Oleh : Kelompok 4
Berdasarkan instruksi yang diberikan mengenai analisis keuangan bisnis pada usaha yang
serupa, maka kami memutuskan untuk menggunakan dua literatur sebagai bahan perbandingan
antar keduanya yang sama-sama bergerak di bidang pupuk, seperti bisnis yang kami ajukan
untuk mata kuliah perencanaan bisnis ini.
A. Literatur 1 Proyeksi Keuangan (Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik (Studi Kasus
Rumah Kompos di Gapoktan Suka Hasil Desa Cintaasih Kecamatan Cingambul Kabupaten
Majalengka)
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Usaha Pupuk Organik
Gapoktan Suka Hasil mengalami peningkatan penjualan dan peningkatan harga
pupuk organik per kg dari periode tahun 2007-2016.
Dari Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa investasi pada usaha ini memiliki nilai sisa pada
tanah dan timbangan duduk. Tanah tidak memiliki umur ekonomis sehingga nilai
tanah tidak menyusut. Asumsi nilai sisa tanah pada penelitian ini sama dengan nilai
pada pembelian di awal proyek.
Selain biaya investasi juga ada biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh perusahaan
apabila ada komponen pada investasi telah habis umur ekonomisnya. Komponen
investasi yang mengalami reinvestasi jika memiliki umur ekonomis tidak sepanjang
umur proyek. Total biaya reinvestasi yang dikeluarkan oleh Gapoktan Suka Hasil dari
tahun ke-2 hingga umur proyek selesai adalah Rp 13.650.000. Nilai dari biaya
reinvestasi per unit diasumsikan tetap atau sama dengan nilai per unit pada tahun
2007.
Biaya Operasional
Biaya Operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan aktivitas sehari-
hari sebuah perusahaan. Pada literatur ini dijelaskan bahwa terjadi dua kali
peningkatan biaya variabel yaitu pada tahun 2010 dan tahun 2014.
a) Biaya Variabel
Tabel 1.4 Rincian Biaya Variabel 10 Ton Pupuk pada Tahun 2007
Total produksi pupuk pada tahun 2007 adalah 120 ton pupuk sehingga total
pengeluaran biaya variabel adalah Rp 46.056.000. Pembelian bahan baku dilakukan
dengan cara FOB destination dimana harga bahan baku sudah termasuk biaya
pengangkutan hingga ke tempat.
Tabel 1.5 Rincian Biaya Variabel 10 Ton Pupuk pada Tahun 2010
Total produksi pupuk pada tahun 2010 adalah 180 ton pupuk sehingga total
pengeluaran biaya variabel adalah Rp 88.704.000. Total biaya variabel mengalami
kenaikan pada tahun 2010. Biaya bahan baku mengalami kenaikan dimana kenaikan
terbesar adalah pada kotoran hewan. Hal ini dikarenakan semakin berkembangnya
usaha-usaha yang memanfaatkan kotoran hewan sehingga harga kotoran meningkat.
Tabel 1.6 Rincian Biaya Variabel 10 Ton Pupuk pada Tahun 2014
Total produksi pupuk pada tahun 2014 adalah 240 ton pupuk sehingga total
pengeluaran biaya variabel adalah Rp 126.192.000. Total biaya variabel mengalami
kenaikan pada tahun 2014. Biaya yang mengalami kenaikan harga diantaranya yaitu
biaya tenaga kerja dan harga karung pembungkus.
b) Biaya Tetap
Selain biaya variabel, yang juga menjadi pengeluaran usaha ini adalah beban
operasi meliputi beban administrasi dan komunikasi, beban listrik dan beban
pajak.
Tabel 1.7 Rincian Biaya Tetap Usaha pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil
Biaya administrasi dan komunikasi senilai Rp 30.000 per bulannya atau Rp 360.000
per tahun. Beban listrik selama setahun senilai Rp 1.020.000 dihitung dari rata-rata
pembayaran iuran listrik per tahun yaitu Rp 85.000 dikali 12 (jumlah bulan dalam
setahun). Pada tahun-tahun berikutnya, diasumsikan nilai biaya administrasi dan
listrik tetap per bulannya.
Tabel 1.8 Proyeksi Laporan Laba Rugi per Tahun Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka
Hasil
Dari perhitungan laba/rugi rencana investasi usaha Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka
Hasil menghasilkan laba bersih sebesar Rp 7.429.067 di thn 1-3, 46713.467 di thn 4-7 dan
thn tiga terakhir sebesar 102.2999.867 . Biaya operasional merupakan biaya yang besarnya
ditentukan oleh jumlah produk yang diproduksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap,
biaya variabel dan semi variabel. Komponen biaya tetap Pupuk Organik Gapoktan Suka
Hasil tanah bangunan, biaya penyusutan mesin peralatan, biaya pemeliharaan, biaya rutin
kebersihan dan keamanan. Biaya variabel pada terdiri dari : biaya bahan baku, karung,
Benang,Tenaga produksi sedangkan biaya semi variabel terdiri dari biaya administrasi,
beban listrik, beban penyusutan.
Pajak dihitung berdasarkan laporan laba rugi usaha per tahun. Beban pajak yang ditanggung
usaha ini sebesar 5 persen dari laba. Pertimbangan dimasukan beban pajak adalah agar
penilaian laba dan NPV usaha tidak terlalu tinggi (overstated). Sehingga Usaha Pupuk
Organik Gapoktan Suka Hasil memiliki rata-rata laba laba bersih (EAT) sebesar Rp
156.442.401. Hal ini berarti Usaha Pupuk Organik Gapoktan Suka Hasil memberikan
keuntungan, namun besar atau tidaknya keuntungan tersebut harus dianalisis berdasarkan
kriteria kelayakan usaha terlebih dahulu.
4. Kriteria Investasi
Asumsi :
Analisis kelayakan finansial dilakukan pada usaha Gapoktan Suka Hasil dengan kondisi
usaha berjalan seperti saat sekarang dimana tingkat produksi yang dihasilkan yaitu 20 ton
perbulannya. Perhitungan umur proyek dalam analisis ini dimulai dari tahun ke-1 yaitu tahun
2007 sampai tahun ke-10 yaitu tahun 2016. Umur proyek adalah adalah 10 tahun berdasarkan
umur bangunan sebagai alat investasi utama.
Keterangan :
- i : Discount rate yang menghasilkan NPV positif
- i’ :Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
- NPV : NPV yang bernilai positif
- NPV’ : NPV yang bernilai negatif
Suatu investasi dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku,
maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan. IRR yang diperoleh adalah 77 persen
dimana IRR tersebut lebih besar dari discount factor (rate) yang berlaku yaitu 9,5 persen
sehingga usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan.
d) Payback Period
Payback periode atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode dalam
menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur periode jangka waktu
pengembalian modal. Semakin cepat modal itu dapat kembali, semakin baik suatu proyek
untuk diusahakan karena modal yang kembali dapat dipakai untuk membiayai kegiatan
lain (Husnan dan Suwarsono, 2000). Adapun perhitungan Payback Periode adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
I : Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab : Benefit bersih yang dapat diperoleh setiap tahunnya
Usaha pupuk organik ini memiliki periode pengembalian (payback periode) 4 tahun.
B. Literatur 2 Kinerja Keuangan (Analisis Komponen Dalam Penilaian Kinerja Keuangan Pada
Pt. Pupuk Sriwidjaja Palembang)
Berdasarkan penelitian Afrida F (2018), hasil pengukuran kinerja keuangan pada PT.
Pupuk Sriwidjaja Palembang terdapat pada tabel 2.1 Ukuran kinerja yang digunakan oleh
peneliti terdiri dari rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.
Ukuran rasio likuiditas yang digunakan adalah current ratio, cash ratio, dan quick ratio.
Ukuran rasio solvabilitas yang digunakan adalah debt ratio dan debt to equity ratio (DER).
Ukuran rasio aktivitas yang digunakan adalah Inventory turnover (ITO) dan total assets
turnover (TATO). Sedangkan ukuran rasio profitabilitas yang digunakan adalah gross profit
margin (GPM), net profit margin (NPM), Return on Equity (ROE), dan Return on Investment
(ROI).
Tabel 2.1 Hasil Perhitungan Rasio Keuangan PT PUSRI Palembang Periode 2011-2016
Rasio Likuiditas
a) Current Ratio
Current ratio adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor
jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai, dalam periode
yang sama dengan jatuh tempo hutang. Current ratio yang tinggi menunjukkan adanya
uang kas yang berlebihan dibandingkan dengan tingkat kebutuhan, atau adanya unsur
aktiva lancar yang tidak digunakan secara efektif. Current ratio dihitung dengan
membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
current Assets
Current ratio = x 100 %
Current Liabilities
b) Cash Ratio
Cash ratio merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa besar uang kas
yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat menunjukkan dari
tersediaanya dana kas atau setara kas seperti rekening giro atau tabungan di bank (yang
dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini menunjukkan kemampuan
sesungguhnya bagi perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya. Cash
ratio dihitung dengan membagi kas dengan kewajiban lancar.
Cash
Cash ratio = x 100%
Current Liabilities
Pada tabel 2.3 diatas dapat terlihat tahun 2012-2016 nilai cash ratio mengalami
penurunan yang cukup drastis yang disebabkan penurunan pada kas perusahaan dan
adanya peningkatan pada hutang lancar. Semakin rendah nilai Cash ratio, semakin
kurang baik bagi perusahaan karena aset lancar perusahaan tidak mampu menutupi
kewajiban lancarnya. Akan tetapi, terlalu tinggi rasio ini juga tidak baik, karena
perusahaan tidak dapat mengelola aset lancar dengan efektif.
c) Quick Ratio
Quick ratio adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya, tanpa memperhitungkan penjualan persediaan. Apabila
rasio lancar suatu perusahaan tinggi, tetapi rasio cepatnya rendah, maka hal itu
menunjukkan perusahaan memiliki investasi persediaan yang sangat besar di perusahaan.
Quick ratio dihitung dengan mengurangkan persediaan dari aktiva lancar, dan sisanya
dibagi dengan kewajiban lancar.
current Assets−Inventory
Quick ratio = x 100%
Current Liabilities
Pada tabel 2.4 diatas terlihat adanya penurunan nilai quick ratio tahun 2013-2016 yang
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya
(hutang lancar) pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aset lancar yang dikurangi
dengan nilai persediaan.
Rasio Solvabilitas
a) Debt Ratio
Debt ratio mengukur persentase total dana yang disediakan para kreditor. Semakin
rendah rasio ini, akan ada semacam perisai, sehingga kerugian yang diderita oleh kreditor
semakin kecil, jika terjadi likuidasi. Jika Debt ratio terlalu tinggi, maka ada bahaya
kurangnya tanggung jawab pemilik. Debt ratio dihitung menggunakan rumus :
Total Liabilities
Debt Ratio = x 100%
Total Assets
Tabel 2.5 Perhitungan Debt Ratio (dalam Juta Rupiah)
Pada tabel 2.5 diatas terlihat adanya peningkatan rasio debt ratio tahun 2012-2015, hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu melunasi kewajiban jangka panjang
apabila perusahaan dilikuidasi.
Total Liabilities
Debt to Equity Ratio = x 100%
Equity
Rasio Aktivitas
Inventory
Inventory Turnover = x 365 hari
Sales
Perputaran persediaan (ITO) pada tabel 2.7 diatas, PT PUSRI Palembang pada tahun
2012-2015 mengalami fluktuasi.Peningkatan ITO pada tahun 2012, 2015, dan 2016
dikarenakan nilai persediaan dan penjualan yang juga ikut naik dari tahun sebelumnya.
Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan aset yang dimiliki dalam
memperoleh penghasilan melalui penjualan. Akan tetapi, tahun 2013 dan 2014 nilai
persediaan menurun sehingga menyebabkan nilai ITO ikut menurun.
Sales
Total Asets Turnover = x 100%
Total Assets
Rasio Profitabilitas
Gross Profit
Gross Profit Margin = x 100%
Sales
Hasil perhitungan pada tabel 2.10 diatas diketahui pada tahun 2013-2016 perusahaan
terus mengalami penurunan nilai NPM. Penurunan ini terjadi akibat menurunnya nilai
laba bersih sedangkan penjualan terus meningkat.
Net Income
ROE = x 100%
Total Equity
Pada tabel 2.11 diatas dapat terlihat adanya penurunan nilai ROE yang terjadi setiap
tahunnya.Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan belum mampu memanfaatkan ekuitas
perusahaan dalam memperoleh laba.
DAFTAR PUSTAKA
Afrida F. 2018. Analisis Komponen Dalam Penilaian Kinerja Keuangan Pada Pt. Pupuk
Sriwidjaja Palembang. [skripsi]. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Medan
Apiat AAT, Dinar. 2016. Analisis Kelayakan Usaha Pupuk Organik (Studi Kasus Rumah
Kompos di Gapoktan Suka Hasil Desa Cintaasih Kecamatan Cingambul Kabupaten
Majalengka). AGRIVET Jurnal. Majalengka.
https://jurnal.unma.ac.id
Ivana. 2021. Laporan Neraca bagi Perusahaan dan 3 Komponen Penting di Dalamnya. (diakses
pada 22 05 2022). https://konsultanku.co.id/blog/laporan-neraca-bagi-perusahaan-dan-3-
komponen-penting-di-dalamnya