Anda di halaman 1dari 3

BAB III

METODE PENELITIHAN
3.1 Lokasi, waktu penelitihan

Penelitihan dilakukan di Dusun Langgulang, Desa Kelyen, Kecamatan


Socah, Kabupaten Bangkalan, Madura, Provinsi Jawa Timur. Responden
penelitian ini merupakan peternak itik petelur yang berada di Kecamatan Socah.
Penelitihan dilakukan pada bulan November 2019 dengan rincian survey dan
wawancara dilakukan pada tanggal 14 November 2019.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode


purposive sampling, dimana menyesuaikan tujuan peneliti sehingga responden
diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian. Penelitian yang dilakukan
di Desa Kelyen, Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan mengambil sampel
atau responden sebanyak lima orang responden. Kelima orang responden yang
diwawancarai adalah peternak itik petelur. Penentuan responden dilakukan secara
acak dengan pertimbangan data yang diperoleh ketika dilakukan wawancara dapat
mewakili dari keseluruhan petani di Desa Kelyen, Kecamatan Socah, Kabupaten
Bangkalan.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan pada penelitihan ini merupakan data primer.


Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara menggunakan
kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara adalah kegiatan tanya
jawab yang dilakukan oleh penelitih dengan responden untuk mendapatkan
informasi yang tepat dan terpercaya.

3.4 Metode Analisis Data

3.4.1 Analisis Biaya Usahatani

Biaya dihitung berdasarkan jumlah nilai uang yang dikeluarkan untuk


membiayai kegiatan usahatani yang meliputi biaya sarana produksi, biaya tenaga
kerja dan biaya lain-lain. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fix cost) dan
biaya tidak tetap (variable cost).
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang harus dikeluarkan dalam satu kali
produksi yang akan sama dengan tahun-tahun selanjutya. Dalam
usahatani itik petelur yang termasuk biaya tetap adalah :
1) Biaya penyusutan
Biaya penyusutan terdiri dari biaya penyusutan kendaraan dan
penyusutan peralatan. Perhitungan biaya penyusutan kendaraan dan
penyusutan peralatan dihitung dengan membagi nilai pembagian
dengan umur ekonomisnya.
2) Biaya tenaga Kerja
Biaya tenaga kerja dalam usahatani itik petelur terdiri dari pembersihan
lahan, pengolahan lahan penanaman, penyiangan, penyulaman,
pemupukan, pemanenan, pengangkutan, dan pengerjakan bibit yang
dimana diukur melalui HKP.
b. Biaya Tidak Tetap
Biaya tidak tetap untuk usahatani terdiri dari biaya pembelian bibit itik
petelur, biaya herbisida, pupuk, bibit sulam, karung, dan bahan bakar minyak
(BBM). Dimana biaya pembelian bibit itik petelur dilakukan setiap tahun produksi,
tergantung jarak tanam yang digunakan oleh masing-masing petani.

3.4.2 Analisis Penerimaan dan Pendapatan

Penerimaan usahatani merupakan nilai produk dari usahatani yaitu hasil


perkalian dari total produksi dengan harga produk pada suatu periode tertentu.

TR = Py.Y

Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara seluruh penerimaan


usahtani dan pengeluaran usahatani ( biaya) dalam satu musim tanam. Analisis
pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani
itik petelur.

Biaya Total = TR-TC

Keterangan :
TR: Penerimaan Total Usahatani (Rp)
Py : Harga Juar Produk Per unit (Rp/kg)
Y :Total Hasil Produksi Yang Diperoleh dalam Suatu Usahatani (kg)
TC : Pengeluaran Total Usahatani (Rp)

3.4.3 Analisis Kriteria Keuntungan

Menurut Darsono (2008) R/C merupakan metode analisis untuk mengukur


kelayakan usaha dengan menggunakan rasio penerimaan (revenue) dan biaya
(cost). Analisis kelayakan usaha digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
usaha dalam menerapkan suatu teknologi yang dapat difomulasikan sebagai
berikut :

𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐩𝐞𝐧𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚𝐚𝐧 (𝐑𝐩)


R/C atas biaya total = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 (𝐑𝐩)

Kriteria keputusan yang digunakan untuk menilai hasil analisis R/C yaitu :

1. Jika nilai R/C > 1, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani
menguntungkan dan layak untuk diusahakan (setiap biaya yang dikeluarkan
untuk usahatani itik petelur akan menghasilkan penerimaan yang lebih besar
dari biaya yang dikeluarkan). Makin tinggi nilai R/C, maka makin tinggi pula
total penerimaan yang diperoleh.
2. Jika nilai R/C=1, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani berada
pada titik impas, yaitu tidak menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami
kerugiaan (jumlah biaya yang dikeluarkan untuk usahatani itik petelur akan
menghasilkan penerimaan yang sama dengan biaya yang dikeluarkan)
3. Jika nilai R/C < 1, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan usahatani tidak
memberikan keuntungan sehingga, tidak layak untuk diusahakan (tiap biaya
yang dikeluarkan usahatani itik petelur akan menghasilkan penerimaan yang
lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan)

Anda mungkin juga menyukai