2.1.2 Usahatani
Usahatani adalah salah satu kegiatan yang mengirganisasi sarana produksi
pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Ir.
Moehar Danial, M.S.). usahatani merupakan suatu proses usaha pertanian dalam arti
sempit yang bertujuan yakni untuk menghasilkan suatu komoditas pertanian.
Sedangkan Menurut Suratiyah (2006), usahatani adalah pengusaha tani yang
mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam
sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya..
Salah satu ciri usahatani adalah adanya ketergantungan kepada keadaan
alam dan lingkungan. Oleh sebab itu, untuk memperoleh produksi yang maksimal,
petani harus mampu memadu faktor-faktor produksi tenaga kerja, pupuk dan bibit
yang digunakan. Ketiga faktor produksi ini saling berkaitan satu sama lain dalam
mempengaruhi produksi untuk menghasilkan produktivitas yang baik dan optimal
Analisis pendapatan usahatani dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai
berikut:
µ tunai = NP - BT
µ total = NP - (BT+BD)
Dimana:
µ = Pendapatan (Rp)
NP = Nilai produk/penerimaan tunai (Rp)
BT = Biaya tunai (Rp)
BD = Biaya diperhitungkan (Rp)
2.1.3 Sosiobiofisik
Faktor fisik merupakan faktor yang dapat rnenentukan produktivitas dan
keberlanjutan pertanian tanaman pangan dalam keharmonisan dengan
lingkungannya. Faktor fisik meliputi jenis tanah, hidrologi, topografi, salinitas, dau
suhu lapang) (Widayati dkk, 2010)
Faktor non fisik (karakteristik) merupakan faktor sikap atau perilaku seseorang
yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku seseorang dalam kehidupannya.
Faktor non fisik meliputi pendidikan forrnal, pengalaman berusahatani tanaman
pangan, pemaharnan tentang manajeman sumber daya pertanian, frekuensi akses
informasi pertanian, jumlah tenaga kerja keluarga dan luas lahan (Widayati dkk, 2010)
Faktor sosial merupakan faktor yang dipengaruh dari sekelompok orang yang
dapat mempengaruhi seorang individu untuk mengikuti kebiasaannya, pengaruh
tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang ( Bahari dan Ashoer, 2018)
Faktor budaya merupakan sebuah pedoman perilaku, kebiasaan, dan
kepercayaan yang dimiliki oleh seseorang yang telah dipelajari oleh masyarakat
sekitar, baik dari keluarga ataupun dari lembaga formal lainnya ( Bahari dan Ashoer,
2018)
2.1.4 Analisis Biaya Usahatani Bebek Petelur
Biaya usahatani bebek petelur adalah nilai dari semua faktor produksi yang
digunakan dalam kegiatan usahatani bebek petelur. Biaya yang diperhitungkan dalam
penelitian ini meliputi: (1) Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara langsung
dalam proses produksi yaitu biaya untuk pembelian faktor produksi, sarana produksi
(pakan, obat-obatan) serta upah tenaga kerja luar keluarga (Rp/ha). (2) Biaya tidak
tunai adalah biaya yang dikeluarkan secara tidak langsung dalam proses produksi
tetapi diperhitungkan dalam usahatani bebek petelur, meliputi biaya penyusutan alat-
alat pertanian, biaya tenaga kerja dalam keluarga (Rp/ha) dan sewa lahan
(Soekartawi, 1991). Biaya produksi dibedakan menjadi dua macam yaitu: biaya tetap
dan biaya variabel. Rumus menghitung besarnya biaya total usahatani adalah:
TC = TFC + TVC
Keterangan :
TC : Biaya total usahatani bebek petelur (Rp/ha/musim tanam)
TFC : Biaya tetap total (Rp/ha/musim tanam)
TVC : Biaya variabel total (Rp/ha/musim tanam)
Biaya tetap adalah biaya yang harus diperhitungkan pada berbagai tingkat
output yang dihasilkan. Biaya tetap pada penelitian ini meliputi: biaya penyusutan alat-
alat pertanian dan sewa lahan. Biaya variabel yaitu biaya yang berubah menurut tinggi
rendahnya tingkat output, seperti: biaya pakan, biaya tenaga kerja, dan lainnya. Cara
menghitung biaya penyusutan alat-alat pertanian menggunakan metode garis lurus
(Stright Line Method) dengan rumus:
𝑪−𝑺𝑽
P= 𝑼𝑳
Dimana:
P : Nilai penyusutan (Rp/ha/musim panen)
C : Harga beli awal (Rp)
SV : Nilai sisa (Rp)
UL : Masa pakai alat (musim panen)
BEP produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dihasilkan, agar usaha
tani tidak mengalami kerugian.
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 (𝑹𝒑)
BEP = 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒅𝒊𝒕𝒊𝒏𝒈𝒌𝒂𝒕 𝒑𝒆𝒕𝒂𝒏𝒊
BEP harga menggambarkan harga terendah dari produk yang dihasilkan. Apabila
harga di tingkat petani lebih rendah dari harga BEP, maka usahatani akan mengalami
kerugian.
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒃𝒊𝒂𝒚𝒂 𝒑𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 (𝑹𝒑)
BEP =
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒑𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 (𝒃𝒖𝒕𝒊𝒓)