Improvement berasal dari kata improve yang artinya meningkat, dimana pada dasarnya meningkat
adalah berubahmenjadi lebih baik. Continuous improvement adalah peningkatan dan perbaikan yang
berkesinambungan (tiada henti)dimana mengarah pada kemajuan yang lebih baik atau unggul.
Pada
dasarnya
istilah continuous
improvement mengacu
pada
konsep Kaizen di
Jepang. Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa Jepang yang dapat diartikan sebagai perbaikan terusmenerus atau perbaikan berkelanjutan. Perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan, dimulai
dengan pengembangan tim dan harus didukung oleh tim kerja. Kaizen harus dilaksanakan oleh
perusahaan atau organisasi yang menggunakan filosofi Total Quality Management. Kaizen merupakan
suatu kesatuan pandangan yang komprehensif dan terintegrasi.
Menurut Gazper (1994), pandangan yang komprehensif dan terintegrasi dalam Kaizen tersebut
melip uti: berorientasi pada pelanggan, pengendalian mutu secara menyeluruh (total quality
management, robotic atau menggunakan robot sebagai alat bantu, gugus kendali mutu, sistem saran,
otomatisasi, disiplin di tempat kerja, pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh dan terpadu,
penyempurnaan dan perbaikan mutu, tepat waktu, tanpa cacat, kegiatan kelompok-kelompok kecil,
hubungan kerja sama antar manajer dan karyawan, serta pengembangan produk.
Biaya, di neraca (Belum terpakai, biaya-biaya yang dianggap akan memberi manfaat dimasa yang akan datang,
berupa aktiva) Misal : Sewa Dibayar Dimuka
Beban, di laporan laba-rugi (Pengeluaran/Biaya yang telah terpakai dan tidak dapat memberikan manfaat lagi
dimasa yang akan datang) Misal : Beban Sewa
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan
kemungkinan akan terjadi, sedangkan beban penurunan manfaat ekonomi selama satu periode akuntasi yang
telah terjadi.
Tenaga kerja yang dikerahkan secara tidak langsung mempengaruhi pembuatan barang
jadi. Contoh : Biaya untuk membayar pengawas/mandor
Biaya Tidak Langsung Lainnya Contoh : Biaya telepon, listrik, air dll.
b. Biaya Komersial
1) Biaya Pemasaran
Biaya pada saat setelah barang jadi telah siap untuk dijual. Contoh : Biaya Iklan, Biaya
Pengiriman Barang
2) Biaya Administrasi
Biaya yang dikeluarkan dalam mengatur dan mengendalikan organisasi. Contoh : Biaya
untuk Manager Puncak, Gaji Bagian Personalia
Biaya Tetap
Biaya dimana jumlah totalnya tetap walaupun jumlah yang diproduksi/dijual berubah-ubah
dalam kapasitas normal. Contoh : Biaya pembelian mesin
c.
Berdasarkan Pertanggungjawaban
a.
Biaya Terkendali
Adalah biaya yang dikeluarkan oleh suatu tempat biaya dan atas pengeluaran biaya tersebut
seseorang harus mempertanggungjawabkan. Contoh : Biaya pemasangan iklan merupakan
biaya terkendali bagi manager Pemasaran
b.
b.
Contoh :
Suatu Departemen akan membeli mesin baru. Ada dua alternative pilihan yaitu Mesin A dan Mesin
B. Informasi mengenai harga dan biaya pemeliharaan sebagai berikut :
Uraian
Mesin A
Mesin B
Keterangan
- Harga
Rp. 400 jt
Rp. 410 jt
- Biaya Pemeliharaan
Rp.10 jt/th
Rp.10 jt/th
III.
1.
2.
a.
b.
c.
d.
Process Costing
Merupakan cara penentuan harga pokok dimana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk mengolah
produknya secara massa. Biaya produksi dikumpulkan untuk setiap proses selama jangka waktu
tertentu, dan biaya produksi per satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam
proses tertentu, selama periode tertentu, dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dari proses
tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
Karakteristik perusahaan yang berproduksi massa :
1.
2.
3.
Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang berisi rencana
produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu
Dua sistem perhitungan biaya ini memiliki persamaan juga beberapa perbedaan sebagai berikut:
1.
Persamaan
Keduanya bertujuan sama; membebankan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead ke
produk dan memberikan mekanisme perhitungan biaya per unit.
Kedua sistem menggunakan akun manufaktur dasar yang sama termasuk Overhead Pabrik,
Bahan Baku, Barang dalam Proses, dan Barang Jadi.
Aliran biaya melalui akun-akun manufaktur pada dasarnya sama untuk kedua sistem
tersebut.
2.
Perbedaan
Perhitungan biaya berdasarkan
proses (process costing)
1.
2.
3.
4.
Secara umum Cost of Quality terdiri atas 2 buah elemen biaya penting, yakni : Biaya kesesuaian Mutu dan
Biaya-biaya ketidaksesuaian Mutu. Biaya kesesuaian Mutu ialah Biaya yang diperlukan untuk memproduksi
dengan benar suatu produk ataupun jasa pertama kali, umumnya biaya kesesuaian mutu ditentukan dengan
perhitungan secara matematis yang mencakup biaya produksi, man power, laba yang dikehendaki, dll.
Sedang biaya-biaya ketidaksesuaian mutu ialah biaya- biaya yang dikeluarkan karena pengendalian mutu
yang tidak baik, misalnya : biaya yang harus dikeluarkan karena adanya sorting produk, biaya punishment
dari customer (akibat customer complaint), dll.
Produk bersama
adalah beberapa macam produk yang dihasilkan bersama atau serempak dengan menggunakan suatu macam
atau beberapa macam bahan baku, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang sama dan masukan (input) tersebut
tidak dapat diikuti jejaknya pada setiap macam produk tertentu (R.A. Supriyono, 1997, 238).
Produk bersama (Joint-product) adalah dua produk atau lebih yang diproduksi lebih secara serentak dengan
serangkaian proses dengan proses gabungan. (Mulyadi, 1993, 358)
Produk sampingan (By-product) adalah produk yang diproduksi bersama-sama dengan produk lain tetapi
mempunyai harga jual yang relatif lebih rendah dari produk lainnya. (Simangunsong, 1994, 107)
Pengertian
Target biaya atau target costing adalah metode penentuan biaya produksi dimana perusahaan terlebih
dahulu menentukan biaya produksi yang harus dikeluarkan berdasarkan harga kompetitif, dengan
demikian perusahaan memperoleh laba yang diharapkan.
Target biaya = harga jual laba yang diharapkan.
Terdapat dua alasan mengapa target costing sebaiknya digunakan perusahaan didalam situasi pasar yang
sangat kompetitif:
1.
2.
Perusahaan tidak dapat menentukan dan mengendalikan harga jual produknya secara
sepihak.
Sebagian besar biaya produk ditentukan pada tahap design.
Untuk mengimplementasikan metode target biaya didalam perusahaan terdapat serangkaian fase yang
harus dilalui oleh perusahaan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
Teori Kendala
Kebalikan dari target biaya yang berfokus pada tahap awal dari siklus biaya adalah teori kendala (theory
of constraint).
Teori kendala adalah suatu upaya untuk memfokuskan perhatian manajer pada kendala atauy
pemborosan, yang memperlambat proses produksi.
Manajemen berdasarkan aktivitas
( activity based management ABM )
adalah pendekatan untuk keseluruhan sistem yang terintegrasi an berfokus pada perhatian manajemenat
as berbagai aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai bagi pelanggan dan laba yang dicapaidengan
mewujudkan nilai ini.ABC adalah sumber utama informasi manajemen berdasarkan aktivitas.
Modelmanajemen berdasarkan aktivitas
dibagi atas 2 dimensi :
1.Dimensi biaya
: memberikan informasi mengenai sumberdaya, aktivitas dan objek biayayang menjadi perhatian setiap
produk, pelanggan, pemasok dan distributor. Tujuannya adalahmemperbaiki akurasi pembebanan
biaya.
2.Dimensi proses
: meberikan informasi mengenai aktivitas apa saja yang harus dilakukan,mengapa dan seberapa baik
aktivitas tersebut dilakukan. Tujuannya adalah mengurangi biaya
VA = Value Added adalah aktivitas yang benar-benar memberikan keuntungan atas produk bagi Pelanggan
dan dimenjadikan harga atas produk. NVA = Non Value Added adalah aktivitas yang tidak memberikan nilai
tambah bagi Pelanggan namun hingga saat ini masih saja dilakukan dengan alasan tertentu.
memproduksi,
yang
bersangkutan.
Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan manajemen akan informasi akuntansi yang mampu
mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas untuk menghasilkan produk secara
akurat. Hal ini didorong oleh:
Persaingan global yang tajam yang memaksa perusahaan untuk cost effective
Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi biaya overhead pabrik dalam product
cost menjadi lebih tinggi dari primary cost.
Akuntansi biaya tradisional dirancang hanya menyajikan informasi biaya pada tahap produksi
Alokasi biaya overhead pabrik hanya didasarkan pada jam tenaga kerja langsung atau hanya dengan
volume produksi.
Ada diversitas produk, dimana masing-masing produk mengkonsumsi biaya overhead yang berbeda
beda.
Dalam sistem kalkulasi biaya tradisional biaya overhead dialokasikan secara arbitrer kepada harga
pokok produk. Hal ini akan menghasilkan harga pokok produk yang tidak akurat atau terjadinya
distorsi penentuan harga pokok produk per unit sehingga tidak bisa diandalkan dalam mengukur
efisiensi dan produktivitas.
Penentuan harga pokok per unit yang lebih akurat penting bagi manajemen sebagai dasar untuk
pembuatan keputusan. Manajemen dapat dipermudah dalam membuat berbagai keputusan, antara lain:
menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan di
neraca.
Agar tidak terjadi distorsi penentuan harga pokok per unit, banyak perusahaan yang mengadopsi
penggunaan sistem penentuan harga pokok (costing) berbasis aktivitas (ABC) dengan harapan
manajemen melakukan analisis profitabilitas, mendorong perbaikan proses, mengembangkan ukuran
kinerja yang lebih inovatif, dan dapat berpartisipasi dalam perencanaan strategis.
Perbandingan Sistem Tradisional dan ABC
Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai
produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang
dalam metode tradisional disebut sebagai biaya variabel.
Metode ABC memperbaiki keakuratan perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa
banyak dari biaya overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan volume
produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut meningkat dan menurun,
biaya tersebut dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini memungkinkan
manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara signifikan
memperbaiki pengambilan keputusan (Hansen dan Mowen, 2004: 157-158).
Digambarkan dalam tabel, perbedaan antara penentuan harga pokok produk tradisional dan sistem
ABC, yaitu:
Perbedaan Metode Activity Based Costing dengan Tradisional
Inventory level
Lingkup
Tahap produksi
Fokus
Periode
Teknologi yang
digunakan
Periode akuntansi
Metode manual
Komputer telekomunikasi
Sistem akuntansi biaya tradisional terlalu menekankan pada tujuan penentuan harga pokok produk
yang dijual. Akibatnya sistem ini hanya menyediakan informasi yang relatif sangat sedikit untuk
mencapai keunggulan dalam persaingan global.
2.
Sistem akuntansi biaya tradisional untuk biaya overhead terlalu memusatkan pada distribusi dan
alokasi biaya overhead daripada berusaha keras untuk mengurangi pemborosan dengan
menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah.
3.
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak mencerminkan sebab akibat biaya karena seringkali
beranggapan bahwa biaya ditimbulkan oleh faktor tunggal misalnya volume produk atau jam kerja
langsung.
4.
Sistem akuntansi biaya tradisional menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi sehingga
mengakibatkan pembuatan keputusan yang menimbulkan konflik dengan keunggulan perusahaan.
5.
Sistem akuntansi biaya tradisional menggolongkan biaya langsung dan tidak langsung serta biaya
tetap dan variabel hanya mendasarkan faktor penyebab tunggal misalnya volume produk, padahal
dalam lingkungan teknologi maju cara penggolongan tersebut menjadi kabur karena biaya
dipengaruhi oleh berbagai macam aktivitas.
6.
7.
Sistem akuntansi biaya tradisional memusatkan perhatian kepada perhitungan selisih biaya pusatpusat pertanggungjawaban tertantu dengan menggunakan standar.
8.
Sistem akuntansi biaya tradisional tidak banyak memerlukan alat-alat dan teknik-teknik yang
canggih dalam sistem informasi dibandingkan pada lingkungan teknologi maju.
9.
Sistem akuntansi biaya tradisional kurang menekankan pentingnya daur hidup produk. Hal ini
dibuktikan dengan perlakuan akuntansi biaya tradisional terhadap biaya aktivitas-aktivitas
perekayasaan, penelitian dan pengembangan. Biaya-biaya tersebut diperlakukan sebagai biaya
periode sehingga menyebabkan terjadinya distorsi harga pokok daur hidup produk.
Perbedaan
Fokus
Fungsi
Sistem
Penyusun
Anggaran
fungsi
(Budgetees)
Tujuan
Activity-Based Budgeting
utama, Manajer
fungsi
pendukung
Menjalankan bagian dari sistem yang
ada, Memenuhi
system, Memuaskan
kebutuhan
fungsi,Melaksanakan
kebutuhancustomers, Meraih
Penganggaran Tradisional
Unit penganggaran
Diekspresikan
sebagai
biaya
fungsional
atau
kategori
pengeluaran
Fokus
Orientasi
Historis
Countinuous improvement
Tidak
secara
normal
mempertimbangkan pemasok dan
pelanggan dalam penganggaran
Tujuan pengendalian
Menyelaraskan
perusahaan
keseluruhan
Dasar anggaran
Berdasarkan
kapasitas
Peran
pemasok
pelanggan
dan
aktivitas
secara
kemanfaatan
1.
Pusat pertanggungjawaban (responsibility center) adalah suatu unit yang dipimpin seorang Manajer yang
bertanggungjawab terhadap aktivitas yang dilakukan dalam unit yang dikelolanya. Yang bertujuan
untuk mengukur dan mendorong kinerja unit organisasi dan manajer unit yang bersangkutan. Contoh :
a.
Direktur Utama perusahaan holding atau anak perusahaannya atau Direktur Utama anak perusahaan
dari suatu holding.
b.
Direktur/Kepala Divisi perusahaan holding, atau Kepala Bagian/Kepala Distrik pada anak perusahaan.
c.
2.
a.
Sebagai basis perencanaan, pengendalian, dan penilai kinerja manajer dan unit organisasi yang
dipimpinnya.
b.
c.
d.
Mendelegasikan tugas dan wewenang ke unit-unit yang memiliki kompetensi sehingga mengurangi
beban tugas manajer pusat.
e.
f.
Sebagai alat untuk melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien.
g.
3.
a.
b.
Pusat Beban
Pusat beban adalah pusat pertanggungjawaban yang prestasi manajernya diukur berdasarkan input
yang
diukur
secara
moneter,
akan
tetapi
outputnya
tidak
diukur.
Departemen
pemanufakturan
(produksi);
Bagian
penggajian.
Dalam pusat beban teknik, efisiensi lebih ditekankan, sehingga output akan dibandingkan dengan beban
standar. Disamping itu pusat beban teknik juga mempunyai tugas penting, yaitu menjaga mutu dan
volume produksi, serta melakukan pelatihan, pengembangan dan penilaian untuk karyawan.
2)
c.
Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggungjawaban dimana kinerja finansialnya diukur dalam
ruang lingkup laba, yaitu selisih antara pendapatan dan pengeluaran. Laba merupakan ukuran kinerja
yang berguna karena laba memungkinkan pihak manajemen senior dapat menggunakan satu indikator
yang komprehensif dibandingkan harus menggunakan beberapa indikator. Keberadaan suatu pusat laba
akan relevan ketika perencanaan dan pengendalian laba mengaku kepada pengukuran unit masukan
dan keluaran dari pusat laba yang bersangkutan.
d.
Pusat Investasi
Bentuk pusat pertanggungjawaban yang paling lengkap adalah pusat investasi. Pusat investasi
memiliki semua hak keputusan pusat biaya dan pusat laba serta hak keputusan atah jumlah modal yang
akan diinvestasikan. Pengertian pusat investasi menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi
Manajemen : Konsep, Manfaat dan Rekayasa menerangkan bahwa: Pusat investasi adalah pusat laba
yang
manajernya
diukur
prestasinya
dengan
menghubungkan
laba
yang
diperoleh
pusat
Menurut pandangan tradisional, pengukuran kinerja adalah untuk memonitor kinerja bisnis dan
mendiagnosa penyebab dari masalah. Amaratunga dan David (2002) menyatakan bahwa fungsi utama dari
sistem pengukuran kinerja adalah untuk mengontrol operasi dalam organisasi. Dalam model umpan balik
tradisional,
para
manajer
mengatur
kinerja
dengan
monitoring output dan
kemudian
menyesuaikan input untuk mencapai suatu target dibanding mengendalikan suatu tugas dengan
mempertimbangkan semua elemen data yang diperlukan untuk menguraikan status dari sistem (Bond 1999).
Penilaian kinerja merupakan salah satu faktor yang amat penting dalam mengevaluasi keberhasilan suatu
perusahaan. Sistem penilaian kinerja tradisional hanya berfokus pada ukuran-ukuran finansial saja, padahal ukuran non
finansial sangat menentukan kinerja organisasi pada era globalisasi saat ini.
Balanced Scorecard, yang pertama sekali dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1996), merupakan suatu alat
ukur kinerja organisasi yang cukup komprehensif, karena menggabungkan ukuran finansial dengan ukuran non
finansial, sehingga keberhasilan keuangan yang dicapai perusahaan bersifat jangka panjang. Balanced Scorecard tidak
hanya sekedar alat pengukur kinerja organisasi tetapi merupakan suatu bentuk transformasi strategik secara total pada
seluruh tingkatan dalam organisasi. Pengukuran kinerja secara komprehensif ini, menilai organisasi melalui empat
perspektif yang saling berkaitan, yaitu perspektif finansial, pelanggan, bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
Keunggulan Balanced Scorecard.
Apabila dibandingkan dengan pengukuran kinerja tradisional yang hanya mengukur kinerja
berdasarkan perspektif keuangan, maka balanced scorecard memiliki beberapa keunggulan (Barbara
Gunawan, 2000):
1. Komprehensif.
Balanced scorecard menekankan pengukuran kinerja tidak hanya aspek kuantitatif saja, tetapi juga
aspek kualitatif. Aspek finansial dilengkapi dengan aspek customer, inovasi dan market development
merupakan fokus pengukuran integral. Keempat perspektif menyediakan keseimbangan antara
pengukuran eksternal seperti laba pada ukuran internal seperti pengembangan produk baru.
Keseimbangan ini menunjukkan trade off yang dilakukan oleh manajer terhadap ukuran-ukuran
tersebut untuk mendorong manajer untuk mencapai tujuan tanpa membuat trade off di antara kuncikunci sukses tersebut melalui empat perspektif. Balanced scorecard mampu memandang berbagai
faktor lingkungan secara menyeluruh.
2.
Perspektif Keuangan.
Terwujudnya tanggung jawab ekonomi melalui penerapan pengetahuan manajemen dalam
pengolahan bisnis dan peningkatan produktivitas yang dikuasai personil.
2.
Perspektif Pelanggan.
Terwujudnya tanggung jawab sosial sehingga perusahaan dikenal secara luas sebagai
perusahaan yang akrab dengan lingkungan.
3.
4.