Anda di halaman 1dari 20

MANAGEMEN BISNIS

KLASIFIKASI, KONSEP DAN TERMINOLOGI BIAYA

POKOK BAHASAN

1. Konsep Biaya
2. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi
3. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang
4. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa

Konsep Biaya

Biaya dlm Akuntansi Keuangan :


Suatu pengorbanan yang dilakukan untuk mendapatkan barang atau jasa.

Dalam Akuntansi Manajemen


Biaya (Cost) adalah kas atau setara kas yang dikorbankan (dibayarkan) untuk barang atau jasa yang
diharapkan memberikan manfaat (pendapatan) pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi.

Biaya yang akan memberikan manfaat (benefit) hanya pada periode berjalan (current periode)
biasanya dicatat sebagai beban.

Manfaat Informasi Biaya bagi Manajer

 Penilaian Persediaan yakni untuk mengetahui biaya mana yang akan dilekatkan (dibebankan)
dalam persediaan perusahaan.

 Penentuan Laba Usaha yakni : untuk mengetahui biaya mana saja yang akan dikurangkan
dari pendapatan dalam laporan laba rugi untuk menentukan laba usaha selama periode tertentu.

 Perencanaan Keuangan yakni : mengetahui perencanaan biaya masa depan dengan tujuan
finansial yang dikehendaki.

 Pengendalian Kegiatan Usaha yakni : Mengetahui informasi tentang hasil biaya


sesungguhnya dibandingkan dengan biaya yang dianggarkan.

 Pengambilan Keputusan yakni : untuk mengetahui keputusan apa yang harus diambil dlm
menghadapi berbagai alternatif tindakan yang berhubungan dengan biaya.

2. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Pabrikasi

Untuk membantu manajemen menganalisis biaya pabrikasi produknya, biaya pabrikasi pada
umumnya di bagi ke dalam tiga komponen, yakni :

 Bahan baku langsung


 Tenaga kerja langsung
 Overhead pabrikasi

Dalam Perusahaan Pabrikasi (manufactured products)

 Total Biaya :
Biaya Produk + Biaya periode

 Biaya produk :
Biaya bahan baku langsung + Biaya tenaga kerja langsung + Biaya overhead pabrikasi.

1
 Biaya Periode
Biaya pemasaran/penjualan + Biaya administratif dan umum

Biaya Produk dan Biaya periode di Organisasi Bisnis

Jenis Perusahaan Biaya Produk Biaya Periode


Perusahaan Jasa Biaya penyerahan Beban pemasaran
Jasa.

Perusahaan dagang Biaya pembelian brg Beban pemasaran


Dagangan dari pema- Beban administratif
sok.

Perusahaan pabri- Semua biaya pabri- Beban pemasaran


Kasi. kasi, termasuk bhn Beban administratif
Baku langsung, tena
ga kerja langsung,
dan overhead pabri
kasi.

3. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Dagang.

Contoh : Laporan Laba Rugi

PT. Lintas Media Nusantara


Laporan Laba Rugi
31 Desember 2005

Pendapatan penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx

Biaya produk :
Persediaan barang dagangan, 1/1/2006 ….. Rp. xxx.xxx
Pembelian barang dagangan ……………... Rp. xxx.xxx (+)

Barang dagangan tersedia utk dijual …….. Rp. xxx.xxx


Persediaan brg dagangan, 31/12/2006……. Rp. xxx.xxx (-)

Biaya pokok penjualan ……………………………………………Rp. xxx.xxx

Laba kotor …………………………………………………………Rp. xxx.xxx

Beban Penjualan dan Administratif

Biaya Periode :

Gaji …………………………………………..................... Rp. xxx.xxx


Komisi wiraniaga ……………………….....................….. Rp. xxx.xxx
Sewa …………………………………….....................….. Rp. xxx.xxx
Periklanan …………………………….........................…. Rp. xxx.xxx

2
Utilitas ……………………………………...................…. Rp. xxx.xxx
Asuransi …………………………………....................…. Rp. xxx.xxx
Keperluan kantor …………………………....................... Rp. xxx.xxx (+)

Jml beban penjualan dan administratif …. Rp.xxx.xxx


Laba Operasi ……………………………………………………. Rp.xxx.xxx

4. Klasifikasi Biaya dalam Perusahaan Jasa.

Ada dua pertimbangan akuntansi mendasar untuk perusahaan jasa, yakni :

(1) Biaya tenaga kerja yang relatif tinggi


(2) Tidak adanya persediaan untuk dijual.

Biaya dalam perusahaan jasa dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.

Biaya langsung (direct cost)

adalah biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa tertentu, seperti gaji yang
dibayarkan kepada para akuntan, pengacara, dll.

Biaya Tidak langsung (indirect cost)

adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa, seperti asuransi atau sewa kantor. Biaya
tidak langsung biasanya dikurangkan dari pendapatan dalam periode di mana biaya dipakai.

Laporan Laba Rugi Perusahaan Jasa

PT Cahaya Abadai
Laporan Laba Rugi
31 Desember 2006

Pendapatan Jasa Konsultasi Rp. 18.000.000

Kompensasi dan Tunjangan Rp. 8.500.000


Sewa Kantor Rp. 1.200.000
Pelatihan dan Riset Rp. 900.000
Rekruitmen Karyawan Rp. 500.000
Asuransi Profesional Rp. 350.000
Lain-Lain Rp. 750.000

Jumlah Biaya Rp. 12. 100.000


Laba Operasi Rp. 7.900.000

5. Baya untuk Perencanaan, Pengendalian dan Pengambil an Keputusan.

Untuk tujuan perencanaan dan pengendalian, biaya sering kali digolongkan sebagai : biaya langsung
dan tidak langsung, ter- kendalikan dan tidak terkendalikan, bergabung dan bersama, dan berbagai
golongan lainnya.

Hubungan Biaya dengan Obyek Biaya

3
Biaya sering dikategorikan dari segi hubungannya dengan suatu obyek atau segmen operasi, yang
sering disebut obyek biaya. Obyek biaya dapat berupa produk, kawasan penjualan, pelang- gan, divisi,
pabrik, departemen atau suatu aktivitas.

Terdapat dua jenis obuek biaya : obyek biaya antara dan obyek biaya akhir. Obyek biaya antara
(intermediate cost object) adalah penghimpunan biaya yang dilaporkan yang lalu dialokasikan kepada
obyek biaya lainnya.

Obyek biaya Akhir (final cost object), adalah titik penghimpunan biaya di mana tidak dilakukan lagi
alokasi biaya. Obyek biaya akhir yang palim lazim adalah produk.

Biaya Terkendalikan dan Biaya tidak Terkendalikan

Biaya Terkendaliakan :

Suatu biaya dianggap sebagai biaya terkendalikan pada jenjang manajemen tertentu manakala lapisan
manajemen tersebut mempunyai kekuasaan untuk mengotorisasi biaya tadi. Contoh biaya iklan surat
kabar menjadi biaya terkendalikan oleh manajer pemasaran apabila di mempunyai kekuasaaan untuk
mengotori sasi biaya dan jenis iklan surat kabar.

Biaya tidak Terkendaliakan :

Biaya ini berada di luar kendali manajer karena di tidak dapat mengotorisasinya. Misal biaya
penyusutan mesin perlengkapan pabrik bagi manajer pemasaran menjadi biaya tidak terkendalikan,
karena manajer tsb tidak mempunyai wewenang untuk mengotorisasi pemakain mesin pabrik.

Biaya Bergabung dan Biaya Bersama

Biaya tidak langsung sering pula disebut biaya bersama atau biaya bergabung. Biaya Bersama
(Common Cost) dikeluarkan untuk menyediakan manfaat kepada lebih dari satu aktivitas. Biaya ini
terjadi ketika dua produk, yang mungkin dihasilkan secara terpisah, diproduksi bersama.

Biaya bergabung (joint cost), diterapkan dalam situasi di mana bermacam-macam keluaran berasal
dari satu sumber. Contoh minyak mentah dapat diolah menjadi bermacam-macam produk (misal solar,
oli, premium dll).

Biaya Relevan dan Biaya Tidak Relevan.

Dalam rangka untuk pengambilan keputusan, biaya relevan harus memiliki manfaat yang paling
tinggi. Agar supaya biaya disebut biaya relevan, maka biaya tersebut :

 Harus berbeda pada waktu dilakukan perbandingan pilihan keputusan. Apabila suatu biaya
meningkat, menurun, mun cul ataupun menghilang pada waktu suatu tindakan yang berbeda
dievaluasi, maka biaya tadi boleh disebut relevan.

 Harus bernilai kini atau masa yang akan datang.

Biaya Tidak relevan (iirelevant cost) adalah biaya yang tidak berubah untuk semua alternatif.

4
KONSEP PENENTUAN HARGA JUAL

A. Keputusan Penentuan Harga Jual


Umumnya harga jual produk dan jasa standar ditentukan oleh perimbangan permintaan dan
penawaran di pasar, sehingga biaya bukan merupakan penentu harga jual. Selera customer, jumlah
pesaing yang memasuki pasar, dan harga jual yang ditentukan oleh pesaing, merupakan contoh faktor-
faktor yang sulit untuk diramalkan, yang mempengaruhi pembentukan harga jual produk atau jasa di
pasar. Satu-satunya faktor yang memiliki kepastian relative tinggi yang berpengaruh dalam penentuan
harga jual adalah biaya. Biaya memberikan informasi batas bawah suatu harga jual harus ditentukan.
Di bawah biaya penuh produk atau jasa, harga jual akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

B. Manfaat Informasi Biaya Penuh Dalam keputusan Penentuan Harga Jual


Informasi biaya penuh memberikan manfaat berikut ini bagi manajer penentu harga jual dalam
pengambilan keputusan penentuan harga jual.
1. Biaya penuh merupakan titik awal untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi oleh
pengambil keputusan.
Biasanya bagi manajer penentu harga jual, meskipun harga jual produk sudah terbentuk di
pasar, informasi biaya penuh dibutuhkan oleh manajer tersebut sebagai titik awal untuk
mengurangi ketidakpastian dalam menentukan harga jual produk atau jasa yang akan dibebankan
kepada customer di masa yang akan dating. Dengan informasi biaya penuh produk atau jasa yang
cermat (accurate) di tangannya, manajer penentu harga jual memiliki dasar untuk menetapkan
kebijakan penentuan harga jual dengan aman.
2. Biaya penuh merupakan dasar yang memberikan perlindungan bagi perusahaan dari
kemungkinan kerugian.
Kerugian merupakan keadaan suatu usaha yang total pendapatan yang diperoleh usaha
tersebut tidak cukup untuk menutup total biayanya. Kerugian akan mengakibatkan suatu biaya
tidak dapat tumbuh dan bahkan akan dapat mengakibatkan perusahaan harus menghentikan
kegiatan bisnisnya. Untuk menghindari kerugian, salah satu cara adalah dengan berusaha
memperoleh pendapatan yang paling tidak dapat menutup biaya penuh. Dengan demikian, adalah
merupakan tanggung jawab manajer penentu harga jual, untuk menetapkan harga jual produk atau
jasa yang dapat memberikan perlindungan bagi perusahaan dari kemungkinan kerugian.
3. Biaya penuh memberikan informasi yang meungkinkan manajer penentu harga jual melongok
struktur biaya perusahaan pesaing.
Jika pesaing menurunkan harga jual produknya, tanpa memiliki informasi biaya penuh
produknya, manajer penentu harga jual akan dibuat terperanjat dan bingung dengan tindakan
perusahaan pesaing tersebut. Dengan informasi biaya penih yang ada di tangannya, manajer
penentu harga jual akan mampu memahami atau paling tidak menduga tindakan yang dilakukan
oleh perusahaan pesaing, manakala perusahaan pesaing melakukan perubahan pada harga jual
produk atau jasanya. Manajer penentu harga jual perlu memahami struktur biaya yang membentuk

5
kos produk atau jasa yang dipasarkan, karena berdasarkan informasi ini, ia akan memiliki data
pembanding struktur biaya produk saingannya.
4. Biaya penuh merupakan dasar untuk pengambilan keputusan perusahaan memasuki pasar.
Berdasarkan pembandingan harga jual yang terbentuk di pasar dengan biaya penuh produk
atau jasa, manajer penentu harga jual akan menghadapi tiga kemungkinan berikut:
a. Jika biaya penuh produk atau jasa perusahaan melebihi harga jual yang terbentuk di pasar
tertentu, perusahaan tidak mungkin memasuki pasar tersebut, karena kerugian akan terjadi.
b. Jika biaya penuh produk atau jasa dapat ditutupi dengan harga jual yang terbentuk di pasar,
namun harga jual tersebut belum mampu menghasilkan laba yang memadai jika dibandingkan
dengan investasi, maka perusahaan tidak mungkin memasuki pasar tersebut.
c. Jika kemungkinan butir a dan/atau butir b tersebut akan dihadapi, perusahaan dapat merancang
program untuk mengubah proses produksi dan kegiatan pemasaran agar biaya penuh untuk
memproduksi dan memasarkan produk atau jasa, yang dengan harga jual tertentu yang
terbentuk di pasar, perusahaan akan mampu menutup seluruh biaya penuh dan mampu
menghasilkan laba yang sepadan dengan investasi.

C. Metode Penentuan Harga Jual


Berikut ini adalah tiga metode penentuan harga jual: penentuan harga jual dalam keadaan
normal, penentuan harga jual dalam keadaan cost-type contract, dan penentuan harga jual pesanan
khusus.
1. Penentuan Harga Jual Dalam Keadaan Normal
Contoh:
Manajer pemasaran PT X sedang mempertimbangkan penentuan harga jual produk A untuk
tahun anggaran yang akan dating. Perusahaan menggunakan pendekatan full costing dalam
penentuan biaya penuh. Menurut anggaran, perusahaan direncanakan akan beroperasi pada
kapasitas normal sebanyak 1.000.000 kg dengan taksiran biaya penuh untuk tahun anggaran
yang akan dating sebagai berikut:

Biaya produksi Rp. 3.000.000.000


Biaya administrasi dan umum Rp. 200.000.000
Biaya pemasaran Rp. 300.000.000 +
Total biaya penuh Rp. 3.500.000.000

Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran adalah sebesar Rp. 4.000.000.000
dan laba yang diharapkan yang dinyatakan dalam tariff kembali investasi (rate of return
investment) adalah sebesar 25%.
Perhitungannya dengan menggunakan cost-plus pricing dengan pendekatan full costing
sebagai berikut:

6
Perhitungan markup:
Biaya administrasi dan umum Rp. 200.000.000
Biaya pemasaran Rp. 300.000.000
Laba yang diharapkan: 25% x Rp. 4.000.000.000 Rp. 1.000.000.000 +
Jumlah Rp. 1.500.000.000
Biaya produksi Rp. 300.000.000 :
Persentase markup 50%

Perhitungan harga jual:


Biaya produksi Rp. 3.000.000.000
Markup 50% x Rp 3.000.000.000 Rp. 1.500.000.000 +
Jumlah harga jual Rp. 4.500.000.000
Volume produk 1.000.000 :
Harga jual per kg Rp. 4.500

2. Penentuan Harga Jual dalam Cost-type Contract


Contoh:
PT X memenangkan tender cost-type contract untuk melakukan penelitian di bidang obat
penyakit A. menurut kontrak tersebut, perusahaan tersebut diberi hak untuk mengeluarkan
jenis biaya yang disebut dalam kontrak dan pemilik proyek akan melakukan penggantian
biaya-biaya yang telah dikeluarkan setelah akuntan perusahaan tersebut melakukan
pemeriksaan atas bukti-bukti pengeluaran biaya tersebut. Atas dasar total biaya penuh untuk
proyek tersebut, perusahaan berhak menambahkan laba sebesar 10%. Misalkan biaya penuh
yang telah dikeluarkan oleh perusahaan untuk melaksanakan proyek tersebut adalah sebagai
berikut:

Biaya langsung proyek Rp. 450.000.000


Biaya tidak langsung proyek Rp. 125.000.000 +
Total biaya penuh proyek Rp. 575.000.000

Harga jual yang dibebankan kepada pemilik proyek dalam cost-type contract tersebut dihitung
sebagai berikut:

Total biaya penuh proyek Rp. 575.000.000


Laba 10% x Rp. 575.000.000 Rp. 57.500.000 -
Harga jual yang dibebankan kepada pemilik proyek Rp. 632.500.000

3. Penentuan Harga Jual Pesanan Khusus


Contoh:
7
Misalnya untuk menghasilkan listrik diperlukan investasi sebesar Rp. 3.200.000.000 untuk
pembelian mesin dan equipment serta modal kerja. Taksiran biaya produksi listrik pada
volume produksi 100.000.000 kwh per tahun adalah sebagai berikut:

Biaya bahan baku Rp. 4.000.000.000


Biaya tenaga kerja langsung Rp. 3.000.000.000
Biaya overhead pabrik (variabel dan tetap) Rp. 8.000.000.000
Jumlah taksiran biaya produksi Rp.15.000.000.000

Perhitungannya sebagai berikut:


Perhitungan markup:
Persentase markup dihitung dengan rumus:
Taksiran biaya administrasi dan umum Rp. 700.000.000
Taksiran biaya pemasaran Rp. 1.500.000.000
Laba yang diharapkan 25% x Rp 3.200.000.000 Rp. 800.000.000 +
Jumlah Rp. 3.000.000.000
Taksiran biaya produksi Rp.15.000.000.000 :
Persentase markup dari biaya produksi 20%

Perhitungan harga jual per kwh:


Taksiran biaya produksi:
Biaya bahan baku Rp. 4.000.000.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 3.000.000.000
Biaya overhead pabrik (variabel dan tetap) Rp. 8.000.000.000 +
Jumlah taksiran biaya produksi Rp.15.000.000.000
Markup 20% dari taksiran biaya produksi Rp 3.000.000.000 +
Total harga jual Rp.18.000.000.000
Volume produksi 100.000.000 :
Harga jual listrik per kwh Rp. 180

 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Harga Jual :

1. Biaya penuh untuk memproduksi produk/jasa (dapat diramalkan)


BIAYA penuh disini à informasi batas bawah penentuan harga jual
Artinya : Bila biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya tidak menghasilkan
“KERUGIAN”
2. Aspek di luar biaya :
 Selera konsumen
 Demand dan suplai Sulit
 Jumlah pesaing yang memasuki pasar Diramalkan
 Harga jual produk pesaing

 Manfaat Biaya Penuh :


8
1. Mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan
2. Mengambil keputusan untuk memasuki pasar
à Jika biaya penuh > harga jual di pasar à produk gak bisa masuk pasar
à Jika biaya penuh < harga jual di pasar à produk bisa masuk pasar
3. Memberi perlindungan dari kerugian
4. Memberi informasi tindakan pesaing

 METODE PENENTUAN HARGA JUAL


 Harga Jual Normal (manufaktur dan penjual jasa)
 Harga Jual untuk pesanan khusus
 Harga jual dengan Cost type contract
 Harga jual yang dihasilkan oleh perusahaan yang diatur pemerintah

 HARGA JUAL NORMAL


 Secara NORMAL :
 Harga jual HARUS dapat menutupi biaya penuh + menghasilkan laba  Laba yang sepadan
dengan investasi yang ditanam untuk hasilkan produk/jasa

Formula: Harga Jual = Tafsiran Biaya penuh + Laba yang diharapkan

Pendekatan Full Costing Mempertimbangkan :


Pendekatan Variabel 1. Cost of Capital
Costing 2. Resiko Bisnis
3. Capital Employed

 Cost of Capital à Biaya yang dikeluarkan untuk investasi.


Misal : Butuh dana untuk jalankan usaha dengan kredit bank, yang bunganya 24%p.a dan tax
dari laba yang dihasilkan 25%
Maka Cost of Capital = (100% - 25%) x 0.24
= 18%
Semakin besar biaya modalnya, semakin besar pula laba yang diharapkan dapat diterima oleh
perusahaan
 Resiko Bisnis
Jika resiko bisnis besar, semakin besar persentase yang ditambahkan pada cost of capital
dalam memperhitungkan laba yang diharapkan.
 Capital Employed / Jumlah investasi
Semakin besar capital employed yang digunakan dalam memproduksi produk, semakin
besar pula laba yang diharapkan dalam perhitungan harga jual
 Besarnya capital employed yang digunakan dalam memproduksi barang à Dilihat dari total
aktiva dalam neraca awal tahun anggaran

 RUMUSAN MENGHITUNG HARGA JUAL PERUNIT (MANUFAKTUR)

 Harga Jual / unit = BIAYA * + % Mark-up


 Persentase Mark-up = Expectasi Laba + BIAYA**

ROI x AKTIVA

* Biaya à Biaya yang berhubungan langsung dengan volume (perunit)


** Biaya à Biaya yang tdk bhub langsung oleh volume produk (non produksi)

9
 TABEL PERBEDAAN

PENDEKATAN UNSUR BIAYA UNSUR MARK UP

FULL Costing(Absorption Ekspektasi Laba + Biaya non


Biaya produksi
Approach) Produksi

VARIABLE Biaya produksi dan Ekspektasi Laba + Biaya


Costing(Contribution non Produksi yang produksi + non produksi yang
Approach) bersifat variabel bersifat tetap

TOTAL Costing Biaya Produksi + Ekspektasi Laba


Biaya Non Produksi

 Contoh Soal :
Manajer Pemasaran PT. GLORY sedang mempertimbangkan penentuan harga jual produk
ASTREX untuk tahun anggaran yang akan datang.
Menurut anggaran, perusahaan direncanakan akan beroperasi pada kapasitas normal sebanyak
1.000.000 kg dengan taksiran biaya penuh untuk tahun anggaran yang akan datang sbb :
Biaya Variabel :
Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000
Biaya adm & umum variable Rp. 50.000.000
Biaya pemasaran variable Rp. 50.000.000
-------------------------- +
Total biaya variable Rp. 2.100.000.000
Biaya Tetap :
Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000
Biaya adm. & umum tetap Rp. 150.000.000
Biaya pemasaran tetap Rp. 250.000.000
-------------------------- +
Total biaya tetap Rp. 1.400.000.000
-------------------------- +
Total biaya penuh Rp. 3.500.000.000

Total aktiva yang diperkirakan pada awal tahun anggaran Rp. 4.000.000.000 dan laba yang
diharapkan dinyatakan dalam tariff kembalian investasi (ROI) 25%

 PENDEKATAN FULL COSTING


Unsur biaya :
Biaya produksi variable Rp. 2.000.000.000
Biaya produksi tetap Rp. 1.000.000.000
--------------------------- +
Rp. 3.000.000.000
Unsur mark-up :
Biaya non produksi variable Rp. 100.000.000
Biaya non produksi tetap Rp. 400.000.000
Ekspektasi laba25% X rp. 4.000.000.000 Rp. 1.000.000.000
-------------------------- +
TOTAL Unsur Mark-up Rp. 1.500.000.000
Rp. 1.500.000.000
Persentase Mark-up = ------------------------ x 100% = 50%
Rp. 3.000.000.000

10
Perhitungan Harga Jualnya :
Biaya produksi Rp. 3.000.000.000
Mar-up 50% x Rp. 3.000.000.000 Rp. 1.500.000.000
--------------------------- +
Total harga jual Rp. 4.500.000.000
Volume produksi 1.000.000 kg
--------------------------- :
Harga jual produk / kg Rp. 4.500,-

Bisakah membuat dengan pendekatan :


1. Variabel Costing ?
2. Total Costing ?

 HARGA JUAL UNTUK PENJUAL WAKTU dan BAHAN


 Digunakan perusahan bengkel mobil, dok kapal dan perusahaan-perusahaan penjual jasa
reparasi, bahan dan suku cadang sebagai pelengkap penjualan jasa.
Dalam perusahaan jasa :
 Volumenya dihitung berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk melayani konsumen à bukan
harga jual/unit tetapi harga jual per satuan waktu yang dinikmati konsumen

Harga Jual = Biaya penuh + Expectasi Laba


Dalam sebuah bengkel yang menjual jasa perbaikan mobil
MAKA :
ðBiaya yang berhub. dgn produk à biaya tenaga mekanik dan ahli listrik
ðBiaya yang tak berhub. dgn produk à biaya TK tak langsung, listrik, depresiasi, asuransi dll

 Contoh Soal :
Tafsiran jam kerja tenaga kerja langsung untuk tahun anggaran yad sbb :
Upah tenaga kerja langsung :
21.000 jam @ Rp. 1.500 perjam Rp. 31.500.000
Biaya kesejahteraan tenga kerja langsung :
Tunjangan kesehatan 10 org x 12 bln x Rp. 50.000 Rp. 6.000.000
Tunjangan kesejahteraaan 10 org x 12 bln x Rp. 25.000 Rp. 3.000.000
--------------------- +
Jumlah biaya tenaga kerja langsung Rp. 40.500.000
Jam tenaga kerja langsung 10 org x 300 hari x 7 jam/hr 21.000 jam
---------------------- :
Biaya tenaga kerja langsung perjam Rp. 1.929
Biaya tidak langsung bengkel dianggarakan sbb :
Gaji pengawas & TK tidak langsung lain Rp. 11.600.000
Biaya depresiasi aktiva tetap Rp. 2.200.000
Biaya asuransi Rp. 650.000
Biaya listrik Rp. 800.000
Biaya air Rp. 400.000
Biaya depresiasi aktiva tetap Rp. 350.000
Biaya umum Rp. 500.000
-------------------- +
Jumlah biaya tidak langsung Rp. 16.500.000

 Perhitungan Mark-up Dept. BENGKEL :


Biaya tidak langsung dept. BENGKEL Rp. 16.500.000
Expectasi laba 25% x Rp. 60 juta Rp. 15.000.000
---------------------+
Jumlah Rp. 31.500.000
Biaya tenaga kerja langsung Rp. 40.500.000
----------------------:
Persentase mark-up dari BTKL 78%

11
 Perhitungan Mark-up Dept. TOKO SUKU CADANG
Biaya tidak langsung toko suku cadang :
Gaji tenaga kerja toko Rp. 9.000.000
Biaya listrik Rp. 700.000
Biaya kantor Rp. 300.000
-------------------- +
Jumlah BTK tidak langsung dept. TOKO Rp. 10.000.000
Ekspektasi Laba 25% x 28 juta Rp. 7.000.000
------------------- +
Jumlah Rp. 17.000.000
Mis. Taksiran harga beli bahan & suku cadang Rp. 23.800.000
-------------------- :
Persentase mark-up dari harga bahan & suku cadang 40%

 TENTUIN HARGA JUAL Dept. BENGKEL


Dimisal : Untuk sevice mesin terdiri dari pekerjaan ganti oli dan tune-up mesin yang
memerlukan 2 orang tenaga mekanik dan 1 orang tenaga ahli listrik, yang masing-masing
bekerja sbb :
Mekanik 1 jam orang
Ahli listrik 1,5 jam orang
Sehingga perhitungan harga jual dept. BENGKEL :
Biaya tenaga kerja langsung 2,5 jam x @1.929 Rp. 4.823
Mark-up : 78% x Rp. 4.823 Rp. 3.762
------------- +
Harga jual jasa service mesin Rp. 8.585

Dimisal : Untuk sevice mesin terdiri dari pekerjaan ganti oli dan tune-up mesin yang
memerlukan 2 orang tenaga mekanik dan 1 orang tenaga ahli listrik, yang masing-masing
bekerja sbb :
Mekanik 1 jam orang
Ahli listrik 1,5 jam orang
Sehingga perhitungan harga jual dept. BENGKEL :
Biaya tenaga kerja langsung 2,5 jam x @1.929 Rp. 4.823
Mark-up : 78% x Rp. 4.823 Rp. 3.762
------------- +
Harga jual jasa service mesin Rp. 8.585

 TENTUIN HARGA JUAL Dept. TOKO BAHAN dan SUKU CADANG


Dimisal : Seorang pelanggan memerlukan jasa service mesin dan memelukan 1 kaleng oli
mesin yang harga fakturnya Rp. 10.000 dan saringan oki (oli filter) yang harga fakturnya Rp.
8.000 Sehingga perhitungan harga jual dept. TOKO BAHAN :
Harga jual jasa service mesin Rp. 8.585
Harga bahan dan suku cadang Rp. 18.000
Mark-up dari harga bahan & suku cadang Rp. 7.200
--------------- +
Harga jual bahan dan suku cadang Rp. 25.200
---------------- +
Jumlah hasil penjualan jasa service + bahan Rp. 33.785

 HARGA JUAL PRODUK PERUSAHAAN YANG DIATUR PERATURAN


PEMERINTAH
 Perusahaan yang mengatur hajat hidup orang banyak, SEHINGGA dalam penetapan harga
jual produk dibutuhkan pedoman :
1. Unsur-unsur biaya produksi dan non produksi
2. Cara pengukurannya
ð Dengan adanya pedoman tsb, diharapkan didapatkan harga yang wajar.
 Tiap kenaikan harga diatur peraturan pemerintah yang harus dapat dipertanggungjawabkan
(dilihat dari biaya penuh yang digunakan sebagai dasar dan kewajaran labanya)
12
 Harga Jual =
Tafsiran Biaya penuh masa yad + Expectasi Laba

Pendekatan Full Costing à diterima oleh PSAK


 Contoh :
Misalnya untuk menghasilakan listrik diperlukan investasi sebesar Rp. 3.200.000.000 untuk
pembelian mesin dan ekupment serta modal kerja. Taksiran biaya produksi listrik pada volume
produksi 100.000.000 kwh per tahun adalah sbb :
Biaya bahan baku Rp. 4.000.000.000
Biaya TK langsung Rp. 3.000.000.000
BOP (variable + tetap) Rp. 8.000.000.000
-------------------------- +
Jumlah taksiran biaya produksi Rp. 15.000.000.000
Taksiran biaya non produksi setahun terdiri dari :
Biaya pemasaran Rp. 1.500.000.000
Biaya administrasi & umum Rp. 700.000.000
------------------------- +
Jumlah taksiraan biaya nonproduksi Rp. 2.200.000.000
Diputuskan laba wajar untuk perusahaan listrik : 25% dari investasi

 Menghitung HARGA JUAL LISTRIK per kwh :


Diketahui :
Taksiran biaya penuh :
Biaya produksi Rp. 15.000.000.000
Biaya non produksi Rp. 2.200.000.000
Taksiran aktiva penuh yang digunakan Rp. 3.200.000.000
Hitung Mark-up
Biaya non produksi Rp. 2.200.000.000
Ekspektasi laba 25% x Rp. 3.200.000.000 Rp. 800.000.000
-------------------------- +
Jumlah biaya tidak langsung (non produksi) Rp. 3.000.000.000
Jumlah biaya langsung (produksi) Rp. 15.000.000.000
--------------------------- :
Persentase mark-up dari biaya produksi 20%
 Perhitungan harga jual per kwh :
Tafsiran biaya produksi Rp. 15.000.000.000
Mark-up 20% x Rp. 15.000.000.0000 Rp. 3.000.000.000
-------------------------- +
Total harga jual Rp. 18.000.000.000
Volume produk (dalam kwh) Rp. 100.000.000
-------------------------- :
Harga jual listrik per kwh Rp. 180

LAPORAN KEUANGAN

13
A. Harga Pokok Penjualan
Konsep terpenting dalam menyusun perhitungan Rugi Laba perusahaan perusahaan dagang adalah pengertian
Harga Pokok Penjualan. Penghitungan Harga Pokok Penjualan. Secara sederhana Harga Pokok Penjualan dapat
dihitung sbb.:
HPP = Barang Tersedia Untuk Dijual (BTUD) – Persediaan Akhir
BTUD = PersediaanAwal + PembelianBersih

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam awal penyusunan laporan keuangan perusahaan dagang:
1. Persediaan Awal
Adalah persediaan barang dagangan pada awal periode, yang merupakan persediaan akhir dari periode
sebelumnya. Persediaan awal terdapat pada kolom sebelah debet dengan nama perkiraan (nama akun)
ikhtisar rugi laba. Angka yang ada merupakan nilai persediaan barang dagangan yang tercantum dalam
neraca sisa (neraca saldo, neraca percobaan).

2. Pembelian Bersih
Pembelian Bersih merupakan pembelian dengan segala bebannya dikurangi retur dan potongan harga,
dan potongan pembelian.

3. Persediaan Akhir
Persediaan akhir terletak di sisi kredit, dengan nama ikhtisar rugi laba, dalam neraca sisa.

B. Laporan Rugi Laba


Menurut langkah penyajiannya, laporan rugi laba dalam perusahaan dagang mempunyai 2 bentuk yaitu bentuk
langsung (single step) dan bentuk bertahap (multiple step).
a. Bentuk Langsung (Single Step)
Dalam Bentuk Langsung semua beban dan pendapatan digabungkan menjadi satu.
Laporan Rugi / Laba:
Total Pendapatan……………………………………………….........xxx
HPP…………………………………………………………...............xxx +
Laba Kotor………………………………………………………..….xxx
Total Beban Usaha……………………………………………….......xxx +
Laba Bersih…………………………………………………………...xxx

b.Bentuk Tidak Langsung (Multiple Step)


Dalam Bentuk Tidak Langsung, beban dan pendapatan masing-masing dikelompokkan menurut jenisnya;
beban usaha, di luar usaha, dan tidak biasa (luar biasa)
Pengelompokan perkiraan rugi / laba dalam perusahaan dagang terdiri atas kelompok:
1. Penjualan Bersih
2. Pembelian Besih
3. Beban Usaha
4. Beban / pendapatan di luar usaha
5. Beban / pendapatan tidak biasa ( atau sering disebut sebagai beban / pendapatan luar biasa)
Dengan pengelompokan tersebut maka laporan Rugi / Laba akan berbentuk laporan yang bertahap, dengan
tahapan sbb.:
Tahap 1 : Menghitung laba kotor; penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan
Tahap 2 : Menghitung laba usaha bersih; laba kotor dikurangi total beban usaha
Tahap 3 : Menghitung laba usaha dan di luar usaha bersih; laba usaha bersih dikurangi rugi /
laba di luar usaha bersih
Tahap 4 : Menghirung laba bersih; laba usaha dan diluar usaha bersih dikurangi rugi / laba
luar biasa bersih.
Dari keempat langkah tersebut, setidaknya laporan disusun sampai tahap ke 2 jika perusahaan tidak
mempunyai pos di luar usaha dan luar biasa. Ini dengan cara single step. Jadi dengan demikian Laba usaha
bersih merupakan laba bersih.
Untuk perusahaan yang berbadan hukum (PT, CV, dan Koperasi) laba ersih menurut perhitungan di
atas merupakan laba sebelum pajak penghasilan. Setelah pajak penghasilan dimunculkan sebagai
pengurang, maka akan ditemukan laba sesudah pajak penghasilan.

14
Laporan Rugi / Laba dengan Multiple Step:
Penjualan Bersih…………………………………..................xxx
HPP……………………………………………................…..xxx +
Laba Kotor…………………………………………..........…xxx
Total Beban Usaha………………………………..…….......xxx +
Rugi / Laba Usaha…………………………………………..xxx
Rugi / Laba di luar usaha bersih…………………………….xxx +
Rugi / Laba Usaha dan di luar usaha bersih………………...xxx
Rugi / Laba tidak biasa bersih…………………………….....xxx +
Laba bersih…………………………………………………..xxx

Contoh Soal:
PT ABC pada tanggal 31 Desember 2004 mencatat informasi sbb.: (Rp ,00)
Penjualan 2.700.000
Retur Penjualan 100.000
Potongan Penjualan 400.000
Pembelian 15.000.000
Beban angkut pembelian 150.000
Retur pembelian 2.000.000
Potongan pembelian 500.000
Beban Gaji 2.000.000
Beban listrik dan air 400.000
Beban asuransi 600.000
Beban sewa gudang 200.000
Beban penyusutan kendaraan 1.000.000
Beban Penyusutan Gedung 2.000.000
Komisi dr PT A atas jasa menjualkan barang 5.000.000
Laba penjualan kendaraan 4.000.000
Laba penilaian kembali gedung 10.000.000
Beban Konsultan konstruksi 1.000.000
Persediaan awal 1.000.000
Persediaan akhir 4.000.000

Dengan single Step:


Penjualan 27.000.000
Retur penj & PH 100.000
Potongan penjualan 400.000 +
500.000 +
Penjualan bersih 26.500.000
Pendapatan komisi 5.000.000
Laba penjualan kendaraan 4.000.000
Laba penilaian kembali gedung 10.000.000 +
Total pendapatan 45.500.000
Persediaan awal 1.000.000
Pembelian 15.000.000
Beban agkut pembelian 150.000 +
15.150.000
Retur pembelian & PH 500.000
Potongan pembelian 2.000.000 +
2.500.000 -
Pembelian bersih 12.650.000 +
Barang tersedia untuk dijual 13.650.000
Persediaan akhir 4.000.000 +
Harga Pokok Penjualan 9.650.000 +
Laba kotor 35.850.000
Beban Gaji 2.000.000
Beban listrik dan air 400.000
Beban asuransi 600.000
Beban sewa gudang 200.000
Beban penyusutan kendaraan 1.000.000
Beban penyusutan gedung 2.000.000
15
Beban konsultan konstruksi 1.000.000 +
Total beban usaha 7.200.000 +
Laba bersih 28.650.000

Dengan Multiple Step:


Penjualan 27.000.000
Retur penj & PH 100.000
Potongan penjualan 400.000 +
500.000 +
Penjualan bersih 26.500.000
Persediaan awal 1.000.000
Pembelian 15.000.000
Beban agkut pembelian 150.000 +
15.150.000
Retur pembelian & PH 500.000
Potongan pembelian 2.000.000 +
2.500.000 -
Pembelian bersih 12.650.000 +
Barang tersedia untuk dijual 13.650.000
Persediaan akhir 4.000.000 +
Harga Pokok Penjualan 9.650.000 +
Laba Kotor 16.850.000
Beban Gaji 2.000.000
Beban listrik dan air 400.000
Beban asuransi 600.000
Beban sewa gudang 200.000
Beban penyusutan kendaraan 1.000.000
Beban penyusutan gedung 2.000.000 +
Total Beban usaha 6.200.000 –
Laba usaha 10.650.000
Pendapatan komisi 5.000.000
Laba penjualan kendaraan 4.000.000
Laba penilaian kembali gedung 10.000.000 +
Pendapatan di luar usaha 19.000.000
Beban konsultan konstruksi 1.000.000 –
Laba di luar usaha 18.000.000 +
Laba Bersih 28.650.000

C. Laporan Perubahan Modal


Laporan perubahan modal adalah laporan yang menunjukkkan perubahan serta penyebab perubahan modal
dalam satu periode akuntansi. Penyebab perubahan dapat berasal dari dalam maupun luar perusahaan.
1. Dari dalam perusahaan
Perubahan dari dalam perusahaan memang diusahakan oleh perusahaan guna menambah jumlah modal
yang ada. Penambahan modal biasa dilakukan dengan pencariaan laba. Jadi sumber utama perubahan
modal oleh intern perusahaan adalah rugi / laba perusahaan dalam periode tertentu.

2. Dari luar perusahaan


Perubahan dari luar perusahaan biasa terkait dengan aktivitas pemilik perusahaan mengambil modal
perusahaan, yaitu prive. Adakalanya pemilik tidak mengambil prive tetapi justru menambah modal.
Jadi sumber utama perubahan modal dari luar perusahaan adalah aktivitas mengurangi (prive) atau
menambah modal oleh pemilik.

Penyajian Laporan perubahan modal untuk perusahaan dagang sama dengan untuk perusahaan jasa, yaitu:
a. Modal Awal
Modal awal adalah angka modal yang tercantum dalam kolon Neraca yang sejak awal tahun sampai
dengan penyusunan kertas kerja belum pernah dicatat ke modal secara langsung. Setiap trjadi transaksi
yang mempengaruhi modal selalu dicatat dalam perkiraan pembantu modal, contohnya jika membayar
beban gaji, pencatatan beban gaji (pembantu modal) didebet sedang kas (harta) dikredit. Sesungguhnya
aktivitas ini mengurangi jumlah modal.
b. Rugi / Laba Bersih
Rugi / Laba bersih adalah angka saldo rugi / laba yang tercantum paling bawah yang berasal dari
perhitungan selisih antara saldo pos-pos pendapatan dan pos-pos beban selama satu periode.
c. Prive
16
Tata letak prive biasanya menyatu dengan modal, tepat di bawahnya. Prive adalah pengambilan
sejumlah modal oleh pemilik perusahaan.

Toko ABCD
Laporan Perubahan Modal
Untuk tahun yang berakhir 31 Des 2004

Modal Awal xxxx


Laba Bersih xxxx
Prive ambilan xxxx _
Kenaikan Modal xxxx +
Modal Ahir xxxx

D. Neraca
Neraca adalah laporan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan (harta, utang
dan modal) dari suatu perusahaan pada suatu saat. Penyajian laporan hanya untuk satu saat, jadi penyajian
neraca pengungkapan waktu yang dituliskan dalam judul per tanggal tertentu, misal per 31 Desember 2004
(tidak untuk periode yang berakhir 31 Desember 2004). Neraca dapat disajikan dalam bentuk sebelah-
menyebelah (bentuk skontro / perkiraan / horizontal) atau disajikan bentuk kebawah (stafel / laporan / vertikal).
Jika dalam menyusun digunakan bantuan kertas kerja, hanya dikutip nama perkiraan dan jumlahnya
secara urut nomor perkiraannya. Yang perlu diperhatikan dalam mengutip perkiraan di kolom neraca adalah
sbb.:
1. Perkiraan prive, meskipun ada dalam kolom neraca, jagan dimasukkan ke laporan neraca karena prive
termasuk perkiraan pembantu modal yang tidak boleh dianggap sebagai rugi.
2. Perkiraan modal ditulis ke neraca sebab modal termasuk unsur neraca, tetapi angkanya tidak sekedar
mengutip yang terdapat di kertas kerja kolom neraca. Untuk menentukan angka modal dapat dicari
dengan 2 cara yaitu:
a. Jika sudah dibuat laporan perubahan modal, kita ambil angka modal akhir dalam laporan.
b. Jika belum dibuat laporan perubahan modal, dihitung dengan encari selisih jumlah harta
dengan jumlah utang dari neraca yang sedang dibuat.

Contoh Neraca skontro


Toko Sabar
Neraca
Per 31 Desember 2004 (Rp 000,00)
Aset Kewajiban dan Modal 440.000
Kas 158.000 Utang Usaha 17.000
Piutang Usaha 570.000 Beban yang masih harus dibayar 1.136.000
Persediaan barang dagangan 370.000 Modal Sabar
Perlengkapan 25.000
Beban dibayar di muka 90.000
Peralatan 500.000
Akumulasi peny. peral. 120.000-
380.000
1.593.000 1.593.000

Contoh Neraca stafel


Neraca
Per 31 Desember 2004 (Rp 000,00)
Aset
Kas 158.000
Piutang Usaha 570.000
Persediaan barang dagangan 370.000
Perlengkapan 25.000
Beban dibayar di muka 90.000
Peralatan 500.000
Akumulasi peny. peral. 120.000-
380.000+
1.593.000

17
Kewajiban dan Modal
Utang Usaha 440.000
Beban yang masih harus dibayar 17.000
Modal Sabar 1.136.000+
1.593.000

Jika nama perkiraan yang dimiliki perusahaan cukup banyak, sebaiknya penyajiannya diklasifikasi, seperti:
 Aktiva (aset) diklasifikasi menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap
 Kewajiban (utang) diklasifikasi menjadi kewajiban lancar dan kewajiban tetap
 Modal mungkin dari modal sendiri dan modal donasi (modal bantuan)

E. Kertas Kerja Sebagai Alat Bantu Menyusun Jurnal


Selain untuk membantu dalam penyusunan laporan keuangan kertas kerja berfungsi juga sebagai alat bantu
dalam pembuatan jurnal, yang dalam hal ini adalah jurnal penyesuaian, jurnal penutup, dan jurnal pembalik.
1. Jurnal Penyesuaian
Ini dilakukan bila pembuatan kertas kerja didasarkan langsung pada bukti transaksi, tanpa lebih dahulu
membuat jurnal penyesuaian. Maka jurnal penyesuaian dapat dibuat belakangan dengan mendasarkan
pada kertas kerja yaitu dengan melihat kolom penyesuaian..

2. Jurnal Penutup
Tujuan dari menutup jurnal adalah untuk mengembalikan saldo perkiraan pembantu modal ke
perkiraan yang dibantu yaitu perkiraan modal. Ada 2 kelompok perkiraan pembantu yaitu:
a. Perkiraan Rugi / Laba
Perkiraan Rugi / Laba adalah perkiraan perndapatan dan beban. Untuk mengembalikan
perkiraan rugi / laba dilakukan dengan 2 tahap:
1) menampung semua perkiraan pendapatan dan beban ke perkiraan ikhtisar rugi / laba.
Saldo yang ada di kredit kita debet supaya saldonya nihil (nol) dan sebaliknya.
2) Memindahkan saldo perkiraan ikhtisar rugi / laba yang ada dalam perhitungan
pertama [1)] ke rekening modal.

b. Perkiraan Prive
Periraan prive biasanya merupakan perkiraan prive ambilan langsung yang dipindahkan ke
modal. Karena prive bersaldo debet, maka harus dikredit dan mendebet modal.

Contoh jurnal penutup


Jurnal Umum (Rp ,00)
Tanggal Perkiraan dan penjelasan Ref Debet Kredit

Des Penutup
2004 31 Penjualan 1.325.000
Retur dan PH pembelian 60.000
Potongan pembelian 6.000
Pendapatan bunga 15.000
Ikhtisar rugi / laba 1.406.000
(penutupan pendapatan)

Ikhtisar rugi / laba 1.340.000


Retur dan PH penjualan 80.000
Potongan penjualan 8.000
Pembelian 970.000
Beban angkut pembelian 15.000
Beban gaji 100.000
Beban pengiriman 25.000
Beban rupa-rupa 10.000
Beban perlengkapan 55.000
Beban asuransi 30.000
Beban penyusutan peralatan 40.000
Beban bunga 7.000
(penutupan beban)

18
Ikhtisar rugi / laba 156.000
Modal 156.000
(penutupan saldo laba)

Modal 70.000
Prive 70.000
(penutupan prive)

3. Jurnal pembalik
Tujuan pembalikan adalah supaya terjaga konsistensi metode pencatatan dari waktu ke waktu sehingga
laporan keuangan yang satu dengan yang lain dapat diperbandingkan. Pembalikan dibuat untuk
rekening-rekening baru, tetapi hanya yang merupakan rekening riil. Untuk rekening nominal tidak
perlu dilakukan pembalikan.
Contoh jurnal pembalikan
Jurnal Umum (Rp ,00)
Tanggal Perkiraan dan penjelasan Ref Debet Kredit

Des Pembalikan:
2004 31 Beban yang msaih harus dibayar 10.000
Beban gaji 10.000

Beban yang masih harus dibayar 7.000


Beban bunga 7.000

Jurnal pembalik dibuat pada awal periode akuntansi sebelum dicatat transaksi pada tahun tersebut.

----------------------------------------------- Latihan Soal -----------------------------------------------


1. PT “X” pada tanggal 31 Desember 2004 mempunyai catatan sebagai berikut:
Penjualan bersih Rp 92.000.000,00
Pembelian Rp 25.000.000,00
Potongan Pembelian Rp 1.000.000,00
Retur pembelian & PH Rp 500.000,00
Beban angkut pembelian Rp 1.500.000,00
Bonus akhir tahun untuk karyawan Rp 3.000.000,00
Beban gaji Rp 3.700.000,00
Beban telepon Rp 1.200.000,00
Beban listrik dan air Rp 1.100.000,00
Beban asuransi gedung Rp 1.500.000,00
Beban asuransi kendaraan Rp 2.400.000,00
Beban Penyusutan kendaraan Rp 3.000.000,00
Beban Penyusutan gedung Rp 6.100.000,00
Beban reparasi toko Rp 5.000.000,00
Laba kenaikan US $ Rp 4.200.000,00
Rugi penjualan kendaraan Rp 1.000.000,00
Pendapatan sewa kontainer Rp 5.200.000,00
Pendapatan komisi penjualan dr PT ‘Y’ Rp 4.150.000,00
Persediaan awal Rp 5.000.000,00
Persediaan akhir Rp 7.650.000,00
a. Buatlah Laporan Rugi / Laba dengan menggunakan single step dan multiple step.
b. Buat laporan perubahan modal bila modal awalnya Rp 545.000.000,00

19
TAHAPAN-TAHAPAN DALAM AKUNTANSI

Tahap Pengidentifikasian
(Identification)
Bukti Transaksi/
Bukti Pencatatan

Tahap Pencatatan (Recording)

Jurnal Umum

Tahap Penggolongan (Classification) Buku Besar

Neraca Saldo
Neraca
Lajur
Jurnal Penyesuaian

Jurnal Penutup
Tahap Pengikhtisaran
(Summarizing)
Menutup Buku Besar

Neraca Saldo setelah Penutupan

Jurnal Pembalik

Tahap
Pelaporan
(Reporting)

20

Anda mungkin juga menyukai