Anda di halaman 1dari 18

ALAT ANALISIS AHP

Disusun Oleh

Nama: Nindya Ayu Pratiwi


NIM: 170321100064
Kelas: A

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sebesar-besarnya saya panjatkan kepada kehadirat


Allah SWT. Karena kehendak-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah
tentang alat analisis AHP (Analytic Hierarchy Process). Saya menyadari bahwa
dalam makalah ini masih banyak kekurangan mengenai pembahasan yang
dibahas didalam makalah ini, namun makalah ini tentunya saya kerjakan dengan
sikap respek yang tinggi dan bertanggung jawab.

Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada orang
tua, yang secara tidak langsung memberikan dukungan kepada saya untuk
menyelesaikan tugas makalah analisis AHP, yang dimana bantuan itu berupa
materi, fasilitas yang memadai, dsb.

Nindya Ayu Pratiwi


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi informasi sudah sedemikian pesat.
Perkembangan yang pesat tidak hanya teknologi perangkat keras dan perangkat
lunak saja, tetapi metode komputasi juga ikut berkembang. Salah satu metode
komputasi yang cukup berkembang saat ini adalah metode sistem pengambilan
keputusan (Decisions Support System). Dalam sistem pengambilan keputusan
juga dibutuhkan teknologi informasi, hal ini dikarenakan adanya era globalisasi,
yang menuntut sebuah perusahaan untuk bergerak cepat dalam mengambil
suatu keputusan dan tindakan. Dengan mengacu kepada solusi yang diberikan
oleh metode AHP (Analytical Hierarcy Process) dalam membantu membuat
keputusan, seorang decision maker dapat mengambil keputusan berdasarkan
multi kriteria yang ditetapkan. Sebagai contoh pengambilan keputusan dalam
bidang pembelian, mengandalkan kriteria-kriteria yaitu kualitas barang,
kecepatan pengiriman barang, harga barang dan status supplier. Dengan melihat
adanya kriteria-kriteria yang dipergunakan untuk mengambil keputusan, maka
akan sangat cocok untuk menggunakan metode AHP dengan multi kriteria.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu analisis AHP ?
2. Bagaimana contoh penerapan analisis AHP ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui mengenai analisis AHP
2. Mengetahui contoh penerapan analisis AHP
II. PEMBAHASAN

2.1 Analisis AHP


Analisis Hirarki Proses (AHP) diperluas oleh Thomas L. Saaty dengan
konsep pengambilan keputusan dengan efektif terhadap persoalan yang sangat
rumit kemudian disederhanakan dan dipercepat dalam proses pengambilan
keputusan terhadap persoalan persoalan yang akan diselesaikan, permasalahan
ini dimasukkan ke dalam bagian-bagian, menata bagian-bagian atau variable-
variable dalam bentuk hirarki.

Tujuan

Kriteria

Alternatif

Gambar.1 Tingkatan dari analisis AHP


Prinsip dalam memecahkan persoalan dengan AHP (Djarwadi, 2012),
yaitu:
a. Prinsip menyusun hirarki (Decomposition), yaitu menyelesaikan
permasalahan secara keseluruhan menjadi bagian-bagian terkecil.
Apabila menginginkan hasil yang lebih tepat, penyelesaian permasalahan
bisa dilakukan terhadap bagian-bagian terkecil, dari hal tersebut akan
diperoleh permasalahan berdasarkan kelompok tertentu
b. Prinsip menentukan yang paling utama (Comparative Judgement),
pemberian nilai mengenai kepentingan relatif terhadap dua bagian pada
suatu level tertentu yang berhubungan dengan level diatasnya
c. Prinsip konsistensi logis (Logical Consistency), beberapa objek yang
sama dapat digolongkan sesuai dengan keseragaman yang relevansi
` Langkah-langkah atau prosedur yang harus dilakukan dalam metode AHP
untuk pemecahan suatu masalah, yaitu:
1. Definisikan persoalan dan rincian pemecahan yang diinginkan
2. Struktur hirarki dari sudut pandang menyeluruh
3. Buatlah sebuah matrik banding berpasangan untuk kontribusi atau
pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap kriteria yang
berpengaruh yang berada setingkat diatasnya.
4. Dapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan
perangkat matriks dilangkah 3.
5. Setelah mengumpulkan semua data banding berpasangan, prioritas dicari
dan konsistensi diuji.
6. Laksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam
hierarki itu.
7. Gunakan komposisi secara hierarkis (sintesis) untuk membobotkan
vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria
8. Evaluasi konsistensi untuk seluruh hieraraki.

Penyusunan struktur hirarki


Hirarki merupakan alat mendasar dari pikiran manusia, melibatkan
identifikasi elemen-elemen suatu persoalan, mengelompokan elemen-elemen itu
kedalam beberapa kumpulan yang homogen, dan menata kumpulan-kumpulan
ini pada tingkat-tingkat yang berbeda. Pada dasarnya ada dua macam hirarki,
yaitu hirarki struktural dan hirarki fungsional. Pada hirarki struktural, sistem yang
kompleks disusun ke dalam komponen-komponen pokoknya dengan urutan
menurun menurut sifat struktural mereka. Sedangkan, hirarki fungsional
menguraikan sistem yang kompleks menjadi elemen-elemen pokoknya menurut
hubungan esensial mereka.

Penyusunan prioritas
Penyusunan prioritas dilakukan dengan mencari bobot relatif antar
elemen sehingga diketahui tingkat kepentingan (preferensi) dari tiap elemen
dalam permasalahan secara keseluruhan. Langkah pertama dalam menentukan
susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan,
yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk setiap
sub sistem hirarki dan kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks untuk
analisis numerik. Tabel 1 menunjukkan bentuk matriks perbandingan
berpasangan.

Tabel 1. Matriks perbandingan berpasangan


C A1 A2 A3 … An
A1 a11 a12 a13 … a1n
A2 a21 a22 a23 … a2n
A3 a31 a32 a33 … a3n
… … … … … …
An an1 an2 an3 … ann
(Sumber: Saaty, 1993)
Nilai numerik yang dikenakan untuk perbandingan di atas diperoleh dari
skala perbandingan yang dibuat oleh Saaty (1993), ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel.2 Skala perbandingan nilai


Tingkat Definisi Keterangan
Kepentingan
1 Sama penting Kedua elemen mempunyai pengaruh yang
sama
3 Sedikit lebih Pengalaman dan penilaian sedikit lebih
penting memihak ke satu elemen dibandingkan
dengan pasangannya
5 Lebih penting Pengalaman dan penilaian sangat memihak
ke satu elemen dibandingkan dengan
pasangannya
7 Sangat Satu elemen sangat disukai dan secara
penting praktis dominasinya sangat nyata
dibandingkan dengan elemen pasangannya
9 Mutlak lebih Satu elemen terbukti mutlak lebih disukai
penting dibandingkan dengan pasangannya pada
tingkat keyakinan tertinggi
2,4,6,8 Nilai tengah Diberikan bila terdapat keraguan penilaian
antara penilaian yang berdekatan
Kebalikan aji = 1/aji
(Sumber: Saaty, 1993)
Matriks perbandingan berpasangan disusun sebagai berikut:
A = [aij], dengan aij = 1/aij untuk i ≠ j atau aij = 1 untuk i = j dimana nilai i,j =
1,2,…n …(1)
Selanjutkan dilakukan normalisasi pada matrik A, misalkan menjadi matrik P,
untuk kemudian menentukan vektor prioritas R. Matrik P hasil normalitas matrik A
adalah :
P = [pij], pij = aij/Aj untuk i ≠ j dan pij = 1/Aj untuk i = j,

dengan Aj = …(2)
Vektor prioritas R adalah vector kolom dengan dengan elemen baris ke-i adalah
rata-rata dari elemen baris-baris ke-i matrik P dalam bentuk bilangan desimal.

…(3)

Pengujian konsistensi
Dalam persoalan pengambilan keputusan penting untuk mengetahui
betapa baiknya konsistensi pengambil keputusan. Semakin banyak faktor yang
harus dipertimbangkan, semakin sukar untuk mempertahankan konsistensi,
ditambah lagi adanya intuisi dan faktor-faktor lain yang membuat orang mungkin
menyimpang dari kekonsistensian.
Meskipun demikian sampai kadar tertentu perlu diperoleh hasil-hasil yang
valid dalam dunia nyata. Saaty mengajukan indeks konsistensi untuk mengukur
seberapa besar konsistensi pengambil keputusan dalam membandingkan
elemen-elemen dalam matrik penilaian. Selanjutnya indeks konsisten ditransfer
sesuai dengan orde atau ukuran matrik menjadi suatu rasio konsistensi. Rasio
konsistensi harus ≤ 10%, jika tidak pertimbangan yang telah dibuat mungkin akan
acak dan perlu diperbaiki.
Random indeks (RI) adalah indeks konsistensi matrik random, skala
penilaian yang digunakan antara 1 sampai 9 bersama entri-entri kebalikannya.
Perlu diperhatikan bahwa matrik berorde 1 dan 2 adalah konsistensi sehingga
rumus CI (RI) tidak berlaku. Nilai RI dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai Random Index


n Random Indeks
1 0,00
2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49

Dengan membandingkan CI dan RI maka didapatkan patokan untuk


menentukan tingkat konsistensi suatu matriks, yang disebut dengan consistency
ratio (CR). Menurut Saaty hasil pemberian nilai yang diterima matrik yang
mempunyai perbandingan konsistensi  0,01 maka hasil pemberian nilai dapat
diterima atau dipertanggungjawabkan. Jika konsistensi value melebihi 0,01 maka
pengambilan keputusan harus memperhatikan kembali permasalahan dan
memperbaiki matriks banding berpasangan. Perbandingan antara CI dan RI
untuk suatu matriks didefinisikan sebagai rasio konsistensi (CR).

…(4)

rj = elemen vector prioritas criteria ke-j


Aj = vector kolom ke-j dari matrik perbandingan berpasangan
n = banyaknya alternative keputusan
CI = indeks konsistensi
RI = indeks acak
CR = rasio konsistensi

2.2 Penerapan Analisis AHP


Analisis AHP digunakan untuk pengambilan keputusan dalam penilaian
kinerja pada suatu institusi pendidikan di Salatiga. Data yang digunakan adalah
data dari kuisioner penilaian atasan terhadap staf yang dibawahnya. Berikut
adalah kuisioner tersebut
Tabel 4. Penilaian kinerja karyawan
Tingkat pencapaian Deskripsi

1 = Tidak Setuju Kinerja sangat buruk, tidak dapat diperbaiki

2 = Kurang Setuju Kinerja tergolong buruk, namun masih dapat


diperbaiki

3 = Cukup Kinerja cukup dan memenuhi persyaratan


dasar

4 = Setuju Kinerja bagus dan lebih dari yang diharapkan

5 = Sangat Setuju Kinerja sangat bagus, dan selalu lebih dari


yang diharapkan

Langkah-langkah pengambilan keputusan dalam penilaian kinerja menggunakan


metode AHP adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tujuan utama, kriteria dan alternatif keputusan


 Tujuan utama: Penilaian prestasi kerja
 Kriteria dalam permasalahan ini adalah criteria yang dituntut oleh
instansi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi yaitu:
a. Kompetensi Teknis: karakteristik atas keterampilan dan
kemampuan yang terkait dengan pekerjaan yang
dilaksanakan
b. Kompetensi Dasar: karakteristik atas keterampilan dan
atau kemampuan yang perlu dimiliki oleh semua jabatan
kompetensi
c. Kompetensi Manajerial: karakteristik atas keterampilan dan
kemampuan yang terkait dengan luas sempitnya wawasan
diri dan penguasaan pendukung dalam melaksanakan
tugas
 Alternatif keputusan, dijabarkan dari masing-masing kompetensi
meliputi aspek-aspek berikut:
a. Kompetensi Teknis: kerjasama, kerja ekstra, keterampilan
dan pengetahuan
b. Kompetensi Dasar: kejujuran, keramahan dan kesopanan,
kepedulian, disiplin
c. Kompetensi Manajerial: keterbukaan, prakarsa, tanggung
jawab
2. Menyusun hirarki penilaian prestasi kerja

Penilaian
Prestasi Kerja

Kompetensi Kompetensi Kompetensi


Teknis Dasar Manajerial

Kerjasama Kejujuran Keterbuka


an

Kerja Ekstra Ramah dan Prakarsa


Sopan

Keterampilan Kepedulian Tanggung


dan jawab
Pengetahuan
Kedisiplina
n

Gambar 2. Hirarki penilaian prestasi kerja karyawan

3. Menyusun prioritas setiap entri masalah


Berdasarkan diagram hirarki penilaian prestasi kinerja karyawan pada
tahap kedua (Gambar 2), maka akan dilakukan penyusunan prioritas
untuk setiap entri yang ada dalam hirarki pada tahap ketiga yaitu: bidang
Kriteria (K), Kompetensi Teknis (AT), Kompetensi Dasar (AD) dan pada
Kompetensi Manajerial (AM)
 K = {kompetensi teknis, kompetensi dasar, kompetensi manajerial}
 AT = {kerjasama, kerja ekstra, keterampilan dan pengetahuan}
 AD = {kejujuran, keramahan dan kesopanan, kepedulian, disiplin}
 AM = {keterbukaan, prakarsa, tanggung jawab}
Analisis dan Pembahasan

A. Penyusunan Prioritas Kinerja Karyawan


1. Kompetensi Teknis
Ketentuan dalam penentuan kompetensi manajerial menggunakan
skala Saaty dideskripsikan sebagai berikut (angka di dalam kurung
merujuk pada skala Saaty). Kerjasama dianggap cukup penting ke
sangat penting (4) dibandingkan kerja ekstra dan bernilai cukup
penting (3) dibandingkan keterampilan dan pengetahuan, sedangkan
keterampilan dan pengetahuan cukup penting (3) dibandingkan kerja
ekstra

Tabel 5. Perbandingan berpasangan pada kompetensi teknis


Kompetensi Kerjasama Kerja Ekstra Keterampilan dan
Teknis Pengetahuan

Kerjasama 1 4 3

Kerja Ekstra 1/4 1 1/3

Keterampilan 1/3 3 1
dan
Pengetahuan

Menggunakan rumus (1) didapat matrik perbandingan berpasangan untuk


Kompetensi Teknis adalah sebagai berikut

1 4 3
A= 1/4 1 1/3
1/3 3 1
Berdasarkan matrik A disusun matrik P dengan menggunakan rumus (2),
selanjutnya menggunakan rumus (3) disusun vector prioritas Kompetensi Teknis
(RT)

12/19 1/2 9/13


P= 3/19 1/8 1/13
4/19 3/8 3/13

0,6080
RT = 0,1199
0,2721
2. Kompetensi Dasar
Ketentuan dalam penilaian kompetensi dasar menggunakan skala
Saaty dideskripsikan sebagai berikut (angka di dalam kurung merujuk
pada skala Saaty). Kejujuran dianggap cukup penting (3)
dibandingkan kepedulian dan disiplin dan bernilai cukup penting ke
sangat penting (4) dibandingkan keramahan dan kesopanan.
Kepedulian bernilai cukup penting (3) dibandingkan keramahan dan
kesopanan dan kedisiplinan, dimana keramahan dan kesopanan
dianggap sama penting ke cukup penting (2) dibandingkan disiplin.
Dalam kompetensi dasar langkah-langkah penyelesaian untuk
mencari nilai vector prioritasnya adalah sama dengan pencarian
vektor prioritas kompetensi teknis dan didapat vector prioritas
kompetensi dasar (RD) seperti berikut
Tabel 6. Perbandingan berpasangan pada kompetensi dasar
Kompetensi Kejujuran Keramahan Kepedulian Disiplin
Dasar dan
Kesopanan
Kejujuran 1 4 3 3

Keramahan dan 1/4 1 1/3 2


Kesopanan
Kepedulian 1/3 3 1 3

Disiplin 1/3 1/2 1/3 1

RD = 0,4921
0,1354
0,2686
0,1038

3. Kompetensi Manajerial
Ketentuan penilaian dalam kompetensi manajerial menggunakan
skala Saaty dideskripsikan sebagai berikut (angka di dalam kurung
merujuk pada skala Saaty). Tanggung jawab dianggap sangat penting
(5) dibandingkan keterbukaan, dan bernilai cukup penting ke sangat
penting (4) dibandingkan prakarsa. Keterbukaan bernilai sama penting
ke cukup penting (2) dibandingkan prakarsa. Dalam kompetensi
manajerial langkah-langkah penyelesaian untuk mencari nilai vektor
prioritasnya adalah sama dengan pencarian vektor prioritas
kompetensi teknis dan didapat vektor prioritas kompetensi manajerial
(RM) seperti berikut
Tabel 7. Perbandingan berpasangan pada kompetensi manajerial
Kompetensi Keterbukaan Prakarsa Tanggung
Manajerial jawab

Keterbukaan 1 2 1/5

Prakarsa 1/2 1 1/4

Tanggung jawab 5 4 1

0,1925
RM = 0,3962
0,6768

4. Kriteria
Dalam hal criteria kompetensi dasar dinilai sangat penting (5)
dibandingkan kompetensi manajerial, dan bernilai cukup penting (3)
dibandingkan kompetensi teknik. Kompetensi teknik dianggap cukup
penting (3) dibandingkan kompetensi manajerial
Tabel 8. Perbandingan berpasangan pada kriteria
Kriteria Teknis Dasar Manajerial

Teknis 1 1/3 5

Dasar 3 1 7

Manajerial 1/5 1/7 1

0,2828
RK = 0,6434
0,0738

Setelah penyusunan penilaian kinerja karyawan dilakukan, selanjutnya dilakukan


uji konsistensi untuk mengetahui apakah keputusan dalam masing-masing
kompetensi tersebut merupakan keputusan yang konsisten atau tidak.
B. Uji konsistensi penilaian kinerja karyawan
Setelah penyusunan vektor prioritas, langkah selanjutnya adalah
melakukan uji konsistensi (CR) untuk masing-masing kompetensi
menggunakan rumus (4).
Tabel 9. Uji konsistensi masing-masing kompetensi atas tiga
kompetensi
Kompetensi Nilai Rasio Konsistensi

Teknis 0,0640

Dasar 0,0781

Manajerial 0,0566

Berdasarkan makalah Arifin dkk (2013) dengan menggunakan pembagian kriteria


atas dua kompetensi, yaitu kompetensi teknis dan kompetensi manajerial,
dilakukan uji kompetensi untuk masing-masing kompetensi dan diperoleh nilai
CR seperti pada Tabel 10

Tabel 10. Uji konsistensi masing-masing kompetensi atas dua kompetensi


Kompetensi Nilai Rasio Konsistensi

Teknik 6,2410

Manajerial 0,1216

Berdasarkan hasil nilai rasio konsistensi pada Tabel 9 dan Tabel 10, penilaian
kinerja yang menggunakan pembagian criteria atas tiga kompetensi yaitu,
kompetensi teknis, kompetensi dasar dan kompetensi manajerial, memberikan
nilai CR < 0,1, adalah lebih baik dibandingkan dengan pembagian criteria atas
dua kompetensi, yaitu kompetensi teknis dan kompetensi manajerial dengan nilai
CR berada diatas 0,1. Selain untuk uji konsistensi nilai vector prioritas pada
kompetensi teknis, kompetensi dasar dan kompetensi manajerial juga untuk
mencari nilai besarnya prestasi kinerja karyawan

C. Penilaian prestasi kinerja karyawan


Menggunakan nilai vector nilai prioritas pada tahap ketiga, dapat
ditentukan nilai prestasi kinerja karyawan (ZK) yang diperoleh dari
jumlahan perkalian elemen vector prioritas criteria dengan elemen
vektor prioritas alternatif yang bersesuaian dan nilai kuisioner, dapat
dirumuskan sebagai berikut

…(5)
K = himpunan kriteria

AK = himpunan alternatif pada criteria K

Si = alternatif ke-i pada kriteria K yang bersesuaian

Persentase kenaikan nilai prestasi kerja karyawan (ZP) dihitung dengan rumus
berikut

ZP = ZK - Zs X 100% …(6)
Zs
Dengan ZS = nilai kerja standar yang ditetapkan oleh institusi

Sebagai contoh: seorang pegawai Y mempunyai data hasil penilaian terhadap 10


aspek yang dinilai berdasarkan Tabel 4 yaitu: 5,4,4,4,4,4,3,3,3,4. Maka nilai
prestasi kinerja Y menggunakan rumus (5) adalah seperti Tabel 11

Tabel 11. Tabel penilaian prestasi kinerja


Faktor penilaian Bobot x Nilai Skor
Kompetensi teknis:
Kerjasama 0,2828 x 0,6080 x 5 0,8597
Kerja ekstra 0,2828 x 0,1199 x 4 0,1356
Keterampilan dan 0,2828 x 0,2721 x 4 0,3078
pengetahuan
Kompetensi dasar:
Kejujuran 0,6434 x 0,4921 x 4 1,2665
Keramahan dan 0,6434 x 0,1354 x 4 0,3485
kesopanan
Kepedulian 0,6434 x 0,2686 x 4 0,6913
Disiplin 0,6434 x 0,1038 x 3 0,2003
Kompetensi manajerial:
Keterbukaan 0,0738 x 0,1925 x 3 0,0426
Prakarsa 0,0738 x 0,3962 x 3 0,0877
Tanggung jawab 0,0738 x 0,6768 x 4 0,1998
Nilai prestasi kerja 4,1398

Nilai prestasi kerja karyawan Y adalah ZK = 4,1398. Berdasarkan Tabel 4, maka


karyawan Y memiliki kinerja yang bagus dan lebih dari yang diharapkan. Jika
ditentukan nilaim standar kerja institusi tersebut ZS adalah 3 (cukup), maka
persentase kenaikan prestasi kerja berdasarkan rumus (6) adalah sebesar
37,9933%, artinya karyawan Y mengalami peningkatan kinerja sebesar ZP =
37,9933% dari nilai batas kerja standar yang telah ditetapkan oleh institusi
tersebut.
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan
dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir sehingga memungkinkan
dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas
persoalaan tersebut. Persoalaan yang kompleks dapat disederhanakan
dan dipercepat proses pengambilan keputusannya. Perhitungan dengan
metode AHP langkah pertama yaitu : penentuan sasaran yang ingin
dicapai, penentuan kriteria pemilihan, penentuan alternatif pilihan. Suatu
tingkat konsisten yang tertentu memang diperlukan dalam penentuan
prioritas untuk mendapatkan hasil yang sah. Nilai CR semestinya tak
lebih dari 10%. Jika tidak, penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan
secara random dan perlu revisi
2. Penilaian kinerja karyawan menggunakan metode AHP atas tiga kriteria
yaitu kompetensi teknis, kompetensi dasar dan kompetensi manajerial
menghasilkan nilai konsistensi yang lebih baik yaitu berada di bawah 10%
atau 0,1 dibandingkan dengan pembagian pembagian criteria atas dua
kompetensi yaitu kompetensi teknis dan kompetensi manajerial. Hal ini
bahwa penerapan metode Analitic Hierarchy Process (AHP) atas tiga
kriteria adalah lebih baik dan akurat dalam evaluasi kinerja.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Sinta, Lilik Linawati, and Tundjung Mahatma. 2013. Penerapan Metode
Analytic Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Kinerja Karyawan.
Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Pendidikan Sains VIII UKSW 4(1):
459–465.

Purwanti, Pudji, Edi Susilo, and Erlinda Indrayani. 2017. Pengelolaan Hutan
Mangrove Berkelanjutan: Pendekatan Kelembagaan Dan Insentif Ekonomi.
Malang: UB Press.

Rimantho, Dino, Marrie Rachel, Bambang Cahyadi, and Yan Kurniawan. 2016.
Aplikasi Analytical Hierarchy Process Pada Pemilihan Metode Analisis Zat
Organik Dalam Air. JITI 15(1): 47–56.

Anda mungkin juga menyukai