Anda di halaman 1dari 5

2.1.

Produksi padi

Menurut Putong (2003), produksi atau proses memproduksi adalah

menambah kegunaan (nilai guna) suatu barang. Suatu proses produksi

membutuhkan faktor-faktor produksi, yaitu alat dan sarana untuk melakukan

proses produksi. Proses produksi juga melibatkan suatu hubungan yang erat

antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan produk yang dihasilkan.

Dalam pertanian, proses produksi sangat kompleks dan terus-menerus berubah

seiring dengan kemajuan teknologi.

Produksi pertanian tidak terlepas dari pengaruh kondisi alam setempat

yang merupakan salah satu faktor pendukung produksi. Selain keadaan tanah

yang cocok untuk kondisi tanaman tertentu, iklim juga sangat menentukan

apakah suatu komoditi pertanian cocok untuk dikembangkan di daerah tersebut.

Seperti halnya tanaman pertanian padi. Hanya pada kondisi tanah dan iklim

tertentu dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik

2.2. Penerimaan Usahatani

Menurut Hernanto (1989), penerimaan dari sumber usahatani meliputi

jumlah nilai hasil penjualan serta nilai penggunaan rumah dan yang dikonsumsi

dan menurut Soekartawi et all (1986), penerimaan usahatani adalah suatu nilai

produk total dalam jangka waktu tertentu, baik untuk dijual maupun untuk

dikonsumsi sendiri. Penerimaan ini mencakup semua produk yang dijual,

konsumsi rumah tangga petani, untuk pembayaran dan yang disimpan.

Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

TR = Y x Py
Dimana :

TR = Total Penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani ( Kg)

Py = Harga Jual Y (Rp)

Dari hubungan sistematis di atas total penerimaan dipengaruhi jumlah

produksi dan harga satuan produksi. Semakin besar harga dan produksi yang

dihasilkan maka total penerimaan semakin besar begitu juga sebaliknya. Secara

garis besar petani mengharapkan dari hasil usahataninya dapat menghasilkan

produksi yang lebih tinggi dari biaya yang dikeluarkan.

2.3. Biaya Usahatani

Menurut Mankiw (2006), biaya adalah sesuatu yang dikorbankan untuk

mendapatkan apa yang diinginkan sedangkan Hernanto (1989) menjelaskan biaya

produksi adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam proses produksi serta

membawanya menjadi produk. Termasuk di dalamnya barang yang dibeli dan

jasa yang dibayar di dalam maupun diluar usahatani. Menurut Soekartawi (2002)

biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi :

1. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus

dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.

Besarnya biaya tetap tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang

diperoleh. Contoh biaya tetap antara lain sewa tanah, pajak, alat pertanian

dan iuran irigasi.

2. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi.

Kalau menginginkan produksi yang tinggi, maka tenaga kerja perlu ditambah,

pupuk juga perlu ditambah dan sebagainya, sehingga biaya ini sifatnya

berubah–ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang diinginkan.

Total biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani akan

mempengaruhi besarnya penerimaan tunai usahatani. Total biaya merupakan

jumlah dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost

2.4. Pendapatan Usahatani

Produksi erat kaitannya dengan pendapatan petani. Hernanto (1989)

mengemukakan bahwa salah satu cara dalam menentukan ukuran pendapatan

petani adalah jumlah penerimaan penjualan hasil ditambah penerimaan yang

diperhitungkan dengan kenaikan nilai inventaris dikurangi dengan pengeluaran

tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan termasuk bunga modal.

Pendapatan bisa diartikan sebagai penerimaan yang dihasilkan atas suatu

usaha atau kegiatan. Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani adalah

selisih antara penerimaan dan semua biaya. Menurut Suratiyah (2015) pendapatan

usahatani dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan nominal yaitu tanpa

memperhitungkan nilai uang menurut waktu tetapi yang dipakai adalah harga

yang berlaku sehingga dapat langsung dihitung jumlah pengeluaran dan jumlah

penerimaan dalam suatu oeriode proses produksi. Dapat dirumuskan sebagai

berikut :

TI = TR – TC

Dimana

TI = Pendapatan Usahatani (Rp)


TR = Total Penerimaan Usahatani (Rp)

TC = Total Biaya Usahatani (Rp)

2.4. Kelayakan Usahatani

Analisis finansial adalah analisis kelayakan yang melihat dari sudut pandang

pengusaha sebagai pemilik. Analisis finansial diperhatikan dari segi cash flow yaitu

perbandingan antara hasil penerimaan atau penjualan kotor (gross sales) dengan

jumlah biaya-biaya (total cost) yang dinyatakan dalam nilai sekarang untuk

mengetahui kriteria kelayakan atau keuntungan suatu proyek (Soekarwati, 1995).

Analisis kelayakan usaha berfungsi untuk menentukan suatu usaha layak

dijalankan atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan agar suatu usaha yang sedang

dirintis atau dikembangkan terhindar dari kerugian. Kesalahan dalam

merencanakan suatu usaha akan berakibat pembengkakan investasi. Hal ini juga

dapat terjadi apabila pemilik usaha ingin mengembangkan usahanya yang telah

berjalan tanpa perhitungan yang matang. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha

menjadi penting sekali untuk diperhatikan.

Informasi mengenai kelayakan dan permasalahan usahatani padi sawah

tadah hujan di Kabupaten Bone Kecamatan Patimpeng Desa Talabangi masih

terbatas, sedangkan hasil dan analisis kelayakan finansial akan menunjukkan

apakah usahatani layak atau belum berkembang atau dikembangkan. Informasi ini

berguna bagi petani dan investor yang tertarik untuk mengembangkan atau

berinvestasi usahatani padi sawah tadah hujan. Investasi dalam pengembangan

pertanian ini diharapkan dapat meningkatkan volume produksi padi sawah tadah

hujan dan pada akhirnya meningkatkan keuntungan atau pendapatan petani atau

investor itu sendiri.


Menurut (Suwarsono, 1994) kelayakan merupakan salah satu masalah yang

perlu dilakukan dalam usaha yang merencanakan penanaman modal dalam jangka

panjang. Untuk melihat kelayakan usahatani digunakan pendekatan analisis

keseimbangan antara penerimaan dan biaya atau TR/TC yang dikemukakan Rahadi,

(1995) dengan rumus sebagai berikut:

TR/TC = Penerimaan / Biaya

Dari analisis tersebut dapat dilihat berapa rupiah penerimaan yang akan

diperoleh petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan petani dalam usahatani tersebut

sehingga dapat dilihat kelayakan sebagai berikut :

TR/TC ›1, Maka usaha tersebut menguntungkan karena menunjukkan

penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

TR/TC =1, Maka usaha tersebut hanya cukup untuk menutup biaya atau tidak

untung tidak rugi.

TR/TC ‹1, Maka usaha tersebut tidak menguntungkan sebaiknya usaha tersebut

tidak dilaksanakan.

Anda mungkin juga menyukai