Anda di halaman 1dari 21

PRAKTIKUM PERENCANAAN BISNIS

“Literatur Review Mengenai Kelayakan dan Kinerja Keuangan Usaha”

Oleh : Kelompok 4

Brema Atmaja (H34180042)


Kasmawati (H34180126)
Amalia Shafira Khaira (H34190003)
Florentino Alfian O A (H34190093)
Rahardiansyah Fatoni (H34190104)

Program Sarjana Agribisnis


Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Dosen Praktikum : Yanti Nuraeni Muflikh, SP, M.Agribuss


Hari/Tanggal : Senin, 9 Mei 2022
Praktikum ke- : 12 (Dua Belas)
Kelas Paralel : 1 (Satu)

Berdasarkan instruksi yang diberikan mengenai analisis keuangan bisnis pada usaha yang
serupa, maka kami memutuskan untuk menggunakan dua literatur sebagai bahan perbandingan
antar keduanya yang sama-sama bergerak di bidang pupuk, seperti bisnis yang kami ajukan
untuk mata kuliah perencanaan bisnis ini.

A. Literatur 1 Proyeksi Keuangan (Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik (Studi Kasus
Rumah Kompos di Gapoktan Suka Hasil Desa Cintaasih Kecamatan Cingambul Kabupaten
Majalengka)

1. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow)


Proyeksi arus kas adalah perkiraan uang yang diharapkan atau direncanakan mengalir
masuk dan keluar dari suatu bisnis, termasuk semua pendapatan dan pengeluaran yang
diproyeksikan selama periode tertentu. Proyeksi arus kas yang disiapkan dengan baik
memungkinkan perusahaan memplotkan posisi arus kas yang diantisipasi dari waktu ke
waktu serta dapat memperkirakan pengelolaan keuangan, artinya arus kas masuk dan arus
kas keluar harus diupayakan seimbang sehingga tidak terjadi saldo kas yang berlebihan
ataupun kekurangan, sehingga proyeksi arus kas juga membantu perusahaan mengantisipasi
kekurangan dana dengan segera sehingga dapat cepat diatasi yang akan dapat mencegah
perusahaan dari krisis atau defisit arus kas. Selain itu dapat membantu perusahaan juga dalam
melihat trend penjualan (peramalan penjualan pada masa akan datang), sehingga proyeksi
tersebut dapat melihat pergerakan penjualan dan apa yang mempengaruhi terhadap
pergerakan perubahan-perubahan tersebut, perencanaan pembelian asset.

a) Kas Masuk (Inflow)


Cash inflow merupakan arus kas kegiatan transaksi yang memberikan keuntungan kas
bagi perusahaan. Pada litaratur ini, cash inflow dari Usaha Gapoktan Suka Hasil terdiri
dari :
 Penerimaan Penjualan
Penerimaan penjualan merupakah hasil dari penjualan produk/jasa perusahaan. Pada
Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil ini, penerimaan penjualan berasal dari
penjualan dikalikan dengan harga pupuk organik yang diproduksinya.

Tabel 1.1 Penerimaan Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Usaha Pupuk Organik
Gapoktan Suka Hasil mengalami peningkatan penjualan dan peningkatan harga
pupuk organik per kg dari periode tahun 2007-2016.

 Nilai Sisa (Salvage Value)


Nilai sisa (salvage value) merupakan biaya investasi yang terdapat hingga akhir umur
proyek sehingga dapat ditambahkan sebagai manfaat proyek. Penentuan umur
ekonomis alat investasi berdasarkan pengalaman pengelola dalam pemakaian alat
investasi tersebut.
Tabel 1.2 Nilai Sisa Investasi

Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa investasi pada usaha ini memiliki nilai sisa pada
tanah dan timbangan duduk. Tanah tidak memiliki umur ekonomis sehingga nilai
tanah tidak menyusut. Asumsi nilai sisa tanah pada penelitian ini sama dengan nilai
pada pembelian di awal proyek.

b) Kas Keluar (Cash Outflow)


Cash out flow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan
beban pengeluaran kas. Pada litaratur ini, cash outflow dari usaha Gapoktan Suka Hasil
terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi dan biaya operasional.

 Biaya Investasi dan Reinvestasi


Biaya investasi dikeluarkan pada tahun pertama proyek (tahun 2007). Total biaya
investasi usaha Gapoktan Suka Hasil senilai Rp. 44.365.000. Biaya investasi terbesar
yang dikeluarkan usaha ini adalah bangunan yang seluas 10x14 meter persegi. Nilai
investasi tersebut didapat pada tahun 2007.
Tabel 1.3 Rincian Investasi Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil

Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
apabila ada komponen pada investasi telah habis umur ekonomisnya. Komponen
investasi yang mengalami reinvestasi jika memiliki umur ekonomis tidak sepanjang
umur proyek. Total biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh Gapoktan Suka Hasil dari
tahun ke-2 hingga umur proyek selesai adalah Rp 13.650.000. Nilai dari biaya
reinvestasi per unit diasumsikan tetap atau sama dengan nilai per unit pada tahun
2007.

 Biaya Operasional
Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas sehari-
hari sebuah perusahaan. Pada literatur ini dijelaskan bahwa terjadi dua kali
peningkatan biaya variabel yaitu pada tahun 2010 dan tahun 2014.

a) Biaya Variabel

Tabel 1.4 Rincian Biaya Variabel 10 Ton Pupuk pada Tahun 2007
Total produksi pupuk pada tahun 2007 adalah 120 ton pupuk sehingga total
pengeluaran biaya variabel adalah Rp 46.056.000. Pembelian bahan baku dilakukan
dengan cara FOB destination dimana harga bahan baku sudah termasuk biaya
pengangkutan hingga ke tempat.

Tabel 1.5 Rincian Biaya Variabel 10 Ton Pupuk pada Tahun 2010

Total produksi pupuk pada tahun 2010 adalah 180 ton pupuk sehingga total
pengeluaran biaya variabel adalah Rp 88.704.000. Total biaya variabel mengalami
kenaikan pada tahun 2010. Biaya bahan baku mengalami kenaikan dimana kenaikan
terbesar adalah pada kotoran hewan. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya
usaha-usaha yang memanfaatkan kotoran hewan sehingga harga kotoran meningkat.

Tabel 1.6 Rincian Biaya Variabel 10 Ton Pupuk pada Tahun 2014
Total produksi pupuk pada tahun 2014 adalah 240 ton pupuk sehingga total
pengeluaran biaya variabel adalah Rp 126.192.000. Total biaya variabel mengalami
kenaikan pada tahun 2014. Biaya yang mengalami kenaikan harga diantaranya yaitu
biaya tenaga kerja dan harga karung pembungkus.

b) Biaya Tetap
Selain biaya variabel, yang juga menjadi pengeluaran usaha ini adalah beban
operasi meliputi beban administrasi dan komunikasi, beban listrik dan beban
pajak.

Tabel 1.7 Rincian Biaya Tetap Usaha pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil

Biaya administrasi dan komunikasi senilai Rp 30.000 per bulannya atau Rp 360.000
per tahun. Beban listrik selama setahun senilai Rp 1.020.000 dihitung dari rata-rata
pembayaran iuran listrik per tahun yaitu Rp 85.000 dikali 12 (jumlah bulan dalam
setahun). Pada tahun-tahun berikutnya, diasumsikan nilai biaya administrasi dan
listrik tetap per bulannya.

2. Proyeksi Laba/Rugi (Income Statement)


Proyeksi laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang melaporkan kinerja keuangan
perusahaan untuk periode akuntansi tertentu. Kinerja keuangan dinilai dari bagaimana
perusahaan tersebut menghasilkan dan mengeluarkan uang, baik dalam kegiatan operasional
maupun non-operasional. Hasil akhir dari laporan keuangan akan menunjukkan laba atau rugi
yang dihasilkan. Proyeksi laba/rugi dilakukan untuk mengetahui tingkat profitabilitas dari
rencana kegiatan investasi. Perhitungan laba/rugi didapat dari selisih penerimaan dan
pengeluaran. Proyeksi laba/rugi mencakup hasil suatu usaha selama satu periode, apabila
laba bersih bernilai positif maka perusahaan memperoleh laba, begitu juga sebaliknya.
Proyeksi laba/rugi Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil dapat dilihat berdasarkan
tabel 1.8 berikut :

Tabel 1.8 Proyeksi Laporan Laba Rugi per Tahun Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka
Hasil

Dari perhitungan laba/rugi rencana investasi usaha Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka
Hasil menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7.429.067 di thn 1-3, 46713.467 di thn 4-7 dan
thn tiga terakhir sebesar 102.2999.867 . Biaya operasional merupakan biaya yang besarnya
ditentukan oleh jumlah produk yang diproduksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap,
biaya variabel dan semi variabel. Komponen biaya tetap Pupuk Organik Gapoktan Suka
Hasil tanah bangunan, biaya penyusutan mesin peralatan, biaya pemeliharaan, biaya rutin
kebersihan dan keamanan. Biaya variabel pada terdiri dari : biaya bahan baku, karung,
Benang,Tenaga produksi  sedangkan biaya semi variabel terdiri dari biaya administrasi,
beban listrik, beban penyusutan.
Pajak dihitung berdasarkan laporan laba rugi usaha per tahun. Beban pajak yang ditanggung
usaha ini sebesar 5 persen dari laba. Pertimbangan dimasukan beban pajak adalah agar
penilaian laba dan NPV usaha tidak terlalu tinggi (overstated). Sehingga Usaha Pupuk
Organik Gapoktan Suka Hasil memiliki rata-rata laba laba bersih (EAT) sebesar Rp
156.442.401. Hal ini berarti Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil memberikan
keuntungan, namun besar atau tidaknya keuntungan tersebut harus dianalisis berdasarkan
kriteria kelayakan usaha terlebih dahulu.

3. Proyeksi Neraca Keuangan (Balance Sheet)


a) Aktiva (Assets)
Aset dalam neraca berada pada saldo debit dan merupakan akumulasi dari kewajiban dan
modal. Akun ini terdiri dari aktiva berwujud (tangible assets) dan aktiva tidak berwujud
(intangible assets). Pada literatur ini, hanya dicantumkan aktiva berwujud saja, yaitu
berupa sumberdaya fisik, tanah, bangunan dan peralatan (seperti yang dicantumkan pada
komponen biaya investasi). Untuk aktiva lancar seperti persediaan, piutang, dan investasi
jangka pendek lainnya tidak dicantumkan. Sedangkan untuk aktiva tidak berwujud,
seperti hak cipta, hak paten, goodwill, dan lain sebagainya belum dimiliki oleh usaha ini.
b) Kewajiban (Liabilities)
Kewajiban (liabilities) mencakup seluruh kewajiban yang harus dibayar oleh perusahaan.
Maka dalam neraca, liabilities ini dimasukkan dalam saldo kredit. Liabilities terbagi
menjadi dua, yakni kewajiban jangka pendek atau utang lancar (current liabilities) dan
kewajiban jangka panjang (long term liabilities). Kewajiban jangka pendek memiliki
masa jatuh tempo satu tahun atau kurang, diantaranya utang dagang, gaji, pajak, dan
pendapatan yang ditangguhkan. Pada literatur ini yang termasuk kedalam liabilitas adalah
gaji tenaga kerja dan pajak. Gaji tenaga kerja yaitu pada tahun 1,2,3 sebesar Rp
1.800.000, tahun 4,5,6,7 sebesar Rp 3.600.000, dan tahun 8,9,10 sebesar Rp 6.000.000.
Sedangkan pajak pada tahun 1,2,3 sebesar Rp 391.004, tahun 4,5,6,7 sebesar Rp
2.458.604 dan tahun 8,9,10 sebesar Rp 5.384.204.
c) Ekuitas (Equity)
Ekuitas atau biasa juga disebut modal adalah seluruh kekayaan perusahaan yang berasal
dari pemilik perusahaan. Dengan demikian, modal akan terus bertambah apabila pemilik
dan/atau investor memperbanyak suntikan dana ke perusahaan. Namun, modal juga dapat
berkurang jika perusahaan merugi atau ketika pemilik dan/atau investor menarik dananya
dari perusahaan (prive). Modal terdiri dari saham disetor, cadangan laba, dan modal
lainnya. Dalam balance sheet, modal atau ekuitas adalah selisih dari harta dan hutang.
Pada literature ini, tidak dijelaskan berapa modal yang dimiliki oleh pemilik usaha.
Namun secara keseluruhan Bapak Maryono bertanggung jawab terhadap untung ruginya
usaha. Hal ini dikarenakan modal usaha dalam menjalankan usaha ini sebagian besar dari
Bapak Maryono.

4. Kriteria Investasi
Asumsi :
Analisis kelayakan finansial dilakukan pada usaha Gapoktan Suka Hasil dengan kondisi
usaha berjalan seperti saat sekarang dimana tingkat produksi yang dihasilkan yaitu 20 ton
perbulannya. Perhitungan umur proyek dalam analisis ini dimulai dari tahun ke-1 yaitu tahun
2007 sampai tahun ke-10 yaitu tahun 2016. Umur proyek adalah adalah 10 tahun berdasarkan
umur bangunan sebagai alat investasi utama.

Tabel 1.9 Hasil Analisis Finansial Gapoktan Suka Hasil

a) Net Present Value (NPV)


Net Present Value (NPV) suatu proyek menunjukkan manfaat bersih yang diterima
proyek selama umur proyek pada tingkat suku bunga tertentu. Dalam menghitung NPV
perlu ditentukan tingkat suku bunga yang relevan. Rumus perhitungan sebagai berikut:
Dimana :
Bt : Manfaatn proyek pada tahun ke-t (RP)
i : Tingkat Suku Bunga (%)
Ct : Biaya Proyek pada Tahun ke- t (RP)
t : Umur Proyek ke- (per tahun)
n : Jumlah Umur Ekonomis

Adapun kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu :


NPV > 0 artinya menguntungkan
NPV < 0, artinya merugikan
NPV = 0, artinya tidak untung tidak rugi
Usaha pembuatan pupuk organik yang dijalankan oleh Gapoktan Suka Hasil layak
dijalankan karena usaha ini memperoleh NPV > 0 yaitu sebesar Rp 254.164.920. NPV
yang bernilai Rp 254.164.920 menunjukkan manfaat bersih yang diterima dari usaha ini
selama umur proyek terhadap tingkat diskon (discount rate) yang berlaku.

b) Net Benefit - Cost Ratio


Net B/C merupakan angka perbandingan antara present value dari net benefit yang positif
dengan present value dan net benefit yang negatif. Rumus perhitungan Net B/C:
Keterangan :
Bt : manfaat yang diperoleh setiap tahun
Ct : biaya yang dikeluarkan setiap tahun
i: tingkat bunga (diskonto)
t: umur proyek
n: jumlah tahun atau jumlah umur ekonomi

Adapun kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah sebagai berikut :


- Net B/C > 1, maka NPV > 0, proyek menguntungkan
- Net B/C < 1, maka NPV < 0, proyek merugikan
- Net B/C = 1, maka NPV = 0, proyek tidak untung dan tidak rugi
Kriteria lain yang dianalisis adalah Net B/C, pada usaha ini diperoleh nilai Net B/C>1
yaitu sebesar 9,6 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan karena menguntungkan.
Nilai Net B/C sama dengan 9,6 artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan selama umur proyek
menghasilkan Rp 9,6 satuan manfaat bersih.

c) Internal Rate Of Return (IRR)


Internal Rate Of Return adalah tingkat bunga yang menyamakan present value kas keluar
yang diharapkan dengan present value aliran kas masuk yang diharapkan, atau
didefinisikan juga sebagai tingkat bunga yang menyebabkan NPV sama dengan nol.
Rumus perhitungan adalah sebagai berikut :

Keterangan :
- i : Discount rate yang menghasilkan NPV positif
- i’ :Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
- NPV : NPV yang bernilai positif
- NPV’ : NPV yang bernilai negatif
Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku,
maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. IRR yang diperoleh adalah 77 persen
dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor (rate) yang berlaku yaitu 9,5 persen
sehingga usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan.
d) Payback Period
Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam
menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu
pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek
untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan
lain (Husnan dan Suwarsono, 2000). Adapun perhitungan Payback Periode adalah
sebagai berikut :

Keterangan :
I : Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab : Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya
Usaha pupuk organik ini memiliki periode pengembalian (payback periode) 4 tahun.
B. Literatur 2 Kinerja Keuangan (Analisis Komponen Dalam Penilaian Kinerja Keuangan Pada
Pt. Pupuk Sriwidjaja Palembang)

Berdasarkan penelitian Afrida F (2018), hasil pengukuran kinerja keuangan pada PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang terdapat pada tabel 2.1 Ukuran kinerja yang digunakan oleh
peneliti terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
Ukuran rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio, cash ratio, dan quick ratio.
Ukuran rasio solvabilitas yang digunakan adalah debt ratio dan debt to equity ratio (DER).
Ukuran rasio aktivitas yang digunakan adalah Inventory turnover (ITO) dan total assets
turnover (TATO). Sedangkan ukuran rasio profitabilitas yang digunakan adalah gross profit
margin (GPM), net profit margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment
(ROI).

Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan PT PUSRI Palembang Periode 2011-2016
Rasio Likuiditas

a) Current Ratio
Current ratio adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor
jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai, dalam periode
yang sama dengan jatuh tempo hutang. Current ratio yang tinggi menunjukkan adanya
uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan, atau adanya unsur
aktiva lancar yang tidak digunakan secara efektif. Current ratio dihitung dengan
membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.

current Assets
Current ratio = x 100 %
Current Liabilities

Tabel 2.2 Perhitungan CR (dalam Juta Rupiah)


Berdasarkan nilai Current ratio pada tabel 2.2 terlihat peningkatan CR tahun 2011- 2012,
namun pada tahun 2012-2016 nilai CR pada perusahaan ini terus mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan adanya peningkatan yang cukup drastis pada hutang lancar. Semakin
rendah nilai CR, semakin kurang baik bagi perusahaan karena aset lancar perusahaan
tidak mampu menutupi kewajiban lancarnya. Akan tetapi, terlalu tinggi rasio ini juga
tidak baik, karena itu mengindikasikan bahwa perusahaan tidak dapat mengelola aset
lancar dengan efektif.

b) Cash Ratio
Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat menunjukkan dari
tersediaanya dana kas atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang
dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan
sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Cash
ratio dihitung dengan membagi kas dengan kewajiban lancar.

Cash
Cash ratio = x 100%
Current Liabilities

Tabel 2.3 Perhitungan Cash Ratio (dalam Juta Rupiah)

Pada tabel 2.3 diatas dapat terlihat tahun 2012-2016 nilai cash ratio mengalami
penurunan yang cukup drastis yang disebabkan penurunan pada kas perusahaan dan
adanya peningkatan pada hutang lancar. Semakin rendah nilai Cash ratio, semakin
kurang baik bagi perusahaan karena aset lancar perusahaan tidak mampu menutupi
kewajiban lancarnya. Akan tetapi, terlalu tinggi rasio ini juga tidak baik, karena
perusahaan tidak dapat mengelola aset lancar dengan efektif.

c) Quick Ratio
Quick ratio adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Apabila
rasio lancar suatu perusahaan tinggi, tetapi rasio cepatnya rendah, maka hal itu
menunjukkan perusahaan memiliki investasi persediaan yang sangat besar di perusahaan.
Quick ratio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, dan sisanya
dibagi dengan kewajiban lancar.

current Assets−Inventory
Quick ratio = x 100%
Current Liabilities

Tabel 2.4 Perhitungan Quick Ratio (dalam Juta Rupiah)

Pada tabel 2.4 diatas terlihat adanya penurunan nilai quick ratio tahun 2013-2016 yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya
(hutang lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang dikurangi
dengan nilai persediaan.

Rasio Solvabilitas

a) Debt Ratio
Debt ratio mengukur persentase total dana yang disediakan para kreditor. Semakin
rendah rasio ini, akan ada semacam perisai, sehingga kerugian yang diderita oleh kreditor
semakin kecil, jika terjadi likuidasi. Jika Debt ratio terlalu tinggi, maka ada bahaya
kurangnya tanggung jawab pemilik. Debt ratio dihitung menggunakan rumus :

Total Liabilities
Debt Ratio = x 100%
Total Assets
Tabel 2.5 Perhitungan Debt Ratio (dalam Juta Rupiah)

Pada tabel 2.5 diatas terlihat adanya peningkatan rasio debt ratio tahun 2012-2015, hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu melunasi kewajiban jangka panjang
apabila perusahaan dilikuidasi.

b) Debt to Equity Ratio (DER)


Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai hutang
dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi
untuk mengetaui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan hutang. Debt
to Equity Ratio dihitung menggunakan rumus :

Total Liabilities
Debt to Equity Ratio = x 100%
Equity

Tabel 2.6 Perhitungan DER (dalam Juta Rupiah)


Pada tabel 2.6 diatas terlihat adanya peningkatan rasio debt ratio tahun 2012-2015, hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu melunasi kewajiban jangka panjang
apabila perusahaan dilikuidasi.

Rasio Aktivitas

a) Inventory turnover (ITO)


Inventory turnover, digunakan untuk mengukur kecepatan perusahaan dalam
mengevaluasi usia persediaannya, yang diukur dengan nilai penjualan dibagi dengan
persediaan. Rumusnya sebagai berikut:

Inventory
Inventory Turnover = x 365 hari
Sales

Tabel 2.7 Perhitungan ITO (dalam Juta Rupiah)

Perputaran persediaan (ITO) pada tabel 2.7 diatas, PT PUSRI Palembang pada tahun
2012-2015 mengalami fluktuasi.Peningkatan ITO pada tahun 2012, 2015, dan 2016
dikarenakan nilai persediaan dan penjualan yang juga ikut naik dari tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan aset yang dimiliki dalam
memperoleh penghasilan melalui penjualan. Akan tetapi, tahun 2013 dan 2014 nilai
persediaan menurun sehingga menyebabkan nilai ITO ikut menurun.

b) Total Assets Turn Over (TATO)


Total Assets Turn Over, digunakan untuk mengukur perputaran dari seluruh aktiva
perusahaan, dan dihitung dari penjualan dibagi dengan jumlah aktiva. Dengan rumus
sebagai berikut:

Sales
Total Asets Turnover = x 100%
Total Assets

Tabel 2.8 Perhitungan TATO (dalam Juta Rupiah)


Nilai perolehan TATO pada perusahaan PT PUSRI Palembang pada tabel 2.8 diatas
mengalami peningkatan dan penurunan selama tahun 2012-2016. Terjadinya peningkatan
TATO pada tahun 2013 dan 2014 dikarenakan nilai total aktiva dan pendapatan
mengalami peningkatan. Pada tahun 2015 dan 2016 terjadi penurunan nilai TATO karena
peningkatan nilai aset tetapi nilai pendapatan yang menurun. Dengan begitu dapat dilihat
bahwa pada tahun 2015 dan 2016 kinerja manajemen dalam menjalankan perusahaan
untuk mencapai target atau sasaran yang telah ditentukan belum memuaskan.

Rasio Profitabilitas

a) Gross Profit Margin (GPM)


Gross Profit Margin, yaitu rasio laba kotor terhadap penjualan dengan kata lain, rasio ini
digunakan untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga
kerjanya untuk memproduksi dan menjual produk-produknya untuk menghasilkan
keuntungan. Gross Profit Margin dapat dihitung menggunakan rumus :

Gross Profit
Gross Profit Margin = x 100%
Sales

Tabel 2.9 Perhitungan GPM (dalam Juta Rupiah)


Pada tabel diatas, diketahui pada tahun 2013-2015 yang dapat dilihat pada tabel 2.9 diatas
terjadi penurunan nilai rasio GPM. Hal ini disebabkan dengan tingginya tingkat penjualan
yang tidak diikuti dengan tingginya nilai pada laba bruto. Namun, pada tahun 2016
terjadi peningkatan pada nilai GPM yang diikuti dengan turunnya tingkat penjualan dan
naiknya tingkat laba bruto. Hal ini mengindikasi bahwa perusahaan menggunakan biaya
pokok penjualan dengan efisien sehingga perusahaan mampu mencapai target laba yang
diinginkan.

b) Net Profit Margin (NPM)


Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Dimana rasio ini membandingkan
antara laba bersih sesudah pajak dengan penjualan. Net Profit Margin dapat dihitung
menggunakan rumus :

Net Profit After Tax


Net Profit Margin = x 100%
Sales

Tabel 2.10 Perhitungan NPM (dalam Juta Rupiah)

Hasil perhitungan pada tabel 2.10 diatas diketahui pada tahun 2013-2016 perusahaan
terus mengalami penurunan nilai NPM. Penurunan ini terjadi akibat menurunnya nilai
laba bersih sedangkan penjualan terus meningkat.

c) Return on Equity (ROE)


Return on Equity yaitu rasio laba bersih sesudah pajak terhadap modal, mengukur tingkat
hasil pengembalian dari investasi para pemegang saham. Dengan rumus sebagai berikut:

Net Income
ROE = x 100%
Total Equity

Tabel 2.11 Perhitungan ROE (dalam Juta Rupiah)

Pada tabel 2.11 diatas dapat terlihat adanya penurunan nilai ROE yang terjadi setiap
tahunnya.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu memanfaatkan ekuitas
perusahaan dalam memperoleh laba.

d) Return on Investment (ROI)


Return on Investment merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan antara laba
sebelum pajak ditambah penyusutan dan dibagi dengan capital employed. Dimana capital
employed adalah posisi pada akhir tahun buku total aset dikurangi total aset tetap.
Dengan rumus sebagai berikut:

Net Profit Before Tax + Accumulated Depreciation


ROI = x 100%
Capital Employed

Tabel 2.12 Perhitungan ROI (dalam Juta Rupiah)


Pada tabel 2.12 diatas, nilai ROI pada PT PUSRI Palembang terus mengalami penurunan
dari tahun 2012-2016 yang disebabkan penurunan pada jumlah laba sebelum pajak tahun
2012-2015, dan perubahan nilai penyusutan serta nilai capital employed.

DAFTAR PUSTAKA
Afrida F. 2018. Analisis Komponen Dalam Penilaian Kinerja Keuangan Pada Pt. Pupuk
Sriwidjaja Palembang. [skripsi]. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan

Apiat AAT, Dinar. 2016. Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik (Studi Kasus Rumah
Kompos di Gapoktan Suka Hasil Desa Cintaasih Kecamatan Cingambul Kabupaten
Majalengka). AGRIVET Jurnal. Majalengka.
https://jurnal.unma.ac.id

Ivana. 2021. Laporan Neraca bagi Perusahaan dan 3 Komponen Penting di Dalamnya. (diakses
pada 22 05 2022). https://konsultanku.co.id/blog/laporan-neraca-bagi-perusahaan-dan-3-
komponen-penting-di-dalamnya

Anda mungkin juga menyukai