Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar  Belakang
Pemahaman terhadap konsep biaya memerlukan analisis yang hati-hati
terhadap karakteristik dan transaksi yang berkaitan dengan biaya. Ada elemen
laporan lain yang sifatnya hampir sama dengan biaya namun sebaiknya tidak
dimasukkan sebagai komponen biaya. Karakteristik biaya dapat dipahami dengan
mengenali batasan atau pengertian yang berkaitan dengan biaya.
Dengan pemahaman seperti ini, transaksi yang berkaitan dengan biaya dapat
dengan mudah diidentifikasi sehingga dapat disajikan dengan benar dalam laporan
keuangan. Dalam makalah ini akan membahas tentang biaya yang sebagai dasar
pencatatan nilai dalam akuntansi pada tahap pembebanan. Konsep dasar yang
melandasi pembebanan biaya adalah konsep upaya dan hasil.
Atas dasar konsep tersebut biaya dapat dipisah menjadi dua yaitu : biaya yang
masih menjadi potensi jasa (melekat pada aktiva), dan biaya yang potensi jasanya
dianggap sudah habis dalam rangka menghasilkan pendapatan. Pembebanan biaya
satu periode akuntansi di dasarkan pada kriteria penentuan habisnya manfaat
biaya tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari Akuntansi Biaya ?
2. Apakah Perbedaan antara Biaya dan Beban ?
3. Bagaimana Pengklasifikasian Biaya ?
4. Bagaimana Prosedur dalam Siklus Akuntansi Biaya ?
5. Bagaimana Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur ?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Akuntansi Biaya
2. Mengetahui Perbedaan antara Biaya dan Beban
3. Mengetahui Pengklasifikasian Biaya
4. Mengetahui Prosedur dalam Siklus Akuntansi Biaya
5. Mengetahui Penyajian Laporan Keuangan Perusahaan Manufaktur

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AKUNTANSI BIAYA


Akuntansi biaya sebagai bidang khusus akuntansi merupakan sistem informasi
akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi biaya kepada manajemen
yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda.
Dalam mempelajari akuntansi biaya seyogyanya kita mempunyai pengertian
yang baik mengenai istilah biaya (cost) dan istilah –istilah lainnya yang berkaitan
erat dengan istilah ini agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pemahaman dan
penerapannya.

2. PERBEDAAN ANTARA BIAYA DAN BEBAN


Istilah biaya (cost) tidaklah sama dengen beban (expense) dan kerugian (loss).
Sering kali istilah-istilah ini digunakan dalam pengertian yang sama. Mengenai
perbedaan dari ketiga istilah ini dapat dilihat dari definisi yang dnyatakan atas
istilah-istilah tersebut sebagai berikut.
a. Biaya (cost) adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan
untuk memperoleh barang / jasa yang berguna untuk masa yang akan
datang, atau mempunyai manfaat melebihi satu periode akuntansi.
Biasanya tercermin dalam laporan posisi keuangan (neraca) sebagai aset
(asset) perusahaan, misalnya pembelian mobil (kendaraan ) dengan harga
perolehan Rp 30.000.000 dan diperkirakan bermanfat selam lima tahun,
maka perusahaan dikatakan memiliki aset dengan biaya (cost) sebesar Rp
30.000.000. Oleh karena bermanfaat selama lima tahun, maka secara
proporsional biaya ini dialokasikan sebagai beban (expense) sebesar Rp
6.000.000 dalam periode akuntansi yang berjalan.
b. Beban (expense) merupakan biaya (cost) yang telah memberikan suatu
manfaat (expired cost), dan termasuk pula penurunan dalam aset atau
kenaikan dalam liabilitas sehubungan dengan penyerahan barang dan jasa
dalam rangka memperoleh pendapatan, serta pengeluaran-pengeluaran
yang hanya memberi manfaat untuk tahun buku yang berjalan.

2
Jika manfaat dari barang atau jasa itu diterima, maka biaya (cost) menjadi
beban (expense) atau dengan kata lain biaya (cost) yang telah habis masa
manfaatnya(expired) merupakan beban (expense), sedangkan biaya (cost)
yang manfaatnya masih akan diterima digolongkan sebagai set. Sebagai
contoh, asuransi yang dibayar di muka merupakan biaya dan disajikan
sebagai aset lancar dalam laporan posisi keuangan (neraca). Apabila
manfaatnya telah diterima atau habis karena berlalunya waktu maka akan
menjadi beban asuransi dan disajikan dalam laporan laba rugi.
c. Kerugian (lost) adalah biaya yang timbul ketika barang atau jasa diperoleh
pada hakikatnya tidak mempunyai nilai sama sekali atau tanpa manfaat
apa-apa lagi karena kondisi-kondisi tertentu. Beban dan kerugian kedua-
duanya mengurangi pendapatan tetapi disajikan terpisah dalam laporan
laba rugi. Termasuk juga dalam hal ini transaksi-transaksi yang
mengurangi aset neto perusahaan yang buka beban-beban atau
pengembalian modal kepada pemilik.

3. KLASIFIKASI BIAYA
Klasifikasi biaya diperlukan untuk menyampaikan dan meyajikandata biaya agar
berguna bagi manajemen dalam mencapai berbagai tujuannya. Sebelum
memutuskan bagaimana menghimpun dan mengalokasikan biaya dengan baik,
manajemen dapat melakukan pengklasifikasian biaya atas dasar :
1). Objek biaya
a. produk
b. departemen, dan lain lain
2). Perilaku biaya
3). Periode akuntansi
4). Fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional

3
Berdasarkan Objek Biaya
Objek biaya merupakan suatu dasar yang digunakan untuk melakukan perhitngan
biaya. Oleh karena itu, dalam sebuah perusahaan terdapat banyak hal yang
dijadikan sebagi objek biaya di antaranya adalah objek biaya berdasarkan :
a. Produk
b. Jasa
c. Proyek
d. Konsumen
e. Merek
f. Aktivitas
g. Departemen
Mengingat begitu banyaknya objek biaya yang dapat digunakan oleh perusahaan,
namun yang paling umum dilakukan perusahaan adalah berdasarkan produk,
separtemen dan aktivitas. Berikut ini akan diuraikan klasifikasi biaya berdasarkan
produk dan departemen, sedangkan untuk aktivitas akan dibahas pada bagian
Activity Based Costing.

Berdasarkan Produk
Kegiatan manufaktur merupakan proses transformasi atas bahan-bahan menjadi
barang dengan menggunakan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Biaya biaya yang
terjadi sehubungan dengan kegiatan manufaktur ini disebut biaya produksi. Biaya
ini diklasifikasikan dalam tiga elemen utama sehubungan dengan produk yang
dihasilkan, yaitu : bahan langsung, tenaga kerja langsungdan overhead pabrik.
Pengklasifikasian seperti ini diperlukan untuk tujuan pengukuran laba dan
penentuan harga pokok produk yang akurat atau tepat serta pengendalian biaya.

4
Dalam bentuk pengklasifikasian yang lain bahan langsung dan tenaga
kerja langsung digabungkan atau dijumlahkan menjadi biaya utama yang
merupakan biaya biaya yag secara langsung berhubungan dengan produksi.
Penggabungan atau penjumlahan tenaga kerja langsung dan overhead
disebut baiay konversi yang merupakan biaya-biaya yang mengolah bahan
langsung menjadi produk yang selesai. Meskipun tenaga kerja langsung adalah
bagian dari kedua klasifikasi tersebut, perhitungan ganda bukan merupakan
msalah, karena pengklasifikasian ini merupakan suatu metode analisis untuk
membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi pengendalian, bukan
dimaksudkan untuk tujuan penentuan harga pokok.
Biaya bahan langsung merupakan biaya perolehan dari seluruh bahan
langsung yang menjadi bagian yang integral yang membentuk barang jadi,
misalnya kayu yang dipakai untuk membuat meja dan kursi. Di samping itu
dibutuhkan juga bahan tidak langsung yaitu semua bahan yang tidak dapat
diidentifikasi dengan mudah dan ekonomis terhadap produk yang selesai atau
biasanya bukan merupakan baiay yang berarti dalam menghasilkan produk
tersebut. Biaya ini dikelompokkan sebagai elemen baiay overhead pabrik atau
biaya produksi tidak langsung, misalnya lem atau paku yang digunakan untuk
membuat meja atau kursi tersebut.
Biaya tenaga kerja langsung adalah upah dari semua tenaga kerja langsung
yang secara fisik baik menggunakan tangan maupun mesin ikut dalam proses
produksi untuk menghasilkan suatu produk atau barang jadi. Contoh –contoh dari
tenaga kerja langsung adalah pekerja-pekerja yang vertugas sebagai operator-
operator mesin di pabrik atau yang bertugas sebagai bagian pemotong kayu dalam
membuat meja dan kursi.
Biaya tenaga kerja tidak langsung merupakan upah dari semua tenaga
kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam memproduksi suatu produk. Biaya
ini sulit dihubungkan dengan produk yang dihasilkan, sebagai contoh adalah upah
penjaga malam, mandor, gaji karyawan administrasi pabrik, dan gaji karyawan
bagian pemeliharaan. Biaya-biaya tenaga kerja langsung ini juga dikelompokkan
sebagai elemen biaya overhead pabrik atau biaya produksi tidak langsung yang
akan diuraikan berikut ini.

5
Biaya overhead pabrik adalah semua biaya untuk memproduksi suatu
produk selain dari bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Istilah lain untuk
biaya ini adalah biaya produksi tidak langsung. Istilah ini sesuai dengan sifat
biaya overhead pabrik yang terdiri atas berbagai elemen-elemen biaya yang tidak
dapat dibebankan secara langsung kepada satuan-satuan, pekerjaan-pekerjaan atau
produk-produk tertentu. Dengan demikian baiay-biaya tidak langsung ini
dihimpun dan dialokasikan kepada pekerjaan atau produk yang dihasilkan melalui
kelompok biaya yang disebut biaya overhead pabrik. Biaya ini lebih jauh dapat
diklasifikasikan dalam tiga unsur pokok:
 Bahan tidak langsung
 Tenaga kerja tidak langsung
 Biaya produksi tidak langsung lainnya, seperti : asuransi peralatan
pabrik, penyusutan peralatan pabrik, dan lain-lain.

Pengklasifikasian biaya berdasarkan produk diperlukan untuk tujuan


penentuan harga pokok produk, penetapan harga, pengukuran laba yang akurat
serta untuk tujuan pengendalian biaya. Bentuk pengklasifikasian lainnya adalah
bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dijumlahkan untuk menjadi biaya
utama yang merupakan biaya-biaya yang secara langsung berhubungan dengan
produksi.
Biaya Tenaga Biaya Bahan Biaya Utama
Kerja Langsung Baku Langsung

Penggabungan atau penjumlahan biaya tenaga kerja langsung dan biaya


overhead pabrik disebut dengan biaya konversi yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Meskipun tenaga
kerja langsung adalah bagian dari kedua klasifikasi tersebut, perhitungan ganda
bukan merupakan sebuah permasalahan karena pengklasifikasian ini merupakan
suatu metode analisis untuk membantu manajemen dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, bukan dimaksudkan untuk tujuan penentuan harga pokok.

6
Biaya Konversi Biaya Tenaga Biaya Overhead
Kerja Langsung Pabrik

Berdasarkan Departemen
Dalam kategori biaya-biaya dikelompokkan menurut departemen –
departemen atau unit-unit organisasi yang lebih kecil dari suatu pabrik di mana
biaya-biaya tersebutterjadi.
Pengelompokkan biaya seperti ini dapat membantu manajemen dalam
menentukan harga pokok produk yang lebih tepat, dan pada akhirnya dapat
mengukur laba yang layak. Di samping itu juga berguna dalam mengendalikan
biaya pabrik, terutama biaya overhead pabrik. Dalam perusahaan manufaktur
terdapat dua jenis departemen atau bagian, sebagai berikut :
1. Departemen Produksi, merupakan unit organisasi dari suatu perusahaan
manufaktur di mana proses produksi dilaksanakan secara langsung atas
produk, baik dengan tangan maupun dengan menggunakan mesin. Biaya
yang terjadi dalam departemen ini seluruhnya dibebankan secara langsung
kepada produk yang bersangkutan. Jika dalam suatu departeman terdapat
dua jenis mesin yang berbeda atau lebih maka untuk penentuan biaya
produk yang tepar, departemen tersebut dapat dibagi menjadi beberapa
pusat biaya.

2. Departemen pendukung (service department), merupakan suatu unit


organisasi yang secara tidak langsung terlibat dalam proses produksi.
Departemen ini memberikan jasanya kepada departemen-departemen lain
dalam perusahaan, kepada departemen produksi maupun departemen
pendukung lainnya. Sebagai contoh dari departemen pendukung adalah
departemen pemeliharaan, utilitas, perencanaan dan pengendalian
produksi, upah dan gaji, akuntansi biaya, kafetaria, dan lain-lain.

7
Semua biaya yang terjadi dalam departemen ini dikelompokkan sebagai
biaya overhead pabrik (factory overhead). Sehubungan dengan
pembebanan biaya overhead ke departemen departemen manufaktur
tersebut di atas kita dapat mengelompokkan biaya-biaya atas beban
departemen langsung (direct departmental charges) dan beban departemen
tidak langung (indirect departmental charges).
Beban departemen langsung adalah biaya biaya yang terjadi atau berasal
dari suatu departemen dan langsung dapat dibebankan pada masing masing
departemen, baik departemen produksi maupun departemen pendukung.
Beban departemen tidak langsung adalah biaya-biaya yang terjadi di mana
manfaatnya diterima secara bersama oleh beberapa departemen. sehingga biaya
tersebut tidak dapat dibebankan secara langsung pada masing masing departemen,
tetapi dialokasikan dengan menggunakan basis tertentu. Sebagai contoh sewa
gedung, penyusutan gedung. dan listrik. Biaya departemen tidak langsung ini
dalam istilah yang lain disebut biaya gabungan (common cost).

Perilaku Biaya
Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan atau
volume maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya, yaitu biaya
variabel (variable cost), biaya tetap (fixed cost), dan biaya semi variabel (semi
variable cost). Agar dapat memudahkan manajemen dalam menyusun
perencanaan atau anggaran operasi dan mengendalikan biaya dengan baik maka
untuk maksud tersebut biaya semi variabel harus dipecah menjadi unsur variabel
dan unsur tetap, kemudian digabungkan kepada biaya variabel atau biaya tetap.
Dengan demikian hanya terdapat dua jenis dari biaya, yaitu biaya variabel dan
biaya tetap.
Biaya variabel adalah biaya-biaya yang dalam total berubah secara langsung
dengan adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume, volume produksi ataupun
volume penjualan Di samping itu, biaya variabel mempunyai karakteristik umum
yang lain di mana biaya per unitnya tidak berubah.

8
Contoh dari biaya-biaya produksi yang dapat didentifikasıkan sebagai biaya
variabel adalah biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung, serta
beberapa elemen biaya overhead pabrik dan elemen biaya penjualan.

Gambar 2.1 Pola Perilaku Bahan Baku Langsung


Sebagai Biaya Variabel

Gambar 2.1 menggambarkan pola perilaku biaya bahan langsung yang


berubah secara proporsional terhadap adanya perubahan tingkat kegiatan atau
output tertentu. Biaya bahan langsung per unit barang jadi Rp1.000 pada tingkat
10.000 unit, maka total biaya bahan langsung Rp10.000.000. Dengan menambah
volume produksi 20% atau menjadi 12.000 unit maka biaya langsung juga akan
bertambah dengan proporsional sebesar 20% sehingga menjadi Rp12.000.000.
Garis vertikal pada Gambar 2.1 menunjukkan biaya dalam rupiah, sedangkan
garis horizontal menunjukkan volume produksi. Garis lurus yang menunjukkan
biaya variabel dapat ditentukan dengan menarik garis dari titik nol yaitu
pertemuan antara garis horizontal dan garis vertikal ke titik-titik temu dari volume
produksi dan total biaya bahan langsung yang telah dipilih.

9
Biaya tetap adalah biaya-biaya yang secara total tetap tidak berubah dengan
adanya perubahan tingkat kegiatan atau volume dalam batas-batas dari tingkat
kegiatan yang relevan atau dalam periode waktu tertentu. Biaya tetap per unit
akan berubah dengan adanya perubahan volume produksi. Dalam jangka panjang
biaya tetap juga akan menjadi biaya variabel.

Gambar 2.2 Pola Perilaku Biaya Tetap

Gambar 2.2 menunjukkan pola perilaku biaya tetap. Sebagai contoh batas-
batas yang relevan dari volume produksi adalah 30.000 unit sampai dengan
80.000 unit per tahun dengan biaya sewa gudang Rp100.000.000. Jika produksi
yang mungkin daput dilaksanakan oleh perusahaan kurang dari30.000 unit,
perusahaan dapat menyewa gedung yang lebih kecil, dengan biaya sewa yang
lebih rendah, misalnya Rp 60.000.000.
Akan tetapi, bila berproduksi di atas 80.000 unit maka biaya sewa akan
meningkat menjadi Rp 120.000.000. Biaya tetap ini dapat juga berubah pada
periode waktu tau tahun berikutnya karena adanya perubahan dalam syarat sewa
menyewa.
Biaya semi variabel adalah biaya-biaya yang mempunyai atau mengandung
unsur tetap dan unsur variabel. Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya
harus dipisah menjadi elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel.

10
Unsur tetap ini biasanya merupakan biaya minimun yang harus dikeluarkan untuk
jasa yang digunakan. Sebagai contoh dari biaya semi variabel ini; biaya listrik,
biaya telepon, biaya angkutan, dan lain-lain. Pembebanan atas biaya listrik terdiri
atas elemen tetap satu beban minimum dari daya (VA) yang harus dibayar tanpa
melihat adanya pemakaian dan elemen variabel yang akan dibebankan
berdasarkan pemakaian KWH yang tertera dalam alat meteran listrik dikali
dengan tarif-tarif yang ditentukan. Untuk mencari Biaya Semi variabel yaitu
Biaya Tetap ditambah dengan Biaya Variabel.

Gambar 2.3 Pola Perilaku Biaya Semi Variabel


Gambar 23 menunjukkan biaya listrik yang mempunyai karakteristik tetap
dan variabel, dengan asumsi biaya tetap (abodement) atas daya (VA) yang diambil
sebesar 10.000 KVA adalah Rp 40.000. Tarif atau harga per KWH pemakaian Rp
20.
Apabila pada bulan ini pemakaian sebesar 4.000 maka baya pemakaian
(beban) yang merupakan unsur variabel adalah 4.000 x Rp20 =Rp 20.000. Total
biaya listrik yang harus dibayar berjumlah Rp120.000.

11
Berdasarkan Periode Akuntansi
Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi, biaya-
biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya tersebut dibebankan
terhadap pendapatan. Pengklasifikasian seperti ini berguna bagi manajemen dalam
membandingkan beban beban expenses) dengan pendapatan (revenues) secara
layak dalam rangka penyusunan laporan keuangan. Sehubungan dengan periode
akuntansi ada dua kategori kelompok biaya sebagai berikut.
Biaya Produk.
Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya poduksi yaitu
bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik. Biaya biaya ini pada
saat terjadinya dicatat dan dialokasikan sehagai persediaan (inventory), tetapi
apabila terjadi penjualan atas persediaan atau produk, maka biaya dari persediaan
akan menjadi “harga/beban pokok penjualan” (expenses) yang akan dibandingkan
dengan pendapatan yang telah terealisir dari penjualan tersebut.
Biaya Periode.
Biaya- biaya yang tidak berkaitan dengan persediaan / produk tetapi
berhubungan dengan periode waktu atau periode akuntansi. Biaya periode ini bisa
bermanfaat untuk memperoleh pendapatan dalam beberapaperiode akuntansi dan
ada juga yang memberi manfaat hanya untuk periode akuntansi yang berjalan.
Contoh biaya ini adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi.
Jika dihubungkan dengan manfaat yang diterima dari suatu pengeluaran, di
mana biaya yang dikeluarkan ini hanya bermanfaat untuk satu periode akuntansi,
maka disebut pengeluaran pendapatan (revenue espenditure) dan dicatat sebagai
beban (expenses). Apabila biaya ini memberikan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi disebut pengeluaran modal (capital expenditure) dan mula-mula dicatat
sebagai aset dan berdasarkan berlalunya waktu akan berubah menjadi beban.
Contoh pengeluaran pendapatan adalah biaya perawatan mesin, sedangkan
contah untuk pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian gedung di
mana awalnya akan dicatat sebagai gedung (bagian dari aset tetap) dan secara
bertahap dibebankan melalui beban penyusutan gedung.

12
Kebijakan manajemen dalam bidang keuangan juga memengaruhi ketepatan
kedua pengelompokan dari biaya periode ini. Pertimbangannya tidak hanya
berdasarkan pada masa manfaatnya saja tetapi juga kepada besarnya jumlah
pengeluaran. Manajemen juga menetapkan batas jumlah pengeluaran tertentu
(materiality) yang dapat dikategorikan sebagai pengeluaran modal. Misalnya
untuk pengeluaran Rp 500.000 atau lebih dicatat sebagai pengeluaran modal dan
untuk pengeluaran dibawah itu langsung dicatat sebagai beban periode akuntansi
berjalan.
Penyesuaian atas biaya periode ini dari aset menjadi beban karena berlalunya
waktu atau habis masa manfaatnya, biasanya terdapat pada biaya-biaya yang
berhubungan dengan fungsi penjualan dan fungsi administrasi sebagai contoh
mengenai beban penyusutan gedung di atas.
Menurut Fungsi Manajemen atau Jenis Kegiatan Fungsional
Pengklasifikasian biaya menurut jenis dari kegiatan fungsional bertujuan
untuk membantu manajemen dalam perencanaan, analisis, dán pengendalian biaya
atas dasar fungsi-fungsi yang ada dalam suatu organisasi perusahaan.
Anggaran operasi disusun untuk setiap fungsi, dan sclanjutnya dibandingkan
dengan biaya yang sesungguhnya terjadi dan juga dihimpun menurut fungsi-
fungsi tersebut. Penyimpangan yang terjadi akan dianalisis oleh manajemen untuk
melakukan tindakan-tindakan perbaikan atas penyimpangan yang tidak wajar.
Berdasarkan pada jenis kegiatan fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
a. Biaya produksi, biaya-biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk
hingga siap untuk dijual.
b. Biaya penjualan, biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu produk
atau jasa.
c. Biaya umum/administrasi, biaya-biaya yang terjadi untuk memimpin,
mengendalikan, dan menjalankan suatu perusahaan.

13
4. SIKLUS AKUNTANSI BIAYA
Pada dasarnya prosedur-prosedur dalam siklus akuntansi biaya tidak berbeda
dengan apa yang dipelajari dalam akuntansi keuangan. Akuntansi biaya lebih rinci
dalam menyajikan persediaan yang dikelompokkan menjadi 3(tiga) yaitu sebagai
berikut.
a. Persediaan bahan baku, adalah akun persediaan untuk bahan baku yang
belum diolah dalam proses produksi.
b. Persediaan barang dalam proses adalah akun persediaan untuk barang yang
pada saat pelaporan masih di dalam proses produksi.
c. Persediaan barang jadi adalah akun persediaan untuk barang siap dijual.

Ketiga jenis persediaan tersebut akan terkait dalam siklus akuntansi biaya
yang menggambarkan arus biaya (cost) dan beban (expense) serta proses
pencatatan transaksi dalam suatu perusahaan manufaktur untuk maksud penentuan
harga pokok.
Akuntansi biaya mencatat dan mengukur elemen-elemen biaya yang timbul
dan mengalir melalui proses produksi. Akun-akun yang biasanya dipergunakan
untuk menggambarkan kegiatan produksi adalah: persediaan bahan (materials),
gaji, dan upah (payroll), biaya overhead pabrik (factory overhead control), barang
dalam proses (work in process/goods in process), dan barang jadi (finished
goods).

14
Akun-akun ini tidak hanya terkait pada kegiatan dalam proses produksi
saja yaitu dari pemakaian bahan untuk produksi hingga barang selesai dan siap
untuk dijual, tetapi juga berkaitan dengan kegiatan lainnya yang bersifat umum
seperti perolehan bahan dan penjualan barang jadi. Oleh karena itu, dalam catatan
arus biaya dari perolehan bahan kemudian untuk proses produksi dan kejadian
penjualan tergambar adanya hubungan antara akun-akun biaya (akun biaya)
tersebut di atas dengan akun akun umum dalam akuntansi keuangan pada waktu
perolehan bahan dan penjualan barang yang diproduksi. Hubungan antara akun
biaya ini dengan akun-akun umum dapat dilihat pada Gambar 2d.
Akun-akun buku besar umum (buku besar) yang mempunyai buku
tambahan (subdiary ledger) disebut dengan akun induk atau akun pengendali.
Dalam perusahaan manufaktur, buku tambahan yang dipergunakan lebih luas lagi
dari buku tambahan yang umumnya ada dalam perusahaan dagang, seperti
misalnya buku tambahan piutang dagang yang merupakan rincian dari akun
dagang dagang di buku besar, buku tambahan utang dan buku tambahan
persediaan barang dagang.

15
Perluasan buku tambahan yang utama untuk perusahaan manufaktur
adalah buku tambahan bahan (material ledger card) yang merupakan rincian akun
buku besar bahan. Akun ini mencakup beratus-ratus elemen-elemen bahan yang
berbeda. Akun biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga
kerja tidak langsung, biaya-biaya produksi tidak langsung lainnya, seperti; sewa,
asuransi, penyusutan, pemeliharaan, dan lain-lain. Dalam buku ini digunakan satu
akun pengendali untuk pencatatan persediaan bahan baku dan tidak dapat
langsung yaitu akun persediaan bahan.
Siklus akuntansi biaya juga bermula dari transaksi bukti atau dokumen
sumber yang setelah dicek dan disetujui, selanjutnya dijurnal dan dipindahbıkukan
ke akun buku besar umum (buku besar) dan ke akun-akun buku besar tambahan
yang diperlukan (buku besar pembantu).
Untuk memindahbukukan arus biaya dari transaksi ke akun-akun buku
besar, dapat dipermudah dengan mempergunakan jurnal voucher (voucher jurnal).
Dokumen ini merupakan bukti transaksi yang disediakan perusahaan untuk
menggolongkan transaksi yang sejenis ke akun-akun yang ada dalam bagan akun
perusahaan. Voucher jurnal yang telah ditandatangani atau diberi persetujuan
merupakan ayat-ayat jurnal yang siap untuk dipindahbukukan ke akun-akun buku
besar. Contoh jurnal voucher dengan transaksi mempersembahkan bahan baku
sebagai ilustrasi adalah sebagai berikut.

Dokumen sumber yang biasa dipergunakan sebagai bukti transaksi untuk


mendukung transaksi yang dicatat dalam jurnal voucher dapat ditunjukkan dalam
tabel berikut :

16
Berikut ini adalah suatu ilustrasi mengenai arus biaya dalam perusahaan
manufaktur Anggaplah PT Mitra Sejati mulai tahun buku yang baru dengan
Menyajikan laporan keuangan atau neraca awal berikut ini

Selama bulan Januari 2011 PT Mitra Sejati mengadakan transaksi transaksi dan
melakukan pencatatan dalam jurnal dan pemindahbukuan ke akun-akun buku
besar dalam bentuk T jurnal penyesuaian dan jurnal penutupan tidak diperlihatkan
dalam ilustrasi dari siklus akuntansi biaya ini pencatatan transaksi dalam jurnal
dilakukan secara total selama bulan yang bersangkutan.

17
Transaksi dan Jurnal :
1. Pembelian bahan baku Rp100.000.000 dan bahan tidak langsung
Rp25.000.000 dengan kredit.
(Dr) Persediaan Bahan 125.000.000
(Cr) Utang Dagang 125.000.000

2. Selama bulan Januari pemakaian bahan baku dalam produksi


Rp105.000.000 dan bahan tidak langsung Rp16.000.000.
(Dr) Barang dalam Proses 105.000.000
(Dr) Biaya Overhead Pabrik 16.000.000
(Cr) Persediaan Bahan 121.000.000

3. Menghitung tahap setiap karyawan dan pajaknya serta membuat daftar gaji
dan upah bulan Januari Rp182.000.000. Untuk ilustrasi ini hanya
digunakan satu tarif pajak yaitu 15% tanpa tahapan tidak kena pajak
(PTKP).
(Dr) Gaji dan Upah 182.000.000
(Cr) Utang Pajak Penghasilan 27.300.000
(Cr) Utang Gaji dan Upah 154.700.000
(Dr) Utang Gaji dan Upah 154.700.000
(Cr) Kas 154.700.000

4. Mendistribusikan dan mengalokasikan tenaga kerja (gaji dan upah)


sebagai berikut : Tenaga kerja langsung Rp109.200.000
Tenaga kerja tidak langsung Rp27.300.000
Beban penjualan Rp32.760.000
Beban umum dan administrasi Rp12.740.000.
(Dr) Barang dalam Proses 109.200.000
(Dr) Biaya Overhead Pabrik 27.300.000
(Dr) Beban Penjualan 32.760.000
(Dr) Bebai, Jmum dan Administrasi 12.740.000
(Cr) Gaji dan Upah 182.000.000

18
5. Pengeluaran dan pembebanan atas biaya produksi tidak langsung lainnya
sebagai berikut :
Penyusutan Rp10.500.000
Asuransi dibayar di muka Rp400.000
Biaya air, listrik, telepon bulan Januari Rp5.100.000
Biaya overhead pabrik lainnya yang dibayar selama buları Januari
Rp18.400.000.
(Dr) Biaya Overhead Pabrik 34.400.000
(Cr) Akumulasi Penyusutan 10.500.000
(Cr) Biaya Dibayar di Muka 400.000
(Cr) Biaya yang Masih Harus Dibayar 5.100.000
(Cr) Kas 18.400.000

6. Biaya overhead pabrik lainnya yang terjadi selama bulan Januari secara
tunai Rp6.700.000.
(Dr) Biaya Overhead Pabrik 6.700.000
(Cr) Kas 6.700.000

7. Menerima pembayaran dari pelanggan atau debitur Rp155.000.000.


(Dr) Kas 155.000.000
(Cr) Piutang Dagang 155.000.000

8. Membayar liabilitas perusahaan sebagai berikut.


Utang dagang Rp141.000.000
Air, listrik, dan telepon Rp6.050.000
Utang pajak Rp8.310.000.
(Dr) Utang Dagang 141.000.000
(Dr) Utang Pajak 8.310.000
(Dr) Biaya yang Masih Harus Dibayar 6.050.000
(Cr) Kas 155.360.000

19
9. Mengalokasikan / membebankan biaya overhead pabrik ke akun barang
dalam proses sebesar Rp 84.400.000
(Dr) Barang dalam Proses 84.400.000
(Cr) Biaya Overhead Pabrik 84.400.000

10. Barang dalam proses yang selesai selama Januari dipindahkan ke akun
barang jadi Rp 425.000.000
(Dr) Barang Jadi 425.000.000
(Cr) Barang dalam Proses 425.000.000

11.Penjualan selama bulan Januari Rp480.000.000 (40% penjualan tunai)


dengan harga pokok Rp360.000.000
(Dr) Kas 192.000.000
(Dr) Piutang Dagang 288.000.000
(Cr) Penjualan 480.000.000
(Dr) Beban Pokok Penjualan 360.000.000
(Cr) Barang Jadi 360.000.000

20
Buku Besar Bentuk T
Setelah jurnal tersebut diatas dipindahkan ke buku besar (saldo awal telah
ditetapkan) menunjukkan gambar sebagai berikut

21
5. LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR
Setelah semua saldo buku besar dan jika tidak ada lagi keuangan, maka
penyusunan laporan untuk perusahaan manufaktur dapat dilakukan.
Laporan keuargan pokck yang harus disajikan kepada pihak eksternal
(pengguna eksternal) kreditur, pemegang saham, dan lainnya meliputí laporan
laba seperti laporan ekuitas, laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan.
Laporan posisi keuangan (neraca) memberikan informasi keuangan
mengenai aset dan liabilitas serta ekuitas suatu perusahaan pada tanggal atau akhir
periode tertentu. Laporan perubahan ekuitas menyediakan informasi mengenai
perubahan-parubahan dalam ekuitas atau modal yang terjadi selama periode waktu
tertentu. Laporan laba rugi mengikhtisarkan hasil usaha suatu perusahaan untuk
masa atau periode yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan arus kas
memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas pada periode
usaha tersebut.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan lebih jauh mengenai
informasi penting yang berkaitan dengan laporan keuangan di atas agar tidak
menyesatkan bagi pemakai laporan dalam menginterpretasi informasi keuangan
tersebut untuk tujuan pengambilan keputusan. Dalam perusahaan manufaktur
terdapat laporan lain sebagai penunjang laporan laba rugi yaitu laporan beban
pokok penjualan (pernyataan harga pokok penjualan). Biasanya dalam laporan
laba rugi untuk kepentingan pemakai eksternal, elemen harga / beban pokok
penjualan (harga pokok penjualan) disajikan dengan satu nomor tanpa rincian.
Oleh karena itu, untuk kepentingan internal perusahaan disusun laporan
beban pokok penjualan sebagai bagian atau rincian atas unsur yang terdapat dalam
laporan laba rugi. Laporan-laporan dari PT Mitra Sejati yang disajikan berikut ini
berkaitan dengan laporan laporan keuangan (neraca) awal dan transaksi-transaksi
yang diilustrasikan pada halaman sebelumnya. Laporan arus kas, disajikan dalam
ilustrasi ini, karena biasanya untuk kepentingan pihak eksternal laporan ini
disusun untuk masa satu tahun, sedangkan contoh PT Mitra Sejati adalah untuk
jangka waktu satu bulan yaitu untuk bulan Januari.

22
Laporan beban pokok penjualan berikut ini merupakan daftar yang
menunjang angka beban pokok penjualan sebesar Rp360.000.000 yang disajikan
dalam laporan laba rugi PT Mitra Sejati.

Catatan *): Bahan tidak langsung yang digunakan harus dikelompokkan menjadi
biaya overhead. Namun dalam perhitungan bahan baku, pemakaian bahan tidak
langsung sebagai pengurang, disebabkan akun untuk catatan pembelian bahan
baku dan bahan tidak langsung dijadikan satu.
Jika akun untuk bahan baku dan bahan tidak langsung dibuat terpisah maka pada
saat perhitungan pemakaian bahan baku tidak perlu lagi dikurangi dengan
pemakaian bahan tidak langsung.
Berikut ini laporan yang menunjukkan hasil usaha PT Mitra Sejati untuk
bulan Januari 2011. Dengan membandingkan pendapatan (pendapatan) yang
diperoleh dan beban-beban (beban) yang terjadi selama bulan tersebut, maka
dapat menghasilkan laba bersih sebesar Rp74.500.000 dengan anggapan tidak ada
pendapatan dan beban-beban lain, unsur-unsur yang bersifat luar biasa (luar
biasa) dan juga belum memperhitungkan pengenaan pajak atas laba.

23
Laporan posisi keuangan (neraca) pada berikut menggambarkan posisi keuangan
PT Mitra Sejati per 31 Desember 2011. Dengan menganalisis hubungan elemen-
elemen dari laporan laporan keuangan antara (neraca) ini dapat ditentukan tentang
likuiditas per: sahaan yaiu kemampuan PT Mitra Sejati untuk memenuhi liabilitas
jangka pendek , dan solvabilitas yaitu kemampual untuk melunasi liabilitas
jangka pendek dan jangka panjang pada waktu jatuh temponya.

24
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Akuntansi biaya sebagai bidang khusus akuntansi merupakan sistem
informasi akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi biaya kepada
manajemen yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang berbeda . Istilah
biaya (cost) tidaklah sama dengen beban (expense) dan kerugian (loss). Sering
kali istilah-istilah ini digunakan dalam pengertian yang sama. Klasifikasi biaya
diperlukan untuk menyampaikan dan meyajikandata biaya agar berguna bagi
manajemen dalam mencapai berbagai tujuannya.
Pada dasarnya prosedur-prosedur dalam siklus akuntansi biaya tidak berbeda
dengan apa yang dipelajari dalam akuntansi keuangan. Akuntansi biaya lebih rinci
dalam menyajikan persediaan yang dikelompokkan menjadi 3(tiga) yaitu :
Persediaan bahan baku, Persediaan barang dalam proses , dan Persediaan barang
jadi. Laporan keuargan pokck yang harus disajikan kepada pihak eksternal
(pengguna eksternal) kreditur, pemegang saham, dan lainnya meliputí laporan
laba seperti laporan ekuitas, laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan

25
DAFTAR PUSTAKA

Dunia, Firdaus A dan Abdullah, Wasillah. 2012. AkuntansiBiaya . Jakarta .


Salemba Empat

26

Anda mungkin juga menyukai