atau tidak dilakukannya suatu perilaku yang diinginkan,
dan (2) mengurangi biaya akibat terjadinya perilaku yang tidak diinginkan atau perilaku
yang tidak dilakukan.
Karena permasalahan pengendalian internal merupakan masalah perilaku, maka
pemahaman tentang bagaimana dan mengapa pengendalian internal dapat berjalan perlu
dilakukan dalam konteks perilaku, psikologi, (bukan akuntansi atau ekonomi) yang
mungkin merupakan dasar disiplin ilmu yang paling penting yang mendasari teori dan
praktik pengendalian internal. Fakta penting tentang pengendalian internal ini seringkali
tidak dinyatakan dalam dokumen pengendalian internal, dan dokumen tersebut lebih
banyak berorientasi pada aspek teknis dan prosedural.

C. Tipe-Tipe Pengendalian Internal


Pengendalian internal dengan tipe pendeteksian berbeda dengan tipe pencegahan
karena tipe pendeteksian terjadi setelah terjadinya perilaku. Karenanya tipe ini dapat
efektif jika deteksi dilakukan secara tepat waktu dan jika hasilnya dapat mengkoreksi
efek dari tindakan menyimpang. Hasil pengendalian internal dari tipe deteksi harus
membuat individu tidak lagi berniat untuk melakukan tindakan serupa.
Cara lain untuk mengklasifikasikan pengendalian adalah dikaitkan dengan
spesifikasi maksud atau tujuan pengendalian (specificity of intent). Beberapa
pengendalian internal didisain untuk mencapai tujuan pengendalian yang spesifik.
Bentuk ini disebut dengan pengendalian khusus/spesifik (specific controls) atau
pengendalian primer dan pengendalian aplikasi pengendalian spesifik diterapkan pada
proses transaksi dan dalam menangani aset yang berpotensi memunculkan terjadinya
satu atau lebih tipe kesalahan atau ketidakberesan.
Tipe lain disebut dengan pengendalian umum (general controls), atau pengendalian
sekunder sebagaimana diistilahkan oleh John Willingham dan Douglas Carmichael
(1979), dan Gary Holstrum (1984). Pengendalian umum bertujuan untuk menciptakan
lingkungan yang kondusif untuk pengendalian internal yang baik dan buruk,
mendukung dan menjamin berfungsinya pengendalian spesifik pembedaan antara
pengendalian umum dan spesifik menjadi penting karena auditor memeriksa
pengendalian khusus pada seluruh tugas penting sebelum mereka menyatakan bahwa
sistem pengendalian internal adalah efektif, kecuali pada kondisi yang tidak biasa.
Kedua cara pengklasifikasian pengendalian internal ini dapat dibentuk dalam
matriks, sebagai berikut:
Purpose
Prevention Detection

Specificity Specific 1 2

of Intent
3 4
General

Sel 1: Spesifik/Pencegahen
1. Pembatasan akses (baik secara fisik maupun administratif) pada area
2. penyimpanan aset yang bernilai atau catatan yang sensitif. Pemisahan tugas,
terutama untuk tugas-tugas yang sensitif.
3. Validasi data sebelum dimasukkan.
Sel 2: Spesifik/Pendeteksian
a. Rekonsiliasi penghitungan persediaan secara periodik dengan catatan persediaan
b. Formulir bernomor urut tercetak (prenumbered forms)
c. Rekonsiliasi jumlah dokumen yang ada di laporan dengan jumlah dokumen yang ada
pada departemen asal.
Sel 3: Umum/Pencegahan
1. Kebijakan perekrutan dan pelatihan secara efektif.
2. Perencanaan organisasi secara efektif.
3. Code of conduct.
Sel 4: Umum/Pendeteksian
a. Supervise personal secara ketat.
b. Penggunaan staf audit internal.
c. Pembandingan laporan finansial secara periodik.

D. Situasi yang Mempengaruhi Pemilihan Tipe Pengendalian Internal


Pilihan atas pengendalian bergantung pada empat faktor yaitu:
1. Tipe kesalahan (error) dan ketidakberesan (irregularities) yang dihadapi. Hal ini
akan beragam tergantung tipe aset yang dimiliki perusahaan dan tipe transaksi yang
terjadi. Misainya risiko hilangnya persediaan bukan merupakan hal yang signifikan
pada perusahaan jasa, yang memiliki persediaan dalam jumlah sedikit.
Komputerisasi sistem akuntansi menyebabkan perubahan besar dalam jumlah dan
tipe orang yang memiliki akses pada catatan keuangan, dan perubahan ini
memunculkan risiko.
2. Cost yang harus ditanggung organisasi jika terjadi satu atau lebih kesalahan atau
ketidakberesan, kontrol yang ketat harus dilakukan pada transaksi atau aset yang
penting.
3. Kecenderungan terjadinya masing-masing tipe kesalahan dan ketidakberesan. Hal ini
akan beragam misalnya:
a. Tipe orang dalam aktivitas dikontrol. Risiko terjadinya kesalahan pada orang
yang terlatih baik dan berpengalaman lebih rendah daripada orang yang tidak
berpengalaman.
b. Tingkat kemudahan penjualan aset. Bisnis yang berhubungan dengan kas
memiliki risiko yang tinggi.
c. Kompleksitas aktivitas yang dikontrol. Proses yang sangat kompleks akan
mengakibatkan kurangnya pemahaman pada sebagian orang yang mengerjakan
aktivitas tersebut.
d. Struktur organisasi. Sangatlah sulit bagi manajemen puncak untuk selalu
memantau seluruh aktivitas pada organiasi yang sangat terdesentralisasi.
e. Filosofi manajemen. Lingkungan kerja yang tertekan akan cenderung
mendorong karyawan memanipulasi data untuk mencapai target. Hal ini juga
akan memunculkan perilaku disfungsional seperti pencurian.
4. Cost dan potensi efektivitas dari masing-masing tipe "pengendalian yang dapat
digunakan. Seperti benda ekonomis lain, pengendalian internal dapat
diimplementaskan bila potensi manfaatnya lebih besar dari pada cost-nya.

Anda mungkin juga menyukai