Anda di halaman 1dari 17

BAB 4.

STRUKTUR BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI DI


INDONESIA

4.1 Prinsip Kesamaan Marjinal

4.2 Biaya, Penggolongan Biaya, dan Struktur Biaya Produksi


Usahatani (lihat Hernanto F, 1989 hl 198,199)
Demikianlah menurut proses yang terjadi dalam kegiatan
berproduksi. Mula-mula ada korbanan, kemudian ada hasil yang diperoleh
dari pencurahan korbanan tersebut. Tahap berikutnya ada semacam
evaluasi atas hasil dan korbanan. Katakanlah petani telah mahir akan
analisa usahatani dan seperangkat alat bantu yang menunjukkan jalan
keluar.
Korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi ini yang semula
fisik, kemudian diberikan nilai rupiah dan itulah yang kemudian diberi
istilah biaya. Biaya itu tidak lain adalah nilai korbanan.
Sebagaimana diuraikan terdahulu, korbanan dan atau biaya ini
pada posisi langka dan harus digunakan seefisien-efisiennya agar
memperoleh keuntungan yang optimal (Hernanto, F 1989 hl
198)..Sedangkan Tjakrawilaksana (1985) mendefinisikan biaya produksi
sebagai nilai barang-barang dan jasa yang dipakai dalam kegiatan
menghasilkan produksi.
Tjakrawilaksana (1985) menyatakan bahwa untuk memberi
jaminan bahwa suatu telaahan (kajian atau studi) biaya produksi dapat
bermutu maka penting sekali kita harus mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan secara sitematis semua unsur biaya tersebut.
Menentukan atau hanya menentukan biaya produksi dengan unsur-unsur
yang tidak lengkap, maka telaahan itu tidak akan banyak mempunyai arti.
Biaya produksi sering digolong-golongkan ke dalam biaya langsung (direct
costs) atau biaya berubah atau biaya variabel dan biaya tidak langsung
(inderect coats) atau biaya tetap atau biaya overhead/umum.
Menurut Suratiyah (2011), biaya atau Cost (C) dibedakan menjadi
biaya tetap atau fixed cost (FC) dan biaya variabel atau variable cost
(VC). Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak dipengaruhi besarnya
produksi atau jumlah produksi atau yield (Y) atau quantity of outout (Q).
Biaya variabel yaitu biaya yang besarnya dipengaruhi oleh besarnya
produksi. Seperti pada konsep produksi, pada biaya ini dikenal konsep
biaya marjinal atau marginal cost (MC) yaitu perubahan biaya per
kesatuan perubahan produksi dan biaya rata-rata atau average cost (AC).
Di saming itu dikenal pula istilah biaya variabel marjinal atau marginal
variable cost (MVC) yang akan sama dengan MC, biaya tetap marjinal
atau marginal fixed cost (MFC) yang sama dengan nol, rata-rata biaya
variabel atau average variable cost (AVC), dan rata-rata biaya tetap atau
average fixed cost (AFC). Keuntungan terbesar dicapai pada saat MC
sama dengan harga produksi dengan asumsi pasar adalah pasar
persaingan sempurna.
Menurut Tjakrawilaksana (1985) biaya langsung atau biaya variabel
digunakan untuk membeli bibit/benih, pupuk, obat-obatan (pestisida dan
sejenisnya), makan ternak (pakan), tenaga kerja. Penggunaan faktor-
faktor ini langsung akan mempengaruhi besar produksi yang dihasilkan.
Sedangkabn biaya tidak langsung (inderect costs) adalah pengeluaran
pengeluaran seperti untuk sewa lahan; perbaikan lahan; bangunan dan
alat-alat; gaji tenaga kerja tetap (gaji bulanan); penyusutan alat, mesin,
dan gedung/bangunan; pajak-pajak; dan bunga pinjaman. Pengunaan
faktor-faktor ini tidak langsung mempengaruhi pada besarnya produksi
yang dihasilkan.
Lebih jauh Tjakrawilaksana (1985) menyatakan bahwa biaya
produksi serng juga dibedakan menurut bentuk pengeluaran, yaitu biaya
tunai (cash) yang langsung dikeluarkan dari “saku celana” petani seperti
untuk membeli bibit/benih, pupuk-pupuk, pestisida dan sejenisnya, upah
buruh, biaya/pengeluaran yang diperhitungkan (imputed costs) seperti
untuk penggunaan tenaga kerja dalam keluarga yang tidak dibayar,
penggunaan barang-barang hasil dari isahatani sendiri, penggunaan lahan
sendiri, termasuk juga biaya penyusutan/depeciation cost.
Penggunaan dalam bentuk tunai tidak menjadi masalah karena
besarnya sudah nyata. Tetapi lain halnya dengan pengeluaran/biaya yang
diperhitungkan (imputed costs), besar nilai sangat tergantung dari cara
pendekatan atau estimasi para analis (penaksir biaya).
Contoh, untuk memperoleh nilai pengeluaran faktor ini dapat
dipakai pendekatan dengan analisa biaya sesungguhnya untuk
menghasilkan sarana produksi tersebut atau dipakai cara pendekatan
pintas, yaitu hanya menyesuaikan pengeluaran faktor itu dengan harga
pasar yang berlaku setempat. Dalam hal penyusutan barang-barang
modal terdapat beberapa metoda, seperti metoda garis luurs (straight line
method), dan metoda presentual (declining balance method). Metoda
mana yang akan dipilih juga bergantung dari masing-masing analisis.
Biaya-biaya produksi yang cara perhitungannya dilakukan dengan
cara diperhitungkan (imputed), biasanya jiga disebut perhitungnan biaya
berdasarkan prinsip biaya yang diluangkan (opportunity costs atau biaya
luang atau biaya oportunitas atau biaya kesempatan).
Telaahmemaklumi bahwa usahatani adalah suatu organisasi yang
komplek di dlaamnya terdapat beraneka macam kegiatan usaha yang satu
dengan yang lain, tidak mudah dipisahkan. Kekomplekan ini membawa
akibat pada telaahan biaya yang juga tidak sederhana. Seringkali suatu
unsur biaya tidak hanya dipergunakan untuk satu kegiatan cabang usaha
saja, melainkan mungkin untuk dua atau tiga macam kegiatan cabang
usaha untuk bersama-sama. Sudah tentu tidaklah adil apabila unsur baiay
itu dalam perhitungannya hanya dibebankan pada satu macam cabang
usaha. Semestinya biaya itu hanya dapat disebarkan di anatar cabang-
cabang usaha yang berkepentingan.
Namun konsekuensi selanjutnya adalah bagaimana cara
menyebarkan unsur biaya itu kepada cabang-cabang usaha tersebut?
Biaya yang kita bicarakan ini biasa disebut dengan istilah biaya bersama
(joint costs). Untuk menyebarkan biaya tersebut kepada cabang-cabang
usaha yang berkepentingan biasa dipakai secara umum. Pendekatan-
pendekatannya biasanya diserahkan kepada masing-masing analis.
Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input)
menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang
tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi. Setiap
pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat
menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung
biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya
adalah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan dalam usaha untuk
mengorganisasi dan menyelesaikan proses produksi. Biaya produksi
adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan
untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Dengan kata lain, biaya
produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh
produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan
penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar produk-produk
tertentu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik.
Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan
kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga
yang sulit diidentifikasikan. Dalam jangka pendek, biaya total terdiri dari
biaya tetap (Fixed Cost/FC) dan biaya variabel (Variable Cost/VC). Tetapi
dalam jangka panjang, seluruh biaya merupakan biaya variabel, karena
seluruh input juga bisa berubah-ubah (variable) dalam jangka panjang.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
b. Bahan-bahan pembantu atau penolong
c. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
d. Penyusutan peralatan produksi
e. Uang modal, sewa
f. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi,
pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi
g. Biaya pemasaran seperti biaya iklan
h. Pajak
Secara umum unsur biaya tersebut dapat dibagi atas tiga komponen
biaya, berikut:
1. Komponen biaya bahan, meliputi semua bahan yang berkaitan
langsung dengan produksi.
2. Komponen biaya gaji/upah tenaga kerja.
3. Komponen biaya umum (biaya over head pabrik) meliputi semua
pengorbanan yang menunjang terselenggaranya proses produksi.
Sampai di sini sudahkah Anda pahami mengenai pengertian biaya
produksi? Untuk meningkatkan pemahaman coba Anda berkunjung ke
suatu perusahaan yang ada di sekitar lingkunganmu dan catat biaya apa
sajakah yang terdapat menurut unsur biaya di atas.

4.2.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) dan Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed
Cost)
Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode tertentu jumlahnya
tetap tidak tergantung jumlah produksi. Biaya tetap diperuntukkan
membiayai faktor-faktor produksi yang sifatnya tetap, tidak berubah
walaupun produk yang dihasilkan berubah. Biaya ini sifatnya tetap hanya
sampai periode tertentu atau batas produksi tertentu, tetapi akan berubah
jika batas itu dilewati. Contoh: biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan
gedung, biaya penyusutan alat, pajak tanah, premi asuransi, penghasilan
tetap untuk para ahli, pengawas, pajak perusahaan, biaya administrasi,
dan lain-lain.
Besarnya biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC), merupakan
jumlah seluruh biaya total yang dikeluarkan dalam suatu periode waktu
tertentu. Contoh, suatu perusahaan menghasilkan produksi 800 unit
dengan biaya tetap total 250.000. Berapakah biaya tetap yang dikeluarkan
jika produksi kurang dari 800 unit.
Jawaban:
Besar biaya tetap total Rp. 250.000, karena berapapun produksi besar
biaya tetap tidak berubah.
Sedangkan biaya tetap rata-rata (Average Fixed Cost/AFC) diperoleh
dengan menbagi biaya tetap total (Total Fixed Cost/TFC) dengan jumlah
output. Atau dengan kata lain biaya tetap rata-rata adalah biaya tetap
yang dibebankan pada tiap produk atau produk per unit yang dihasilkan.
AFC dapat dihitung dengan cara membagi TFC dengan Q, jika
dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan:
AFC : Rata-rata Biaya Tetap Total
TFC : Biaya Tetap Total
Q : Jumlah Produksi
Karena TFC dalam periode waktu tertentu tetap, maka semakin besar Q,
AFC nya semakin kecil. 
Contoh, suatu perusahaan menghasilkan produksi 800 unit dengan
biaya tetap total Rp. 250.000. Berapakah biaya tetap rata-rata per
unitnya?
Jawaban:
Diketahui : TFC = Rp 250.000,-
Q = 800 unit

Ditanya : AFC = Rp....../unit

Jawab : AFC = TFC


Q
= Rp 250.000,-
800 unit
= Rp.312,5/unit

Perhatikan tabel biaya tetap dan biaya tetap rata-rata di bawah ini!

Tabel 1. dan Grafik Biaya Tetap, Biaya Tetap Rata-rata

Dari Tabel 1 di atas besar TFC tidak berubah (ingat konsep biaya tetap!),
dan biaya tetap rata-rata diperoleh dari rumus AFC = TFC/Q . Jika
dilukiskan dalam grafiknya, adalah sebagai berikut:
Grafik 9. Kurva
TFC terlihat
mendatar
Kurva AFC
terlihat turun
dari kanan
atas ke kiri
bawah

4.2.2 Biaya Variabel


(Variable Cost/VC)
dan Biaya Variabel
Rata-Rata (Average
Variable Cost/AVC)
Biaya variabel adalah Biaya produksi yang jumlahnya berubah
sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Jika produksi sedikit,
biaya variabel sedikit dan sebaliknya. Contoh biaya variabel adalah biaya
bahan mentah, upah tenaga produksi, bahan pembantu, biaya bibit
tanaman, pupuk, obat-obatan, biaya penggunaan traktor, mesin
penggiling, mesin diesel seperti untuk membeli solar, bensin, spare parts,
dan lain-lain.
Besarnya biaya variabel total (Total Variable Cost/TVC) adalah
jumlah seluruh biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
menghasilkan sejumlah produk. Untuk menghitung besar variabel total
dapat menggunakan rumus berikut :
Keterangan:
TVC : Biaya Variabel Total
VC : Biaya Variabel per Unit
Q : Jumlah Produksi
TVC : VCxQ

Contoh :
Suatu produksi dihasilkan sebanyak 400 unit, biaya variabel per unit Rp.
2.000,-. Berapakah biaya variabel total ?
Jawab :
Diketahui VC = 2.000,- dan Q = 400 unit
TVC = VC x Q = Rp 2.000,- x 400 unit = Rp 800.000,-

Sedangkan biaya variabel rata-rata (Average variable Cost/AVC)


adalah biaya variabel yang dibebankan pada tiap unit produk yang
dihasilkan. AVC dapat dihitung dengan cara membagi TVC dengan Q, jika
dirumuskan:
Keterangan:
AVC : Biaya Variabel Rata-rata
TVC : Biaya Variabel Total
Q : Jumlah Produksi

Perhatikan tabel biaya variabel dan biaya variabel rata-rata!

Tabel 2. Biaya Variabel dan Biaya Variabel Rata-Rata

Grafik. Biaya Variabel dan Biaya Variabel Rata-Rata


Keterangan: Kurva TVC menunjukkan kenaikan sejalan dengan
penambahan jumlah produksi
Grafik . Kurva AVC memiliki Bentuk Garis Lengkung Menyerupai Huruf U.
Proses Turun Naik Sejalan Penambahan Produksi

Apakah Anda sudah mengerti dengan dua jenis biaya produksi? Baiklah,
kita lanjutkan dengan biaya total.

4.2 3 Biaya Total (Total Cost) dan Biaya Total Rata-rata (Average Total
Cost)
Biaya total adalah Seluruh biaya yang dikorbankan yang
merupakan biaya tetap total ditambah biaya variabel total. Besarnya
biaya total dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Contoh :
Produk sebanyak 800 unit memerlukan biaya tetap Rp. 250.000 dan biaya
variabel per unit Rp. 4000, maka besarnya biaya total ?.
Jawab:
Diketahui TFC = 250.000
TVC = 800 unit x Rp 4000,- = Rp 3.200.000,-
TC = TFC + TVC = 250.000 + 3.200.000 = 3.450.000

Untuk memahami jenis-jenis biaya produksi coba Anda beri tanda cheklist
(√) sesuai penggolongan biaya produksi yang benar pada tabel biaya
produksi di bawah ini:
Sedangkan biaya rata-rata adalah biaya produksi per unit produk yang
dihasilkan. AC dapat dihitung dengan cara TC dibagi Q, jika dirumuskan:

Keterangan:
AC : Biaya Rata-rata
TC : Biaya Total
Q : Jumlah Produksi

Grafik 12. Kurva Biaya Total

4.2.4 Biaya Marjinal (Marginal Cost/MC atau Incremental Costs)


Biaya marginal adalah biaya tambahan yang diperlukan untuk satu
unit produk yang dihasilkan. Munculnya MC diakibatkan adanya perluasan
produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah
produk yang dihasilkan. MC dapat dihitung dengan cara tambahan TC
(TC) dibagi tambahan produk (Q), jika dirumuskan:
Sampai disini apakah Anda memiliki permasalahan dalam
memahami jenis-jenis biaya produksi? Jika masih kurang jelas silahkan
mempelajari ulang. Untuk lebih memahami konsep-konsep biaya akan kita
coba tuangkan dalam tabel dan grafik. 
Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai biaya marginal, perhatikan
tabel dibawah ini:
Tabel 2 . Biaya Tetap Total, Biaya Variabel Total, Biaya Total, Biaya Total
Rata-Rata, dan Biaya Marjinal
Jumlah Biaya Tetap Biaya Biaya Biaya Biaya
Produk Total (TFC) Variabel Total Total Marjinal
(Q) Total (TVC) (TC) Rata-Rata (MC)
(AC)
1 20 5 25 25 -
2 20 9 29 14,5 4
3 20 12 32 10,7 3
4 20 18 38 9,5 6
5 20 25 45 9 7
6 20 36 56 9,4 11
7 20 49 69 9,8 13
8 20 64 84 10,1 15
Grafik. Kurva MC Memiliki Bentuk Garis Lengkung dan Meningkat
Sejalan Penambahan Produksi.
Dengan penjelasan melalui tabel dan grafik/kurva di atas coba Anda
selesaikan tabel dibawah ini, pergunakan kakulator jika ada, jangan lupa
untuk mengingat cara-cara perhitungannya. Selamat mencoba!

Apakah Anda dapat menyelesaikan tabel di atas? Jika terdapat masalah


cara perhitungan, coba Anda pelajari penjelasannya. Untuk mengingatkan
Anda kembali, akan ditampilkan keempat grafik biaya rata-rata.
Grafik. Kurva AFC, AVC, AC, dan MC

4.2.5 Fungsi Biaya Lanjutan


Dalam praktiknya, ada dua cara menaksir fungsi biaya. Pertama,
adalah menaksir fungsi biaya secara langsung. Umpamanya dengan
mengamati data mengenai biaya dan output seperti yang telah Anda
pelajari pada 5.2.1 sampai dengan 5.2.5 dalam bab ini. Dari data tersebut
akan didapatkan adanya suatu hubungan unik antara biaya dan output,
yang tidak lain adalah fungsi biaya. Apabila fungsi biaya total telah
diperoleh, maka fungsi-fungsi biaya lain dengan mudah dapat ditentukan.
Cara kedua adalah menaksir fungsi biaya secara tidak langsung
dari fungsi produksi. Bersama-sama dengan biaya tetap dan harga-harga
input yang diketahui (tertentu), maka fungsi produksi (yang juga diketahui)
dapat digunakan untuk mendapatkan fungsi biaya.

Memperoleh Fungsi Biaya Secara Langsung.


Apabila fungsi biaya total dapat ditaksir secara langsung, maka
fungsi-fungsi biaya yang lain dan kelengkapannya dapat pula diperoleh.
Pada bagian ini akan disajikan sebuah ilustrasi matematis. Fungsi biaya
total yang bentuknya berkaitan dengan bentuk fungsi produksi klasik yang
umum, bisa disajikan sebagai sebuah persamaan pangkat tiga sebagai
berikut:
TC = 100 + 6Q –O,4Q2 + 0,02Q3

Jika digambarkan, persamaan ini akan mempunyai bentuk umum yang


sama dengan bentuk fungsi TC dalam Grafik Biaya Total (lihat grafik di
atas) (akan tetapi kurva TC pada grafik itu tidak diperoleh dari fungsi TC
pada persamaan di atas.
Dari fungsi biaya total di atas, dapat diketahui bahwa TFC =100 dan TVC
= 6Q –O,4Q2+ 0,02Q3. Biaya tetap total (TFC) adalah konstan sebesar
100 dan tidak berubah walaupun output (Q) berubah. Sedangkan TVC
akan berubah-ubah untuk setiap perubahan output.
Dari fungsi biaya total tersebut, dapat diperoleh fungsi-fungsi biaya
yang lain, seperti biaya variabel rata-rata (AVC), biaya tetap rata-rata
(AFC), biaya marjinal (MC), dan biaya total rata-rata (ATC).
AVC = TVC = 6Q – O,4Q2 + 0,02Q3
Q Q
= 6 - O,4Q + 0,02Q2

Biaya tetap rata-rata adalah


AFC =100
Q
Biaya marjinal adalah:
MC = ∂TVC = ∂TC = 6 - 0,8Q - 0,6Q2
∂Q ∂Q
Dan biaya total rata-rata adalah:
ATC = TC = 100 + 6 + 0,4Q + 0,02Q2
Q Q

Atau ATC = AFC + AVC


Oleh karena fungsi biaya total berkaitan dengan fungsi produksi klasik,
maka bentuk kurva AVC dan kurva MC menganut pola mula-mula
menurun, mencapai minimum, dan kemudian menaik. Tingkat ouput pada
saat AVC minimum dan MC minimum dapat dihitung dengan kalkulus.
Pada titik AVC minimum, kemiringannya sama dengan nol. Sehingga dari
persamaan AVC
∂AVC = -0,4 + 0,04Q = 0
∂Q

Q = 10

Biaya variabel rata-rata dalam contoh di atas, mencapai titik minimumnya


pada saat output (Q) = 10 unit. Pada tingkat output ini, AVC = MC.
Dengan mensubstitusi nilai Q = 10 ke dalam persamaan AVC dan ke
dalam persamaan MC, maka MC = AVC = Rp 4.
Demikian juga, nilai Q pada`saat biaya marjinal minimum dapat dapat
dihitung dengan menyamakan kemiringan (turunan pertama) MC dengan
nol. Dari persamaan MC, kemiringan MC = 0 adalah:
∂MC = -0,8 + 0,12Q = 0
∂Q
Atau Q = 6,67
Jadi, minimum MC terjadi pada saat output sebanyak 6,67 unit, dan
tingkat output ini lebih kecil daripada tingkat output pada saat AVC
minimum.
Sementara itu, biaya total rata-rata (ATC) mencapai titik minimumnya
pada tingkat output yang lebih besar daripada minimum AVC. Hal ini
disebabkan oleh pengaruh AFC terhadap ATC. Dari contoh di atas,
diketahu bahwa:
ATC = TC = 100Q-1 + 6 + 0,4Q + 0,02Q2
Q
Dan ∂ATC = 100Q-2 + 0,04Q - 0,4
∂Q
Pada saat ATC minimum, kemiringan sama dengan nol.
Maka: ∂ATC = -100 + 0,04Q - 0,4 = 0
∂Q Q2

Atau Q = 17,85 unit.

Pada tingkat output sebanyak 17,85 unit, ATC mencapai titik minimumnya,
dan sama dengan nilai MC. Dengan mensubstitusikan berbagai tingkat
output ke dalam persamaan turunan pertama MC. Bila Q = 10, maka AVC
minimum. Substitusi Q = 10 ke dalam persamaan turunan pertama MC
menunjukkan bahwa MC mempunyai kemiringan positif pada tingkat
output itu.

Bila Q = 100 maka ∂MC = -0,8 + 0,12(10) = +0,4


∂Q
Seperti diketahui, kurva MC memotong kurva AVC pada titik minimum
AVC. Berarti pada waktu melalui titik minimum AVC, kurva MC menaik.
Hal yang sama juga berlaku untuk kurva ATC. Kurva ATC mencapai titik
minimumnya pada saat Q =17,85
Bila Q = 17,85 maka ∂MC = -0,8 + 0,12(17,85) = +1,342
∂Q
Berarti pada saat ATC minimum, kurva MC yang melalui titik minimum
ATC itu sedang menaik, karena pada titik minimum itu kurva MC
mempunyai kemiringan positif.
Demikianlah, maka kelengkapan dari kurva-kurva biaya yang
disajikan dalam Grafik 14 dapat diperoleh dengan menggunakan kalkulus.

4.2.6 Biaya Produksi Jangka Pendek dan Biaya Produksi Jangka


Panjang
Biaya produksi jangka pendek (short run cost) berkaitan dengan
penggunaan biaya itu dalam waktu atau satuan waktu yang tidak lama,
jumlah beberapa input (faktor produksi) tidak dapat berubah-ubah. Namun
demikian dalam biaya produksi jangka pendek masih dapat dibedakan
adanya biaya variabel dan biaya tetap, sedangkan dalam jangka panjang
tidak ada faktor produksi yang bersifat tetap, sehingga pihak produsen
dapat menambah semua faktor produksi yang akan didayagunakannya.
Dalam produksi jangka panjang semua pengeluaran pihak produsen
merupakan biaya variabel, jadi pihak produsen tidak saja dapat
menambah tenaga kerja, tetapi juga faktor-faktor produksi lainnya, seperti
luas tanah yang dipergunakan perkebunan, bibit, tanaman, pupuk, obat,
dan alat pemberantas hama, gudang penyimpanan, prasarana dan sarana
transportasi, dan lain-lain. Dengan demikian, dapatlah ditegaskan bahwa
dalam produksi jangka panjang tidak ada biaya tetap, semua pengeluaran
merupakan biaya variabel.
Selain jenis-jenis biaya produksi yang telah kita bahas di atas, masih ada
jenis biaya produksi lainnya yang perlu Anda ingat, yiatu:
Biaya eksplisit, disebut juga biaya tegas, yaitu pengeluaran-pengeluaran
pihak produsen yang berupa pembayaran dengan uang (ataupun cek)
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan penunjang lainnya.
Biaya tersembunyi (imputed cost) yaitu taksiran pengeluaran atas faktor-
faktor produksi yang dimiliki produsen itu sendiri, seperti pada modal
sendiri yang digunakan, bangunan yang dimiliki untuk kegunaan produksi,
dan sebagainya. Contoh: natura.
Biaya Imbangan (oppurtunity cost) adalah pendapatan yang hilang
karena tidak memilih alternatif yang terbaik.

4.3 Struktur pendapatan usahatani (Hernanto 1989 hl 200-222)


4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani
(Suratiyah, K. 2011, hl 67-70)
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan
sangatlah komplkes. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke
dalam dua golongan sebagai berikut:
1) Faktor internal dan eksternal
2) Faktor manajemen
1. Faktor internal dan esternal
Dari Gambar 7.2 di atas terlihat bahwa faktor internal maupun
faktor eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan
pendapatan usahatani. Di tinjau dari segi umur, semakin tua petani
akan semakin berpengalaman sehingga semakin baik dalam
mengelola usahataninya. Namun, di sisi lain semakin tua semakin
menurun kemampuan fisiknya sehingga semakin memerlukan
bantuan tenaga kerja baik dalam keluarga maupun dari luar
keluarga. Pendidikan, terutama pendidikan non formal, misalnya
kursus kelompoktani, penyuluhan, demonstrasi plot (demplot), studi
banding, dan pertemuan selapanan (35 hari sekali di Jawa) akan
membuka cakrawala petani, menumbuh keterampilan dan
pengalaman petani dalam mengelola usahataninya. Hal ini sangat
diperlukan mengingat sebagian besar petani berpendidikan formal
rendah.
Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh langsung
pads biaya. Semakin banyak menggunakan tenaga kerja keluarga
semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga
kerja luar keluarga Namun demikian, tidak semua hal berlaku
seperti ini. Ada pekerjaan atau kegiatan tertentu mengejar waktu,
sehubungan dengan iklim maka harus meminta bantuan tenaga
kerja luar keluarga yang berarti harus mengelarkan biaya.
Petani lahan sempit dengan tenaga kerja kelaurga yang tersedia,
dapat menyelesaikan pekerjaan usahataninya tanpa menggunakan
tenaga kerja luar yang diupah. Dengan demikian biaya per
usahatani menjadi rendah. Namun jika lahan garapan lebih luas,
belum tetu tenaga kerja kelauarga mampu mengerjakan semua.
Hal ini dikarenakan adanya faktor-faktor musim dan tanam
serempak sehingga segala kegiatan usahatani harus dapat
diselesaikan tepat waktu dengan tenaga kerja luar. Biaya usahatani
menjadi lebih tinggi karea harus memanfaatkan tenaga kerja luar
yang diupah.
Modal....
DAFTAR PUSTAKA

Adiwilaga, A. 1975. Ilmu Usaha Tani. Alumni. Bandung.

Hernanto, F. 1989. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Prawirokusumo, S. 2009. Ilmu Usahatani. Edisi 2. Cetakan Pertama.


BPFE Yogyakarta. Yogyakarta.

Shinta, A. 2011. Ilmu Usahatani. Universitas Brawijaya Press (UB Press).


Malang.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press (UI


Press). Jakarta.

Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, J Brian Hardeker. 1986. Ilmu


Usahatani dan Penelitian untuk Pnegembangan Petani Kecil.
Universitas Indonesia Press (UI Press). Jakarta.

Suratiyah, K. 2011. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tjakrawilaksana, A. 1985. Usahatani. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial


Ekonomi.Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tohir, K. A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Jilid 1.


Cetakan Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.

Tohir, K. A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usaha Tani Indonesia. Jilid 2.


Cetakan Kedua. Rineka Cipta. Jakarta.

Vink G. J. 1984. Dasar-Dasar Usaha Tani di Indonesia. Yayasan Obor


Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai